Anda di halaman 1dari 23

HADRAH ASYIFA’ SEBAGAI MEDIA DAKWAH UNTUK

MENINGKATKAN SEMANGAT KEAGAMAAN WARGA DUSUN


PLOSOLANANG DESA CAMPUREJO

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :

DIYAH AJENG RAHAYU


NIM: 201955010104754

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2023
A. Latar Belakang

Hadrah secara bahasa berasal dari kata hadrara-yuhdhiru-hadhron-

hadhorotan yang berarti kehadiran. Sedangkan secara istilah hadroh dapat

diartikan sebagai kesenian islami yang di dalamnya berisi salawat nabi untuk

menyampaikan ajaran agama islam, dalam kesenian ini tidak ada alat musik

kecuali rebana. Alat musik yang digunakan hadrah ada empat buah terbang dan

juga satu bas. Di Indonesia, ketika istilah hadrah disebutkan, perhatian orang yang

tertuju pada bentuk seni perkusi, terdiri dari lonceng logam yang terbuat dari

papan kayu di sekeliling badannya, dengan lubang di tengahnya dan ditempelkan

pada kulit kambing tipis berwarna kecokelatan, yang di Jawa dikenal dengan Reba

atau terbang. Keunikan dari rebana ini pada saat dimainkan setiap pukulan pemain

satu dengan pemain yang lainnya tentu memiliki bunyi yang berbeda.

Namun dari perbedaan bunyi tersebut mereka bisa saling melengkapi

sehingga menghasilkan bunyi yang begitu indah di dengar. Nada-nada yang

dihasilkan dari bunyi rebana memang berbeda, tapi dengan perbedaan bunyi itulah

bisa menghasilkan bunyi yang harmonis saat dimainkan. Jadi setiap pemain harus

mengontrol egonya agar nada ritmis tetap terjaga dan tidak merusak suara standar.

Kesenian hadrah seringkali digelar dalam acara isra mi'raj, pengajian, atau

hajatan seperti sunatan dan juga pernikahan. Alat hadrohnya sendiri berasal dari

daerah Timur Tengah dan dipakai untuk acara kesenian. Alat musik Hadrah

kemudian meluas perkembangannya hingga ke Indonesia, Oleh karena itu seni


Hadrah sangat populer terutama di daerah-daerah Jawa timur yang juga

berdampak positif bagi kalangan masyarakat khususnya bagi para remaja. 1

Media berasal dari bahasa Latin median, yang merupakan bentuk jamak

dari medium. Secara etimologi media berarti akarprantara. Media sebagai

teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran secara khusus.2

Secara umum dapat dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi

seperti pers, media penyiaran (broadcasting), dan juga sinema. Media juga berlaku

pada produk-produk informasi dan hiburan dari berbagai industri media. Begitu

juga contoh yang dapat telekomunikasi yang dapat membantu membawakan

produk tersebut kepada masyarakat. Media juga diartikan sebagai segala sesuatu

yang dapat dijadikan alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 3

Kata dakwah secara sistematik berasal dari bahasa Arab yaitu da'a, yad'u

yang berarti mengajak, mengundang, atau memanggil. Kemudian berubah

menjadi kata da'watan yang artinya panggilan, undangan, atau ajakan. Dakwah

ialah mengajak umat Manusia untuk beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai

dengan aqidah dan syariat ajaran agama Islam dan mencegah perbuatan munkar

yang dilarang oleh Allah dan rasulnya.

Syeikh Ali Mahfudz dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin memberikan

definisi dakwah ialah upaya yang mendorong manusia untuk berbuat kebaikan

dan mengikuti petunjuk, menyeru kebajikan, dan melarang perbuatan munkar agar

1
Wildana Wargadinata, Sepiritualitas Sholawat, Uin Maliki Pres, Malang, 2010, hal. 213.
2
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dahwah, Raja Findo Persada, Jakarta, 2013, hal. 113.
3
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Setrategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, Surabaya, 1983, hal. 163.
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat. 4 Muhammad Natsir mendefinisikan

dakwah sebagai usaha untuk menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan

manusia dan seluruh umat Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di

dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan berbagai macam media

dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam

perikehidupan perseorangan, perikehidupan berumah tangga, perikehidupan

bermasyarakat dan perikehidupan ber-negara. Syekh Muhammad Khidr Husain

dalam bukunya “Al-Dakwah ila al Ishlah” mengatakan bahwa dakwah adalah

upaya untuk memotivasi seseorang agar senantiasa berbuat kebaikan dan

mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan

mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Toha Yahya Oemar mengatakan

bahwa dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan

mereka di dunia dan akhirat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa media dakwah adalah salah satu komponen

yang dibutuhkan dalam berdakwah dan tidak dapat dari komponen yang lainnya.

Media dakwah juga merupakan salah satu unsur dakwah yang sangat vital

dibutuhkan dan tidak lepas dari unsur yang lainnya.

Sejarah hadrah secara historis masyarakat Madinah pada abad ke-6 telah

menggunakan hadrah sebagai musik pengiring dalam acara penyambutan atas

kedatangan nabi Muhamad SAW yang hijrah dari mekkah. Masyarakat madinah

saat itu menyambut kedatangan beliau dengan syair Thaala‟al Badru yang diiringi
4
Munir Dan Ilaihi, Menejemen Dakwah, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 20.
dengan hadrah, sebagai ungkapan bahagia atas kehadiran seorang Rasul ke bumi

itu. Kemudian hadrah digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar ajaran

agama islam. Sebenarnya hadrah bukan suatu hal yang baru dalam masyarakat,

hadrah sudah ada sejak zaman dahulu. Awalnya, hadrah berasal dari negara Arab

dan Negara Timur Tengah. 5

Dalam tradisi Islam Indonesia, banyak tersebar jenis kesenian yang

melantunkan shalawat Nabi yang diiringi tabuhan rebana (terbang) seperti hadrah,

banjari, qasidah, gambus dan sebagainya. Hadrah merupakan kesenian musik

Islam yang dimana dalam permainannya menggunakan beberapa alat musik yang

ditabuh. 6

Adapun alat yang digunakan dalam musik hadrah adalah sejenis pukulan

(tabuhan), ada juga yang disebut dengan master satu, master dua, giring, dan bass.

Pukulan master satu dan master dua yang paling penting, sebab ibaratnya sebagai

jantung dipermainan hadrah tersebut. Dan di pukulan ini termasuk pukulan yang

paling sulit. Pukulan master dapat berjalan walaupun tidak ada pukulan giring.

Dalam permainan hadrah tersebut pemain memainkan alat perkusi secara

ansambel dan juga disertai nyanyian syair Islami. Hadrah sudah sangat populer

dikalangan majlis taklim yang dipimpin oleh beberapa kyai, dan habib yang

kemudian menyebar ke kalangan masyarakat.

Kesenian ini bukan sekedar dimainkan untuk didengar dan dinikmati

sendiri, tapi kesenian ini juga seringkali dipergelarkan di hadapan masyarakat,


5
Sidi Gazalba, Pandangan Islam Tentang Kebudayaan, Bulan Bintang, Jakarta, 2017, hal. 60
6
Sidi Gazalba, Islam Dan Kesenian Relevansi Islam Dengan Seni Budaya, Pustaka Al Husna,
Jakarta, 2018, hal. 66
selain itu di acara-acara rutin seperti pengajian, isro’ mi’roj dan acara yang

lainnya sebagai tradisi, meskipun enak didengarkan di telinga, kesenian ini

dimaksudkan bukan untuk menjadi sekedar tontonan semata karena kesenian ini

adalah bagian dari syair dan bukan hiburan semata,karena kesenian hadrah adalah

kesenian yang tidak terlepas dari shalawat.7 Umumnya yang dimaksud sholawat

ialah doa kepada Allah swt untuk Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan

para sahabatnya. Jenis musik tradisional ini biasanya diekspresikan dalam bentuk

gaya yang berbeda. Seni tradisional Islam ini tidak hanya tumbuh dan

berkembang di Indonesia saja, melaikan juga negara-negara Asia yang lainya,

Timur Tengah, Afrika, dan negar-negara di mana umat Islam berada. 8 Obyek

dakwah dalam penelitian ini adalah warga desa campurejo dusun plosolanang.

Alasan kenapa warga desa dijadikan sebagai obyek dakwah adalah karena warga

di desa campurejo dusun plosolanang yang dinilai sangatlah kurang dalam

semangat untuk aktifitas keagamaan. Jika warga di desa campurejo kurang

semangat dalam keagamaan maka bisa dikatakan di desa campurejo akan

mengalami kerugian dalam hal agama.

Kegiatan hadrah tersebut diantaranya adalah melantunkan shilawat nabi dan

juga berjanji dengan di iringi music hadrah. Dengan adanya group hadrah asyifa’

diharapkan warga desa tersebut lebih semangat lagi untuk beraktifitas atau

mengikuti kegiatan keagamaan yang ada di desa campurejo tersebut. Kegiatan

hadrah tersebut diantaranya adalah melantunkam sholawat kepada nabi

Muhammad saw dan pembacaan berjanji dengan diiringi musik hadrah.

7
Sidi Gazalba, Pandangan Islam Tentang Kebudayaan. …. hal. 65
8
Budi Suteno Dharmo, Lantunan Sholawat Nasyid, Media Ihsani, Yogyakarta, 2005, hal. 123.
Dari uraian yang telah dipaparkan diatas, melihat adanya fenomina tersebut

makan penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ” hadrah asyifa’

sebagai media dakwah untuk meningkatkan semangat keagamaan warga desa

campurejo dusun plosolanang”. Karena penulis ingin mengetahui bagaimana

hadrah sebagai media dakwah dalam meningkatkan semangat keagamaan warga

desa campurejo dusun plosolanang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hadrah sebagai media dakwah untuk meningkatkan semangat

keagamaan warga desa dukuh Plosolanang ?

2. Bagaimana dampak Hadrah untuk meningkatkan semangat keagamaan di

desa Plosolanang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana Hadrah sebagai media dakwah untuk

meningkatkan semangat keagamaan warga desa Plosolanang.

2. Mengetahui dampak Hadrah untuk meningkatkan semangat keagamaan

di desa Plosolanang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan sebagai berikut:


1. Secara teoritis

Dapat menambah semangat dalam dalm kegiatan keagamaan pada seni

hadrah asyifa’ di desa campurejo dusun plosolanang. Menurut peneliti

kegiatan seni hadrah asyifa’ merupakan salah satu dakwah islami yang

dapat meningkatkan semangat dalam keagamaan dan juga meningkatkan

cinta terhadap nabi muhammad saw sebagai upaya menuju kebahagiaan

di dunia dan di akhirat.

2. Secara praktis

1). Diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna dan manfaat bagi

para group hadrah asyifa' untuk menyebarkan dawak lewat hadrah

tersebut.

2) Bagi warga desa campurejo, dapat menjadi bahan untuk lebih

meningkatkan semangat dalam keagamaan.

E. Orisinalitas Penelitian
NO Nama judul dan tahun Persamaan perbedaa Orisinalitas

peneliti n penelitian

1 Ubaidillah Kesenian hadrah sebagai

usman media peningkatan

arrasyid karakter religius dan

disiplin anak di

lingkungan masjid baitul

musholin desa polorejo

kecamatan babadan

kabupaten ponorogo

2 Anis restu Hadrah sebagai media

hayuningtya dakwah dalam

s meningkatkan semangat

aktivitas keagamaan

remaja desa sidodadi

kecamatan pardasuka

pringsewu

3 Demila wati Seni hadrah sebagai

media dakwah di desa

rejo agumh kecamatan

tegineneng kabupaten

pesawaran
F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian

secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode ilmiah . Adapun jenis pendekatan

penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang

berdasarkan data-data. Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang

digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai hadrah asyifa’ sebagai media dakwah di desa campurejo dusun

plosolanang. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat

diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

hadrah.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah kualitatif. Penelitian

kualitatif adalh penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud mengadakan

pemeriksaan atau pengukuran-pengukuran terhadap gejala tertentu.

Sedangkan penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang berusaha

mengungkap fenomena secara secara holistik dengan cara

mendeskripsikannya melalui bahasa non-numerik dalam konteks

paradigma ilmiah. Alasan peneliti memilih desain penelitian deskriptif

kualitatif karena peneliti ingin mendeskripsikan keadaan yang akan

diamati di lapangan dengan lebih spesifik, transparan, dan mendalam.

3. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Desa campurejo dusun Plosolanang

Tempat penelitian ini di beberapa rumah grup Hadrah dan juga tokoh

masyarakat.

4. Data dan sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari data yang diperoleh

oleh peneliti9. Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data

primer dan sekunder, sebagai berikut:

1. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh

secara langusng dari sumber data asli.10 Data primer dapat berupa

opini subyek (orang) secara individual atau kelompok. Data primer

ini dapat dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode interview

(wawancara) dan metode observasi. Akan tetapi, dalam penelitian ini

9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka cipta, Jakarta 2006,
hlm. 129
10
Nur Indriantoro, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPEE,
Yogyakarta 1999), hlm. 147.
hanya menggunakan interview (wawancara) sebagai data primer

untuk memperoleh data dari informan. Adapun pihak yang dijadikan

sebagai informan, diantaranya: ketua hadrah, anggota hadrah dan

warga sekitar.

2. Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secaratidak

langsung melalui media perantara.11 Pada umumnya, data sekunder

diperoleh dari riset perpustakaan yaitu dengan mengumpulkan,

membaca dan memahami teori-teori dari buku artikel, jurnal,

majalah, atau data dari teori internet yang berkaitan dengan

penelitian ini yaitu hadrah sebagai media dakwah untuk

mningkatkan semangat keagamaan di desa campurejo dusun

plosolanang.

5. Waktu penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan

sejak tanggal dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu

kurang lebih 2 Minggu melalu wawancara terhadap warga dan juga

beberapa anggota dari grup Hadrah tersebut.

6. Teknik pengumpulan data

Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto adalah cara-cara

yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di mana cara

tersebut menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat di wujudkan dalam

benda yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunaannya. 12 Dalam hal
11
aifuddin Azwar, Metodelogi Penelitian, Pustaka Pelajar Press, Yogyakrta 1998, hlm. 91
12
uharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, Cet.XII,
Jakarta, 2002, hlm. 134.
pengumpulan data ini, penulis terjun langsung pada objek penelitian untuk

mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan metode sebagai

berikut:

a. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Observasi ini menggunakan observasi nonpartisipasi, di mana peneliti tidak

terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari.13

b. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. 14

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana seorang

pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.15Dalam

melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus mampu

menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan

merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik

wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan

menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada

13
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D ,
Alfabeta, Bandung 2006, hlm. 310.
14
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandun, 2000,
hlm. 135.
15
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000,
hlm.138.
informan. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah

dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu

melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat

dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan

wawancara berlangsung. Metode wawancara peneliti gunakan untuk infromasi

terkait hadrah sebagai mediaa dakwah di desa campurejo dusun plosolanang.

Adapun informannya antara lain: a. Ketua hadrah, untuk mendapatkan informasi

tentang kapan hadrah itu didirikan, kendala dalam mendirikan hadrah tersebut.

Anggota hadrah, untuk mendapatkan informasi tentang suka duka dalam

membangun group hadrah. Pihak-pihak lain yang berkaitan dengan perolehan data

dalam penulisan skripsi ini.

7. Analisis data

Dalam melakukan penelitian analisis, peneliti menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif, dimana peneliti menggambarkan dan mendeskripsikan

data secara sistematis tentang hadrah sebagai media dakwah di desa

campurejo dusun plosolanang.

Proses pengumpulan data dan analisis data pada praktiknya tidak mutlak

dipisahkan, kegiatan ini terkadang berjalan secara bersamaan, artinya hasil

pengumpulan data kemudian ditindak lanjuti dengan pengumpulan data

ulang.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan pada proposal ini tersusun atas lima bab yang terdiri

dari dengan uraian sebagai berikut:


BAB I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, diakhiri

dengan sistematika pembahasan.

BAB II Telaah penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab ini berfungsi

mengetengahkan acuan teori yang digunakan sebagai landasan melakukan

penelitian yang terdiri atas pengertian hadrah dan hadrah sebagai media

dakwah di desa campurejo dusun plosolanang. Dan penelusuran terhadap

penelitian yang relevan dengan fokus penelitian.

BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini peneliti menjelaskan pendekatan dan

jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, data dan sumber data,

prosedur pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan

temuan, dan tahapan-tahapan penelitian.

BAB IV Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi hasil-hasil penelitian

dilapangan meliputi deskripsi data umum dan deskripsi data khusus.

Deskripsi data umum berisi berisi paparan data dan lokasi penelitian yang

terdiri atas sejarah hadrah asyifa’ di desa campurejo dusun plosolanang.

BAB V Penutup. Bab berisi kesimpulan saran atau rekomendasi. Kesimpulan

menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan

hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Syarat dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai

langkah-langkah apa yang perlu diambil oleh pihak terkait dengan hasil

penelitian yang bersangkutan. Saran diarahkan pada dua hal yaitu:


1. Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian, misalnya disarankan

perlunya diadakan penelitian lanjutan.

2. Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan

masalah atau fokus penelitian.

H. Kajian Teori

1. Hadrah

Hadrah adalah seni khas laki-laki, dasarnya adalah qasidah yang merupakan

dasar pelajaran para penabuh dan penari sebelum mereka mulai memukul tambur

datar (terbang atau rebana) atau mulai gerak dasar dari kreografi di dalam posisi

duduk atau berdiri. Qasidah yang digunakan dalam hadrah pada umumnya berasal

dari Kitab Hadrah, Kitab Berjanji, dan Kitab Diba. Kumpulan hadrah selalu

menampilkan sebaris penabuh, para pemokol, yang terdiri dari empat atau lima

terbang, ada juga sebuah jidur dan satu atau dua gendang, serta sekelompok

puluhan penari. Penari itu juga membentuk suatu paduan yang bersahut-sahutan

dengan melodi, do’a, dan nyanyian,dan pemusik yang memimpin secara bergilir.

Kumpulan hadrah terdiri dari tiga puluh sampai enam puluh orang, dan berpentas

pada acara arisan kaum laki-laki, merhabanan, sunatan, pernikahan, atau perayaan
publik (perayaan Islam dan Nasional). Kumpulan itu adalah satu-satunya yang

diperkenankan memasuki Masjid, terutama pada waktu perayaan pesta besar

Maulud Nabi. 16

Hadrah biasa dikenal dengan rebana. Hadrah adalah sebuah musik yang

bernafaskan Islami yaitu dengan melantunkan shalawat Nabi diiringi dengan alat

tabuhan tertentu, mungkin ketika di telusuri sejarah rebana maka akan

menemukan sejarahnya bahwa rebana itu berasal dari kebudayaan timur tengah

lebih tepatnya dikenal dengan marawis negeri asalnya.17

Dari segi istilah/definisi, hadrah menurut tasawuf adalah suatu metode yang

bermanfaat untuk membuka jalan masuk ke “hati”, pada mulanya rebana ini

merupakan kegiatan sufi yang biasanya melibatkan seruan atas sifat Allah yang

maha hidup (Al-Hayyu). Hadrah dapat dilakukan sambil berdiri ataupun dengan

duduk, berirama dan bergoyang dalam kelompok. Sebagian kelompok terdiri

melingkar, sebagian berdiri dalam barisan, dan sebagian duduk berbaris

melingkar, pria di satu kelompok, dan wanita dikelompok lain yang terpisah. Hal

ini dimaksudkan agar tidak bercampurnya laki-laki dengan perempuan dalam satu

majlis (tempat). 18

2. Pengertian Media

Arti istilah media bila dilihat dari asal etimologi, berasal dari bahasa latin

yaitu “median” yang berati alat perantara. Sedangkan menurut bahasa media

16
Helene Bcuvier, Lebur! Seni Musik dan Penunjukkan Dalam Masyarakat Madura, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 2002, hal. 214.
17
Agus Pramono, Penguatan Nilai-Nilai Karakter Siswa Melalui Program Ekstrakurikuler
Hadrah di SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten, Skripsi, Klaten, 2017, hal. 48
18
Agus Pramono, Penguatan Nilai-Nilai Karakter Siswa Melalui Program. ….
merupakan jamak dari pada kaSta median tersebut. 19
Secara umum Media adalah

makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi dari

sumber informasi kepada penerima informasi. 20

3. Pengertian Dakwah

M. Yunan Yusuf sebagaimana dikutip oleh Munir, menjelaskan bahwa

dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat. Dakwah harus

ditampilkan dengan wajah yang menarik, aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual

dalam arti bisa memecahkan masalah terkini yang hangat di tengah masyarakat.

Faktual berarti kongket dan nyata yang sedang dihadapi oleh masyarakat21.

Dakwah sebagai seruan atau ajakan karena ini dakwah membutuhkan strategi

komunikasi yang berkaitan dengan tugas utamanya yaitu menyampaikan pesan-

pesan ajaran agama sebagai suatu sistem budaya, karena berhadapan dengan

masyarakat luas. Tuntutan kemampuan berkonunikasi dalam berdakwah menjadi

sangat mutlak, ketika massa dakwah dalam era global saat ini sudah tidak bisa

dibatasi dengan dinding ruang dan waktu. Dakwah sudah semakin menyebar ke

segala penjuru, sehingga membutuhkan ilmu komunikasi yang handal.22

4. Pengertian media dakwah

Media dakwah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat

dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.

Media dakwah ini dapat berupa material, orang, tempat, kondisi tertentu (budaya),

dan lain sebagainya. Maka bila ditinjau melalui perspektif dakwah, media

19
Asuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, All Ikhlas, Surabaya
1983) h 163
20
Iwan falahudin, pemanfaatan media dalam pembelajaran, Jakarta 2014, hal. 5
21
M. Munir & Wahyu Ilaihi, Metode Dakwah cet. 1, kencana, jakarta, 2006
22
Abdullah Ali, Antropologi Dakwah, cet. 1, STAIN Press, cirebon 2004, hal. 2
dakwah adalah alat yang bisa menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan

umat, suatu elemen yang vital dan merupakan urat nadi dalam proses dakwah

yang keberadaannya sangat penting dalam menentukan perjalanan dakwah. 23

Media dakwah juga merupakan suatu sistem, bukan hanya memiliki peran sebagai

alat bantu dakwah, namun media dakwah memiliki peranan atau kedudukan yang

sama dengan komponen dakwah lainnya. Maka media dakwah memiliki peran

yang begitu penting dalam kegiatan dakwah, karena media dakwah ini

mencakup seluruh aktivitas dakwah baik sifatnya sementara atau sederhana.

5. Kegamaan

Kata keagamaan berasal dari kata dasar agama yang berarti sistem,

prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Kata keagamaan itu

sudah mendapat awalan ‚ke‛ dan akhiran ‚an‛ yang mempunyai arti sesuatu

(segala tindakan) yang berhubungan dengan agama. 24

Pengertian agama sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “tidak

kacau”. Agama di ambil dari dua kata, yaitu “a” yang berarti tidak, dan “gama”

yang berarti “kacau”. Agama sebagai bentuk dan tindakan simbolik yang

menghubungkan manusia dengan kondisi akhir eksistensinya. Jadi agama dapat

dirumuskan sebagai suatu sistem kepercayaan dan praktik dimana suatu kelompok

manusia berjuang menghadapi masalah-masalah akhir kehidupan manusia. Jadi

23
T. Sukayat, Ilmu Dakwah, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2015
24
Suharso dan Ana Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Widya Karya, Semarang 2011,
h. 186-187.
jika ditelusuri dari maknanya, arti dari agama yang seusungguhnya yaitu aturan

atau tatanan untuk mencegah kekacauan dalam kehidupan manusia. 25

Agama merupakan suatu pedoman dan pondasi bagi kehidupan manusia. Dengan

agama dapat membawa umatnya ke jalan yang lurus serta menunjukkan kepada

suatu jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu ketenangan,

kebahagiaan, serta kemantapan hati agar manusia bisa menjalani kehidupan yang

lebih baik dan membuat manusia tidak keluar dari batas yang telah di atur oleh

agama tersebut. Peran agama memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan

manusia, karena manusia memiliki unsur batin yang cenderung mendorongnya

untuk tunduk kepada dzat yang ghaib. Ketundukan ini merupakan bagian dari

faktor intern manusia yang dalam psikologi kepribadian dinamakan pribadi (self)

ataupun hati nurani (conscience of man).26 Agama merupakan cara meningkatkan

kualitas hidup manusia dalam segala aspek kehidupan manusia. Mengingat agama

merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia, maka agama harus selalu

ditumbuh kembangkan dari sejak dini. Anak mengenal Tuhan pertama kali

melalui bahasa dari kata-kata orang yang berada di lingkungannya. Jadi, dapat

dikatakan seorang anak dilahirkan sudahmemiliki fitrah keagamaan hanya belum

berkembang dan harus dikembangkan oleh orang-orang yang berada

disekitarnya.27

25
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Remaja Rosdakarya, Bandung 2012, h. 13
26
Jalaludin, Psikologi Agama Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Peinsip-Prinsip
Psikologi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2016, hlm. 143
27
Rohmalina Wahab, Psikologi Agama, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta 2015, hlm. 85
I. Daftar Pustaka

Wargadinata, Wildana. (2010). Sepiritualitas Sholawat. Malang: Uin

Maliki Pres.

Saputra, Wahidin. (2013). Pengantar Ilmu Dahwah. Jakarta: Raja Findo

Persada.

Syukir, Asmuni. (1983). Dasar-Dasar Setrategi Dakwah Islam. Surabaya:

Al Ikhlas.

Ilaihi, Munir (2006). Menejemen Dakwah. Jakarta: kencana.

Gazalba, Sidi (2017). Pandangan Islam Tentang Kebudayaan. Jakarta:

bulan bintang.
Gazalba, Sidi (2018). Islam Dan Kesenian Relevansi Islam Dengan Seni

Budaya. Jakarta: Pustaka Al Husna.

Gazalba, Sidi (2018). Pandangan Islam Tentang Kebudayaan. Jakarta:

Pustaka Husna.

Suteno Dharmo, Budi (2005). Lantunan Sholawat Nasyid. Yogyakarta:

Media Ihsani.

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktis. Jakrta: Rineka cipta.

Indriantoro, Nur (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi

dan Manajemen. Yogyakarta: BPEE.

Azwar, aifuddin (1998). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Press.

Arikunto, uharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek

cet XII. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

J Moleong, Lexy (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Bcuvier, Helene (2002). Lebur! Seni Musik dan Penunjukkan Dalam

Masyarakat Madura. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pramono, Agus (2017). Penguatan Nilai-Nilai Karakter Siswa Melalui Program

Ekstrakurikuler Hadrah di SMK Batur Jaya 2 Ceper. Klaten: Skripsi Klaten.


Syukir, Asuni (1983). Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: All Ikhlas.

falahudin, Iwan (2014). pemanfaatan media dalam pembelajaran. Jakarta.

Wahyu Ilaihi, M. Munir (2006). Metode Dakwah cet. 1. Jakarta: kencana.

Ali, Abdullah (2004). Antropologi Dakwah cet 1. Cirebon: STAIN Press.

Sukayat, T (2015). Ilmu Dakwah. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ana Retnoningsih, Suharso (2011). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang:

Widya Karya.

Kahmad, Dadang (2012). Sosiologi Agama, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai