Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 1

MATA KULIAH APRESIASI BUDAYA

“HUBUNGAN ANTARA SENI DAN RELIGI”

Disusun oleh:

Nama : Ni Luh Ayu Puspita Sari

NIM : 20200230029

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS NGURAH RAI

2023
HUBUNGAN SENI DAN RELIGI

SENI
Kata ‘seni’ yang sekarang kita gunakan sebagai padan kata dari art memiliki
perjalanannya sendiri. ‘Seni’ berasal dari kosa kata bahasa Melayu yang berarti ‘kecil.’
Penggunaan ‘seni’ dalam pengertian seperti itu sekarang sudah sangat jarang kita
temukan. Mungkin satusatunya jejak yang kini masih dapat kita temukan adalah
penggunaan ‘seni’ di dalam ‘air seni’ yang berpadanan dengan ‘air kecil’ (misalnya dalam
frasa ‘buang air kecil’). Namun demikian penggunaan kata ‘seni’ dalam pengertiannya
seperti sekarang juga sudah ditemukan pada masa itu, dan memiliki daya tahan hidup
yang lebih panjang daripada artinya yang pertama.

Kata ‘seni’ sebagai padanan ‘art’ sebagaimana digunakan dewasa ini sebenarnya
merupakan tindak penyamarataan (generalisasi) atas berbagai gagasan mengenai salah
satu jenis tindakan dan hasil tindakan manusia. Namun demikian, penyamarataan yang
menutup mata terhadap perbedaan nuansa hanya akan berakibat pada pelecehan gagasan
lokal. Untuk menghindari pelecehan gagasan lokal lewat pengerapan generalisasi
pengertian ‘seni’ secara berlebihan.

RELIGI / AGAMA

Seni dan agama itu termasuk budaya, dan keduanya seringkali berkaitan. Melalui karya-karyanya
dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi, seni banyak membantu penyebaran agama, serta
memperindah agama

pendapat Koentjaraningrat mengenai sistem religi. Koentjaraningrat (1977: 228-268)


memandang sistem religi (agama) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari empat unsur
dasar. Keempat unsur dasar tersebut adalah

(1) emosi keagamaan,


(2) sistem kepercayaan,
(3) sistem upacara, dan
(4) kelompok keagamaan.

Keempat unsur dasar tersebut harus ada/hadir agar suatu fenomena dapat dipahami
sebagai agama. Lebih lanjut Koentjaraningrat juga mengemukakan bahwa sistem upacara
melibatkan sejumah unsur, termasuk di dalamnya tindakan, peralatan, tempat, waktu,
maupun pelaku (pemimpin dan ‘umat’). Kita pun dapat memerinci upacara menjadi dua
macam: upacara kolektif dan upacara personal (individual). Pelaku pada upacara
individual tentu saja tidak dibedakan antara pemimpin upacara dan pengikut upacara
(umat/jamaah).

SENI DAN RELIGI

Seni dan agama itu termasuk budaya, dan keduanya seringkali berkaitan. Melalui karya-
karyanya dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi, seni banyak membantu penyebaran
agama, serta memperindah agama.

Sebagai contoh adalah kebudayaan di Bali yang kerap menjadikan seni ( Tari dan Musik)
sebagai sarana persembahan kepada Tuhan.

Tarian dan pertunjukkan yang dilakukan di Bali memiliki kelas-kelas untuk


mengklasifikasi tarian apa yang pantas ditampilkan sebagai sebuah bentuk pertunjukkan.
Sekalipun telah terbagi menjadi beberapa kelas tetapi segala pertunjukkan yang
disuguhkan kepada turis asing maupun pada saat acara keagamaan memiliki tujuan untuk
memuja kekuatan Tuhan. Kesenian menambah esensi dari sebuah hari raya besar bagi
kebudayaan Bali dan masyarakat Hindu, sebagai masyarakat Bali sendiri saya dapat
membenarkan hal tersebut. Hari raya terbesar bagi umat Hindu adalah Galungan, pada
saat Galungan setiap keluarga akan merangkai Penjor sebagai simbol hari raya Galungan.
Kesenian Bali tidak hanya berbentuk sebuah tarian dan benda tetapi musik juga menjadi
instrumen yang penting dalam berbagai upacara adat. Dalam bermusik berbagai alat
musik digunakan seperti gamelan, gong, suling dan sebagainya. Alat musik tersebut
dipadukan dengan nyanyian, segala macam bentuk kesenian yang ditampilkan dalam
sebuah pertunjukkan adat memiliki makna bahwa Tuhan merupakan entitas yang dapat
melakukan banyak hal sekaligus. Maka dari itu dalam satu pertunjukkan terdapat banyak
instrumen musik, tarian, dan benda-benda keagamaan lainnya. Kebanyakan performer
ternyata tidak dibayar sepeserpun karena seluruh pertunjukkan merupakan bentuk
upacara adat dan bagi saya menjadi sukarelawan menjadi performer merupakan salah satu
bentuk persembahan kepada Tuhan. Bali menjadi sangat menarik karena upacara adat
yang dilakukan di berbagai daerahnya dapat secara tidak langsung menjadi sebuah
pertunjukkan seni sekaligus sebagai persembahan kepada Tuhan.

Saya berpendapat bahwa kaitan antara seni dan agama dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Agama memerlukan perwujudan dalam bentuk benda dan tindakan, baik untuk
mengungkapkan maupun membangkitkan emosi keagamaan di kalangan pemeluk
kepercayaan suatu agama, agar agama benar-benar dirasakan/dihayati manusia.

2. Kemampuan suatu benda atau tindakan untuk mengungkap atau membangkitkan emosi
keagamaan bersandar pada daya simbolik yang dimiliki oleh benda atau tindakan
tersebut.

3. Daya simbolik suatu benda atau perilaku keagamaan bertumpu pada sistem
kepercayaan manusia terhadap keberadaan Yang Maha Kuasa.

4. Kemampuan suatu benda atau perilaku untuk membangkitkan atau mengungkapkan


emosi keagamaan, pada dasarnya selaras dengan daya pesona (enchantment) yang
dimiliki oleh benda atau perilaku seni.

5. Pesona yang dimiliki oleh benda atau perilaku agama/seni tersebut merupakan efek
dari penerapan suatu teknologi (teknik) tertentu pada material.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1977. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. (cetakan ketiga). Jakarta:


Penerbit Dian Rakyat

Agus, Bustanuddin. (2006), Agama Dalam Kehidupan Manusia, PT Rajagrafindo


Persada, Jakarta.

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=555

https://willytrydewi.wordpress.com/jenis-tari-bali/

Anda mungkin juga menyukai