PROGRAM
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE
KEGIATAN:
PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM DRAINASE YANG
TERHUBUNG LANGSUNG DENGAN SUNGAI LINTAS DAERAH
KABUPATEN/KOTA DAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI
SUB KEGIATAN:
PAKET PEKERJAAN :
PEMBANGUNAN DRAINASE AMASING KOTA UTARA BACAN,
HALMAHERA SELATAN
SPESIFIKASI TEKNIK
(SPEKTEK)
Uraian Pendahuluan
7. JANGKA WAKTU 120 (Seratus Dua Puluh) Hari Kalender, terhitung sejak di tanggal
PELAKSANAAN penandatanganan Kontrak.
PEKERJAAN
8. Standar Teknis
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007,
tanggal 27 Desember 2007
_ Mengikuti persyaratan Standard Nasional Indonesia (SNI),
Standard Konsep Nasional Indonesia (SK-SNI), Normalisasi
Indonesia serta Peraturan-peraturan Nasional dan
Internasional lain yang berhubungan dengan Pekerjaan ini :
a. SNI 1728-1989, SKBI 1.3.53.1989; Tentang Tata Cara
Mendirikan Bangunan Gedung.
b. SNI 03-1734-1989, SNI 03-1734-1989-F, tentangTata
Cara Perencanaan Beton Bertulang untuk Rumah dan
Gedung. Spesifikasi Teknis Page 2
c. SNI 03 – 3233 – 1992; UDC. 674.048, tentang Panduan
Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan
Peredaman.
d. SKBI – 4.3.53.1987, UDC 699.048.004.1, tentang
Spesifikasi Kayu Awet untuk Perumahan dan Gedung.
e. SNI 03 – 2404 – 1991 ; SK SNI T – 05 1990 – F tentang Tata
Cara Pencegahan Rayap pada Pembuatan Bangunan
Rumah dan Gedung.
f. SNI 03 – 2410 – 1991 ; SK SNI T – 11 – 1990 – F tentang
Tata Cara Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat Emulsi.
g. SNI 03 – 2417 – 1991 SK SNI T – 08 – 1990 – F; tentang
Tata Cara Pengecatan Kayu untuk Bangunan Rumah dan
Gedung.
h. SK SNI S – 04 – 1989 – F tentang Spesifikasi Bahan
Bangunan Bagian C ( Bahan Bangunan dari Logam Besi /
Besi ).
i. SKBI 1.3.53.1987, UDC 699.887, tentang Pedoman
Perencanaan Penangkal Petir.
j. SNI 03 – 1735 – 1989; SKBI – 2.5.53.1987, tentang Tata
Cara Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung.
k.SNI edisi Revisi Kumpulan Analisa Biaya Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan.
l. SNI tentang Pekrjaan Tanah. Pondasi. Kayu, Besi, Beton,
Dinding, Plesteran, Penutup Lantai dan Plafond yang
disusun Oleh BSN th. 2008
l. Standar Industri Indonesia ( SII ).
m. Pedoman Plumbing Indonesia.
n. ASTM, JIS dan lain – lain yang ada hubungannya dengan
Pekerjaan ini.
Bidang Jasa Pelaksana Konstruksi Jaringan Irigasi dan Drainase (KBLI 42201)
I. PERSONIL MANAJERIAL
Persyaratan yang harus dilampirkan untuk masing-masing personil dengan urutan sebagai
berikut :
- Sertifikat
- Ijazah
- KTP.
Diberikan pada saat PAM SPPBJ
A. PELAKSANAAN SMK3
TINGKAT
NO URAIAN PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA
RESIKO
KONDISI
NO JENIS PERALATAN JUMLAH KAPASITAS
PERALATAN
1 Beton Molen 1 unit 0,5 m3 Baik
2 Profil Tank 1 Unit 1200 liter Baik
3 Mesin Pompa Air 1 unit 1100 Baik
liter/menit
4 Mesin Genset 1 unit 15 kPa Baik
5 Dump Truck 1 Unit 3 m3 Baik
D. LINGKUP KEGIATAN
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Drainase
a) Pekerjaan Tanah
b) Pekerjaan Pasangan
c) Pekerjaan Baton
Pasal 1
URAIAN UMUM
1. URAIAN PEKERJAAN
Uraian singkat mengenai kegiatan :
a. Nama Program : Pengelolaan Dan Pengembangan Sistem Drainase
b. Nama Kegiatan : Pembangunan Drainase Desa Amasing Kota Utara
c. Lokasi Kegiatan : Desa Amasing Kota Utara Bacan
d. Waktu kegiatan : 120 Hari ( 4 bulan )
e. Sumber Daya : APBD Provinsi Maluku Utara
f. Thn Anggaran : 2023
Pasal 2
GAMBAR-GAMBAR KONSTRUKSI
a. Semua pekerjaan sebagaimana yang telah diuraikan dalam pasal 1 perincian/uraian pekerjaan
haruslah dilaksanakan sesuai dengan gambar, atau data dari Direksi.
b. Bilamana Direksi menganggap perlu dan/atau atas permintaan pemborong,maka Direksi dapat
memutuskan untuk menyerahkan tambahan perinciangambar-gambar kepada pemborong.
Pasal 3
RKS DAN GAMBAR
a. Pelaksana wajib meneliti semua gambar dan RKS termasuk tambahan /perubahannya yang
dicantumkan dalam Berita Acara pemberian penjelasan pekerjaan.
b. Bila gambar tidak sesuai dengan RKS, maka RKS lah yang berlaku.
c. Bila sesuatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambaryang berskala lebih besar
(lebih mendetail) yang berlaku.
d. Bila tetap masih ada perbedaan/ keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan
kesalahan, pelaksana wajib menanyakan pada pengawas teknik dan pelaksana mengikuti
keputusannya.
e. Bila penyimpangan-penyimpangan dan keragu-raguan bisa menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam
pelaksann pekerjaan, maka pelaksana diminta untuk mengkonsultasikan dengan Direksi dan
mengikuti petunjuk-petunjuknya.
Pasal 4
RENCANA KERJA
a. Oleh karena pekerjaan ini waktunya terbatas dan tetap harus menjaga mutu kualitas pekerjaan, maka
diperlukan rencana dan strategi yang matang dalam hal sebagai berikut :
1. Pekerjaan berlangsung secara kontinyuuntuk mengejar target volume,kuantitas, dan kualitas.
2. Menyusun dan melaksanakan sistem “shift pekerja” untuk kegiatan siang dan malam.
3. Pada kegiatan malam hari, lampu-lampu penerangan harus disiapkan secukupnya (menghindari
terjadinya kecelakaan lalu lintas).
4. Ketersediaan dan pasokan material tidak boleh terputus sebagaimana target volume pekerjaan.
5. Rencana dan strategi angkutan dan pembuangan sedimen, hasil galian dan hasil bongkaran
dalam kurun waktu 1x24 jam (tidak diperkenankan ditumpuk di lapangan).
b. Sebelum pekerjaan lapangan dimulai, pelaksana wajib membuat rencana kerja pelaksanaan.
c. Rencana kerja tersebut harus diminta persetujuan terlebih dahulu kepada pengawas, paling lambat
dalam satu minggu setelah SPK diterima pemborong,rencana kerja yang disitujui akan dijalankan
oleh pengawas.
d. Pelaksana wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (empat) kepada pengawas. Satu
salinan rencana kerja harus ditempel pada dinding bangsal (Direksi Keet) yang selalu diikuti dengan
gambar kemajuan pekerjaan (progress pekerjaan).
e. Pengawas akan menilai prosentase pekerjaan pelaksana berdasarkan rencana kerja tersebut.
Pasal 5
PELAKSANAAN DI LAPANGAN
a. Pelaksana wajib memberitahukan kepada Direksi / Pengawas Lapangan bilaakan memulai pekerjaan
atau sesuatu bagian pekerjaan dengan Request Sheet.Pelaksana dapat memulai pekerjaan apabila
Request Sheet telah ditandatangani oleh Direksi. Hal-hal mengenai pekerjaan yang tidak dilengkapi
dengan Request Sheet tidak akan diperhitungkan oleh Direksi.
b. Pekerjaan pengukuran, penentuan batas dan penempatan bangunan dan sebagainya dikerjakan oleh
Direksi..
c. Pelaksana tidak diperbolehkan merubah sesuatu yang terdapat dalam RKS sebelum berunding dan
mendapatkan persetujuan tertulis dari pihak proyek.
d. Perbaikan/ penentuan ukuran atau gambar konstruksi yang kurang jelas,hanya dapat dikerjakan oleh
pelaksana setelah mendapat persetujuan tertulis dari pihak proyek.
e. Semua bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan harus sesuai dengan contoh
yang telah mendapatkan persetujuan dari Direksi/Pengawas Lapangan.
f. Pelaksana harus mengadakan peralatan kerja sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan dan mendapat
persetujuan Direksi.
g. Selama waktu pelaksanaan, pelaksana diharuskan menetapkan minimal seorang pelaksana/
pengawas pekerjaan tetap yang cakap dan mampu serta bertanggungjawab atas jalannya
pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana/Pengawas yang ditetapkan harus dilaporkan dan mendapat
persetujuan Direksi.
Pasal 6
PENGUKURAN KEMBALI DAN PEMASANGAN BOWPLANK
Pasal 7
PEKERJAAN PERSIAPAN DAN PERINGATAN LALU LINTAS
1. Sebelum dimulainya dan selama berlangsungnya pekerjaan pelaksana diwajibkan untuk memasang
tanda-tanda pengaman lalu lintas dengan ketentuan sbb :
a. Papan dan tanda-tanda perhatian harus dibuat dari papan kelas II tebal minimum 3 cm dengan
warna dasar kuning dengan tulisan “Hati - Hati ada Pekerjaan Saluran Drainase” dengan warna
hitam, dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 40 cm.
b. Pada malam hari di tempat-tempat yang berbahaya harus dipasang lampu merah yang cukup jelas
dan terang menurut petunjuk Direksi untuk menghindari terjadinya kecelakaan
c. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan pada malam hari juga harus diberi lampu
merah atau tanda yang jelas seperti tersebut diatas.
2. Penutupan lalu lintas secara total tidak dibenarkan, kecuali setelah ada persetujuan tertulis dari
Direksi.
3. Pelaksanaharus menjaga agar lalu lintas tetap berjalan. Pelaksana harus menyediakan 2 (dua) orang
untuk mengatur lalu lintas tersebut.
4. Penempatan alat-alat dan bahan-bahan diusahakan sedapat mungkin tidak mengganggu lalu lintas.
Bila karena terpaksa, bahan-bahan harus dituangkan di tepi jalan ke tempat yang tidak mengganggu
lalu lintas,selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam sesudah penurunan bahan-bahan tersebut.
5. Sepenuhnya setiap kecelakaan yang disebabkan karena kelalaian pemborong, seperti tersebut
diatas, sepenuhnya adalah tanggung jawab pemborong
Pasal 8
PEMBONGKARAN DAN PERBAIKAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Pembongkaran mencakup fasilitas yang merupakan milik instansi/negara dan milik perorangan
yang terletak pada lokasi pekerjaan seperti kabel telepon, pipa-pipa PDAM dan lain - lain.
b. Pekerjaan pembongkaran termasuk perbaikan dan pemindahan harus dilaksanakan menurut
petunjuk-petunjuk Direksi dan syarat-syarat teknis dan berkoordinasi dengan instansi yang
bersangkutan.
Pasal 9
BAHAN-BAHAN UMUM
1. SEMEN PORTLAND
a. Kualitas semen Portland yang digunakan adalah yang disetujui Direksi dan telah memenuhi syarat
Standar Indonesia (N.I.8) atau memenuhi standar mutu dan cara uji Semen Portland (SII-
0013081).
b. Banyaknya semen yang dipergunakan disesuaikan dengan jumlah takaran yang diperlukan pada
setiap jenis pekerjaan. Pelaksana harus mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran semen dari
gudang penyimpanan yang digunakan untuk tiap jenis pekerjaan pada hari itu.
c. Penyimpanan semen harus ditempatkan dalam gudang yang terlindungi dari cuaca dan bebas dari
kelembaban udara, mempunyai lantai penyimpanan maksimal 30 cm diatas tanah. Penumpukan
dalam zak semen tidak boleh lebih dari 2 m tingginya.
2. AGREGAT HALUS
a. Pasir untuk pasangan batu bebas dari gumpalan tanah liat,bahan-bahan organic, asam, garam,
alkali, dan bahan-bahan lainnya yang merupakan substansi perusak.
Jumlah prosentase dan segala substansi yang merugikan adalah tanahyang berbutir halus
beratnya tidak boleh lebih dari 5%, menurut pemeriksaan laboratorium, atau memenuhi SII-0052-
80 tentang “Mutu dan Cara Uji Agregat Beton”.
b. Gradasi pasir untuk campuran beton disesuaikan dengan syarat-syarat pada PBI -1971 atau
standar “Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal” (SK NIT-015-1990-03).
Pasal 10
PEKERJAAN TANAH
1. LINGKUP PEKERJAAN
Semua pekerjaan penting untuk penggalian dan pekerjaan tanah lainnya yang diperlukan harus
dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan petunjuk dari Direksi.
2. PEMBERSIHAN LAPANGAN
a. Lokasi pekerjaan yang telah diserahkan Direksi harus dibersihkan dari pohon,semak, sampah,
dan bahan lain yang tidak diperlukan pada daerah sekitar lokasi pekerjaan, kecuali bila
diperintahkan lain oleh Direksi.
b. Bilamana terdapat akar tanaman atau tonggak kayu yang lebih dalam,harus dicabut sampai bersih
dan dibuang atau ditimbun di tempat yang telah ditunjuk oleh Direksi.
c. Tanah tempat kedudukan bangunan harus bersih dari bahan-bahan organis.
Pasal 11
PEKERJAAN PASANGAN BATU
Segala material batu gunung, air dan pasir yang dipergunakan dalam pasangan batu harus telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan dan disetujui direksi.
a. Komposisi adukan untuk pasangan batu saluran harus terdiri dari 1semen Portland : 5 pasir
pasang dengan takaran yang sama dan dicampur dengan air secukupnya agar mencapai
kekentalan yang di setujui direksi.
b. Adukan harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk beton (beton molen) atau manual sesuai
arahan direksi, lama pengadukan harus sampai menunjukkan homogenitas adukan sesuai
dengan petunjuk direksi. Dalam segala hal tidak boleh memakai adukan yang telah mulai
mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan lain untuk digunakan kembali.
c. Batu-batu tidak boleh dipasang selama hujan atau cukup lama untuk menghanyutkan spesi,
dimana adukan yang sudah terlanjur dihampar harus dilindungi sedemikian rupa dari hujan.
Bilamana terjadi pelelehan akibat air hujan, spesi tersebut harus dibuang.
d. Semua batu yang digunakan dalam pasangan sebelumnya harus basah dengan air sampai
seluruh permukaan merata agar tidak terjadi penyerapan air oleh spesi.
e. Bila ada lubang galian untuk pasangan pondasi / saluran terdapat genangan air, maka sebelum
pekerjaan pasangan dimulai terlebih dahulu airnya dipompa / dikeringkan.
f. Pemasangan batu sedemikian rupa satu sama lain terjadi ikatanyang kokoh dan sempurna,
didalam pasangan sama sekali tidak boleh terdapat rongga atau celah yang tidak terisi spesi.
g. Pemasangan bouwplank atau profil saluran per section dibuat dari kayu atau balok yang kuat,
sehingga terbentuk profil saluran, baik sebagian yang nampak maupun bagian yang nantinya tidak
Nampak ( bagian / sisi dalam maupun sisi luarnya ).
h. Tebal pasangan batu disesuaikan dengan gambar desain dengan menambahkan tebal plesteran
1,50 cm.
i. Membuat lubang-lubang pada tepi saluran pada sisi jalan untuk masukkan air limpasan dari jalan
raya.
Pasal 12
PEKERJAAN PLESTERAN
a. Pekerjaan plesteran pada pasangan batu harus sesuai dengan bagian pekerjaan yang tercantum
dalam gambar pelaksanaan, yaitu :
- Seluruh permukaan pasangan batu yang tidak disiar, pasangan yang menggantung.
- Pada bagian permukaan atas dinding saluran / pondasi dan pada tepi - tepi pasangan yang
tidak disiar.
b. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, spesi pada bagian permukaan harus digaruk minimal 0,5
cm dan diratakan / dibasahi agar terjamin melekatnya plesteran.
c. Komposisi campuran plesteran digunakan 1 Pc : 5 Psr dengan tebal 15 mm kecuali ditentukan lain
oleh direksi.
d. Permukaan plesteran harus rata dan rapi.
e. Sebelum plesteran, maka permukaan harus bersih dan tidak kering.
Pasal 13
PEKERJAAN BETON
SK SNI M-02-1994-03(AASHTO T11 - 90) : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang
Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-2816-1992(AASHTO T21 - 87) : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk CampuranMortar
dan Beton.
SNI 03-1974-1990(AASHTO T22 - 90) : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
Pd M-16-1996-03(AASHTO T23 - 90): : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Lapangan
SNI 03-1968-1990(AASHTO T27 - 88) : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Ha-lus danKasar.
SNI 03-2417-1991(AASHTO T96 - 87) : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles
SNI 03-3407-1994(AASHTO T104 - 86) : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat Ter-hadap
LarutanNatrium Sulfat dan Magnesium Sulfat
SK SNI M-01-1994-03(AASHTO T112 - 87) : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir Mudah PecahDalam
Agregat.
SNI 03-2493-1991(AASHTO T126 - 90) : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium.
SNI 03-2458-1991(AASHTO T141 - 84) : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton Segar
AASHTO
AASHTO T26 – 79 Quality of Water to be used in Concrete
b. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan, pada dasarnya semua jenis bahan yang dugunakan dalam pekerjaan ini
harus memenuhi persyaratan diantaranya :
1) PC/semen :
- digunakan satu jenis semen sekualitas yang memenuhi persyaratan dalam peraturan
Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTMC-150 Type I Atau Standard Inggris BS-12.
- Semen yang telah mengeras sebagian /seluruhnya,tidak diperkenankan untuk digunakan.
- Tempat penyimpanan semen harus diusahakansedemikian rupa sehingga semen bebas dari
kelembapan
- Direksi dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum
dipergunakan. Pelaksana harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh
direksi Pekerjaan untuk pengambilan contoh-contoh tersebut,semen yang tidak dapat
diterima sesuai pemeriksaan oleh direksi, harus tidak dipergunakan/diafkir
- Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan tersebut telah dipergunakan untuk beton,
maka Direksi dapat memerintahkan untuk dibongkar, beton tersebut dan diganti dengan
memakai semen yang telah disetujui atas beban Pelaksana.
2) Pasir Beton
- Harus terdiri dari pasir dengan butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan - ahan
organis,Lumpur dan lain sebagainya, serta memenuhi komposisibutir dan kekerasan seperti
yang tercantum dalam NI – 2PBI 1971.
3) Koral
- Koral yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai persyaratan yang tercantum dalam NI-2 PBI 1971.
- Koral yang digunakan ukuran 2/3 cm.
4) Air
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, garam
alkalis serta bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton. Apabila dipandang
perrlu direksi dapat meminta kepada pemborong supaya air yang dipakai diperiksa
dilaboratorium pemerisaan bahan yang resmi atas biaya pemborong.
5) Baja / Besi Tulangan
- Semua Baja tulangan beton harus baru,
- Mutu dan ukuran sesuai dengan standard Indonesia untuk beton NI-2, PBI – 1971 atau ASTM
Deignation A-15, dan harus disetujui oleh Direksi.
- Direksi berhak meminta kepada Pelaksana surat keterangan tentang pengujian oleh pabrik
darisemua baja tulangan beton yang disediakan untuk persetujuan Direksi sesuai dengan
persyaratan mutu untuk setiap bagian konstruksi seperti tercantum dalam gambar rencana
- Baja tulangan Beton harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat-cacat
seperti serpih - serpih, karat dan zat kimia lainnya yang dapat mengurangi/merusak daya
lekat antara baja tulangan dengan beton.
- Ukuran diameter baja tulangan harus sesuai dengan gambar rencana dan tidak
diperkenankan adanya toleransi bentuk ukuran.
4) Baja Tulangan
- Baja tulangan beton harus dibengkok/dibentuk dengan teliti sesuai dengan bentuk dan
ukuran-ukuran yang terterapada gambar – gambar konstruksi. Semua batang harus
dibengkokan dalam keadaandingin,pemanasan dari besi beton hanya dapat diperkenankan
bila seluruh cara pengerjaan disetujui oleh Direks
- Besi beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana. Untuk
menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan
kawat beton dengan bantalan beton decking, perenggang dalam segala hal untukbesi beton
yang horizontal harus digunakan penunjang yang tepat,sehingga tidak ada batang yang
turun.
- Jarak bersih terkecil antara batang yang pararel apabila tidak ditentukan dalam gambar
rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan
kesempatan masuknya alat penggetar beton.
- Pada dasarnya jumlah luas tulangan harus sesuai dengan gambar rencana dan perhitungan,
apabila dipakai dimensi tulangan yang berbeda dengan gambar, maka yang menentukan
adalah luas tulangan, dalam hal ini Pelaksana diwajibkan meminta persetujuan terlebih
dahulu dari Direksi.
5) Selimut Beton
- Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar
cetakan,serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian – bagian konstruksi. Apabila
tidak ditentukan di dalam gambar rencana,maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada
masing-masing konstruksi adalah Balok Sloof = 4,00 cm; Kolom = 3,00 cm Balok = 2,50 cm
8) Mengaduk
- Bahan-bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton.
- Direksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna
yang merata dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan,kecuali bila diminta
adanya perubahan dalam komposisi atau konsistensi.
- Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyerpurnaan.
- Tidak diperkenankan melakukan pengadukan beton yang berlebih-lebihan (lamanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
- Mesin pengaduk yang memproduksi hasil yang tidakmemuaskan harus diganti.
- Mesin pengaduk tidak boleh dipakai melebihi dari kapasitas yang telah ditentukan
9) Suhu
- Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh lebih dari 32°C dan tidak kurang dari 4,5°C.Bila suhu
dari Beton yang dituang berada antara 27°C dan 32° C,beton harus diaduk ditempat
pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.
- Bila beton dicor pada waktu iklim sedemikian rupa,sehinggasuhu dari beton melebihi 32°C,
sebagai yang ditetapkan oleh Direksi,Pelaksana harus mengambil langkah – langkah yang
efektif, umpmanya mendinginkan agregat, mencampur dengan es dan mengecor pada waktu
malam hari bila perlu,untuk mempertahankan suhu beton,waktu dicor pada suhu dibawah
32°C.
Pasal 14
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR
Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh pelaksanaan pekerjaan
konstruksi fisik selesai. Kontraktor diwajibkan membuang semua sisa-sisa bahan bangunan yang tidak
terpakai dari lokasi kegiatan, yang diakibatkan oleh adanya pelaksanaan konstruksi fisik. Pelaksanaan
pembersihan meliputi seluruh ruas drainase, deucker serta plat pelintas.
Pasal 15
SANKSI
a. Keterlambatan pekerjaan akibat kekurangan bahan, tenaga kerja, alat sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Pelaksana.
b. Kelalaian terhadap perintah/ instruksi dari Direksi atau pengawas lapangan mengakibatkan sanksi
dapat diberlakukan.
c. Pekerjaan yang tidak dapat diterima oleh Direksi dan pengawas lapangan dapat dibongkar untuk
dibangun kembali sesuai spesifikasi dengan biaya Pelaksana.
d. Kerusakan fasilitas umum akibat kelalaian Pelaksana menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari
Pelaksana pelaksana.
e. Kerusakan-kerusakan kepemilikan pribadi/ orang perorangan seperti pagar penduduk dan
semacamnya merupakan tanggung jawab Pelaksana.
Pasal 16
CATATAN LAIN-LAIN DAN KETERANGAN TAMBAHAN
a. Setiap kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan harus dinyatakan dalam Berita Acara dan
ditandatangani oleh Pelaksana dan Direksi Harian (Pengawas Lapangan).
b. Bila ada perbedaan antara ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat ini dengan gambar, maka akan
dikonsultasikan dengan direksi / pengawas lapangan dan PPK kegiatan.
Mengetahui / Menyetujui
PPK