Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI

BUDIDAYA KEDELAI

ERVAN TYAS WIDYANTO, SST


Nip. 19840725 201706 1 001

BALAI PENYULUHAN PERTANIAN


DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN BLITAR
PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena RidhoNya


sehingga dapat tersusun materi Teknologi Budidaya Kedelai.
Materi ini disusun sebagai media pelaksanaan kegiatan penyuluhan agar
lebih terarah, efektif, dan efisien sehingga berdaya guna dan berhasil guna tinggi.
Kami menyadari penyusunan materi ini masih terdapat kekurangan. Kami
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dan kebaikan di masa yang akan datang serta dapat berguna bagi
petani.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
II. VARIETAS UNGGUL ..................................................................... 2
III. PERSIAPAN LAHAN ..................................................................... 7
IV. PENANAMAN ................................................................................. 7
V. PEMUPUKAN ................................................................................. 9
VI. PENGAIRAN ................................................................................... 12
VII. PANEN & PASCA PANEN ............................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13
I. PENDAHULUAN
Selain beras dan jagung, kedelai merupakan salah satu komoditi
pangan utama di Indonesia. Kebutuhan terhadap komoditas kedelai ini terus
meningkat dari tahun ke tahun karena mempunyai banyak fungsi, baik sebagai
bahan pangan utama, pakan ternak, maupun sebagai bahan baku industri
skala besar hingga kecil atau rumah tangga. Kedelai merupakan sumber
protein nabati dengan kandungan protein 39% dan harganya relatif murah
yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas (Setyono, 2016).
Dari aspek sumber daya lahan (biofisik lahan dan iklim),
pengembangan kedelai dapat diarahkan pada wilayah yang berpotensi tinggi,
baik pada lahan sawah maupun lahan kering (BBSDLP, 2008). Kedelai pada
umumnya dapat ditanam pada lahan sawah baik sawah tadah hujan, sawah
semi intensif, maupun pada sawah irigasi teknis. Lahan sawah tersebut, ada
yang ditanami dua kali dan ada juga satu kali dalam setahun. Kendala utama
penanaman kedelai terutama adalah kondisi iklim yang tidak menentu dan
tingginya serangan hama dan penyakit. Perubahan iklim yang secara tiba-tiba
akan mengganggu pertumbuhan dan produksi kedelai. Kedelai merupakan
tanaman yang sangat peka pada curah hujan yang tinggi dan kekeringan yang
berkepanjangan. Ada beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan dan
genangan.
II. VARIETAS UNGGUL
a. Varietas Unggul Umur Genjah
Varietas kedelai yang berumur genjah (< 80 hari) antara lain : Gepak Ijo
(76 hari), Gepak Kuning (73 hari), Grobogan (76 hari), Baluran (80 hari),
Argomulyo (80 hari), Leuser (78 hari), dan Malabar (70 hari).

Gambar 1. Varietas Grobogan


b. Varietas Unggul Umur Sedang
Varietas kedelai umur sedang (81-89 hari) antara lain : Burangrang (82
hari), Sinabung (88 hari), Kaba (85 hari), Tanggamus (88 hari), Sibayak
(89 hari), Lawit (84 hari), Menyapa (85 hari), Ijen (83 hri), Panderman
(85 hari), dan Rajabasa (85 hari), Gumitir (81 hari), Argopuro (84 hari),
Detam-1 (84 hari), Detam-2 (82 hari).

Gambar 2. Varietas Panderman


c. Varietas Unggul Umur Dalam
Varietas kedelai umur dalam (90> hari) antara lain : Arjasari (98 hari),
Seulawah (93 hari), Merubetiri (95 hari), Anjasmoro (92 hari), Mahameru
(94 hari), Nanti (91hari), Manglayang (92 hari), dan Ratai (90 hari).
d. Varietas Unggul Biji Besar
Varietas kedelai biji besar antara lain : Grobogan (18 g/100 biji), Arjasari
(19,2 g/100 biji), Argopuro (17,80 g/100 biji), Gumitir (15,75 g/100 biji),
Rajabasa (15 g/100 biji), Panderman (18 g/100 biji), Baluran (15 g/100
biji), Anjasmoro (15,3 g/100 biji), Mahameru 16,5 g/100 biji), Burangrang
(17 g/100 biji), Detam-1 (14,84 g/100 biji) dan Argomulyo (16,0 g/100
biji).

Gambar 3. Varietas Anjasmoro

e. Varietas Unggul Biji Sedang


Varietas kedelai biji sedang antara lain : Detam-2 (13,54 g/100 biji), Ratai
(10,5 g/100 biji), Ijen (11,23 g/100 biji), Merubetiri (13 g/100 biji), Lawit
(10,5 g/100 biji), Sibayak (12,5 g/100 biji), Nanti (11,5 g/100 biji),
Tanggamus (11,0 g/100 biji), Kaba (10,37 g/100 biji), dan Sinabung (10,68
g/100 biji).
Gambar 4. Varietas Kaba
f. Varietas Unggul Biji Kecil
Varietas kedelai biji kecil antara lain : Gepak Ijo (6,82 g/100 biji), Gepak
Kuning (8,25 g/100 biji), Seulawah (9,5 g/100 biji), dan Menyapa (9,1
g/100 biji).

Gambar 5. Varietas Gepak Kuning


g. Varietas Unggul Untuk Lahan Kering Masam
Varietas unggul baru yang adaptif pada lahan kering masam antara lain :
1) Varietas Tanggamus dengan potensi hasil 2,8 t/ha, tahan rebah, dan
tidak mudah pecah, 2) Varietas Nanti dengan potensi hasil 2,50 t/ha,
tahan rebah, dan tidak mudah pecah, 3) Varietas Ratai dengan potensi
hasil 2,70 t/ha, dan agak tahan rebah, 4) Varietas Seulawah dengan
potensi hasil 2,50 t/ha dan agak tahan rebah, dan Varietas Rajabasa
dengan potensi hasil 3,90 t/ha, tahan rebah, dan adaptif pada lahan kering
masam.
Gambar 6. Varietas Tanggamus

h. Varietas Unggul Toleran/Tahan TerhadapSerangan Hama dan


Penyakit
Varietas unggul baru yang tahan/toleran terhadap hama :
• Gepak Ijo tahan terhadap serangan ulat grayak, Aphis sp, dan
penggulung daun, dan Phaedonia sp, 2) Gepak Kuning agak tahan
terhadap ulat grayak, Aphis sp, penggulung daun, dan Phaedonia sp,
3) Detam-2 agak tahan terhadap pengisap polong, 4) Detam-1 agak
tahan terhadap pengisap polong, 5) Argopuro agak tahan terhadap
lalat kacang, pengisap polong, ulat grayak, 6) Rajabasa tahan
terhadap penyakit karat daun, 7) Ratai agak tahan terhadap penyakit
karat daun, 7) Panderman agak tahan terhadap ulat grayak, 8) Ijen
agak tahan terhadap ulat grayak, 9) Anjasmoro moderat terhadap
karat daun, 10) Mahameru moderat terhadap karat daun, 11) Nanti
tahan terhadap penyakit karat, 12) Tanggamus moderat terhadap
penyakit karat daun, 13) Kaba agak tahan terhadap karat daun, 14)
Sinabung agak tahan terhadap penyakit karat daun, 15) Burangrang
toleran terhadap penyakit karat daun, 16) Argomulyo toleran
terhadap penyakit karat daun.
i. Varietas Unggul Tahan Naungan
Varietas unggul baru yang adaptif pada lahan yang ternanungi antara
lain: 1) Dena-1 dengan potensi hasil 2,90 t/ha, toleran hingga naungan
50%, dan 2) Dena-2 dengan potensi hasil 2,80 t/ha, sangat toleran
naungan 50%.
j. Varietas Unggul Tahan Kekeringan
Varietas unggul baru yang tahan kekeringan antara lain:
Detam-4 Prida dengan potensi hasil 2,90 t/ha, berumur genjah (+ 76
hari), 2) Detam-3 Prida dengan potensi hasil 3,20 t/ha, berumur genjah (+
75 hari), 3) Dering-1 dengan potensi hasil 2,80 t/ha, toleran kekeringan
selama fase reproduktif.
k. Varietas Unggul Kedelai Hitam
Beberapa diantara varietas unggul kedelai hitam diantaranya adalah: 1)
Cikuray yang memiliki keunggulan lain, yaitu agak tahan karat, tahan
rebah, polong tidak mudah pecah; 2) Mallika dengan potensi hasil 2,3
t/ha; 3) Detam-1 dengan potensi hasil 2,5 t/ha dan memiliki biji besar,
protein tinggi (45%); 4) Detam-2 dengan potensi hasil 2,5 t/ha, protein
sangat tinggi (46%) dan toleran kekeringan; 5) Detam-3 dengan potensi
hasil 3,2 t/ha dan umur tanaman 75 HST; serta 6) Detam-4 dengan
potensi hasil 2,9 t/ha dan umur tanaman 76 HST.
III. PERSIAPAN LAHAN
a. Tanah bekas penanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah =
TOT), namun jerami padi perlu dipotong pendek. Untuk memberantas
gulma perlu disemprotdengan herbisida kontak atau sistemik.
b. Saluran drainase/irigasi dibuat dengan kedalaman 25-30 cm dan lebar
20-30 cm setiap 3-4 m dengan panjang 10-15 m atau disesuaikan
dengan keadaan lahan sehingga terbentuk bedengan. Apabila tanahnya
telah mengering dan banyak ditumbuhi gulma, lahan perlu sedikit diolah
dengan mencangkul pada barisan tanam selebar cangkul sekitar 5-10 cm.
Saluran ini berfungsi mengurangi kelebihan air bila lahan terlalu becek,
dan sebagai saluran irigasi pada saat tanaman perlu tambahan air
(Balitbangtan, 2011).

IV. PENANAMAN

a. Benih kedelai ditanam dengan tugal. Pada kondisi musim kemarau,


sebaiknya lubang tanam lebih dalam untuk menghindari kekeringan,
sedangkan pada musim hujan lubang tanam sebaiknya lebih dangkal
untuk menghindari pembusukan akar akibat tanah becek.
b. Kebutuhan benih : 25-40 kg, tergantung dari ukuran biji. Semakin besar
ukuran biji sebanyak banyak benih yang dibutuhkan, sebaliknya semakin
kecil ukuran biji semakin sedikit kebutuhan benih.
c. Perlakuan benih dengan carbosulfan (10 g Marshal 25 ST/kg benih) atau
fipronil (10 ml Regent/kg benih) untuk mengendalikan lalat bibit dan
hama lain (Balitkabi, 2015).
d. Perlakuan benih dengan pupuk hayati sumber rhizobium bagi lahan yang
sebelumnya tidak pernah ditanami kedelai, 20 g sumber rhizobium/kg
benih.
e. Jarak tanam : 40 cm x 25 cm atau 40 cm x 20 cm atau 40 cm x 15 cm
atau 40 cm x 10 cm tergantung dari tingkat kesuburan tanah dan umur
tanaman. Semakin tinggi kesuburan tanah, sebaiknya jarak tanam yang
digunakan yang lebih renggang begitu pula sebaliknya semakin rendah
tingkat kesuburan tanah sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih
rapat. Begitu pula pada umur varietas, varietas yang umur pendek
(genjah), sebaiknya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat (40 cm x
10 cm), varietas yang umur sedang sebaiknya menggunakan jarak tanam
yang sedang (40 cm x 15 cm), dan varietas yang umur dalam (umur
panjang), jarak tanam yang digunakan lebih renggang (40 cm x 25 cm).

Gambar 7. Petani sedang menanam menggunakan mulsajerami


f. Pada lahan sawah tadah hujan, sebaiknya penanaman dilakukan tidak
lebih dari 7 hari setelah panen padi. Hal ini dilakukan untuk
memanfaatkan kelembaban tanah untuk perkecambahan benih. Pada
kondisi tanah kering, ada beberapa cara yang sering dilakukan petani
antara membuat alat tugal yang dilengkapi dengan penampungan air. Alat
ini cukup efektif untuk membantuk biji berkecambah pada kondisi tanah
kering. Lubang yang dibuat pada musim kemarau sebaiknya lebih dalam.
Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam perakaran tanaman sehingga
terhindar dari kekeringan. Sedangkan lubang tanam yang dibuat pada
musim hujan sebaik lebih dangkal. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari pembusukan akar akibat kelembaban yang terlalu tinggi.
Cara kedua yang dapat dilakukan bila menanam dimusim kemarau adalah
merendam benih sebelum ditanam (3-8 jam) tergantung dari kondisi
kadar air benih kedelai.

V. PEMUPUKAN
Kedelai mempunyai sifat tidak responsif terhadap pemupukan.
Pemupukan pada kedelai disesuaikan dengan ketersediaan pupuk organik dan
anorganik di wilayah setempat. Kedelai yang ditanam setelah padi sawah
umumnya tidak memerlukan banyak pupuk. Untuk lahan sawah bekas
pertanaman padi, berikut ini beberapa rekomendasi pemupukan yang bisa
disesuaikan dengan kondisi setempat:
1. Pupuk N diberikan dalam bentuk pupuk Urea, pupuk P diberikan dalam
bentuk pupuk tunggal SP-36, dan pupuk K diberikan dalam bentuk pupuk
tunggal KCl. Berikut ini Rekomendasi pemupukan dan pengelolaan
tanaman kedelai pada tipe agroekologi lahan sawah (Balitkabi, 2015):
Tabel 1. Acuan pemupukan nitrogen pada kedelai di lahan

Dosis Acuan Pemupukan (kg


Kadar Urea/ha)
Kelas Hara Tanpa Pakai Pupuk
Status Terekstrak Jerami dan Pakai Kandang (2
Hara %N Pupuk Jerami t/ha)
(Kjeldahl) Kandang
Rendah < 0,2 50-75 50 25
Sedang 0,2-0,5 25-50 25 0-25
Tinggi >0,5 0 0 0

Tabel 2. Acuan pemupukan fosfor pada kedelai di lahan


Kadar Dosis Acuan Pemupukan (kg SP-
Kelas Hara 36/ha)
Status Ekstrak Tanpa Pakai Pupuk
Hara HCl 25% Jerami Pakai Kandang
(mg P2O5/ dan Pupuk Jerami (2 t/ha)
100 g) Kandang
Rendah < 20 75-100 75-100 50-75
Sedang 20-40 50-75 50-75 0-50
Tinggi >40 0-25 0-25 0

Tabel 3. Acuan pemupukan kalium pada kedelai di lahan


Kadar Dosis Acuan Pemupukan (kg
Kelas Hara KCl/ha)
Status Ekstrak Tanpa Pakai Pupuk
Hara HCl 25% Jerami dan Pakai Kandang (2
(mg K2O/ Pupuk Jerami t/ha)
100 g) Kandang
Rendah < 10 100 75-100 75
Sedang 10-20 100 75 50
Tinggi >20 0 0 0
Apabila pupuk majemuk terpaksa harus digunakan, sebaiknya berpatokan
pada kadar N dimana dosis pupuk majemuk yang diberikan dihitung
berdasarkan kebutuhan N tanaman kedelai. Konsekuensinya adalah masih
perlu menambahkan pupuk tunggal yang mengandung P dan K untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Alternatif lain adalah membuat pupuk
majemuk NPK dengan formulasi 5-15-10 (Sumber : Balittanah, 2007).
2. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani adalah terbatasnya
ketersediaan pupuk tunggal di lapangan, sehingga kebutuhan unsur hara
tanaman dapat dipenuhi dengan pemberian pupuk majemuk NPK Phonska
(Palobo et al., 2016). Pemupukan dengan pupuk NPK phonska, dosis
pemupukan 200-250 kg/ha tergantung dari tingkat kesuburan tanah.
Pemberian pupuk diberikan secara larikan atau ditabur diantara barisan
tanaman dengan waktu aplikasi pemupukan saat berumur 7-10 hari setelah
tanam (HST) sekaligus. Setelah ditaburi pupuk segera diairi untuk
menghindari terjadi kekeringan tanaman akibat reaksi pupuk. Bisa juga
pemberian pupuk dilakukan setelah tanaman diairi. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya kekeringan tanaman akibat penggunaan
pupuk.
3. Penentuan dosis pemupukan spesifik lokasi ditetapkan berdasarkan uji
tanah di laboratorium atau uji cepat menggunakan PUTS (Perangkat Uji
Tanah Sawah) untuk mengetahui kadar hara dalam tanah yang dianalisa.
Pupuk diberikan secara ditugal di sebelah lubang tanam atau disebar
merata pada saat tanah masih lembab. Berikan pupuk Urea dan KCl
sebanyak 2 kali yaitu 2/3 dosis pada saat tanam atau 7-10 hari setelah
tanam, 1/3 dosis lainnya pada umur 14 hari setelah tanam. Sedangkan
pupuk SP-36diberikan sekaligus sebagai pupuk dasar pada saat tanam.
VI. PENGAIRAN
Pada awal pertumbuhan (15-21 hst), saat berbunga (umur 25- 35
hari), dan saat pengisian polong (umur 55-70 hari) tanaman kedelai sangat
peka terhadap kekurangan air. Pada fase tersebut tanaman harus diairi apabila
tidak turun hujan. Pada saat pemberian air, untuk mempercepat peresapan air
keseluruh bagian sawah, maka sebagian saluran air ditutup.

VII. PANEN DAN PASCA PANEN


1. Panen
Panen dilakukan apabila semua daun tanaman telah rontok,
polong berwarna kuning/coklat, dan telah mengering. Panen dilakukan
dengan memotong pangkal batang pakai sabit. Hindari panen dengan
cara mencabut tanaman untuk menghindari tercampurnya hasil panen
dengan tanah. Perontokan dapat dilakukan dengan menggunakan Power
Threser (Perontok dengan menggunakan mesin) atau dengan cara
manual pakai kayu. Perontokan dengan cara manual sebaiknya
menggunakan kayu yang tidak bersegi untuk menghidari pecahnya biji
akibat pukulan kayu.
2. Pasca Panen
Biji yang sudah dibersihkan , kemudian dijemur selama 3- 5 hari
tergantung dari kondisi cuaca. Untuk penyimpanan biji sebaiknya
menggunakan karung plastik dengan kadar 10-12%. Hal ini
dimaksudkan supaya dapat bertahan lama dan tidak mudah diserang
oleh hama dan penyakit. Biji yang mau dijadikan benih sebaiknya kadar
airnya berkisar 9-10% dan disimpan dalam wadah yang tertutup seperti
jergen atau drum untuk benih jumlah yangterbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Pedoman Umum PTT


Kedelai. Cetakan ketiga: April 2011. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008.


Potensi dan Ketersediaan Lahan Untuk Pengembangan Kedelai di
Indonesia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30, No. 1,
2008. Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2007. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kedelai


Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan. Balittanah. Bogor.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2016. Deskripsi Varietas
Unggul Aneka Kacang dan Umbi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Malang.

Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi. 2015. Panduan Teknis
Budidaya Kedelai di Berbagai Agroekosistem. Badan Penelitian dan
PengembanganPertanian. Malang.

Palobo, F., E. Ayakeding, M. Nunuela, dan Marwoto. 2016. Pengaruh Waktu


Aplikasi Pupuk NPK Phonska terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai.
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
2016: 198- 206.

Setyono, Budi. 2016. Kajian Ekonomi Usahatani Kedelai di Gungkidul Daerah


Istimewa Yogyakarta. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi 2016:293-300.

Anda mungkin juga menyukai