Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TARI TOR-TOR

Disusun oleh:
Nama: Michaela Rezqi Richmon
Kelas: VIII B

SMPN 31 BANDUNG 2023


Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah pembelajaran Seni Budaya
mengenai Tari Tor-Tor ini. Shalawat serta beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada
baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW..Semoga di akhirat kelak kita mendapat syafa'at
dari-Nya, Aamiin. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas sekolah Pembelajaran Seni
Budaya adapun pembahasan dalam makalah ini mengenai Tari Tor-Tor.
Saya sadari bahwa masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan makalah ini dan
tidak luput dari kesalahan, baik dari penyusunan maupun isi dari makalah ini. Maka dari itu
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebab, makalah ini tentu saja jauh dari kata
sempurna. Kebenaran datangnya dari Allah SWT dan kesalahan berasal dari diri kami. Selain
itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan, guna memperbiki dan
menyempurnakan makalah ini. Saya pun berharap makalah ini dapat berguna serta mampu
memberikan manfaat bagi penyusun maupun bagi setiap pembaca. Terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Keunikan Gerak Tari Tradisional
Gerak tari meliputi segala gerak tubuh manusia dan dipengaruhi dorongan tenaga.
Pada dasarnya, gerak tari adalah meniru gerak-gerak alami untuk bisa diolah dengan
“digayakan” sebagai sebuah tarian. Ragam gerak merupakan kumpulan motif gerakan
yang berupa kombinasi gerakan antara kaki, tangan, kepala, jari-jari, gerakan mata dan
ekspresi penari.
Gerak Pada tari tradisional banyak menggunakan Imitatif dan ekspresif menirukan
emosi dan kegiatan manusia. Gerak tari berfungsi sebagai media untuk
mengkomunikasikan maksud tertentu dan koreografer, keindahan tari dalam koreografer,
peraga dan penikmat atau penonton. kombinasi ragam gerak tari dapat di gunakan untuk
menambah estetika dan memperjelas makna dari sebuah tarian. Apalagi setiap gerakan
yang dilakukan oleh penari pada tarian tradisional memiliki artinya tersendiri.
Motif gerak merupakan gerak terkecil dan paling sederhana dari seluruh gerak tari
yang merupakan perpaduan antara unsur sikap dan gerak. Motif gerak ini dapat dilihat
pada gerak tangan, gerak kaki, gerak kepala, atau gerak anggota tubuh lainnya.
Contohnya adalah keunikan gerak kaki secara ritmis dan dinamis seperti pada tari
tradisional yang berasal dari Papua. Sementara itu tari tradisional Sulawesi Selatan yakni
Pagelu memiliki keunikan gerak dengan kaki yang tertahan pada lantai. Selain kaki,
keunikan gerak pada mata dapat dijumpai pada tari Bali dengan gerakan bola mata ke
kanan dan ke kiri secara cepat yang sangat mewakili ekspresi tari.
Keunikan gerak tari tradisional di Indonesia memang tidak ada habisnya. Hal tersebut
karena negeri ini terdiri dari banyak suku, adat, dan etnis yang sangat kaya. Berbagai
keunikan gerak tari tradisional tersebut berbeda berdasarkan adat dan kebudayaan
setempat. Perbedaan tersebut dipicu dari masing-masing wilayah geografis, interaksi
budaya, serta faktor-faktor antarruang lainnya.

1.2 Penerapan Pola Lantai Pada Gerak Tari


Dalam sebuah tarian dibutuhkan unsur pendukung di dalamnya. Unsur pendukung
tarian mempunyai keunikan yang istimewa sehingga bisa menambahkan keindahan tari
yang diperankan. Apalagi jika unsur pendukung tari tradisional di satukan dengan banyak
etnis dan budaya di Indonesia. Dengan begitu, keragaman tarian bisa semakin kaya.
Unsur pendukung tari tradisional terbagi menjadi 4, yaitu tata iringan musik, properti tari,
pola lantai, tata rias dan busana. Tata rias dan busana pada tari tradisional berfungsi untuk
membentuk tokoh dan karakter atau watak. Contohnya tata rias yang dominan dengan
warna merah untuk menggambarkan karakter pemarah, jahat, dan sebagainya.
Properti tari tradisional yaitu alat-alat yang mendukung dan melengkapi tari
tradisional. Misalnya seperti kipas, selendang, keranjang, caping, dan sebagainya.
Beberapa tari tradisional di Indonesia juga mengambil nama dari properti yang
digunakan. Contoh, ada tari Kipas Pakarena menggunakan kipas, Tari Lawung dari
Keraton Yogyakarta yang menggunakan lawung (tombak). Properti bertujuan untuk
melengkapi busana dan menunjukkan maksud dari keseluruhan isi tari tradisional.
Pola lantai tari merupakan salah satu unsur pendukung tari tradisional. Ada beragam
jenis dan bentuk pola lantai yang digunakan dalam tari tradisional Indonesia. Pola lantai
tari yang paling umum digunakan di Indonesia yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis
lurus contohnya membuat pola lantai segi empat, segitiga, atau berjajar. Sedangkan pola
garis lengkung contohnya pola lingkaran. Tidak hanya secara terpisah, pola lantai garis
lurus dan garis lengkung bisa dikombinasikan. Misalnya, pada Tari Saman, pola lantai
yang digunakan yaitu pola garis lurus. Para penari duduk lurus di lantai selama menari.
Sedangkan pola garis lengkung lebih mudah kita temukan dari Tari Kecak dari Bali.
Musik merupakan bahasa universal yang dapat mengekspresikan berbagai perasaan.
Pada tari tradisional, musik berfungsi sebagai iringan tari yang mengilustrasikan dan
membangun suasana dalam tari. Musik sebagai iringan tari memiliki arti bahwa ritme
musik tidak selalu sama dengan ritme gerakan. Kadang, musik iringan bisa berbunyi
menghentak, namun gerakan tarinya mengalun dan mengalir. Sedangkan arti dari musik
mengilustrasikan dan membangun suasana adalah di balik tari tradisional terdapat cerita
yang harus disampaikan.
Pola lantai dalam tari adalah pergerakan yang dilakukan dengan cara bergeser secara
teratur sehingga membentuk pola denah tertentu guna menjadikan tarian lebih indah dan
menarik. Pola lantai pada tarian tradisional indonesia pada prinsipnya hampir sama yaitu
pada lurus dan garis lengkung.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Sejarah Tari Di Indonesia


Pada masa kerajaan Hindu, seni tari banyak mendapat pengaruh dari
kebudayaan India. Bahkan berkembang pesat hingga menjadi bagian penting dalam
pelaksanaan upacara keagamaan dan upacara adat. Sementara itu, di era kerajaan
Islam, seni tari digunakan untuk menyebarkan agama dengan mempertimbangkan
sejumlah hal. Jika ada yang tidak sesuai maka akan diubah.

1. Zaman Prasejarah
Pada era ini, manusia belum mengenal tulisan. mereka hidup secara
berkelompok dan berpindah-pindah sambil bercocok tanam. Kepercayaan yang
dianut seperti animisme, dinamisme, dan ateisme. Di masa itu, tari-tarian sudah
tercipta dengan menggunakan gerakan tangan dan kaki walaupun masih sangat
sederhana. Lalu, mereka juga telah mengenal instrumen sebagai pengiring tarian.
Nekara jadi salah satu instrumen musik yang digunakan pada zaman prasejarah
dan membuktikan perkembangan seni tari di masa tersebut.Seni tari pada zaman
prasejarah banyak dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat, sehingga bentuknya
terlihat seperti:
 Sangat sederhana
 Gerak dan iringan tari sederhana
 Riasannya dominan berwarna putih, hitam, dan merah
 Tidak ada norma-norma yang mengatur gerak tari
 Sekedar memenuhi untuk pelaksanaan upacara
 Gerak tari fokus pada kaki dan tangan
2. Zaman Indonesia-Hindu
Pada masa pemerintahan Indonesia-Hindu, seni tari banyak mendapat
pengaruh dari kebudayaan India. Mayoritas pedagang yang datang cenderung
menetap bahkan menikah dengan penduduk pribumi. Kehidupan bangsa
Indonesia sangat dipengaruhi oleh agama Hindu, terutama pada masa Kerajaan
Singasari, Kediri, tumpel, dan Majapahit. Hal tersebut menjadi penyebab
perpaduan tari India dan budaya yang ada pada kerajaan-kerajaan masa itu.
Ketika masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Kutai, perkembangan seni tari
mengalami kemajuan yang pesat dan jadi bagian penting dalam pelaksanaan
upacara keagamaan. Banyak jenis tari yang disajikan pada zaman Indonesia-
Hindu, sebab seni tersebut mendapat perhatian dari para raja dan bangsawan.
Jenis-jenis tari itu meliputi tarian untuk upacara adat dan upacara keagamaan.
Sementara itu, tarian tradisional juga ikut berkembang sebagai hiburan atau
tontonan yang menarik pada kala itu. Pertumbuhan seni tari di zaman Indonesia-
Hindu bersumber dari cerita Mahabharata dan Ramayana yang menggambarkan
kebudayaan India. Sehingga, bentuk gerak disusun selaras dengan kebutuhan
upacara yang dilandasi atas kepercayaan bahwa seni tari berasal dari para dewa.
3. Zaman Indonesia-Islam
Setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, pengaruh agama Islam mulai
menyebar. Para penyebar agama Islam mulanya kesulitan dalam menarik simpati
masyarakat, sehingga mereka menempuh cara dengan memadukan budaya Islam
dengan budaya yang telah ada, yaitu budaya Hindu. Seni tari yang dipakai oleh
penyebar agama Islam tidak jauh berbeda dengan zaman Indonesia-Hindu. Pada
perkembangannya, jenis tari yang berasal dari zaman Indonesia-Hindu tetap
terpelihara dan dikembangkan sebagai sarana penyebaran ajaran. Apabila ada
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka akan diubah. Beberapa fungsi seni
tari disesuaikan mengikuti perubahan peradaban masyarakat yang telah menganut
ajaran agama Islam. Ia memiliki ide untuk mengembangkan Bedoyo Sapto,
sebuah tarian pada zaman Indonesia-Hindu dengan jumlah penari mulanya 7
orang dan diubah menjadi 9 orang. 7 penari itu menggambarkan bidadari cantik
di kayangan, yaitu Suprobo, Wilutomo, Rasiki, Surendro, Bagan Mayang, Irim-
Irim, dan Tunjung Biru. Kemudian, diubah menjadi 9 dengan melambangkan
jumlah wali. Selain itu, angka 9 juga diartikan sebagai jumlah total yang dimiliki
manusia. Sejak saat itu, seni tari yang berasal dari kerajaan Hindu mengalami
penggarapan di lingkungan Keraton. Zaman kerajaan Islam memberikan
pengaruh yang besar terhadap kesenian di Jawa.
4. Zaman Penjajahan
Pada era kolonialisme atau penjajahan, seni tari banyak mengalami
kemunduran. Suasana tersebut membawa penderitaan bagi rakyat, sehingga
diabaikan dan bukan menjadi salah satu kebutuhan dalam masyarakat. Hanya di
lingkungan tertentu saja seni tari masih terpelihara dengan baik, seperti di istana
atau Keraton. Pemeliharaan seni tari itu bertujuan untuk menyambut tamu raja,
sebagai rangkaian acara pernikahan putra dan putri raja, penobatan, hingga
jumenengan raja. Akibat penjajahan yang semakin menyengsarakan masyarakat,
muncullah aspirasi untuk menciptakan jenis tari yang mengangkat semangat
kepahlawanan, seperti tari prajurit, tari pejuang, tari Prawiroguno dan tari
Bondoyudo.
5. Zaman Setelah Kemerdekaan hingga Sekarang
Setelah pasca kemerdekaan, seni tari mengalami perkembangan yang jauh
lebih baik dibandingkan zaman sebelumnya. Banyak jenis-jenis tari mulai
kembali ditekuni, seperti tarian untuk upacara adat daerah, tarian sebagai upacara
keagamaan di Bali, dan tarian hiburan untuk melepas lelah. Tari yang dibuat
sebagai tontonan juga mengalami kemajuan. Sebagai bukti, hal itu terlihat dari
menjamurnya sanggar-sanggar tari di Indonesia.
2.2 Sejarah Tari Di Pulau Sumatra
1. Tari Saman (Aceh)
Tari saman ini merupakan tarian tradisional yang dikembangkan dari sebuah
permainan rakyat, yaitu Tepuk Abe. Tarian ini diciptakan oleh Syekh Saman
sekitar abad 14 Masehi. seorang penyebar agama Islam di Aceh. Maka dari itu,
nama tari saman diambil dari nama penciptanya. Permainan Tepuk Abe ini
dikembangkan menjadi tarian karena sangat diminati oleh masyarakat Aceh saat
itu. Maka dari itu Syekh Saman mulai mengembangkan tarian ini dengan
menyisipkan syair-syair atau puji- pujian kepada Allah SWT, serta diiringi oleh
perpaduan tepukan-tepukan para penari. Tarian ini digunakan oleh Syekh Saman
sebagai media dakwah agama Islam pada saat itu. Selain itu mengingat kondisi
Aceh dalam masa peperangan, maka Syekh Saman menambah syair-syair yang
menumbuhkan semangat juang masyarakat Aceh saat itu. Pertunjukan seni tari
saman sempat ditentang pada masa penjajahan Belanda. Belanda mengasumsikan
bahwa tarian ini menyebarkan unsur magis yang dapat menyesatkan. Akan tetapi,
anggapan dan larangan dari pemerintah Belanda ini diabaikan oleh rakyat Aceh
saat itu. Dan akhirnya, tarian ini terus berkembang sampai sekarang dan kerap
ditampilkan pada perayaan keagamaan, adat istiadat, hingga kenegaraan. Tak
hanya itu, tari saman kerap ditampilkan pada acara- acara besar hingga
dipertunjukkan ke luar negeri
2. Tari Tor-Tor (Sumatera Utara)
Tari tradisional dari Sumatera Utara ini diperkirakan sudah ada sejak zaman
Batak purba. Akan tetapi, pakar tari tor tor mengatakan jika tarian ini ada pada
sekitaran abad ke-13. Pada waktu itu, tarian ini dilakukan sebagai tari
persembahan untuk roh leluhur. Berdasarkan buku Agama Hindu yang ditulis
oleh Ida Bagus Sudirga dkk, dikatakan bahwa tari tor tor adalah salah satu
peninggalan zaman Hindu di wilayah Sumatera. Oleh sebab itu, usia dari tarian
ini sudah cukup tua karena sudah ada sejak lama. Awalnya, tarian ini hanya
berada di kawasan Toba, Samosir, dan beberapa wilayah Humbang. Namun,
setelah menyebarnya agama Kristen di kota Silindung, tarian ini akhirnya dikenal
sebagai tarian modern yang merupakan hasil dari kebudayaan suku Batak.
3. Tari Gending Sriwijaya (Sumatera Selatan)
Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian khas sumatera selatan. Secara
harafiah Gending Sriwijaya berarti “Irama Kerajaan Sriwijaya”. Tari ini
melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima kunjungan tamu
yang diagungkan. Munculnya tari ini berawal dari permintaan pemerintahan
Jepang yang ada di Karesidenan Palembang kepada Hodohan (Jawatan
Penerangan Jepang) untuk menciptakan sebuah lagu dan tari untuk menyambut
tamu yang berkunjung ke Sumatera Selatan dalam acara resmi. Permintaan ini
mulai digagas sejak akhir 1942 hingga tahun 1943. Sempat tertunda beberapa
waktu karena berbagai persoalan politik baik di Jepang maupun di tanah air.
Setelah tertunda beberapa waktu, pada bulan Oktober 1943 gagasan mencari lagu
ditindaklanjuti kembali. Letkol O.M. Shida memerintahkan Nuntjik A.R. (Wakil
Kepala Hodohan pengganti M.J. Su’ud) yang pada saat itu sudah dikenal sebagai
seorang sastrawan dan wartawan. Kemudian mengajak Achmad Dahlan Mahibat,
seorang komponis putra Palembang asli yang pandai bermain biola dari
kelompok seni (toneel) Bangsawan Bintang Berlian dibawah pimpinan pasangan
suami isteri Haji Gung dan Miss Tina, untuk bersama-sama menggarap lagu
tersebut.
4. Tari Piring (Sumatera Barat)
Awal mulanya tari piring digunakan sebagai tari pemujaan masyarakat kepada
Dewi Padi setiap musim panen tiba, masyarakat melakukan hal tersebut untuk
sebagai ucapan terima kasih atas berhasilnya panen mereka. Tari piring juga
menjadi bentuk tarian tradisional yang kaya akan nilai-nilai estetis yang tinggi
dan juga memiliki nilai kebudayaan dari leluhur yang dalam sehingga tari bisa
menjadi bentuk ucapan terima kasih serta gambaran rasa syukur masyarakat yang
mendalam kepada dewa-dewa yang sudah menyuburkan dan membuat hasil
panen mereka menjadi tidak gagal. Ritual tersebut biasanya dilakukan oleh
masyarakat setempat dengan cara membawa beberapa sesaji, biasanya sesaji yang
dibawa dalam bentuk makanan lalu sesaji akan diletakkan di dalam sebuah piring
sambil mengambil langkah dengan gerakan yang teratur,sinkron dan dinamis.
Namun, semenjak kedatangan pedagang Arab di Indonesia yang membawa
agama Islam masuk ke Indonesia, kepercayaan masyarakat setempat terhadap tari
piring ini perlahan mulai berubah. Tak hanya kepercayaan masyarakat terhadap
tari tersebut saja, tapi juga dengan konsep tari dari tari piring ini pun juga ikut
berubah. Sekarang ini, tari piring digunakan sebagai media hiburan seperti untuk
pernikahan, acara adat atau bahkan pertunjukan untuk menerima tamu, sekaligus
menjadi sarana pendidikan untuk generasi muda dalam mengenal serta
mempelajari kebudayaan mereka.
5. Tari Andun (Bengkulu)
Tari Andun merupakan tari tradisional yang berasal dari Bengkulu Selatan,
karena berasal dari Bengkulu, maka ragam gerak yang digunakan dalam tari
Andun serta segala aspek pendukungnya pun sangat berkaitan erat dengan budaya
dari wilayah tersebut. Bagi para penonton yang menyaksikan tari Andun, tentu
dapat merasakan nilai budaya Bengkulu yang sangat erat. Hal ini karena tari
Andun merupakan tari tradisional yang diwariskan secara turun temurun.
Menurut sejarahnya, tari Andun muncul berdasarkan pada kisah pernikahan di
Kerajaan Dang Tuanku Limau. Pada saat itu, tari Andun ditampilkan untuk
pertama kalinya sebagai wujud syukur dari Datang Reuni karena putrinya telah
selamat dari sebuah penculikan. Oleh sebab itu, tari Andun pun digelar dalam
proses pernikahan sang anak. Proses penyelamatan putrinya dilakukan serta
dipimpin oleh Cidur Mata dengan cara menyamar sebagai seekor kuda. Dengan
memberikan hadiah pada si penculik yaitu Kerajaan Sangkalawi, maka proses
penyelamatan pun berhasil dilakukan. Dengan adanya kaitan sejarah tersebut,
maka tari Andun memiliki nilai budaya yang kental akan tradisi dari daerah
setempat.
6. Tari Zapin (Riau)
Tari Zapin adalah khazanah tarian rumpun Melayu yang menghibur sekaligus
sarat pesan agama dan pendidikan. Tari zapin ini memiliki kaidah dan aturan
yang tidak boleh diubah dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang
begitu saja. Tarian Zapin ini tumbuh dalam sejarahnya di beberapa tempat seperti
Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Barat (Minang Kabau),
Lampung, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bengkulu, dan Jakarta
(Betawi). Nama tari zapin sedikit berbeda di berbagai tempat, seperti di Nusa
Tenggara dinamai dana-dani, di Kalimantan bernama jepin, di Sulawesi disebut
jippeg, di Jawa dinamakan zafin, di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu
disebut dana, lalu di Maluku bernama jepen, serta di Sumatera dan Riau dinamai
zapin. Tari tradisional dari Riau ini diiringi oleh alat musik tradisional Riau yaitu
Marwas dan Gambus. Tari zapin ini mempertontonkan gerak kaki cepat
mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni
ritmik instrumennya semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena
mendapat pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa
menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama ada dalam syair lagunya.
7. Tari Sekapur Sirih (Jambi)
Tari Sekapur Sirih adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah
Jambi. Tarian ini termasuk jenis tarian penyambutan yang biasanya ditarikan oleh
para penari wanita. Dengan berpakaian adat serta diiringi oleh alunan musik
pengiring, mereka menari dengan gerakannya yang lemah lembut dan
membawakan cerano (wadah) sebagai tanda persembahan. Tari Sekapur Sirih
merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Jambi dan
biasanya ditampilkan untuk menyambut kedatangan tamu terhormat yang
berkunjung ke Provinsi Jambi.
Tari Sekapur Sirih pertama kali diciptakan oleh salah satu seniman yang cukup
terkenal di Jambi, bernama Firdaus Chatap. Kemudian tarian ini diperkenalkan
kepada masyarakat luas tahun 1962. Karena pada saat itu masih merupakan
gerakan dasar, beberapa seniman mulai mengembangkan tarian ini.
8. Tari Bedana (Lampung)
Tari Bedana berkembang sejalan dengan masuknya agama Islam di Lampung.
Tari Bedana dibawa oleh orang Arab ke Lampung pada tahun 1930. Saat itu, ada
tiga orang penduduk Lampung yang belajar tarian ini. Kemudian, tari Bedana
menyebar ke seluruh daerah Lampung sebagai tari tradisional yang
mencerminakan tata kehidupan masyarakat Lampung. Tarian ini menjadi wujud
simbolik adat istiadat, agama, dan etika yang telah menyatu dalam kehidupan
masyarakat Lampung. Sehingga, tari Bedana memiliki kesamaan ragam gerak
dengan tari-tari dari daerah lain.
9. Tari Campak (Bangka Belitung)
Tari campak dengan filosofinya yaitu menggambarkan sebuah kecerian yang
dirasakan oleh para bujang dan dayang, yaitu pria dan wanita belum menikah.
Selain itu, tarian ini merupakan simbol pemersatu masyarakat Bangka Belitung.
Kesenian tari ini sering dibawakan pada acara tradisi, contohnya perayaan panen
padi, ume atau berpulangnya ke kebun dan sahang. Tradisi ini tujuannya adalah
untuk menjaga kelestarian budaya bangka belitung khususnya supaya tidak hilang
ditelan arus modernisasi saat ini. Tari campak diiringi oleh akordion yang
merupakan musik dari eropa. Mengapa menggunakan akordion? Itu karena saat
zaman pendudukan bangsa Portugis di daerah Bangka Belitung, terjadi
perkembangan pada tarian campak yang menjadikan budaya Eropa masih
melekat pada tarian ini sampai sekarang.

2.3 Sejarah Tari Tor-Tor


Tari tor tor diperkirakan telah ada sejak zaman batak purba. Di masa itu, tarian
ini digunakan sebagai tari persembahan bagi roh leluhur. Penggunaan properti berupa
patung yang dibuat dari batu merupakan ciri khas utama dari pertunjukan tari tor tor
pada masa silam. Patung batu tersebut dapat bergerak dan menari seiring bunyi
tetabuhan musik setelah dimasuki oleh roh nenek moyang. Tari tor tor saat ini lebih
cenderung berfungsi sebagai sarana hiburan sekaligus media komunikasi antar sesama
warga. Oleh karena fungsi tersebut, tari tor tor dibagi ke dalam 3 peruntukan, yaitu tor
tor pangurason, tor tor sipitu cawan, dan tor tor tunggal panaluan.
 Tor-Tor Pangurason (pembersihan) adalah tari tor tor yang dilaksanakan
sebelum pesta besar sebagai saran pembersihan dan permohonan agar pesta dapat
berjalan tanpa aral dan rintangan.
 Tor Tor Sipitu Cawan (Tujuh Cawan) adalah tari tor tor yang dipentaskan
dalam acara penobatan raja Batak. Jenis tari tor tor ini merupakan sendratari yang
mengisahkan turunnya 7 putri kahyangan ke Gunung Pusuk Bukhit untuk mandi.
 Tor Tor Tunggal Panaluan adalah tari tor tor yang dipentaskan para dukun
dalam upacara ritual yang digelar setelah sebuah desa terkena musibah. Jenis tor
tor ini merupakan sarana permohonan petunjuk atas musibah yang telah dihadapi.
Gerakan tari tor tor sangatlah sederhana. Tak heran jika kemudian banyak orang yang
pertama kali mencobanya akan langsung bisa memainkannya. Gerakan tari tor tor
terbatas pada gerakan tangan yang melambai naik turun secara bersamaan dan gerak
hentak kaki yang mengikuti iringan musik mangondangi. Yang perlu dicatat, dalam
menari tari tor tor seorang penari tidak diperkenankan mengangkat kedua tangannya
melebihi bahu. Jika hal itu dilanggar diyakini penari tersebut akan memperoleh
kesialan.

2.4 Jenis Penyajian Tari Tor-Tor


1. Gerak
Menurut Soedarsono (1986:81) gerak merupakan gejala yang paling primer
dari manusia dan gerak merupakan media yang paling tua dari manusia untuk
menyatakan keinginankeinginannya atau merupakan bentuk refleksi spontan
dari gerak batin manusia
2. Properti
Properti tari atau dance prop adalah perlengkapan yang tidak termasuk,
kostum, tidak termasuk pula perlengkapan panggung, tetapi merupakan
perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari. Misalnya: kipas, pedang, tombak,
panah, selendang atau sapu tangan dan sebagainya (Soedarsono, 1986:119)
3. Musik
Musik dalam tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah patner tari
yang tidak diiringkan oleh musik dalam arti yang sesungguhnya, tetapi ia pasti
diiringi oleh salah satu dari elemen musik (Soedarsono, 1986:109). Musik untuk
mengiringi sebuah tari atau iringan tari dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan tari yang
berasal dari penari sendiri, seperti: suara teriakan, suara tepuk tangan, nyanyian
yang keluar dari penari, depakan kaki kelantai. Sedangkan iringan eksternal
adalah iringan yang keluar dari luar penari, yaitu dengan menggunakan alat-alat
musik yang dimainkan untuk mengiringi tari tersebut oleh para pemusik
(Murgianto,1983:43)
4. Rias dan Kostum
Tari-tarian tradisional di Indonesia juga memiliki rias muka tradisional. Sekali
lagi desain rias tradisional tentunya harus dipertahankan. Hanya saja
pertimbangan teatrikal harus diperhatikan (Soedarsono, 1986:118).
Kostum atau busana untuk taritarian tradisional memang harus dipertahankan.
Namun demikian, apabila ada bagian-bagiannya yang kurang menghitungkan
dari segi pertunjukan, harus ada pemikiran lebih lanjut. Pada prinsipnya kostum
harus enak dipakai dan sedap dilihat penonton. Pada kostum tari-tarian
tradisional yang harus dipertahankan adalah desainnya dan warna simbolisnya
(Soedarsono, 1986:118).
5. Tempat
Pertunjukan Tempat pertunjukan juga bermacam-macam. Di Bali tempat
pertunjukan tradisional adalah halaman pura, sedangkan di Jawa Tengah
pendapat yang berupa bangunan luas kira-kira berukuran 25 meter panjang dan
25 meter lebar tanpa dinding. Di Irian Jaya, Kalimantan, Sumatera Utara dan
lain-lain daerah ada jenis tari- tarian yang di pertunjukan di -atas lapangan
terbuka dan sebagainya (Soedarsono, 1986:118).

2.5 Sinopsis Tari Tor-Tor


Indonesia memang kaya akan adat-istiadat, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan tersebut meliputi tari-tarian, kerajinan khas dari masing- masing daerah,
kesenian daerah, dan lain-lain. Tari-tarian dari Indonesia sangat beragam, saking
banyaknya hingga ada beberapa tarian khas dari Indonesia yang di klaim berasal dari
Negara Lain. Tarian ini sangat populer di Medan, dan berasal dari Suku Batak di
Indonesia. Tarian tersebut adalah Tari Tor-Tor khas dari Sumatera Utara. Tarian ini
biasanya dimainkan dengan diiringi alat-alat musik tradisional seperti seruling,
gendang, kecapi khas Suku Batak, dan lain-lain.
Tarian ini biasanya digunakan pada saat upacara adat atau ritual pemanggilan roh.
Masyarakat Suku Batak percaya roh yang dipanggil masuk ke dalam patung-patung
leluhur mereka, dan kemudian patung- patung itu bergerak seperti menari. Gerakan
tersebut seperti gerakan tangan yang kaku dan kaki yang jinjit. Tari Tor-Tor telah
menjadi ikon khas Suku Batak di Sumatera Utara, tarian ini telah resmi didaftarkan
sebagai tarian khas dari Indonesia oleh pemerintah setempat. Tarian ini juga biasa di
tampilkan dalam acara pernikahan Suku Batak.
Kini tarian ini telah dikembangkan dengan didirikan berbagai sanggar, untuk
melestarikan dan menjaga warisan budaya negeri ini. Tarian Tor-Tor pun memiliki
beragam jenis, yaitu :
1. Tor-Tor Pangurason (Tari Pembersihan). Tarian ini biasanya digunakan untuk
menjauhkan marabahaya, biasanya dimulai sebeum upacara adat atau pesta besar.
2. Tor-Tor Sipitu Cawan (Tari Tujuh Cawan). Tarian ini biasanya digelar saat pesta
penobatan raja di Suku Batak.
3. Tor-Tor Tunggal Panaluan. Tarian ini biasa digelar saat desa terkena bencana,
tujuannya untuk meminta petunjuk dari para leluhur mereka, untuk mengatasi
bencana tersebut.
Pola lantai ;
BAB II LAMPIRAN

A. Absen Latihan

Nama Nilai Hari Tanggal Tempat


Individu Latihan

Shanada Tasya 30/1 31/1 7/2 14/2 21/2 28/2 1/3 15/3 7D
S (29)

Siti Nur Alina 30/1 31/1 7/2 14/2 21/2 28/2 1/3 15/3 7D
(30)

Syaista Tania 30/1 31/1 7/2 14/2 21/2 28/2 1/3 15/3 Rumah
(31) Siti

Wida 30/1 31/1 7/2 14/2 21/2 28/2 1/3 15/3 8B


Ramadani (33)

Michaela 30/1 31/1 7/2 14/2 21/2 28/2 1/3 15/3 8B


Rezqi R (34)

B.Pembagian Gerak
Gerak 1 dikembangkan oleh Michaela
Gerak 2 dikembangkan oleh Tania
Gerak 3 dikembangkan oleh Wida
Gerak 4 dikembangkan oleh Tasya
Gerak 5 dikembangkan oleh Siti
C.Hitungan Gerak
Hitungan gerak 1 : 2x8 Hitungan gerak 11 : 1x4
Hitungan gerak 2 : 2x8 Hitungan gerak 12 : 1x4
Hitungan gerak 3 : 2x8 Hitungan gerak 13 : 1x8
Hitungan gerak 4 : 1x4 Hitungan gerak 14 : 1x8
Hitungan gerak 5 : 1x4 Hitungan gerak 15 : 2x8
Hitungan gerak 6 : 1x8 Hitungan gerak 16 : 2x8
Hitungan gerak 7 : 1x8 Hitungan gerak 17 : 1x8
Hitungan gerak 8 : 1x8 Hitungan gerak 18 : 1x8
Hitungan gerak 9 : 1x8 Hitungan gerak 19 : 2x8
Hitungan gerak 10 : 1x4 Hitungan gerak 20 : 1x4

Anda mungkin juga menyukai