Anda di halaman 1dari 10

探析印尼峇淡天恩弥勒佛院中华文化传承与传播

Peran Maha Vihara Duta Maitreya Dalam Melestarikan Budaya Tionghoa Melalui Festival
Abstrak
Budaya Tionghoa lahir dari kumpulan suku Tionghoa yang hidup secara berdampingan. Di
dalam budaya Tionghoa terkandung nilai luhur, kebiasaan dan bakti kepada leluhur. Salah
satu contoh cara untuk memperingati budaya Tionghoa yaitu dengan cara festival. Penelitian
ini dititkberatkan pada Peran Maha Vihara Duta Maitreya dalam Melestarikan Budaya
Tionghoa melalui festival dan apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
melestarikan budaya Tionghoa. Untuk memecahkan kedua rumusan masalah yang ada,
digunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi dan wawancara. Penelitian ini
dilakukan untuk memahami peran Maha Vihara Duta Maitreya dalam melestarikan budaya
Tionghoa melalui festival dan memahami apa saja yang menjadi faktor penghambat dan
pendukung dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival. Berdasarkan penelitian di
lapangan dapat disimpulkan bahwa pelestarian budaya Tionghoa melalui festival tidak
terlepas dari peran Maha Vihara Duta Maitreya. Hal ini dibuktikan dengan festival budaya
Tionghoa yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya, dimana dalam festival tersebut
terkandung unsur budaya Tionghoa yang sangat kental. Adapun festival budaya Tionghoa
yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya adalah festival Yuan Xiao, Imlek, Duan Wu
dan Zhong Qiu. Tak dapat dipungkiri, Maha Vihara Duta Maitreya memiliki pengaruh yang
besar dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival, Festival budaya Tionghoa yang
diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya menjadi cara untuk mewariskan budaya Tionghoa
ke anak cucu agar tidak dilupakan dan seterusnya bisa dirayakan terus. Faktor penghambat
dalam melestarikan budaya Tionghoa yaitu pandemi, cuaca, biaya, kuranganya orang-orang
dari kalangan internal Maha Vihara Duta Maitreya pada saat melaksanakan kegiatan.
terkadang drama atau tarian yang disajikan di acara malam kesenian tidak selalu berhubungan
dengan perayaan hari raya tersebut. Apapun faktor pendukungnya yaitu Maha Vihara Duta
Maitreya merupakan destinasi wisata kota Batam, adanya generasi senior yang mendukung,
berkembangnya teknologi, masyarakat kota Batam yang majemuk serta akses lalu lintas kota
Batam yang baik.

Kata Kunci: Maha Vihara Duta Maitreya Batam; Festival Budaya Tionghoa; Peran; Budaya
Tionghoa
1. PENDAHULUAN
Maha Vihara Duta Maitreya merupakan salah satu vihara beraliran Maitreya yang
terletak di kota Batam, Kepulauan Riau1. Maha Vihara Duta Maitreya disebut sebagai Maha
Vihara dikarenakan vihara tersebut berdiri di atas lahan sebesar 5 hektar yang telah berbentuk
kompleks. Maha Vihara Duta Maitreya terdiri dari dua kata, yaitu Duta dan Maitreya. Duta
yang berarti manusia di bumi layaknya seorang duta yang memiliki tanggungjawab ilahi
untuk menata dunia ini menjadi tempat yang indah dan bahagia, sekaligus menjalani evolusi
kehidupan. Sedangkan Maitreya, berasal dari bahasa Sansekerta Maitri yaitu cinta kasih;
kasih sayang. Pada pembangunan vihara ini, peletakkan batu pertama yaitu pada tahun 1991,
dan diresmikan pada tanggal 23 Januari 1999. Maha Vihara Duta Maitreya ini memiliki tiga
bagian, yaitu bagian depan sebagai tempat ibadah, bagian tengah sebagai tempat sosial
budaya, dan bagian belakang sebagai tempat pendidikan.
Maha Vihara Duta Maitreya terdiri dari dua Yayasan, yaitu Yayasan Buddha Karuna
dan Yayasan Pancaran Maitri. Yayasan Buddha Karuna bergerak di bidang keagamaan dan
sosial kemasyarakatan. Sedangkan Yayasan Pancaran Maitri bergerak di bidang pendidikan
dan budaya. Adapun peran dari kedua Yayasan tersebut adalah: 1) Melayani masyarakat
dalam bidang keagamaan dan spiritualitas, juga mengedukasi masyarakat melalui pendidikan
dan kebudayaan. 2) Membawa manusia kembali ke 5 karakter mulia, yaitu 仁 Rén kasih 、义
Yì kesatria、礼 Lǐ sopan santun、智 Zhì kebijaksanaan、信 Xìn kepercayaan.

Seperti yang telah dipaparkan di atas, salah satu peran Maha Vihara Duta Maitreya ini
adalah untuk melayani masyarakat baik itu dalam bidang sosial kemasyarakatan ataupun
spiritualitas, yang berarti ada banyak orang-orang yang terlibat di dalam vihara ini untuk
melanjalankan peran itu. Orang-orang yang terlibat secara aktif mengelola vihara ataupun
umat dari vihara ini mayoritas suku Tionghoa yang berasal dari berbagai kota yang
berdomisili di Batam. Karena orang-orang di dalam vihara mayoritas berasal dari suku
Tionghoa, maka tentu membawa budaya Tionghoa ke dalam kehidupannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori peran. Teori Peran adalah gabungan
dari berbagai teori, arahan dan disiplin ilmu 2. Teori peran adalah teori yang digunakan dalam
bidang sosiologi, psikologi, dan antropologi. Teori Peran menitikberatkan pada karakteristik
media itu dan lebih dari sekedar apa yang dikirimkan atau bagaimana suatu informasi
diterima. Teori ini juga memberikan memberikan kerangka konseptual mengenai studi
tentang perilaku media. Peran yang dimaksud adalah peran yang dimainkan oleh seorang
aktor. Dalam hal ini, aktor tersebut adalah Maha Vihara Duta Maitreya pada saat menduduki
suatu posisi dalam struktur masyarakat yang menjadi media dalam melestarikan budaya
Tionghoa. Budaya Tionghoa adalah hasil pola pikir masyarakat Tionghoa yang membentuk
satu kesatuan kepentingan sehingga dapat mencitrakan masyarakat Tionghoa sebagai pelaku

1
Wawancara : Jimuno Tan, Sabtu, 1 Oktober 2022, di Gedung bagian tengah Maha Vihara Duta Maitreya, mengenai Apa itu
Maha Vihara Duta Maitreya, Bagaimana Maha Vihara Duta Maitreya sebagai vihara, orang-orang yang ada di dalamnya dan
festival yang sering dilakukan
2
Ramadhani, Rendi Permana (2021) “Peran Ruai TV Pontianak Dalam Pelestarian Budaya Lokal Dayak Kalimantan
Selatan. Skripsi, 2021. Hal 23.
utama kebudayaan Tionghoa3. Budaya Tionghoa lahir dari kumpulan suku Tionghoa yang
hidup secara berdampingan. Di dalam budaya Tionghoa terkandung nilai luhur, kebiasaan
dan bakti kepada leluhur4. Salah satu contoh cara untuk memperingati budaya Tionghoa yaitu
dengan cara festival. Festival juga kerap dianggap sebagai salah satu cara untuk memamerkan
kekayaan budaya. Beberapa contoh festival dalam budaya Tionghoa yaitu festival tahun baru
imlek (春节 Chūnjié), festival ceng beng (清明节 Qīngmíng jié), dll.
Beberapa festival Tionghoa yang sering dirayakan antara lain, 1). Festival 春节 Chūnjié – 元
宵节 Yuánxiāo jié. Festival ini merupakan festival syukuran tahunan karena telah memasuki
tahun yang baru. 春节 Chūnjié biasanya dikenal dengan sebutan festival tahun baru imlek,
sedangkan 元宵节 Yuánxiāo jié biasanya dikenal dengan sebutan festival cap go meh (hari
ke-15 setelah imlek). 2). Festival 清明节 Qīngmíng jié. Festival ini merupakan festival untuk
mengenang para leluhur dan sekaligus merajut kekeluargaan. Festival ini biasanya disebut
sebagai festival ceng beng (ziarah kubur). 3). Festival 端 午 节 Duānwǔ jié. Festival ini
diadakan sebagai wujud loyalitas dan bakti pada bangsa dan negara. Festival ini biasanya
disebut sebagai festival perahu naga. 4). Festival 中秋节 Zhōngqiū jié. Festival ini diadakan
sebagai ajang kumpul keluarga. Festival ini biasanya disebut dengan festival kue bulan.
Pada tanggal 10 September 2022, Maha Vihara Duta Maitreya mengadakan festival
中秋节 Zhōngqiū jié. Festival ini terbuka untuk umum dan diadakan dengan sangat meriah.
Dalam perayaan tersebut disajikan berbagai tarian dan nyanyian yang memiliki unsur budaya
Tionghoa. Pakaian yang digunakan pun identik dengan budaya Tionghoa. Festival yang
diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya semuanya dilakukan berbasis edukasi. Bentuk
edukasinya melalui lirik dari setiap lagu yang disajikan selama perayaan festival, kalimat
yang dilontarkan oleh pembawa acara, dan memakai pakaian yang indah, rapi dan sopan5.
Karena Maha Vihara Duta Maitreya mengadakan festival ini dengan sangat meriah
dan jarang ditemukan perayaan yang megah seperti ini, membuat peneliti ingin mencari tahu
lebih dalam mengenai Peran Maha Vihara Duta Maitreya Dalam Melestarikan Budaya
Tionghoa Melalui Festival. Adapun penelitian yang serupa yang pertama dilakukan oleh Sri
Haryani Dewi dengan judul “Peran Yayasan Dana Sosial Priangan dalam mempertahankan
Budaya Tionghoa di Kota Bandung (2002-2015)”. Penelitian ini difokuskan pada sejarah,
bagaimana peran Yayasan Dana Sosial Priangan dalam mempertahankan Budaya Tionghoa
serta peran umat muslim dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan. Adapun hasil dari
penelitiannya adalah budaya Tionghoa di Kota Bandung dapat bertahan hingga saat ini tidak
lepas dari peran Yayasan Dana Sosial Priangan, yang awalnya hanya rumah duka, kini
menjadi komunitas terbesar Tionghoa di Jawa Barat. Yayasan ini juga melibatkan umat
muslim di beberapa kegiatan seperti khinatan massal, pembagian sembako, dll. Penelitian
serupa yang kedua adalah oleh Ajeng Coleendyah dengan judul “Peran Jogja Chinese Art
and Culture Centre (JCACC) Terhadap Kelestarian Kebudayaan Tionghoa”. Penelitian ini
3
Adhiwignyo Dewobroto, dkk (2015) “Kajian Arsitektural dan Filosofis Budaya Tionghoa Pada Kelenteng Jin De Yuan,
Jakarta. Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan Desain.
4
Zia, Khalydah dan Rudiansyah (2021), “Akulturasi Budaya Tionghoa Dengan Budaya Pesisir Di Kota Sibolga. Jurnal Studi
Budaya Nusantara, 2021, Vol.5 No.2 (2021) 107-117. Hal 114
5
Wawancara : Jimuno Tan, Sabtu, 1 Oktober 2022, di Gedung bagian tengah Maha Vihara Duta Maitreya, mengenai Apa itu
Maha Vihara Duta Maitreya, Bagaimana Maha Vihara Duta Maitreya sebagai vihara, orang-orang yang ada di dalamnya dan
festival yang sering dilakukan
difokuskan pada sejarah, tujuan, struktur organisasi dan juga kegiatan yang dilakukan oleh
JCACC. Adapun hasil penelitiannya adalah JCACC merupakan sebuah organisasi yang
berperan penting dalam melestarikan budaya Tionghoa di Yogyakarta karena JCACC setiap
tahunnya mengadakan kegiatan perayaan budaya Tionghoa, yaitu Pekan Budaya Tionghoa
Yogyakarta (PBTY), Festival Peh Cun, dan Festival Kue Bulan.
Adapun yang membedakan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian ini
adalah penelitian ini peneliti fokuskan pada bagaimana peran Maha Vihara Duta Maitreya
dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival, kemudian peneliti juga akan melihat
apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam melestarikan budaya
Tionghoa melalui festival. Adapun tujuannya yaitu memahami peran Maha Vihara Duta
Maitreya dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival dan memahami apa saja yang
menjadi faktor penghambat dan pendukung dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui
festival. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya serta dapat memberikan analisis data yang lebih rinci mengenai
permasalahan tersebut dan dapat memberi penjelasan yang lebih rinci mengenai Peran Maha
Vihara Duta Maitreya dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival.
2. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif.
Melalui metode ini peneliti akan menjabarkan bagaimana peran Maha Vihara Duta Maitreya
Dalam Melestarikan Budaya Tionghoa Melalui Festival serta apa saja yang menjadi faktor
penghambat dan pendukung saat melestarikan budaya Tionghoa melalui festival. Adapun
subjek dari penelitian ini adalah satu orang tokoh agama di vihara, satu orang pengurus
vihara di divisi acara, dan dua orang mahasiswa pengabdi di vihara. Sumber data penelitian
ini berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara
langsung dengan tokoh agama vihara, pengurus bagian divisi acara di vihara, dan mahasiswa
pengabdi Maha Vihara Duta Maitreya, sedangkan data sekunder didapatkan dari artikel
jurnal.
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memecahkan kedua rumusan
masalah yaitu menggunakan teknik observasi dan wawancara langsung. Adapun tahapan
penelitiannya yaitu studi literatur dengan cara mengumpulkan semua bahan literatur dan
informasi yang berkaitan dengan judul penelitian sekaligus mengobservasi. Setelah itu,
menemukan sumber data, setelah menemukan sumber data, beralih ke menentukan dan
menyusun instrumen penelitian yang dilakukan dengan cara menyusun pertanyaan
wawancara untuk ditanyakan ke narasumber. Setelah menyusun instrumen penelitian, yang
terakhir adalah wawancara untuk mendapatkan informasi. Setelah melakukan semua tahapan
penelitian, selanjutnya adalah pengelompokkan dari semua data yang dikumpulkan, lalu data
dianalisis untuk menentukan data mana yang harus diambil dan data mana yang harus
dibuang agar memudahkan pada saat pengambilan kesimpulan dan yang terakhir adalah
penarikan kesimpulan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dengan ke-lima responden, peneliti telah mendapatkan hasil.
Ke-lima responden tersebut adalah orang-orang yang dapat dipercaya, karena mereka semua
memiliki tugas dan tanggungjawab di Maha Vihara Duta Maitreya. Adapun ke-lima respoden
yang peneliti wawancara yaitu satu orang Pandita, dua orang Buddha Siswa dan dua orang
mahasiswa pengabdi Maha Vihara Duta Maitreya yang berkuliah di Universitas Universal.
Wawancara yang dilakukan kepada ke-lima responden tersebut tujuannya untuk
mengumpulkan data mengenai a) Peran Maha Vihara Duta Maitreya dalam Melestarikan
Budaya Tionghoa Melalui Festival, yang meliputi: festival apa saja yang diadakan,
bagaimana kegiatannya, apa maknanya serta apa perannya, b) Apa saja yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat dalam melestarikan budaya Tionghoa. Dari hasil wawancara
terhadap ke-empat responden di atas, festival Budaya Tionghoa yang diadakan oleh Maha
Vihara Duta Maitreya yaitu, Festival Yuan Xiao, Imlek, Duan Wu Jie, Zhong Qiu.
(1) Festival yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya
Festival yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya sangat kental dalam
melestarikan budaya Tionghoa. Hal ini dikarenakan festival tersebut memang berasal
dari tradisi Tionghoa itu sendiri, dan telah menjadi tradisi yang wajib untuk dirayakan
setiap tahunnya. Semua festival yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya
terbuka untuk umum. Adapun beberapa festival juga mengadakan malam kesenian.
Pada malam kesenian ini, selain terbuka untuk umum, juga mengundang tokoh
masyarakat dan pimpinan daerah kota Batam seperti walikota, kepala DPRD kota
Batam dan kepala dinas kebudayaan dan pariwisata kota Batam. Adapun penjelasan
lebih rinci mengenai festival yang diadakan oleh Maha Vihara Duta Maitreya adalah
sebagai berikut:
1) Festival Yuan Xiao
Festival Yuan Xiao atau dalam bahasa hokkian disebut sebagai cap go meh
merupakan hari ke-15 imlek. Yuan Xiao pada penanggalan imlek jatuh pada tanggal
15 bulan 1. Yuan yang berarti bulan pertama, dan Yuan Xiao yang berarti malam
ditahun pertama dimana pada saat itu cahaya bulan bersinar paling terang. Karena
Yuan Xiao merupakan hari ke-15 imlek, jadi pada saat itu Maha Vihara Duta
Maitreya telah memasang lampion, tempelan perhiasan bunga-bunga, dsb. Adapun
makna dari perayaan festival Yuan Xiao adalah moment untuk keluarga saling
berkumpul Bersama, makan Bersama, serta merayakannya bersama-sama. Festival di
Maha Vihara Duta Maitreya sesuai dengan tradisi China, yaitu menjalin kebersamaan
dengan sesama, sehingga terciptalah keharmonisan, kebahagiaan bersama di Maha
Vihara Duta Maitreya, khususnya di kota Batam. Di Maha Vihara Duta Maitreya,
pada saat perayaan Yuan Xiao ada melaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya
yaitu:
a. Ritual persembahan di pagi hari
Ritual apa, apa fungsinya
b. Malam kesenian Yuan Xiao
Apa acaranya?
Maksud dan tujuan acara ini apa?
Pada malam kesenian ada beberapa pertunjukkan berupa senam, tarian, tembang,
drama kasih semesta dan nyanyian.
2) Festival Imlek
Festival Imlek atau Chun jie, pada penanggalan imlek jatuh pada tanggal 1
bulan 1. Di China, Imlek merupakan perayaan musim semi, panen raya. Imlek jika
diterjemahkan dari Bahasa Indonesia disebut sebagai Yin Li ( 阴历), yang berarti
awal tahun, tahun baru. Adapun makna dari perayaan Imlek adalah perayaan atas
keberhasilan panen, hari pertukaran tahun, perayaan tahun baru, dirayakan agar
merombak hidup yang lama menjadi hidup yang baru.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada saat Imlek di Maha Vihara Duta
Maitreya adalah sebagai berikut.
a. Ritual sembahyang malam sebelum Imlek di altar lantai 3 Maha Vihara Duta
Maitreya. Sembahyang dilakukan pada pukul 22.00 dan pukul 24.00.
Sembahyang yang dilakukan pada pukul 24.00 memiliki makna berpamitan
dari tahun yang lama menuju tahun yang baru.
b. Pada saat hari H Imlek, pada pagi hari sekitar pukul 07.00 atau pukul 08.00
akan ada xingfu zhai ( 幸 福 斋 ). Xingfu Zhai merupakan jamuan makan
vegetarian gratis yang bertempat di restoran dan auditorium Maha Vihara Duta
Maitreya. Selain jamuan makan vegetarian gratis, juga diberikan jeruk imlek
dan angpao yang berisi kata-kata mutiara di pohon yang khusus untuk
digantungkan angpao. Xingfu Zhai tidak terbatas hanya untuk umat saja,
melainkan untuk semua warga Batam. Dengan adanya Xingfu Zhai, Maha
Vihara Duta Maitreya juga dapat menjalin jodoh dengan warga Batam. Selain
mengembangkan budaya vegetarian, juga bersama-sama merayakan hari raya
Imlek.
3) Festival Zhong Qiu
Festival Zhong Qiu atau biasa disebut festival kue bulan, pada penanggalan
imlek jatuh pada tanggal 15 bulan 8, tepat bulan purnama. Pada hari raya Zhong
Qiu, yang menjadi tradisi adalah kue bulan itu sendiri. Bentuknya yang bulat dan
manis melambangkan kebersamaan ( 团 圆 ), juga berterima kasih kepada dewi
bulan. Saat festival Zhong Qiu, selain menjual kue bulanbiasanya ada lampion
mainan yang dijual. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Maha Vihara Duta
Maitreya pada saat festival Zhong Qiu, yaitu:
a. Pagi hari pukul 06.00 ada ritual persembahan dan ritual sembahyang. Pada
ritual ini biasanya terdapat kue bulan, kue dan buah-buahan. Ritual
sembahyang yang dilakukan pada hari raya ini agak berbeda dengan ritual
sembahyang pada umumnya, karena pada ritual persembahan dan sembahyang
kali ini terdapat bai jie (拜节), yang berarti sembahyang untuk hari raya besar.
b. Dari pagi hari hingga malam hari terdapat bazar vegetarian di restoran dan di
dalam vihara.
c. Pada malam hari juga ada acara malam kesenian Zhong Qiu di halaman Maha
Vihara Duta Maitreya. Acara malam kesenian ini menampilkan senam kasih
INLA, drama, nyanyian, tarian, dsb. Acara malam kesenian ini dimulai dengan
pembukaan oleh MC, kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari
Pandita, setelah itu ada persembahan tembang kasih alam, tarian oleh tim
bicao, kemudian drama musikal.
Pada saat diadakan malam kesenian, seringkali cuacanya sangat cerah. Jadi,
sambil menikmati acara kesenian, juga bisa melihat indahnya bulan purnama.

4) Festival Duan Wu
Festival Duan Wu pada penanggalan imlek jatuh pada tanggal 5 bulan 5.
Festival Duan Wu merupakan perayaan perahu naga. Tetapi karena di kota Batam
tidak terdapat sungai, maka tidak ada tradisi lomba perahu naga. Namun terdapat
tradisi memakan makanan yang terbuat dari beras pulut yang dibungkus dengan
daun bambu, nama makanan ini biasa disebut dengan bakcang. Kata cang sendiri
adalah untuk mengenai seorang pahlawan di China yang bernama Qu Yuan. Qu
Yuan merupakan pejabat yang setia pada negara. Sehingga pada saat China dijajah
dan dikuasai oleh negara lain, Qu Yuan sangat sedih dan terjun ke sungai. Pada
saat itu, rakyat jelata sangat menyayangi pejabat yang setia, sehingga mereka
menebarkan makanan ke sungai agar jasad Qu Yuan tidak dimakan oleh ikan-ikan.
Selain itu, mereka juga mengayuh perahu untuk mencari jasad Qu Yuan, tetapi
tidak ketemu. Karena peristiwa tersebut, tradisinya terus belanjut hingga sekarang.
Adapun kegiatan yang dilakukan oleh Maha Vihara Duta Maitreya pada saat
festival Duan Wu, yakni:
a. Pada pagi hari pukul 06.00 ada ritual persembahan bakcang di altar lantai
3. Setelah sembahyang, bakcang akan dibagikan kepada setiap umat yang
datang.
b. Di restoran Maha Vihara Duta Maitreya ada membuka stan kecil khusus
untuk menjual bakcang
Dari semua festival yang dirayakan, jika itu bertepatan dengan hari ritual
sembahyang, maka akan dirayakan pada hari itu juga. Namun untuk malam acara kesenian,
akan diadakan pada hari Sabtu atau Minggu. Hal ini dikarenakan menyesuaikan waktu
dengan masyarakat kota Batam. Memilih untuk mengadakan acara malam kesenian pada hari
Sabtu atau Minggu agar lebih banyak orang yang bisa datang dan menyaksikan acara
tersebut. Di sisi lain, sebagian pengurus dan pengisi acara juga berhalangan karena hari kerja
dan atau kesibukan lainnya, sehingga diadakan di hari yang sebagian besar orang-orang dapat
bersantai.
Peran Maha Vihara Duta Maitreya memiliki pengaruh yang besar dalam pelestarian
budaya Tionghoa khususnya di kota batam. Hal ini dikarenakan Maha Vihara Duta Maitreya
merupakan salah satu tempat dimana menjadi satu-satunya yang memberikan fasilitas bagi
masyarakat kota Batam untuk ikut bersama merayakannya. Budaya Tionghoa yang dirayakan
melalui festival, selain mengadakan kegiatan, tentu saja juga mempelajari sejarah, latar
belakang, budaya dan kebiasaan yang diturunkan turun-temurun. Jadi, dengan adanya
perayaan seperti ini, tentu saja bisa terus mewariskan budaya Tionghoa ini ke anak cucu,
sehingga melalui festival ini anak cucu juga bisa mengetahui bahwasanya terdapat budaya
Tionghoa yang seperti ini, karena suatu budaya jika tidak diperingati, maka lama kelamaan
akan dilupakan dan seterusnya tidak akan dirayakan lagi. Selain itu, festival ini juga
mengingatkan para keturunan Tionghoa bahwa masih ada perayaan seperti ini. Apalagi
karena di jaman sekarang orang-orang sibuk bekerja, biasanya lupa dengan tanggal, terlebih
lagi tanggal lunar. Oleh sebab itu, dengan adanya festival ini diharapkan dapat menjadi
pengingat untuk orang-orang.
(2) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Dalam Melestarikan Budaya Tionghoa
Dalam melestarikan budaya Tionghoa, ditemukan beberapa faktor pendukung dan
faktor penghambat. Dari hasil wawancara dengan ke-lima responden, mendapatkan hasil
sebagai berikut.
1) Faktor Pendukung
Adapun yang menjadi faktor pendukung Maha Vihara Duta Maitreya dalam
melestarikan budaya Tionghoa, yaitu:
a. Maha Vihara Duta Maitreya merupakan salah satu destinasi wisata di kota Batam.
Sehingga pada saat melaksanakan kegiatan mendapatkan sambutan dan dukungan
penuh serta respon yang positif, baik itu dari pemerintah maupun masyarakatnya.
b. Adanya generasi senior yang masih semangat dan terus meyakini generasi penerus
bahwa festival-festival tersebut masih harus tetap dilaksanakan. Dengan adanya
ide, aspirasi, dukungan, serta izin dari mereka berperan penting sehingga festival-
festival tersebut masih bisa terus terselenggara.
c. Berkembangnya teknologi pada saat ini, juga menjadi salah satu faktor
pendukung. Dimana informasi dapat tersebar dengan cepat. Sehingga pada saat
ada festival, yang dulunya hanya tersebar melalui mulut ke mulut atau hanya
diketahui oleh orang-orang yang tinggal di sekitaran Maha Vihara Duta Maitreya.
Tetapi dengan kemajuan teknologi, sehingga semua festival yang akan diadakan
dapat diunggah ke sosial media seperti instagram dan whatsapp.
d. Masyarakat kota Batam yang bersifat majemuk, dari sejak dulu telah memiliki
sifat toleransi yang tinggi, serta cukup banyaknya populasi keturunan Tionghoa di
kota Batam sehingga menjadikannya lebih mudah untuk melestarikan budaya
Tionghoa.
e. Akses lalu lintas kota Batam yang sangat baik dan mudah dijangkau serta
memiliki ruang terbuka yang cukup besar sebagai tempat berkumpulnya orang
banyak juga menjadi salah satu faktor pendukung.
2) Faktor Penghambat
Disamping adanya faktor pendukung, tentu juga memiliki faktor penghambat.
Adapun yang menjadi faktor penghambat Maha Vihara Duta Maitreya dalam
melestarikan budaya Tionghoa adalah sebagai berikut:
a. Pandemi. Karena pandemic yang terjadi membuat Maha Vihara Duta Maitreya
puasa festival selama 2 tahun. Pada tahun 2022 baru mulai lagi mengadakan
festival.
b. Cuaca. Cuaca juga menjadi salah satu faktor penghambat buat Maha Vihara Duta
Maitreya dalam melestarikan budaya Tionghoa melalui festival. Jika hujan turun,
maka dengan terpaksa kegiatan yang diselenggarakan tidak dapat berjalan dengan
baik.
c. Biaya. Jika biaya tidak mencukupi, berbagai peralatan dan aksesoris tidak bisa
lengkap, dengan begitu kegiatan otomatis dikurangi atau diperkecil.
d. Kekurangan orang dari kalangan internal Maha Vihara Duta Maitreya pada saat
melaksanakan kegiatan.
e. Terkadang drama atau tarian yang disajikan di acara malam kesenian tidak selalu
berhubungan dengan perayaan hari raya tersebut. Membuat orang-orang hanya
menonton saja acara tersebut tanpa mengetahui mengapa harus merayakan hari
raya tersebut.
(3) Saran
Untuk menyelesaikan penghambat

4. Kesimpulan
Maha Vihara Duta Maitreya berperan penting dalam pelestarian budaya
Tionghoa melalui festival. Hal ini dibuktikan dengan diselenggarakannya festival
budaya Tionghoa tiap tahunnya dan didukung oleh masyarakat setempat. Walaupun
terdapat beberapa penghambat dalam melestarikan Budaya Tionghoa, namun tidak
menjadi alasan untuk tidak dilestarikan. Di samping adanya faktor penghambat, faktor
pendukung juga sangat membantu sehingga Maha Vihara Duta Maitreya dapat dengan
percaya diri tetap mengadakan festival budaya Tionghoa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya dan menjadi pengetahuan baru bagi orang-orang yang membacanya.
Berdasarkan hasil penelitian peneliti tentang Peran Maha Vihara Duta Maitreya dalam
melestarikan budaya Tionghoa, maka peneliti merekomendasikan untuk penelitian
selanjutnya, yaitu bagaimana peran Maha Vihara Duta Maitreya dalam melestarikan
budaya Tionghoa melalui makanan atau arsitektur pada dinding Vihara.
DAFTAR PUSTAKA
Adhiwignyo Dewobroto, dkk (2015), “Kajian Arsitektural dan Filosofis Budaya Tionghoa
Pada Kelenteng Jin De Yuan, Jakarta,” Jurnal Tingkat Sarjana Bidang Seni Rupa dan
Desain, 2015.
Coleendyah, Ajeng (2015), “Peran Jogja Chinese Art and Culture Centre (JCACC)
Terhadap Kelestarian Kebudayaan Tionghoa, etd.repository.ugm.ac.id.2015
Dewi, Sri Haryani (2017), “Peran Yayasan Dana Sosial Priangan Dalam Mempertahankan
Budaya Tionghoa Di Kota Bandung (2002-2015). Digilib.uinsgd.ac.id.2018.
Ramadhani, Rendi Permana (2021) “Peran Ruai TV Pontianak Dalam Pelestarian Budaya
Lokal Dayak Kalimantan Selatan. Skripsi, 2021.
Zia, Khalydah dan Rudiansyah (2021), “Akulturasi Budaya Tionghoa Dengan Budaya Pesisir
Di Kota Sibolga”. Jurnal Studi Budaya Nusantara, 2021, Vol.5 No.2 (2021) 107-117.

Anda mungkin juga menyukai