SPESIFIKASI TEKNIS
TAHUN ANGGARAN
2021, 2022, 2023
SPESIFIKASI TEKNIS
PEKERJAAN : PEMBANGUNAN MASJID AGUNG NANGA BULIK (MULTI YEARS)
I. UMUM
1. PENJELASAN UMUM
2. LOKASI PEKERJAAN
3. LINGKUP PEKERJAAN
4. PEMBIAYAAN
4. PERSONIL MANAJERIAL
8. URAIAN PEKERJAAN
9. HASIL PEKERJAAN
12. PENUTUP
I. UMUM
1. PENJELASAN UMUM
1.a. LATAR BELAKANG
Kegiatan pelayanan kepada masyarakat sangat diperlukan demi penunjang sarana dan
prasarana tempat ibadah yang layak dan nyaman. Rumah ibadah merupakan salah satu
prasarana ibadah yang perlu diperhatikan karena sebagai masyarakat yang beragama perlu
menjamin adanya kenyamanan para pemeluk agama untuk beribadah. Dengan bertambahnya
jumlah umat yang beribadah, maka perlu adanya peningkatan fasilitas rumah ibadah yang
berkapasitas lebih besar agar dapat menampung umat setiap saat.
Selain ketentuan-ketentuan dalam persyaratan umum, pelaksanaan pekerjaan juga harus
mengacu pada Persyaratan Teknis dari Standart Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku
di
Negara Republik Indonesia.
Secara umum persyaratan teknis pada Pekerjaan Pembangunan Masjid Agung Nanga
Bulik (Multi Years) Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah mengikuti
ketentuan dalam;
1. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Persyaratan
Teknis
Bangunan Gedung Nomor:29/PRT/M/2006.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Pedoman
Teknis
Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor:
30/PRT/M/2006.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia tentang Persyaratan
Teknis
Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Nomor:
26/PRT/M/2008.
2. LOKASI PEKERJAAN
Lokasi pekerjaan yang akan dilaksankan terletak di Kecamatan
Bulik.
3. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan Pembangunan Masjid Agung Nanga Bulik (Multi Years) ini adalah
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Biaya Penerapan SMKK
3. Bangunan Utama Masjid
4. Bangunan Kanan Masjid
5. Bangunan Kiri Masjid
6. Menara Masjid dan Pelengkap
7. Alat Bantu dan Operasional Proyek
8. Pasang Baru Daya listrik
Secara lengkap, seluruh jenis pekerjaan tersebut dapat disesuaikan / dilihat dan tercantum pada
Bill of Quantity (BQ) pekerjaan Pembangunan Masjid Agung Nanga Bulik (Multi Years)
Kabupaten Lamandau.
Kecuali disebut secara khusus dalam dokumen-dokumen yang dimaksud berikut ini,
lingkup pekerjaan yang ditugaskan termasuk tetapi tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut :
a. Pengadaan tenaga kerja;
b. Pengadaan bahan / material;
c. Pengadaan peralatan dan alat bantu sesuai dengan kebutuhan lingkup pekerjaan
yang ditugaskan;
d. Koordinasi dengan pemborong pekerjaan lain yang berhubungan dengan pekerjaan
pada bagian pekerjaan yang ditugaskan;
e. Menjaga kebersihan, kerapian, dan keamanan
pekerjaan.
Persyaratan teknis umum menjadi satu kesatuan dengan pelaksanaan pekerjaan dan secara
bersama-sama merupakan persyaratan dari segi teknis bagi seluruh pekerjaan sebagaimana
diungkap dalam satu atau lebih dari dokumen berikut ini.
a. Gambar-gambar tender/pelaksanaan;
b. Persyaratan teknis umum/pelaksanaan pekerjaan /
bahan;
c. Rincian volume pekerjaan/rincian
penawaran;
d. Dokumen-dokumen tender lainnya.
Dalam hal mana ada bagian dari persyaratan teknis umum ini yang tidak dapat diterapkan pada
bagian pekerjaan sebagaimana diungkapkan di atas, maka pada bagian dari persyaratan teknis
umum tersebut dengan sendirinya dianggap tidak berlaku.
4. PEMBIAYAAN
Biaya untuk melaksanakan pekerjaan ini sebesar Rp. 57.229.305.000,- (Lima Puluh
Tujuh
Milyar Dua Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Tiga Ratus Lima Ribu Rupiah) yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Lamandau
Tahun 2021,
2022, dan 2023 pada DPPA SKPD Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten
Lamandau No:1.03.01.01.00.000.5.1 untuk Program Penyelenggaraan Penataan Bangunan
dan
Lingkungannya di Daerah Kabupaten / Kota, Kegiatan Penataan Bangunan dan
Lingkungan, dengan Kode Rekening : 5.1.4.13.02 dan tercantum
dalam SIPD
No.DPA/A.1/1.03.1.04.0.00.01.00/001/2021 dengan kode anggaran :
5.1.05.05.01.0002.
a. Tahun Anggaran 2021 sebesar Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh Milyar
Rupiah)
b. Tahun Anggaran 2022 dan Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp. 47.229.305.000,- (Empat
Puluh
Tujuh Milyar Dua Ratus Dua Puluh Sembilan Juta Tiga Ratus Lima Ribu
Rupiah) .
d) Manajer Keuangan
Memimpin semua aktifitas dalam bidang administrasi, keuangan, dan umum
Mencatat dan menata semua karyawan di proyek
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat transaksi keuangan di proyek
Membantu Kepala Proyek untuk mencatat dan menyimpan surat keluar / masuk
dalam proyek
Bertanggung jawab penuh atas semua aktifitas administrasi, keuangan, dan umum
Bertanggung jawab penuh atas kelangsungan semua aktifitas karyawan di proyek
Bertanggung jawab penuh terhadap bukti dan pencatatan transaksi keuangan di proyek
Memberikan masukan kepada Kepala Proyek tentang kondisi keuangan di proyek
e) Ahli K3 Konstruksi
Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3 Konstruksi
Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
Merencanakan dan menyusun program K3
Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
Melakukan sosialisasi, penerapan, dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja, dan instruksi kerja K3
Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
Konstruksi
Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika diperlukan
Melakukan penanganan kecelakaan kerja, dan penyakit kerja serta keadaan darurat
KAPASITAS
NO JENIS / MACAM PERALATAN JUMLAH MINIMAL
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Pengukuran / pemasangan bowplank M'
2 Papan Nama Kegiatan Buah
3 Pembuatan pagar sementara dari seng gelombang tinggi 2 meter M'
4 mobilisasi dan Demobilisasi Ls
5 Personel K3 Konstruksi
a Ahli K3 Konstruksi OB
6 Fasilitas sarana kesehatan
a Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Dll) Ls
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
3 Lampu LED setara Philips 30 watt Buah
4 Lampu Gantung Buah
5 Sakelar Ganda setara Broco Buah
6 Sakelar Tunggal setara Broco Buah
7 Box + MCB Buah
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless M2
2 Perkerjaan Pasang Sound System Masjid Set
D. BANGUNAN KANAN MASJID
1 PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1 Galian tanah pondasi M3
2 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 1 Uk.2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 2 Uk.3,2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
4 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
5 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi Uk.1,8m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 Urugan Tanah Bawah Lantai M3
7 Urugan Tanah Kembali M3
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1,8m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 Pekerjaan Balok Uk.0,20m x 0,40m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
4 Pekerjaan Balok Uk.0,40m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
5 Pekerjaan Balok Uk.0,30m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,15m Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
7 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,20m Lt.1
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
8 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m Atap
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
3 Lampu LED setara Philips 30 watt Buah
4 Sakelar Ganda setara Broco Buah
5 Sakelar Tunggal setara Broco Buah
6 Box + MCB Buah
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen Buah
2 Pemasangan 1 Buah wastafel Buah
3 Pemasangan 1 Buah floor drain Buah
4 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau 3/4” Buah
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 3/4” Buah
6 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 4” Buah
7 Septic Tank BioTech Buah
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless M2
2 Area Bermain Unit
3 Boot Vendor Unit
4 Furniture Set
E. BANGUNAN KIRI MASJID
1 PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI
1 Galian tanah pondasi M3
2 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 1 Uk.2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 2 Uk.3,2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
4 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
5 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi Uk.1,8m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 Urugan Tanah Bawah Lantai M3
7 Urugan Tanah Kembali M3
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1,8m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 Pekerjaan Balok Uk.0,40m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
4 Pekerjaan Balok Uk.0,30m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
5 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,15m Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m Atap
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 PEKERJAAN DINDING DAN LANTAI
1 Pekerjaan Pasangan Dinding Bata Merah M2
2 Pemasangan 1 m2 plesteran 1SP : 4PP tebal 10 mm M2
3 Pemasangan 1 m2 Acian M2
4 Pemasangan Dinding HPL + Plywood 9mm, Rangka Hollow M2
5 Pemasangan Lantai Keramik 60x60 M2
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
3 Lampu LED setara Philips 30 watt Buah
4 Sakelar Ganda setara Broco Buah
5 Sakelar Tunggal setara Broco Buah
6 Box + MCB Buah
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Furniture Set
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1m x 1m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.0,6m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
3 Pekerjaan Balok Uk.0,50m x 0,80m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
4 Pekerjaan Balok Uk.0,40m x 0,80m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,15m Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
7 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,20m Lt.1
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
8 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m Atap
- Pekerjaan Pembetonan K-200 M3
- Pekerjaan Bekesting M2
- Pekerjaan Pembesian Kg
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) Titik
3 Lampu LED setara Philips 30 watt Buah
4 Sakelar Ganda setara Broco Buah
5 Sakelar Tunggal setara Broco Buah
6 Box + MCB Buah
8 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless M2
9 PEKERJAAN PELENGKAP DAN JALAN
1 Lampu Hias Buah
2 Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi senjang/semi senjang) Ton
3 Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter
4 Lapis Pondasi Agregat Kelas B M3
5 Lapis Pondasi Agregat Kelas A M3
6 Paving Stone 6 cm Lahan Parkir M2
7 Kolam dan Pelengkap Buah
8 Taman Set
10 PEKERJAAN TANGGA
1 Pemasangan rangka baja UNP 250.90.9 Kg
2 Pemasangan Profil Baja L 50.50.5 Kg
3 Pemasangan Plat Checker ( Plat Bordes ) 3 mm / m2 M2
4 Base Plate 16 mm Kg
5 Anchor Bold Angkur M-16 Bh
6 Pengecatan Baja Duco / m2 M2
7 Pemasangan 1 m2 Railling Tangga Pipa Galvanis Dia. 1/2 Inchi Mediu m M2
A. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1 Pengukuran / pemasangan bowplank
2 Papan Nama Kegiatan
3 Pembuatan pagar sementara dari seng gelombang tinggi 2 meter
4 Mobilisasi dan Demobilisasi
5 Personel K3 Konstruksi
a Ahli K3 Konstruksi
6 Fasilitas sarana kesehatan
a Peralatan P3K (Kotak P3K, Tandu, Obat Luka, Perban, Dll)
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless
2 Perkerjaan Pasang Sound System Masjid
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1,8m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
3 Pekerjaan Balok Uk.0,20m x 0,40m
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
4 Pekerjaan Balok Uk.0,40m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
5 Pekerjaan Balok Uk.0,30m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
6 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,15m Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
7 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,20m Lt.1
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
8 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m Atap
- Pekerjaan Pembetonan K-200
- Pekerjaan Bekesting
- Pekerjaan Pembesian
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton)
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton)
3 Lampu LED setara Philips 30 watt
4 Sakelar Ganda setara Broco
5 Sakelar Tunggal setara Broco
6 Box + MCB
7 PEKERJAAN PENGECATAN DAN ORNAMENT
1 Cat Tembok Interior
2 Cat Tembok Eksterior
3 Cat kilap pekerjaan kayu
4 Pekerjaan Ornament Kaligrafi Kuningan
5 Pemasangan Kerawangan SHERA CNC
6 Ornament Cafe
7 Papan Nama Cafe
8 Lapis Kayu Dinding Cafe
9 Ornament Fasade Phomi
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen
2 Pemasangan 1 Buah wastafel
3 Pemasangan 1 Buah floor drain
4 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau 3/4”
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 3/4”
6 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 4”
7 Septic Tank BioTech
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless
2 Area Bermain
3 Boot Vendor
4 Furniture
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton)
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton)
3 Lampu LED setara Philips 30 watt
4 Sakelar Ganda setara Broco
5 Sakelar Tunggal setara Broco
6 Box + MCB
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen
2 Pemasangan 1 Buah wastafel
3 Pemasangan 1 Buah floor drain
4 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau 3/4”
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 3/4”
6 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter 4”
7 Septic Tank BioTech
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Furniture
8 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless
10 PEKERJAAN TANGGA
1 Pemasangan rangka baja UNP 250.90.9
2 Pemasangan Profil Baja L 50.50.5
3 Pemasangan Plat Checker ( Plat Bordes ) 3 mm / m2
4 Base Plate 16 mm
5 Anchor Bold Angkur M-16
6 Pengecatan Baja Duco / m2
7 Pemasangan 1 m2 Railling Tangga Pipa Galvanis Dia. 1/2 Inchi Medium A
PASANG BARU DAYA LISTRIK (Disubkontrakkan kepada penyedia jasa pekerjaan konstruksi kualifikasi kecil dari
H.
provinsi setempat)
1 PEKERJAAN PERIZINAN PENYAMBUNGAN DAYA 97 KVA
a Penyambungan daya PLN 95 KVA
b Penyulang /Jaringan TM 20 KV
Daftar Pekerjaan Yang Disubkontrakan
- Urugan Tanah Bawah Lantai (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
spesialis (SP.004)).
- Pasangan Kubah Enamel Utama (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
Spesialis (SP.009)).
- Pasangan Kubah Enamel Selasar (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
Spesialis (SP.009)).
- Urugan Tanah Bawah Lantai (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
spesialis (SP.004)).
- Pasangan Kubah Enamel Utama (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
Spesialis (SP.009)).
3. BANGUNAN KIRI MASJID (PEKERJAAN UTAMA)
- Urugan Tanah Bawah Lantai (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
spesialis (SP.004)).
- Pasangan Kubah Enamel Utama (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
Spesialis (SP.009)).
4. MENARA MASJID DAN PELENGKAP (PEKERJAAN UTAMA)
- Urugan Tanah Bawah Lantai (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
spesialis (SP.004)).
- Pasangan Kubah Enamel Utama (Disub kontrakan kepada Penyedia Jasa Pekerjaan Konstruksi
Spesialis (SP.009)).
Disubkontrakkan kepada penyedia jasa pekerjaan konstruksi kualifikasi kecil dari provinsi setempat
1. PASANG BARU DAYA LISTRIK
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 1 Uk.60m x
0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 2 Uk.1m x
0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
3 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 3 Uk.0,3m
x
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
4 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 4
Uk.0,15m x 0,15m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
5 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 5
Uk.0,15m x 0,30m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
6 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Kta
Uk.2,3m x 0,3m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
7 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Ktb
Uk.2m x 0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
8 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 7 Uk.2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
9 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 8 Uk.2m x 2m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
10 Pekerjaan Pondasi Foot Plate 9 Uk.3m x 3m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
11 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi 1
Uk.60m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
12 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi 2
Uk.1m x 0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
13 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi 3
Uk.0,3m x 0,3m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
14 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi 4
Uk.0,15m x 0,15m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
15 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi 5
Uk.0,15m x 0,30m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
16 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi
Kta Uk.2,3m x 0,3m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
17 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Pondasi
Ktb Uk.2m x 0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
18 Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
19 Urugan Tanah Bawah Lantai - Tertabrak alat berat 10
- Tertimbun tanah 6
20 Urugan Tanah Kembali - Tertabrak alat berat 10
- Tertimbun tanah 6
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 1 Uk.60m x
0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 2 Uk.1m x
0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
3 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 3 Uk.0,3m
x
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
4 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 4
Uk.0,15m x 0,15m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
5 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang 5
Uk.0,15m x 0,30m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
6 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Kta
Uk.2,3m x 0,3m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
7 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Ktb
Uk.2m x 0,6m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
8 Pekerjaan Balok 1 Uk.0,50m x 0,85m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
9 Pekerjaan Balok 2 Uk.0,40m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
10 Pekerjaan Balok 3 Uk.0,45m x 0,80m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
11 Pekerjaan Balok 4 Uk.0,30m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
12 Pekerjaan Balok 5 Uk.0,30m x 0,50m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
13 Pekerjaan Balok 6 Uk.0,25m x 0,50m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
14 Pekerjaan Balok 7 Uk.0,15m x 0,20m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
15 Pekerjaan Balok 8 Uk.0,30m x 0,40m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
16 Pekerjaan Balok 9 Uk.0,20m x 0,30m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
17 Pekerjaan Balok tipe a
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
18 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,20m
Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
19 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,20m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
20 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m
Tumpuan Kubah
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
21 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Overstek
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
22 Pekerjaan Dak Beton Selasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
3 Lampu LED setara Philips 30 watt - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
4 Lampu Gantung - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
5 Sakelar Ganda setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
6 Sakelar Tunggal setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
7 Box + MCB - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen
- Terluka akibat alat kerja 4
1 Pemasangan 1 Buah wastafel - Terluka akibat alat kerja 4
2 Pemasangan 1 Buah floor drain - Terluka akibat alat kerja 4
3 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau
3/4” - Terluka akibat alat kerja 4
4 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW
diameter - Terluka akibat alat kerja 4
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW
diameter - Terluka akibat alat kerja 4
6 Tangki Air 2000 - Terluka akibat alat kerja 4
7 Pompa Booster Hydro - Terluka akibat alat kerja 4
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless - Terluka akibat alat kerja 4
2 Perkerjaan Pasang Sound System Masjid - Terluka akibat alat kerja 4
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
3 Lampu LED setara Philips 30 watt - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
4 Sakelar Ganda setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
5 Sakelar Tunggal setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
6 Box + MCB - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen
- Terluka akibat alat kerja 4
2 Pemasangan 1 Buah wastafel - Terluka akibat alat kerja 4
3 Pemasangan 1 Buah floor drain - Terluka akibat alat kerja 4
4 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau
3/4” - Terluka akibat alat kerja 4
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW
diameter - Terluka akibat alat kerja 4
6 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW
diameter - Terluka akibat alat kerja 4
7 Septic Tank BioTech - Terluka akibat alat kerja 4
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless - Terluka akibat alat kerja 4
2 Area Bermain - Terluka akibat alat kerja 4
3 Boot Vendor - Terluka akibat alat kerja 4
4 Furniture - Terluka akibat alat kerja 4
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.60m x
0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1,8m x
0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
3 Pekerjaan Balok Uk.0,40m x 0,70m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
4 Pekerjaan Balok Uk.0,30m x 0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
5 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,15m
Lt.Dasar
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
6 Pekerjaan Dak Beton Bertulang Tbl.0,12m
Atap
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
3 Lampu LED setara Philips 30 watt - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
4 Sakelar Ganda setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
5 Sakelar Tunggal setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
6 Box + MCB - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
8 PEKERJAAN SANITASI
1 Pemasangan 1 Buah closet jongkok porslen
- Terluka akibat alat kerja 4
2 Pemasangan 1 Buah wastafel - Terluka akibat alat kerja 4
3 Pemasangan 1 Buah floor drain - Terluka akibat alat kerja 4
4 Pemasangan 1 Buah kran diameter ½” atau
3/4” - Terluka akibat alat kerja 4
5 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter
3/4” - Terluka akibat alat kerja 4
6 Pemasangan 1 m’ pipa PVC tipe AW diameter
4” - Terluka akibat alat kerja 4
7 Septic Tank BioTech - Terluka akibat alat kerja 4
9 PEKERJAAN UTILITAS
1 Furniture - Terluka akibat alat kerja 4
2 PEKERJAAN PEMBETONAN
1 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.1m x
1m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
2 Pekerjaan Kolom Beton Bertulang Uk.0,6m x
0,60m
- Pekerjaan Pembetonan K-200 - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Pekerjaan Bekesting - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 6
- Terpukul palu / godam 4
- Pekerjaan Pembesian - Terluka akibat alat kerja 4
- Tertabrak kendaraan material 8
- Terpukul palu / godam 4
- Terluka akibat meterial 4
3 Pekerjaan Balok Uk.0,50m x 0,80m
6 PEKERJAAN LISTRIK
1 Titik Lampu + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
2 Stop Kontak + Instalasi (Bangunan Beton) - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
3 Lampu LED setara Philips 30 watt - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
4 Sakelar Ganda setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
5 Sakelar Tunggal setara Broco - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
6 Box + MCB - Terluka akibat alat kerja 4
- Terjatuh dari ketinggian 6
8 PEKERJAAN UTILITAS
1 Pekerjaan Pasang Pagar Railing Stainless - Terluka akibat alat kerja 4
TINGKAT
NO. JENIS PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA
RISIKO
Keparahan
Kekerapan 1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
Keterangan :
1-4 : Tingkat risiko kecil
2 2 4 6 8 10 5-12 : Tingkat risiko sedang
3 3 6 9 12 15 15-25 : Tingkat risiko besar
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
11. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
1.1 PENDAHULUAN
Spesifikasi Teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama dengan gambar-
gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga yang keduanya bersama-sama menguraikan pekerjaan
yang harus dilaksanakan. Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh
peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi-konstruksi, yang
diperlukan menurut dokumen-dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.
Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai,
harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun
bagian-bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai.
Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam
gambar Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis, Daftar Kuantitas dan
penjelasan- penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.
1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.4 PERIJINAN
Setelah Penyedia Jasa ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain yang
berwenang, maka Penyedia Jasa yang bersangkutan harus menyelesaikan perijinan tersebut.
Direksi, dalam batas-batas kewenangannya, akan membantu untuk menyiapkan
surat- surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk perijinan tersebut merupakan
tanggung jawab Penyedia Jasa.
Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang
diperlukan belum diperoleh.
Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material
yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan
memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus
didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya.
Jalan masuk ke lokasi, termasuk pada sarana pelengkap lain seperti jembatan darurat dan
sebagainya, yang bersifat sementara harus disiapkan oleh Penyedia Jasa. Penyedia
Jasa wajib memelihara sarana tersebut dan semua biaya yang dikeluarkan untuk
pemeliharaan tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Pada akhir pekerjaan, atas
perintah direksi, segala sarana tersebut kalau tidak dipergunakan lagi harus dibongkar,
dirapihkan kembali seperti keadaan semula atau seperti yang disyaratkan oleh direksi.
Penyedia Jasa harus membuat saluran-saluran untuk pembuangan semua air bekas dan
sisa buangan dari pekerjaan-pekerjaan, termasuk pekerjaan sementara, yang
ditimbulkan dimana saja. Cara pembuangan harus tidak merusak lingkungan setempat
dan tidak mengganggu pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tanah atau
saluran / anak sungai dimana air bekas dan sisa buangan akan dibuang.
1.6 UKURAN-UKURAN
Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada
gambar rencana. Ukuran-ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah ukuran
jadi, seperti keadaan selesai. Penyedia Jasa tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-
ukuran yang tercantum didalam gambar rencana dan pelaksanaan / dokumen kontrak tanpa
sepengetahuan Direksi Pekerjaan.
1.7 PERALATAN
Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan oleh
Penyedia Jasa. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, Penyedia Jasa harus
mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap
pekerjaan tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan peralatan
pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa
persetujuan direksi, Penyedia Jasa tidak diperbolehkan untuk memindahkan peralatan yang
diperlukan dari lokasi pekerjaan.
Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau
diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.
1.8 PENYEDIAAN MATERIAL
Penyedia Jasa harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam
daftar kuantitas (daftar rencana anggaran biaya) kecuali ditentukan lain didalam
dokumen kontrak.
Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan
harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama
produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan,
laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus
disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut pendapat
direksi hal- hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh Penyedia
Jasa tanpa biaya tambahan.
Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan
jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya.
Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak
cacat sesuai dengan spesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang
dapat mengganggu kualitas maupun penampilan.
Contoh-contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan
contoh menurut standar yang disetujui direksi. Contoh-contoh tersebut harus
menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan
pekerjaan.
Contoh-contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak tercampur
atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran Penyedia Jasa
harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material.
Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-
material dari jenis atau merk tertentu, maka Penyedia Jasa harus meminta petunjuk
direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan
untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Penyedia Jasa dapat mengganti
dengan produk atau merk lain yang sekurang-kurangnya mempunyai kualitas yang sama
dengan kualitas yang ditentukan oleh direksi.
Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus
dibawah pengawasan/supervisi Tenaga Akhli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum
dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Contoh bahan yang
akan digunakan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.
Bila dianggap perlu, Direksi Pekerjaan berhak memerintahkan kepada Penyedia Jasa
untuk membuat komponen jadi (mock up) pada detail-detail hubungan tertentu yang
harus diperlihatkan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapat persetujuan. Semua
bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai dengan standard yang berlaku
baik pada pembuatan, maupun pada pelaksanaan dilapangan oleh Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih dahulu,
harus mengusahakan langkah-langkah dan peralatan yang diperlukan untuk
melindungi pekerjaan dan bahan-bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak
rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca.
Penyedia Jasa harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan kepada
direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan
dimulai.
a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan.
b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian-bagian lain ke
lapangan.
c. Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian
pekerjaan
dan/atau pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya.
d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga-tenaga yang disediakan oleh Penyedia
Jasa.
e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan
disertai latar belakang pendidikan, pengalaman serta penugasannya.
f. Jenis serta jumlah mesin-mesin dan peralatan yang akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
g. Cara pelaksanaan pekerjaan.
Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva-S
beserta lampiran penjelasannya.
Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada direksi
sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup untuk
mempertimbangkan persetujuannya.
Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan
secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar-gambar, namun tetap
diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara
keseluruhan sesuai dengan kontrak.
Penyedia Jasa harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan / atau secara
keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya. Apabila dari hasil
pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, Penyedia Jasa dengan
biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil
dan dapat diterima oleh direksi.
1.18 LAPORAN-LAPORAN
Paling lambat tanggal 10 (sepuluh) tiap bulan atau pada suatu waktu yang
ditentukan Direksi, Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) buah Laporan
Kemajuan Bulanan yang menggambarkan secara detail kemajuan pekerjaan
selama bulan-bulan sebelumnya.
1.19 RAPAT-RAPAT
Rapat tetap antara Direksi, Konsultan dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada
waktu yang disepakati bersama. Maksud dari rapat ini membicarakan kemajuan
pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya
dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan. Setiap
bulan diadakan rapat bulanan antara Pimpro / Pimbagpro, Direksi, Konsultan dan
Kontraktor untuk mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan membahas permasalahan
yang dihadapi dan antisipasi permasalahan di bulan berikutnya.
1.20 DOKUMENTASI
Titik sudut pengambilan foto untuk tahap-tahap kegiatan diusahakan dari posisi yang
sama. Oleh karena itu, sebelum pengambilan foto perlu dibuat rencana / denah
yang menunjukan lokasi, posisi dari kamera juga arah bidikan yang kemudian
diserahkan kepada Direksi untuk disetujui.
Berita Acara Pembayaran dan Laporan Bulanan harus dilampiri dengan beberapa
foto- foto pelaksanaan pada periode tersebut. Pada akhir pelaksanaan Kontrak,
Kontraktor harus menyerahkan Album foto pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi
untuk tiap-tiap bagunan atau bagian konstruksi pada kondisi awal (0 %), 50 % dan
selesai 100 % dalam satu halaman.
1.21 PENGGAMBARAN
Gambar-gambar detail yang dikeluarkan oleh pabrik atau bengkel seperti kubah
enamel, diusulkan oleh Kontraktor sesuai dengan Spesifikasi, harus diperiksa
terlebih dahulu dan disetujui oleh Direksi.
Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan kembali
seluruh tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki kembali
sarana yang terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (bila ada).
Pekerjaan ini antara lain berupa :
1). Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan
pekerjaan termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lain-
lain.
2). Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena
bongkaran karena penggalian (bila ada).
3). Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi
proyek.
4). Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan
dan perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air
ini.
6). Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis
kotoran, sisa material buangan, fasilitas sementara dan lain-lain.
1.24 LAIN-LAIN
Pekerjaan Lain-lain adalah semua kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor
meskipun tidak tercantum di dalam Daftar Kuantitas dan Harga. Biaya yang diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan ini harus dimasukkan ke dalam “Harga Kontrak”, terdiri
dari:
1.24.2. Asuransi
Semua peralatan dan terutama tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan ini agar diasuransikan.
1.24.5. Keamanan
Kontraktor atas biaya sendiri harus bertanggung jawab terhadap segi
keamanan di lingkungan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal
ini, semua biaya harus sudah diperhitungkan dalam Harga Kontrak.
1.24.9. Resiko pekerjaan yang dilaksanakan di luar hari kerja dan jam kerja tanpa
persetujuan Direksi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
SETTING OUT
Seluruh pengukuran topografi harus merupakan 1 (satu) sistem koordinat yang mengikat
pada Titik koordinat awal (BM-0) yang ditetapkan oleh Direksi. Direksi akan
menyerahkan data koordinat BM tersebut kepada Kontraktor setelah terbit Surat
Perintah Mulai Kerja. Kontraktor perlu mendirikan titik-titik referensi tambahan
guna memperlancar pengecekan koordinat, BM (Benchmark) dan CP (Control point) di
lokasi yang diperintahkan atau disetujui oleh Direksi.
Jarak papan bouwplank minimal 2,00 m; dari garis bangunan terluar, untuk
mencegah kelongsoran terhadap galian-galian tanah pondasi.
FASILITAS SEMENTARA
2.2.1 Penyedia Jasa harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan. Los
Kerja diberi pintu dan jendela dan dilengkapi dengan satu stel meja tulis
dilengkapi dengan buku tamu dan buku instruksi serta satu lemari untuk
penyimpanan berkas- berkas yang diperlukan.
2.3.1 Penyedia Jasa harus melaksanakan pembersihan dan perataan dilokasi pekerjaan
disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas dari gangguan-
gangguan yang ada seperti pohon-pohon liar, semak/ belukar dan material lain
yang mengganggu termasuk permukaan tanah yang tidak beraturan.
2.3.2 Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon, drainase
dan lain-lain yang masih berfungsi. Penyedia Jasa diwajibkan untuk menjaga/
melindungi sarana tersebut dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung.
Seandainya diantara utilitas tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga
diperluka pembongkaran/ pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan
terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa kepada Direksi dan pihak instansi yang terkait,
untuk mendapatkan persetujuan. Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan
pembongkaran/pemindahan sarana tersebut menjadi tanggungan Penyedia Jasa. Pada
waktu pengajuan penawaran, Penyedia Jasa harus sudah memperhitungkan hal ini.
Hasil bongkaran akan dipilah-pilah oleh Direksi/ Pengawas untuk menentukan
bagian mana yang harus dipasang kembali, yang harus
dipindahkan ketempat yang telah ditentukan atau yang harus dibuang keluar
lokasi proyek.
1) Umum
3) Klasifikasi Galian
ii. Jika pada galian terdapat kotoran/sampah dan bagian tanah yang tidak
padat aau lepas, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian
lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir dan dipadatkan.
iv. Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari
segala macam kotoran.
vi. Hasil galian dipindahkan dan disimpan sementara ke tempat lain yang
akan ditentukan oleh Direksi untuk selanjutnya akan diinginkan untuk
pekerjaan timbunan.
vii. Kelebihan tanah hasil galian (yang tidak digunakan lagi untuk
timbunan) harus dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan
galian harus bebas dari timbunan tanah.
Usaha pemompaan air bila tidak memakai Coffer Dam hendaknya dilengkapi dan
dikerjakan sedemikian agar beton muda atau bagian-bagian daripadanya
tidak ikut terbawa dalam proses pemompaan. Pemompaan tidak dibenarkan
untuk dimulai sebelum lantai beton seal cukup menjadi keras.
Setelah penggalian disetujui, Penyedia Jasa harus segera mulai dengan tahap
konstruksi berikutnya dan tidak boleh membiarkan parit penggalian ditinggal
terbuka dalam jangka waktu lama untuk hal-hal yang tidak perlu.
6) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga
untuk masing-masing Mata Pembayaran, dimana harga dan pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk penyokong,
pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian.
2.4.2 TIMBUNAN TANAH
1) Umum
Urugan dilaksanakan pada :
a) Semua bekas lubang pondasi
b) Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan
tanah harus dilaksanakan menurut gambar serta peil-peil yang telah ditetapkan,
juga termasuk perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.
Pekerjaan Urugan akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan mata pembayaran, sebagai
berikut :
a) Urugan Tanah Kembali Dipadatkan
b) Urugan Tanah Peninggian Lantai Semua Bangunan
c) Urugan Pasir Dipadatkan untuk Semua Lantai Kerja.
Penyedia Jasa harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan dipergunakan
kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala kotoran-kotoran
seperti bahan- bahan yang dapat merusak beton, akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
5) Pelaksanaan
Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan
dipadatkan. Tebal dari tiap lapis diambil 20 – 30 cm dan selama proses pemadatan, harus
dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum.
Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk
pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang
sesuai.
Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan-bahan yang dapat membahayakan,
bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bahan bangunan dan atau
mempengaruhi kepadatan urugan.
Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan sampai
nantinya tidak akan timbul cacat-cacat seperti turunnya permukaan, bergelombang dsb.
6) Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
Mata Pembayaran, dimana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian
bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan ini.
BETON STRUKTURAL
3.1.1 Uraian
1) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau
semen hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau
tanpa bahan tambahan membentuk massa padat.
2) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh struktur
beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak dan
beton untuk struktur baja komposit, sesuai dengan spesifikasi dan gambar
rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran
beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan pemeliharaan fondasi seperti
pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar fondasi tetap kering.
4) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam kontrak
harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan dalam pekerjaan ini adalan
beton K-200.
3.1.4 BAHAN
1) Semen
2) Ai r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa,
gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan
dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan
dalam beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan
karena sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus
diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir standar dengan
memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air yang
diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur
yang sama. Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.
3) Agregat
ii) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan
atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana
beton harus dicor.
b) Sifat-sifat Agregat
i) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
ii) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-
sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 7.1.2.(2) bila contoh-contoh
diambil dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
iii) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran.
4) Bahan Tambah
yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja beton dapat berupa
bahan kimia, bahan mineral atau hasil limbah yang berupa serbuk pozzolanik
sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton.
a) Bahan kimia
Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton
dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan
atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton.
Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-
1991.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton segar, bahan tambahan campuran beton
dapat digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kinerja
kelecakan adukan beton tanpa menambah air; mengurangi penggunaan
air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan; mempercepat
pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton; memperlambat pengikatan
hidrasi semen atau pengerasan beton; meningkatkan kinerja kemudahan
pemompaan beton; mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump
(slump loss); mengurangi
susut beton atau memberikan sedikit pengembangan volume beton
(ekspansi);
mengurangi terjadinya bliding (bleeding); mengurangi terjadinya segregasi.
b) Mineral
1) Ketentuan Sifat-sifat
Campuran
b) Bilamana pengujian beton pada umur yang lebih awal sebelum 28 hari
menghasilkan kuat beton di bawah kekuatan yang disyaratkan, maka
Penyedia Jasa tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai
penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan
sampai telah diambil tindakan-tindakan yang menjamin bahwa produksi beton
memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi.
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula dirancang tidak
berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan berdasarkan
pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah air
atau oleh cara lain tidak diizinkan.
b) Penyesuaian Kekuatan
d) Bahan Tambahan
3) Penakaran Bahan
b) Penakaran agregat dan air harus dilakukan dengan basis kondisi agregat
jenuh kering permukaan (JKP). Untuk mendapatkan kondisi agregat yang jenuh
kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan agregat
yang akan digunakan dengan air paling sedikit 12 (dua belas) jam sebelum
penakaran. Apabila agregat tidak dalam kondisi jenuh kering permukaan,
maka harus diadakan perhitungan koreksi penakaran berat air dan agregat
dengan menggunakan data resapan dan kadar air agregat lapangan.
Sedangkan apabila
ditakar menurut volume, maka harus memeperhitungkan faktor pengembangan
(bulking factor) agregat halus seperti ditunjukkan dalam Gambar 3.1.1
H
a
l
u
Faktor Pengembangan ,
s
Kasar Sedang
3) Pencampuran
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis
dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari
seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang telah
ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
d) Waktu pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan ke dalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
3
pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m atau kurang haruslah 1,5 menit;
untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk tiap
penambahan 0,5 m3.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat
mungkin dengan
tempat pengecoran. Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual
harus
dibatasi pada beton non-struktural.
a) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
b) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat
dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual
sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang
sebelum pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang
kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
3) Pengecoran
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan
tertulis maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton
tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk
memulai pengecoran, pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan
bilamana Direksi Pekerjaan atau wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan
operasi pencampuran dan pengecoran secara keseluruhan.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time)
semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk
memperlambat proses pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih
dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan dalam
waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode
Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang
khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memungkinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit
dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di
bawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
5) Pemadatan
e) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5
cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
f) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi
sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada
seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus
ditarik pelan- pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak
lebih dari 45 cm jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu
titik lebih dari 30 detik, juga tidak boleh digunakan untuk memindah
campuran beton ke lokasi lain, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
1) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan
yang ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur,
tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 %
dari kekuatan rancangan beton telah dicapai.
a) Bagian atas pelat, kerb, permukaan vertikal, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaruk
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang
diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan secara manual
sampai halus dan rata dengan menggerakkan perata kayu secara memanjang
dan melintang, atau oleh cara lain yang cocok, sebelum beton mulai
mengeras.
b) Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang
masih belum rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya.
Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan
proporsi yang digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus
dilaksanakan sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan
hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang
dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal
yang tinggi atau beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah
bahan tambahan (aditif), harus dibasahi sampai kekuatanya mencapai 70
% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau setelah beton mencapai
kekuatan minimum yang disyaratkan.
5) Perawatan dengan Uap
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau
setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Perawatan dengan
uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
a) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan di luar.
b) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi
0
38 C selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian
temperatur dinaikkan berangsur- angsur sehingga mencapai 65 0C
f) Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu
jenuh dengan uap air.
Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan
dan tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya agar
beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan
temperatur pada bagian- bagian beton.
1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambahan bila diperlukan)
harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti
tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan.
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan
dilakukan sesaat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Campuran
beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa hal
menyetujui penggunaannya secara terbatas dan secara teknis mutu beton tetap
bisa dijaga. Kelecakan (workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa
sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah,
gelembung udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
d) Untuk pencampuran secara manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah
3
masing- masing mutu beton 60 m harus diperoleh satu hasil uji untuk
3
setiap maksimum 5 m beton pada interval yang kira-kira sama, dengan
minimum satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian
tidak boleh kurang dari empat hasil untuk masing- masing umur.
3
Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah 60 m , maka untuk setiap
maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus
diperoleh satu hasil uji.
e) Untuk pengecoran hasil produksi ready mix, maka pada pekerjaan beton dengan
3
jumlah masing-masing mutu 60 m harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap
3
maksimum 15 m beton pada interval yang kira-kira sama, dengan minimum
satu hasil uji tiap hari. Dalam segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh
3
kurang dari empat. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah 60 m , maka
3
untuk setiap maksimum 20 m beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai
harus diperoleh satu hasil uji.
1) Cara Pengukuran
b) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan untuk
acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian
akhir permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya
untuk penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut
telah dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan beton.
2) Dasar Pembayaran
3.2.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan
sesuai dengan
2) Standar Rujukan
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi Kawat Baja dengan Proses Canay Dingin untuk
SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos yang Dilas untuk Tulangan
SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton.
AASHTO M31M - : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete Rein-forcement.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway
3) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam SNI 03-6816-
2002. b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang
menutup
bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
ii) Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.2 untuk beton yang terendam/
tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan
tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan;
iii) 7,5 cm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa
dicapai, atau untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila
keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan
berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang
ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton yang
berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan
korosif lainnya.
Tabel 3.2.1
Tebal Selimut Beton Minimum dari Baja Tulangan untuk Beton
yang
Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai
Ukuran Batang Tulangan yang Tebal Selimut Beton
akan diselimuti (mm) Minimum
Batang 16 mm dan lebih kecil 2,5
Batang 19 mm dan 22 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0
4) Penyimpanan dan Penanganan
Penggantian batang dari ukuran berbeda akan hanya diijinkan bila secara
jelas disahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana baja diganti haruslah dengan
luas penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
3.2.2 BAHAN
1) BajaTulangan
a) Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang
sesuai dengan Gambar dan memenuhi Tabel dibawah ini :
Tabel 3.2.2 Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan
2) Tumpuan untukTulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu fc’ 20 MPa seperti yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau
bahan lain tidak boleh diijinkan sebagai tumpuan.
3) PengikatuntukTulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi
SNI 07-6401- 2000.
1) Pembengkokan
Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang
cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan
adukan semen acian (semen dan air saja).
i) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan
bekerja atau beban konstruksi lainnya.
2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti yang diuraikan di
atas, harus dibayar pada Harga Penawaran Kontrak untuk Mata Pembayaran
yang ditunjukkan di bawah ini, dan terdaftar dalam Daftar Kuantitas, dimana
pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan
dan pemasangan bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian
dan pekerjaan pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi
ketentuan.
1) Semen.
Sesuai dengan Pasal 3.1.4 .
2) Agregat.
Sesuai dengan Pasal 3.1.4.
3) Air
Sesuai dengan Pasal 3.1.4.
a) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru.
b) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senatiasa kering dan beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur atau bersampah atau di dalam air. Atas persetujuan Direksi beton dapat
dicor di dalam air dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
e) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk pondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau pengecoran
beton dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan pengujian penetrasi
ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya
untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari tanah di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi ketentuan,
Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau ke dalaman dari pondasi
dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat yang lunak, memadatkan
tanah pondasi atau
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk dari
galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara manual sesuai dimensi
yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran
beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak beton.
3) Pengecoran
a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24
jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton bilamana
pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus meliputi
lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis maupun
tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan. Penyedia
Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis dari
Direksi Pekerjaan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
berdasarkan pengamatan karakteristik waktu pengerasan (setting time) semen yang
digunakan, kecuali diberikan bahan tambahan (aditif) untuk memperlambat proses
pengerasan (retarder) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan
konstruksi
(construction joint) yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar
dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampaui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit
dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan
horisontal dengan tebal tidak melampuai 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran
dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga campuran beton
yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran beton yang
baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan
dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton baru
ini, bidang- bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya
PEKERJAAN PASANGAN
1) Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan pasangan batu harus memenuhi standard yang tercantum dalam Bagian
Spesifikasi Umum.
3) Persyaratan Bahan
a) Bata Merah
Semua Bata Merah ukuran 5x11x22 cm untuk pekerjaan pasangan pada dinding, harus
sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan standar yang dalam keadaan
utuh.
iii. Air yang dipergunakan untuk adukan bebas dari bahan-bahan lumpur, bahan-bahan
organik, alkali, garam dan kotoran-kotoran lain dan harus dites dan disetujui
oleh Direksi.
4) Persyaratan Pelaksanaan
Syarat-syarat dan ketentuan yang dinyatakan di sini akan berlaku untuk semua pekerjaan
pemasangan batu, kecuali kalau syarat-syarat dan ketentuan seperti diubah oleh
Direksi untuk suatu pekerjaan tertentu.
Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang
rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari
Direksi.
Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan
tangan (dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan
yang merata.
Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau
dalam uraian dan syarat-syarat ini.
Jenis Spesi
M1 1 Pc : 2 Psr
M2 1 Pc : 3 Psr
M3 1 Pc : 4 Psr
Campuran yang digunakan sesuai dengan yang tercantum dalam gambar atau
dapat dipakai campuran yang terdapat dalam tabel diatas..
b) Pemasangan
ii. Bata tidak boleh dipasang pada waktu hujan yang cukup deras atau cukup
lama untuk menghanyutkan adukan. Adukan yang telah dihampar yang luluh oleh
hujan harus disingkirkan dahulu dan diganti sebelum mengeras sepenuhnya.
c) Penyelesaian dan Penyempurnaan
Suatu batako harus dipasang dengan baik dan bagian mukanya rata, tumpukan batako
yang diisi adukan harus saling mengisi kekosongan dan saling mengikat, garis-
garis vertikal lurus dan permukaan yang baik, kecuali bila ditunjukan lain dari
gambar atau atas petunjuk Direksi.
1) Lingkup Pekerjaan
Plesteran seluruh dinding bangunan pasangan bata
merah
2) Standard an Rujukan
Pekerjaan Plesteran harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam spesifikasi
umum.
3) Jenis Plesteran
a) Plesteran biasa adalah campuran ≥ 1 PC : 4
PS.
Adukan plesteran ini untuk pasangan batu bata dan batu tempel serta untuk menutup
semua permukaan dinding pasangan bagian dalam bangunan, yang
dinyatakan
tidak kedap air seperti tercantum didalam Gambar kerja.
Adukan plesteran ini untuk semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding
pasangan yang disyaratkan harus kedap air seperti tercantum didalam Gambar
kerja
4) Persyaratan Bahan
a) Semen.
Sesuai dengan Pasal 3.1.4.
b) Pasir.
Sesuai dengan Pasal 3.1.4.
c) Air
Sesuai dengan Pasal 3.1.4.
5) Persyaratan Pelaksanaan
Untuk permukaan dinding pasangan sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu
dan siar-siarnya dikerok sedalam 1 cm .
Untuk setiap pertemuan bahan/material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar
, harus diberi naat /celah dengan ukuran lebar 0.7 cM dalam 0.5 cM.
a) Adukan
Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai
alas yang rata dan keras, tidak menyerap air yang sebelumnya harus ada
persetujuan dari Direksi.
Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan tangan
(dengan memakai cangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang
merata.
b) Komposisi
Apabila ditentukan lain dalam gambar, maka jenis adukan pada tabel berikut harus
dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar.
1) Lingkup Pekerjaan
Aduk pengisi siar dan nat yaitu merk AM, IBAGROUT atau setara. Warna
sesuai dengan ubin keramik.
3) Persyaratan Pelaksanaan
a) Pada saat pemasangan, ubin keramik harus dalam keadaan baik, tidak retak,
tidak cacat atau ternoda dan warna sesuai dengan yang disyaratkan.
d) Pola pemasangan ubin keramik harus sesuai dengan Gambar kerja /Shop Drawing
atau sesuai dengan petunjuk Direksi.
h) Persyaratan pelaksanaan aduk pengisi ini harus sesuai dengan spesifikasi pabrik
agar didapatkan hasil yang baik . sebelum dan sesudah pelaksanaan aduk
pengisi, siar harus berssih dari debu dan kotoran lainnya. Pembersihan
segera dilaksanakan sebelum menjadi keras/ kering dengan lap basah.
i) Ubin keramik yang telah terpasang harus segera dibersihkan dari bercak
noda aduk perekat dan aduk pengisi siar dengan lap/kain yang dibasahi
dengan air bersih dan dilindungi dari kemungkinan cacat akibat pekerjaan lain.
l) Sebelum pelaksanaan pekerjaan ini, semua pipa sparing dan atau jaringan pipa
sudah harus terpasang pada tempatnya.
n) Lantai Dasar.
Khusus untuk lantai dasar , maka berlaku persyaratan pelaksanaan sebagai berikut :
i. Tanah urug sebagai dasar harus mencapai kepadatan yang disyaratkan dan rata
waterpass. Persyaratan pelaksanaan pengurugan dan pemadatan tanah harus
mengikuti uraian pada BAB pekerjaan tanah.
ii. Selanjutnya dihamparkan lapisan pasir. Lapisan pasir ini harus padat dan
tidak berongga dan rata waterpass. Ketebalan lapisan pasir 10 cM atau sesuai
dengan Gambar kerja.
iii. Selanjutnya adalah lapisan lantai kerja beton tumbuk. Pembuatan lapisan
beton tumbuk harus sesuai dengan persyaratan seperti tercantum dalam
Seksi
3.1
PEKERJAAN KUSEN
Kusen (Pintu, Jendela dan Bouvenlight) seluruh Bagunan atau sesuai gambar rencana
dari kayu Kelas I dengan kwalitas baik dan diserut halus
1) Ukuran kayu yang digunakan adalah (6X12) cm yang merupakan ukuran jadi
(minimal). Seluruh permukaan kusen, harus dimeni sampai rata. Bidang-bidang angker-
angker besi dia 10 mm sebanyak 3 (tiga) buah pada setiap sisi.
2) Pada setiap kaki kusen pintu dibuat neut-neut beton tumbuk yang dilengkapi dengan
hook besi dia. 10 mm yang dipasang tertanam. Ukuran serta Type Kusen yang harus
dibuat, dapat dilihat pada gambar kerja.
1) Sebelum pelaksanaan kayu disimpan dan dikumpulkan pada tempat yang tertutup dari cahaya
langsung/ hujan dan mempunyai nsirkulasi udara yang baik dengan alas yang cukup
tinggi/ tidak bersentuhan langsung dengan tanah.
2) Pelaksana harus mempelajari setiap ukuran, bentuk, pola penempatan, cara pemasangan dan
detail yng sesuai dengan gambar rencana dan ketepatan pada saat pemasangan.
Seluruh sambungan kayu pada kusen dan daun jendela harus menyudut, rapih dan
halus, serta sesuai dengan gambar rencana
3) Pelaksanaan sambungan seperti klos, baut plat penggantung, amkur, dynabolt, sekrup,
paku dan lem perekat harus rapi dan sempurna. Diusahakan agar permukaan yang
tampak harus bersih/ tidak kotor
4) Pendempulan dan perapihan permukaan kayu harus rata, halus dan kering.
Setelah pendempulan dilaksanakan maka digosok dengan ampelas sesuai
keperluannya agar permukaan kayu halus dan rapi, serta pori kayu tertutupi dempul,
terutama pada bagian kayu halus seperti kusen, daun pintu, jendela dan lainnya
yang memerlukan kerapihan.
5) Seluruh kayu yang digunakan harus lurus dan tanpa cacat/ mata kayu/ retakan.
6) Untuk pekerjaan finishing, harus menggunakan bahan jadi (infra, wood filer, shading
filer dst). Pekerjaan harus memenuhi syarat yang ditentukan atau atas petunjuk dari
Direksi.
Pekerjaan panel daun pintu lengkap dengan kunci dan penggantung seluruh
bangunan gedung atau seperti tercantum dalam Gambar rencana.
Penggunaan bahan rangka Kayu Papan Kelas I tebal 3 cm. Referensi bahan sesuai
dengan yang diuraikan diatas.
2) Panel Daun Pintu.
Bahan dempul yang dipakai adalah tipe B dengan referensi SII 0282/80.
Bahan perekat adalah lem putih untuk kayu, produk HENKEL atau yang setaraf.
Semua pengikat berupa paku, sekrup, baut, dynabolt, kawat, dan lain-lain harus digalvanisasi.
3) Semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan penguat lain yang diperlukan
hingga terjamin kekuatannya harus memperhatikan /menjaga kesikuannya dan
kerapihan terutama untuk bidang-bidang tampak tidak boleh ada lubang-lubang atau
cacat bekas penyetelan.
4) Semua kayu tampak harus diserut halus, rata, lurus dan siku-siku satu sama lain sisi-
sisinya, dan dilapangan sudah dalam keadaan siap untuk penyetelan /pemasangan. Pembuatan
dan pemotongan profil kayu dilakukan dengan mesin di luar tempat
pekerjaan/pemasangan. Semua ukuran harus sesuai gambar dan merupakan ukuran jadi.
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1) Pekerjaan Kunci
Semua alat penggantung dan pengunci (“hardware”) yang digunakan harus sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam buku spesifikasi ini. Apabila terjadi perubahan atau
penggantian, harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu secara tertulis dari Pemberi
Tugas.
Kontraktor wajib mengajukan contoh bahan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Dalam pengajuan tersebut harus dengan komponen yang lengkap (anak kunci).
Pemilihan “hardware” pintu dan jendela disesuaikan dengan jenis bahan pintu.
c) Silinder (“Cylinder”).
Spesifikasi : Sistem anak kunci dua arah.
Pemakaian : Pintu pada setiap bangunan.
Produk : KEND, CISA atau setaraf.
Spesifikasi : Pegangan dalam/luar yang dapat diputar dengan tombol penekan
pada pegangan dalam) Jika dalam keadaan darurat, pintu dapat
dibuka dari sisi luar dengan “emergency pin”
Pemakaian : Pintu kamar mandi.
Produk : KEND atau setaraf.
d) Pegangan Pintu (“Handle”).
Pemakaian : Pintu dengan dua daun / pintu ganda sesuai dengan Gambar
kerja. Produk : KEND atau setaraf.
Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup secara
lengkap didalam gambar dokumen kontrak sesuai dengan standardisasi fabrikasi, dan
pemasangannya untuk setiap pintu dan jendela.
Shop drawing harus disetujui dahulu oleh Owner/ Konsultan Pengawas sebelum
dilaksanakan. Pemasangan semua perangkat perlengkapan pintu, jendela dan bovenlicht
harus rapi dan sesuai dengan letak posisi yang telah ditentukan dalam Gambar kerja dan atau
petunjuk Owner/ Konsultan Pengawas. Apabila hal tersebut tidak tercapai, maka
Kontraktor wajib memperbaiki tanpa tambahan biaya.
2) Engsel.
Pemasangan :
Engsel atas , + 28 cm (as) dari permukaan atas pintu. Engsel bawah , + 28 cm (as)
dari permukaan bawah pintu. Khusus pintu toilet adalah dari permukaan bawah pintu.
PEKERJAAN KACA
Bahan kaca untuk Jendela dan Pintu diharapkan memakai kaca Existing yang ada, untuk
kekurangannya memakai kaca baru dengan jenis / type yang sama dengan kaca Existing
atau sesuai dengan standard produk dengan SII 0819/78, Semua cermin harus sesuai dengan
NI-
3. Produk ASAHI GLASS atau setaraf.
1) Tipe Bahan.
a) Kaca :
Kaca lembaran jernih bening dengan spesifikasi:
c) Semua kaca dan cermin harus bebas dari noda dan cacat, bebas sulfida maupun
bercak- bercak lain.
d) Semua bahan kaca dan cermin yang dipakai harus mendapat persetujuan tertulis dari
Direksi.
2) Toleransi Tebal
Ketebalan kaca dan cermin lembaran tidak boleh melebihi toleransi tebal sebagai berikut
5 5 +
/- 0.3
3) Kesikuan.
Kaca dan cermin lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut siku
serta tepi potongan yang rata dan lurus.
4) Cacat-cacat.
Kaca dan cermin lembaran yang dipakai harus bebas dari cacat dan noda
apapun. Lapisan perak (Chemical Deposit Silver) pada kaca cermin yang dipakai
harus terlihat merata.
Apabila terjadi bercak-bercak hitam, maka kaca cermin harus diganti atas
biaya
Kontraktor dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambah.
4.8.3 PERSYARATAN PELAKSANAAN.
Ukuran, tebal, warna dan jenis bahan yang dipasang harus sesuai dengan
Gambar kerja, buku spesifikasi ini dan atau sesuai dengan petunjuk
Qwner/Konsultan Pengawas. Pemotongan harus rapi dan lurus dengan mengunakan
pemotong kaca dan cermin yang khusus.
Sisi-sisi kaca dan cermin yang tampak maupun tidak tampak akibat pemotongan harus
digurinda dan dihaluskan sampai berbentuk tembereng. Kaca yang telah terpasang
harus dilindungi dari kerusakan dan benturan dan diberi tanda agar mudah diketahui.
Sebelum pemasangan kaca, kusen telah terpasang dan telah selesai sesuai dengan
Gambar kerja dan memenuhi persyaratan pekerjaan kusen alluminium yang diuraikan
pada bab lain dalam buku ini. Selanjutnya adalah pemasangan rubber gasket/rubber
seal/sealant, sesuai dengan Gambar kerja.
Pemasangan kaca cermin menggunakan lem fox dimana pada bagian kaca telah terpasang
multipleks tebal 6 mm, permukaan kaca harus rata dengan dinding dan pada bagian tepi kaca
dibevel lebar 3 cm. Agar diperhatikan pada saat pemasangan, permukaan cermin harus rata
dengan permukaan dinding, celah antara pinggiran cermin dan dinding harus diisi dengan
sealant, supaya ada ruang toleransi untuk muai/susut dan kelihatan rapi.
4) Kualitas Pekerjaan.
Tidak boleh terjadi retak tepi pada semua kaca dan cermin akibat pemasangan rubber
gasket/rubber seal/sealant. Semua kaca dan cermin pada saat terpasang tidak boleh
bergelombang. Apabila masih terlihat adanya gelombang maka kaca dan cermin
tersebut harus dibongkar daan diperbaiki atau diganti.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklim sebagai
pekerjaan tambah.
5) Pemeliharaan.
Semua kaca dan cermin yang telah terpasang harus dilindungi dari kerusakan dan
benturan, serta harus diberi tanda agar mudah diketahui.
Apabila terjadi kaca atau cermin yang retak, pecah ataupun cacat lainnya akibat
keteledoran Kontraktor, Kontraktor harus mengganti dengan yang baru sesuai dengan
persyaratan.
Biaya untuk hal ini adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai
pekerjaan tambah.
PEKERJAAN LANGIT-LANGIT
1) Gypsum board.
Tebal :
9 mm (standard) dan 10 mm (wet area type untuk area
toilet)
Ukuran panel : 120 x 240 cm.
Produk : Jayaboard atau setaraf.
2) Rangka Langit-langit
1) Rangka Langit-langit.
Bahan rangka yang digunakan untuk pemasangan plafond adalah besi hollow
ukuran
4x4 cm dan 4x2 cm.
Penggantung rangka langit-langit adalah klem besi strip dengan kawat/kabel baja
yang diikatkan ke stek penggantung langit-langit. Stek penggantung langit-langit dari besi
beton berdiameter 8 mM, diikatkan ketulangan pelat lantai atau balok beton, telah
dipasang pada saat pengecoran. Panjang stek dan jarak penggantung sesuai dengan
Gambar kerja.
2) Langit-langit Gypsumboard.
Panel Gypsum yang dipasang adalah panel yang telah dipilih dengan baik,
bentuk, dan ukuran masing-masing unit sama, tidak ada bagian yang retak, gompal
atau cacat lainnya dan telah mendapat persetujuan dari Direksi..
Panel Gypsum dipasang dengan cara pemasangan sesuai dengan standard yang
dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya, pemakuan dengan paku khusus untuk panel
gypsum, dan pola pemasangan sesuai Gambar kerja. Setelah selesai terpasang , bidang
permukaan langit-langit harus lurus, rata waterpass dan tidak bergelombang,
sambungan antar panel saling tegak lurus.
3) Lis Langit-langit.
Pemasangan list profil pada langait-langit sedemikaian rupa sehingga lis langit-
langit menempel kuat , lurus dan rata. Setiap sambungan sudut merupakan
sambungan adu manis.
Pada pekerjaan ini, Kontraktor harus mengadakan koordinasi dari berbagai disiplin lain
untuk dapat mengkoordinasikan peralatan-peralatan yang harus terpasang pada panel
langit-langit tersebut, seperti armatur lampu, grill AC, titik penginderaan kebakaran,
sprinkler dan lain-lain.
PEKERJAAN PENGECATAN
1) Cat Tembok.
4) Plamur.
Lakukan dengan cara terbaik yang umum dilakukan kecuali apabila dispesifikasikan lain. Tebal
minimum dari tiap lapisan jadi (“finish") minimum sama dengan syarat yang
dispesifikasikan pabrik.
1) Pengecatan harus rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran , atau ada bekas yang
menunjukkan tanda-tanda sapuan, roller maupun semprotan.
2) Apabila dari cat yang dipakai ada yang mengandung bahan dasar beracun atau
membahayakan keselamatan manusia, maka Kontraktor harus menyediakan peralatan
pelindung, misalnya : masker, sarung tangan dan sebagainnya, yang harus dipakai waktu
pelaksanaan pekerjaan.
4) Peralatan seperti kuas, roller, sikat kawat, kape, pompa udara tekan/vacuum cleaner,
semprotan dan sebagainya harus tersedia dari mutu/kualitas terbaik dan jumlahnya
cukup untuk pekerjaan ini.
Khusus untuk semua cat dasar harus disapukan dengan kuas .
Penyemprotan hanya boleh dilakukan bila disetujui Owner/ Konsultan
Pengawas.Pemakaian ampelas, pencucian dengan air maupun pembersihan
dengan kain kering terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan tertulis
dari
Owner/ Konsultan Pengawas terkecuali disyaratkan lain dalam spesifikasi
ini.
7) Selama pelaksanaan, Kontraktor harus diawasi oleh tenaga ahli/supervisi dari pabrik
pembuat. Biaya untuk hal ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat di-klaim sebagai
pekerjaan tambah.
a) Sebelum pelaksanaan:
Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu , lemak, kotoran atau noda lain,
bekas- bekas cat yang terkelupas bagi permukaan yang pernah dicat dan dalam
kondisi kering.
d) Permukaan Exterior.
Lapisan pertama :
Semua pengecatan permukaan logam yang tidak ditampakkan hanya cat dasar jenis Quick
Dying Primer Red Lead sebanyak 1 lapis.
Pelaksanaan pekerjaan dengan kuas.
PEKERJAAN SANITASI
Jenis, ukuran, warna sesuai dengan petunjuk Gambar serta buku RKS ini dan telah disetujui
oleh Direksi. Segala contoh yang telah disetujui oleh Direksi harus diserahkan kepada Direksi.
Semua bahan yang terpasang sesuai dengan contoh yang telah disetujui.
Pemasangan semua unit saniter harus lengkap dengan ‘fixtures’ (kran, pipa
drain, dan sebagainya)
Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain terutama yang bersangkutan dengan
pekerjaan pemasangan, baik jadwal pekerjaan maupun posisi meletakkan peralatan
ditempat.
4) Pada penyambungan dengan ”flanged” perlu dilengkapi dengan “ring type gasket”
untuk lebih menjamin kekuatan sambungan.
Semua “fixtures” yang terpasang di dinding harus diusahakan tepat ditengah atau
pada naad ubin keramik
Masjid Agung Lamandau Menggunanakan Pasangan atap Single Bitumen IKO type Marathon 25 AR Ex.
Canada Dengan Speksifikasi Berikut :
- Multiplek 12mm Disupport Oleh Reng Jarak 60,5cm
- Under layer Armour Base Pro Sebagai Proteksi Multiplek Terhadap Air
- Atap Iko Marathon 25 Sebagai Penutup Atap
Dengan Material Sebagai Berikut :
NO Material Luas (m2) Qty Sat Harga Harga satuan total
M2
1 Genteng Iko Marathon 25 2,150m2 739 Bdl Rp. Rp. 630.000 Rp. 465.570.000
AR ex. Canada Starter 207 m1 6 Bdl 210.000 Rp. 900.000 Rp. 5.400.000
Leading Edge (coverrage
36 m1/Bdll) 86 m1 10 Bdl Rp. 630.000 Rp. 6.300.000
2 Nok Iko M25 AR 83 Roll Rp. 1.600.000 Rp. 132.800.000
3 UnderLayer Armoubase 769 Lbr
( Uk.1x30m)
4 Multipleks 12mm (uk.
1,22 x 2,44m)
5 Accessories: 194 Pcs Rp. 60.000 Rp. 11.640.000
-Flashing 12mm 22 Tube Rp. 150.000 Rp. 3.300.000
-Lem IKO 43.000 Pcs Rp. 1.000 Rp. 43.000.000
-screw multiplek 111 Pcs Rp. 100.000 Rp. 11.100.000
6 -paku iko 2.150 M2 Rp. 100.000 Rp. 215.000.000
7 Jasa pasang atap iko 86 M1 Rp. 20.000 Rp. 1.720.000
Jasa pasang nok
Total Material
PPN 10 %
Grand Total
Untuk Bahan – Bahan dan harga kubah yang di gunakan Berikut ini:
Pelaksana Lapangan harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum mendatangkan material
tersebut untuk mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Tim Perencana dan Pengawas.
Dalam pemasangannya harus diperhatikan benar-benar dan dipasang sedemikian rupa agar
pasangan penutup atap genteng metal terpasang rapi dan tidak bocor.
1) Uraian
3) Toleransi Dimensi
a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar, dengan toleransi di bawah ini :
Catatan :
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam Pasal 5.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidak-rataan
yang dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.
c) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A dan Kelas B tidak boleh
kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.
d) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang satu sentimeter
dari tebal yang disyaratkan.
e) Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap
pengikat atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus
dibuang
dengan sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan
yang diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang
sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.
4) Standar Rujukan
a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di bawah ini paling
sedikit
21 hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunaan setiap bahan untuk
pertama kalinya sebagai Lapis Pondasi Agregat :
b) Kontraktor harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis kepada Direksi
Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan dan sebelum persetujuan
diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat :
i) Hasil pengujian kepadatan dan kadar air seperti yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.
(4). ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data hasil survei pemerik-saan
yang
menyatakan bahwa toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.1.(3) dipenuhi.
Lapis Pondasi Agregat tidak boleh ditempatkan, dihampar, atau dipadatkan sewaktu turun
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi tidak
berada dalam rentang yang ditentukan dalam Pasal 5.1.3.(3).
a) Lokasi hamparan dengan tebal atau kerataan permukaan yang tidak memenuhi ketentuan
toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.1.(3), atau yang permu-kaannya menjadi tidak
rata baik selama pelaksanaan atau setelah pelaksanaan, harus diperbaiki dengan
membongkar lapis permukaan tersebut dan membuang atau menambahkan bahan
sebagaimana diperlukan, kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dan pemadatan
kembali.
b) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal rentang kadar air
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut yang dilanjutkan
dengan penyemprotan air dalam kuantitas yang cukup serta mencampurnya sampai rata.
c) Lapis Pondasi Agregat yang terlalu basah untuk pemadatan seperti yang ditentukan dalam
rentang kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3) atau seperti yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan tersebut secara berulang-ulang
pada cuaca kering dengan peralatan yang disetujui disertai waktu jeda dalam
pelaksanaannya. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat
diperoleh dengan cara tersebut di atas, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar
bahan tersebut dibuang dan diganti dengan bahan kering yang memenuhi ketentuan.
d) Perbaikan atas Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi kepadatan atau sifat-sifat
bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan, penggaruan disertai penyesuaian
kadar
air dan pemadatan kembali, pembuangan dan penggantian bahan, atau menambah
suatu ketebalan dengan bahan tersebut.
Seluruh lubang pada pekerjaan yang telah selesai dikerjakan akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus segera ditutup kembali oleh Kontraktor dengan bahan Lapis Pondasi Agregat,
diikuti pemeriksaan oleh Direksi Pekerjaan dan dipadatkan sampai memenuhi kepadatan dan
toleransi permukaan dalam Spesifikasi ini.
Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8 Pemeliharaan Lalu Lintas.
1.1.2 BAHAN
1) Sumber Bahan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai dengan Seksi
1.11 Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi ini.
Terdapat dua kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A dan Kelas B.
Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk
suatu lapisan di bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk
Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan
tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam Seksi 4.2 dari Spesifikasi ini.
Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel atau pecahan
batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana digunakan untuk Lapis Pondasi Agregat Kelas A maka untuk agregat kasar yang
berasal dari kerikil, tidak kurang dari 100 % berat agregat kasar ini harus mempunyai
paling sedikit satu bidang pecah.
Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu
pecah halus dan partikel halus lainnya. Fraksi agregat yang lolos ayakan No.200 tidak
boleh lebih besar dua per tiga dari fraksi agregat lolos ayakan No.40.
Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik dan gumpalan lempung
atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi
ketentuan gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel
5.1.2.(1) dan memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam Tabel 5.1.2.(2)
Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat :
a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan
lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus
diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan Seksi 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan
lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, maka
lapisan ini harus diselesaikan sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau
5.1 dari Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat, sesuai
dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan dan mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari
rencana akhir lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk
perbaikan tempat- tempat yang kurang dari 100 meter panjangnya, seluruh formasi
itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
2) Penghamparan
a) Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang
merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan
dalam Pasal
5.1.3.(3). Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
b) Setiap lapis harus dihampar pada suatu operasi dengan takaran yang merata
agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan.
Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus
diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat harus dihampar dan dibentuk dengan salah satu metode
yang disetujui yang tidak meyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan
halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan
bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran
terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm,
kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
3) Pemadatan
a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,
metode D.
c) Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3
% di bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar
air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989,
metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi
sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah memanjang. Pada bagian yang
ber”superelevasi”, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak
sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus
dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lapis tersebut
terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak terjangkau mesin
gilas harus dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang
disetujui.
4) Pengujian
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang diusulkan, selu-ruh
jenis pengujian bahan akan diulangi lagi, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan,
terdapat perubahan mutu bahan atau metode produksinya.
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi peker-jaan.
Pengujian lebih lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi paling sedikit harus
meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian indeks plastisitas, lima (5) pengujian
gradasi partikel, dan satu (1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan
SNI 03-
1743-1989, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari waktu ke
waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa,
mengunakan SNI 03-2827-1992. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh
kedalaman lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi
tidak boleh berselang lebih dari 200 m.
1) Cara Pengukuran
a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari bahan yang
sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
didasarkan atas penampang melintang yang ditunjukkan pada Gambar bila tebal
yang diperlukan merata, dan pada penampang melintang yang disetujui Direksi
Pekerjaan bila tebal yang diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur secara
mendatar sepanjang sumbu jalan.
b) Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang baru atau perkerasan
lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar tidak
diukur atau dibayar menurut Seksi ini, tetapi harus dibayar terpisah dari harga
penawaran yang sesuai untuk Penyiapan Badan Jalan dan Pengembalian Kondisi
Perkerasan Lama atau Bahu Jalan yang ada menurut Seksi 3.3, 8.1 dan 8.2 dari
Spesifikasi ini.
Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak memenuhi ketentuan
telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 5.1.1.(7), kuantitas yang
akan diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan dibayar seandainya pekerjaan
semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk pekerjaan
tambahan tersebut atau juga kuantitas yang diperlukan untuk pekerjaan perbaikan tersebut.
Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum pemadatan,
tidak ada pembayaran tambahan yang dilakukan untuk penambahan air atau pengeringan
bahan atau untuk pekerjaan lainya yang diperlukan untuk mendapatkan kadar air yang
memenuhi ketentuan.
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar pada Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk masing masing Mata Pembayaran yang terdaftar di
bawah ini dan termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang harga serta
pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, pemeliharan permukaan akibat
dilewati oleh lalu lintas, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan atau lazim untuk
penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan
yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis
Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan beraspal (misalnya Lapis
Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan yang beraspal
(seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).
3) Standar Rujukan
Brirish Standards :
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-
benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh
dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
5) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan
tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot.
Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang
didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya
kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap
ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan
dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur
untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau
lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah
dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan
yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan
tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera
diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan
dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali
Lapis Resap Pengikat.
a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Kontraktor untuk
digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat-nya dan
hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan
sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa
bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai
untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan
pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.
b) Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup
ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.
(4)
dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum
pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur
harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan
seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan
kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan
pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi
ketentuan Pasal
6.1.6 dari Spesifikasi ini
c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Pemeliharaan Lalu
Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila lalu
lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
baru dikerjakan.
5.1.2 BAHAN
a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow
setting) yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO
M208). Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menun-jukkan peresapan
yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi
harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut)
tidak kurang dari 50 % dan mempu-nyai penetrasi aspal tidak kurang dari
80/100. Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat ini tidak boleh diencerkan
di lapangan.
ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20,
diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang
digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah
percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal
6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan,
perbandingan
pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 bagian
minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan
viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).
b) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau
batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau
bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8” (9,5
mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).
a) Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan AASHTO M140 atau
Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi Pekerjaan dapat meng-ijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih
dan 1 bagian aspal emulsi.
5.1.3 PERALATAN
1) Ketentuan Umum
Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau kompresor,
distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai untuk
menyebarkan kelebihan bahan aspal.
a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh
maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh
melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor aspal
dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini :
Tachometer pengukur : ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepatan kendaraan BS 3403
Tachometer pengukur : ± 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai ketentuan
kecepatan putaran pompa BS 3403
Pengukur suhu : ± 5 ºC, rentang 0 - 250 ºC, minimum garis tengah arloji
70 mm
Pengukur volume atau : ± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum garis
tongkat celup skala Tongkat Celup 50 liter.
Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua petunjuk
untuk cara kerja alat distributor.
Grafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan
jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang
tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel (yaitu setiap lebar permukaan
disemprot oleh semburan tiga nosel).
b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang dihasilkan
oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang semprot di atas
bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang
bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang sebelum dan sesudah
disemprot. Perbedaan berat harus dipakai dalam menentukan takaran aktual pada
tiap lembar dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur
melintang pada lebar penuh yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen
takaran rata-rata.
c) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran
pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan pengujian
distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum
sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan dengan
kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran pemakaian yang
telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5
penampang melintang yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang
berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari
tepi bidang yang disemprot atau dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan.
Takaran pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap
tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif,
takaran pemakaian rata- rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang
telah dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi
ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor aspal
harus disemprotkan.
Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga dalam kondisi
baik, terdiri dari :
Agar diperoleh hasil penyemprotan yang merata maka Kontraktor harus menyediakan
tenaga operator yang terampil dan diuji coba dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan
Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada
perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah
selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6
dari
Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
c) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan
butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
d) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan
dengan memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya.
Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar
bersih, penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
e) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang
akan disemprot.
f) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan
dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang
telah
disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah
digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
g) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar
dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.
h) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Agregat Kelas A
0,2 sampai 1,0 liter per meter persegi untuk Lapis
Pondasi Semen Tanah.
Aspal emulsi atau aspal emulsi yang di- encerkan Tidak dipanaskan
Catatan :
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap
aspal cair.
3) Pelaksanaan Penyemprotan
a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus
diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-batas lokasi
yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprot dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,
kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang
sempit, Direksi
Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah
disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan
penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut sebelum dan
selama pelaksanaan penyemprotan.
c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur
atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap)
selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang
selebar 20
cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya
sampai lintasan penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai
dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot harus lebih besar dari
pada lebar yang ditetapkan, hal ini dimaksudkan agar tepi permukaan yang
ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang
lain.
d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup
kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan
pelindung tersemprot., dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.
Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang akan
disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan
ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10 persen
dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk angin)
dalam sistem penyemprotan.
f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang
yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali
panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang digunakan dan jarak
antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini,
dalam toleransi berikut ini :
a) Kontraktor harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.1.(5)
dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya hanya
dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap sepenuhnya ke dalam
lapis pondasi dan telah mengeras.
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan mini-mum
dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas,
cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.
b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mengering
serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus,
lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak boleh kurang
dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat
penutup (blotter material) yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan
Pasal
6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat.
Agregat penutup harus disebar dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak
melindas bahan aspal yang belum tertutup agregat. Bila penghamparan agregat
penutup pada lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang
belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang
tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup
harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan untuk
ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan
Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus
dilaksanakan seminimum mungkin.
Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis aspal
berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan
beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya
melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu
lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Kontraktor harus melindunginya dari kerusakan
dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas.
a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil di
antara berikut ini : jumlah liter pada 15 ºC menurut takaran yang diperlukan sesuai
dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter aktual pada
15 ºC yang terhampar dan diterima. Pengukuran volume harus diambil saat
bahan
berada pada temperatur keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara.
Kuantitas dari aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan
penyemprotan.
c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi Lapis
Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.4.(a) dan 6.1.4.(b) tidak
akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai
dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi,
sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dari Spesifikasi ini.
d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan
Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai menurut Pasal 6.1.5
dari
Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh
diukur atau dibayar secara terpisah.
Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.1.(5) di
atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan yang
seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
yang akan dilakukan untuk pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang
diperlukan oleh perbaikan ini.
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan
penyerap (blotter material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja, peralatan,
perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara
pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.
6.3.1 UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet dari lapis perata, lapis pondasi
atau lapis aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur di
pusat instalasi pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas
pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.
Dalam hal ini penting diingat bahwa dalam dalam merancang aspal beton konvensional, yang
dimulai dari memperoleh kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak akan
menghasilkan campuran yang memenuhi Spesifikasi ini.
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar.
b) Lataston (HRS)
Lataston (Hot Rolled Sheet) mempunyai persyaratan kekuatan yang sama dengan
tipikal yang disyaratkan untuk aspal beton konvensional (AC) yang tidak
bergradasi menerus. Lataston terdiri dari dua macam campuran, Lataston Lapis
Pondasi (HRS- Base) dan Lataston Lapis Permukaan (HRS-Wearing Course) dan
ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. Lataston
Lapis Pondasi (HRS- Base) mempunyai gradasi yang lebih kasar dari Lataston
Lapis Permukaan (HRS - Wearing Course).
ii) Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus memenuhi
ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini. Agar diperoleh gradasi
senjang, maka hampir selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan
agregat pecah mesin.
Bilamana pasir (alam) halus tidak tersedia untuk memperoleh gradasi senjang
maka campuran boleh menggunkan Aspal Beton (asphalt Concrete).
c) Laston (AC)
Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal maupun variasi
gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton (AC) terdiri dari tiga macam
campuran, Laston Lapis Aus (AC-WC), Laston Lapis Pengikat (AC-BC) dan
Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing
campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm
a) Tebal setiap lapisan campuran aspal harus dipantau dengan benda uji "inti" (core)
perkerasan yang diambil oleh Kontraktor di bawah pengawasan Direksi Peker-
jaan. Jarak dan lokasi pengambilan benda uji inti harus sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi paling sedikit harus diambil dua buah
dalam arah melintang dari masing-masing penampang lajur yang diperiksa. Jarak
memanjang dari penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari 200 m dan
harus sedemikian rupa hingga jumlah total benda uji inti yang diambil dalam setiap
ruas yang diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 (enam).
Bilamana tebal setiap benda uji inti individu kurang dari tebal rancangan nominal
pada setiap ruas, sebesar 3 mm untuk tebal nominal rancangan kurang dari 3 cm
dan
5 mm untuk tebal rancangan nominal kurang atau sama dengan 3 cm, maka
Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji inti tam-bahan pada
lokasi
yang tidak memenuhi syarat ketebalan sebelum pembongkaran dan pelapisan
kembali.
b) Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan,
didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari
ruas tersebut.
c) Tebal aktual campuran aspal yang dihampar, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal
6.3.1.(4).(b) di atas, harus sama atau lebih besar dari tebal nominal rancangan pada
Tabel 6.3.1.(1) untuk lapis aus harus sama dengan atau lebih besar dari tebal
nominal rancangan yang ditentukan dalam Lembar 2.0.1 dari Gambar.
Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal
campuran aspal tidak boleh kurang dari toleransi yang disyaratkan dalam Pasal
6.3.1.(4).(a) dan tebal nominal rancangan yang disyaratkan dalam
Gambar.
e) Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran aspal yang dihampar harus
dipantau oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang
diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang dihitung
dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat yang dihitung
dari ketebalan rata- rata dan kepadatan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi
Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih
berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi
oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut
ini :
ii) Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur
pengujian di laboratorium
iv) Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci.
nilai
yang lebih akurat dalam menentukan kuantitas bahan yang harus dibayar.
Dalam
segala hal, tak peduli toleransi beratnya dilampaui atau tidak, pembayaran harus
didasarkan atas dimensi nominal lapisan beraspal seperti yang tercantum dalam
Pasal 6.3.8. dari Spesifikasi ini dan bukan atas berat bahan itu.
f) Perbedaan kerataan permukaan campuran lapis aus (SS-A, SS-B, HRS-WC dan
AC-WC) yang telah selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini :
i) Penampang Melintang
g) Bilamana campuran aspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus sebagai lapis
perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh melebihi 2,5 kali tebal
nominal yang diberikan dalam Tabel 6.3.1.(1)
5) Standar Rujukan
Standar AASHTO :
Standar Lainnya :
ASTM D4791 :
Standard Test Method for Flat or Elonngated Particles in
Coarse Aggregate.
ASTM D5581 : Marshall Prosedure Test for Large Stone Asphalt.
Pensylvania DoT Test : Determining the Percentage of Crushed Fragments in
Method, No.621 Gravel.
BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.
a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan oleh
Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;
d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal curah beserta sifat-sifat bahan seperti
yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.2.(6);
h) Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam Pasal
6.3.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan mutu
campuran, dalam bentuk laporan tertulis;
i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang,
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5);
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering dan
tidak turun hujan.
8) Perbaikan Pada Campuran Aspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga lokasi yang
tidak memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh
Kontraktor seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perbaikan dapat meliputi
pembongkaran dan penggantian, penambahan lapisan "Cam-puran Aspal" dan/atau
tindakan lain yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran
haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang
diperlukan untuk perbaikan.
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus
segera ditutup kembali dengan bahan campuran aspal oleh Kontraktor dan dipadatkan
hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan
dalam Seksi ini.
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan
sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
6.3.2 BAHAN
1) Agregat - Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan
campuran (lihat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(1).
f) Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari
0,2.
2) Agregat Kasar
a) Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah yang tertahan ayakan No.8 (2,36
mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan yang
tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel
6.3.2.(1) di bawah ini.
b) Fraksi agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah dan
harus disiapkan dalam ukuran nominal tunggal. Ukuran maksimum (maximum
size) agregat adalah satu ayakan yang lebih besar dari ukuran nominal maksimum
(nominal maximum size). Ukuran nominal maksimum adalah satu ayakan yang
lebih kecil dari ayakan pertama (teratas) dengan bahan tertahan kurang dari 10 %.
c) Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.2.(1). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen terhadap berat
agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih.
(Pennsylvania DoT’s Test Method No.621 dalam Lampiran 6.3.B).
d) Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.
e) Agregat kasar yang kotor dan berdebu, yang mempunyai partikel lolos ayakan
No.200 (0,075 mm) lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
Catatan :
85/80 menunjukkan bahwa 85 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 80 % agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih.
f) Fraksi individu agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold
bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
dengan baik.
g) Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 6.3.2.(1) untuk partikel kepipihan dan
kelonjongan dapat dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan bilamana agregat tersebut
memenuhi semua ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat
dipertanggungjawabkan telah dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat
yang baik.
3) Agregat Halus
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm).
b) Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
d) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung, atau
bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu
yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1). Agar dapat memenuhi
ketentuan Pasal ini batu pecah halus harus diproduksi dari batu yang bersih. Bahan
halus dari pemasok pemecah batu (crusher feed) harus diayak dan ditempatkan
tersendiri sebagai bahan yang tak terpakai (kulit batu) sebelum proses pemecahan
kedua (secondary crushing). Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta
mempunyai partikel lolos ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir
yang mempunyai nilai setara pasir (sand equivalent) kurang dari 40 sesuai dengan
Pd M-
03-1996-03, tidak diper-kenankan untuk digunakan dalam campuran.
e) Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold
bin feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah halus dan
pasir dapat dikontrol dengan baik.
a) Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur (limestone
dust), semen portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya
dari sumber yang disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas
dari bahan yang tidak dikehendaki.
b) Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-
1994-03 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak
kurang dari 75 % terhadap beratnya.
Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat
agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada di luar Daerah Larangan
(Restriction Zone) yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(3). Gradasi agregat gabungan harus
mempunyai jarak terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(3) dan
terletak di luar Daerah Larangan.
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, paling sedikit 80 % agregat lolos ayakan No.8 (2,36
mm) harus juga loloas ayakan No.30 (0,600 mm). Lihat contoh batas-batas “bahan
bergradasi senjang” yang lolos ayakan No.8 (2,36 mm) dan tertahan ayakan No.30
(0,600 mm) dalam Tabel 6.3.2.(4).
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas-batas
rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-batas gradasi
ditentukan
pada ayakan ukuran nominal maksimum, ayakan menengah (2,36 mm) dan
ayakan terkecil (0,075 mm).
% lolos No.8 40 50 60 70
% lolos No.30 Paling sedikit Paling sedikit Paling sedikit Paling sedikit
32 40 48 56
% kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang
a) Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen.60/70. Bahan aspal harus memenuhi
yang memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek minimum 48C, yang
ditentukan sesuai dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53). Pengambilan contoh
bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Sebagai tambahan,
pengambilan contoh bahan aspal dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada
bagian atas, tengah dan bawah. Contoh pertama yang diambil harus langsung diuji
di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai penetrasi dan titik lembek.
Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam tangki penyimpan
sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian,
tidak berarti bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final
kecuali bahan aspal dari contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat
bahan aspal yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
b) Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan
campuran harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi
aspal sebelum pencampuran dan nilai daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila
diperiksa masing-masing dengan prosedur SNI-06-2456-1991 dan SNI-06-2432-
1991.
c) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640-1994.
Setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 mm, partikel
mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal.
Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam bahan aspal yang
diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Bahan aspal harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T 170.
Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan aspal bilamana
diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Aditif haruslah jenis yang disetujui
Direksi Pekerjaan dan persentase aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke dalam bahan
aspal sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya dan untuk waktu yang demikianlah
diperlukan untuk menghasilkan campuran yang homogen.
8) Sumber Pasokan
Persetujuan sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus
diserahkan, seperti yang diperuntahkan Direksi Pekerjaan, paling sedikit 60 hari sebelum
usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
6.3.3 CAMPURAN
Campuran aspal terdiri dari agregat dan aspal. Filler yang ditambahkan boleh digunakan
bilamana diperlukan untuk menjamin sifat-sifat campuran memenuhi ketentuan yang
disyaratkan Tabel 6.3.3.(1).
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran akan bergantung pada
penyerapan agregat yang digunakan. Agregat yang berabsorpsi akan mempunyai variasi
penyerapan yang lebih besar. Agregat yang mempunyai penyerapan tinggi akan membuat
campuran menjadi mahal dan juga kurang dapat dipercaya. Agregat dari suatu sumber
dengan penyerapan yang paling kecil dan harga yang bersaing harus digunakan.
b) Pengujian yang diperlukan meliputi analisa saringan, berat jenis dan penye-rapan
air untuk semua agregat yang digunakan. Juga semua pengujian sifat-sifat agregat
yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian pada campuran aspal percobaan
akan meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran aspal (AASHTO T209-
90), pengujian sifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1990) dan Kepadatan Membal
(Refusal Density) campuran rancangan (BS 598 Part 104 - 1989).
c) Contoh agregat diambil dari penampung panas (hot bin) untuk pencampur jenis
takaran berat (weight batching plant) maupun pencampur dengan pemasok menerus
(continous feed plant) yang mempunyai penampung panas Untuk pencampur
dengan pemasok menerus yang tidak mempunyai ayakan di penampung pana,
contoh diambil dari corong pemasok dingin (cold feed hopper). Meskipun
demikian setiap Rumus Perbandingan Campuran yang ditentukan dari campuran
laboratorium harus dianggap berlaku sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada
instalsi pencampur aspal.
Suatu gradasi agregat yang cocok diperoleh dari penentuan persentase yang
memadai dari setiap fraksi agregat. Gradasi akhir harus jauh dari kurva
Fuller.
Nilai konstanta sekitar 0,5 - 1,0 untuk AC dan 2,0 - 3,0 untuk HRS.
Buatlah benda uji dengan kadar aspal di atas, dibulatkan mendekati 0,5 %,
dengan tiga dua kadar aspal di atas dan dua kadar aspal di bawah kadar aspal
perkiraan awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5 % ini. (Contoh,
bilamana rumus memberikan nilai 5,7 %, dibulatkan menjadi 5,5%, buatlah
benda uji dengan kadar aspal 5,5 %, dengan 6 %, 6,5 %, dan 7 %, dengan
4,5 % dan 5
%). Ukurlah berat isi benda uji, stabilitas Marshall, kelelehan dan stablitas
sisa setelah perendaman. Ukur atau hitunglah kepadatan benda uji pada
rongga udara nol. Hitunglah Rongga dalam Agregat (VMA), Rongga Terisi
Aspal (VFB), dan Rongga dalam Campuran (VIM). Gambarkan semua hasil
tersebut dalam grafik seperti yang ditunjukkan dalam Lampiran 6.3.E.
Buatlah benda uji tambahan dan dipadatkan sampai membal (refusal) dengan
menggunakan prosedur PRD - BS 598 untuk empat kadar aspal (satu yang
memberikan rongga dalam agregat di atas 6 %, satu yang 6 % dan dua yang
di bawah 6 %). Ukur berat isi benda uji dan/atau hitung kepadatan pada
rongga udara nol.
Segera setelah Rumus Campuran Rancangan (DMF) disetujui oleh Direski Pekerjaan,
Kontraktor harus melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap
jenis campuran dengan menggunakan produksi, penghamparan, peralatan dan
prosedur pemadatan yang diusulkan. Kontraktor harus menunjukkan bahwa setiap alat
penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan
tanpa segregasi, tergores, dsb. dan kombinasi penggilas yang diusulkan mampu mencapai
kepadatan yang disyaratkan dengan waktu yang tersedia untuk pemadatan selama
penghamparan produksi normal.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat benda uji
Marshall maupun untuk pemadataan membal (refusal). Hasil pengujian ini harus
dibandingkan dengan Tabel 6.3.3.(1). Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi
Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan
harus diulang kembali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui campuran rancangan
sebagai Rumus Perbandingan Campuran (JMF) sebelum penghamparan percobaan yang
dilakukan memenuhi semua ketentuan dan disetujui.
Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh rumus
perbandingan campuran (JMF) yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
telah disetujui, Rumus Perbandingan Campuran (JMF) menjadi definitif sampai
Direksi Pekerjaan menyetujui JMF penggantinya. Mutu campuran harus dikendalikan,
terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti yang diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2) di
bawah ini. Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan
percobaan. Contoh campuran aspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau
dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda
uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1).
Kepadatan rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job
Standard Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran aspal terhampar
dalam pekerjaan.
a) Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan Ru- mus
Perbandingan Campuran, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini :
b) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun
campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4) dari
Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk pemerik-saan
keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi batas-batas yang
diperoleh dari Rumus Perbandingan Campuran (JMF) dan Toleransi Yang
Diijinkan harus ditolak.
c) Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Ru-mus
Perbandingan Campuran (JMF) dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan
perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat
diterima atau jika sumber setiap bahan berubah, maka suatu Rumus Perbandingan
Campuran (JMF) baru harus diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas
dan atas biaya Kontraktor sendiri untuk disetujui, sebelum campuran aspal baru
dihampar di lapangan.
1) Umum
Instalasi pencampur aspal dapat berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran
(batching) atau sistem menerus (continuous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk
memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki. Instalasi ini harus dirancang,
dikoordinasi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan campuran dalam
rentang toleransi perbandingan campuran.
Instalasi pencampuran aspal harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun protes dari penduduk
di sekitarnya.
Instalasi pencampur aspal (AMP) harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust
collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet
cyclone) sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu ke atmosfir. Bilamana salah satu
sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur aspal tidak boleh
dioperasikan.
b) Ujung jarum harus dipasang sedekat mungkin dengan permukaan jam dan harus
berupa jenis yang bebas dari paralaks (pembiasan sinar) yang berlebihan.
Timbangan harus dilengkapi dengan tanda (skala) yang dapat disetel untuk
mengukur berat masing-masing bahan yang akan ditimbang pada setiap kali
pencampuran. Timbangan harus terpasang kokoh dan bilamana mudah berubah
harus segera diganti. Semua jam (pembacaan jarum) timbangan harus diletakkan
sedemikian hingga mudah terlihat oleh operator pada setiap saat.
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang dapat dikendalikan
dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam rentang yang disyaratkan.
Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), listrik, atau cara lainnya
sehingga api tidak langsung memanasi tangki pemanas. Sirkulasi bahan aspal harus yang
lancar dan terus menerus selama periode pengoperasian. Temperatur bahan aspal yang
disyaratkan di dalam pipa, meteran, ember penimbang, batang semprot, dan tempat-tempat
lainnya dari sistem saluran, harus dipertahankan baik dengan selimut uap (steam jackets)
ataupun cara isolasi lainnya. Dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan, bahan
aspal boleh dipanaskan terlebih dahulu di dalam tangki dan kemudian temperatur
dinaikkan sampai temperatur yang disyaratkan dengan menggunakan alat pemanas
"booster" (penguat) yang berada diantara tangki dan alat pencampur.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah 30.000 liter dan paling sedikit harus
disediakan dua tangki yang berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan
ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara
terpisah tanpa mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.
Pemasok yang terpisah untuk masing-masing agregat harus disediakan. Pemasok untuk
agregat halus harus dari jenis belt. Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, jenis lain
diperkenankan hanya jika pemasok tersebut dapat menyalurkan bahan basah pada
kecepatan yang tetap tanpa menyebabkan terjadinya penyumbatan. Seluruh pemasok
(feeder) harus dikalibrasi. Bukaan pintu dan pengatur kecepatan untuk setiap perbandingan
campuran yang telah disetujui harus ditunjukkan dengan jelas pada pintu-pintu dan pada
perlengkapan panel pengendali. Sekali ditetapkan, kedudukan pemasok tak boleh diubah
tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
5) Alat Pengering (Drier)
6) Ayakan
Ayakan harus mampu mengayak seluruh agregat sampai ukuran dan proporsi yang
disyaratkan dan memiliki kapasitas normal sedikit di atas kapasitas penuh alat pencampur.
Ayakan harus memiliki efisiensi pengoperasian yang sedemikian rupa sehingga agregat
yang tertampung dalam setiap penampung (bin) tidak mengandung lebih dari 10 % bahan
yang berukuran terlampau besar (oversize) atau terlampau kecil (undersize).
b) Ukuran nominal minimum dalam setiap penampung panas adalah ukuran anyaman
kawat dari ayakan, sebelum ayakan ini agregat dapat lolos masuk ke penampung
panas (sebenarnya agregat juga dapat lolos melewati ayakan ini).
Agregat yang terlalu besar (oversize), dalam penampung panas, secara tidak
langsung mengauskan atau merusak ayakan. Agregat yang terlalu kecil (undersize)
secara tidak langsung dapat menyebabkan muatan berlebih (overload) pada ayakan.
Penampung panas harus berkapasitas cukup dalam melayani alat pencampur bila
dioperasikan dengan kapasitas penuh. Jumlah penampung minimum tiga buah sehingga
dapat menjamin penyimpanan yang terpisah untuk masing-masing fraksi agregat, tidak
termasuk bahan pengisi (filler). Setiap penampung panas harus dilengkapi dengan pipa
pembuang yang ukuran maupun letaknya sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
masuknya kembali bahan ke dalam penampung lainnya. Penampung harus dibuat
sedemikian rupa agar benda uji dapat mudah diambil.
a) Termometer berlapis baja yang dapat dibaca dari 100 ºC sampai 200 ºC harus
dipasang di tempat mengalirnya pasokan aspal dekat katup penge-luaran
(discharge) pada alat pencampur.
b) Instalasi juga harus dilengkapi dengan termometer, baik jenis arloji (pem-
bacaan jarum), air raksa (mercury-actuated), pyrometer listrik ataupun
perlengkapan pengukur panas lainnya yang disetujui, yang dipasang pada corong
pengeluaran dari alat pengering untuk mencatat secara otomatis atau menunjukkan
temperatur agregat yang dipanaskan. Sebuah termo elemen (thermo couple) atau
bola sensor (resistance bulb) harus dipasang di dekat dasar penampung (bin) untuk
mengukur temperatur agregat halus sebelum memasuki alat pencampur.
Instalasi pencampuran harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu yang dibuat
sedemikian rupa agar dapat membuang atau mengembalikan secara merata ke elevator,
baik seluruh maupun sebagian bahan yang dikumpulkan, sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk mengendalikan waktu
pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas
perintah Direksi Pekerjaan.
Timbangan dan rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang
siap dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi
ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.
a) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat pencampur
dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus
dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau
perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat
mengambil benda uji maupun memeriksa temperatur campuran. Untuk
memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji dan lain-
lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan untuk
menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya. Semua
roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya
yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi.
b) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat
pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang
jatuh dari landasan (platform) alat pencampur.
14) Ketentuan Khusus Untuk Instalasi Pencampuran Sistem Penakaran (Batching Plant)
Instalasi harus memiliki perlengkapan yang akurat dan otomatis (bukan manual)
untuk menimbang masing-masing fraksi agregat dalam kotak penimbang atau
penampung yang terletak di atas timbangan dan berkapasitas cukup untuk setiap
penakaran tanpa perlu adanya perataan dengan tangan atau tumpah karena penuh.
Kotak penimbang atau penampung harus ditunjang pada titik tumpu dan penopang
tipis, yang dibuat sedemikian rupa agar tidak mudah terlempar dari kedudukannya
atau setelannya. Semua tepi-tepi, ujung-ujung dan sisi-sisi penampung timbangan
harus bebas dari sentuhan setiap batang penahan dan batang kolom atau
perlengkapan lainnya yang akan mempengaruhi fungsi penampung yang sebenarnya.
Ruang bebas yang memadai antara penampung dan perangkat pendukung harus
tersedia sehingga dapat dihindari terisinya celah tersebut oleh bahan-bahan yang
tidak dikehendaki. Pintu pengeluaran (discharge gate) kotak penimbang harus
terletak sedemikian rupa agar agregat tidak mengalami segregasi saat dituang ke
dalam alat pencampur dan harus tertutup rapat bilamana penampung dalam keadaan
kosong sehingga tidak terdapat kebocoran bahan yang akan masuk ke dalam alat
pencampur pada saat proses penimbangan campuran berikutnya.
Alat pencampur sistem penakaran (batch) adalah jenis pengaduk putar ganda ("twin
pugmill") yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang seragam dan
memenuhi toleransi rumus perbandingan campuran. Alat pencampur harus dipanasi
dengan selubung uap, minyak panas, atau cara lainnya yang disetujui Direksi
Pekerjaan. Alat pencampur harus dirancang sedemikian rupa agar memudahkan
pemeriksaan visual terhadap campuran. Alat pencampur harus memiliki kapasitas
minimum 1 ton dan harus dibuat sedemikian rupa agar kebocoran yang mungkin
terjadi dapat dicegah. Kotak pencampur harus dilengkapi dengan penutup debu
untuk mencegah hilangnya kandungan debu.
Alat pencampur harus memiliki suatu perangkat pengendali waktu yang akurat untuk
mengendalikan kegiatan dalam satu siklus pencampuran yang lengkap dari
penguncian pintu kotak timbangan setelah pengisian ke alat pencampur sampai
penutupan pintu alat pencampur pada saat selesainya siklus tersebut. Perangkat
pengendali waktu harus dapat mengunci ember aspal selama periode pencampuran
kering maupun basah. Periode pencam-puran kering didefinisikan sebagai interval
waktu antara pembukaan pintu kotak timbangan dan waktu dimulainya pemberian
aspal. Periode pencam-puran basah didefinisikan sebagai interval waktu antara
penyemprotan bahan aspal ke dalam agregat dan saat pembukaan pintu alat
pencampur.
Perangkat pengendali waktu harus dapat disetel untuk suatu interval waktu tidak
lebih dari 5 detik sampai dengan 3 menit untuk keseluruhan siklus. Penghitung
(counter) mekanis penakar harus dipasang sebagai bagian dari perangkat
pengendali waktu dan harus dirancang sedemikian rupa sehingga hanya mencatat
penakaran yang telah selesai dicampur.
Alat pencampur harus dilengkapi pedal (paddle) atau pisau (blade) dengan jumlah
yang cukup dan dpasang dengan susunan yang benar untuk meng- hasilkan
campuran yang benar dan seragam. Ruang bebas antara pisau-pisau (blades)
dengan bagian yang tidak bergerak maupun yang bergerak harus tidak
melebihi 2 cm,
kecuali bilamana ukuran nominal maksimum agregat yang digunakan lebih besar
dari 25 mm. Bilamana digunakan agregat yang memiliki ukuran nominal
maksimum lebih besar dari 25 mm, maka ruang bebas ini harus disetel sedemikian
rupa agar agregat kasar tidak pecah selama proses pencampuran.
15) Ketentuan Khusus Untuk Instalasi Pencampuran Sistem Menerus (Continuous Mixing
Plant)
Unit ini harus mempunyai sebuah pemasok (feeder) yang dipasang di bawah
penampung (bin). Masing-masing penampung (bin) harus memiliki pintu bukaan
yang dapat disetel untuk menyesuaikan volume bahan yang keluar dari masing-
masing lubang pintu penampung (bin). Lubang tersebut harus berbentuk persegi
panjang, kira-kira berukuran 20 cm x 25 cm, dengan salah satu sisinya dapat disetel
secara mekanis dan dilengkapi dengan pengunci.
Masing-masing lubang pintu penampung harus dilengkapi dengan ukuran berskala
yang menunjukkan bukaan pintu dalam sentimeter.
Instalasi ini harus dilengkapi kotak-kotak pengambilan benda uji untuk kalibrasi
bukaan pintu dengan cara memeriksa berat benda uji yang mengalir keluar dari
setiap penampung sesuai dengan bukaan pintunya. Benda uji harus mudah
diperoleh dengan berat tidak kurang dari 50 kg. Sebuah timbangan datar yang
akurat dengan kapasitas 150 kg atau lebih harus disediakan.
Alat pencampur sistem menerus (continous) adalah jenis pengaduk putar ganda
("twin pugmill") yang disetujui dan mampu menghasilkan campuran yang seragam
dan memenuhi toleransi rumus perbandingan campuran. Pedal (paddle) haruslah
dari jenis yang sudut pedalnya dapat disetel, baik posisi searah maupun berlawanan
arah dengan arah aliran campuran. Alat pencampur harus dilengkapi dengan sekat
baja yang dapat disetel dengan data volume neto untuk berbagai ketinggian sekat
dan grafik yang disediakan pabrik pembuatnya yang menunjukkan jumlah
pasokan agregat per menit pada kecepatan jalan instalasi.
e) Penampung (Hopper)
a) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam
yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak
bakar yang tipis, minyak parafin, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya
campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil
penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan
dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya
yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran
aspal terhadap cuaca.
b) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-
bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran
oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas
perintah Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya
diperbaiki.
c) Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup harus
diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan pada temperatur yang
disyaratkan.
d) Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus
dengan kecepatan yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan permukaan yang tidak
rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur rencana
akibat beban dinamis. Kontraktor tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum
terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Kecepatan peralatan penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang
digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan
penghampar secara menerus tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan,
maka Direksi Pekerjaan akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana minimum
terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan Kontraktor tidak diperbolehkan
menuntut tambahan biaya atau waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh
kegagalan kontraktor untuk menjaga kesinambungan pemasokan campuran aspal ke peralatan
penghampar.
17) Peralatan Penghampar dan Pembentuk
b) Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus
dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan cepat dan
efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya maju.
Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat
setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang
sudah mendingin di dalamnya.
d) Alat penghampar harus dilengkapai dengan "screed" (sepatu) baik dengan je-nis
penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed"
(sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal
tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
a) Setiap alat penghampar harus disertai dua alat pemadat roda baja (steel wheel
roller) dan satu alat pemadat roda karet. Semua alat pemadat harus mempunyai
tenaga penggerak sendiri.
b) Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan
mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 - 6,5 kg/cm2 (85 - 90 psi). Roda-
roda harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian
rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-
roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap roda
harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang disyaratkan
sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi 0,350 kg/cm 2 (5
psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan
menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan
jenis ban yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada Direksi Pekerjaan
grafik atau tabel yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban
pompa, tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat
pemadat harus dilengkapi
dengan suatu cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dari 300 - 375 kilogram
per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan permintaan
Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi khusus. Pada
umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis campuran
aspal harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul
bahan.
c) Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas tiga jenis :
Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda belakang
tidak kurang dari 200 kg per lebar 0,1 meter di atas lebar penggilas minimum 0,5
meter dan pemadat roda baja mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda
gilas harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan
yang merusak permukaan perkerasan.
1) Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin
kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi
pencampuran.
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC di dalam
suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pen-campur secara terus
menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses
pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000 liter aspal panas yang siap untuk
dialirkan ke alat pencampur.
3) Penyiapan Agregat
c) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan peng-
isi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang
dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas
tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu.
Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin.
4) Penyiapan Pencampuran
a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus dicampur
di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang tepat agar
memenuhi rumus perbandingan campuran. Proporsi takaran ini harus ditentukan
dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari penampung
panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan pada interval waktu
tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk
menjamin pengendalian penakaran. Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan
dimasukkan ke dalam alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan. Bilamana digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, seluruh
agregat kering harus dicampur terlebih dahulu, kemudian baru sejumlah aspal yang
tepat ditambahkan ke dalam agregat tersebut dan diaduk dengan waktu sesingkat
mungkin yang ditentukan dengan “pengujian derajat penyelimutan aspal terhadap
butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur AASHTO T195 - 67 (biasanya
sekitar 45 detik), untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran
agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali waktu yang handal.
Untuk instalasi pencampuran sistem menerus, waktu pencampuran yang
dibutuhkan harus ditentukan dengan “pengujian derajad penyelimutan aspal
terhadap butiran agregat kasar” sesuai dengan prosedur AASHTO T195 - 67, dan
paling lama 60 detik, dan dapat ditentukan dengan menyetel ketinggian sekat baja
dalam alat pencampur.
b) Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus dalam
rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak ada campuran
aspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur pencam-puran
melampaui temperatur pencampuran maksimum yang disyaratkan.
VISKOSITAS SUHU
No. PROSEDUR PELAKSANAAN ASPAL (PA.S) CAMPURAN
ASPAL (ºC)
Pen.60/70
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1
3 Suhu pencampuran maks. di AMP tidak diperlukan 165
4 Pencampuran, rentang temperatur sasaran 0,2 - 0,5 145 - 155
Catatan :
b) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang dan setiap
muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat neto. Muatan campuran
aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar penghamparan dan pemadatan hanya
dilaksanakan pada saat masih terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi
rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah
bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di
bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua
bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan
dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan lain yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau
mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai,
sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau
kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar.
Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan
yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan
yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis pondasi agregat.
2) Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan
serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
3) Penghamparan Dan Pembentukan
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai penyebabnya
telah ditemukan dan diperbaiki.
g) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi
penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
h) Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang penghamparan lajur
yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari produksi dibuat seminimal
mungkin.
4) Pemadatan
a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur
campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan
penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada
Tabel 6.3.5.(1)
b) Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah beri-kut ini
:
c) Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pema-
dat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus
dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik
perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar
(vibrasi).
e) Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari
tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan
harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang
dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
g) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah
penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
i) Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah pele-katan
campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak
diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari leng-
ketnya campuran aspal pada roda,
j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang
sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh
Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
l) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng melintang
dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap campuran aspal
padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam
bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang baru
serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi sekitarnya. Pada tempat-
tempat tertentu dari campuran aspal terhampar dengan luas 1000 cm 2 atau
lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar
dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat
ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
5) Sambungan
b) Campuran aspal tidak boleh dihampar di samping campuran aspal yang telah
dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau telah
dipotong tegak lurus. Sapuan aspal sebagai lapis perekat untuk melekatkan
permukaan lama dan baru harus diberikan sesaat sebelum campuran aspal
dihampar di sebelah campuran aspal yang telah digilas sebelumnya.
a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter atau
mistar lurus beroda sepanjang 3 meter, keduanya disediakan oleh Kontraktor,
dilaksanakan tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus
menugaskan beberapa surveyornya yang sudah terlatih untuk menggunakan mistar
lurus tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa seluruh
permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan ketentuan dalam Pasal
6.3.1.(4).(f).
2) Ketentuan Kepadatan
a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density) untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk
semua campuran aspal lainnya.
b) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di
laboratorium masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-
2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran
maksimum 50 mm.
Kepadatan yg. Jumlah ben- da uji Kepadatan Mini- mum Nilai minimum
disyaratkan per pengujian Rata-rata (% JSD) pengujian tunggal
(% JSD)
98 3-4 98,1 95
5 98,3 94,9
6 98,5 94,8
97 3-4 97,1 94
5 97,3 93,9
6 97,5 93,8
b) Pengendalian Proses
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran aspal setiap hari harus dengan
cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan dalam Pasal
6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari setiap contoh.
Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.
(1)
dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1).
Kepadatan
benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan Marshall yang dibuat setiap hari
akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang Paling sedikit 3 titik yang
melintang dari setiap jalur lalu lintas. diukur melintang pada paling
sedikit setiap 12,5 meter
memanjang sepanjang jalan
tersebut..
Seluruh pengujian dari setiap ruas jalan, meliputi bahan atau ketenaga-kerjaan, yang
tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dibuang dan diganti dengan
bahan dan ketenga-kerjaan yang memenuhi Spesifikasi atau, bilamana
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah
diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan, semua
biaya pembuangan dan penggantian bahan maupun perbaikan menjadi beban
Kontraktor.
Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang
mampu memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 6” pada lapisan beraspal
yang telah selesai dikerjakan. Biaya ektraksi benda uji inti untuk pengendalian
proses harus sudah termasuk ke dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan
perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.
a) Kontraktor harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.
i) Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari se-tiap
penampung panas.
iv) Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang
kepadatan lapangan
relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap
benda uji inti (core).
vii) Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar
aspal paling sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentri-fugal
digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti yang disyaratkan
AASHTO T164.
viii) Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihi-tung
berdasarkan Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO
T209).
ix) Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat
jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209).
5) Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal yang
dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari rumah timbang
sesuai dengan Pasal 6.3.1.(4).(e) dari Spesifikasi ini.
1) Pengukuran Pekerjaan
ii) Untuk bahan lapisan perkuatan (misalnya HRS-Base, AC-BC dan AC-Base)
jumlah meter kubik dari bahan yang telah dihampar dan diterima, yang
dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi dan tebal nominal ran-cangan
yang diterima .
b) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan
tebal hamparan kurang dari tebal minimum yang dapat diterima atau setiap bagian
yang terkelupas, terbelah, retak atau menipis (tapered) di sepanjang tepi
perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi dengan kadar aspal yang tidak
memenuhi Spesifikasi tidak akan diterima untuk pembayaran.
c) Campuran aspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama yang
dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi Pekerjaan
memerlukan koreksi bentuk yang cukup besar, harus dihitung berdasarkan tebal
rata- rata yang diterima yang dihitung berdasarkan berat campuran aspal yang
diperoleh dari penimbangan muatan di rumah timbang dibagi dengan luas
penghamparan aktual dan kepadatan lapangan hasil pengujian benda uji inti (core),
dan luas lokasi penghamparan yang diterima. Bilamana tebal rata-rata campuran
aspal yang telah diperhitungkan, melebihi dari tebal aktual dibutuhkan (diperlukan
untuk perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang ditentukan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan harus berdasarkan atas suatu perhitungan yang tidak berat
sebelah dari tebal rata-rata yang dibutuhkan.
d) Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran aspal yang diukur
untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal nominal rancangan yang
ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.(1) di atas atau tebal rancangan yang ditentukan
dalam Gambar.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang kurang
berdasarkan pertimbangan teknis atau suatu ketebalan lebih untuk lapis perata
seperti yang diijinkan menurut Pasal 6.3.8.(1).(c) dari Spesifikasi ini maka
pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan luas atau volume
hamparan yang dikoreksi menurut butir (h) di bawah dengan menggunakan faktor
koreksi berikut ini :
Tidak ada penyesuaian luas atau volume hamparan seperti di atas yang
dapat diterapkan untuk ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan bila
campuran aspal tersebut dihampar di atas permukaan yang juga dikerjakan dalam
kontrak ini, kecuali jika diperintahlan lain oleh Direksi Pekerjaan atau ditunjukkan
dalam Gambar
e) Lebar hamparan campuran aspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar dan harus diukur dengan pita ukur oleh Kontraktor di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus dilakukan tegak lurus
sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang tipis atau tidak
memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan.. Interval jarak pengukuran
memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi harus
selalu berjarak sama dan tidak kurang dari 25 meter. Lebar yang akan digunakan
dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap lokasi perkerasan yang diukur,
harus merupakan lebar rata-rata yang diukur dan disetujui.
g) Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran aspal dengan kadar aspal
rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal yang ditetapkan dalam rumus
perbandingan campuran. Pembayaran campuran aspal akan dihitung berdasarkan
luas atau volume hamparan yang dikoreksi menurut dalam butir (h) di bawah
dengan menggunakan faktor koreksi berikut ini. Tidak ada penyesuaian yang akan
dibuat untuk kadar aspal yang melampaui nilai yang disyaratkan dalam Rumus
Perbandingan Campuran.
Bilamana tidak terdapat penyesuaian maka faktor koreksi Ct dan Cb diambil satu.
i) Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan telah
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.3.1.(8) dari Spesifikasi
ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah kuantitas yang akan
dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diper-lukan untuk perbaikan
tersebut.
j) Kadar aspal aktual (kadar aspal efektif + penyerapan aspal) yang digunakan
Kontraktor dalam menghitung harga satuan untuk berbagai campuran aspal yang
termasuk dalam penawarannya haruslah berdasarkan perkiraannya sendiri. Tidak
ada penyesuaian harga yang akan dibuat sehubungan dengan perbedaan kadar aspal
yang disetujui dalam Rumus Perbandingan Campuran dan kadar aspal dalam
analisa harga satuan dalam penawaran.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga Kontrak per
satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di bawah ini dan dalam
Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan
kompensasi penuh untuk mengadakan dan memproduksi dan mencampur serta
menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas dan
pelengkapan lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini
✓ PENYERAHAN PEKERJAAN
Pelaksana Lapangan harus menyelesaikan semua bagian pekerjaan yang tertera dalam Dokumen.
Gambar- gambar dan Syarat-syarat pada Dokumen ataupun perubahan - perubahan Pekerjaan, sehingga
pekerjaan dapat diterima dengan baik oleh Tim Perencana dan Pengawas dan Pihak Pejabat Pembuat
Komitmen Kegiatan.
Pada saat pekerjaan akan diserah terimakan untuk pertama kalinya, Pelaksana Lapangan harus
menyerahkan :
Bersama-sama dengan Tim Perencana dan Pengawas, Pelaksana Lapangan harus meneliti, mencatat dan
menyetujui, bagian-bagian pekerjaan yang belum sempurna, untuk dibuatkan daftar (Check List)
pekerjaan-pekerjaan yang akan diperbaiki dalam masa pemeliharaan.
a. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam Spesifikasi Teknis ini pada penjelasan
pekerjaan kemudian ternyata diperlukan akan dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan
pekerjaan.
b. Hal-hal yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan, akan
dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Manajemen konstruksi dengan Kontraktor serta
bersama Pemberi Tugas.
c. PPK tidak menyediakan Layanan dan Fasilitas pada Penyedia barang/jasa.