Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 3

PENDIDIKAN AGAMA HINDU

NAMA : Ni Putu Ananda Cahya Dewi


NIM : 045235077

Melestarikan Seni Keagamaan Hindu Berbasiskan Kearifan Lokal

Kita pasti sudah sering mendengar tentang seni, karena kita hidup di negara yang memiliki
beragam budaya dan setiap daerah mempunyai kekhasan serta keunikan tersendiri. Tetapi banyak
orang yang menganggap seni itu adalah keindahan atau hasil yang didapatkan saat manusia
berkreasi. Padahal jika kita liat lebih dalam, seni tidak hanya berupa lukisan, patung atau hal-ha
yang berbau modern, tetapi seni juga ada didalam agama, yang mana seni tersebut disembahkan
untuk Tuhan yang biasanya dilakukan pada saat kegiatan keagamaan. Berikut adalah penjelasan
lebih detail mengenai seni, estetika, dan seni keagamaan.
• Seni adalah ekspresi jiwa manusia yang dapat dinikmati melalui panca indra untuk
kepuasan rohani. Seni berasal dari bahasa Sansekerta yaitu dari kata 'sani' yang berarti
pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian dengan hormat dan jujur. Seni
juga berasal dari bahasa Belanda yang berarti genie atau jenius. Seni yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat merupakan fokus bahasa seni dalam teori sosiologi sosiologi
adalah ilmu tentang masyarakat sehingga seni yang dikaitkan dengan ilmu sosiologi
merupakan seni yang berlaku dan dipraktikkan oleh masyarakat setempat seni itu tumbuh
dan berkembang

• Estetika berasal dari kata aesthesis yang berarti pencerapan, persepsi, pengalaman,
perasaan dan pemandangan. Estetika memang tidak semata hanya keindahan yang bersifat
duniawi tetapi harus dimaknai terlebih dari itu yakni sebagai keindahan yang bersifat batin
apalagi seni keagamaan adalah seni yang bersifat religius sehingga memiliki estetika yang
religius pula dan bertujuan untuk mempertajam intuisi manusia.
• Seni dalam ajaran agama Hindu secara umum bertujuan untuk persembahan rasa bakti
kepada Tuhan sehingga seni lebih banyak dipersembahkan pada saat upacara Yadnya. Seni
keagamaan berbasis lokal dapat membentuk kepribadian estetis karena seni keagamaan
merupakan lokal mengembangkan nilai-nilai daerah setempat dan dijiwai oleh nilai-nilai
ajaran Hindu dan mudah diterima oleh masyarakat setempat sehingga umat sekaligus
menyerap agama Hindu. Contoh seni dari agama Hindu adalah seni tari keagamaan untuk
tarian persembahyangan yang ditunjukkan kepada sang hyang Widhi, seni suara
keagamaan(Dharma Gita), dan banyak lainnya.

Pada zaman kerajaan Bali Kuno, kearifan lokal yang tumbuh dan melekat adalah konsep
seperti Bhinneka Tunggal Ika, Catur Warna, Desa Kala Patra, Trikaya Parisudha, Tri Samaya, dan
sebagainya. “Semua itu menjadi pegangan hidup masyarakat Bali di masa Bali Kuna dan sangat
dimengerti sampai sekarang. Kerangka ini menjadi spirit kearifan lokal Bali yang membangun
sistem religi, sistem sosial budaya, dan sistem ekologi. Dalam kesatuannya, ketiga sistem itu
membangun struktur dan kultur sekaligus melandasi pengembangan seni budaya secara natural
sebagai bagian integral dari ide, gagasan, dan seluruh pandangan hidup dan aktivitas keagamaan.
Jadi, hal yang bisa dilakukan untuk melestarikan seni keagaman berbasis kearifan lokal bisa
dimulai dari banjara atau desa setempat (Dengan konsep desa, kala, patra). Tentunya dalam
melertarikan ini kita membutuhkan yang namanya kesadaran dan orang-orang yang memiliki visi
misi yang sama dalam melakukan kegiatan tersebut agar berjalan lancar. Hal-hal kecil yang bisa
kita mulai dari banjar dan desa, seperti :
• Sekaa-sekaa (truna-truni) kesenian sebagai bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada
prinsip ngayah, yaitu persembahan, pengabdian, pelayanan kepada Tuhan, sesama, dan
alam dapat menjadi motivasi bagi kesinambungan proses pendidikan. Setidak-tidaknya,
upaya masyarakat Bali dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya melalui
pendidikan berbasis banjar dapat menjadi medan refleksivitas untuk pengembangan
pendidikan dengan pendekatan kontekstual. Hanya saja pendidikan berbasis komunitas
memerlukan tatatanan nilai dominan yang mendasari seluruh proses pendidikan. Selain itu,
masih diperlukan lingkungan sosiokultural yang meniscayakan tersedianya ruang bagi
aktualisasi tatanan nilai dominan tersebut. Integrasi seni budaya dengan agama yang
dipraktikkan menjadi adat istiadat dalam pakraman menunjukkan kemampuannya dalam
membangun landasan kebudayaan Bali yang relatif kokoh dalam benturan antarbudaya.
Dengan demikian, pengembangan atau pelestarian seni keagaman berbasis kearifan lokal
di Bali dapat menjadi model pengembangan kearifan lokal seni budaya lainnya.

Daftar Pustaka :
BMP MKWU4105
https://jurnal.uns.ac.id/icalc/article/download/16046/13134

Anda mungkin juga menyukai