Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara yang kaya akan budayanya dan memiliki

keberagaman etnis. Maka dari itu, beragamnya suku bangsa tentu akan berpengaruh

pada tradisi dan kebudayaan di masyarakatnya. Budaya adalah suatu cara hidup yang

berkembang dan dimiliki oleh sebuah kelompok orang yang diwariskan dari generasi

ke generasi.1 Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan mempunyai paling

sedikit tiga wujud, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan, nilai- nilai norma-

norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktivitas kelakuan berpola dari

manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda- benda hasil karya

manusia.2 Kebudayaan juga dapat menjadi ciri khas dari masyarakat itu sendiri,

dimana kebudayaan yang ada dalam tatanan masyarakat tentu tidak terlepas dari

fungsi serta tujuan dari terbentuknya kebudayaan itu sendiri .

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar 3. Karya menusia berupa kebudayaan salah satunya

adalah kesenian. Seni dan budaya tersebut dapat berkembang seiring dengan waktu.

1
Sarinah, 2006, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: Deepublish), hlm 10.
2
Koentjaraningrat, 1993, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama), hlm 9.
3
Ibid, hlm 5.

1
2

Kesenian adalah media yang memiliki peranan penting dalam menciptakan suatu

kreativitas oleh mesyarakat sebagai bentuk dari kebahagiaan. Dalam hal ini

masyarakat menciptakan berbagai macam cara yang memiliki suatu makna atau nilai

guna bagi masyarakat tersebut, seperti melalui kesenian. Salah satunya adalah seni

musik. Kreativitas pertunjukan dan penciptaan musik tradisi dibatasi oleh norma-

norma yang berlaku pada suatu kebudayaan sehingga memiliki ciri lokal yng amat

kental.4

Di Indonesia kini sedang marak berkembangnya seni musik Islam di

antaranya adalah hadrah. Hadrah secara etimologis, atau bahasa berasal dari bahasa

Arab, yakni hadla ro- yahdluru- haldran ( haldratan), yang memiliki arti hadir atau

kehadiran.5 Hadrah juga merupakan salah satu bentuk kesenian dalam Islam yang

diiringi dengan rebana sambil melantunkan syair- syair puji terhadap Nabi

Muhammad SAW.6 Kesenian Islam Hadrah adalah salah satu kesenian budaya Islam

yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap setiap pendengar dan penontonnya. Seni

Hadrah merupakan salah satu kesenian tradisi dikalangan umat Islam, dimana

didalamnya ada kandungan – kandungan Islam atau religi yang dapat dirasakan

melalui syair lagu, alunan musik dan kreasinya. Seni Hadrah juga dapat menambah

4
Moh. Muttaqin, dkk, 2008, Seni Musik Klasik Jilid 1, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional), hlm VI.
5
Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2018, Ensiklopedia Islam
Nusantara Edisi Budaya, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam , Kementerian
Agama RI), hlm 111.
6
Ibid, hlm 112.
3

ketaatan dan keimanan kepada Nabi besar Muhammad SAW.7 Seni hadrah ini adalah

salah satu seni tradisional yang hidup di tengah- tengah masyarakat untuk tetap

mempertahankan eksistensinya8. Seni hadrah ini mengandung nilai- nilai religius,

etika, dan norma ajaran yang diduga saat ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk

membantu mengatasi krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia. seni hadrah

tidah hanya dilestarikan oleh komunitas pendukungnya di pesantren, melainkan juga

telah dikembangkan menjadi seni komersial yang mampu memberikan kontribusi

bagi kelangsungan hidup pendukungnya, baik secara sosial, politik, ekonomi, dan

budaya.

Seni Hadrah merupakan kebudayaan Islam yang masih dikenal dan

dilestarikan hingga saat ini. Namun, seiring berkembangnya zaman yang mengikuti

arus modernisasi, Kesenian Hadrah sudah mulai mengalami komodifikasi yaitu

mengacu pada transformasi nilai guna, nilai yang didasarkan pada suatu benda

menjadi bernilai ekonomis 9. Seni hadrah awalnya hanya sekedar sebagai media

dakwah. Tetapi, saat ini seni Hadrah sudah banyak dikenal orang dan memiliki ciri

khas tersendiri yang membuat masyarakat tertarik untuk mendengar dan melihat

pertunjukan dari seni Hadrah. Jadi, seni Hadrah ini selain menjadi media dakwah juga

7
Wahyu, dkk, 2015, Penerapan Nilai Keagamaan melalui Seni Hadrah Maullatan Al- Habsyi di
Kelurahan Pelambuan Kecamatan Banjarmasin Barat, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan : Vol 5,
Nomor 9, hlm 682.
8
Edi Sedyawati, 1982, Seni dalam Masyarakat Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, hlm 7.
9
Agus Maladi Irianto, 2016, Komodifikasi Budaya di Era Ekonomi Global terhadap Kearifan Lokal:
Studi Kasus eksistensi industri pariwisata dan kesenian tradisional Jawa Tengah, Jurnal
THEOLOGIA, Vol 27 Nomor 1, hlm 216.
4

dapat menjadi sebuah media hiburan bagi masyarakat yang menghasilkan suatu

keuntungan bagi kesenian itu sendiri yaitu popularitas, eksistensi, dan finansial.

Seni Hadrah selain menjadi kesenian budaya islam, kini dapat menjadi sebuah

hiburan yang dapat dipertontonkan, dan dapat menghasilkan keuntungan serta

manfaat bagi masyarakat. Studi ini berfokus pada kelompok seni hadrah ―

Anshorurrasul‖ yang berlokasi di Kampung Bulak Indah, Cakung, Jakarta Timur.

Seni hadrah ini adalah awal yang membuat penulis tertarik untuk memfokuskannya

sebagai subyek penelitian. Seni hadrah pada awalnya adalah sebuah kesenian budaya

islam yang sakral karena sebagai media dakwah dan masih dibatasi karena hanya ada

di maulid nabi. Saat ini, mulai adanya pergeseran budaya, yang mana seni hadrah

sudah dapat kita jumpai di berbagai tempat seperti acara nikahan, khitanan, haul,

majelis taklim, bahkan menjadi sebuah ekstrakulikuler baik di sekolah maupun

pesantren. Seni Hadrah saat ini sudah mulai mewadahi kreatifitas anak muda dalam

menyalurkan hobinya terhadap seni musik.

Kesenian Hadrah memiliki ketrampilan yang beragam tergantung bagaimana

komunitas Hadrah tersebut dapat memodifikasinya menjadi sesuatu hal yang

menarik dimata masyarakat. Menurut Hadi fungsi rebana Hadrah adalah sebagai

media dakwah untuk syiar agam islam, sebagai hiburan yaitu untuk memberikan

hiburan kepada khalayak luas, bahkan saat ini sudah dipadukan dengan lagu- lagu
5

pop, sebagai ritual yaitu mengiringi arak- arakan pengantin pada pesta perkawinan,

khitanan, dan untuk mengiringi dzikir sholawatan terutama pada bulan Maulid.10

Di era modernisasi, komunitas seni Hadrah ― Anshorurrasul‖ telah melakukan

perubahan untuk mempertahankan keberadaannya di ranah masyarakat dengan

melakukan proses komodifikasi antara lain inovasi dalam penampilan dari tata suara,

tata busana yang awalnya hanya menggunakan baju koko putih, peci dan sarung saat

ini ditambahkan unsur modern berupa baju koko dengan corak bordiran dan warna

yang bervariasi, tata rias dengan menggunakan make up agar terkesan menarik, tata

panggung dengan variasi zigzag, dan aransemen musikalitas. Hal tersebut dilakukan

agar seni hadrahnya dapat memberikan nilai jual yang pantas untuk dilihat dan

dipertontonkan. Selain itu juga aransemen musik yang dicampurkan dengan genre

dangdut dengan batas kewajaran dan kesesuaian pada saat pertunjukan atau

pementasan festival perlombaan seni Hadrah. Alat musik yang dipakai oleh para

pemain juga seiring berkembangnya zaman semakin bermacam- macam rupanya. Hal

tersebut membuat masyarakat ikut berkontribusi dan tertarik dalam menyambut

kesenian budaya Islam tersebut, karena memang layak untuk dilestarikan dan terus

dikembangkan.

Masyarakat sudah banyak yang menggelar festival dan perlombaan khusus

untuk seni hadrah. Mulai dari festival perlombaan tingkat kampung, tingkat Walikota,

sampai dengan tingkat Provinsi. Komunitas Hadrah Anshorurrasul mengikuti

perkembangan festival tersebut dengan meraih apresiasi- apresiasi dari berbagai pihak
10
Hadi,S, 2001, Sosiologi Tari, (Yogyakarta: ASTI), hlm 42.
6

terutama masyarakat. Komodifikasi yang dilakukan oleh komunitas termasuk dalam

unsur kesenian yang memang harus dilestarikan agar seni Hadrah itu sendiri tidak

ditinggalkan oleh masyarakat dengan bentuk tampilannya yang monoton tetapi pada

dasarnya komodifikasi tersebut dibentuk oleh munculnya tuntutan selera pasar atau

masyarakat yang menginginkan seni Hadrah menjadi lebih menarik dan menghibur.

Tabel I.1 Festival Perlombaan Seni Hadrah

No Nama Acara Tempat Tahun


1. Apresiasi Kompetisi Seni Nuansa Gor Otista, Jakarta 14 September 2017
Religi Timur
2. PEPSI (Perlombaan Pentas Seni Universitas 21 April 2019
Islam) Asyafi’iyah,
Bekasi
3. Family Law Festival Universitas Islam 18 Oktober 2018
Negeri Syarif
Hidayatullah,
Jakarta
4. Festival Al- Banjari Jakarta 24 Juli 2017
SYUBBANUL QUR’AN milad
ke – 3
5. Festival Hadrah MALL BASURA Mall Basura, 23 Mei 2017
CITY Prumpung
6. Tahun Baru 1 Muharram 1438 H Kedoya, Jakarta 10 Oktober 2016
Barat
(Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019)

Selain untuk menggali kreativitas yang diciptakan oleh masyarakat, dapat

lebih memperkenalkan secara luas tradisi kesenian budaya Islam hadrah itu sendiri

tanpa merusak makna yang ada didalamnya. Adanya perlombaan yang digelar

masyarakat juga akan meraih keuntungan bersama karena dapat menghasilkan uang.

Maka dari itu, seni hadrah ini terus memperbaharui apapun yang berhubungan dengan
7

nilai jualnya agar dapat terus mengeksistensikan namanya di masyarakat. Seperti

terus diikutsertakan perlombaan dan diundang ke acara pernikahan, khitanan atau lain

sebagainya.

Komodifikasi budaya yang muncul juga berdampak luas terhadap pemahaman

masyarakat tentang seni hadrah itu sendiri. Berkembangnya tata cara, kostum, alat

musik, vokalis, syair lagu dan lain sebagainya dalam kesenian Islam hadrah ini

mengakibatkan terjadinya komodifikasi pada kebudayaan yang berkembang karena

akan terus melahirkan nilai jual yang membuat masyarakat tertarik dan terus ikut

melestarikan seni hadrah dengan mengadakan festival dan event – event perlombaan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat mengidentifikasikan

permasalahan penelitian mengenai adanya komodifikasi budaya yang dilakukan oleh

Komunitas Hadrah Anshorurrasul merupakan sebuah tuntutan masyarakat yang ingin

melihat atau menikmati seni Hadrah agar lebih menghibur dan menarik. Dalam hal

ini, Komunitas Hadrah Anshorurrasul membuat perubahan- perubahan yang

dilakukan untuk mendapatkan nilai jual oleh masyarakat sehingga mereka dapat

tertarik dan ikut melestarikan kesenian budaya Islam ini agar tidak luntur seperti

mengaransemen musikalitas menjadi irama dangdut, kostum yang bernuansa

bordiran, kreasi tata panggung, penambahan alat musik Hadrah seperti soundsystem,

dan sebagainya.

Perubahan yang dilakukan akan nampak dari respon masyarakat dalam

menyambut kesenian hadrah tersebut di Kampung Bulak Indah, Jakarta Timur.


8

Semakin tinggi nilai jual yang terlihat oleh masyarakat, masyarakat akan lebih

banyak berkontribusi terhadap adanya kesenian hadrah tersebut. Hal ini membuat

masyarakat terus berusaha untuk melestarikan kesenian budaya Islam ini tanpa

merusak arti sesungguhnya dalam kesenian ini, dengan cara melakukan perubahan

positif yang dilakukan secara bertahap dan menuai hasil yang positif juga dikalangan

masyarakat baik kalangan orang tua sampai remaja. Hal tersebut merupakan

komodifikasi budaya yang menuai hasil positif bagi masyarakat.

Berdasarkan identifikasi permasalahan penelitian diatas maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana Komunitas Hadrah Anshorurrasul dilihat sebagai komunitas seni

pertunjukan Islam yang komersil ?

2. Bagaimana Komodifikasi Budaya yang dilakukan oleh komunitas Hadrah ―

Anshorurrasul‖ di Kampung Puspita Kecamatan Cakung Timur Jakarta

Timur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan pertanyaan permasalahan penelitian diatas, penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan :

1. Komunitas Hadroh Anshorurrasul dilihat sebagai komunitas seni pertunjukan

Islam yang komersil.

2. Komodifikasi budaya yang dilakukan oleh komunitas Hadrah

―Anshorurrasul‖.
9

1.4 Manfaat Penelitian

Selain adanya tujuan penelitian ini adapula manfaat yang diharapkan dari

hasil penelitian ini. Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi Sosiologi Kebudayaan. Dalam kajian Sosiologi Kebudayaan

menjelaskan bahwa semua kegiatan yang telah terjadi di dalam kehidupan

sehari – hari merupakan bagian dari kebudayaan, termasuk dari adanya

kesenian islam hadrah yang merupakan suatu kebudayaan islam.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan suatu

pengetahuan atau wawasan mengenai proses komodifikasi pada seni hadrah

sehingga dapat mempertahankan eksistensinya di ranah arus globalisasi. Selain

itu , adanya seni hadrah ini membuat masyarakat khususnya kaum muda secara

tidak langsung mengimplementasikan ajaran - ajaran agama dan membuat

kegiatan keseharian masyarakat akan lebih positif.

1.5 Tinjauan Literatur Sejenis

Kebudayaan saat ini memang menjadi sesuatu yang unik dalam kajian sosial

di masyarakat apalagi seiring dengan berkembangnya arus globalisasi. Banyak

fenomena di lingkungan masyarakat yang masih terkait oleh budaya peninggalan para

leluhur kita. Salah satunya adalah kesenian. Kesenian memang cenderung merujuk

pada suatu kebudayaan karena biasanya dapat menjadi suatu ciri khas dari suatu

daerah tersebut. Kesenian yang saat ini sering kita temui di lingkungan masyarakat
10

yaitu kesenian Islam hadrah. Seni hadrah ini merupakan suatu peninggalan dari

budaya Islam yang sampai saat ini masih dilestarikan bahkan dimodifikasi kembali

agar terus bertahan di ranah masyarakat.

Setelah penulis melakukan pengamatan terdapat beberapa penelitian yang

relevan dengan penelitian mengenai kajian budaya khususnya tentang proses

komodifikasi yang dilakukan oleh fenomena- fenomena yang ada di lingkungan

masyarakat. Untuk itu diharapkan dapat membantu proses penelitian yang berkaitan

dengan objek dan subjek penelitian.

Pertama, ditulis oleh Agus Iswanto dalam jurnal Bimas Islam, Vol 8 No 2

dengan judul ‖Fungsi Seni Hadrah pada Masyarakat Lampung.11 Penelitian ini

menjelaskan fungsi dari seni hadrah pada masyarakat Lampung. Dalam konteks seni

budaya keagamaan di Indonesia, khususnya Islam, seni hadrah menjadi salah satu

seni yang hadir dan diperkenalkan bersamaan dengan perkenalan agama Islam.12

Dimana, kesenian hadrah ini sudah banyak muncul di setiap daerah dalam

melestarikan budaya Islam dan seni hadrah ini cukup banyak mendapatkan apresiasi

dari masyarakat. Seni hadrah juga sebagai pengiring ritual keagamaan dan media

dakwah dalam masyarkat Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kalitatif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawanccra

mendalam dan telaah dokumen. Tahap observasi peneliti bisa terlibat langsung seperti

ikut serta dalam seni pertunjukan tersebut atau hanya sebagai penonton saja.

11
Agus Iswanto, 2015, Fungsi Seni Hadrah pada Masyarakat Lampung, Jurnal Bimas Islam, Vol 8
No 2, hlm 322.
12
Ibid, hlm 322.
11

Pengumpulan- pengumpulan data tersebut difokuskan pada usaha untuk menggali

etos dan pandangan dunia yang implishir dalam seni pertunjukan, sehingga dapat

ditemukan makna dan fungsinya13. Lalu, hasil pengamatan secara keseluruhan akan

dianalisis dan diidentifikasi dengan konsep antropologi budaya yaitu makna simbol.

Seni hadrah juga digunakan sebagai media dakwah untuk memotivasi anak-

anak agar mau bergabung ke dalam kelompok hadrah dengan bersholawat dan

bermain seni akan mendapatkan keuntungan yaitu pahala, rasa syukur dan pesan-

pesan agama. Pembacaan syair- syair maulid yang dinyanyikan dalam seni hadrah

juga termasuk sebuah media dakwah yang di dalamnya terkandung makna ketauhidan

dan kecintaan kepada Allah dan rasulnya.Dalam konteks ritual masyarakat Lampung

seni hadrah dapat menjadi ―seni sakral‖. Jadi seni hadrah ini dapat menjadi media

dakwah dan menjadi tontonan yang menghibur. Seni hadrah sebagai salah satu simbol

kebudayaan adalah tentang pentingnya shalawat bagi Muslim.

Kesimpulannya yaitu Seni hadrah merupakan seni yang meliputi aspek sastra,

tari, dan musik yang sering ditampilkan dalam tradisi ritual keagamaan di kalangan

masyarakat lampung. Dimana dalam seni hadrah tersebut terdapat syair-

syairmengandung agama yang dinyanyikan, gerakan – gerakan eksperesif yang

berupa penghormatan, dan teknik tabuhan atau pukulan terhadap sebuah alat gendang

dengan efek musikalitas tertentu. Namun, seiring berkembangnya modernisasi, saat

ini sulit dikatakan bahwa seni hadrah masih menjadi bagian yang integral dalam ritual

adat keagamaan masyarakat Lampung karena di beberapa tempat meskipun tanpa


13
Ibid, hlm 330.
12

diiringi seni hadrah ritual keagamaan tersebut tetap terlaksana. Selain ditampilkan

dalam ritual- ritual. Hadrah juga berfungsi sebagai media dakwah yang disampaikan

dalam pesan – pesannya. Adanya kesenian sanggar hadrah yang sudah banyak

muncul di Lampung membuat seni hadrah ini terus dilestarikan sampai sekarang

sebagai sarana pelengkap ritual atau media dakwah.

Perbedaan penelitian yang ditulis Agus Iswanto dengan penelitian penulis

yaitu penelitian Agus Iswanto lebih terfokus mengenai seni hadrah dan dan

fungsinya.. Sedangkan persamaan yang dimiliki dari penelitian Agus Iswanto dengan

penelitian penulis adalah membahas keterkaitan antara Islam dan musik dalam

budaya keagamaan.

Kedua, ditulis oleh Abdul Rozaki dalam bentuk Jurnal Dakwah UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta Vol 14 No 2 dengan judul “Komodifikasi Islam ( Kesalehan dan

Pergulatan Identitas di Ruang Publik.14 Dalam penelitian ini memuat bahasan

mengenai proses saling beradaptasi antara islam dan modernitas berlangsung

sehingga menghadirkan Islam yang dinamis. Masalah yang diangkat dalam penelitian

ini adalah mengenai bagaimana ekspresi Islam di ruang publik yang saling

bernegoisasi, beradaptasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dengan wajah

Islam yang cenderung menampilkan sisi yang intoleran dan tidak ramah. Metode

yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi,

pengamatan, studi pustaka, wawancara, dan perekaman. Pengolahan data yang

14
Abdur Rozaki, 2013, Komodifikasi Islam ( kesalehan dan pergulatan Identitas di Ruang Publik,
Jurnal Dakwah, Vol XIV No 2, hlm 199.
13

dilakukan dengan cara menganalisis dan mengidetifikasi fenomena tersebut dengan

konsep komodifikasi dan teori strukturasi dari Anthoniy Giddens. Komodifikasi

adalah komersialisasi atau berbaliknya keimanan dan simbol – simbolnya menjadi

sesuatu yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan15. Sedangkan teori

strukturasi disini menempatkan struktur dan pelaku sebagai dualitas yang saling

mendukung. Dalam konteks strukturasi ini, antara agensi, yaitu individu muslim

dengan struktur (kelembagaan), institusi dan budaya, modernitas saling

berkorespondensi dan memproduksi tindakan atau realitas sosial16.

Berdasarkan penelitian Abdur Rozaki, terjadinya komodifikasi Islam akan

memunculkan kapitalisme industri. Dimana, dalam konteks kapitalisme industri

tersebut, potensi pasar muslim yang besar ini akan menciptakan hukum pasar yang

disebut supply side dan demand side. Pada supply side, mesin industri tidak sekedar

menyediakan permintaan kebutuhan semata, tetapi akan lebih aktif dalam

mengkontruksi selera masyarakat sebagai bagian dari gaya hidup modern. Sedangkan

sisi demand side, meningkatkan jumlah kelas menengah muslim diberbagai negara di

dunia, hal ini akan memunculkan permintaan cita rasa, selera, hasrat , dan kenikmatan

gaya hidup sebagai masyarakat modern. Adanya demand side dan supply side yang

saling berelasi, berproduksi dan berkonsumsi sebagai gejala sosial, budaya, ekonomi,

dan politik dalam kehidupan masyarakat muslim. Disinilah terjadinya proses

komodifikasi yang memang secara langsung terus berjalan hingga saat ini. Adanya

15
Ibid, hlm 203.
16
Ibid, hlm 201.
14

akses kesejahteraan yang semakin baik dikalangan muslim dengan berjumpanya

berbagai teknologi modernitas seperti teknologi baru dalam berkomunikasi dan

mengakses informasi melalui cybermedia online, serta menciptakan konstruksi dan

ekspresi keberagaman yang unik dan menarik untuk di konsumsi oleh masyarakat.

Hal tersebut antara lain : 1. Industri cybermedia online (bisnis sms dakwah) 2.

Industri spritual (pasar ceramah di televisi) 3. Industri hiburan ( sinema dan karya

sastra) dan 4. Industri keuangan syariah.

Kesimpulannya adalah Islam dan modernisasi memang saling mempengaruhi,

saling beradaptasi, dan saling memanfaatkan. Disini umat islam juga berupaya untuk

memanfaatkan perkembangan arus modernisasi dengan adanya kemajuan IPTEK,

transportasi, dan lainnya untuk mengekspresikan keberislaman diruang publik

sebagai upaya meningkatkan motivasi religiusitas. Namun, kemajuan IPTEK tersebut

juga dimanfaatkan oleh kapitalisme industri dalam memodifikasi islam sebagai

peluang atau industri pasar potensial bagi para agensi lainnya. Komodifkasi islam

terlihat dengan adanya peningkatan pertumbuhan konsumsi dan produk – produk

islam yang mendorong proses islamisasi secara lebih jauh baik dibidang ekonomi,

sosial, politik dan budaya. Semakin besar dalam menkonsumsi produk islam, maka

semakin besar pula pasar komoditas- komoditas islam.

Perbedaaan penelitian Abdul Rozaki dengan penelitian penulis yaitu lebih

menjelaskan tentang ekspresi Islam di ruang publik. Sedangkan persamaan penelitian

Abdul Rozaki dengan penelitian penulis yaitu membahas fenomena penelitian dengan
15

menggunakan konsep komodifikasi dan menjelaskan secara spesifik bentuk dari

proses komodifikasi islam yang terjadi pada fenomena tersebut.

Ketiga, ditulis oleh Imam Setyobudi dalam Jurnal Pendidikan, Sosiologi dan

Antropologi, 102 -115/ Vol 4 No 1, ISSN 2252-6900 dengan judul “Budaya

Perlawanan di Ranah Seni Indonesia : Produksi- Diri Masyarakat, Habitus,

Komodifikasi”.17 Dalam penelitian ini mengkaji permasalahan mengenai

komodifikasi yang membuka peluang terjadinya peledakan kebudayaan sehingga

tinggal serpihan- serpihan budaya saja atau sub kebudayaan. Lalu juga senantiasa

munculnya gerakan perlawanan seni dengan memunculkan komodifikasi yang

mempengaruhi pergeseran habitus yang semula dualistis menjadi polisemi,polivokal,

dan polimorf. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif secara

deskriptif dengan teknik pengumpulan data observasi, pengamatan , wawancara , dan

studi pustaka. Pengolahan data yang dilakukan dengan transkripsi, analisis, dan

interpretasi. Temuan yang ditulis dalam penelitian ini dijelaskan dengan konsep

komodifikasi dalam masyarakat produksi.

Penelitian ini menjelaskan politik adalah sistem mediasi dan bukan

mekanisme integrasi sosial. Masalahnya pada masyarakat konteporer adalah

kepentingan ekonomi kini semakin besar membahayakan otonomi gerakan dan proses

demokrasi itu sendiri.18 Adanya pergesekan yang terjadi antara agen budaya seperti

17
Imam Setyobudi, 2017, Budaya Perlawanan Ranah Seni Indonesia : Produksi diri
Masyrakat,Habitus, Komodifikasi, Junal Pendidikan, Antropologi, dan Sosiologi.Vol 1 No 1, hlm 102.
18
Ibid, hlm 105.
16

praktisi seni, media massa, dan akademisi.19 Maka dari itu, kurangnya ruang

kebudayaan karena sudah di modifikasi oleh kapitalisme industri dengan berbagai

bentuk sesuai dengan persaingan yang ada. Banyaknya kontruksi antara budaya dan

seni. Identitas budaya dibuat untuk dikontruksikan. Dalam hal ini, yang terjadi bukan

kebudayaan yang utuh melainkan sub- sub budaya.

Kesimpulannya, Ruang kebudayaan tidak lagi utuh melainkan sudah menjadi

sub-sub kebudayaan. Pergesekkan yang terjadi diantara berbagai kepentingan kuasa

politik agen-agen budaya dan seni : praktisi seni, media massa, akademisi, seni rakyat

dan yang lainnya. kepentingan dari agen – agen budaya dan seni mempertahankan

ideology of aesthetic, taste of aesthetic, ekspresi , dan eksistensi, kapital, dan market.

Maka dari itu, adanya peluang bagi orang- orang pemegang kekuasaan atau kapital

insutri dengan berbagai institusi kepentingan. Mereka pintar dalam memilih produk

yang dapat di modifikasi menjadi sutu komoditas.

Perbedaan penelitian Imam Setyobudi dengan penelitian penulis adalah Lebih

menjelaskan pergesekkan yang terjadi antara agen budaya dan seni. Sedangkan

kesamaan penelitian Imam Setyobudi dengan penelitian penulis adalah membahas

mengenai komodifikasi pada ranah seni Indonesia.

Keempat, ditulis oleh Rodanthi Tzanelli dalam The Global Studies Journal, 1-

15/ Vol 1 No 3, ISSN 1835-4432 dengan judul Cultural Imitations and the

Commodfication of Culture : sign Industries as Makers of the “ Public Sphere.

Dalam penelitian ini, membahas mengenai sifat dari industri budaya baru dan
19
Ibid, hlm 111.
17

pengaruh perlawanan lokal, nasional, dan global yang mengalami imbasnya. Metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dengan menjabarkan dan

menjelaskan fokus permasalahan secara rinci dan jelas. Teknik pengumpulan data

dengan cara observasi, pengamatan, wawancara, dan berbagai studi literatur yang

dapat memudahkan penulis dalam membuat menjawab permasalahan – permasalahan.

Penelitian ini bertujuan untuk berkontribusi mengenai pemahaman tentang sifat

globalisasi dan dampaknya paa spesifik kebudayaan. Konsep yang digunakan dalam

penelitian ini komodifikasi dan intimasi budaya.

Penelitian ini menjelaskan Film dan Industri pariwisata terikat bersama

melalui sirkulasi dari simbol budaya yang sama. Tidak hanya berasal dari pelaku

budaya dan konsumen tetapi juga oleh penduduk asli dan negara- negara yang

dihadapkan dengan hal yang belum pernah mengalami adanya komodifikasi dari

sejarah , identitas, dan lingkungan. Reaksi lokalitas dan negara untuk fenomena ini

mencangkup permusuhan dan penyerahan yang mengalami komodifikasi budaya.

Film dan industri pariwisata yang disiarkan melalui televisi, adanya siaran tersebut

dapat melampaui rutinitas sehari- sehari. Industri – industri ini memperdagangkan

gambar dan ide, aspek tidak berwujud dari lokal dan nasional budaya, karena mereka

berkembang dalam ekonominya dan saling ketergantungan politik yang

memanipulaskian, menghasilkan, dan memasarkan simbol- simbol kebudayaan.


18

Karena apartur representasional industri simbol menjadi cara praktis mereka dalam

aksi- aksi ulang dari ― tuan rumah‖ mereka.20

Kesimpulannya, hubungan budaya kini sebagai produk releksit- puitis, alasan

yang memperdalam sistem kelipatan modernitas akhir. Releksit ini ter terjasi karena

disertai oleh pengetahuan tentang ketidakadilan yang menopang jaringan kapitalis

global, tetapi puitis yang menciptakan versi baru dari suatu identitas. Maka dari itu,

banyak orang yang memanfaatkan budaya untuk dimodifikasi menjadi suatu

komoditas.

Perbedaan penelitian Rodantha Tzanelli dengan penelitian penulis yaitu lebih

menjelaskan mengenai film hollywood yang menciptakan pemahaman dan identitaas

baru. Sedangkan persamaan penelitian Rodantha Tzanelli dengan penelitian penulis

yaitu membahas mengenai komodifikasi masuknya industri di ruang publik.

Kelima, tesis yang ditulis oleh Ambar Susatyo Murti, tahun 2006, Universitas

Indonesia yang berjudul Komodifikasi Budaya Tradisional di Televisi ( studi analisi

wacana kritis terhadap komodifikasi isi pagelaran wayang kulit purwa di televisi

indosiar). Dalam penelitian ini, adanya komodifikasi yang terjadi pada salah satu

kebudayaan di Indonesia yakni pagelaran seni wayang kulit purba, dimana dalam

tayanganya pagelaran ini berimplikasi semakin menurun kualitas nilai tuntunannya

dan tontonan dalam pagelaran wayang kulit purwa di televisi. Hal ini menunjukkan

tayangan pagelaran lebih mengarah menjadi sarana media hiburan daripada fungsi

20
Rodantha Tzanelli, 2008, Cultural Intimations and Commodification of Culture :‖ Sign Industries ―
as Makers of the‖ Public Sphere, The Global Studies, Vol 1 No 3, hlm 6.
19

ritual yang memiliki nilai etika dan moral budaya yang luhur didalamnya. Penelitian

ini terfokus pada masalah mengenai bentuk komodifikasi yang terjadi pada tayangan

pagelaran wayang kulit purba.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Menurut Bodgan dan Taylor, metode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diminati21. Teknik pengumpulan data dilakukan

dengan observasi, pengamatan , wawancara dan studi literatur.Penelitian ini

menggunakan analisis data secara induktif yang biasanya digunakan untuk

menemukan kenyataan terhadap fenomena tersebut. sedangkan metode penelitian

yang peneliti gunakan adalah analisis wacana fairclugh. Konsep yang digunakan

peneliti adalah komodfikasi budaya dan media.

Pagelaran wayang kulit purwa merupakan salah satu pertunjukan kesenian

tradisional yang disajikan melalui pementasan atau pertunjukan umum. Pertunjukan

wayang saat ini sudah mulai merambat ke liputan media massa seperti radio, dan

televisi sehingga penonton dapat dengan mudah untuk menikmati pertunjukan

tersebut. Pagelaran wayang juga sudah ditayangkan oleh salah satu stasiun tv yaitu

Indosiar. Namun seiring berkembangnya zaman, Pagelaran wayang cenderung

mengalami perubahan- perubahan yang bersifat dinamis. Perubahan yang paling

terlihat adalah perubahan pada fungsi pagelaran wayang, yang awalnya sebagai

21
Ambar Susatyo Murti, 2006, Komodifikasi Budaya Tradisional di Televisi (studi analisis wacana
kritis terhadap komodifikasi isi pagelaran wayang kulit purba di televisi indosiar, Tesis Perpustakaan
Universitas Indonesia, hlm 97.
20

fungsi ritual yang berfungsi sebagai transformasi nilai- nilai budaya Jawa yang sarat

dengan tuntunan nilai. Namun, secara fungsional peran tersebut menjadi peran

hiburan yang mengikuti kehendak pasar. Dalam pementasan pagelaran wayang saat

ini lebih mememntingkan selera humor untuk mengejar popularitas. Banyak dalang

yang sudah menyalahkan aturan. Rasa yang ada dalam nilai – nilai kehidupan

ditinggalkan , hal tersebut yang menurunkan makna dan mutu dari pagelaran tersebut.

Dalam perubahan – perubahan yang terjadi pada unsur dalam pagelaran itulah yang

mengakibatkan komodifikasi telah terjadi. Setiap tayangan yang masuk nantinya akan

diolah, direduksi menjadi tayangan yang berisi nilai – nilai tertentu sesuai yang

diingikan media.22

Kesimpulannya, pagelaran wayang ini sebenarnya memang sudah mengalami

komodifikasi yang awalnya menjadi ritual yang mengandung nilai –nilai transformasi

kebudaayan Jawa, saat ini justru cenderung lebih mengikuti karakter televisi untuk

mengejar popularitas atau profit dengan pementasan berorientasi pada sarana hiburan

semata. Namun, komodifikasi yang dilakukan oleh indosiar sesungguhnya secara

tidak langsung merupakan refleksi dari fenomena media televisi indosiar sebagai

media bisnis yang secara tidak langsung tetap berorientasi kepada keuntungan seperti

dengan adanya penayangan pagelaran wayang di Indosiar akan mengenalkan Indosiar

ke hamir seluruh pelosok dunia sehingga minat masyarakat dalam mengkonsumsi

tayangan tersebut meningkat. Masyarakat cenderung menyukai berbagai hal yang

dirasa dapat menghibur dan tidak bertele- tele dalam menyampaikannya. Namun, hal
22
Ibid, hlm 7.
21

tersebut malah membuat nilai guna wayang tersebut diubah atau dimodifikasi

menjadi selera pasar.

Perbedaan penelitian Ambar Susatyo Murti dengan penelitian penulis adalah

lebih membahas bentuk pergeseran makna pada media televisi. Dimana, pergeseran

tersebut secara tidak langsung merupakan bentuk dari proses komodifikasi yang

terjadi pada pagelaran wayang karena nilai guna pada pagelaran sudah beralih

menjadi nilai jual. Persamaan dari penelitian Ambar dengan penelitian penulis yaitu

membahas adanya komodifikasi budaya tradisional.

Keenam, buku ini ditulis oleh Ibrahim Subandi, Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, Tahun 2014, dengan judul Komunikasi dan Komodifikasi Mengkaji Media

dan Budaya dalam Dinamika Globalisasi.23 Dalam penelitian ini, membahas

mengenai proses media yang mengalami kontruksi sosial dengan adanya

komodifikasi. Seiring berkembangnya IPTEK yang begitu cepat serta media massa

membuat bentuk budaya rakyat kian menurun dan berubah. Dimana kelompok sosial

informal seperti seniman- seniman keliling yang mendirikan budaya lokal mulai

meredup dan perlahan terus tergantikan oleh adanya pentas hiburan massa , seperti

figur selebriti instan di media populer. Adanya media televisi salah satu studi nya,

yaitu ustad pop dan modern teah menggeser keberadaan ustad tradisional. Kini

masyarakat kehilangan beberapa budaya lokal dan lebih memberi masuk budaya

global yang sepenuhnya berbasis teknologi atau media.

23
Ibrahim Subandi, 2014, Komunikasi dan Komodifikasi : Mengkaji Media dan Budaya dalam
Dinamika Globalisasi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia : Jakarta , hlm 1.
22

Berangkat dari permasalahan penelitian yaitu tentang komodifikasi dalam

kaitan dengan kajian budaya dan ekonomi politik media. Dalam hal ini media

dimanfaatkan oleh industri budaya melalui beberapa cara seperti : 1. Media sebagai

pembentuk, 2. Media sebagai cermin, 3. Media sebagai pengemas atau representasi,

4. Media sebagai guru, 5. Media sebagai ritual, dan media sebagai tuhan. Dimana

dalam masing- masingnya tersebut guna untuk perhatian dari masyarakat agar dapat

selalu dikonsumsi olehnya.mendapatkan

Buku ini adalah upaya memahami fenomena budaya dan media di era

komunikasi yang makin terkomersialisasi atau terprivaisasi.24 Dengan menempatkan

media sebagai industri budaya, menurut Nicholas Garnham dalam emancipation, the

media, and modernity. Media dipandang sebagai sistem produksi, distribusi, dan

konsumsi bentuk- bentuk simbolik yang kian memerlukan mobilisasi sumber daya

sosial yang langka baik material maupun kultural.25 Komodifikasi adalah proses

transformasi barang dan jasa yang semula dinilai karena nilai gunanya menjadi suatu

komoditas yang bernilai karena dapat enghasilkan suatu keuntungan di pasar setelah

di kemas dan dimodifikasi menjadi menarik untuk dikonsumsi. Sedangkan komoditas

itu sendiri adalah bentuk tertentu dari suatu produk ketika produksinya terutama

dilakukan melalui proses pertukaran.

Komoditas juga dapat berasal dari rentang luas kebutuhan, baik fisik maupun

kebudayaan. Karl Marx mengawali capital dengan analisi tentang komditas karena

24
Ibid, hlm 10.
25
Ibid, hlm 12.
23

dia menemukan bahwa komoditas telah menjadi bentuk paling jelas, representasi

paling ekspilisit, dari produksi kapitalis.26 Adanya nilai guna pada proses

komodifikasi juga dapat diartikan sebagai hasil dari kontruksi sosial. Secara umum

ada 3 tipe komodifikasi : 1. Komodifikasi isi yaitu konten media yang dapat dijadikan

komoditas, 2. Komodifikasi audien yang mengacu kepada kecenderungan untuk

konsumsi, dan 3. Komodifikasi pekerja yaitu buruh upahan yang tumbuh secara

signifikan dalam pasar kerja media. Persepektif yang muncul dari kajian media dan

budaya kritis adalah ―komodifikasi budaya‖, yang memandang media sebagai industri

budaya, industri yang mengkomodifikasi budaya. Media adalah industri yang mampu

memproduksi dan mendistribusikan komoditas budaya.

Kesimpulannya yaitu komodifikasi budaya dapat terjadi pada suatu media

dengan adanya industri budaya. Saat ini media memang sangat berkembang pesat di

kalangan masyarakat. Segala bentuk komunikasi, tayangan , informasi dapat

terealisasikan melalu sebuah media. Maka dari itu, industri budaya memanfaatkan

momean ini menjadi suatu komoditas yang menguntungkan bagi mereka. Adanya

pergeseran nilai guna menjadi suatu nilai tukar dalam membentuk suatu

komersialisasi secra berkelanjutan.

Adanya tatanan masyarakat modern telah memiliki elite yang mulai

mengembangkan bentuk suversif dari budaya massa yang mampu memaksakan dan

menganggu budaya kehidupan sehari- hari. Mereka mengolah budaya rakyat,

kemudian mengemasnya, merubah sedikit demi sedikit bersama- sama untuk


26
Ibid, hlm 18.
24

menciptakan kandungan budaya massa yang atraktif untuk dipasarkan dan

dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bentuk pengganti budaya rakyat sehari- hari.

Tujuan penelitian ini memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai arti dari

komodifikasi budaya dan proses terjadinya komodifikasi berlangsung dikehidupan

sehari- hari masyarakat.

Perbedaan isi buku dari Ibrahim Subandi dengan penelitian penulis adalah

lebih membahas mengenai bentuk komunikasi dan informasi. Sedangkan kesamaan

isi buku dari Ibrahim Subandi dengan penelitian penulis adalah mengenai proses

komodifikasi berlangsung. Dimana, pada saat ini media emang sangat berkembang

pesat di kalangan masyarakat. Segala bentuk komunikasi, tayangan, informasi dapat

terealisasikan melalu sebuah media. Maka dari itu, industri budaya memanfaatkan

momen ini menjadi suatu komoditas yang menguntungkan bagi mereka.

Ketujuh, buku ini ditulis oleh Vineeta Sinha, e-book tahun 2011, Routledge,

Madison Avenue, New York, NY 10016 dengan judul Religion and

Commodification. Dalam penelitian ini, hubungan agama dan komodifikasi dalam hal

komersialisasi budaya diaspora hindusme. Metode yang digunakan adalah penelitian

kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan dilakukannya

observasi, pengamatan, wawancara dan studi literatur. Konsep yang digunakan untuk

menganalisi fenomena ini adalah komodifikasi, dimana praktik- praktik keagamaan

semakin lama dijadikan untuk diperjual- belikan sehingga menghasilkan sebuah

profit.
25

Praktik dari adanya komodifikasi hindunisme secara global dalam konteks

kapitalis dan diakspora telah membuat kebutuhan kelanjutan akan gerakan dari

komodifikasi agama yang kemudian memberikan peluang kepada kelompok

wirausaha atau pengusaha yang memiliki kewenangan untuk menjalankan

komersialisasi. Bentuk komodifikasi agama hindu ialah adanya ritual keagamaan

hindu yang menjadi bagian dari sistem pasar dan komoditas, seperti pada masyarakat

Bali yang mementaskan ritual keagamaan Hindu di kalangan masyarakat untuk

kepentingan pariwisata.27

Hasilnya sebenarnya dalam dunia pasar dan budaya konsumen memiliki ,

kaum pengusaha yang memasarkan suatu produk budaya yang memilki dominasi

terhadap masyarakat. Mereka memanipulasi budaya menjadi sebuah produk yang

dapat diperjual- belikan berdasarkan selera dan keinginan dari konsumen.

Berdasarkan pandangan etnografi,barang- barang dan komoditas yang mereka belikan

menjadi timbal balik bagi realitas praktik keagamaan yang mengalami pergeseran

makna. Tujuan penelitian ini memberikan pengetahuan penulis mengenai praktik

komersialisasi dan komodifikasi dalam budaya hindu.

Perbedaan isi buku dari Vineeta Sinha dengan penelitian penulis adalah

membahas mengenai hubungan agama dalam diaspora hindusnisme. Sedangkan

persamaan isi buku dari Vineeta Sinha dengan penelitian penulis adalah membahas

mengenai komodifikasi dan komersialisasi budaya. Dimana, kaum pengusaha yang

27
Vineeta Sinha, 2011, Religion and Commodification, New York : Rouledge, Madison Avenue, hlm
112.
26

memasarkan suatu produk budaya yang memilki dominasi terhadap masyarakat.

Mereka memanipulasi budaya menjadi sebuah produk yang dapat diperjual- belikan

berdasarkan selera dan keinginan dari konsumen.

Kedelapan, buku ini ditulis oleh Chris Barker dalam terbitan kreasi wacana

dengan judul Cultural Studies, Theory and Practice. Dalam buku ini, berangkat dari

argumen bahwa ― kebudayaan massa‖ kapitalis yang terkomodifikasi tidak autentik

karena tidak dihasilkan oleh masyarakat, manipulatiff karena tujuan utamanya adalah

agar dibeli, dan tidak memuaskan karena memang selain mudah di konsumsi oleh

masyarakat, ia pun tidak terlalu menuntut banyak kerja si konsumen tersebut. dalam

hal ini, penulis berusaha mengeksplorasi makna kebudayaan yag di produksi massal

dan ragam orang serta tatanan sosial yang ditimbukan oleh kebudayaan itu sendiri.

Buku ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tekstual, studi respsi.

Cultural Studies disini juga membahas mengenai konsep komidifikasi atau

komoditas.

Penulis dalam gagasannya mengenai cultural studies ini bersifat selektif dan

cenderung memicu banyak perdebatan didalamnya seperti perbedaan argumen,

bahkan konflik. Masalah yang diangkat oleh buku ini mengenai bagaimana

menentukan teks yang mendapat nominasi sehingga konsekuensinya adalah buku ini

mengontruksi cultural studies dengan versinya. Buku ini berfokus pada konsep-

konsep kunci yang ditulis Barker, bahwa buku ini mengacu pada kebudayaan
27

merupakan lingkungan aktual dari berbagai praktik, representasi, bahasa, dan adat

istiadat masyarakat tertentu.28

Kebudayaan berbasis komodits sebagai sesuatu yang tidak autentik,

manipulatif dan tidak memuaskan. Kaburnya batas- batas seni, kebudayaan dan

perdagangan, yang menyatu dengan semakin pentingnya figural pascamodern telah

menghasilkan estetiasi secara umum di kehidupan sehari- hari, adanya globalisasi

menjadikan barang – barang konsumsi terikat kepada berbagai makna pada level

konsumsi lokal yang mencegah kita dari mempersamakan suatu budaya tertentu

dengan suatu identitas budaya ya homogen. Aktivitas konsumen yang aktif dan

berorientasi pada makna akan memilih menata unsur – unsur komoditas material dan

tanda- tanda yang bermakna. Keragaman produk industri kebudayaan adalah suatu

ilusi untuk sesuatu yang disediakan bagi semua orang sehingga tak seorang pun bisa

lari darinya.29

Cultural studies dikaitkan dengan kebudayaan itu diproduksi sebagai

serangkaian praktik signifikan, yaitu organisasi tanda yang membangun makna dan

memprsepsikan seni sebagai sesuatu yang biasa menyertakan keseluruhan cara hidup.

Industri kebudayaan menjadi saling berkaitan dengan ekonomi politik dan produksi

kebudayaan oleh perusahaan- perusahaan kapitalis. Tujuan penelitian ini memberikan

pengetahuan penulis mengenai bentuk kebudayaan dengan menganggap kebudayaan

itu dapat menjadi suatu komoditas yang dihasilkan oleh para kapitalisme industri.

28
Chris Barker, 2015, Cultural Studies, Theory and Practice,Yogyakarta: Kreasi Wacana, hlm 47.
29
Ibid, hlm 47.
28

Kesembilan, ditulis oleh Agus Maladi Irianto dalam Jurnal THEOLOGIA,

Vol 27 No 1 hal 213-236 dengan judul “Komodifikasi Budaya di Era Ekonomi

Global terhadap Kearifan Lokal (Studi Kasus Eksistensi Industri Pariwisata dan

Kesenian Tradisional di Jawa Tengah)”.30 Dalam penelitian ini, memaparkan

permasalahan yaitu strategi apa yang perlu dikembangkan agar kesenian tradisional

ini tetap menjadi identitas budaya dalam tuntutan industri pariwisata yang melakukan

komodifikasi budaya menjadi bersifat komersialisasi serta keberadaan kesenian

taradisional tersebut tetap terlindungi untuk tetap menjaga eksistensinya dalam

mengikuti arus globalisasi di kalangan masyarakat sebagai subjek kearifan lokal.

Konsep yang mengacu pada artikel ini adalah komodifikasi budaya dan

kearifan lokal. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis

deskriptif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan cara

wawancara, observasi, pengamatan, FGD (Focus Group Discussion) , dokumentasi

serta arsip lainnya.

Kesenian tradisional belum mampu menimbangi tuntutan industri pariwisata

karena perkembangan kesenian tradisional selama ini masih belum ada standar mutu

yang memadai dalam proses produksi untuk dapat menghasilkan produk industri

pariwisata tersebut. Maka dari itu harus adanya strategi yang mampu menciptakan

standar kesenian tradisional baik melalui rekomposisi, rekontruksi, rekoreografi, dan

30
Agus Maladi Irianto, 2016, Komodifikasi Budaya di Era Ekonomi Global terhadap Kearifan Lokal:
studi kasus eksistensi industri pariwisata dan kesenian tradisional di Jawa Tengah, Jurnal
THEOLOGIA,Vol 27 No 1, hlm 212.
29

revitalisasi yang searah dengan tuntutan industri pariwisata tetapi tidak menggeserkan

hakikat dari kesenian tersebut sebagai identitas kultural. Ditemukan konsep yang

paling efektif dalam mengakomodifikasi budaya tersebut adalah psedo traditional art

, konsep ini merupakan salah satu cara dalam membuat tiruan dari bentuk aslinya,

tetapi menghilangkan nilai- nilai kesakralannya. Hal ini merupakan strategi dalam

pengembangan kesenian nasional dan eksistenti kesenian tradisional sebagai identitas

kultural dan kearifan lokal masyarakat pendukungnya akan tetap terlindungi, selain

itu juga mampu mengakomodasi tuntutan globalisasi ekonomi sebagai seni hiburan

dalam bentuk atraksi wisata dengan menggelar festival kesenian tradisional.

Perbedaan isi jurnal dari Agus Maladi dengan penelitian penulis adalah Lebih

membahas mengenai strategi yang dilakukan agar industri pariwisata dan kesenian

tradisional dapat bertahan secara beriringan. Sedangkan persamaan isi jurnal dari

Agus Maladi dengan penelitian penulis adalah menggunakan konsep sejenis. Dimana,

sasaran komodifikasinya adalah kesenian tradisional.

Tabel I.2 Perbandingan Telaah Pustaka

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
1. Agus Jurnal Fungsi Seni Seni hadrah Membahas Lebih
Iswanto Bimas Islam Hadrah pada merupakan seni yang keterkaitan membahas
, Vol 8 No 2 Masyarakat meliputi aspek sastra, antara Islam mengenai seni
Lampung tari, dan musik yang dan musik hadrah dan
sering ditampilkan dalam budaya dan fungsinya.
dalam tradisi ritual keagamaan.
keagamaan di
kalangan masyarakat
lampung. Dimana
dalam seni hadrah
tersebut terdapat
syair- syair
30

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
mengandung agama
yang dinyanyikan,
gerakan – gerakan
eksperesif yang
berupa
penghormatan, dan
teknik tabuhan atau
pukulan terhadap
sebuah alat gendang
dengan efek
musikalitas tertentu.
Namun, seiring
berkembangnya
modernisasi , saat ini
sulit dikatakan bahwa
seni hadrah masih
menjadi bagian yang
integral dalam ritual
adat keagamaan
masyarakat Lampung
karena di beberapa
tempat meskipun
tanpa diiringi seni
hadrah ritual
keagamaan tersebut
tetap terlaksana.
Selain ditampilkan
dalam ritual- ritual.
Hadrah juga
berfungsi sebagai
media dakwah yang
disampaikan dalam
pesan – pesannya.

2. Abdul Jurnal ―Komodifikas Islam dan Membahas Lebih


Rozaki Dakwah i Islam ( modernisasi memang mengenai menjelaskan
UIN Sunan Kesalehan dan saling proses tentang
Kalijaga Pergulatan mempengaruhi, komodifikasi ekspresi Islam
Yogyakarta Identitas di saling beradaptasi , Islam. di rung publik.
199-212/ Ruang dan saling
Vol 14 No 2 Publik‖ memanfaatkan. Disini
umat islam juga
berupaya untuk
memanfaatka
perkembangan arus
modernisasi dengan
adanya kemajuan
IPTEK, transportasi,
31

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
dan lainnya untuk
mengekspresikan
keberislaman diruang
publik sebagai upaya
meningkatkan
motivasi religiusitas.
Namun, kemajuan
IPTEK tersebut juga
dimanfaatkan oleh
kapitalisme industri
dalam memodifikasi
islam sebagai peluang
atau industri pasar
potensial bagi para
agensi lainnya.
Komodifkasi islam
terlihat dengan
adanya peningkatan
pertumbuhan
konsumsi dan produk
– produk islam yang
mendorong proses
islamisasi secra lebih
jauh baik dibidang
ekonomi, sosial,
politik dan budaya.
Semakin besar dalam
menkonsumsi produk
islam , maka semakin
besar pula pasar
komoditas-
komoditas islam.

3. Imam Jurnal Budaya Ruang kebudayaan Membahas Lebih


Setyobud Pendidikan, Perlawanan di tidak lagi utuh mengenai menjelaskan
i Sosiologi Ranah Seni melainkan sudah komodifikasi pergesekkan
dan Indonesia : menjadi sub- sub pada ranah yang terjadi
Antropologi, Produksi- Diri kebudayaan. seni Indonesia. antara agen
102 -115/ Masyarakat, Pergesekkan yang budaya dan
Vol 4 No 1, Habitus, terjadi diantara seni.
ISSN 2252- Komodifikasi berbagai kepentingan
6900 kuasa politik agen—
agen budaya dan seni
: praktisi seni, media
massa, akademisi,
seni rakyat dan yang
lainnya. Kepentingan
dari agen – agen
32

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
budaya dan seni
mempertahankan
ideology of aesthetic,
taste of aesthetic,
ekspresi , dan
eksistensi, kapital,
dan market. Maka
dari itu, adanya
peluang bagi orang-
orang pemegang
kekuasaan atau
kapital insutri dengan
berbagai institusi
kepentingan. Mereka
pintar dalam memilih
produk yang dapat di
modifikasi menjadi
sutu komoditas.

4. Rodanthi The Global Cultural Hubungan budaya Membahas Lebih


Thanzeli Studies Imitations and kini sebagai produk mengenai menjelaskan
Journal, 1- The releksit- puitis, alasan komodifikasi mengenai film
15/ Vol 1 Commodificat yang memperdalam masuknya hollywood
No 3, ISSN ion of Culture sistem kelipatan industri di yang
1835-4432 : Sign modernitas akhir. ruang publik. menciptakan
Industries as Releksit ini ter terjasi pemahaman
Makers Of the karena disertai oleh dan identitaas
― Public pengetahuan tentang baru.
Sphere‖ ketidakadilan yang
menopang jaringan
kapitalis global,
tetapi puitis yang
menciptkan versi
baru dari suatu
identitas.
5. Ambar Tesis, Tahun Komodifikasi Pagelaran wayang ini Membahas Lebih
Susatyo 2006, Budaya sebenrnya memang adanya membahas
Murti Universitas Tradisional di sudah mengalami komodifikasi bentuk
Indonesia Televisi ( komodifikasi yang budaya pergeseran
Studi analisi awalnya menjadi tradisional. makna pada
wacana kritis ritual yang media televisi.
terhadap mengandung nilai –
komodifikasi nilai transformasi
isi pagelaran kebudaayan Jawa ,
wayang kulit saat ini justru
purwa di cenderung lebih
televisi mengikuti karakter
indosiar televisi untuk
33

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
mengejar popularitas
atau profit dengan
pementasan
berorientasi pada
sarana hiburan
semata. Namun,
komodifikasi yang
dilakukan oleh
indosiar
sesungguhnya secara
tidak langsung
merupakan refleksi
dari fenomena media
televisi indosiar
sebagai media bisnis
yang secara tidak
langsung tetap
berorientasi kepada
keuntungan seperti
dengan adanya
penayangan
pagelaran wayang di
Indosiar akan
mengenalkan
Indosiar ke hamir
seluruh pelosok dunia
sehingga minat
masyarakat dalam
mengkonsumsi
tayangan tersebut
meningkat. Hal
tersebut malah
membuat nilai guna
wayang tersebut
diubah atau
dimodifikasi menjadi
selera pasar.

6. Ibrahim Buku, Komunikasi Komodifikasi budaya Membahas Lebih


Subandi Yayasan dan dapat terjadi pada mengenai membahas
Pustaka Komodifikasi suatu media dengan proses mengenai
Obor Mengkaji adanya industri komodifikasi bentuk
Indonesia, Media dan budaya. Dimana , berlangsung. komunikasi
Tahun 2014 Budaya dalam pada saat ini media dan informasi.
Dinamika emang sangat
Globalisasi berkembang pesat di
kalangan masyaakat.
Segala bentuk
34

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
komunikasi, tayangan
, informasi dapat
terealisasikan melalu
sebuah media. Maka
dari itu, industri
budaya
memanfaatkan
momen ini menjadi
suatu komoditas yang
menguntungkan bagi
mereka. Adanya
pergeseran nilai guna
menjadi suatu nilai
tukar dalam
membentuk suatu
komersialisasi secra
berkelanjutan.
Tatanan masyarakat
modern telah
memiliki elite yang
mulai
mengembangkan
bentuk suversif dari
budaya massa yang
mampu memaksakan
dan menganggu
budaya kehidupan
sehari- hari. Mereka
mengolah budaya
rakyat, kemudian
mengemasnya,
merubah sedikit demi
sedikit bersama-
sama untuk
menciptakan
kandungan budaya
massa yang atraktif
untuk dipasarkan dan
dikonsumsi oleh
masyarakat sebagai
bentuk pengganti
budaya rakyat sehari-
hari.

7. Viineeta Ebook Religion and Dalam dunia pasar Membahas Membahas


Sinha Tahun 2011, Commodificat dan budaya mengenai mengenai
Routledg, ion konsumen memiliki, komodifikasi hubungan
Madison kaum pengusaha dan agama dalam
35

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
Avenue, yang memasarkan komersialisasi diaspora
New York, suatu produk budaya budaya. hindusnisme.
NY 10016 yang memilki
dominasi terhadap
masyarakat. Mereka
memanipulasi budaya
menjadi sebuah
produk yang dapat
diperjual- belikan
berdasarkan selera
dan keinginan dari
konsumen.
Berdasarkan
pandangan
etnografi,barang-
barang dan komoditas
yang mereka belikan
menjadi timbal balik
bagi realitas praktik
keagamaan yang
mengalami
pergeseran makna.
8. Chris Buku, Cultural Cultural studies Membahas Lebih
Barker Kreasi Studies, dikaitkan dengan mengenai nilai menekankan
Wacana Theory and kebudayaan itu guna sebagai pada
Practice diproduksi sebagai suatu kebudayaan
serangkaian praktik komoditas. pop.
signikfikan, yaitu
organisasi tanda yang
membangun makna
dan memprsepsikan
seni sebagai sesuatu
yang biasa
menyertakan
keseluruhan cara
hidup. Industri
kebudayaan menjadi
saling berkaitan
dengan ekonomi
politik dan produksi
kebudayaan oleh
perusahaan-
perusahaan kapitalis.
9. Agus Jurnal Komodifikasi Kesenian tradisional Menggunakan Lebih
Maladi THEOLOGI Budaya di Era belum mampu konsep membahas
Irianto A. Vol 27 Ekonomi mengimbangi sejenis. mengenai
No 1. Tahun Global tuntutan industri Sasaran strategi yang
2016 terhadap pariwisata karena komodifikasi- dilakukan agar
36

No Peneliti Jenis dan Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan


Tahun Penelitian
Publikasi
Kearifan perkembangan nya adalah industri
Lokal (Studi kesenian tradisional kesenian pariwisata dan
Kasus selama ini masih tradisional. kesenian
Eksistensi belum ada standar tradisional
Industri mutu yang memadai dapat bertahan
Pariwisata dan dalam proses secara
Kesenian produksi untuk dapat beriringan.
Tradisional di menghasilkan produk
Jawa Tengah industri pariwisata
tersebut. Maka dari
itu harus adanya
strategi yang mampu
menciptakan standar
kesenian tradisional
baik melalui
rekomposisi,
rekontruksi,
rekoreografi, dan
revitalisasi yang
searah dengan
tuntutan industri
pariwisata tetapi tidak
menggeserkan
hakikat dari kesenian
tersebut sebagai
identitas kultural.
Psedo art merupakan
strategi dalam
pengembangan
kesenian nasional dan
eksistenti kesenian
tradisional sebagai
identitas kultural dan
kearifan lokal
masyarakat
pendukungnya akan
tetap terlindungi,
selain itu juga
mampu
mengakomodasi
tuntutan globalisasi
ekonomi sebagai seni
hiburan dalam bentuk
atraksi wisata dengan
menggelar festival
kesenian tradisional.

(Sumber: Diolah dari tinjauan penelitian, 2019)


37

1.6 Kerangka Konseptual

1.6.1 Hadrah dalam Kebudayaan Islam

Kesenian merupakan ekspresi budaya yang memiliki peran dalam masyarakat

dan biasanya kesenian itu sendiri dapat terbentuk dari adanya pemikiran peran

penguasa dari sekelompok masyarakat yang mendukungnya.31 Untuk itu sangat

penting bagi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan khususnya

kesenian. Selain sebagai media dakwah , makin berkembangnya kemajuan teknologi ,

kesenian hadrah ini mulai mengambil ranah menjadi seni hiburan. Dimana kesenian

ini juga sebagai wadah masyarakat dalam menyalurka hobinya ke lebih positif.

Kesenian hadrah ini banyak melantunkan lagu- lagu kerohanian Islam yang

dilantukan untuk maulid nabi. Untuk itu tidak hanya hobi saja, masyarakat khususnya

kaum pemuda dapat lebih mengontrol akhlaknya , mempelajari arti solidaritas dan

kekeluargaan, juga ikut serta dalam membantu melestarikan kesenian Islam ini.

Pandangan umat Islam Indonesia terhadap seni secara umum dirumuskan

dalam musyaarah besar Seniman Budayawan Islam tahun 1961 sebagai berikut:

―Islam memperkenalkan karya segala cabang kesenian untuk keluhuran budi (akhlak)

dan untuk kehadirat Allah dan tidak berunsur asusila, maksiat, cabul, dan syirik serta

melanggar larangan Allah dan Sunnah Rasul‖.32

31
Soedarsono, 1998, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Jakarta: Depdikbud, hlm 16.
32
Tim Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, 2018, Ensiklopedia Islam
Nusantara Edisi Budaya, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam , Kementerian
Agama RI), hlm 111.
38

Salah satu yang terkenal jika mendengar kesenian Islam adalah Rebana, yaitu

alat musik tradisional yang berasal dari daerah timur tengah dan dipakai untuk acara

kesenian. Kesenian Hadrah adalah salah satu di Indonesia yang masih menggunakan

rebana. Biasanya rebana hadrah digunakan untuk mengiringi syair- syair dari kitab

“Diwan Hadrah” dibandingkan dengan pukulan- pukulan rebana yang lain rebana

hadrah ini ini lebih terdengar melodius. Kesenian Hadrah menjadi salah satu kesenian

yang banyak dipertunjukkan di masyarakat, biasa digunakan untuk mengiringi lagu-

lagu bernafaskan Islam.33 Hal ini terlihat pada pementasan seni Hadrah di acara-

acara besar Islam seperti Maulid Nabi, Isra Mi’raj, Tahun Baru Islam, dan Taklim

Pengajian.

1.6.2 Komodifikasi Budaya

Pattana menjelaskan bahwa komodifikasi menggambarkan suatu proses yang

tidak memiliki nilai ekonomis diberikan nilai dan karenanya bagaimana nilai pasar

dapat menggantikan nilai- nilai sosial lainnya sebagai suatu komoditas yang dimana

ia tidak hanya penting untuk memiliki nilai guna, tetapi juga berdaya jual.34

Komodifikasi mengacu kepada pemanfaatan barang dan jasa dari kegunaaanya,

kemudian ditrasnformasikan menjadi komoditas yang di nilai dari makna pasar.35

Dalam hal ini, komodifikasi terbagi tiga jenis bentuk yaitu komodifikasi intrinsik,

komodifikasi ektrinsik, dan komodifikasi sibernetik. Komodifikasi intrinsik

33
Ibid, hlm 112.
34
Pattana Kitiarsa, 2008, Religious Commodification in Asia London: Routledge, hlm 200.
35
Ambar Susatyo Murti, 2006, Komodifikasi Budaya Tradisional di Televisi ( studi analisis wacana
kritis terhadap komodifikasi isi pagelaran wayang kulit purwa di televisi indosiar), Tesis Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik Universitas Negeri Jakarta, hlm 23.
39

merupakan salah satu proses komodifikasi dimana khalayak dijadikan sebagai media

untuk meningkatkan rating perusahaan media.36 Komodifikasi kebudayaan secara

khusus telah menjadi ciri pariwisata etnik dan budaya, sebagian karena

kebudayaanlah yang ditawarkan sebagai objek daya tarik wisata.37

Pieere Bordieu mengemukakan bahwa ― Komodifikasi kebudayaan merupakan

suatu gejala yang dimiliki oleh pencipta untuk memproduksi kesenian dimana dalam

pengertiannya sebuah dealer seni, kemudian mempopulerkan hasil karyanya kepada

orang yang meletakkannya di pasar sebagai suatu modal ekonomi‖. 38 Adanya

pertukaran simbolik antara modal kultural dengan modal ekonomi dapat terlihat pada

komodifikasi budaya tersebut. Komodifikasi budaya yang terjadi dalam penelitian ini

lebih kepada penguatan eksistensi, mereproduksi kesadaran ideologis demi

mempertahankan identitas dan regenerasi identitas. Eksistensi disini, dimana kesenian

islam hadrah ini dapat terus diakui keberadaannya di ranah masyarakat dengan

seiringnya arus globalisasi. Untuk mempertahankan identitas tersebut diperlukan juga

proses perekrutan bagi munculnya generasi baru yang terus menerus mendefinisikan

atau melestarikan kesenian islam Hadrah.

Konsep Komodifikasi budaya menurut Vincent Mosco mengatakan bahwa

komodifikasi merupakan hubungan bagaimana sebuah proses transformasi pada

barang berikut jasa beserta nilai gunanya menjadi sebuah komoditas yang
36
Ibid, hlm 23.
37
Yekti Maunati, 2004, Komodifikasi & Politik Kebudayaan. Yogyakarta : PT Lkis Pelangi Aksara,
hlm 248.
38
Pierre Bourdieu, 2010, Arena Produksi Kultural (The Field of Cultural Production): Sebuah Kajian
Sosiologi Budaya (Essays on Art and Literature). (Terjemahan). Yogyakarta : Kreasi Wacana, hlm 77-
78.
40

mempunyai nilai tukar di pasar. Terdapat beberapa bentuk komodifikasi yang

dijelaskan oleh Mosco, yaitu komodifikasi isi, komodifikasi audien, dan komodifikasi

pekerja. Komodifikasi terhadap isi dilakukan agar menarik perhatian penonton

(akibatnya banyak penonton yang ikut berpartisipasi mengikuti komunitas seni

hadrah). Sementara komodifikasi terhadap audiens dilakukan agar audiens merasa

tertarik terhadap performance yang disuguhkan serta komodifikasi terhadap pekerja,

dilakukan pada bagaimana memanfaatkan para pemain musik hadrah sebagai

penyedia jasa dalam pasar.39 Hal ini dapat dilakukan untuk menganalisis fenomena

sosial yang terjadi pada komodifikasi budaya dalam kesenian Hadrah.

Konsep komodifikasi menurut Vincent Mosco adalah transformasi nilai guna

menjadi nilai tukar yang mengacu pada pemanfaatan barang dan jasa yang dilihat dari

kegunaanya yang kemudian ditransformasikan menjadi komoditas yang dinilai dari

maknanya di pasar.40 Komodifikasi isi merupakan proses perubahan pesan dari

kumpulan informasi ke dalam sistem makna dalam wujud produk yang dapat

dipasarkan. Penjelasan lainnya disebut sebagai proses mengubah pesan dan

sekumpulan data ke dalam sistem makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk

yang bisa dipasarkan.41 Komodifikasi audien merupakan proses modifikasi peran

khalayak oleh perusahaan media dan pengiklanan, dari fungsi awal sebagai konsumen

39
Indah Wenerda, 2015, Ekonomi Politik Vincent Mosco oleh Media Online Entertaiment
kapanlagi.com, Jurnal Fakultas Sastra dan Budaya , Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Vol.3
No. 1, April 2015, hlm 6.
40
Vincent Mosco, 2009, The Political Economy Of Communication (Sage Publication) Zainal Abidin
Achmad, hlm 6.
41
Ibid, hlm 6.
41

media menjadi konsumen khalayak selain media.42 Proses ini menunjukkan

Komunitas Hadrah Anshorurrasul memproduksi penonton melalui suatu pementasan

seni hadrah yang dipertunjukkan untuk selanjutnya dapat dijadikan agen promosi

kepada berbagai pihak. Hal ini menunjukkan adanay proses kerja sama yang

menguntungkan antara komunitas dan peminjam agen seni tersebut, dimana

Komunitas Hadrah Anshorurasul digunakan sebagai sarana untuk menarik penonton,

yang nantinya akan menjadi agen promosi dan mendapatkan panggilan dari berbagai

pihak.

Komodifikasi pekerja terkait dengan proses mengatasi kendali dan ruang yaitu

adanya transformasi proses kerja. Keahlian dan jam kerja para pekerja dijadikan

komoditas dan dihargai dengan pendapatan finansial. Proses komodifikasi ini, sesuatu

diproduksi bukan terutama atas dasar nilai guna, tetapi juga pada nilai tukar.

1.6.3 Seni Hadrah sebagai Bentuk Komersil

Kebutuhan masyarakat dalam mengonsumsi kebudayaan – kebudayaan

tampaknya saat ini menjadi sebuah trend yang sedang berkembang dalam industri

pariwisata. Hal ini tentunya secara tidak langsung mengarahkan orang pada

komodifikasi kebudayaan sejalan dengan diberikannya layanan- layanan wisata yang

menjual pertunjukan- pertunjukan, arsitektur, dan ritual- ritual. Untuk itu tampaknya

kaitan antara tradisi dan modernitas diubah menjadi hubungan komersial.

Komodifikasi kebudayaan yang disebabkan oleh adanya tuntutan- tuntutan

industri pariwisata telah terjadi di sejumlah besar daerah tujuan wisata. Maksud dari

42
Ibid, hlm 7.
42

komodifikasi kebudayaan adalah proses mengemas dan menjual objek- objek

kebudayaan, seperti pertunjukan – pertunjukan kesenian dan berbagai gaya hidup

masyarakat.43 Kesenian hadrah ini dapat ditampilkan melalui suatu pertunjukan , dari

situ masyarakat dapat menikmati lantunan yang diberikan oleh seni hadrah. Namun,

penampilan kesenian ini diatas panggung menuntut biaya yang tidak sedikit. Untuk

itu, banyak hal- hal yang diperlukan dalam menunjang penampilan seni hadrah agar

menarik perhatian masyarakat. Seperti, diperlukannya busana, penata rias, alat musik

dan juga biaya untuk pendftaran saat ingin mengikuti event – event perlombaan.

Maka dari itu, jika seorang seniman ingin menampilkan karyanya ia pasti bingung

untuk mencari sponsor.

Seni Hadrah dimodifikasi sedemikian rupa melalui penampilan agar terkesan

tidak monoton sehingga para masyarakat akan semakin tertarik dan terhibur akan

performance mereka saat mementaskan kesenian Hadrah tersebut. Dari situlah

timbulnya suatu nilai jual dari komunitas kepada masyarakat.

43
Ibid, hlm 245.
43

1.6.4 Hubungan Antar Konsep

Peneliti dalam mendeskripsikan kerangka konsep juga menyimpulkannya melalui

hubungan antar konsep yang sudah dibuat. Hal ini ditujukan untuk memudahkan para

pembaca untuk memahami fokus dan isi penelitian dari skripsi penulis.

Skema I.1 Hubungan Antar Konsep

Agen Seni Komunitas Hadrah


Anshorurrasul KOMODIFIKASI

Nilai yang dijadikan


sebuah Komersialisasi
atau Nilai Jual.

Inovasi dalam Perubahan Prestasi dalam


Penampilan Fungsi Komunitas Seni Hiburan
Hadrah Kesenian

(Media
Dakwah dan
Media - Festival
Hiburan) Perlombaan
Hadrah
- Undangan
Pemerintahan
- Seremonial
Hajatan
- Media Sosial
KOMERSIALISASI
(Sumber : Hasil Analisis Penulis,2019)
44

Berdasarkan skema I.1 dapat diketahui bahwa berkembangnya Ilmu Teknologi

dan Komunikadi di era globalisasi seperti ini , banyak masyarakat yang

memanfaatnya untuk mendapatkan sebuah keuntungan. Adanya teknologi yang

canggih akan menciptakan masyarakat- masyarakat yang juga cerdik , salah satunya

yang dapat dirasakan adalah keberadaan industri pasar yang memang menjadikan

serangkaian apapun untuk dapat di produksi, distribusi, dan dikonsumsi oleh

masyarakat.

Adanya industri pasar ini juga tidak jauh dengan keberadaan kapitalis industri

yang memang menguasai dunia pasar. Dimana para kapitalis ini akan memanfaatkan

hal apapun yang dirasa menguntungkan bagi eksistensi mereka di ranah masyarakat.

Salah satu yang sudah merambat ke ranah industri adalah kebudayaan. Budaya saat

ini sudah banyak dijadikan suatu nilai jual yang hanya menghasilkan sebuah profit

bagi mereka.

Seni hadrah adalah satu dari sekian banyak kesenian tradisional yang merupakan

budaya Islam yang mampu mempertahankan eksistensinya di ranah masyarakat

seiring berkembangnya era modernisasi. Kesenian hadrah ini adalah sebuah pengiring

ritual keagamaan atau media dakwah oleh para ulama pada zaman dahulu. Dimana, di

dalam kesenian ini terdapat syair- syair sholawat yang berarti pujian- pujian yang

disampaikan untuk para nabi. Namun, seiring berkembangnya zaman kesenian hadrah

inipun mengalami komdifikasi menjadi suatu kesenian yang dapat diperjual – belikan

kepada masyarakat sesuai dengan selera mereka. Kesenian hadrah yang menjadi

media dakwah mengalami perubahan fungsi menjadi seni hiburan dan memiliki nilai
45

jual. Perubahan itu dapat terjadi karena didukung oleh perubahan tampilan mereka

dari segi vokal, lagu yang dibawakan, kostum , aksi panggung dan lainnya yang

memang dimodifikasi lagi menjadi lebih menarik agar memiliki nilai jual yang

nantinya akan memberi keuntungan bagi mereka sendiri. Jika penampilan dan gaya

dari kesenian tersebut sudah menjual , pasti akan menaikkan keinginan masyarakat

untuk mengundang atau mementaskan kesenian hadrah tersebut di khalayak ramai.

Setelah kesenian hadrah tersebut sudah mengalami feedback yang meningkat dari

masyarakat, bayaran yang diterima oleh kesenian ini pun semakin besar dan banyak

keuntungan – keuntungan lain yang didapatkan, seperti sering dijadikan tamu

undangan pada acara- acara hajatan, ngarak , dan sebagaianya, selain itu, adanya

pementasan festival hadrah yang memperlombakan seluruh hadrah di daerah ataupun

nasional. Salah satu stasiun televisi yaitu indosiar mengadakan festival hadrah di

bulan Ramadhan. Secara tidak langsung hal tersebut akan mengubah identitas

kebudayaan dari kesenian hadrah yang tadinya sebagai media dakwah , saat ini

menjadi sarana hiburan yang mampu mengikat masyarakat untuk terus

mempertahankan keberadaan kesenian ini sampai sekarang.

Perubahan tersebut juga mengacu adanya hal yang bersifat komersil dari nilai jual

dan daya tarik yang diberikan oleh kesenian hadrah tersebut, seperti pementasan di

khitanan atau pernikahan pasti harus sesuai dengan si penanggap agar mereka puas

setelah itu menerima bayaran berupa uang, lalu adanya pementasan di perlombaan

festival hadrah yang merebut juara terbaik karena pasti akan mendapatkan uang yang

nantinya berguna untuk memodifikasi nilai estetika mereka kembali, lalu keberadaan
46

festival hadrah di indosiar yang memberikan keuntungan bagi stasiun tersebut karena

semakin meningkatnya rating tv berarti feedback dari masyarakat sangat antusias dan

akan terus ditayangkan kembali.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif.

Dimana, penelitian kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan

dilaksanakan oleh sekelompok peneliti dalam bidang ilmu sosial maupun bidang

pendidikan. Dalam hal ini, penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun

pengetahuian melalui pemahaman dan penemuan. Penelitian kualitatif merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan pada objek yang alamiah, dalam artian

objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh penulis dan kehadiran

penulis tidak mempengaruhi dinamika pada objek tersebut.44 Hakikat penelitian

kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya berinteraksi dengan

mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya,

mendekati atau berinteraksi dengan orang- orang yang berhubungan dengan fokus

penelitian dengan tujuan mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman

mereka untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan.45

Metode yang digunakan dlam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dimana

, metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran dengan menggunakan kata- kata

untuk menjelaskan permasalahan, klasifikasi jenis, atau garis besar tahapan guna

44
Sugiyono, 2016, Metode Penelitian dan Pengembangan ( Research and Development), Bandung
:Alfabeta, hlm 15.
45
Iskandar, 2009, Metodelogi Penelitian Kualitatif , Jakarta : Gaung Persada, cet 1 , hlm 51.
47

menjawab pertanyaan seperti siapa, kapan, dimana, dan bagaimana, selain itu dalam

metode deskriptif juga menyajikan gambaran yang spesifik mengenai situasi,

penataan sosial, dan hubungan.46 Penulis menggunakan metode tersebut dalam

penelitian ini karena memang membutuhkan informasi secara mendalam dan detail

mengenai proses komodifikasi yang terjadi pada kesenian Islam hadrah di Komunitas

Hadrah Anshorurrrasul ini. Selain itu juga memerlukan berbagai informasi lainnya

dari berbagai pihak luar atas terjadinya komodifikasi yang dilakukan baik itu dampak

positif maupun dampak negatifnya. Maka dari itu, penulis berusaha untuk memahami

permasalahan yang sedang diteliti atau diamati agar nantinya dapat dianalisis

menggunakan konsep atau teori yang relevan dengan penelitian tersebut.

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan salah satu kunci yang penting dalam penelitian

kualitatif. Dimana, subjek penelitian tersebut merupakan informan pilihan yang

memang memiliki kaitan penting dalam penelitian ini. Subjek penelitian dari skripsi

ini adalah Komunitas Hadrah Anshorurrasul. Komunitas ini merupakan suatu

komunitas yang berdiri atas beberapa orang dengan tujuan yang sama yaitu

mempertahankan eksistensi seni islam hadrah dalam arus globalisasi saat ini dengan

cara memodifikasinya kembali untuk tetap menarik dan mempunyai nilai jual

sehingga masih banyak masyarakat yang respecr terhadapat salah satu kesenian islam

ini. Penulis memilih enam orang untuk dijadikan sebagai informan dan melakukan

46
John W. Creswell, 2014, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset (Edisi ke 3), Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, hlm 44.
48

wawancara secara mendalam kepada enam orang infirman tersebut dalam penelitian

ini. Pertama, ketua dari Komunitas Hadrah Anshorurrasul yaitu Ozy, lalu ada satu

orang pendiri Komunitas Hadrah Anshorurrasul tersebut, dua orang anggota dari

Komunitas Hadrah Anshorurrasul dan dua orang masyarakat yang ikut berpatisipasi

dalam mendukung adanya Komunitas Hadrah Anshorurrasul di lingkungan sekitar.

Tabel I.3 Karakteristik Informan

No Nama Posisi Peran dalam penelitian


1 Fauzi Musyid Pembina Komunitas Hadroh - Memberikan penjelasan mengenai
Anshorurrasul sejarah berdirinya Anshorurrasul dan
segara garis besar Hadrah

2 Khoirul Ketua harian komunitas Hadroh - Memberikan informasi terkait dengan


Anshorurrasul cara menjadi pemimpin yang adil dan
mengelola komunitas ini sehingga
dapat mempertahankan eksistensinya
hingga sekarang

3 Zulkahfi Bendahara Komunitas Hadroh - Memberikan penjelasan seputar dana


Anshorurrasul yang ada pada komunitas Hadroh
Anshor dan cara agar uang tersebut
bukan hanya sebagai hasil melainkan
juga keberkahan

4 Bang Bagas Pengamat dan Tokoh masyarakat - Menjelaskan tentang seni Hadroh di
Komunitas Hadroh Anshorurrasul mata masyarakat dan motif dari seni
hadroh secara ekonomi dan sosial.

5 Adnan Silmi Anggota Komunitas Anshorurrasul - Mengetahui dampak positif dan


negatif yang terjadi pada diri sendiri
dan motif bergabung ke dalam
komunitas seni Hadrah.

6 Riskiadi Anggota Komunitas Anshorurrasul - Mengetahui dampak positif dan


Prasetya negatif yang terjadi pada diri sendiri
dan motif bergabung ke dalam
komunitas seni Hadrah.
49

7 Ustadz Ali Muassis (Guru Besar) - Menjelaskan adanya pengakuan dari


masyarakat terhadap komunitas
Hadrah Anshorurrasul di lingkungan.

8 Bang Inu Tokoh Masyarakat - Menjelaskan dampak positif dan


negatif dari adanya komunitas Hadrah
Anshorurrasul di tengah- tengah
masyarakat khususnya Kampung
Puspita.

(Sumber: Diolah oleh Penulis, 2019)

1.7.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di rumah Ustad Ali dan Fauzi Musyid, di kampung

Puspita, Cakung Timur, Jakarta Timur. Namun, ada beberapa yang diluar seperti di

event- event perlombaan atau tempat kegiatan lain yang sedang dilakukan oleh

komunitas ini. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Febuari 2019, penelitian

dilakukan sampai penulis merasa sudah lengkap dengan data – data atau informasi

yang telah diperoleh dari kegiatan observasi dan wawancara mendalam. Penulis

melakukan penelitian dengan cara menyesuaikan waktunya dengan para informan

yang memiliki kriteria penting dalam penelitian ini dan memiliki waktu senggang

untuk diwawancarai oleh penulis. Perkumpulan komunitas ini berlangsung rutin

seminggu sekali pada hari Jumat di rumah Ustad Ali, Kampung Puspita, Cakung

Timur, biasanya diikuti oleh pengajian atau maulid bersama.

1.7.3 Peran Peneliti

Peran peneliti disini sebagai orang yang meneliti dan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap realitas sosial yang ada di lapangan. Peneliti memiliki

pengaruh yang sangat penting terhadap isi dari penelitian ini, karena bukan hanya
50

meneliti saja, tetapi peneliti harus mampu dalam berkomunikasi dan berinteraksi

dengan baik oleh para informan selama menjalankan penelitian ini. Peneliti berusaha

mencari tahu mengenai bagaimana proses komodifikasi yang terjadi pada Komunitas

Hadrah Anshorurrasul dan bagaimana cara komunitas ini mempertahankan

eksistensinya diranah masyarakat dalam arus globalisasi saat ini. Peneliti juga turun

langsung ke lapangan untuk mendapatkan data yang maksimal. Dengan demikian

peneliti mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam penelitian ini, peneliti juga

berperan sebagai instrumen dan sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data,

analisis, penafsir data, dan pelapor penelitan.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan beberapa teknik diantaranya:

1.7.4.1 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan tanya jawab secara tatap muka.47 Penulis menggunakan

wawancara terstruktur dan tidak tersturktur dalam penelitian ini. Wawancara

terstruktur adalah teknik wawancara dimana pewawancara sudah menyiapkan daftar

pertanyaan sehingga proses wawancara akan terarah dengan baik dengan

menggunakan dan menyusun pertanyaan dengan gaya kalimat yang tepat dan sesuati

dengan informan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

bebas, dimana penulis tidak terlalu terpaku oleh pedoman wawancara yang sudah

47
Jalaluddin Rahmat, 2001 Metode Penelitian Komunikasi, Rosdakarya. Bandung, hlm 23.
51

disusun dan dibuat secar sistematis. Wawancara mendalam yang penulis lakukan

bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur ketat tetapi masih fokus kedalam

pertanyaan- pertanyaan yang memang terkait oleh fokus penelitian ini. Dalam hal ini,

penulis memberikan keleluasaan kepada para informan untuk memberikan

penjelasan secara aman sehingga informan tidak merasa tertekan atau takut untuk

menjawab pertanyaan. Penulis mewawancarai bagaimana kesenian hadrah ini akan

tetap bertahan di ranah masyarakat dan bermanfaat untuk dijadikan konsumsi

masyarakat. Selain itu juga proses komodifikasi apa saja yang telah dilakukan oleh

komunitas kesenian Hadrah Anshorurrasul.

1.7.4.2 Observasi

Penulis melakukan pengamatan secara langsung dengan cara mengamati

aktivitas stiap anggota komunitas Hadrah Anshorurrasul dalam segala kegiatan –

kegiatan yang dilakukannya. Lalu, penulis juga ikut serta dalam setiap event- event

perlobaan festival Hadrah yang diadakan. Penulis juga melakukan observasi

langsung terhadap kegiatan – kegiatan acara yang digelar oleh komunitas hadrah

Anshorurrasul seperi kegiatan isra mi’raj, khitanan, acara nikahan, gathering

perkumpulan hadrah secakung timur dengan sebutan Forsih, Pengajian bersama yaitu

maulid nabi, dan kegiatan bakti sosial yang diadakan rutin setiap bulan puasa yaitu

sahur on the road serta kegiatan lainnya. Observasi dilakukan demi melihat langsung

realita yang terdapat di lapangan dan mampu menganalisis penelitian berdasarkan

wawancara dan juga hasil temuan berdasarkan pengamatan langsung.


52

1.7.4.3 Studi Kepustakaan dan Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu pengambilan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen. Peneliti mengambil segala macam bentuk data

pendukung penelitian, berupa gambar, artikel, data keanggotaan, hasil rekaman dan

fieldnote. Hal ini dilakukan untuk menjadi data pendukung laporan penelitian selain

hasil wawancara dengan dengan para anggota komunitas”Hadrah Anshorurrasul”.

Dokumentasi dalam penelitian ini yang berhubungan dengan penelitian seperti

struktur organisasi, gambaran umum, program kegiatan yang dilakukan, jaringan

yang terjalin, serta berbagai aktivitas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Penulis melakukan studi kepustakaan melalui buku-buku, tesis, jurnal dan

dokumentasi yang dapat mendukung pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh

penulis. Selanjutnya, penulis mendapatkan buku-buku referensi dari perpustakaan

nasional Republik Indonesia, perpustakaan daerah Jakarta (Kuningan), Perpustakaan

UNJ, dan Perpustakaan UI. Untuk tesis dan jurnal yang menjadi tinjaun penelitian

sejenis dalam mengerjakan penulisan ini berasal dari website jurnal resmi.

1.7.4.4 Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang diperkaya

dengan studi literatur yang ekstensif dan sesuai dengan judul penelitian. Dalam

penelitian ini data yang diperoleh dari informan baik yang diperoleh melalui

wawancara mendalam dan observasi yang sudah dilakukan dalam catatan lapangan

maupun dari dokumen yang sudah ada, akan dianalisis oleh penulis dengan cara

diinterpretasi ke dalam suatu abstraksi dan kerangka pemikiran tertentu. Hasil


53

wawancara dan observasi merupakan data primer yang akan di analisa dan didukung

oleh data sekunder yang berasal dari buku. Analisa dilakukan dengan menggunakan

konsep komodifikasi budaya serta konsep- konsep yang sesuai dengan data yang

diperoleh dilapangan.

1.7.4.5 Triangulasi Data

Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Ide dasarnya

adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh

kebenaran jika dilihat dari berbagai sudut pandang. Mathinson menjelaskan bahwa

nilai dari teknik pengumpulan data dengan triangulasi adalah untuk mengetahui data

yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten atau kontradiksi oleh karena itu

dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang

diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti.48 Melalui triangulasi data, peneliti

bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber untuk dikomparasi dengan

data dari sumber lain. Dari sinilah hasil data yang didapatkan akan sampai pada suatu

kemungkinan apakah data tersebut sesuai atau tidak sesuai, konsisten atau tidak

konsisten dengan realita.

48
John W. Creswell, Op.Cit, hlm 241.
54

Tabel I.4. Triangulasi Data

NO NAMA POSISI PERAN DALAM PENELITIAN


1. Mirwan Ali Penyewa Hadrah - Memberikan informasi mengenai
feedback yang didapat dalam
mengundang kesenian Hadrah dalam
berbagai acara.
2. Muammar Tokoh masyarakat - Memberikan Informasi terkait
(Bang Mumu) dan Ketua Hadrah se- keberadaan Seni Hadrah di era modern.
JABODETABEK
(Sumber : Diolah oleh Penulis, 2019)

1.8 Sistematika Penulisan

Sebuah penelitian harus memiliki sistematika penulisan agar memudahkan

dalam memerinci setiap hal yang ingin dibahas dalam penelitian. Penelitian ini terdiri

dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Ketiga bagian ini disajikan

dalam lima bab dan beberapa subbab.

Bab I : Penelitian ini yaitu berisi pendahuluan yang menjabarkan latar

belakang penelitian sehingga dapat terlihat permasalahan penelitian yang muncul.

Pada permasalahan penelitian diuraikan dua pertanyaan besar yang menjadi fokus

penulis dalam penelitian. Selanjutnya terdapat juga tujuan dan manfaat penelitian,

tinjauan penelitian sejenis, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan penelitian.

Bab II : Dalam penelitian ini berisi tentang pembahasan seputar deskripsi

gambaran umum lokasi penelitian dan Komunitas Hadrah Anshorurrasul. Sejarah

Hadrah serta Akulturasi Islam dan Betawi. Kemudian dalam bab ini akan dijelaskan

mengenai profil, tujuan dan lain sebagainya yang akan dibentuk dalam subbab-
55

subbab seperti struktur organisasi, keanggotaan, aturan – aturan, kegiatan- kegiatan

dalam Komunitas Hadrah Anshorurrasul.

Bab III : Mendeskripsikan temuan penelitian yang diberi judul Proses

Komodifikasi dalam Komunitas Hadrah Anshorurrasul. Terdapat 3 subbab besar.

Subbab pertama, mendeskripsikan Pandangan Anshorurrasul tentang Seni Hadrah,

Subbab kedua mendeskripsikan tentang transformasi nilai budaya Komunitas Hadrah

Anshorurrasul, subbab ketiga mendeskripsikan mengenai proses komodifikasi

Komunitas Hadrah Anshorurrasul, subbab keempat mendeskripsikan mengenai

keuntungan komodifikasi pada Komunitas Hadrah Anshorurrasul, subbab kelima

mendeskripsikan mengenai strategi pemasaran oleh Komuitas Hadrah Anshorurrasul.

Bab IV : Menganalisis hasil penelitian berdasarkan temuan di lapangan.

Penulis akan menggunakan konsep komodifikasi budaya sebagai pisau analisis.

Penulis akan menganalisis proses komodifikasi budaya dalam kesenian islam hadrah

yang terjadi pada Komunitas Hadrah Anshorurrasul untuk mempertahankan

eksistensi dari budaya islam di ranah masyarakat dan terus diakui keberdaannya

sehingga dapat membawa pengaruh yang baik bagi masyarakat khususnya kaum

pemuda atau remaja. Penelitian ini akan diakhiri oleh bab V sebagai penutup. Penulis

akan memberikan kesimpulan dari penelitian dan memberikan saran di akhir

penulisan.

Anda mungkin juga menyukai