Anda di halaman 1dari 11

PEMBAHASAN

1.APA FAKTOR TERJADINYA KONFLIK ANTARA INDONESIA DENGAN


BELANDA SETELAH KEMERDEKAAN INDONESIA

A.kedatangan NICA dan Sekutu ke Indonesia


Setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, Sekutu
menganggap bahwa dirinya memiliki hak atas kekuasaan Jepang di berbagai wilayah yang
pernah dikuasai oleh Jepang. Khususnya wilayah yang sebelumnya adalah jajahan negara-
negar yang masuk kelompok Sekutu, termasuk Belanda yang pernah berkuasa atas Indonesia.
Oleh sebab itu, Sekutu memutuskan datang ke Indonesia dengan tujuan untuk melucuti tentara
Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II.
Selain itu, Sekutu juga ingin mengembalikan pemerintahan sipil yang sebelumnya dijajah oleh
Jepang. Namun sebelum Sekutu datang ke Indonesia, telah lebih dulu ditandatangani
Persetujuan Bersama atau Civil Affairs Agreement antara Inggris dengan Belanda. Isi
perjanjian tersebut adalah pemindahan kekuasaan di Indonesia dari British Military
Administration kepada Netherland Indies Civil Administration (NICA) pada 24 Agustus 1945.
Oleh karena itu, NICA kemudian membonceng Sekutu untuk kembali ke Indonesia dengan
tujuan agar Belanda dapat kembali menguasai Indonesia. Tindakan yang dilakukan Sekutu ini
merupakan sebuah bentuk pengkhianatan dari perjanjian yang sudah mereka buat.Hal inilah
yang kemudian memicu kembalinya konflik antara Indonesia dengan Belanda. Terlebih lagi,
ketika NICA mempersenjatai para tawanan Jepang.
Alasan pasukan NICA yang membonceng pasukan Sekutu mempersenjatai para tawanan
perang Jepang adalah agar mereka dapat menghadapi perlawanan dari Indonesia dengan
dibantu oleh tentara Jepang.

B.Belanda menyerang (Agresi Militer)


Usaha lain yang dilakukan Belanda untuk bisa menduduki kembali Indonesia adalah dengan
melakukan operasi militer yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda. Belanda melakukan
agresi militer sebanyak dua kali, yakni Agresi Militer Belanda 1 (21 Juli 1947-5 Agustus 1947)
dan Agresi Militer Belanda 11 (19 Desember 1948).
Tujuan Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda I adalah untuk memulihkan
perekonomian Belanda pasca-Perang Dunia II dengan menguasai kekayaan alam di Indonesia.
Sementara tujuan Agresi Militer Belanda II adalah menghancurkan RI, menguasai ibu kota
sementara Yogyakarta, dan menangkap para pemerintahan Indonesia. Namun terlepas dari
apapun alasan Belanda menyerang Indonesia, baik Agresi Militer Belanda 1 dan Agresi Militer
Belanda II telah menelan cukup banyak korban jiwa.
C.Belanda masih ingin berkuasa atas Irian Barat
Berdirinya Irian Barat atau Papua bermula dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan
pada 27 Desember 1949. Melalui KMB, Belanda bersedia memberikan kedaulatannya kepada
Indonesia. Akan tetapi, antara Indonesia dan Belanda masih terlibat konflik. Kedua negara ini
masih saling merasa berhak atas tanah Papua atau Irian Barat.Hal ini dikarenakan Belanda
ingin tetap Papua bagian barat terbentuk sebagai negara sendiri.
Bagi Belanda, orang-orang asli Papua memiliki perbedaan etnis dan ras dengan masyarakat
Indonesia pada umumnya sehingga Belanda ingin Papua berdiri sebagai negara sendiri di
bawah naungan Kerajaan Belanda Akhirnya masalah ini pun dibawa ke forum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB).Pada akhirnya.
Belanda bersedia untuk menyerahkan kekuasaannya atas Papua kepada United Nations
Temporary Executive Authority (UNITEA) Namun, Belanda memberi syarat agar Indonesia
melakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) Hasil Pepera pun menunjukkan bahwa Papua
bagian barat memilih untuk tetap menjadi bagian dari negara Indonesi

2. PEREBUTAN KEKUASAAN DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA DENGAN


JEPANG
Perebutan kekuasaan dimulai pada 21 September 1945, ditandai dengan peristiwa
penurunan bendera Jepang dan penaikan bendera Merah putih di gedung Tjokan Kantai
(sekarang Gedung Agung), Peristiwa ini menyebabkan pemerintah Jepang mulai gusar,
terlebih lagi adanya dukungan dari PI (Polisi Istimewa).
Tindakan itu ditindaklanjuti dengan aki pegawai di Yogyakarta pada tanggal 26
September 1945 melakukan aksi mogok, terutama mereka yang bekerja di instansi
pemerintah serta perusahaan-perusahaan yang dikuasai Jepang Pihak Jepang dipaksa untuk
menyerahkan semun kantor yang mereka pegang kepada orang Indonesia. Sehari setelahnya,
KNI Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan daerah sudah dipegang oleh
pemerintah Indonesia. Kemudian, pada 5 Oktober 1945.
1.Perjuangan rakyat Semarang dalam melawan tentara Jepang
Untuk memperingati peristiwa tersebut, dibangunlah monumen Tagu Muda yang terletak di
bundaran Jalan Pemuda atau simpang antara Jalan Pandanaran, Jalan Imam Bonjol, dan Jalan
MGR. Soegijapranata. Tuga itu kemudian menjadi pengingat dan penghargaan atas
perjuangan para pemuda dalam peristiwa heroik Pertempuran Lima Hari di Semarang
Tokoh pada Pertempuran Lima Hari di Semarang
1. Dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (RS Purasara)
2. 2 drg. Soenarti, Istri dari dr. Kariadi
3.Mr. Wongsonegoro, Gubernur Jawa Tengah
4.Dr. Sukaryo dan Sudanco Mirza Sidharta, tokoh Indonesia yang ditangkap oleh Jepang
bersama Mr. Wongsonegoro,
5.Mayor Kido, Pemimpin Kidobutai yang berpusat di Jatingaleh
6. Kasman Singodimedjo, Perwakilan perundingan gencatan senjata dari Indonesia
7. Jenderal Nakamura, perwira tinggi yang ditangkap oleh TKR di Magelang
Peristiwa ini terjadi setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agurtas 1945,
yang disusul dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
Walau begitu nampaknya Jepang yang belum bisa menerima kekalahan membuat Indonesia
belum aman dari penjajahan Pertempuran Lima Hari di Semarang dipicu oleh sikap Jepang
yang tak man menyerahkan senjatanya kepada para pentoda
Selain itu para tawanan Jepang yang melarikan diri juga menjadi membuat rakyat marah
Ditambah lagi dengan peristiwa terbunuhnya dr Kariadi yang merupakan Kepala
Laboratorium Pasar Rumah Sakit Rakyat (RS Purasara) jaga menjadi pemen meletusnya
pertempuran ini.

2.Pengambilalihan kekuasaan Jepang di Yogyakarta


Pengambialihan kekuasaan Jepang di Yogyakarta oleh masyarakat setempat dimulai pada
tanggal 26 september 1945 secara serentak. Pukul 10 pagi menipakan titik dimulainya
perebutan Kekuasaan, sementara puncak aksi ditandai dengan aksi mogok kerja oleh pegawai-
pegawai yang Bekerja di perkantoran Jepang
Para pegawai di perkantoran Jepang memaksa pihak Jepang agar menyerahkan semua kantor
yang dikuasai kepada pihak Indonesia. Kemudian pada tanggal 27 september 1945. Komite
Nasional Indonesia (KNI) daerah Yogyakarta menyatakan bahwa kekuasaan Jepang di daerah
tersebut telah jatuh pada kendali Pemerintah Republik Indonesia.
Tanggal 5 oktober 1945, gedung Cokan Kantai berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai
kantor Komite Nasional Indonesia daerah Yogyakarta. Oleh karena itu, Kepala Daerah
Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang Cokan harus meninggalkan kantornya di jalan Malioboro
Gedung Cokan Kantai saat ini dikenal dengan Gedung Agung atau Gedung Nasional

3.PERLAWANAN PERLAWANAN YANG DI LAKUKAN DI BERBAGAI DAERAH


TERHADAP SEKUTU DAN BELANDA SETELAH PROKLAMASI
KEMERDEKAAN
Indonesia resmi merdeka setelah naskah proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno pada
17 Agustus 1945. Namun, kala itu masih banyak pihak yang belum menerima kemerdekaan
Indonesia, termasuk Belanda dan para sekutu.
Pasca-Perang Dunia Kedua, Jepang mengakui kekalahan dari Sekutu. Oleh karena itu,
Sekutu mulai mengambil alih daerah kekuasaan Jepang. Belanda yang beraliansi dengan
tentara Sekutu berusaha merebut kembali Indonesia. Hal ini dimulai pada 29 September 1945
ketika AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) mulai mendarat di Tanjung Priok di
bawah pimpinan Letjen Sir Philip Christison. Pasukan Sekutu diboncengi NICA (Netherland
Indies Civil Administration) pimpinan Van Der Plass sebagai wakil Van Mook.
Tujuan kedatangan AFNEI ke Indonesia adalah untuk menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang, melucuti dan memulangkan tentara Jepang, membebaskan
tentara Sekutu yang ditawan Jepang, serta yang terpenting adalah untuk kembali menguasai
Indonesia.
Awalnya, kedatangan tentara Sekutu disambut terbuka oleh pihak Indonesia. Namun,
setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu tersebut diboncengi NICA yang dengan terang-
terangan ingin menegakkan kembali kekuasaan Hindia-Belanda maka sikap Indonesia pun
berubah menjadi curiga dan mulai memerangi mereka. Peperangan tersebut terjadi di
berbagai daerah di Indonesia. Berikut rangkuman pertempuran-pertempuran mempertahankan
kemerdekaan Indonesia:

1. Pertempuran Ambarawa
Peristiwa ini dimulai saat pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigjen Bethel
mendarat di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu yang sedang menuju
Magelang membuat kerusuhan. Hal ini membuat masyarakat Magelang memboikot dan
menyerang Sekutu.
Pasukan Sekutu terpaksa mundur ke daerah Magelang dan meneror rakyat lokal.
Pengejaran dan pengepungan dilakukan oleh pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di
bawah pimpinan Kol. Sudirman. Berkobarlah pertempuran selama empat hari (12-15
Desember 1945) yang terkenal dengan nama “Palagan Ambarawa”. Pertempuran diakhiri
dengan kemenangan TKR pada 15 Desember 1945. Tanggal tersebut dijadikan Hari Juang
Kartika TNI-AD.

2. Pertempuran Arek-arek Surabaya


Pada tanggal 25 Oktober 1945 Sekutu dibawah Komando Brigjen A.W.S. Mallaby
tiba di Surabaya. Pada tanggal 28 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya
melawan Sekutu yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby. Hal tersebut membuat Sekutu
murka dan meminta rakyat bersenjata menyerahkan diri pada tanggal 9 November 1945
sebelum pukul 18.00. Jika ultimatum tidak dipenuhi, Sekutu akan menyerang Surabaya pada
tanggal 10 November 1945.

Namun, rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Bung Tomo justru
berhasil membakar semangat para rakyat Surabaya dalam melakukan perlawanan terhadap
Sekutu. Oleh karena itu, terjadilah pertempuran berdarah pada 10 November 1945. Tanggal
tersebut akhirnya ditetapkan menjadi Hari Pahlawan.
3. Pertempuran Bandung Lautan Api
Awal peristiwa Bandung Lautan Api dimulai ketika pada tanggal 13 Oktober 1945
pasukan Sekutu diboncengi NICA tiba di kota Bandung. Pasukan Sekutu mulai menduduki
kota Bandung dengan alasan melucuti dan menawan tentara Jepang. Pada 27 November
1945, mereka pun mengeluarkan ultimatum kepada para pejuang agar meninggalkan area
Bandung Utara, namun para pejuang menolak.
Baru setelah pemerintah pusat Jakarta turun tangan Tentara Republik Indonesia (TRI)
bersedia mengosongkan Bandung. Sebelum meninggalkan Bandung, pada tanggal 23-24
Maret 1946 para pejuang menyerbu pos-pos Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung.
Peristiwa ini disebut dengan Bandung Lautan Api.

4. Pertempuran Medan Area


Tanggal 9 Oktober 1945 tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Medan
dipimpin oleh T.E.D. Kelly. Sebelumnya NICA telah mendaratkan pasukan di bawah
pimpinan Westerling. Para pemuda Medan segera membentuk TKR. Tanggal 13 Oktober
1945 terjadi pertempuran yang dikenal dengan nama Medan Area.

5. Pertempuran Puputan Margarana


Pertempuran di daerah Bali ini melibatkan pasukan TKR divisi Sunda Kecil di bawah
pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda yang ingin menguasai
wilayah Bali. Peperangan terjadi pada 20 November 1946 dini hari sampai dengan siang hari.
Pasukan I Gusti Ngurah Rai berhasil memojokkan Belanda, namun Belanda yang terdesak
segera memanggil bala bantuan. I Gusti Ngurah Rai beserta segenap pasukannya terus
memaksa bertahan hingga titik darah penghabisan, namun sayang mereka harus gugur.
Pertempuran ini pun disebut sebagai Puputan Margarana.
6.Perlawanan di Sulawesi
Kabar Proklamasi Kemerdekan Indonesia segera tersebar ke seluruh penjuru Indones
termasuk sulawesi Gubernur Sulawesi, Sam Ratulangi mendapat tugas dari PPKI untuk
membenta Komite Nasional Indonesia Daerah di Sulawesi,
berita proklamasi baru diketahui oleh rakyat Muna Di Baton berita proklamasi diterima
rakyat dari pas pelayar yang tiba dari jakarta dan Bangka serta dari orang-orang jepang yang
datang ko makasar. Di Sulawesi Tengah, berita proklamasi diterima pada tanggal 17 agustus
pada pukul 15.00 wakt setempat. Berita itu diterima Abdul Latief dari tentara jepang yang
dikawal dari dua tentara hesho dari Sulawesi Selatan, yaitu Saleh Topetu dan Djafar. Perwira
iu mengatakan “Bangsa Indonesia sudah merdeka.

Di Manado, berita proklamasi pertama kali diterima di markas besar tentara Jepang, yong
berkedudukan di Minahasa Rombot dan W.F. Sumanti kemudian menyampaikan berita
proklamasi itu ke tokoh-tokoh nasionalis Berita itu kemudian disebarkan ke Sangit Talmud,
Bolaang Mongondow, dan Gorontalo. Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar
keseluruh penjuru sulawesi, sejak itulah bendera merah putih mulai berkibar menjadi
lambang indonesia merdeka.

Di Sulawesi Tenggara, bendera merah putih dikibarkan pada 17 September 1945 dengan
dipimpin oleh D. Andi Kasim. Di Lasusua bendera merah putih dikibarkan pada 5 oktober
1945. Yang dihadiri oleh kepala distrik Patampanua dan beberapa pimpinan pemuda RI dari
Luwu

7.) Perlawanan Lintas laut Bnayuwangi-Ball


Peristiwa Operasi Lintas Laut Jawa – Bali sendiri berawal pada tanggal 3 April 1946 ketika
sepasukan Tentara Keamanan Bagian Laut (TKR Laut) yang dikenal dengan Pasukan M di
bawah pimpinan Kapten Laut Markadi dengan kekuatan 4 peleton bersiap-siap melaksanakan
Operasi Lintas Laut Banyuwangi Bali. Pada tanggal 4 April Kapten Markadi bersama
Pasukan M mulai bertolak dari Pantai Boom menyeberangi Selat Bali menggunakan 16
perahu cadik yang diperoleh dari bantuan para nelayan setempat.

Kapten Markadi bersama Pasukan M kemudian memutar haluan dan kembali ke Pelabuhan
Banyuwangi untuk menghindari konflik yang berlebihan. Peristiwa tersebut mengakibatkan
dua korban dari pihak Indonesia, Sumeh Darsono dan Sidik, serta Tamali yang mendapatkan
luka tembak. Mereka memulihkan diri beberapa saat kemudian kembali berlayar ke Pulau
Bali pada malam harinya dan berhasil mendarat di Bali untuk bergabung membantu Pasukan
ciung Wanara yang dipimpin 1 Gusti Ngurah Rai melawan pasukan angkatan Laut Belanda

4.PERUNDINGAN PERUNDINGAN YANG TERJADI ANTARA PEMERINTAH


INDONESIA DENGAN BELANDA ANATARA TAHUN 1945-1949
Berbagai perundingan diadakan yang bertujuan untuk mempertahankan kedaulatan
Republik Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena setelah Proklamasi Kemerdekaan, bangsa
Indonesia masih menghadapi berbagai permasalahan. Banyak pertempuran dan perundingan
terjadi setelah Proklamasi karena Belanda ingin menguasai kembali wilayah Indonesia

Pertempuran seperti Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa, dan Bandung


Lautan Api, terjadi akibat Belanda bersikeras ingin menduduki Indonesia. Karena
permasalahan inilah, perundingan dan konferensi antara Indonesia dan Belanda dilaksanakan.
1. Perundingan Linggarjati
Belanda masih belum mengakui kedaulatan NKRI secara de facto, meski Indonesia
sudah menyatakan proklamasi kemerdekaannya. Karenanya, perundingan diadakan untuk
membahas hal tersebut yang dikenal dengan Perjanjian Linggarjati. Perundingan Linggarjati
dilakukan di Subang Jawa Barat pada 10-15 November 1946 dan disahkan pada 25 Maret
1947. Pada perundingan tersebut, wakil dari Indonesia adalah Sutan Sjahrir dan wakil dari
Belanda adalah Prof. Schermerhorn. Beberapa persetujuan yang dicapai di Perundingan
Linggarjati adalah:
• Belanda mengakui RI secara de facto atas Jawa, Madura, dan Sumatra.
• Dibentuknya negara negara federal dengan nama Republik Indonesia Serikat, dimana
RI menjadi salah satu negara bagiannya.
• Pembentukan Uni Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala uni.

2. Perundingan Renville

Belanda tetap melanggar perjanjian yang telah disetujui pada Perundingan


LInggarjati dengan melakukan Agresi Militer I secara serentak pada 21 Juli 1947 di
kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Dunia internasional mengecam tindakan
Belanda yang melanggar perjanjian tersebut. PBB kemudian turun tangan dengan
membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menyelesaikan masalah ini. Anggota
dari KTN yaitu Australia sebagai wakil Indonesia (Richard C. Kirby), Belgia sebagai
wakil Belanda (Paul Van Zeeland), dan Amerika Serikat sebagai penengah (Prof. Dr.
Frank Graham). Perundingan mengenai masalah agresi militer Belanda dilakukan di
atas kapal Amerika serikat, USS Renville, pada 17 Januari 1948. Kapal USS Renville
pada saat itu sedang bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok. Delegasi dari Indonesia
diketuai oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan Belanda memilih seorang
Indonesia bernama R. Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagai ketua.
Hasil dari perundingan Renville adalah:
• Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya RIS. RI memiliki kedudukan sejajar
dengan Belanda.
• RI menjadi bagian RIS dan akan diadakan pemilu untuk membentuk Konstituante
RIS.
• Tentara Indonesia di daerah Belanda atau daerah kantong harus dipindahkan ke
wilayah RI.

3. Perundingan Roem-Royen
Perundingan untuk mempertahankan kedaulatan NKRI selanjutnya adalah
Perundingan Roem-Royen. Perundingan ini diadakan karena Belanda kembali melanggar
Perjanjian Renville. Belanda melancarkan Agresi Militer II sehingga memaksa berdirinya
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi, Sumatera Barat.
Pendirian pemerintahan darurat ini di bawah komando dari Syafruddin
Prawiranegara. Karena tindakan ini Belanda kembali mendapatkan kecaman keras dari dunia
internasional.
Kemudian, perundingan kembali diadakan yaitu Perundingan Roem-Royen.
Perundingan ini digelar di Jakarta pada 7 Mei 1949. Ketua delegasi dari Indonesia adalah Mr.
Moh. Roem, dan wakil dari Belanda diketuai oleh Dr. J.H Van Royen.
Merle Cochran dari UNCI menjadi mediator dari perundingan Roem-Royen ini. Hasil
dari Perundingan Roem-Royen adalah:
• Menghentikan perang gerilya dan Indonesia-Belanda bekerja sama memelihara
ketertiban dan keamanan.
• Kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta dan bersedia turut serta mengikuti
Konferensi Meja Bundar yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.

4. Konferensi Inter-Indonesia
Konferensi Inter-Indonesia diadakan sebelum pelaksanaan Konferensi Meja Bundar.
Konferensi ini dihadiri oleh RI dan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) atau Badan
Permusyawaratan Federal yang terdiri dari negara-negara boneka buatan Belanda.
Perundingan ini diselenggarakan di Yogyakarta pada 19-22 Juli 1949 lalu dilanjutkan di
Jakarta, 30 Juli 1949. Hasil konferensi ini adalah negara yang dibentuk bernama RIS, APRIS
(Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) adalah angkatan perang nasional, dan TNI
menjadi inti APRIS.
5. Konferensi Meja Bundar

Sesuai dengan hasil dari Perjanjian Roem-Royen, Konferensi Meja Bundar (KMB)
akan segera dilaksanakan. Konferensi ini diadakan di Den Haag, Belanda yang berlangsung
pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleg Drs. Moh.
Hatta, dan delegasi dari BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Hasil dari KMB tersebut
diantaranya:
• Belanda mengakui kedaulatan Indonesia paling lambat 30 Desember 1949.
• Indonesia berbentuk negara serikat dan merupakan sebuah uni dengan Belanda.
• Uni Indonesia-Belanda dipimpin oleh Ratu Belanda.
• Permasalahan Irian Barat yang merupakan daerah perselisihan akan diselesaikan
dalam waktu satu tahun.

Hasil perundingan tersebut merupakan hasil maksimal yang bisa didapat meskipun banyak
pihak yang tidak puas. Pada 27 Desember 1949, dilakukan penyerahan kedaulatan dari
belanda kepada RIS. Belanda juga dipaksa keluar dari wilayah RI yang ditandai dengan
upaca pengakuan kedaulatan Indonesia yang merupakan tindak lanjut dari hasil KMB.

5.MENGAPA TERJADI AGRESI MILITER BELANDA I & II

1. AGRESI MILITER I
Belanda melaksanakan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi
Militer Belanda I juga biasa disebut dengan Operatie Product. Berikut beberapa latar
belakang Agresi Militer Belanda I, yaitu:
• Adanya keinginan Belanda untuk menjadikan Indonesia sebagai negara jajahannya
kembali.
• Pemerintah Indonesia menolak ultimatum dari Van Mook untuk menarik tentara
Indonesia sejauh 10 km dari garis demarkasi.
• Belanda ingin menguasai sumber daya alam Indonesia untuk membantu
perekonomian Belanda yang mengalami krisis pasca perang.
Agresi Militer Belanda I bertujuan untuk menguasai sumber daya alam di pulau
Sumatra dan Jawa. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C
Ricklefs, pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam, Belanda mulai melancarkan aksi militer.
Pasukan Belanda bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat.
Pasukan Belanda di Surabaya digerakan untuk menguasai Madura dan Jawa Timur.
Sedangkan Pasukan Belanda di Semarang digerakan untuk menguasai Jawa Tengah.
Prioritas Agresi Militer di pulau Jawa adalah untuk menguasai kawasan pelabuhan pesisir
utara, perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.
Di Sumatera, Belanda mampu menguasai perkebunan di sekitar Medan serta tambang
minyak dan batu bara di sekitar Palembang

2. AGRESI MILITER II
Tanggal 19 Desember 1948, merupakan salah satu hari bersejarah pada masa setelah
kemerdekaan Indonesia.Pada tanggal itu, Agresi Militer Belanda II terjadi. Kala itu, Belanda
melakukan serangan militer terhadap Indonesia di Yogyakarta.
Agresi Militer Belanda II merupakan serangan lanjutan setelah sebelumnya terjadi
Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli-5 Agustus 1947.
Pada Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil mengambil alih Kota Yogyakarta
yang waktu itu menjadi ibu kota sementara Indonesia.
Tidak hanya itu, agresi ini juga telah menewaskan banyak korban jiwa dan kerusakan
masif di Indonesia.
Tidak puas dengan Perjanjian Renville Penyebab terjadinya Agresi Militer Belanda
II adalah ketidakpuasan mereka terhadap kesepakatan perjanjian Renville. Perjanjian Renville
adalah perundingan antara Indonesia dengan Belanda yang terjadi di kapal Amerika Serikat,
yaitu USS Renville. Tujuan dari perundingan ini adalah untuk menyelesaikan konflik antara
Indonesia dengan Belanda dalam peristiwa Agresi Militer Belanda I. Perjanjian Renville
kemudian ditandatangani pada 17 Januari 1948. Secara garis besar, isi perjanjian Renville
adalah pembagian kekuasaan antara Belanda dengan Indonesia. Hal ini kemudian membuat
pihak Belanda membelot karena mereka menolak adanya pembagian kekuasaan tersebut dan
tetap ingin berkuasa penuh atas Indonesia dan seluruh wilayahnya. Menindaklanjuti
ketidakpuasan tersebut, Panglima Tentara Belanda di Hindia Belanda, Jenderal Spoor
menginstruksikan seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk mulai menyerang
pada 18 Desember 1948. Keesokan paginya, pada 19 Desember 1948, Belanda mulai
menyerang Kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota sementara Indonesia.
Pesawat Belanda pun lepas landas dari Bandung menuju Yogyakarta.
Ketika pesawat masih dalam perjalanan, Komisaris Tinggi Belanda, Beel,
mengumumkan melalui radio bahwa Belanda sudah tidak lagi terikat dalam perjanjian
Renville.
Sesampainya pasukan Belanda di Yogyakarta, angkatan udara dan pasukan terjun
payung langsung diarahkan untuk membombardir lapangan terbang Maguwo dan kawasan
timur Yogyakarta. Masa Kecil, Pendidikan, dan Perjuangannya Indonesia yang tidak siap
dengan serangan udara dari Belanda pun kewalahan. Akibatnya, hanya dalam beberapa jam,
pada sore hari tanggal 19 Desember 1948, Belanda berhasil mengambil alih Yogyakarta.
Begitu mendengar serangan mendadak itu, Panglima TNI Jenderal Soedirman
langsung menyiarkan perintah kilat melalui radio.
Tujuannya adalah untuk melawan musuh dengan melakukan perang rakyat semesta,
yaitu para pasukan akan hijrah dengan cara long march ke wilayah masing-masing dan
membentuk kekuatan.
Sementara itu, Presiden Soekarno dan tokoh nasionalis lainnya diminta untuk
mengungsi dan bergabung bersama pasukan gerilya. Akan tetapi, setelah rapat kabinet,
mereka menolak untuk mengungsi dan memilih tetap tinggal di Yogyakarta.
Bahkan Soekarno juga memberi mandat kepada Menteri Kemakmuran Syafrudin
Prawiranegara untuk membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di
Bukittinggi, Sumatera Barat.
Agresi militer Belanda II dikatakan sebagai salah satu peristiwa pertempuran besar
yang pernah terjadi di Indonesia. Saking besarnya, berita perselisihan antara Indonesia
dengan Belanda ini sampai terdengar hingga kancah internasional, termasuk Amerika Serikat.
Akibatnya, Amerika Serikat memutuskan untuk berhenti mengirim dana bantuan kepada
Belanda.
Lebih lanjut, Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak agar
segera dilakukan gencatan senjata dan perundingan damai secepat mungkin.
Pada akhirnya, tanggal 7 Mei 1914, Agresi Militer Belanda II berakhir yang ditandai
dengan ditandatanganinya Perjanjian Roem-Royen.

6.PEMERINTAH INDONESIA MEMBENTUK PDRI


Pada saat terjadi Agresi Militer Belanda II, untuk menyelamatkan keberadaan
Republik Indonesia Presiden Soekarno memerintahkan pembentukan Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI).
Tahukah kamu apa tujuan sekaligus peran PDRI pada saat Agresi Militer II?
Dikutip dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, saat Agresi
Militer II, Presiden Soekarno memberikan mandat pada Syafruddin Prawiranegara yang
berada di Bukittinggi untuk membentuk pemerintah darurat.
Soekarno juga mengirimkan mandat kepada Maramis dan Sudarsono di New Delhi,
India apabila pembentukan PDRI di Sumatera mengalami kegagalan.
Syafruddin berhasil mendeklarasikan berdirinya Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) di Kabupaten Lima Puluh Kota pada 19 Desember 1948.
Susunan pemerintahan PDRI adalah:
1) Syafruddin Prawiranegara sebagai Ketua merangkap Perdana Menteri, Menteri
Pertahanan dan Menteri Penerangan.
2) TM Hassan sebagai Wakil Ketua merangkap Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pendidikan dan Menteri Agama
3) SM Rasyid sebagai Menteri Keamanan merangkap Menteri SOsial Pembangunan dan
Pemuda
4) Lukman Hakim sebagai Menteri Keuangan merangkap Menteri Kehakiman
5) Sitompul sebagai Menteri Pekerjaan Umum merangkap Menteri Kesehatan
6) Maryono Danubroto sebagai Sekretaris PDRI Jenderal Sudirman sebagai Panglima
Besar AH Nasution sebagai Panglima Tentara Teritorial Jawa Kolonel Hidayat
sebagai Panglima Tentara Teritorial Sumatera.
7.TUJUAN DILAKSANAKANYA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949
Peran PDRI adalah sebagai penjaga eksistensi Republik Indonesia. PDRI bertujuan
untuk mempertahankan dan menegakkan pemerintah RI. Berikut ini peranan PDRI:
1) PDRI berfungsi sebagai mandataris kekuasaan pemerintah RI dan sebagai pemerintah
pusat.
2) PDRI sebagai kunci dalam mengatur arus informasi sehingga mata rantai komunikasi
antardaerah tidak terputus.
Radiogram tentang berdirinya PDRI dikirimkan kepada Ketua Konferensi Asia,
Pandit Jawaharlal Nehru oleh Radio Rimba Raya di Aceh Tengah pada 23 Januari 1948.

PDRI juga berhasil menjalin hubungan dan berbagi tugas dengan perwakilan RI di
India. Dari India, informasi keberadaan dan perjuangan bangsa dan negara Indonesia
disebarluaskan ke seluruh dunia. Sehingga dunia mengetahui keadaan RI yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai