Anda di halaman 1dari 34

1

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, kita memujinya, memohon pertolongan-Nya dan
mengharap ampunan-Nya. Maha besar Allah yang telah memberikan kekuatan
dan kemampuan sehingga kami dapat Menyusun petunjukpraktikum Formulasi
dan Teknologi sediaan (FTS) Steril ini.
Petunjuk Praktikum FTS Steril ini merupakan penunjang kemampuan dalam
aspek keterampilan teknis terhadap teori-teori yang disajikan dalam
perkuliahan FTS Steril dan mata kuliah yang terkait lainnya.
Buku petunjuk praktikum ini dibuat masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran
dari segala pihak akan diterima dengan senang hati demi penyempurnaan
diktat praktikum ini.
Akhirnya kami memohon kepada Allah SWT semoga mengampuni kesalahan
dan kekrangan kami. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan mencapai sasaran
serta tujuan penyusunannya

Pringsewu, 15 Maret 2023

Tim Penyusun Panduan Praktikum


Formulasi Teknologi Sediaan Steril

ii
Tata Tertib Pelaksanaan Praktikum
1. Pembagian kelompok

Praktikan dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan digunakan selama


praktikum teknologi sediaan steril.

Setiap Sesi dan jadwal menyiapkan absensi dan buku laporan dengan warna
berbeda untuk masing-masing kelas.

2. Tata tertib laboratorium


a. Saat memasuki laboratorium, praktikan diharuskan telah memakai jas
laboratorium dalam keadaan bersih dan rapi.
b. Praktikan diharuskan membawa: sarung tangan, masker, sandal, serbet,dan
kertas pembungkus steril. Terkait sediaan yang akan dipraktikumkan,
praktikan membawa wadah sediaan lengkap dengan etiket, brosur dan
kemasan sekunder dan keperluan lain yang dibutuhkan.
c. Absensi atau kehadiran :
• Kehadiran praktikum 100%, apabila praktikan berhalangan hadir maka
praktikan yang bersangkutan wajib melapor kepada dosen/asisten
laboratorium selambat-lambatnya H-1 sebelum hari praktikum dan telah
mencari penggantinya.
d. Disiplin kerja
• Datang tepat waktu
• Pekerjaan dilakukan dalam kelompok masing-masing
• Tanggung jawab pengerjaan tugas merupakan tanggung jawab bersama
• Bekerja dengan efisien dan higienis

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


3
FARMASI – UAP (2023)
• Sebelum mengakhiri praktikum, semua peralatan dan kondisi
laboratorium berada dalam keadaan bersih dan rapi kembali.
• Alat praktikum diperiksa terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
Kehilangan alat setelah praktikum merupakan tanggung jawab kelompok.
e. Tugas praktikum
• Nama sediaan yang akan dibuat akan diberikan 1 minggu sebelum
praktikum sediaan tersebut
• Laporan praktikum (modul 1 s/d 5) dibuat per individu sesuai dengan
format terlampir dan dikumpul pada saat praktikum.
• Setiap kelompok melakukan produksi sediaan yang ditugaskan
• Data percobaan setiap materi praktikum dibuat dalam bentuk laporan per
kelompok praktikum dan dikumpul 1 minggu setelah selesai praktikum
• Pada akhir praktikum akan dilakukan UTEK/Responsi.

3. Modul praktikum teknologi sediaan steril meliputi:


1) Sterilisasi wadah dan sediaan
2) Uji Wadah gelas untuk injeksi
3) Injeksi Amynophilyn
4) Infus/Larutan Elektrolit
5) Larutan untuk Mata

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


4
FARMASI – UAP (2023)
4. Isi Iaporan
I. Tujuan Praktikum
II. Landasan Teori (minimal 3 refrensi)
III. Pembuatan Sediaan
a. Preformulasi
b. Perhitungan dan Penimbangan
c. Cara Kerja
d. Evaluasi Kualitas Sediaan
IV. Hasil dan Pembahasan
a. Data/Hasil Praktikum
b. Pembahasan
c. Etiket/Brosur
V. Kesimpulan
VI. Daftar Pustaka

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


5
FARMASI – UAP (2023)
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL

NAMA KELOMPOK DAN NIM :


TOPIK :
TANGGAL PRAKTIKUM :
KELOMPOK :

I. TUJUAN

II. SEDIAAN YANG DIUJI


NAMA SEDIAAN VOLUME SEDIAAN VOLUME SAMPEL

III. HASIL

MENGETAHUI DOSEN

(………………………………..)

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


6
FARMASI – UAP (2023)
PERCOBAAN I
Pencucian dan Sterilisasi Wadah Gelas
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami cara pencucian alat dan wadah untuk pembuatan sediaan steril
2. Melakukan proses pencucian alat seperti wadah gelas, karet dan aluminium
3. Menjamin kebersihan alat.

B. DASAR TEORI
Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganisme termasuk sporabakteri pada
benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan dari sterilisasi adalah untuk
memusnakan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang
mungkin telah ada pada peralatan dan sediaan farmasi. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat fisika dan kimia bahan yang akan disterikan.
Istilah sterilisasi yang diguanakan pada sediaan-sediaan farmasi berarti penghancuran
secara lengkap semua mikroba dan spora-sporanya atau penghilangan secara lengkap
mikroba dari sediaan. Lima metode yang umum digunakan untuk mensterilkan produk
farmasi yaitu sterilisasi uap (lembab panas), sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan
penyaringan, sterilisasi gas, dan sterilisasi dengan radiasi pengionan. Metode yang
diguankan untuk mendapatkan sterilitas pada sediaan farmasi sangat ditentukan oleh sifat
sediaan dan zat aktif yang dikandungnya. Walau demukuan, apa pun cara yang digunakan,
produk yang dihasilkan harus memenuhi tes sterilitas sebagai bukti dari keefektifan cara,
peralatan dan petugas (Ansel, 1989).
Macam – macam cara sterilisasi :
1. Sterilisasi dengan panas kering

a. Udara Panas Oven

Bahan yang karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap


destilasi dalam udara panas - oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah
minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk
PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
7
FARMASI – UAP (2023)
steril seperti talk kaolin dan ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai
tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif untuk
alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah. Ini harus ditekankan bahwa
minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang sama tidak dapat
disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi
dengan menggunakan uap autoklaf. Atau dengan adanya lembab dan
penembusannya ke dalam bahan yang telah disterilkan.

Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium anhidrat tidak


dibunuh oleh suhu sampai 121O C (suhu yang biasanya digunakan dalam
autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untuk alasan ini,
autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak,
produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-bahan lain yang
mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi.


Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel
bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang
lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan
dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan
pada suhu 121 °C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering
membutuhkan pemaparan pada suhu 150 °C sampai 170 °C selama 1 - 4 jam.

Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas


dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.

b. Minyak dan penangas lain

Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas


yang berisi minyak mineral pada suhu 162 °C. larutan jenuh panas dari
natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi.
PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
8
FARMASI – UAP (2023)
Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan
bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk
memelihara cat penutup.

c. Pemijaran langsung

Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang


gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan
labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak
hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat
disterilisasi dengan metode ini.

2. Panas lembab

a. Uap bertekanan

Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.


Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri
farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri,
dan parameterparameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan
mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang
divalidasi.

b. Uap panas pada 100 °C

Uap panas pada suhu 100 °C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir
atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap
mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan
media kultur.

c. Pemanasan dengan bakterisida

Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100
°C. adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode
PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
9
FARMASI – UAP (2023)
ini digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf.

d. Air mendidih

Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam


sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-
bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih
paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air
dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk
menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1 – 2 % Na-carbonat
atau 2 – 3 % larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-
bahan logam.

3. Cara Bukan Panas

a. Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi


kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar
yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh
lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm.

b. Aksi letal

Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam


atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan
meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya.
Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam
molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu
mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam
nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


10
FARMASI – UAP (2023)
dalam rentang gelombang UV yang panjang.

c. Radiasi pengion

Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop
radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh
percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar
katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena
tidak menyebabkan kerusakan mekanik. Namun demikian, kekurangan sinar
ini adalah di hentikan dari mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat)
keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan
output laju doisis yang lebih seragam. (Hadada, A W, 2009).

2. Sterilisasi Kimiawi

Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:

1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.

2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.

3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang
fungsional

Sterilisasi Secara Kimia, dapat dilakukan dengan cara Sterilisasi Gas


digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan
serbuk padat, sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
yang terkristal akan dibunuh.

Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau
campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan
sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan
dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi
PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
11
FARMASI – UAP (2023)
dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,


konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.
Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu
dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas
pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan
pengemas (Hadada, A W, 2009).

3 Sterilisasi Mekanik

Sterilisasi Mekanik adalah sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti
misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan
dengan penyaringan. Dasar metode ini semata - mata ialah proses mekanis
yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme hidup
dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan
saringan Seitz (Elektromedik, 2011).

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


12
FARMASI – UAP (2023)
C. PRAKTIKUM

Lakukan sterilisasi untuk semua alat, bahan dan produk yang disediakan dilaboratorium.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Autoclave 1. Alkohol 70%
2. Oven 2. Sabun cuci
3. Botol infus kaca 3. Alumunium foil
4. Glassware 4. Kertas coklat
5. Vial
6. Ampul
7. Pipet tetes
8. Corong glas
9. Spatula logam
10. Batang pengaduk
11. Karet penutup

E. CARA KERJA
1. Pencucian alat gelas
• Alat dan wadah dicuci dengan sabun cuci disikat dengan bersih
• Dibilas dengan air kran hingga bersih
• Ditiriskan
2. Pencucian karet
• Tutup vial dan pipet tetes dicuci dengan sabun cuci dan disikat
• Dibilas dengan air kran hingga bersih
• Ditiriskan
3. Pencucia logam
• Spatula logam dicuci dengan sabun cuci dan disikat
• Dibilas dengan air kran hingga bersih
• Ditiriskan
4. Pengeringan dan pembungkusan
• Alat dan wadah gelas, karet dan logam ditiriskan
• Dikeringkan dengan tissue kering

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


13
FARMASI – UAP (2023)
• Disterilkan dengan alcohol 70%
• Dibungkus angkap dengan kertas coklat, kecuali beker glass, vial dan Erlenmeyer
dibungkus dengan menggunakan alumunium foil.
5. Sterilisasi alat
Suhu Waktu
No. Nama alat Ukuran Jumlah Cara sterilisasi
(oC) (menit)
1 Pipet tetes Autoklaf 121 15
2 Gelas ukur Autoklaf 121 15
3 Spatula logam Autoklaf 121 15
4 Batang pengaduk Autoklaf 121 15
5 Botol infuse
6 Erlenmeyer Oven 250 30
7 Vial Oven 250 30
8 Gelas beker Oven 250 30
9 Corong gelas Oven 250 30
10 Karet penutup Desinfektan

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


14
FARMASI – UAP (2023)
PERCOBAAN II
Uji Wadah Gelas Untuk Injeksi
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai dan mampu mengimplemasikan teori, konsep
dan prinsip formulasi sediaan steril.

B. DASAR TEORI
Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari
mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia. Pencucian bertujuan untuk membersihkan
pengemas atau wadah dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen. Bahan yang dapat digunakan dalam
pencucian antara lain alkali, detergen, purified water (PW),aqua demineralisasi (DI) yang disaring,
non-pyrogen water, dan air untuk injeksi (WFI).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau menghancurkan semua
bentuk mikroorganisme hidup baik yang pathogen maupun tidak, bahkan dalambentuk vegetatif
(spora) dari suatu objek atau bahan. Dengan sterilisasi akan diperoleh objek atau bahan yang steril.
Pada umumnya suatu proses yang dapat menghancurkan zat hidup juga mampu menyebabkan
beberapa kerusakan pada obyek yang disterilkan. Dalam pembuatan sediaan parenteral maka metode
sterilisasi apa yang akan digunakan tergantung apakah obat tahan panas atau tidak. Cara-cara
sterilisasi yang lazim dipakai yaitu:

a. Pemanasan kering
b. Pemanasan basah
c. Menggunakan zat kimia
d. Penyinaran
e. Penyaring bakteri
f. Pembuatan secara aseptisLama sterilisasi ditentukan oleh :
• Bentuk alat yang akan disterilkan
• Jenis alat yang akan disterilkan
• Sifat zat yang akan disterilkan
• Kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata pada seluruh alat atau
obat yang disterilkan

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


15
FARMASI – UAP (2023)
C. PRAKTIKUM
Lakukan sterilisasi untuk semua alat, bahan dan produk yang disediakan di
laboratorium.

D. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Autoclave 1. Air bebas CO2
2. Botol infus kaca 2. H2SO4 0,01 N
3. Glassware 3. Aquadest
4. Alumunium foil 4. Aceton
5. Bunsen 5. Indicator metil merah
6. Tabung reaksi 6. Asam hipofosfit encer
7. Penjepit kayu 7. Asam klorida
8. Erlenmeyer 8. Natrium sulfida

E. CARA KERJA
a. Buatlah air bebas CO2
b. Siapkan botol infus dengan volume 500ml
c. Bilas bagian dalam dengan aquadest dan aqua bebas CO2 secara bergantian
hingga dirasa sempurna (maksimal 3 kali untuk masing-masing larutan
pembilas)
d. Isi tiap botol dengan aqua bebas CO2 hingga masing-masing botol 90% terisi
e. Tutup mulut botol dengan alumunium foil yang sudah dibilas dengan aseton
f. Botol di autoclave pada suhu 115oC selama 20 menit
g. Keluarkan botol, dinginkan sebentar kemudian 100ml isi botol dituang dengan
Erlenmeyer untuk dititrasi
h. Tambahkan 5 tetes indikatoor metil merah kemudian lakukan titrasi
menggunaan H2SO4 0,01 N
i. Lakukan titrasi blanko dengan menggunakan 100ml aqua bebas CO2

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


16
FARMASI – UAP (2023)
PERCOBAAN III
Injeksi Aminophylin
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membuat sediaan larutan injeksi volume kecil (single dose) dan melakukan
pengujian kualitas sediaan yang dihasilkan.

B. FORMULA UMUM
R/ Theophyin 2,0 g
Etilendiamin 0,55g
Aqua p.i ad 10 ml

Zat tambahan in dapat berupa :


• Pengatur tonisitas
• Pengatur pH (dapar)
• Antioksidan
• Anestetik lokal
• Zat pengompleks
• Suspending agent

C. DASAR TEORI
Steril berarti keadaan yang bebas dari mikroorganisme, baik bentuk vegetatif, non
vegetatif (spora), patogen maupun non patogen. Secara teoretis, steril artinya absolut bebas
dari mikroorganisme. Tidak ada istilah sebagian steril atau hampir steril. Pada kenyataannya,
istilah steril bukan mutlak bebas mikroba 100%, namun, suatu obatdapat dikatakan steril
apabila memenuhi persyaratan uji sterilitas.
Suatu sediaan disyaratkan harus steril, karena obat-obat ini akan berhubungan
langsung dengan bagian tubuh yang rentan terhadap infeksi, seperti darah, mata, dan
sebagainya. Berbeda dengan rute per oral, dimana proses pencegahan infeksi akanterjadi
di saluran cerna. Penyuntikan sediaan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme hidup
(apalagi yang patogen), akan menimbulkan banyak masalah dan komplikasi, terutama
terhadap pasien yang sedang sakit. Penyakit hepatitis dapat ditularkan dari seorang pasien
kepada pasien lain, melalui jarum suntik bekas digunakan yang tidak disterilkan dengan
baik. Kontaminasi mikroba ini juga sangat berbahaya pada penggunaan obat untuk luka
terbuka, luka bakar, obat mata, dan obat-obat lain yang akan digunakan untuk selaput
mukosa tubuh.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


17
FARMASI – UAP (2023)
Menurut Farmakope Indonesia V, injeksi adalah larutan yang diberikan secara parenteral.
Walaupun secara terminologi injeksi adalah berupa larutan, tapi beberapa sediaan injeksi juga dapat
berupa suspensi. Sediaan injeksi berupa suspensi ini tidak bisa diberikan dengan rute intravena dan
intratekal. Sehingga secara umum dapatdidefinisikan bahwa injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, suspensi, emulsi, atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan(disuntikkan) dengan cara merobek jaringan, ke dalam kulit atau melalui kulit
atau selaput lendir.
Perhitungan Tonisitas
Metode Turunnya Titik Beku
0,52−𝑎
METODE I → 𝑤= 𝑏
Keterangan:

W = Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 ml larutan


a = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan memperbanyak nilai untuk
larutan 1% b/v
b = Turunnya titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotonis

*** jika konsentrasi tidak dinyatakan, a = 0 ( tidak ditambahkan pengisotonis)

𝐾 𝑚.𝑛.1000
METODE II → 𝑇𝑏 = 𝑀.𝐿

Keterangan :
Tb = turunnya titik beku larutan terhadap pelarut murninya
K = turunnya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang
menunjukkan turunnya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000g cairan)
M = Zat yang ditimbang (g)
n = jumlah ion
M = berat molekul zat terlarut
L = massa pelarut (g)

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


18
FARMASI – UAP (2023)
Ekivalensi NaCl

Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut terhadap
jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya ekivalensi NaCl asam borat 0,55
berarti 1 g asam borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel yang sama dengan 0,55 g NaCl.
𝐼
METODE WELLS → 𝐿=
𝐶
Keterangan :

L = Turunnya titik beku MOLAL

I = Turunnya titik beku akibat zat terlarut (oC)

C = Konsentrasi molal zat terlarut


Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan turunnya titik beku molal
yang sama besar, maka Wells mengatasinya dengan menggolongkan zat-zat tersebut menjadi
beberapa kelompok sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan.

METODE LAIN → 𝐸= 17 𝑥 𝐿

Keterangan : 𝑀

E = ekivalensi NaCl
L = turunnya titik beku molal
M = berat molekul zat.
Metode Liso
Rumus → 𝛥𝑇𝑓 = 𝐿𝑖𝑠𝑜𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑥 1000
𝐵𝑀 𝑥 𝑉

Keterangan :

Δ Tf = penurunan titik beku


Liso = harga tetapan; non elektrolit =1,86 ; elektrolit lemah =2 ; univalen =3,4

BM = berat molekul
V = volume larutan dlm mL
Berat = dalam gram zat terlarut

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


19
FARMASI – UAP (2023)
Contoh Perhitungan Tonisitas :
Cara ekivalensi
R / Ranitidin HCl 27,9 mg
Na2HPO4 anhidrat 0,98 mg
KH2PO4 1,5 mg
Aqua pro injection ad 1 mL
Ranitidin HCl

27,9 mg/mL = 2,79 g/100 mL = 2,79 % E 3%


= 0,16 (FI Ed. IV)
Na2HPO4 anhidrat
0,98 mg/mL ~ (BM Na2HPO4 dihidrat / BM Na2HPO4 anhidrat) x 0,98
= ( 159,96 / 141,96 ) x 0,98
= 1,1 mg/mL
= 0,11 g/100 mL

= 0,11% E 0,5%
= 0,44 (FI Ed. IV)
KH2PO4
1,5 mg/mL = 0,15 g/100 mL = 0,15 % E 0,5%
= 0,48 (FI Ed. IV)

Zat E Jumlah zat dalam 100mL Kesetaraan NaCl


(g)
Ranitidin HCl 0,16 2,79 0,4464
Na2HPO4 0,44 0,11 0,0484
dihidrat

KH2PO4 0,48 0,15 0,0720

NaCl yang ditambahkan agar isotonis :


= 0,9 – ( 0,4464 + 0,0484 + 0,0720 )
= 0,3332 g/ 100 mL
NaCl yang ditambahkan dalam 1 mL = 3,3 mg/mL

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


20
FARMASI – UAP (2023)
Cara penurunan titik beku
Zat Δ Tf 1% Konsentrasi zat (%) Kons. Zat X Δ Tf
Ranitidin HCl 0.1 2.79 0.279
Na2HPO4 dihidrat 0.24 0.11 0.0264
KH2PO4 0.25 0.15 0.0375
Jumlah 0.3429 ~ 0.34
Δ Tf isotonis = 0,52
agar isotonis, Δ Tf yang ditambahkan = 0,52 – 0,34

= 0,18

0,18 0,9 𝑔
Setara dengan NaCl = 𝑥
0,52
100 𝑚𝐿

= 0,31 g/100 mL

= 3,1 mg/mL

Jadi NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis sebanyak 3,1 mg/mL

Kapasitas Dapar (Diktat Kuliah Steril,162-163)


Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan penambahansedikit asam atau
sedikit basa.
Rumus :
𝛼𝛽 𝐶. 𝐾𝑎. [𝐻3𝑂+]

𝛽 = = 2,303 3
𝛼𝑝𝐻 {𝐾𝑎 + [𝐻 𝑂+]}2
Keterangan:

Β = kapasitas dapar
αB = perubahan konsentrasi asam atau basaαpH
= perubahan pH
C = konsentrasi molar larutan dapar
Ka = konstanta disosiasi larutan dapar

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


21
FARMASI – UAP (2023)
Kapasitas dapar dapat dihitung dengan persamaan Henderson-Hasselbach :
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
𝑝𝐻 = 𝑝𝐾𝑎 +
[𝑎𝑠𝑎𝑚]

D. PRAKTIKUM
1. Lakukan studi preformulasi (format terlampir) untuk sediaan injeksi volume
kecil single dose yang akan dibuat
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan injeksi
3. Lakukan sterilisasi untuk alat-alat yang digunakan dengan metode yang sesuai.
4. Lakukan proses produksi sediaan injeksi volume kecil single dose dan evaluasisediaan
akhir sesuai ketentuan farmakope.

E. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Autoclave 1. Theophylin
2. Incubator 2. Etilendiamin
3. Glassware 3. Aqua pi
4. Ampul/vial 4. Karbo adsorben
5. Timbangan 5. Metilen blue
6. Phenol

F. CARA KERJA

1. Hitunglah tonisitas larutan yang akan dibuat

2. Buatlah aqua bebas CO2

3. Larutkan theophylin dengan Sebagian aqua bebas CO2

4. Campurkan atilen diamin dengan Sebagian aquadest

5. Larutan (2) ditambahkan dengan larutan (3) tetes demi tetes sampai larutan 2 dan 3
betul-betul jernih dan Ph larutan 9,5-9,6

6. Gojog larutan dengan carbo adsorben 0,1% yang telah diaktifkan selama 5-10 menit,
diamkan, kemudian saring hingga jernih

7. Masukan larutan ke dalam ampul sesuai dengan volume yang diminta, tutup
disterilkan dengan autoclave

8. Periksa larutan terhadap : ph, kebocoran, partikel, pyrogen dan kejernihan.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


22
FARMASI – UAP (2023)
PERCOBAAN IV
Infus Dextrose 5%

A. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa dapat mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan steril inus dextrose
2. Mahasiswa dapat membuat sediaan steril infus dextrose dalam skala laboraturium sesuai dengan
persyaratan sediaan yang sesuai

B. FORMULA UMUM
R/ Dextrosa 5%
Carbo adsorben 0,1%
Aqua p.i ad 500 ml
C. DASAR TEORI
Sediaan parenteral volume besar umumnya diberikan lewat infus intravena untuk
menambah cairan tubuh, elektrolit, atau untuk memberi nutrisi. Infus intravena adalah sediaan
parenteral dengan volume besar yang ditujukan untuk intravena. Infus adalah larutan dalam
jumlah besar terhitung mulai dari 10 mL yang diberikan melalui intravena tetes demi tetes dengan
bantuan peralatan yang cocok. Asupan air dan elektrolit dapat terjadi melalui makanan dan
minuman dandikeluarkan dalam jumlah yang relatif sama. Rasio air dalam tubuh 57%; lemak
20,8%; protein 17,0%; serta minetal dan glikogen 6%. Ketika terjadi gangguan homeostatis
(keseimbangan cairan tubuh), maka harus segera mendapatkan terapiuntuk mengembalikan
keseimbangan air dan elektrolit (Lukas, 2006).

Preformulasi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan infus parenteral :

1. Faktor Fisiologi
Karakteristik cairan infus (Pharmaceutical Codex ed.12 p 427)
Konsentrasi zat biasa dinyatakan dalam osmol atau miliosmol. Parameteryang biasa
digunakan adalah aktivitas osmotik dan dinyatakan dalam terminologi osmolalitas (jumlah
osmol zat terlarut per kg pelarut), osmolaritas (jumlah osmolzat terlarut perliter larutan), dan
isotonisitas.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


23
FARMASI – UAP (2023)
2. Tekanan Osmosa
Adalah tekanan yang dibutuhkan untuk menghindari proses osmosis terjadi (perpindahan
pelarut melalui membran permeabel yang memisahkan 2 kompartemen larutan dengan
osmolaritas berbeda)

𝑔⁄𝐿 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


𝑀 𝑜𝑠𝑚𝑜𝑙⁄𝐿 = 𝑥 1000 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛
Contoh: 𝐵𝑀 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Diketahui: Larutan 0,9% NaCl


BM = 58,5

NaCl Na+ + Cl- jumlah ion = 2

Ditanya: M osmolaritas NaCl =


Jawab :
Larutan 0,9% NaCl = 0,9 g/100 mL = 9 g/L
9
𝑀 𝑜𝑠𝑚𝑜𝑙𝑒⁄𝐿 = 𝑥 1000 𝑥 2
58,5

= 307,7 M osmol/L

Hubungan Antara Osmolaritas Dan Tonisitas


Osmolaritas
Tonisitas
(M osmol / liter)
> 350 Hipertonis
329-350 Sedikit hipertonis
270-328 Isotonis
250-269 Sedikit Hipotonis
0-249 Hipotonis

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


24
FARMASI – UAP (2023)
Kebutuhan anion dan kation tubuh
Beberapa komponen yang menunjang fisiologi tubuh dapat diberikan dalam bentuk sediaan
parenteral volume besar yaitu air, elektrolit, karbohidrat, asam amino, lipida,vitamin, dan mineral.

Elektrolit Intravaskular Interstitial Intraseluler


(m eq / L) (m eq / L) (m eq / L)
Na+ 142 145 10
+ 4 4 160
K
2+ 5 5 2
Ca
2+ 2 2 26
Mg
Cl- 102 115 2
- 27 30 8
HCO3
2- 2 2 120
HPO4
2- 1 1 20
SO4
Asam 6 7 -
organik
Protein 16 1 48

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


25
FARMASI – UAP (2023)
Faktor Fisikokimia
a) Kelarutan
Pada umumnya obat-obatan yang digunakan untuk membuat sediaan parenteral volume
besar adalah senyawa mudah larut, sehingga kelarutan tidak menjadi hambatan dalam
formulasi.
Kelarutan menjadi hal yang harus diperhatikan apabila sediaan parenteral volume besar
dipakai sebagai pembawa obat lain, atau terjadinya kristal pada beberapa zat (contoh : manitol
13 g dalam 100 mL air pada suhu < 14°C maka cenderung untuk mengendap membentuk
kristal)

Cara pembuatan juga berpengaruh terhadap kelarutan, misalnya pada larutan SUBI “G”
R/ Asam sitrat monohidrat 2,65 g
Na sitrat dihidrat (tribasik) 0,808 gMgO
anhidrat 0,384 g
Aquadest ad 100 mL
Pembuatan : Asam asetat dan Na sitrat dilarutkan dulu dalam air sehinggadiperoleh pH
rendah lalu ditambah sedikit demi sedikit MgO sambil dikocok.
b) pH
pH sediaan perlu diperhatikan mengingat pH yang tidak tepat dapat
menyebabkan :
1. Berpengaruh pada tubuh terutama darah
2. Berpengaruh pada kestabilan obat
3. Berpengaruh pada wadah terutama wadah gelas, plastik, dan tutup karet.
pH darah normal adalah 7,35-7,45 sehingga bila sediaan parenteral volume besarmempunyai pH
di luar batas tersebut dapat beresiko menyebabkan masalah padatubuh. Pengaturan pH sangat
penting artinya dalam mempersiapkan sediaan- sediaan farmasi terutama dalam sediaan-
sediaan parenteral. Pengaturan pH ini dapat mencegah kemungkinan yang merugikan dari
sediaan obat suntik tersebut.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


26
FARMASI – UAP (2023)
Pengaturan pH akan memberikan beberapa keuntungan seperti : (G. Agoes,Larutan
Parenteral, p59-61)
1. akan dapat menjamin stabilitas larutan obat suntik
2. mencegah perubahan warna dari larutan obat suntik
3. mengurangi sifat merangsang dari bahan berkhasiat
4. untuk mendapatkan efek terapi yang optimal dalam pengobatan
5. menghindari kemungkinan terjadinya reaksi-reaksi sediaan yang telahselesai.
Obat-obat suntik sebaiknya mempunyai pH yang mendekati pH fisiologi 7,4 yang berarti
isohidris dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Tetapi dalam pelaksanaannya hal ini sulit
karena kebanyakan obat tidak stabil pada pH ini.
Tujuan utama pengaturan pH dalam sediaan injeksi adalah untuk meningkatkan stabilitas
sehingga obat-obat tersebut tetap mempunyai aktivitas dan potensi, jadi bukan untuk
membuat pH larutan tersebut mendekati pH fisiologi tetapi apabila hal ini bisa diupayakan
maka akan lebih baik.
Kendala penggunaan dapar dalam formula diantaranya mengakibatkan larutan menjadi
cenderung hipertonis, meskipun tidak begitu merugikan. Yang perludiperhatikan adalah
dapar yang jauh menyimpang dari pH 7,4, hal ini akan menghambat penyerapan obat,
karena penyerapan baru akan terjadi apabila kapasitas dapar telah ditiadakan. Larutan yang
tidak didapar boleh berada dalam rentang pH 3-5 sedangkan untuk larutan yang didapar
sebaiknya dikondisikan di sekitar pH 5,5-7,5 agar waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan
pengaruh zat pendapar tidak terlalu lama.

c) Pembawa
Sediaan parenteral volume besar pada umumnya menggunakan pembawa air,selain itu juga
dapat memakai emulsi lemak intravena yang diberikan sendiri ataudikombinasikan dengan asam
amino dan/atau dekstrosa dengan syarat partikel tidak boleh lebih besar dari 0,5 µm.

d) Cahaya dan Suhu


Cahaya dan suhu dapat mempengaruhi kestabilan obat, misalnya, vitamin C harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya atau larutan mengandung
dekstrosa dengan kadar tinggi harus dijauhkan dari suhutinggi.

e) Faktor Kemasan
Bahan pembuat wadah sangat berpengaruh terhadap kestabilan obat parenteral volume besar,
seperti gelas, plastik, dan tutup karet. Kemasan yang dipilih harus mempertimbangkan stabilitas
sediaan, terutama sediaan parenteral volume besar.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


27
FARMASI – UAP (2023)
3. Stabilisator pada sediaan parenteral volume besar
Bahan penambah seperti dapar, antioksidan, komplekson jarang ditambahkan
pada sediaan parentaral volume besar.

D.PRAKTIKUM
1. Anda akan membuat suatu sediaan infus dengan komposisi:
Formula : Dextrose 5%
Carbo adsorben 0,1%
Aqua pro injeksi ad 500ml

Hitunglah:

a. Tonisitas larutan tersebut.


b. Berapa banyak NaCl yang harus dikurangi/ditambah dalam 500 mL untukmembuat
larutan tersebut isotonis?

2. Lakukan sterilisasi untuk alat-alat yang digunakan dengan metode yang sesuai.
3. Lakukan proses produksi sediaan injeksi volume kecil single dose dan evaluasisediaan
akhir sesuai ketentuan farmakope

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


28
FARMASI – UAP (2023)
PERCOBAAN V
TETES MATA KLORAMFENIKOL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat membuat formula sediaan obat tetes mata steril dan melakukanpengujian
kualitas sediaan yang dihasilkan.

B. FORMULA UMUM
R/ Zat aktif

Bahan pembantu (Pengawet, Pendapar, Surfaktan, Pengisotonis, Peningkatviskositas,


Antioksidan, Pensuspensi)

C. DASAR TEORI
Sediaan tetes mata merupakan sediaan steril meskipun pemberiannya bukandengan cara
diinjeksikan. Obat tetes mata akan kontak langsung dengan mukosa di mata, sehingga
sediaan ini diharuskan steril untuk menghindari resiko infeksi. Selain itu, mayoritas sediaan
tetes mata dibuat dalam kemasan multiple dose, sehingga diperlukan beberapa eksipien untuk
menjaga kualitas sediaan selama pemakaian.

Berikut adalah beberapa contoh zat tambahan yang digunakan pada sediaanobat tetes
mata:

Pengawet
Pengawet yang dipilih seharusnya mencegah dan membunuh pertumbuhan
mikroorganisme selama penggunaan. Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata
hendaknya memiliki sifat sebagai berikut (AOC, 234) :

1. Bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Sifat ini harus dimiliki terutamaterhadap


Pseudomonas aeruginosa.
2. Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan konjungtiva).
3. Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
4. Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal penggunaan sediaan.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


29
FARMASI – UAP (2023)
Golongan pengawet pada sediaan tetes mata
Jeni Konsentrasi Inkompatibilitas Keterangan
Senyawa 0,004–0,02% Sabun, surfaktan Paling banyak dipakai
amonium (biasanya0,01%) anionik, salisilat,nitrat, untuk sediaanoptalmik.
kuartener : fluoresceinnatrium. Efektivitasnya
Benzalkonium ditingkatkan dengan
klorida penambahan EDTA
0,02%.

Senyawa Halida tertentu Biasanya digunakan sebagai


merkur nitrat : dengan fenilmerkuri pengawet dari zat aktif yang
0,01–0,005% asetat OTT dengan benzalkonium
Fenil merkuri
nitrat klorida
0,005%
Thiomersal
Parahidroksi Nipagin Diadsorpsi oleh Jarang digunakan;
benzoat : 0,18% makromolekul, banyak digunakan
Nipagin, + interaksi dengan untukmencegah
Nipasol Nipasol0,02% surfaktan nonionik pertumbuhan jamur, dalamdosis
tinggi mempunyai sifat
antimikroba yang lemah.

Fenol : 0,5 – 0,7% Stabilitasnya pH Akan berdifusi melalui


Klorobutanol dependent; aktivitasnya kemasan polietilen low-
tercapaipada density
konsentrasi
dekat kelarutan max
Alkohol 0,5 - 0,9% Kelarutan dalam air Akan berdifusi melalui
aromatik : rendah kemasan polietilen low-
Feniletil density, kadang2 digunakan
alkohol dalam kombinasi dengan
pengawet lain.

Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan adalah :


• Benzalkonium klorida + EDTA
• Benzalkonium klorida + Klorobutanol/feniletilalkohol/ fenilmerkuri nitrat
• Klorobutanol + EDTA/ paraben
• Tiomerasol + EDTA
• Feniletilakohol + paraben

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


30
FARMASI – UAP (2023)
Pengisotonis
Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dandapar (Codex,
161-165). Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata
:
FI IV : 0,6 – 2,0%
RPS dan RPP : 0,5 – 1,8%
AOC : 0,9 – 1,4%
Codex dan Husa : 0,7 – 1,5% Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 – 1,5%

Pendapar
Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama denganair mata. Hal
ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yangtidak cukup larut dalam air.
Sebagian besar garam alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak
obat tidak stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III, 13). Tetapi larutan tanpa dapar
antara pH 3,5 – 10,5masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Di luar rentang
pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan peningkatan lakrimasi (Codex, 161- 165).
Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0
menurut AOC; 3,5 – 8,5 menurut FI IV.

PERHITUNGAN
Cara perhitungan tonisitas dan dapar lihat di Modul INJEKSI dan INFUS

D. PRAKTIKUM
1. Lakukan studi preformulasi (format terlampir) untuk sediaan tetes mata yangakan dibuat
2. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan sediaan tetes mata,seperti:
a. Autoklaf
b. Oven
c. Timbangan
d. Spatel
e. Kaca arloji
f. Gelas piala
g. Zat aktif dan eksipien Pelarut/pembawa

3. Lakukan sterilisasi untuk alat-alat yang digunakan dengan metode yang sesuai.

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


31
FARMASI – UAP (2023)
4. Lakukan proses produksi sediaan tetes mata dan evaluasi sediaan akhir sesuaiketentuan
farmakope.

F. ALAT DAN BAHAN


Alat Bahan
1. Autoclave 1. Kloramfenikol
2. Glasware 2. Asam borat
3. Vial/ampul 3. Na tetra borat
4. Timbangan 4. Nipagin
5. Aquadest
6. HCl 0,1 N

G. CARA KERJA
1. Larutkan asam borat dan natri tetra borat dalam aquadest
2. Larukan preservative dalam aquadest dan tambahkan pada larutan 1
3. Larutkan kloramfenikol dalam larutan 2 dan tambahkan sisa aquadest
4. Sterilkan dengan menggunakan autoclave
5. Periksa larutan terhadap : ph, kebocoran, partikel, pyrogen dan kejernihan

PANDUAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


32
FARMASI – UAP (2023)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III Jakarta:Departemen KesehatanRepublik


Indonesia.

Anonim b. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen KesehatanRepublik


Indonesia.

Ansel, Howard, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Universitas


Indonesia, Jakarta

Arifianto, 2007, Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids),


Available at: http://health.freephphoster.com/index2.php?option=com_content
&do_pdf=1&id=26
Opened at: 31.10.2008

Lachman,L., Herbert A.L., and Joseph L.K. 1994. Teori dan Praktek Farmasi IndustriEd. 3.
Jakarta : UI Press.

Lukas, Stefanus, 2006, Formulasi Steril, Penerbit Andi, Yogyakarta

Reynolds, J. E. F., 1982, Martindale TheExtra Pharmacopea Twenty-eight


Edition Book 1, Pharmaceutical Press (PhP), London, Hal 50

Kibbe, A. H., 2000, handbook of Pharmaceutical Excipients Third Edition,


Pharmaceutical Press (PhP), London, Hal 175

McEvoy, G. K., 2002, AHFS Drug Information, American Society of Health


System Pharmcists, United State of America, Hal 2536

33
34

Anda mungkin juga menyukai