Anda di halaman 1dari 26

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU UTARA

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DAN


PENATAAN RUANG
BIDANG CIPTA KARYA

PROGRAM
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE

KEGIATAN:
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE YANG
TERHUBUNG LANGSUNG DENGAN SUNGAI LINTAS DAERAH
KABUPATEN/KOTA DAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI

SUB KEGIATAN:

PENYEDIAAN DRAINASE PERKOTAAN DAN SARANA


PENDUKUNGNYA

PAKET PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN DRAINASE AMASING KOTA UTARA BACAN,
HALMAHERA SELATAN

SPESIFIKASI TEKNIK
(SPEKTEK)

TAHUN ANGGARAN 2023


SPESIFIKASI TEKNIS (SPEKTEK)
Pembangunan Drainase Amasing Kota Utara Bacan, Halmahera Selatan
TA. 2023

Uraian Pendahuluan

1. Latar Belakang 1. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Propinsi


Maluku Utara. Bidang Cipta Karya mempunyai wewenang
dan tanggung jawab dalam pembangunan, PENGELOLAAN
DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE dan perawatan
bangunan gedung negara dan prasarana gedung umum
lainnya serta pembinaan terhadap masyarakat jasa
konstruksi.
2. Program Pengembangan Perumahan dan Bangunan Gedung
Penyiapan merupakan salah satu program yang
dilaksanakan oleh bidang Cipta Karya untuk menjawab
tantangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan
masyarakat Propinsi Maluku Utara dengan melakukan
kegiatan-kegiatan yang meliputi Pekerjaan Pembangunan
Drainase Amasing Kota Utara, Halmahera Selatan adalah
sebagian kegiatan yang dilaksanakan dalam Program
tersebut, dan dengan acuan yang disusun dalam KAK ini
diharapkan nanti menghasilkan produk pembangunan yang
memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari aspek
struktur, arsitektur, arsitektur lokal, mekanikal-elektrikal,
mutu, biaya, kenyamanan, keamanan, kehandalan, dan
dapat diterima menurut NSPM serta tata laku professional
dan kriteria teknis dan administratif bagi bangunan gedung
negara, dan dapat mendorong perwujudan karya
perencanaan yang sesuai dengan kepentingan dan sasaran
yang ingin dicapai.
3. Spesifikasi Teknis (Spektek) untuk pekerjaan Pembangunan
Drainase Amasing Kota Utara, Halmahera Selatan perlu
disiapkan secara matang setiap tahapannya, untuk
memberikan arahan pengendalian tahapan pembangunan
sehingga memang mampu mendorong perwujudan
bangunan negara yang sesuai dengan kepentingan
Pemerintahan Provinsi Maluku Utara.

2. Maksud dan Maksud


Tujuan Spesifikasi Teknis (Spektek) ini merupakan petunjuk bagi
Kontraktor yang memuat masukan, azas, kriteria, keluaran dan
proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan ke dalam pelaksanaan tugas pengadaan
barang dan jasa pekerjaan Pembangunan Drainase Amasing
Kota Utara, Halmahera Selatan. Dengan petunjuk ini
diharapkan kontraktor dapat melaksanakan tanggung jawabnya
dengan baik untuk menghasilkan keluaran yang memadai
sesuai SPEKTEK.
Tujuan
1. Diharapkan dalam pelaksanaannya nanti Pengguna Jasa
dapat bekerjasama dengan Kontraktor Pelaksana terpilih
yang memiliki Peralatan dantenaga ahli dengan kualifikasi
khusus yang mampu menterjemahkan dengan sebaik
mungkin semua program fungsional maupun operasional ke
dalam suatu proses pekerjaann yang Optimal sesuai dengan
anggaran dan dalam batas waktu yang telah ditentukan.
2. Pembangunan Drainase Amasing Kota Utara, Halmahera
Selatan yang dapat mewujudkan bangunan yang memenuhi
kidah-kaidah sesuai dengan fungsi bangunan itu sendiri
dengan berpedoman pada perencanaan.
3. Sasaran Terwujudnya bangunan yang memenuhi persyaratan –
persyaratan secara teknis, fungsional sesuai kebutuhan ruang
yang diperlukan, ekonomis dalam biaya, kuat dalam struktur
dan konstruksinya dan masih tetap memiliki nilai estetis secara
arsitektur;

4. Lokasi Kegiatan Desa Amasing Kota Utara , Kab. Halmahera Selatan

5. Sumber Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan: APBD Povinsi


Pendanaan Maluku Utara Tahun Anggaran 2023 dengan nilai Pagu Rp
436.293.994,55

6. Nama dan Nama PPK : Moh. Rizal Usman, ST


Organisasi Pejabat Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Pembuat
Komitmen

7. JANGKA WAKTU 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender, terhitung sejak di tanggal
PELAKSANAAN penandatanganan Kontrak.
PEKERJAAN

8. Standar Teknis
 Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007,
tanggal 27 Desember 2007
_ Mengikuti persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI),
Standard Konsep Nasional Indonesia (SK-SNI), Normalisasi
Indonesia serta Peraturan-peraturan Nasional dan
Internasional lain yang berhubungan dengan Pekerjaan ini :
a. SNI 1728-1989, SKBI 1.3.53.1989; Tentang Tata Cara
Mendirikan Bangunan Gedung.
b. SNI 03-1734-1989, SNI 03-1734-1989-F, tentangTata
Cara Perencanaan Beton Bertulang untuk Rumah dan
Gedung. Spesifikasi Teknis Page 2
c. SNI 03 – 3233 – 1992; UDC. 674.048, tentang Panduan
Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan
Peredaman.
d. SKBI – 4.3.53.1987, UDC 699.048.004.1, tentang
Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung.
e. SNI 03 – 2404 – 1991 ; SK SNI T – 05 1990 – F tentang Tata
Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan
Rumah dan Gedung.
f. SNI 03 – 2410 – 1991 ; SK SNI T – 11 – 1990 – F tentang
Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi.
g. SNI 03 – 2417 – 1991 SK SNI T – 08 – 1990 – F; tentang
Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung.
h. SK SNI S – 04 – 1989 – F tentang Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian C ( Bahan Bangunan dari Logam Besi /
Besi ).
i. SKBI 1.3.53.1987, UDC 699.887, tentang Pedoman
Perencanaan Penangkal Petir.
j. SNI 03 – 1735 – 1989; SKBI – 2.5.53.1987, tentang Tata
Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
k.SNI edisi Revisi Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan.
l. SNI tentang Pekrjaan Tanah. Pondasi. Kayu, Besi, Beton,
Dinding, Plesteran, Penutup Lantai dan Plafond yang
disusun Oleh BSN th. 2008
l. Standar Industri Indonesia ( SII ).
m. Pedoman Plumbing Indonesia.
n. ASTM, JIS dan lain – lain yang ada hubungannya dengan
Pekerjaan ini.

Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan ini adalah


termasuk juga mendatangkan, mengangkut dan mengerjakan
bahan-bahan sampai selesai.
Pemborong harus menyerahkan seluruh hasil pekerjaannya
dalam keadaan selesai dalam keadaan baik termasuk
kebersihan lokasi/lingkungannya.
A. SPESIFIKASI JASA PELAKSANA KONSTRUKSI

Bidang Jasa Pelaksana Konstruksi Jaringan Irigasi dan Drainase (KBLI 42201)

I. PERSONIL MANAJERIAL

NO KEAHLIAN PENDIDIKAN PENGALAMAN JUMLAH


1 TS Pelaksana SMA, D3 atau Strata 1 (S1) 2 tahun 1 Orang
031 Saluran Teknik, Lulsan perguruan
Irigasi tinggi negeri/swasta yang
telah
diakreditasi/disamakan
oleh instansi berwenang
2 Petugas K3 SMA Sederajat 0 tahun 1 Orang

Persyaratan yang harus dilampirkan untuk masing-masing personil dengan urutan sebagai
berikut :
- Sertifikat
- Ijazah
- KTP.
Diberikan pada saat PAM SPPBJ
A. PELAKSANAAN SMK3

TINGKAT
NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA
RESIKO

1 Pekerjaan Galian Terkena Alat Gali 6

B. KELENGKAPAN K3 dan RAMBU RAMBU PEKERJAAN


C. DAFTAR PERALATAN

KONDISI
NO JENIS PERALATAN JUMLAH KAPASITAS
PERALATAN
1 Beton Molen 1 unit 0,5 m3 Baik
2 Profil Tank 1 Unit 1200 liter Baik
3 Mesin Pompa Air 1 unit 1100 Baik
liter/menit
4 Mesin Genset 1 unit 15 kPa Baik
5 Dump Truck 1 Unit 3 m3 Baik

D. LINGKUP KEGIATAN

1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
a) Pekerjaan Tanah
b) Pekerjaan Pasangan
c) Pekerjaan Baton

SPESIFIKASI TEKNIS DAN SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

Pasal 1
URAIAN UMUM
1. URAIAN PEKERJAAN
Uraian singkat mengenai kegiatan :
a. Nama Program : Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase
b. Nama Kegiatan : Pembangunan Drainase Desa Amasing Kota Utara
c. Lokasi Kegiatan : Desa Amasing Kota Utara Bacan
d. Waktu kegiatan : 120 Hari ( 4 bulan )
e. Sumber Daya : APBD Provinsi Maluku Utara
f. Thn Anggaran : 2023

2. URAIAN UMUM PEKERJAAN


a. Pembangunan Perbaikan Dan Peningkatan Drainase Amasing Kota Utara,Bacan
b. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Pengukuran Kembali dan Pas.Bowplank
2. Papan Nama Proyek
3. Pembuatan/ Sewa Gudang, Bangsal Kerja & Direksi Kit
4. Shop Drawing, Laporan, Dokumentasi dan Asbuild Drawing
5. Keselamatan dan Kesehatan kerja
6. Pembersihan Awal dan Akhir
B. Pekerjaan Drainase
I. Pekerjaan Tanah
1. Pek Galian Tanah
II. Pekerjaan Pasangan
1. Pek. Pemasangan Batu
2. Pek Plsteran Dinding Camp 1:4
III. Pekerjaan Beton
1. Pek. Plat Lantai Beton
 Pek. Beton
 Pek. Bekisting
 Pek. Besi Beton
2. Pek. Rabat Beton

Pasal 2
GAMBAR-GAMBAR KONSTRUKSI
a. Semua pekerjaan sebagaimana yang telah diuraikan dalam pasal 1 perincian/uraian pekerjaan
haruslah dilaksanakan sesuai dengan gambar, atau data dari Direksi.
b. Bilamana Direksi menganggap perlu dan/atau atas permintaan pemborong,maka Direksi dapat
memutuskan untuk menyerahkan tambahan perinciangambar-gambar kepada pemborong.

Pasal 3
RKS DAN GAMBAR
a. Pelaksana wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan /perubahannya yang
dicantumkan dalam Berita Acara pemberian penjelasan pekerjaan.
b. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka RKS lah yang berlaku.
c. Bila sesuatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambaryang berskala lebih besar
(lebih mendetail) yang berlaku.
d. Bila tetap masih ada perbedaan/ keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan
kesalahan, pelaksana wajib menanyakan pada pengawas teknik dan pelaksana mengikuti
keputusannya.
e. Bila penyimpangan-penyimpangan dan keragu-raguan bisa menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam
pelaksann pekerjaan, maka pelaksana diminta untuk mengkonsultasikan dengan Direksi dan
mengikuti petunjuk-petunjuknya.

Pasal 4
RENCANA KERJA
a. Oleh karena pekerjaan ini waktunya terbatas dan tetap harus menjaga mutu kualitas pekerjaan, maka
diperlukan rencana dan strategi yang matang dalam hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan berlangsung secara kontinyuuntuk mengejar target volume,kuantitas, dan kualitas.
2. Menyusun dan melaksanakan sistem “shift pekerja” untuk kegiatan siang dan malam.
3. Pada kegiatan malam hari, lampu-lampu penerangan harus disiapkan secukupnya (menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas).
4. Ketersediaan dan pasokan material tidak boleh terputus sebagaimana target volume pekerjaan.
5. Rencana dan strategi angkutan dan pembuangan sedimen, hasil galian dan hasil bongkaran
dalam kurun waktu 1x24 jam (tidak diperkenankan ditumpuk di lapangan).
b. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, pelaksana wajib membuat rencana kerja pelaksanaan.
c. Rencana kerja tersebut harus diminta persetujuan terlebih dahulu kepada pengawas, paling lambat
dalam satu minggu setelah SPK diterima pemborong,rencana kerja yang disitujui akan dijalankan
oleh pengawas.
d. Pelaksana wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada pengawas. Satu
salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal (Direksi Keet) yang selalu diikuti dengan
gambar kemajuan pekerjaan (progress pekerjaan).
e. Pengawas akan menilai prosentase pekerjaan pelaksana berdasarkan rencana kerja tersebut.

Pasal 5
PELAKSANAAN DI LAPANGAN
a. Pelaksana wajib memberitahukan kepada Direksi / Pengawas Lapangan bilaakan memulai pekerjaan
atau sesuatu bagian pekerjaan dengan Request Sheet.Pelaksana dapat memulai pekerjaan apabila
Request Sheet telah ditandatangani oleh Direksi. Hal-hal mengenai pekerjaan yang tidak dilengkapi
dengan Request Sheet tidak akan diperhitungkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan pengukuran, penentuan batas dan penempatan bangunan dan sebagainya dikerjakan oleh
Direksi..
c. Pelaksana tidak diperbolehkan merubah sesuatu yang terdapat dalam RKS sebelum berunding dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak proyek.
d. Perbaikan/ penentuan ukuran atau gambar konstruksi yang kurang jelas,hanya dapat dikerjakan oleh
pelaksana setelah mendapat persetujuan tertulis dari pihak proyek.
e. Semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan harus sesuai dengan contoh
yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Pelaksana harus mengadakan peralatan kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan mendapat
persetujuan Direksi.
g. Selama waktu pelaksanaan, pelaksana diharuskan menetapkan minimal seorang pelaksana/
pengawas pekerjaan tetap yang cakap dan mampu serta bertanggungjawab atas jalannya
pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana/Pengawas yang ditetapkan harus dilaporkan dan mendapat
persetujuan Direksi.

Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI DAN PEMASANGAN BOWPLANK

1. PENGUKURAN KEMBALI DAN PEMASANGAN BOWPLAK


a. Sebelum memulai pekerjaan pelaksana harus mengadakan pengukuran kembali dengan teliti
elevasi dasar saluran, permukaan tanah dan jalan atau elevasi lainnya sesuai permintaan
Direksi.Semua pengukuran kembali harus dikaitkan terhadap titik tetap yang terdekat.
b. Alat-alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dansebelum pekerjaan dimulai
semua alat ukur yang akan dipakai harus mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya
maupun kondisinya.
c. Alat-alat yang dipergunakan adalah waterpass lengkap atau bias menggunakan alat theodolite
lengkap dengan statif dn rambu-rambunya, meteran, tali ruki dan alat lainnya sesuai dengan
instruksi Direksi.
d. Cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran toleransi salah tutup, dan pembuatan serta
pemasangan patok bantu akan ditentukan oleh Direksi.
e. Apabila terdapat perbedaan Antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan hasil
pengukuran ulang maka Direksi akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat perbedaan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang menjadi
tanggung jawab pemborong.
g. Pelaksana bertanggung jawab penuh atas tepatnya pelaksaan pekerjaan menurut peil-peil dan
ukuran dalam gambar dan uraian/ syarat-syarat pelaksanaan itu.
2. PEMATOKAN
a. Pelaksana megerjakan pematokan untuk menentukan as dan peil saluran sesuai dengan gambar
rencana. Pekerjaan ini harus seluruhnya telah disetujui oleh Direksi sebelum memulai pekerjaan
selanjutnya. Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut dan pelaksana harus
mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah
disetujui oleh Direksi dapat digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan pekerjaan
b. Pelaksana wajib menyediakan alat-alat ukur dan perlengkapannya, juru-juru ukur dan pekerja-
pekerja yang diperlukan oleh Direksi untuk melakukan pengawasan/ pengujian hasil pematokan
atau pekerjaan lain yang serupa.
c. Pembuatan dan pemasangan papan dasar pelaksanaan (bouwplank) termasuk pekerjaan
pelaksana dan harus dibuat dari kayu kelas II yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangannya
harus kuas dan permukaan atasnya rata dan sifat datar (waterpass).
d. Semua tanda-tanda (rambu-rambu lalu lintas) dilapangan harus disediakan dan dipasang sendiri
oleh pelaksana dan harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik. Apabila ada tanda-tanda yang
rusak harus segera diganti. Disamping rambu-rambu, Pelaksana juga harus menyediakan
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang pengatur lalu lintas yang bertugas sepanjang pelaksanaan
berlangsung.
e. Pada keadaan dimana ada penyimpangan dari gambar rencana,pelaksana harus mengajukan 3
(tiga) lembar gambar penampang dari daerah yang dipatok.
f. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisipada satu lembar
gambar tersebut dan mengembalikannya kepada pemborong. Setelah diperbaiki, pelaksana harus
mengajukan kembali gambar yang oleh Direksi diminta untuk direvisi.Gambar tersebut harus
digambar kembali diatas kertas kalkir dan setelah disetujui oleh Direksi, maka pelaksanaakan
menyerahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil produksinya sebagai SHOP
DRAWING

Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PERINGATAN LALU LINTAS
1. Sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan pelaksana diwajibkan untuk memasang
tanda-tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan sbb :
a. Papan dan tanda-tanda perhatian harus dibuat dari papan kelas II tebal minimum 3 cm dengan
warna dasar kuning dengan tulisan “Hati - Hati ada Pekerjaan Saluran Drainase” dengan warna
hitam, dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 40 cm.
b. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu merah yang cukup jelas
dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya kecelakaan
c. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga harus diberi lampu
merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
2. Penutupan lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis dari
Direksi.
3. Pelaksanaharus menjaga agar lalu lintas tetap berjalan. Pelaksana harus menyediakan 2 (dua) orang
untuk mengatur lalu lintas tersebut.
4. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu lintas.
Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituangkan di tepi jalan ke tempat yang tidak mengganggu
lalu lintas,selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan bahan-bahan tersebut.
5. Sepenuhnya setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian pemborong, seperti tersebut
diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab pemborong

Pasal 8
PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pembongkaran mencakup fasilitas yang merupakan milik instansi/negara dan milik perorangan
yang terletak pada lokasi pekerjaan seperti kabel telepon, pipa-pipa PDAM dan lain - lain.
b. Pekerjaan pembongkaran termasuk perbaikan dan pemindahan harus dilaksanakan menurut
petunjuk-petunjuk Direksi dan syarat-syarat teknis dan berkoordinasi dengan instansi yang
bersangkutan.

2. PELAKSANAAN PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN


a. Pelaksana dalam melaksanakan pembongkaran / penggalian harus diusahakan tidak merusak
dan melindungi bagian-bagian bangunan pagar, pondasi dan bangunan penduduk diarea
pekerjaan dan pelaksanaan harus sesuai dengan petunjuk Direksi.
b. Pelaksanaan pembongkaran dan perbaikan yang menyangkut fasilitas umum harus dikerjakan
sedemikian rupa agar gangguan yang terjadi sekecil mungkin.
c. Persyaratan teknis terhadap perbaikan dan pemindahan bangunan yang dimaksud dan belum
tercakup dalam spesifikasi akan ditentukan oleh Direksi berdasarkan informasi dari instansi yang
bersangkutan.
d. Pembongkaran/ penggalian yang bersinggungan dengan pondasi pagar penduduk, tiang listrik,
dll. Terlebih dahulu membuat perkuatan-perkuatan pada kondisi yang aman. Segala kerusakan
menjadi tanggung jawab Pelaksana.

3. MATERIAL SISA GALIAN


a. Material galian yang t idak dapat dipakai lagi harus disingkirkandan dibuang sesuai dengan
petunjuk Direksi.
b. Material sisa galian tidak diperkenankan ditimbun di tempat-tempat yang merusak pemandangan/
mengganggu lalu lintas.
c. Pengangkutan material sisa galian, tanah bekas galian dan sedimentasi sesegera mungkin
dibuang ke lokasi yang telah ditentukan direksi dengan menggunakan dump truck / L 300.

Pasal 9
BAHAN-BAHAN UMUM
1. SEMEN PORTLAND
a. Kualitas semen Portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan telah memenuhi syarat
Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar mutu dan cara uji Semen Portland (SII-
0013081).
b. Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran yang diperlukan pada
setiap jenis pekerjaan. Pelaksana harus mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari
gudang penyimpanan yang digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
c. Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindungi dari cuaca dan bebas dari
kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan maksimal 30 cm diatas tanah. Penumpukan
dalam zak semen tidak boleh lebih dari 2 m tingginya.
2. AGREGAT HALUS
a. Pasir untuk pasangan batu bebas dari gumpalan tanah liat,bahan-bahan organic, asam, garam,
alkali, dan bahan-bahan lainnya yang merupakan substansi perusak.
Jumlah prosentase dan segala substansi yang merugikan adalah tanahyang berbutir halus
beratnya tidak boleh lebih dari 5%, menurut pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-
80 tentang “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”.
b. Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat pada PBI -1971 atau
standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” (SK NIT-015-1990-03).

3. AGREGAT KASAR (KERIKIL,BATU PECAH/BELAH)


a. Agregat harus bersih dan bebas dari bagian-bagian yang halus, mudah pecah, tipis,
mengandung alkali dan bahan-bahan organis lainnya sesuai SII-0052-80 tentang Mutu dan Cara
Uji Agregat Beton.
b. Bahan yang aus tidak melebihi 50% berat agrega t sesuai dengan pengujian mesin Los Angeles
(Abrams Test).
c. Bagian agregat yang pipih dan lonjong tidak melebihi 5% berat agregat, dan permukaan agregat
harus kasar, massif, solid, dan tidak berpori.
d. Ukuran butir Antara 20 mm sampai dengan 50 mm dengan susunan gradasi dan persyaratannya
sesuai dengan PBI-1971 atau menurut standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal” (SK.SNIT-15-1990-03).
e. Batu yang digunakan untuk pasangan pada dinding saluran dan pondasi terdiri dari batu pecah
dari sungai atau batu kali dimana diameter harus lebih kecil dari tebal pasangan, bentuk tidak
pipih, diameter 15 cm.
4. A I R
Air yang dipakai untuk campuran beton, spesi/mortel, plesteran dan pasangan lainnya harus bebas
dari lumpur, minyak asam, bahan organic, garam, dankotoran lainnya dalam jumlah yang dapat
merusak konstruksi. Air got tidak boleh dipakai, sebaiknya dipakai air dari sumur, PAM, atau
disesuaikan dengan standar yang berlaku pada PBI-1971.
5. BAHAN-BAHAN LAIN
a. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pekerjaan proyek, baik yang bersifat bahan dasar maupun
bahan yang telah jadi produksi harus terdiri dari bahan yang berkualitas baik, tanpa cacat dan
disitujui oleh Direksi.
b. Bahan-bahan additive boleh dipakai apabila telah disetujui oleh Direksi

Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
Semua pekerjaan penting untuk penggalian dan pekerjaan tanah lainnya yang diperlukan harus
dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan petunjuk dari Direksi.

2. PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Lokasi pekerjaan yang telah diserahkan Direksi harus dibersihkan dari pohon,semak, sampah,
dan bahan lain yang tidak diperlukan pada daerah sekitar lokasi pekerjaan, kecuali bila
diperintahkan lain oleh Direksi.
b. Bilamana terdapat akar tanaman atau tonggak kayu yang lebih dalam,harus dicabut sampai bersih
dan dibuang atau ditimbun di tempat yang telah ditunjuk oleh Direksi.
c. Tanah tempat kedudukan bangunan harus bersih dari bahan-bahan organis.

3. GALIAN TANAH UNTUK SALURAN


a. Dasar dan sisi galian, dimana akan didirikan bangunan harus diselesaikan dengan baik, rapih,
dan padat menurut dimensi yang ditentukan dalam gambar profil memanjang/ melintang dan
potongan.
b. Untuk galian saluran dengan pasangan, agar diperhitungkan galian lebih untuk memberikan ruang
kerja yang cukup.
c. Garis/ketinggian galian harus dilaksanakan sesuai dengan centre line dan ketinggian dasar yang
direncanakan penyimpangan dari ketentuan ini, hanya dapat diberikan bila ada persetujuan tertulis
dari Direksi.
d. Galian pada saluran yang telah ada harus diusahakan agar galian tidak digenangi air dengan cara
memompa, menimba atau cara-cara lainnya sesuai petunjuk Direksi.
e. Bilamana terdapat ketidak telitian titik-titik ketinggian dalam kontur atau gambar dengan
kenyataan, paling lambat 7 (tujuh) hari setelah perintah kerja dikeluarkan, pelaksana harus
memberitahukan secara tertulis kepada Direksi. Keterlambatan dari waktu tersebut menyebabkan
segala kelebihan pekerjaan merupakan beban pemborong.
f. Jika galian lebih dalam dari kedalaman yang dtentukan, maka bagian kelebihan tersebut harus
diurug dengan pasir dan dipadatkan dengan beban biaya dari Pelaksana.
g. Jika pekerjaan galian telah mendapat pesetujuan dari Direksi, maka pelaksana harus segera
memulai pekerjaan selanjutnya dan tidak boleh membiarkan galian terbuka terlalu lama.
h. Pada galian yang cukup panjang, dianjurkan secara bertahap, agar terhindar dari bahaya
kelongsoran, genangan, kecelakaan lalu lintas, dll.
i. Bila ternyata dasar galian merupakan tanah lembek yang diragukan daya dukungnya, pelaksana
harus menggali sampai lapisan tanah keras sesuai petunjuk Direksi.
j. Sedimen dan sampah biarkan kering, tidak boleh mengganggu arus lalulintas yang lewatkan.
Siapkan karung dengan volume 20-25 kg, masukan galian sedimen kedalamnya, sedimen siap
untuk diangkut oleh dump truck ke tempat pembuangan yang telah di tentukan.

4. LERENG GALIAN DAN LONGSORAN


a. Kemiringan lereng galian selain yang telah ditentukan, harus dibuat dengan memperhatikan
material galian yang kemungkinan terjadi keruntuhan/longsoran. Kerusakan yang terjadi akibat
longsoran harus diperbaiki kembali atas beban pemborong.
b. Bilamana diperlukan, pelaksana harus mengadakan penguat dinding galian pada galian dekat
rumah-rumah atau bangunan umum lainnya agar tidak terjadi kelongsoran.

Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN BATU
Segala material batu gunung, air dan pasir yang dipergunakan dalam pasangan batu harus telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan disetujui direksi.
a. Komposisi adukan untuk pasangan batu saluran harus terdiri dari 1semen Portland : 5 pasir
pasang dengan takaran yang sama dan dicampur dengan air secukupnya agar mencapai
kekentalan yang di setujui direksi.
b. Adukan harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (beton molen) atau manual sesuai
arahan direksi, lama pengadukan harus sampai menunjukkan homogenitas adukan sesuai
dengan petunjuk direksi. Dalam segala hal tidak boleh memakai adukan yang telah mulai
mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan lain untuk digunakan kembali.
c. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan atau cukup lama untuk menghanyutkan spesi,
dimana adukan yang sudah terlanjur dihampar harus dilindungi sedemikian rupa dari hujan.
Bilamana terjadi pelelehan akibat air hujan, spesi tersebut harus dibuang.
d. Semua batu yang digunakan dalam pasangan sebelumnya harus basah dengan air sampai
seluruh permukaan merata agar tidak terjadi penyerapan air oleh spesi.
e. Bila ada lubang galian untuk pasangan pondasi / saluran terdapat genangan air, maka sebelum
pekerjaan pasangan dimulai terlebih dahulu airnya dipompa / dikeringkan.
f. Pemasangan batu sedemikian rupa satu sama lain terjadi ikatanyang kokoh dan sempurna,
didalam pasangan sama sekali tidak boleh terdapat rongga atau celah yang tidak terisi spesi.
g. Pemasangan bouwplank atau profil saluran per section dibuat dari kayu atau balok yang kuat,
sehingga terbentuk profil saluran, baik sebagian yang nampak maupun bagian yang nantinya tidak
Nampak ( bagian / sisi dalam maupun sisi luarnya ).
h. Tebal pasangan batu disesuaikan dengan gambar desain dengan menambahkan tebal plesteran
1,50 cm.
i. Membuat lubang-lubang pada tepi saluran pada sisi jalan untuk masukkan air limpasan dari jalan
raya.

Pasal 12
PEKERJAAN PLESTERAN

a. Pekerjaan plesteran pada pasangan batu harus sesuai dengan bagian pekerjaan yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan, yaitu :
- Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan yang menggantung.
- Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada tepi - tepi pasangan yang
tidak disiar.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, spesi pada bagian permukaan harus digaruk minimal 0,5
cm dan diratakan / dibasahi agar terjamin melekatnya plesteran.
c. Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 5 Psr dengan tebal 15 mm kecuali ditentukan lain
oleh direksi.
d. Permukaan plesteran harus rata dan rapi.
e. Sebelum plesteran, maka permukaan harus bersih dan tidak kering.

Pasal 13
PEKERJAAN BETON

Jenis pekerjaan beton adalah cor ditempat yaitu :


- Plat lantai beton bertulang untuk deucker
Lingkup Pekerjaan mencakup pekerjaan :
- Pekerjaan Pembesian,
- Pekerjaan Bakesting
- Pekerjaan Pengecoran Baton K225
Ukuran/dimensinya serta jumlahnya pada setiap ruas sesuai dengan gambar dengan jumlah berat besi
per meter kubik beton sesuai dengan analisa SNI (lihat analisa).
a. Pengendalian Pekerjaan
Semua pekerjaan beton harus merujuk pada ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam :
Standar Industri Indonesia (SII) :
SII-13-1977(AASHTO M85 - 75): Semen Portland.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


PBI 1971 :: Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2.

SK SNI M-02-1994-03(AASHTO T11 - 90) : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang
Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992(AASHTO T21 - 87) : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk CampuranMortar
dan Beton.
SNI 03-1974-1990(AASHTO T22 - 90) : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
Pd M-16-1996-03(AASHTO T23 - 90): : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan
SNI 03-1968-1990(AASHTO T27 - 88) : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Ha-lus danKasar.
SNI 03-2417-1991(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
SNI 03-3407-1994(AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-hadap
LarutanNatrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87) : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah PecahDalam
Agregat.
SNI 03-2493-1991(AASHTO T126 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991(AASHTO T141 - 84) : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar
AASHTO
AASHTO T26 – 79 Quality of Water to be used in Concrete

standar Industri Indonesia (SII)


SII-13-1977(AASHTO M85 - 75) Semen Portland

b. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang dugunakan dalam pekerjaan ini
harus memenuhi persyaratan diantaranya :
1) PC/semen :
- digunakan satu jenis semen sekualitas yang memenuhi persyaratan dalam peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTMC-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
- Semen yang telah mengeras sebagian /seluruhnya,tidak diperkenankan untuk digunakan.
- Tempat penyimpanan semen harus diusahakansedemikian rupa sehingga semen bebas dari
kelembapan
- Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum
dipergunakan. Pelaksana harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh
direksi Pekerjaan untuk pengambilan contoh-contoh tersebut,semen yang tidak dapat
diterima sesuai pemeriksaan oleh direksi, harus tidak dipergunakan/diafkir
- Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton,
maka Direksi dapat memerintahkan untuk dibongkar, beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Pelaksana.
2) Pasir Beton
- Harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan - ahan
organis,Lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisibutir dan kekerasan seperti
yang tercantum dalam NI – 2PBI 1971.
3) Koral
- Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971.
- Koral yang digunakan ukuran 2/3 cm.
4) Air
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam
alkalis serta bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila dipandang
perrlu direksi dapat meminta kepada pemborong supaya air yang dipakai diperiksa
dilaboratorium pemerisaan bahan yang resmi atas biaya pemborong.
5) Baja / Besi Tulangan
- Semua Baja tulangan beton harus baru,
- Mutu dan ukuran sesuai dengan standard Indonesia untuk beton NI-2, PBI – 1971 atau ASTM
Deignation A-15, dan harus disetujui oleh Direksi.
- Direksi berhak meminta kepada Pelaksana surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik
darisemua baja tulangan beton yang disediakan untuk persetujuan Direksi sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum dalam gambar rencana
- Baja tulangan Beton harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat-cacat
seperti serpih - serpih, karat dan zat kimia lainnya yang dapat mengurangi/merusak daya
lekat antara baja tulangan dengan beton.
- Ukuran diameter baja tulangan harus sesuai dengan gambar rencana dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran.

c. Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton


1) Kelas dan Mutu Beton
- Kelas dan Mutu dari beton harus sesuai dengan standard Beton Indonesia NI-2, PBI-1971
- Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-
benda uji harus memberikan BK (kekuatan tekan beton kareteristik) yang lebih besar dari
yang ditentukan.
2) Komposisi Campuran Beton
- Beton harus dibentuk dari semen Portland, pasir, kerikil,dan air seperti yang ditentukan
sebelumnya.Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang serasidan diolah sebaik-
baiknya sampai pada kekentalan yangtepat/baik.
- Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang disyaratkan/ditentukan dalam
spesipikasi ini, harus dipakai campuran yang direncanakan (MIX DESIGNED)
- Ukuran maxsimal dari Agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak
boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton.
- Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu,
harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga
pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.
- Perbandingan campuran dan factor air semen yang tepat akan ditetapkan atas dasar beton
yang dihasilkan yang mempunyai kepadatan yang tepat, keawetan dan kekuatan yang
dikehendaki.
- Kekentalan (Konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus
disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton
dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor
airsemen.
- Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan,maka factor
air semen ditentukan untuk plat lantai maksimum 0,60
- Pemakaian bahan additive harus mendapat persetujuan dari direksi.
- Pengujian beton akan dilakukan oleh direksi pekerjaan atas biaya Pelaksana pelaksana.
Perbandingan campuran beton jika dipandang perlu harus diubah untuk tujuan penghematan
yang dikehendaki, workability, kepadatan, kekedapan, atau kekuatan dan Pelaksana tidak
berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

3) Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-benda Uji Beton


- Banyaknya air yang dipakai untuk beton harus diatur menurut keperluan untuk menjamin
beton dengan konsistensi yang baik dan untuk menyesuaikan variasi kandungan lembab atau
gradasi dari agregat waktu masuk dalam mesin pengaduk (Mixer).Penambahan air untuk
mencairkan kembali beton padat hasil pengadukan yang terlalu yang terlalu lama atau yang
menjadi kering sebelum dipasang sama sekali tidak diperkenankan. Keseragaman
Konsistensi beton untuk setiap kalipengadukan sangat perlu. Nilai Slump dari beton
(pengujian kerucut slump), tidak boleh kurang dari 8 cm dan tidak melampaui 12 cm,
untuksegala beton yang dipergunakan.
- Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2, PBI – 1971.Direksi berhak untuk menuntut nilai
Slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton
berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

4) Baja Tulangan
- Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang terterapada gambar – gambar konstruksi. Semua batang harus
dibengkokan dalam keadaandingin,pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan
bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Direks
- Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton dengan bantalan beton decking, perenggang dalam segala hal untukbesi beton
yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat,sehingga tidak ada batang yang
turun.
- Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel apabila tidak ditentukan dalam gambar
rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan
kesempatan masuknya alat penggetar beton.
- Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar rencana dan perhitungan,
apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan
adalah luas tulangan, dalam hal ini Pelaksana diwajibkan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi.

5) Selimut Beton
- Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan,serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian – bagian konstruksi. Apabila
tidak ditentukan di dalam gambar rencana,maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada
masing-masing konstruksi adalah Balok Sloof = 4,00 cm; Kolom = 3,00 cm Balok = 2,50 cm

6) Sambungan Baja Tulangan


- Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukan
pada gambar – gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Direksi.Overlap pada
sambungan-sambungan tulangan harus minimal 40 kali diameter batang yang
dipakai/digunakan, kecuali jika ditetapkan dalam secara pasti di dalam gambar rencana dan
harus mendapat persetujuan Direksi.
7) Perlengkapan Mengaduk
- Pelaksana harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing bahan
beton.Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan pengerjaannya selalu harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi.

8) Mengaduk
- Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton.
- Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna
yang merata dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan,kecuali bila diminta
adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi.
- Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyerpurnaan.
- Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih-lebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
- Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidakmemuaskan harus diganti.
- Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan

9) Suhu
- Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32°C dan tidak kurang dari 4,5°C.Bila suhu
dari Beton yang dituang berada antara 27°C dan 32° C,beton harus diaduk ditempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
- Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa,sehinggasuhu dari beton melebihi 32°C,
sebagai yang ditetapkan oleh Direksi,Pelaksana harus mengambil langkah – langkah yang
efektif, umpmanya mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu,untuk mempertahankan suhu beton,waktu dicor pada suhu dibawah
32°C.

10) Rencana Cetakan / Bakesting


- Cetakan harus sesuai dengan bentuk,dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.
- Bahan yang dipergunakan adalah papan kelas II dan apabila menggunakan bahan lain maka
harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
- Sebelum pembuatan cetakan dimulai harus disetujui direksi.
- Sewaktu-waktu Direksi dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima
dalam segi apapun dan Pelaksana harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan
menggantinya atas biaya sendiri.
- Bakesting dapat digunakan beberapa kali setelah beton telah memenuhi umur dan atas
persetujuan direksi.
11) Konstruksi Cetakan / Bakesting
- Semua cetakan harus betul-betul teliti kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat
dicegah pengembangan atau gerakan selama /sesudah pengecoran beton.
- Sebelum beton dicor,permukaan dari cetakan-cetakan harus diminyaki dengan minyak yang
biasa diperdagangkan untuk maksud itu yang mencegah secara efektif lekatnya beton pada
cetakan dan memudahkan dalam pembongkaran cetakan beton.
- Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untukmencegah kontak dengan besi beton yang
mengakibatkan kurangnya daya lekat.
- Penyangga cetakan harus bertumpu pada dasar yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada
kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

12) Pengangkutan Beton


- Cara-cara dan alat-alat yang digunakan untuk pengangkutanbeton harus sedemikian rupa
sehingga beton dengan komposisi dan kekentalan yang diingikan dapat dibawa ke tempat
pekerjaan, tanpa adanya pemisahan dan kehilangan bahan yang menyebabkan perubahan
nilai slump.
13) Pengecoran
- Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan,ukuran dan letak baja tulangan
beton sesuai gambar rencana/pelaksanaan, penyokong, pengikat dan lain-lainnya selesai
dikerjakan sebelum pengecoran dimulai permukaan – permukaan yang berhubungan
dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Direksi.
- Segera sebelum pengecoran beton dimulai ,semua permukaan pada tempat pengecoran
beton (cetakan) harus bersih dari air yang tergenang, reruntuhan ataubahan lepas.
Permukaan bekisting dengan bahan-bahan yang menyerap pada tempat-tempat yang akan
dicor harus dibasahi dengan merata sehingga kelembaban / air dari beton yang baru dicor
tidak akan diserap.
- Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih dari 2 meter,semua penuangan beton harus
selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari 50 cm.Direksiberhak untuk
mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran dengan tebal 50 cm, tidak dapat memenuhi
spesifikasi ini.
- Pengecoran beton tidak diperkenankan selama hujan deras berlangsung sehingga spesikasi
mortar terpisah dari agregat kasar. Selama hujan,air semen atau spesi tidak boleh
dihamparkan pada construction joint dan air semen atau spesi yang terhampar harus dibuang
sebelum pekerjaan dilanjutkan.
- Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari
kantong-kantong kerikil,dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan matrial
yang diletakan. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (Vibrator)
harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang
terletak dibawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton
dengan airnya, semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson
beroprasi dengan kecepatan paling sedikit 3000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam
beton.
- Beton boleh dicor hanya waktu Direksi pekerjaan atau wakilnya yang ditunjuk serta staf
kontraktor yang setaraf ada di tempat kerja,dan persiapan betul-betul telah memadai

14) Waktu Dan Cara-cara Pembukaan Cetakanan.


- Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Direksi,
pekerjaan ini harus dikerjakan hati-hati untuk menghindari kerusakan pada beton.
- Beton yang masih muda/lunak tidak di izinkan untuk dibebani, segera setelah cetakan –
cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak
beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Direksi.
- Umumnya diperlukan waktu minimum dua (2) hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk
dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan – cetakan samping lainnya, 21 hari untuk
plat lantai.
- Bekesting dapat dibongkar bila konstruksi tersebut telah mencapai kekuatan untuk dapat
memikul berat sendiri konstruksi.
- Jika izin pembongkaran ditentukan tidak atas hasil pemeriksaan benda uji,maka cetakan baru
dapat dibongkar setelah beton berumur 3 (tiga) minggu.
15) Perawatan ( Curing )
- Untuk mencegah terjadinya retak-retak, setelah beton dicor dan mulai mengering maka beton
harus dibasahi secara kontinyu dengan air bersih selama prosess pengerasan berlangsung
(dua minggu atau lebih).
- Perawatan beton setelah tiga (3) hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air
terus menerus pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari.
- Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung
minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. perlindungan semacam itu dilakukan dengan
menutupi permukaan beton dengan deklit/karung bekas yang dibasahi dan harus
dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.
- Keropos yang terjadi akibat pengecoran kurang sempurna dapat diperbaiki bila mendapat
persetujuan dari Direksi Pelaksana.
16) Perlindungan
- Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum
penerimaan terakhir oleh KonsultanPengawas.
17) Perbaikan Permukaan Beton
- Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata
ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus
dibuang dan diganti oleh kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Direksi memberikan
izinnya untuk menambal tempat yang rusak,dalam hal mana penambalan harus dikerjakan
seperti yang telah tercantum dalam pasal-pasal berikut.
- Kerusakan yang memerlukan pembongkaran dan perbaikan ialah yang terdiri dari sarang
kerikil, kerusakan-kerusakan karena cetakan, lobang-lobang karena keropos, ketidak rataan
/ pembengkakan harus dibuang dengan pemahatan atau dengan batu gerinda. Sarang kerikil
dan beton lainnya harus dipahat, lobang-lobang pahatan harus diberi pinggiran yang tajam
dan dicor sedemikian sehingga pengisian akan terikat ditempatnya. Semua lobang harus
terus menerus dibasahi selama 24 jam sebelum dicor, dan seterusnya disempurnakan.

Pasal 14
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR
Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh pelaksanaan pekerjaan
konstruksi fisik selesai. Kontraktor diwajibkan membuang semua sisa-sisa bahan bangunan yang tidak
terpakai dari lokasi kegiatan, yang diakibatkan oleh adanya pelaksanaan konstruksi fisik. Pelaksanaan
pembersihan meliputi seluruh ruas drainase, deucker serta plat pelintas.
Pasal 15
SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pelaksana.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi atau pengawas lapangan mengakibatkan sanksi
dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar untuk
dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya Pelaksana.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian Pelaksana menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
Pelaksana pelaksana.
e. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar penduduk dan
semacamnya merupakan tanggung jawab Pelaksana.

Pasal 16
CATATAN LAIN-LAIN DAN KETERANGAN TAMBAHAN
a. Setiap kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dinyatakan dalam Berita Acara dan
ditandatangani oleh Pelaksana dan Direksi Harian (Pengawas Lapangan).
b. Bila ada perbedaan antara ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini dengan gambar, maka akan
dikonsultasikan dengan direksi / pengawas lapangan dan PPK kegiatan.

Mengetahui / Menyetujui
PPK

MOH. RIZAL USMAN, ST


Nip : 198209212010011005

Anda mungkin juga menyukai