Anda di halaman 1dari 8

DAMPAK INDUTRI FLOORING TERHADAP LINGKUNGAN

(PERUSAHAAN USAHA FLOORING)

Disusun oleh:

1. Firstyan Deviena Citra Rahayu (22262011022)


2. Choirul Anang (2222011014)
3. Eric Apriliawan Saputra (22262011018)
4. Baros Rimbawando (22262011013)
5. Arya Bayu Ardana (22262011011)

PRODI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS BOJONEGORO 2022
BAB I
1.1 Pendahuluan
Hal yang berkaitan dengan hasil hutan adalah kegiatan pengolahan hasilhutan, antara lain
berupa industri penggergajian kayu. Dalam bidang industripengolahan kayu, industri penggergajian
kayu merupakan pengolahan kayu bulatmentah untuk dijadikan barang setengah jadi atau bahan baku
yang selanjutnyadiolah oleh perusahaan industri kayu hilir menjadi barang jadi.Konsumsi kayu
gergajian dalam negeri yang terbesar adalah untuk bahanbaku industri maupun kebutuhan perumahan,
baik untuk furniture, panel maupunfungsi struktural (konstruksi) dimana kebutuhan tersebut terus
meningkat seiringdengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industriperkayuan
di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengankenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per
tahun, sedangkan produksi kayu bulatdiperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan
demikian terjadi defisitsebesar 45 juta m3(Priyono 2001). Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya
dayadukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu baik untuk kebutuhanindividu
(perumahan) maupun kebutuhan industri. Kayu banyak digunakan untuk berbagai kebutuhaan antara
lain karena kayumudah ditemukan, coraknya indah, dan dapat diperbaharui. Kebutuhan kayu
yangterus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan potensihutan yang terus
berkurang menuntut penggunaan kayu secara efisien danbijaksana, antara lain dengan memanfaatkan
limbah kayu gergajian menjadiproduk yang bermanfaat. Limbah kayu, yang banyak dijumpai di
tempat penggergajian atauperusahaan meubel, biasanya hanya dijadikan bahan bakar atau kadang
justrudibuang begitu saja. Namun, pada saat ini limbah seperti ini mulai banyakdimanfaatkan untuk
bahan baku kerajinan. Salah satu pemanfaatan limbah kayutersebut adalah sebagai bahan baku
pembuatan placemat atau taplak meja. Seperti yang kita ketahui, kerajinan dari kayu cukup diminati
oleh pasar. Pembuatanplacemat ini sangat potensial untuk mengefektifkan pemanfaatan limbah
kayukarena placemat ini dibuat dari cuilan-cuilan (perca) kayu yang kecil-kecil, sehingga lebih
banyak limbah kayu yang dapat dimanfaatkan. Placemat dari limbah kayu ini mempunyai kelebihan,
yaitu mudahdibersihkan karena terbuat dari kayu. Perkembangan produksi placemat ini belumterlalu
populer di kalangan mnasyarakat, padahal hal ini dapat menjadi salah satualternatif untuk
menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.Produksi kerajinan kayu ini bisa dipasarkan di
kalangan menengah ke bawahuntuk akhirnya dikembangkan menjadi home industry atau usaha kecil
menengah.Ditambah dengan kreativitas yang tinggi dalam proses pembuatan, sertainovasi-inovasi
dalam menghias dan mempercantik kerajinan kayu tersebutdiharapkan akan mampu meningkatkan
minat konsumen akan produk ini.
1.2 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat di untungkan karena kaya akan sumber daya alam.
Sebagian besar hutan tropis dunia ada di Indonesia. Dalam hal luasnya hutan tropis, Indonesia
menempati urutan ke 3 terluas di dunia setelah Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Dengan
mempunyai hutan yang luas, menjadikan Indonesia sebagai negara terpenting penghasil berbagai kayu
bulat tropis. Kayu yang dihasilkan antara lain kayu gergajian, kayu lapis dan hasil kayu lainya, serta
pulp untuk pembuatan kertas. Menyadari akan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia,
pada masa orde baru, pemerintah menggalakan ekspor non migas dalam hal penerimaan negara. Kayu
lapis merupakan sejenis papan buatan dengan ukuran tertentu yang terdiri dari sejumlah lembaran
tipis (venir). Venir ini direkatkan satu dengan yang lain dalam arah tegak lurus antara serat-seratnya
di bawah tekanan dan suhu tinggi sehingga akan menghasilkan lembaran papan kayu lebar, mulus dan
kuat dengan ketahanan lentur dan ketahanan pecah yang tinggi (Kliwon.1988). Selanjutnya,
dijelaskan bahwa susunan venir dalam kayu lapis yang tegak lurus ini menyebabkan kayu lapis
mempunyai sifat yang lebih baik dari pada kayu utuh, yaitu kemantapan dimensi yang lebih baik
terhadap perubahan kadar air, tersedia dalam ukuran yang lebih besar, mudah dikerjakan, dan
mempunyai kekuatan yang lebih tinggi pada ketebalan yang sama.
BAB II
2.1 Deskripsi Perusahaan
Perusahaan Usaha Flooring yang terletak di Jalan Blora Cepu Kelurahan Ngelo, lorong Sarirejo
IV Rt.03 Rw.08 Kecamatan Cepu didirikan Bapak Cahyo Wahyu pada tahun 2015 Tujuan
Didirikannya Usaha Flooring ini dikarenakan memiliki prospek yang baik dan diterima di pasar Lokal
bahkan Internasional. Usaha Flooring menghasilkan berbagai jenis ukuran Flooring yang bisa
dimanfaatkan sebagai Lantai, dinding atau keperluan yang lainnya. Kegiatan produksi dilakukan
sesuai permintaan dan kebutuhan konsumen. Dengan dibantu beberapa karyawan usaha yang
didirikan dapat bertahan dan berkembang hingga saat ini. Hal ini di buktikan dengan terus masuknya
permintaan dari konsumen lokal bahkan Internasional. Selain memiliki prospek yang cukup baik di
dunia industri didirikannya usaha Flooring ini guna menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga
sekitar.
2.2 Proses Produksi

Pengerjaan Flooring ini dimulai dari pemilihan bahan baku yang sesuai dan memiliki kualitas.
Bahan baku didapat dari penebangan pohon yang sudah memenuhi standar untuk ditebang, Hutan
Tanaman Industri, dan biasanya dilakukan kegiatan pembelian di salah satu website BUMN.

Setelah didapatkan nya bahan baku dilakukan pemisahan Batang kayu dengan kulit terluar nya, guna
memudahkan pekerja dalam pengolahan.
Selanjutnya.Setelah dilakukan nya pemisahan kulit terluar kayu dengan batang kayu, pada proses ini
kayu masih berupa gelondongan yang memiliki ukuran besar pada tahap ini para pekerja memotong
kayu Gelondong ke beberapa bagian yang lebih kecil. Setelah dipotong menjadi bagian yang lebih
kecil proses selanjutnya adalah memotong kayu sesuai dengan permintaan konsumen.

Proses Flooring setelah seusai dengan permintaan konsumen dilakukan finishing dengan
menghaluskan permukaan Flooring. Untuk finishing pada Flooring dilakukan dengan pemberian
pengecatan pada Flooring, untuk pemberian cat pada Flooring yang paling banyak diminati adalah
pada variasi plitur. Namum finishing pemberian cat ini jarang dilakukan oleh Usaha Flooring ini
dikarenakan 80% permintaan konsumen hanya berupa mentahan Flooring sehingga untuk proses
pengecatan dan proses selanjutnya dilakukan oleh konsumen sendiri.
2.3 Dampak positif Dan Negatif
Usaha Flooring yang didirikan ini mendapat beberapa respon positif maupun negatif dari
beberapa pihak yang berada di sekitar area produksi. Dampak positif yang diberikan seperti
mengenalkan pada dunia perindustrian internasional bahwa kualitas sumber daya alam di Indonesia
dapat bersaing dengan produk luar, terciptanya lapangan pekerjaan yang secara tak langsung
mengurangi angka pengangguran di Indonesia, banyak masyarakat mulai beralih menggunakan
produk dalam negeri, dan produk yang diekspor ke luar negeri secara tak langsung pula meningkatkan
devisa negara. Disamping banyaknya hal positif yang diberikan tak lepas dari dampak negatif yang
muncul, salah satunya dari dihasilkannya limbah industri yang berupa bubuk sisa pemotongan kayu
atau biasa disebut gerjaen. Gerajen sangat mengganggu area sekitar apabila terjadinya tiupan angin
dan mengakibatkan lingkungan kotor karena gerajen yang terbawa angin selain dari lingkungan yang
kotor diakibatkan gerajen ini hal lain yang dapat timbul adalah munculnya penyakit yang menyerang
sistem pernafasan Hal ini karena Debu kayu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang
berupa restriksi, obstruksi ataupun kombinasi. Selain itu Gerajen memiliki sifat yang mudah terbakar
hal ini juga meningkatkan resiko terjadinya kebakaran apabila lalai terhadap suatu proses tertentu.

2.4 Kecelakaan Kerja

1. Bagian kerja: pemotongan kayu pertamaPotensi Bahaya: sikap dan cara kerja Akibat : nyeri
punggung, pegal, bising
2. Bagian Kerja: Pemotongan kayu Tahap keduaPotensi Bahaya: cara kerja dan sikap
kerjaAkibat : konsentrasi, pegal, nyeri punggung
3. Bagian Kerja: finishingPotensi dan Bahaya: cara dan sikap kerjaAkibat; konsentrasi, lengan
pegal, punggung sakit

2.5 Penanggunglangan

Dengan meningkatnya produksi pada usaha Flooring diiringi dengan meningkatnya sisa serbuk
kayu yang menumpuk di area sekitar. Menumpuknya sisa serbuk kayu ini memunculkan pro dan
kontra di kalangan masyarakat sekitar area produksi.
Untuk mengurangi adanya penumpukan sisa serbuk kayu ini dapat dilakukan beberapa kegiatan
seperti hal nya mengumpulkan semua sisa serbuk kayu lalu dilakukan kegiatan fermentasi dalam
kurun waktu seminggu dan dihasilkanlah pupuk berbahan dasar serbuk kayu.
Selain pemanfaatan sisa serbuk kayu sebagai pupuk/ media tanam sisa serbuk kayu juga bisa
dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan batako dikarenakan memiliki sifat menyerap air, apabila
sebuah batako mengandung serbuk kayu lebih banyak masaa batako akan lebih ringan dan kuat
desaknya semakin kecil.
Selain sebagai media tanam dan campuran bahan batako sisa serbuk kayu juga bisa diolah menjadi
briket arang melalui proses tertentu. Dan apabila dimanfaatkan secara optimal serbuk kayu juga bisa
dimanfaatkan sebagai hiasan/ dekorasi ruangan yang memiliki nilai estetika.
BAB III
3.1 Kesimpulan

Dalam kurun waktu beberapa tahun ini masyarakat di Cepu khususnya di daerah sekitar
industri fooring banyak memberikan respon terhadap aktivitas produksi tersebut, baik respon
positif maupun respon negative. Dampak positif limbah yang dihasilkan industry floring berupa
serbuk gergaji sisa dari pemotongan kayu, pemanfaatan serbuk gergaji dapat berupa media
tanam dan bahan kombinasi pembuatan batako. Media tanam yang dibuat dengan
memanfaatkan serbuk kayu bisa lebih memaksimalkan penyerapan air serta unsur hara dalam
tanaman. Sedangkan salah satu dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya
prncemarabn udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri tersebut.
Gerajen sangat mengganggu area sekitar apabila terjadinya tiupan angin dan mengakibatkan
lingkungan kotor karena gerajen yang terbawa angin selain dari lingkungan yang kotor diakibatkan
gerajen ini hal lain yang dapat timbul adalah munculnya penyakit yang menyerang sistem
pernafasan Hal ini karena Debu kayu dalam konsentrasi rendah bila dihisap oleh manusia terus
menerus dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan kelainan pada saluran napas yang
berupa restriksi, obstruksi ataupun kombinasi

3.2 Saran
a. Manajemen perawatan mesin lebih ditingkatkan lagi seperti masalah umur ekonomis mesin,
penanganan spare part sehingga mesin dapat dimanfaatkan secara optimal.
b. Kebersihan lingkungan kerja sebaiknya ditingkatkan.
c. Peningkatan kemampuan baik dari segi skill maupun dari kesadaran etika kerja sangatlah
diperlukan. Dalam hal ini disarankan perlu diadakan training untuk lebih meningkatkan
kesadaran para karyawan akan pentingnya keselamatan dalam bekerja yang dapat berguna
baik untuk perusahaan maupun tenaga kerja.
d. Perlu adanya perbaikan mengenai utilitas serta sarana dan prasarana pendukung. Misalnya :
perlu penambahan WC, perbaikan sirkulasi udara dan pencahayaan pada ruangan tertentu.
e. Sebaiknya memanfaatkan otomasi mesin untuk mengurangi biaya tenaga kerja.
f. Penataan dan perapian kembali di masing-masing ruang kerja akan memberikan dampak
positif bagi karyawan.
g. Seluruh karyawan dan pihak terkait lebih meningkatkan masalah keselamatan kerja sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.
REFERENSI

Sumber:
https://akper-sandikarsa.e-journal.id/JIKSH/article
http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JTSA/article/view/16
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/5985/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
Jurnal ipb

Anda mungkin juga menyukai