Tugas Akhir
Disusun Oleh :
MUHAMAD UBAYDILLAH
11170321000022
Skripsi
Disusun Oleh :
MUHAMAD UBAYDILLAH
11170321000022
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
Oleh:
Muhamad Ubaydillah
NIM: 11170321000022
Pembimbing
i
LEMBAR PERNYATAAN
NIM : 1117032100022
Fakulas : Ushuludin
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah stau persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syari Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan asli saya atau
merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
Muhammad Ubaydilah
ii
iii
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Skripsi yang penulis beri judul “Makna Simbolik Patung Sleeping Buddha di
Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor”, skripsi ini disusun untuk
memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S,Ag) Progrsm Studi
Agama-agama Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh
dari kata sempurna ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya dukungan dari
banyak pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasi kepada banyak pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta yang selalu memberikan nasihat, motivasi, saran,
dukungan baik moril maupun materil. Semoga penulis sebagai anak
tercinta bisa membalas semua perjuangan Ayahanda Nurhasan dan Ibunda
Ummah, dan tidak lupa ucapan trimakasih penulis kepada kakak-kakak
tersayang Ujli dan Siti Maymunah yang telah memberikan motivasi, doa
dan dukungan.
2. Bapak Syaiful Azmi, MA., selaku Kepala Jurusan Studi Agama-agama
dan Ibu Lisfa Sentosa Aisyah, MA., selaku Sekertaris Jurusan Studi
Agama-agama yang telah memberikan arahan dan Motivasi yang luar
biasa kepada penulis dan selalu memberikan pelayanan yang terbaik
kepada mahasiswa/i dengan baik.
3. Ibu Dra. Hj. Hermawati, MA dan Ibu Siti Nadroh S.Ag., M.Ag yang telah
memberikan arahan dan motivasi kepada penulis dalam pengambilan Judul
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Ahmad Rido DESA sebagai dosen Penasehat Akademik yang
telah meluangkan banyak waktu sehingga terciptanya proposal judul
skripsi ini.
v
vi
banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penulis menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk menyempurnakan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi
semua pihak dan dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh semua pihak.
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan kepada kita semua. Aamiin
Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 2 Agustus 2021
Muhamad Ubaydillah
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................................i
ABSTRAK ....................................................................................................................iv
A. Sejarah Muncul dan Berkembang Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat
Kemang Bogor ......................................................................................................... 13
B. Bagian-bagian dari Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor .......... 17
C. Kegiatan di Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor ...................... 26
viii
A. Kesimpulan........................................................................................................... 53
B. Saran ..................................................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................... 61
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
2
2
Nasiman dan Nuswito, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, (Jakarta :
Kemantrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 46
3
Muhammad Ali Imron, Sejaraah Terlengkap Agama-agama di Dunia, (Yugyakarta :
IRCiSoD, 2015), hlm. 116
4
Alm. Ven. Narada Mahathera, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya, (Jakarta: Yayasan
Dharmmadipa Arama, 1992), hlm. 22-24
3
5
Rahmat Fajri. Roni Imail. Khairullah Zikri, Agama-agama Dunia, (Yogyakarta, Jurusan
Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Belukar, 2012), H. 121
6
Rosmani Ahmad, Jurnal : Gerakan-Gerakan Spiritual Dalam Komunitas Buddha,
Analytica Islamica, Vol, 1, No. 1, 2012. Hlm. 164
7
Bhikku Bhodhi, Buddha & Pesannya, (Jakarta : Dian Dharma, 2006), Hlm. 2
8
Effendie Tanumihardja. Sapardi, Herino, BUKU AJARAN MATA KULIAH WAJIB
PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA, (Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016), hlm. 4
9
Sulan. Karsan, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, (Jakarta : Pusat Kurikulum
dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2015), hlm 2
4
dengan posisi tidur ke arah kanan, dan salah satu patung Buddha tidur yang
ada di indonesia yaitu patung Buddha tidur di Kampung Jati Rt 02/06 Desa
Tonjong Kecamatan Tajur Halang Kemang Bogor dengan nama Vihara
Buddha Dharma & 8 Pho Sat, merupakan satu-satunya patung Buddha tidur
terbesar yang ada di Provinsi Jawa Barat, dengan panjang 18 meter dan
tingginya 4,75 meter, yang membedakan Buddha tidur ditempat ini dengan
yang lain yaitu salah satunya ada pada lambang swastika yang mempunyai
makna kedamaian yang ada di dada patung Buddha tidur tersebut dan juga ada
titik merah yang ada di dahi patung Buddha tidur tersebut sebagai simbol
India negara asal Buddha Gautama.10
Dari penjelasan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti
tentang Makna Simbolik Patung Sleeping Buddha. Patung Sleeping Buddha
ini sangat menarik untuk diteliti karena masih banyak masyarakat terutama
dikalangan mahasiswa yang belum mengetahui bahwa Patung Sleeping
Buddha atau Patung Buddha Tidur adalah patung Buddha dengan posisi
Buddha Gautama yang sedang tertidur, padahal Patung Sleeping Buddha itu
sendiri adalah posisi wafatnya sang Buddha. Penulis juga mengangkat kata
Makna yaitu untuk menjelaskan lebih dalam tentang Maksud serta Arti objek
yang akan diteliti, jika penulis tidak menggunakan kata Makna maka
pembahasan tentang objek yang akan diteliti hanya secara global atau tidak
mendalam. Masih banyak makna dan peranan Buddha tidur. Maka penulis
tertarik untuk mengkaji tentang Makna Simbolik Patung Sleeping Buddha,
maka dari itu skripsi ini diberi judul: “MAKNA SIMBOLIK PATUNG
SLEEPING BUDDHA DI VIHARA BUDDHA DHARMA & 8 PHO SAT
KEMANG BOGOR”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka Penulis
mengangkat pokok-pokok permasalahan dalam sekripsi ini sebagai berikut
: Apa Makna Patung Sleeping Buddha di Vihara Buddha Dharma & 8
Phosat?
10
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 59
5
D. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
metode kualitatif. Yang dimaksud kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak bisa diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara-cara lain dari
kuantitatif. Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk
penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkahlaku,
fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain.11
Adapun pendekatan yang penulis gunakan yaitu yang pertama
pendakatan Antropologi. Pendekatan ini berupaya memahami
kebudayaan-kebudayaan produk manusia yang berhubungan dengan
agama. Sejauh mana agama memberi pengaruh terhadap budaya dan
sebaliknya, sejauh mana kebudayaan suatu kelompok masyarakat memberi
pengaruh terhadap agama. Menurut Clifford Geertz dapat dipahami bahwa
11
Pupu saeful Rahmah, Jurnal : Penelitian Kualitatif, EQUILIBRIUM,Vol. 5, No. 9,
Januari – Juni 2009. Hlm. 2.
6
E. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini penulis akan menunjukan beberapa
karya tulis ilmiah yang telah dibahas tentang patung sleeping Buddha,
untuk menunjukan orisinilitas karya tulis ilmiah ini. Dibawah ini
merupakan beberapa penulis yang pernah menulis atau sekilas mirip
dengan penulis gunakan yaitu:
12
Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015),
hlm. 48-53
13
Iqbal, Jurnal : Penelitian Kepustakaan, Volume 05 No. 01, 2011. Hlm. 38.
7
F. Kerangka Teori
1. Makna simbolik
Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur
bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Menurut Lyons dan
14
http://repository.uinjkt.ac.id Diakses pada tanggal 1 Februari 2021 pukul 13:35 WIB
15
https://repository.isi-ska.ac.id diakses pada tanggal pada 1 Februari 2021 pukul 14:10
WIB
16
https://repository.usu.ac.id diakses pada 1 Februari 2021 pukul 14:10 WIB
8
17
Sofia Filiandini, Jurnal : Makna Simbolik Upacara Kayori Suku Pendau di Desa Tovia
Tambu Kecamatan Balaesang, Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 4 No 1 (2019), hlm 85
18
Agustiono A, Jurnal : Makna Simbol Dalam Kebudayaan Manusia, Jurnal Ilmu
Budaya, Vol, 8, No. 1 Tahun 2011, hlm 2.
9
10
11
G. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab dan sub bab
yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan Merupakan bab yang terdiri dari lima sub
bab, yang berisi antara lain : Latar Belakang Masalah,
20
Aceng Hasani, JURNAL : MEMBACA BAHASA DAN SASTRA INDONESIA, Banten :
MLI Cabang Untirta dam Hiski, Volume 2 Nomor 2 Nov 2017, hlm 167.
12
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG VIHARA BUDDHA
DHARMA & 8 PHO SAT KEMANG BOGOR
21
Oka Diputhara, Agama Buddha Bangkit, (Arya Suryacandra Berseri, 2006), hlm. 25
13
14
BOGOR 229,4
UTARA 12 5,662 2,703 356 767 46 12 238,958
TANAH
SEREA 199,8
L 64 6,591 3,195 215 612 40 3 210,520
22
Jumlah pemeluk agama dikota Bogor tahun 2019,
https://data.kotabogor.go.id/user/detailstatistik/190 diakses pada tanggal 24 Februari 2019 Pukul
00:18
23
PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR,
https://sanitasi.kotabogor.go.id diakses pada tanggal 24 Februari 2019 Pukul 00:14
15
24
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
25
Novrizal Primayudha dkk, Jurnal : MAKNA PENERAPAN ELEMEN INTERIOR PADA
BANGUNAN VIHARA SATYA BUDHI-BANDUNG, Jurnal Rekajiva Desain Interior Itenas, Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional, No.01| Vol. 02, 2014, hlm 14
26
Jenny Irawan dkk, Jurnal : Kajian Perbedaan Interior Ruang antara Vihara dan
Klenteng di Tarakan, JURNAL INTRA Vol. 3, No. 2, (2015). hlm. 515
16
27
Marga Singgih, Tridharma Selayang Pandang, (Jakarta : Perkumpulan Tridharma,
2016), hlm. 16-17
28
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
29
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 3
17
18
33
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 4-6
34
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 24 Maret 2021.
19
20
39
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 24-26
40
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata yojana adalah
satuan ukuran panjang, sama dengan 9 mil. Arti lainnya dari yojana adalah jarak. Contoh: seyojana
mata, sejauh mata memandang. (https://lektur.id/arti-yojana/ di akses pada Selasa, 2 Maret 2021
Pukul 15:58)
21
22
23
memiliki akar kebajikan. Sama seperti dewa delapan Pho Sat yang
lain patung Ksitigarbha atau Tee Cong Ong Pho Sat ditempatkan di
ruang delapan Pho Sat.
12. Kuan Seng Tee Kun (Satya Dharma/Kwan Kong)
Kwan Kong atau sering disebut Guan Di, yang berarti
paduka Guan adalah seorang panglima perang kenamaan yang
hidup pada zaman San Guo/Sam Kok (221-269 M). Nama aslinya
adalah Guan YU atau Guan Yun Chan. Kwan Kong dipuja karena
kejujuran dan kesetiaan, ia adalah lambing atau tauladan kesatria
sejati yang selalu menepati janji dan setia pada sumpahnya.
Pada Vihara ini patung Kwan Kong ditempatkan diruangan
tersendiri yang letaknya tidak jauh dengan ruangan delapan Pho
Sat.41
13. Tayasuhu Sakyamuni Ji Lay Hud (Tridarma)
Secara umum Sakyamuni Buddha disebut Ru Lai Fo (Ji
Lay Hud – Hokkian ), dan hari lahirnya diperingati pada tanggal 8
bulan 4 Imlek. Menurut sejarah, Sakyamuni Buddha adalah
Sidharta Gautama atau yang kemudian lazim disebut sebagai
Buddha Gautama. Sidharta lahir pada tahun 560 SM disebuah
negeri yang bernama : Kapilavastu dekat Nepal.42
Terdapat tiga Altar Tayasuhu Sakyamuni Ji Lay Hud di
Vihara ini satu di ruang 8 Pho Sat, satu di ruang Buddha Tidur
dam satu lagi di ruang Tridharma, pada ruang tridharma ini altar
Tayasuhu Sakyamuni Ji Lay Hud bersamaan dengan dua Altar
lainnya yaitu Khonghucu dan Lao Cu.
Tridharma sendiri adalah agama yang penghayatannya
menyatu dalam ajaran Buddha, Khonghucu, dan Tao. Pergerakan
Tridharma dimulai pada awal tahun 1920 yang dipelopori oleh
Kwee Tek Hoay, dan beliau diangkat sebagai Bapak Tridharma
41
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 30-56
42
Sakyamuni Buddha, https://tridharma.or.id/sakyamuni-buddha/ di akses pada Sabtu, 6
Maret 2021 Pukul 16:49)
24
43
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 57
44
Ahmad Zarkasi, Jurnal : MENGENAL POKOK-POKOK AJARAN KONG HUCU, Al-
AdYaN/Vol.IX, N0.1/Januari-Juni/2014, hlm. 21
45
I Wayan Widiana. Jurnal : FILSAFAT CINA: LAO TSE YIN-YANG KAITANNYA
DENGAN TRI HITA KARANA SEBAGAI SEBUAH PANDANGAN ALTERNATIF MANUSIA
TERHADAP PENDIDIKAN ALAM, Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 2 No 3 Tahun 2019, hlm. 113
25
46
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 24 Maret 2021.
26
27
49
Wagito, Jurnal : VIHARA THERAVADA DI KOTA SINGKAWANG, Jurnal online
mahasiswa Arsitektur Universitas Tanjungpura Volume 5 / Nomor 1 / Maret 2017, hlm. 54
50
A. Agung dkk, Jurnal : Vihara Buddha Theravada di Surabaya, JURNAL eDIMENSI
Vol.1 No. 2 (2013), hlm. 147
28
29
54
Herman Utomo. NY. Silvie Utomo, Ibadah Dari Vihara ke Vihara, (Kelompok
Spiritual Universitas Jakarta), hlm. 29
55
Arief Wibowo, Jurnal : Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha, SUHUF, Vol.
20, No. 1, Mei 2008: hlm. 80
56
Sulan. Karsan, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, (Jakarta : Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2015), hlm 2
BAB III
MAKNA PATUNG DALAM AGAMA BUDDHA
57
Eka Citta, Jurnal : Simbol dalam Agama Buddha, no. XXVIII/April/2008, hlm. 6
58
Ilmi Solihat, Jurnal : MAKNA DAN FUNGSI PATUNG-PATUNG DI BUNDARAN
CITRA RAYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN, (Bantren :Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa), Volume 2 Nomor 2 Nov 2017, hlm. 166-167
30
31
32
62
Arief Wibowo, Jurnal : Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha, SUHUF, Vol.
20, No. 1, Mei 2008: hlm. 79-80
63
Ibid, hlm. 79
64
Arief Wibowo, Jurnal : Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha, SUHUF, Vol.
20, No. 1, Mei 2008: hlm. 95
33
65
Bhikkhu Dhammadhiro, BUDDHARÛPA “Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek
Pujaan”, (Yayasan Sammasayambhu, 2012), hlm. 23
66
Eka Citta, Jurnal : Simbol dalam Agama Buddha, no. XXVIII/April/2008, hlm. 6-7
34
35
67
Ilmi Solihat, Jurnal : MAKNA DAN FUNGSI PATUNG-PATUNG DI BUNDARAN
CITRA RAYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN, (Bantren : MLI Cabang Untirta
dan HISJI Banten), Volume 2 Nomor 2 Nov 2017, hlm. 167
68
Eka Citta, Jurnal : Simbol dalam Agama Buddha, no. XXVIII/April/2008, hlm. 6-7
36
69
Eka Citta, Jurnal : Simbol dalam Agama Buddha, no. XXVIII/April/2008, hlm. 6-7
37
70
Willy Yandi Wijaya, DHAMMA DANA PARA DHAMMADUTA, (Yogyakarta :
Vidyasena Production, 2009), hlm. 50
71
I Wayan Rasna, Jurnal : “Rerajahan Kawisesan” dalam Teks “Ajiblêgodawa”: Sebuah
Kajian Etnosemiotika, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja-Bali, JURNAL KAJIAN BALI
Volume 05, Nomor 02, Oktober 2015, hlm. 113
72
Herman Utomo dkk, Ibadah Dari Vihara ke Vihara, (Kelompok Spiritual Universitas
Jakarta), hlm. 29
73
Bhikkhu Dhammadhiro, BUDDHARÛPA “Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek
Pujaan”, (Yayasan Sammasayambhu, 2012), hlm. 42
38
74
Bhikkhu Dhammadhiro, BUDDHARÛPA “Bagaimana Buddhis Menyikapi Objek
Pujaan”, (Yayasan Sammasayambhu, 2012), hlm. 42-43
39
ini secara harfiah berarti tercapainya pantai seberang, dia juga bisa berarti
“Jika Anda menyelami batin Anda, maka kearifan akan melimpah keluar”.
Dengan demikian, “Dana-Paramita” bisa diartikan sebagai disiplin
memberikan persembahan, dimana anda bisa menanggapi dan menampung
kearifan yang muncul dari dalam tersebut.
Ada berbagai macam persembahan. Yang paling umum adalah
persembahan harta benda misalnya, pakaian, barang, prabotan, atau
perhiasan kepada para pencari Kebenaran, pemimpin agama atau orang
miskin. Mempersembahkan sesuatu kepada orang lain adalah wujud cinta,
bahkan sekalipun anda tidak memberikan berupa barang, anda dapat
memberikan senyuman. Senyuman di wajah anda akan membantu dunia
menjadi lebih baik.75
75
Ryuho Okawa, Hakikat Ajaran Buddha, (Jogjakarta : SAUJAN, 2004), hlm. 93-94
BAB IV
MAKNA PATUNG SLEEPING BUDDHA DI VIHARA
BUDDHA DHARMA & 8 PHOSAT
40
41
78
Arief Wibowo, Jurnal : Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha, SUHUF, Vol.
20, No. 1, Mei 2008: hlm. 80
79
Pandita s. Widyadharma, Intisari Agama Buddha, (Jakarta : Yayasan Dana Pendidikan
Buddhis Nalanda, 1977), hlm. 1-2
42
80
Bhiksu Andhanavira, RIWAYAT SINGKAT BUDDHA, (Jakarta : Vihara Lalitavistara.
1986), hlm. 15
81
Pandita s. Widyadharma, Intisari Agama Buddha, (Jakarta : Yayasan Dana Pendidikan
Buddhis Nalanda, 1977), hlm. 2
82
Bhiksu Andhanavira, RIWAYAT SINGKAT BUDDHA, (Jakarta : Vihara Lalitavistara.
1986), hlm. 17
43
83
Dian Sri Pandewi, Buddha, (Denpasar : Vidya Aksara, 2008), hlm. 16-17
84
Bhiksu Andhanavira, RIWAYAT SINGKAT BUDDHA, (Jakarta : Vihara Lalitavistara.
1986), hlm. 17
85
Pandita s. Widyadharma, Intisari Agama Buddha, (Jakarta : Yayasan Dana Pendidikan
Buddhis Nalanda, 1977), hlm. 2
44
45
90
Carina Tjandradipura dkk, Jurnal : REPRESENTASI DAN ORIENTASI SIMBOL
PENGHORMATAN DALAM DINAMIKA RUANG IBADAH AGAMA BUDDHA (Studi Kasus:
Ruang Ibadah Cetiya di Bandung), Jurnal I D E A L O G Jurnal Desain Interior & Desain Produk
Vol.1 No.1, April 2016, hlm. 15
46
Gambar Patung Buddha tidur di Vihara Buddha Dharma & 8 Phosat Kemang
Bogor
Ukuran Patung Buddha Tidur ini yaitu 18 meter, yang artinya satu
ditambah delapan yaitu sembilan yang bermakna umur panjang,
kesejahteraan, angka delapan dalam masyarakat chinese atau tionghoa
dipercaya sebagai angka pembawa hoki, angka delapan dan sembilan juga
dipercaya sebagai angka yang bagus untuk ukuran-ukuran sebuah
bangunan. Tinggi Patung Buddha Tidur ini 4,75 meter, yang tertinggi ada
diposisi sebelah bahu, dan untuk panjang alasnya yaitu 22 meter.
91
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
92
Joko Sutrisno, HUBUNGAN KEBIASAAN POSISI TIDUR DENGAN RESIKO
TERJADINYA SERANGAN ULANG PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI POLI
JANTUNG RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI, (Kediri : STIKES SURYA MITRA HUSADA),
hlm. 2-3
47
93
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
94
Willy Yandi Wijaya, DHAMMA DANA PARA DHAMMADUTA, (Yogyakarta :
Vidyasena Production, 2009), hlm. 50
95
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
96
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_275947609889.pdf.
Diakses pada tanggal 23 februari 2021 pukul 21:26 WIB
48
tidak mempermasalahkan hal tersebut karena baginya setiap doa pasti akan
sampai kepada Sang Pencipta yang sama.97
Awalnya pembuatan Patung Buddha Tidur ini ingin mengunakan
batu dan dipahat, namun mencari batu yang berukuran 18 meter itu cukup
sulit, kemudian Bapak Andi Suwanto mendapat pencerahan kembali yaitu
pengerjaannya dengan cara dicor dengan menggunakan kerangka besin,
dalam pengerjaan ini menghabiskan 500 sak semen. Setelah selesai
pengecoran barulah kerangka tersebut dicopot, dan baru bisa dibentuk.
Bagian tersulit dari pembentukan Patung Buddha Tidur ini yaitu ada pada
bagian muka, karena menurut Bapak Andy Suwanto untuk bagian muka
harus sesuai dengan Buddha yang beliau temui dalam meditasi, bahkan
sampai lima kali pembongkaran demi menginginkan Aura Patung Buddha
Tidur yang sesuai seperti yang beliau temui dalam meditasi. Dan akhirnya
mendapatkan hasil yang hampir mirip seperti yang beliau temui dalam
meditasi.
Selain pengerjaan Patung Buddha Tidur yang rumit, pengerjaan
bantalan tidak kalah rumit karena jika pengerjaan bantalan yang salah bisa
mengakibatkan Patah dan nantinya akan lebih sulit untuk diperbaikinya.
Dalam pengerjaan bantalan atau alas Patung Buddha Tidur ini
membutuhkan dua puluh tujuh cakar ayam dengan kedalaman 2 meter,
setelah itu pembentukan atasnya dengan anyaman besi setinggi 30 senti.
Setelah selesai patung dan alasnya barulah menuju tahap selanjutnya, yaitu
prosesi penyucian, prosesi penyucian ini dengan cara pemandian Patung
Buddha Tidur yaitu dengan air, bunga sedap malam, dan bunga melati.
Bunga sedap malam dan melati ini sendiri mempunyai makna suci salah
satunya dilihat dari warna bunganya yang putih. 98 Setelah selesai
menjalankan seluruh prosesinya barulah Patung Buddha Tidur ini
97
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andy Suwanto, selaku pendiri Vihara Buddha
Dharma 8 Pho Sat sekaligus Guru Spiritual, di Vihara Buddha Dharma 8 Pho Sat Kemang Bogor.
11 Maret 2021.
98
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andy Suwanto, selaku pendiri Vihara Buddha
Dharma 8 Pho Sat sekaligus Guru Spiritual, di Vihara Buddha Dharma 8 Pho Sat Kemang Bogor.
11 Maret 2021.
49
99
Andy Suwanto Dhanujaya, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping Buddha),
(Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017), hlm. 59
100
Marga Singgih, Tridharma Selayang Pandang, (Jakarta : Perkumpulan Tridharma,
2016), hlm. 16-17
101
Abdul Syukur, Jurnal : Fundamentalisme dalam Agama Buddha, UNISIA NO.
45/XXV/II/2002, hlm. 175
102
Herman Utomo. NY. Silvie Utomo, Ibadah Dari Vihara ke Vihara, (Kelompok
Spiritual Universitas Jakarta), hlm. 42
50
Seperti halnya jemaat di Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat, yang
umumnya berdoa menginginkan agar hidupnya selalu diberikan umur
panjang, banyak rezeki, enteng jodoh, dihindarkan dari segala macam
penderitaan hidup dan senang sepanjang hidup, untuk semua
keturunannya. Bahkan ada yang sengaja datang hanya untuk mendapatkan
ketenangan batin, karena banyaknya persoalan yang dihadapi dalam
berkehidupan, menjadikan diri seseorang menjadi galau atau pun risau.
Patung Buddha tidur menjadi tujuan utama ketika seseorang datang ke
Vihara ini, setelah itu diri seseorang menjadi lebih tenang batinnya dan
menjadi lebih bijak dalam menghadapi masalah-masalah hidup, seseorang
menjadi lebih berani mengambil keputusan tidak lagi ada rasa takut karena
Buddha sudah tertanam dihati.103 Dalam permasalahan hidupan seseorang
pasti mengalami kegagalan atau permasalahan tersendiri, karenanya
Buddha Tidur menjadi salah satu tujuan utama seseorang ketika datang ke
Vihara ini, yang menjadikan diri lebih tenang dan lebih berani dalam
menghadapi permasalahan hidup, bahkan dalam hal usahapun terasa lebih
mudah ketika sudah berkunjung ke Vihara ini khususnya ke Patung
Buddha Tidur. Para jemaat di Vihara ini pun datang tanpa ada paksaan,
melainkan keinginan diri sendiri.104
Jemaat yang di Vihara ini dari berbagai daerah khususnya daeran
Jabodetabek, ada pula tamu-tamu atau jemaat yang dari luar kota, luar
pulau, seperti Kalimantan, Pulau Sumatera bahkan dari mancanegara
seperti, Malaysia, Singapura, Cina, Thailand, bahkan dari Timur Tengah,
tidak jarang banyak dari jemaat yang datang hanya sekedar berkunjung,
belajar, ataupun beribadah.105
Dalam agama Buddha kerukunan atau toleransi dinilai penting
sebagai pandangan hidup manusia yang menuntut manusia untuk
menerapkan perilaku hormat menghormati pada setiap tindakan dan
103
Wawancara Pribadi dengan Bapak Iyan Hadi, selaku Jama’at di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 11 Maret 2021.
104
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sela Kurnia Winata, selaku Jama’at di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 11 Maret 2021.
105
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di Vihara Buddha
Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari 2021.
51
52
106
Sofia Hayati dkk, Jurnal : Kerukunan Umat Beragama Dalam Prspektif Agama
Buddha Dan Islam, JSA/Juni 2019/th. 3/no 1, hlm. 25-26
107
Rosmani Ahmad, Jurnal : Gerakan-gerakan Spiritualitas Dalam Komunitas Buddha,
Analytica Islamica, Vol. 1, 2012: hlm. 174
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas yang telah penulis paparkan dalam skripsi
ini, tentang MAKNA SIMBOLIK PATUNG SLEEPING BUDDHA DI
VIHARA BUDDHA DHARMA & 8 PHOSAT sebagai berikut : Para
Buddhis membuat patung Buddha agar dapat mengenang kembali Buddha
dan ajaran-ajarannya, dan patung tersebut juga dianggap sebagai benda
suci. Oleh karena patung Buddha merupakan gambaran dari Roh
Kebuddhaan yang bersemayam pada diri Siddharta, atau merupakan
pancaran diri Makna Patung Buddha dalam Agama Buddha Sang Adhi
Buddha, maka tidaklah mustahil bagi para Buddhis selalu
menghormatinya. Patung Buddha juga digunakan oleh para Buddhis
sebagai alat untuk berkonsentrasi dan meditasi dalam beribadah menuju
Tuhan Yang Maha Esa yang disebut Sang Hyang Adhi Buddha. Karena itu
(patung Buddha tidak pernah ketinggalan) dalam upacara-upacara agama
Buddha Mahayana, baik di Vihara maupun di rumah-rumah para Buddhis,
(para pemeluk agama Buddha).
Orang membuat patung tentu ada maksudnya, seperti halnya arca
atau patung Buddha. Patung Buddha dibuat oleh kaum Buddhis untuk
mengenang jasa-jasanya dan keagungan budinya terutama ajaran-ajaran
yang membuat berjuta-juta manusia hidup dalam ketentraman dan
kedamaian. Walaupun wujud patung Buddha tidak mirip betul dengan
wajah Buddha atau Shiddartha yang sebenarnya, tetapi lukisan patung
Buddha, bagi kaum Buddhis harus selalu membayangkan dengan benar-
benar meresapi siapakah Buddha itu. Patung Buddha lebih banyak
menggambarkan suatu tipe dari pada wujud orangnya.
Patung Buddha Tidur di Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat,
didirikan sebagai penghormatan kepada Sang Buddha. Posisi Patung
Buddha Tidur didirikan dengan posisi berbaring kearah kanan yaitu posisi
wafatnya Sang Buddha atau Mahaparinibbana. Patung Buddha Tidur ini
53
54
juga bisa diartikan sebagai posisi manfaat tidur. Manfaat tidur miring ke
kanan yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, selain
itu tidur miring ke kanan memberikan manfaat agar tidak memberatkan
kerja jantung dan untuk membantu renovasi fungsi jantung. Tidur miring
ke kanan juga membantu kelancaran buang air besar.
Ukuran Patung Buddha Tidur ini yaitu 18 meter, yang artinya satu
ditambah delapan yaitu sembilan yang bermakna umur panjang,
kesejahteraan, angka delapan dalam masyarakat chinese atau tionghoa
dipercaya sebagai angka pembawa hoki, angka delapan dan sembilan juga
dipercaya sebagai angka yang bagus untuk ukuran-ukuran sebuah
bangunan. Tinggi Patung Buddha Tidur ini 4,75 meter, yang tertinggi ada
diposisi sebelah bahu, dan untuk panjang alasnya yaitu 22 meter.
Pada Patung Buddha Tidur ini terdapat tanda Swastika di dada,
Swastika merupakan simbol kuno yang telah digunakan oleh berbagai
budaya untuk melambangkan kehidupan, matahari, kekuasaan, kekuatan,
dan keberuntungan. Begitu pula dalam tradisi ajaran agama Buddha,
swastika melambangkan hal-hal yang baik dan positif. Selain itu, swastika
juga merepresentasikan jejak kaki Sang Buddha (Buddhapada). Swastika
kerap kali digunakan sebagai tanda atau icon dalam sebuah teks Buddhis.
Di Cina dan di Jepang, swastika digambarkan sebagai simbol
kemajemukan, kebahagiaan, kesejahteraan, dan umur yang panjang. Saat
ini, swastika masih digunakan sebagai tanda istimewa pada patung-patung
Sang Buddha dan wiharawihara. Dan ada titik merah di dahi yaitu sebagai
tanda bahwa Sang Buddha berasal dari India, pada telapak kaki juga
terdapat roda yang menggambarkan Roda Dharma. Roda Dharma itu
sendiri memiliki delapan ruas yang merupakan perlambangan dari Jalan
Mulia Berunsur Delapan. Lingkaran atau bentuk roda memiliki makna
hukum sebab akibat (Karma) dimana saling berkaitan satu sama lain.
B. Saran
Sebuah karya pasti tidak luput dari kesalahan dan kekurangan.
Seperti halnya penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
banyak kesalahan, kekurangan dan kekeliruan. Oleh sebab itu, saran dan
55
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku
Fajri. Rahmat dkk, Agama-agama Dunia, Yogyakarta, Jurusan
Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
Belukar, 2012.
Nasiman dkk, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, Jakarta :
Kemantrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Ali Imron. Muhammad, Sejaraah Terlengkap Agama-agama di Dunia,
Yogyakarta : IRCiSoD, 2015.
Narada Mahathera. Alm. Ven, Sang Buddha dan Ajaran-ajarannya,
Jakarta: Yayasan Dharmmadipa Arama, 1992.
Bhodhi. Bhikku, Buddha & Pesannya, Jakarta : Dian Dharma, 2006.
Tanumihardja. Effendie dkk. BUKU AJARAN MATA KULIAH WAJIB
PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA, Direktorat Jendral
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, 2016.
Karsan. Sulan, Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti, Jakarta :
Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud, 2015.
Suwanto Dhanujaya. Andy, Vihara Buddha Dharma & 8 Pho sat (Sleeping
Buddha), Bogor : Panti Asuhan Yayasan Teratai Kasih, 2017.
Zainul Bahri. Media, Wajah Studi Agama-agama, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2015.
Khairiah, AGAMA BUDHA, Yogyakarta : KALIMEDIA 2018.
Diputhara. Oka, Agama Buddha Bangkit, (Arya Suryacandra Berseri,
2006.
Singgih. Marga, Tridharma Selayang Pandang, Jakarta : Perkumpulan
Tridharma, 2016.
Utomo, Herman dkk, Ibadah Dari Vihara ke Vihara, (Kelompok Spiritual
Universitas Jakarta).
Solihat. Ilmi. MAKNA DAN FUNGSI PATUNG-PATUNG DI BUNDARAN
CITRA RAYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN,
56
57
Sumber Jurnal
Ahmad. Rosmani, Jurnal : Gerakan-Gerakan Spiritual Dalam Komunitas
Buddha, Analytica Islamica, Vol, 1, No. 1, 2012.
58
59
Sumber Internet
http://repository.uinjkt.ac.id Diakses pada tanggal 1 Februari 2021 pukul
13:35 WIB
https://repository.isi-ska.ac.id diakses pada tanggal pada 1 Februari 2021
pukul 14:10 WIB
https://repository.usu.ac.id diakses pada 1 Februari 2021 pukul 14:10 WIB
Jumlah pemeluk agama dikota Bogor tahun 2019,
https://data.kotabogor.go.id/user/detailstatistik/190 diakses pada
tanggal 24 Februari 2019 Pukul 00:18
60
Sumber Wawancara
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di
Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 9 Februari
2021.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andrean Halim, selaku sekretaris di
Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 24 Maret
2021.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Andy Suwanto, selaku pendiri Vihara
Buddha Dharma & 8 Pho Sat sekaligus Guru Spiritual, di Vihara
Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 11 Maret 2021.
Wawancara Pribadi dengan Bapak Iyan Hadi, selaku Jama’at di Vihara
Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 11 Maret 2021.
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sela Kurnia Winata, selaku Jama’at di
Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor. 11 Maret
2021.
61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
62
PEDOMAN WAWANCARA
1. Tahun berapa Vihara ini berdiri?
2. Bagaimana sejarah Vihara ini didirikan?
3. Apa alasan pengambilan nama Vihara ini?
4. Dari mana Sumber dana untuk pembangunan Vihara ini
5. Apakah sejak Awal berdirinya Vihara ini sudah berbentuk bangunan
Vihara atau Klenteng?
6. Hari apa saja dan Jam Berapa Vihara dibuka
7. Pada tahun berapa Patung Buddha Tidur Mulai didirikan?
8. Apa alasannya Patung Buddha Tidur ini didirikan?
9. Makna Simbolik apa saja yang ada pada Patung Sleeping Buddha ini?
10. Bagaimana Proses Pembangunan Patung Buddha Tidur ini?
11. Memerlukan berapa lama pengerjaan Patung Buddha tidur ini?
12. Bagaimana proses pensakralisasian patung-patung yang ada di Vihara ini
terutama Patung Sleeping Buddha ini?
13. Apa saja perayaan hari-hari besar di Vihara ini?
14. Apa saja kegiatan yang ada di Vihara ini?
15. Apa yang dilakukan Jamaat selain berdoa?
16. Adakah peran Vihara terhadap masyarakat sekitar?
17. Bagaimana menurut anda tentang Patung Buddha Tidur ini?
18. Adakah pengaruh Patung Buddha Tidur ini dalam kehidupan anda sehari-
hari?
19. Sudah barapa lama anda mengenal Patung Buddha tidur yang ada di
Vihara ini?
20. Dari siapa anda mengetahui keberadaan Patung Buddha tidur ini?
21. Apa yang anda ketahui tentang Patung Buddha tidur ini?
63
Lampiran I
64
65
Lampiran II
66
Lampiran III
67
68
69
Lampiran IV
70
71
Lampiran V
72
Lampiran VI
73
Lampiran VII
74
Lampiran VIII
75
Lampiran IX
76
Lampiran X
77
78
Wawancara dengan Ibu Sheila dan Bapak Ian Haji Jamaat di Vihara
Buddha Dharma & 8 Pho Sat Kemang Bogor.
79
80
81
82