Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ni Made Agustina Dewi

NIM : 045299388
Kelas : MKWU4105
Jurusan : S1 Manajemen
Tugas 3

Melestarikan Seni Keagamaan Hindu Berbasiskan Kearifan Lokal

Seni berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu dari kata “sani yang berarti pemujaan,layanan,
donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dah jujur. Sehingga seni dapat diartikan
sebagai sebuah pengetahuan yang dapat diekspresikan melalui karya seni dan konsep seni
(Sudira,2010:2). Agama Hindu tidak dapat lepas dari pengaruh seni karena pada setiap
peraktik upacara keagamaan Hindu selalu melibatkan kesenian, seperti seni suara, seni tari,
seni karawitan, maupun seni rupa. Peraktik kesenian hindu tidak terlepas oleh tiga hal, yaitu
satyam, sivam dan sundaram. Satyam adalah kebenaran, artinya seseorang yang beragama
akan selalu berbuat kebenaran. Sivam adalah kebijaksanaan, artinya seseorang yang selalu
berbuat benar akan menjadi seorang yang bijaksana. Sundaram adalah keindahan, artinya
seseorang yang selalu berbuat baik dan bijaksana, jiwanya dan hidupnya akan menjadi indah.

Agama tanpa seni akan menjadi gersang, dan seni tanpa keagamaan tidak memiliki jiwa di
dalamnya. Itulah sebabnya peraktik upacara keagamaan hindu tidak bisa terlepas dari seni. Di
Bali, kesenian yang biasanya ditampilkan bahkan menjadi kewajiban saat upacara keagamaan
hindu seperti seni tari, karawitan, seni suara (dharmagita), dan sebagainya. Tujuan adanya
seni keagamaan pada upacara keagamaan hindu adalah rasa syukur kehadapan Ida Sang
Hyang Widi Wasa. Oleh karena itu, seni keagamaan ini bersifat religius.

Globalisasi memberikan beberapa dampak buruk diantaranya ialah adanya kapitalisme yang
tumbuh ditengah masyarakat. Kapitalisme dibangun dengan prinsip persaingan bebas yang
didalamnya terdapar kehendak untuk memguasai pasar, kehendak untuk mendominasi pihak
lain, kehendak untuk mendapatkan keunggulan dan kekayaan sebagai akumulasi kapital
sebesar-besarnya (Piliang,2011:210). Usaha kapitalisasi sebesar-besarnya menyebabkan
munculnya strategi untuk menarik konsumen agar mengkonsumsi produk kapitalisme. Tidak
hanya yang menyangkut kebutuhan hidup seperti benda-benda ekonomi, tetapi menyangkut
seluruh aspek kehidupan termasuk tindakan budaya (seperti cara bertindak, sopan santun,
cara berbicara, sikap, mentalitas, aspirasi, dan persepsi). Dengan demikian ancaman
kapitalisme terhadap budaya lokal tidak hanya pada macro culture, seperti ideologi,
keyakinan, paham, tetapi juga pada micro culture yaitu cara hidup sehari-hari (seperti cara
berpakaian, cara bertindak, cara berkesenian, dll) (Piliang,2010:207).

Dalam hal ini, seni keagamaan turut berpengaruh terhadap globalisasi dan kapitalisme yang
berkembang. Menurunnya minat generasi muda terhadap seni keagamaan menyebab seni
keagamaan kian hari kian meredup. Rasa gengsi dan minat seni lain yang lebih moderen
menjadi salah satu penyebab kurangnya minat generasi muda terhadap seni keagamaan.
Padahal, seni keagamaan khususnya d Bali sudah mendarah daging dan tidak dapat lepas
dalam peraktik upacara keagamaan. Hal ini sangat disayangkan karena Bali dan Hindu sangat
terkenal akan kekayaan budaya dan seni yang selalu menyertai setiap kegiatan sehari-hari
masyarakat dan telah menjadi sororan dunia. Jika kesenian tersebut meredup maka Hindu
Bali akan kehilangan “jiwa” atau taksunya.
Sebagai generasi muda yang sadar akan pentingnya seni keagamaan, kita semua perlu
melertarikannya. Ada beberapa cara untuk melestarikan seni keagamaan, salah satunya yaitu
beajar seni keagamaan yang disukai. Minat dan bakat seseorang tentunya beda satu sama lain.
Ada yang berbakat dalam seni suara, seni tari atau seni karawitan. Dengan selalu tekun
memepelajari seni tersebut dan berpartiaipasi dalam komunitas atau upacara keagamaan dan
menjadikannya sebuah tren di kalangan anak muda, akan menarik minat generasi yang lebih
muda untuk mempelajari dan turut melestarikan seni keagamaan. Pelestarian ini dapat
dimulai ditingkat daerah atau lokal (banjar, apabila perkembangan dan dukungan masyarakat
bagus akan memungkinkan kesenian ini terus berkembang semakin besar dan luas.

Daftar Pustaka :
Sudiani, Ni Nyoman dkk. 2002. Pendidikan Agama Hindu. Banten : Universitas Terbuka.
Suandi, I Nengah & I Wayan Mudana. (2020. Upaya Pelestarian Bahasa Dan Budaya Bali
Melalui Pengembangan Kamus Seni Tari Bali. ISSN : 2407-4276 (Online). Vol.. 6 No 1.
Sukarma, I Wayan. (2017). Pengembangan Kearifan Lokal Seni Budaya Melui Pendidikan
Berbasis Banjar di Bali. Proceeding of 2nd International converence of Arts Language And
Culture. Hal 28-31.
Supartama, I Gusti Made Bagus & I Wayan Sukadana. (2020). Tari Bali : Tantangan Dan
Solusi Di Era Globalisasi. Widyanatya. Volume 2 Nomor 1.

Anda mungkin juga menyukai