Malik bin Anas lahir di Madina pada 93 H atau 711 M dengan nama lengkap ABDULLAH MALIK BIN ANAS BIN MALIK BIN ‘AMR BIN AL-HARRITS. Ia adala putra dari Anas Bin Malik dan Aaliyah Binti Shurayk Al-Azdiyyah. Keluarganya berasal dari dari suku Al-Asbahi Yaman. Tetapi kakek buyutnya memindahkan mereka ke Madina setelah masuk Islam pada 623 M. Selama tinggal di Madina, Imam Malik menghabiskan waktunya untuk menghafal Al- qur’an. Ia belajar bacaan dari gurunya yang bernama Abu Suhail Nafi Bin Abd Ar-Rahman. Selain itu jug ia belajar di bawah bimbingan ulama terkenal seperti, Hisham Bin Urwah dan Ibn Shihab Al- Zuhri. Selama menjalani pendidikan, Imam Malik dikenal sebagai anak yang sangat cerdas. Ia pernah di acakan 31 hadist Rasulullah dan mampu mengulanginya dengan baik tanpa kesalahan. Pada tanggal 10 Rabi’ul Awwal 179 H, Imam Malik mulai jatuh sakit. Ia kemudian wafat di usia 83 atau 84 tahun di Madina pada 795 M. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Al-Baqi di seberang masjid Nabawi di Madina.
B. PEMIKIRAN EKONOMI IMAM MALIK BIN ANAS
Beliau menerapkan prinsip/azas al-Maslahah al-Mursalah. Al- Maslahah dapat diartikan
sebagai azas manfaat (benefit), kegunaan (utility), yakni sesuatu yang memberi manfaat baik kepada individu maupun kepada masyarakat banyak. Sedangkan prinsipal-Mursalah dapat diartikan sebagai prinsip kebebasan, tidak terbatas, atau tidak terikat. Dengan pendekatan kedua azas ini, Malik bin Anas mengakui bahwa pemerintah Islam memiliki hak untuk memungut pajak demi terpenuhinya kebutuhan bersama bila diperlukan melebihi dari jumlah yang ditetapkan secara khusus dalam syari’ah. Selain itu, beliau juga menggunakan istihsan dalam berbagai masalah, seperti jaminan pekerjaan, menolong pemilik dapur roti dan mesin giling, bayaran kamar mandi bagi semua orang itu sama dan pelaksanaan Qisas harus menghadirkan beberapa orang saksi dan sumpah.