Anda di halaman 1dari 30

PANEN DAN PASCA PANEN

KACANG TANAH, KACANG HIJAU DAN KEDELAI

Oleh :

Aep Wawan Irwan


NIP. 131 877 079

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN


JATINANGOR
2006

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan tentang kajian panen, pascapanen

kacang tanah, kacang hijau dan kedelai.

Tulisan ini berisi tentang cara panen, ciri-ciri panen, dan pascapanen, termasuk

penyimpanan hasil, disusun untuk menunjang dan melengkapi materi perkuliahan

tanaman pangan, khususnya kuliah tanaman pangan kacang-kacangan (leguminosa).

Penulis berharap tulisan yang sederhana ini dapat bermanfaat sebagai bahan

bacaan bagi para mahasiswa yang berminat dan dapat menjadi salah satu sumber

referensi dalam melakukan penelitian dalam bidang yang berkaitan.

Akhirnya, pada kesempatan ini Penulis ingin rnenyampaikan terima kasih kepada

semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penulusuran bahan tulisan ini.

Jatinangor, Januari 2006

Penulis

2
DAFTAR ISI

Hlm.

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................ 1

II. PANEN DAN PASCAPANEN .................................................. 4

2.1. Umur Panen ........................................................................ 4

2.2. Warna Polong Tua .............................................................. 6

2.3. Cara-cara Panen .................................................................. 8

2.4. Perontokan dan Pembersihan .............................................. 11

2.5. Pengeringan ........................................................................ 13

2.6. Sortasi ................................................................................. 16

2.7. Penyimpanan ....................................................................... 18

III. KESIMPULAN ........................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 26

3
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam usaha-usaha di bidang pertanian atau secara tegas dalam usaha budidaya

tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan dan pengelolaan

tanaman penting sekali untuk diperhatikan dari sejak penyiapan lahan pertanamannya

sampai kepada penyiapan hasil-hasil tanamannya. Tanpa memperhatikan kegiatan

penanganan atau pengelolaan tersebut sudah dapat dipastikan usaha pertanaman akan

mengalami kegagalan atau kalau menghasilkan maka hasilnya akan kurang memuaskan

baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas.

Tujuan utama dari kegiatan penanganan dan pengelolaan tanaman yaitu agar

dapat diperoleh hasil tanaman yang baik, dalam arti memenuhi harapan atau memuaskan

petani penanamnya, baik memauskan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan keluarga

sendiri maupun memuaskan bagi kepentingan pemenuhan kebutuhan umum atau pasar.

1.2. Tujuan

Tujuan penanganan dan pengelolaan pada saat panen adalah agar diperoleh hasil

yang lebih memuaskan, baik kuantitas (jumlah ton atau kwintal per ha), maupun kualitas

(benar-benar sesuai dengan harapan konsumen) yang kesemuanya akan lebih

menguntungkan bagi petani penanamnya.

Beberapa kegiatan penanganan dan pengelolaan lepas panen sangat diperlukan

secara lebih hati-hati, misalnya dalam pengeringan, penyortiran, pengolahan hasil

4
(penghilangan kulit, pemisahan hasil dan sebagainya), penyiapan hasil agar mudah

diperdagangkan, penyiapan hasil dalam wadah dan tempat yang memenuhi persayaratan

agar tidak rusak mutunya.

Jadi tujuan dari penanganan dan pengelolaan lepas panen yaitu:

1. agar hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam keadaan baik mutunya;

2. agar hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa atau

aroma);

3. agar hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan yang menarik para

konsumen individu atau industri;

4. agar hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin untuk

dijadikan bahan baku bagi para konsumen industri yang memerlukannya;

5. agar hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan, atau dapat diawetkan lebih

lanjut dengan baik untuk sewaktu-waktu digunakan atau dilempar ke pasaran

dengan kualitas yang tetap terjamin.

Kebanyakan dari para petani kita (produsen) hasil tanaman masih kurang

mengetahui pentingnya kegiatan penanganan dan pengelolaan lepas panen, sehingga hasil

panen yang dapat dianggap baik dan diperkirakan akan menguntungkan kerapkali cepat

rusak, terserang oleh hama gudang dan penyakit yang terbawa dalam penyimpanan,

sehingga terjadi penurunan mutu.

Untuk mewujudkan hasil-hasil tanaman yang dikehendaki para konsumen maka

penanganan dan pengelolaannya memerlukan teknik dan pengetahuan yang selalu harus

mengikuti perkembangan pasar.

5
Teknik dan pengetahuan penanganan dan pengelolaan hasil lepas panen ini

sampai sekarang dapat dikatakan kurang diperhatikan para petani pada umumnya, mereka

kurang menyadari bahwa kalau hal tersebut diperhatikan dan diterapkan dengan baik

maka pendapatan dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Alasan-alasan

kurangnya kesadaran melakukan penanganan dan pengelolaan lepas panen tersebut

(menurut tinjauan para ekonomi) adalah sebagai berikut :

a. karena kebutuhan yang mendesak;

b. karena teknik dan pengetahuan tradisional yang belum dikembangkan dan dipakai

terus;

c. karena kurangnya pengetahuan tentang penanganan dan pengelolaan lepas panen

yang baik;

d. keengganan para petani untuk melakukan penanganan lepas panen karena

kesulitan akan biaya dan tenaga tambahan.

Secara umum, tujuannya adalah :

1. Untuk mengetahui waktu panen kacang tanah, kacang hijau dan kedelai

yang tepat dari segi umur panen dan warna polong tua.

2. Untuk mengetahui cara-cara panen yang baik pada tanaman kacang tanah,

kacang hijau dan kedelai.

3. Untuk mengetahui penanganan pasca panen yang baik pada tanaman

kacang tanah, kacang hijau dan kedelai, sepreti perontokan, pembersihan,

pengeringan, sortasi dan penyimpanan.

6
II. PANEN DAN PASCAPANEN

2.1. Umur Panen

A. Kacang Tanah

Waktu panen dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan umur tanaman, tingkat

kemasakan fisiologis dan kondisi cuaca. Penentuan waktu panen disesuaikan pula dengan

jenis atau varietas yang ditanam. Kacang tanah yang sudah siap panen, daunnya mulai

menguning dan rontok. Panen kacang tanah dilakukan bila minimal 75% polong telah

tua. Umur tanaman pada saat polong tua bergantung pada varietasnya. Varietas unggul

nasional umumnya berumur sekitar 100 hari, sedang varietas local dapat dipanen pada

umur sekitar 90 hari (Sumarno, 1986). Untuk dijadikan benih, kacang tanah dipanen

saat berumur ± 110 hari dan sebagian besar ± 80% polongnya telah tua.

Penangguhan panen akan mengakibatkan biji berkecamabah atau polong mudah

terlepas bila dicabut, sebalikanya jika panen terlalu awal akan diperoleh polong dengan

biji muda, sehingga akan keriput bila dikeringkan.

Pembumbunan tanaman pada stadia berbunga akan mengakibatkan banyak polong

muda pada saat panen. Demikian pula penyulaman, akan mengakibatkan banyak tanaman

berpolong muda pada waktu panen. Pengeringan petakan pada saat menjelang polong tua

dapat membuat pematangan polong lebih seragam serta mutu biji lebih bagus. Hujan

terus menerus atau lingkungan yang lembab pada stadia pematangan polong

mengakibatkan kematangan polong tidak seragam (Sumarno, 1986).

7
B. Kacang Hijau

Waktu untuk pemanenan kacang hijau perlu diamati pada minggu terakhir umur

tanaman. Umur panen kacang hijau berbeda-beda tergantung varietasnya. Varietas

unggul kacang hijau umumnya berumur genjah (pendek) yaitu saat tanaman berumur 58-

65 hari setelah tanam. Untuk varietas yang berumur panjang baru dipanen pada umur

maksimal 100 hari setelah tanam. Untuk benih, pemanenan dilakukan bila polong sudah

tua dan benih telah keras.

Ketepatan panen untuk kacang hijau sangat penting karena polongnya mudah

pecah jika kering sehingga akan banyak benih yang hilang di lapang. Demikian pula

waktu panen, hendaknya tidak dilakukan saat hujan atau saat pagi hari dimana masih ada

embun karena akan meningkatkan kadar air benih (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni,

2002).

C. Kedelai

Pemanenan sebaiknya dilakukan tepat pada waktunya dan menggunakan cara

yang beanr. Apabila polong sudah kelihatan tua, panen harus segera dilakukan. Panen

yang terlambat akan merugikan karena banyak buah yang tua dan kering, sehingga kulit

polong retak-retak dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat

tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Oleh karena itu, harus mengetahui

tanda-tanda kedelai siap dipanen, yaitu warna daun menguning, lalu gugur, polong mulai

berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan (± 95%) dan retak-retak, batang

berwarna kuning agak coklat dan mengering.

8
Panen sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari saat cuaca cerah, agar kegiatan

pengeringan dapat langsung dilaksanakan. Harus dihindarkan panen pada saat turun

hujan (Samsudin S. dan Dadan S. Djakanihardja, 1985).

Umur panen kedelai ditentukan oleh beberapa faktor yaitu varietas dan ketinggian

tempat penanaman. Di daerah dataran tinggi, umur tanaman kedelai siap panen lebih

lama 10-20 hari dibandingkan di daerah dataran rendah (Lisdiana Fachruddin, 2000).

Biji kedelai sebagai bahan konsumsi, berbeda dengan biji yang akan digunakan

sebagi benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada umur 75-100 hari,

sedangkan untuk kedelai yang akan dijadikan benih pada masa tanam berikutnya dapat

dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.

Masak fisiologis terjadi jika lebih dari 60% populasi tanaman telah menunjukkan

polong yang berwarna coklat. Pada saat masak fisiologis, benih kedelai telah lepas dari

plasenta di dalam polong. Karena sifat yang higroskopis dan kulitnya yang tipis, benih

sangat peka sekali terhadap pengaruh kelembaban lingkungan. Dengan kondisi seperti

itu, dianjurkan panen dilakukan tidak terlalu lama setelah benih mencapai masak

fisiologis. Jika masak fisiologis tepat pada saat 60% polong telah matang (coklat) maka

panen benih dilakukan pada saat polong matang mencapai 80% (Baran Wirawan dan Sri

Wahyuni, 2002). Keterlambatan panen akan menurunkan mutu fisik dan fiologis benih.

Tidak jarang benih hasil panen terlihat pecah kulit jika terjadi hujan selama benih di

lapang.

2.2. Warna Polong Tua

A. Kacang Tanah

9
Panen kacang tanah untuk konsumsi dilakukan bila minimal 75% polong telah

tua. Tanda-tanda polong telah tua adalah :

- Kulit polong agak keras

- Warna polong kecoklat-coklatan

- Polong berisi penuh, tetapi bijinya tidak terlau keras

- Kulit ari biji tipis dan mudah terkelupas

- Kadar air biji telah menurun menjadi kurang dari 25%.

Panen kacang tanah untuk benih dilakukan bila minimal 80% polong telah tua

yaitu :

- Kulit polong cukup keras

- Warna polong coklat kehitam-hitaman

- Kulit biji tipis dan mengkilat

- Rongga polong telah berisi penuh dengan biji.

B. Kacang Hijau

Polong siap panen memiliki tanda-tanda :

- Polong berwarna coklat sampai hitam

- Kulitnya keras atau mengering

- Polong sebagian besar mudah dipecah.

Waktu panen yang paling baik (tepat) adalah pada saat polong berwarna coklat

atau hitam dan masih utuh. Keterlambatan pemanenan menyebabkan polong pecah-pecah

dan bijinya berjatuhan ke tanah.

10
C. Kedelai

Pemanenan kedelai harus segera dilakukan apabila polong sudah kelihatan tua,

dengan tanda-tanda :

- Polong berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan secara merata

- Polong kering dan retak-retak

- Biji telah terisi penuh

- Kulit licin dan keras.

Kedelai manis umumnya dipanen pada saat kulit polong masih hijau, tetapi

polong sudah terisi penuh. Kedelai manis dikonsumsi sebagai polong rebus. (Lisdiana

Fachruddin, 2000).

2.3 Cara-cara Panen

A. Kacang Tanah

Alat-alat yang diperlukan seperti wadah, lantai jemur, penampi, alat penyimpan

dll, hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum panen dilakukan. Semua wadah atau

alat yang digunakan harus bersih dari kotoran, hama dan penyakit, sisa-sisa tanaman.

(Direktorat Perbenihan, 2002).

Panen kacang tanah umumnya dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut

tanaman. Pencabutan dilakukan secara hati-hati agar tidak banyak polong yang tertinggal.

Kehilangan hasil karena tertinggalnya polong dalam tanah dapat mencapai 25%

(Sumarno, 1986). Untuk mengatasi terbuangnya hasil panenan akibat pencabutan,

sebaiknya sebelum dilakukan pencabutan, tanah yang kering diairi terlebih dahulu agar

menjadi lunak (Budi Santoso, 1998). Cara panen tersebut meskipun memerlukan banyak

11
tenaga dan waktu, namun mampu menghasilkan mutu biji yang lebih baik karena dapat

terhindar dari kerusakan mekanis (Lisdiana Fachruddin, 2000).

Pertanaman kacang tanah pada tanah yang gembur akan memudahkan dalam

pemanenan. Pembuatan bedengan juga dapat mempermudah panen karena tanah akan

tetap gembur.

Panen yang dilakukan dengan pencabutan batang demi batang, maka panenan

akan berupa brangkasan yang terdiri atas polong, akar, batang, dan daun. Produk utama

kacang tanah adalah polongnya, sedangkan sisa-sisa lainnya dapat dijadikan pakan ternak

atau dibuat pupuk kompos.

Panen kacang tanah dengan mesin dilakukan 2 tahap. Tahap pertama adalah

mencabut tanaman dan membalikkannya, sehingga dari tanaman yang telah dicabut,

polong-polongnya terletak di atas. Tujuan membalikkan tanaman ini adalah agar polong

menjadi kering. Tahap kedua adalah pemipilan polong bila biji telah cukup kering dengan

kadar air 9-10%, oleh mesin combine. Biji yang keluar dari mesin combine telah bersih

dari kotoran. Pemanenan kacang tanah dengan mesin yang demikian, banyak dilakukan

oleh kacang tanah di Amerika Serikat dan Australia (Sumarno, 1986).

B. Kacang Hijau

Panen dilakukan dengan cara dipetik satu persatu menggunakan tangan. Selain

itu, dapat pula dengan cara memotong polong menggunakan pisau atau gunting yang

tajam. Polong kacang hijau yang dipanen dengan cara dipetik, pemetikannya dilakukan

ketika tanamannya berada dilahan penanaman.

12
Panen polong kacang hijau dapat dilakukan serempak, tetapi pada beberapa

varietas dipanen bertahap hingga 2 sampai 3 kali pemetikan. Pada varietas kacang hijau

yang polongnya masak serempak, pemanenan dapat dilakukan dengan cara memotong

tangkai polong menggunakan pisau atau gunting yang tajam.

Produksi utama usaha tani kacang hijau adalah biji kering. Setelah melakukan

pemanenan, kemudian mengumpulkan dan menampung hasil panen dalam karung goni

untuk segera diangkut ke tempat penampungan hasil.

C. Kedelai

Pemanenan kedelai yang lazim dilakukan ada 2 macam yaitu :

Pemanenan dengan cara dicabut

Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dahulu. Pada

tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang

benar ialah dengan memegang batang pokok, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting

dan cabang yang berbuah, tanaman kedelai dicabut beserta akar-akarnya. Pencabutan

harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila

tersentuh tangan. Cara ini hanya dianjurkan bila lahan penanaman relatif gembur.

Pemanenan dengan cara dipotong

Alat yang bisa digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam,

sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat

pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang

rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong

pangkal batang dengan bantuan sabit. Cara ini dianggap lebih menguntungkan karena

13
lebih menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, bintil akar yang mengandung Rhyzobium

akan tetap tertinggal di dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Pada

tanah yang keras, pemanenan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka pemanenan

dengan cara memotong akan sangat menolong dan cepat.

2.4. Perontokan dan Pembersihan

A. Kacang Tanah

Perontokan dapat dilakukan secara manual dengan tangan atau dengan

menggunakan perontok tipe pedal. Namun, benih dari polong yang dirontokkan dengan

perontok tipe pedal, daya tumbuhnya berkurang dari 82,2% menajdi 76,3%. Oleh karena

itu, sebaiknya perontok tipe pedal hanya digunakan untuk merontokkan polong konsumsi.

(Lisdiana Fachruddin, 2000).

Perontokan buah kacang dari batangnya dapat dilakukan diladang atau ditempat

yang teduh tidak jauh dari ladang dengan demikian pekerjaan dapat dilakukan dengan

lebih teliti, buah yang benar-benar penuh berisi sekaligus dapat dipisahkan dari buah

yang kurang berisi dan belum berisi. Perontokan sebaiknya dilakukan dengan tangan

tanpa atau menggunakan pisau sehingga dapat tercegah dari kerusakan-kerusakan. Cara

yang buruk yang sampai sekarang masih sering dilakukan yaitu dengan cara membanting

atau memukul-mukulkannya pada balok kayu. (Kartasapoetra, 1994).

Untuk mendapatkan polong yang bersih, polong hendaknya dicuci dengan air

sehingga warnanya menjadi cerah. Polong dimasukkan dalam bakul dan kemudian

dimasukkan dalam bak air. Dengan cara ini, polong sekaligus dapat dicuci dan ditiriskan.

(Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

14
B. Kacang Hijau

Perontokkan polong dilakukan setelah melakukan penjemuran. Penjemuran ini

merupakan pengeringan polong sampai kadar air mencapai 14-15%, yang ditandai oleh

pecahnya sebagian besar polong, dan lamanay pengeringan diperkirakan 3-4 hari (Baran

Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002). Pengeringan polong dapat dilakukan dengan sinar

matahari atau dryer. Bila dikeringkan di bawah matahari, polong harus diberi alas berupa

terpal atau anyaman bambu karena sebagian besar polong akan pecah selama proses

pengeringan.

Polong yang telah kering selanjutnya melakukan perontokan untuk mendapatkan

biji. Perontokan dapat dilakukan secara manual dengan dipukul menggunakan alat

pemukul dari kayu atau dirontokkan dengan mesin perontok. Setelah biji kacang hijau

terlepas dari polong kemudian ditampi untuk memisahkan biji dari kulitnya, atau dapat

digunakan alat pembersih awal (scalper) yang terdiri dari satu ayakan dan blower (Baran

Wirawan dan Sri Waahyuni, 2002). Selanjutnya dikeringkan kuntuk mendapatkan kadar

air yang sesuai untuk penyimpanan.

C. Kedelai

Brangkasan kedelai yang baru saja dipanen sebaiknya langsung dijemur di bawah

sinar matahari. Penjemuran di sini adalah pengeringan pendahuluan, karena polong masih

bersama batang dan daun-daunnya, selain itu tingkat pengeringan sekedar untuk

menurunkan kadar air dari 20-25% hingga mencapai 13-18%, dengan demikian

perlakuan perontokan akan lebih mudah (Kartasapoetra, 1994). Penjemuran sebaiknya

15
dilakukan di atas tikar, lembar anyaman bambu, agar memudahkan pengambilan dan

menghindari tercecernya biji. Penjemuran biasanya berlangsung 2-3 hari.

Perontokan biasanya dilakukan sekaligus dengan pemisahan biji dari kulit polong

dan batangnya. Perontokan dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan

memukul-mukul brangkasan yang telah kering dengan alat dari kayu atau bambu hingga

biji terlepas dari polongnya. Selanjutnya, biji dipisahkan dari patahan-patahan ranting,

pecahan polong dan kotoran lainnya dengan cara manual yaitu ditampi dengan

menggunakan nyiru. Cara demikian bagi benih kedelai dapat dikatakan kurang baik,

karena dapat rusak akibat pemukulan, juga kurang efisien, sebab banyak memakan waktu

dan tenaga. Untuk mengatasi hal tersebut dapat digunakan mesin perontok yang lebih

cepat dan hasilnya lebih baik, tapi harus memperhatikan kecepatan putaran silinder,

karena bila terlalu cepat atau terlalu lambat dapat merugikan. Hasil perontokan yang

masih kotor dapat dimasukan kedalam winower, sehingga akan diperoleh hasil bersih.

Setelah biji bersih kemudian dijemur kembali untuk penyimpanan.

2.5. Pengeringan

A. Kacang Tanah

Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:

Pengeringan secara alami

Pengeringan secara alami dapat dilkuakn dengan bantuan sinar matahari, yang

biasanya dilakukan pada musim kemarau. Pengeringan dapat dilakukan di atas lantai

semen atau diatas tanah dengan terlebih dahulu diberi pengalas lembaran anyaman

bambu atau plastic, yang posisinya memungkinkan untuk mendapatkan banyak panas

16
sinar matahari. Pada umumnya pengeringan dilakukan 7-10 hari, dengan melakukan

pembalikan secara teratur agar keringnya dapat merata. Pengeringan hingga kadar kurang

dari 9% dilakukan untuk mencegah kontaminasi jamur Aspergillus flavus. (Lisdiana

Fachruddin, 2000).

Pengeringan secara mekanis

Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan Batch Dryer, dalam hal ini

temperature yang dipakai sekitar 35-45 oC dan kelembaban udara pengering sekitar 55%,

bila temperatur pengering terlalu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan (rapuh, mudah

pecah, kulit biji mudah mengelupas pada waktu perontokan dan lain-lain) (Kartasapoetra,

1994).

Pengeringan polong dilakukan hingga beratnya konstan. Berat yang konstan

menandakan tingkat kadar air kesetimbangan telah tercapai. Untuk benih pengeringan

dilakukan sampai memperoleh kadar air 10-11% (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni,

2002).

B. Kacang Hijau

Setelah diperoleh biji yang bersih, biji tersebut lalu dijemur selama 2-3 hari

hingga kadar airnya tinggal 10-12% (Soeprapto H.S., 1993). Pengeringan secara alami

tersebut menggunakan bantuan sinar matahari yang dilakukan di atas alas atau lantai

jemur. Pengeringan dapat pula dilakukan secara buatan dengan menggunakan mesin

pengering dryer.

Sebelum disimpan, hendaknya biji telah kering tetap. Untuk mencapai kering

tetap, biji dijemur beberapa kali sampai beratnya tidak berubah lagi (Soeprapto, 1993).

17
Untuk benih, pengeringan dilakukan sampai memperoleh kadar air mencapai 12%

(Direktorat Perbenihan, 2002).

C. Kedelai

Tujuan dari pengeringan ialah untuk menurunkan kadar air pada bahan dari 13-

18% menjadi sekitar 12-13%. Maksud penurunan kadar air di bawah standar agar dalam

penyimpanan tidak terjadi perubahan karena faktor luar, peningkatan kadar air paling

tidak mencapai 14% (sama dengan standar). (Kartasapoetra, 1994).

Pengeringan dapat dilakukan secara alami dengan bantuan sinar matahari atau

secara mekanis dengan alat berupa mesin pengering.

Pengeringan secara alami dilakukan diatas lantai bersemen atau pada tempat lain

dengan terlebih dahulu diberi alas tikar, lembar anyaman bambu atau plastik tebal. Biji

kedelai dihamparkan dengan ketebalan 2-3 cm, melakukan pembalikkan secara teratur

agar tidak terjadi pengerasan di sekitar kulit biji yang dapat berlangsung 2-3 hari.

Pengeringan secara mekanis dapat menggunakan Sack Dryer. Bahan-bahan

dimasukkan ke dalam karung selanjutnya diatur secara tersusun di dalam ruang

pengering. Melakukan pengaturan temperature udara sampai 43 oC dengan kecepatan

aliran yang disesuaikan dengan banyaknya bahan yang dikeringkan. Dengan

menggunakan alat pengering mekanis ini pengeringan akan berlangsung sekitar 6-8 jam,

tetapi hal ini akan sangat bergantung kepada kadar air yang terkandung dalam bahan

sebelum pengeringan dan kecepatan aliran udara pengeringnya (Kartasapoetra, 1994).

Pengeringan benih ditujukan untuk menurunkan kadar air benih sehingga

viabilitas benih dapat dipertahankan selama dalam penyimpanan. Selama pengeringan,

18
kadar air benih hendaknya selalu diukur atau diamati agar tidak melampaui batas kadar

air benih yang diinginkan. Suhu serta kecepatan pengeringan pun dikontrol agar kualitas

benih tetap terjaga. Pengukuran kadar air benih bisa dilakukan dengan menggunakan alat

seed moisture tester. Apabila beratnya telah konstan maka benih tersebut sudah mencapai

kadar air keseimbangan, yaitu 10-11%, dan selanjutnya pengeringan dapat dihentikan.

2.6. Sortasi

A. Kacang Tanah

Setelah kering, polong kacang tanah dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya,

kemudian dilakukan sortasi. Tujuan sortasi adalah memisahkan polong-polong tua berisi

dari polong yang kurang berisi atau sakit (Budi Santoso, 1998). Pemilahan dengan tangan

dilakukan menggunakan alat tapi.

Dalam memilih polong kacang tanah tidak dapat didasarkan pada jumlah biji

dalam polong karena polong kacang tanah ada yang berbiji satu, dua atau tiga. Artinya

varietas tertentu tidak selalu seragam jumlah bijinya (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni,

2002).

Rendemen polong menjadi biji bergantung pada beberapa hal, antara lain varietas,

tingkat kekeringan, kualitas polong, ketuaan polong dan kesehatan polong (ada tidaknya

hama penyakit pada pertanaman). Polong bernas mempunyai rendemen sekitar 75%,

tetapi polong yang tidak bernas rendemennya hanya sekitar 40% (Sumarno, 1986).

Cara membedakan satu varietas dengan varietas lain pada polong kacang tanah

adalah dengan mengamati ukuran, bentuk dan urat atau anyaman pada kulit polong

(Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

19
Pada benih untuk memilah polong yang bernas dan polong yang tidak bernas,

dapat digunakan alat specific gravity separator. Dengan alat tersebut, benih-benih tidak

bernas akan dilempar ke tempat yang berbeda (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

Untuk memperoleh benih kacang tanah bersertifikat harus melalui proses pengujian di

laboratorium pengujian mutu benih.

B. Kacang Hijau

Biji kacang hijau dibersihkan dengan ayakan atau tampi. Sortasi pada kacang

hijau dilakukan dengan memisahkan biji kacang hijau dari : (Rahmat Rukmana, 1997)

- Varietas lain (biji-bijian lain yang tercampur)

- Biji yang rusak atau cacat karena proses pengupasan polong

- Biji yang terserang hama dan penyakit

- Sisa kotoran

- Biji yang bentuk dan warnanya berbeda.

Biji yang telah bersih dipilah untuk mendapatkan biji yang seragam ukuran dan

bobotnya, dapat menggunakan alat air screen cleaner dan specific gravity separator.

Benih kacang hijau bersertifikat dapat diperoleh dengan pengujian sample benih

di laboratorium pengujian mutu benih.

C. Kedelai

Biji kedelai dibersihkan dengan cara ditampi. Sortasi pada kedelai dilakukan

dengan memisahkan biji kedelai dari: (Samsudin S. dan Dadan Djakamihardja, 1985)

- Kotoran

20
- Biji yang tidak sehat

- Biji yang rusak.

Untuk mendapatkan benih murni yang sehat dan seragam, perlu dibersihkan dan

dipilah. Pembersihan benih dengan alat air screen cleaner dapat menyeragamkan ukuran.

Untuk menyeragamkan ukuran (yakni bulat) dapat digunakan alat spiral separator.

Sedangkan untuk memilah benih berdasarkan berat jenisnya dapat digunakan alat specific

grafity separator.

2.7. Penyimpanan

A. Kacang Tanah

Penyimpanan kacang tanah dapat berupa polong atau biji. Penyimpana polong

kacang tanah biasanya dilakukan untuk menyimpan biji atau untuk menunggu waktu

penjualan yang tepat. Polong kacang tanah yang sudah cukup kering dengan kadar air < 9

%, dapat dimasukkan ke dalam karung goni dan disimpan dalam ruang yang sejuk dan

kering dengan suhu 27 oC, kelembaban nisbi 70 % (Lisdiana Fachruddin, 2000).

Diusahakan agar tidak terjadi kontak langsung dengan dinding dan lantai.

Kadar air dalam biji kacang menunjukkan banyaknya air yang terkandung dalam

biji. Kadar air kacang tanah dapat dipengaruhi oleh kelembaban ruangan tempat

menyimpan biji kacang tersebut.

Penyimpana dalam bentuk biji lebih awet kering dibandingkan dalam bentuk

polong. Umumnya kelembaban udara gudang di Indonesia adalah antara 80-90%,

sehingga kadar air biji kacang akan berkisar antara 10-15%, atau sekitar 15-21% bila

21
disimpan dalam bentuk polong. Kerugian menyimpan dalam bentuk biji adalah mudah

diserang hama gudang. (Sumarno, 1986).

Dalam skala besar penyimpanan dapat dilakukan dengan sistem curah atau

menggunakan bak. Cara lain yang lebih efektif adalah dengan pemberian 15% gas CO2 ke

dalam drum tertutup yang berisi biji kacang tanah yang berkadar air 6,7-9,6%. Dengan

cara penyimpana tersebut, biji kacang tanah dapat bertahan selama 6 bulan (Lisdiana

Fachruddin, 2000).

Benih kacang tanah lebih baik disimpan dalam bentuk polong, agar daya tumbuh

tidak cepat menurun. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih dalam bentuk

polong yaitu 10-11% (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002). Polong dengan biji yang

telah kering dimasukkan dalam karung, dan disimpan dalam ruang yang kering. Karung

berisi benih jangan ditumpuk langsung di atas lantai, melainkan diberi alas papan.

Penyimpanan benih untuk 2-3 bulan dapat dilakukan dalam bentuk biji kering

yang disimpan dalam kaleng-kaleng yang tertutup rapat. Benih kacang tanah dalam

polong dapat disimpan dengan daya tumbuh tetap baik selama 8 bulan. Bila ruangan

penyimpanan bersuhu rendah (10-18 oC) dapat bertahan hingga 12 bulan. (Sumarno,

1986).

B. Kacang Hijau

Setelah melakukan sortasi, tampung biji kacang hijau yang mulus dan bebas dari

kotoran ke dalam wadah yang ditutup rapat. Simpan wadah berisi kacang hijau ditempat

yang bersih dan kering. Sirkulasi udaranya harus baik dan bebas dari hama dan penyakit.

22
Untuk memperpanjang daya simpan, kadar air biji dipertahankan sekitar 10-12%

(Rahmat Rukmana, 1997).

Selama dalam penyimpanan bijij kacang hijau mudah dirusak oleh Brunchus

rubens. Untuk mencegah kerusakan itu biji yang disimpan harus bersih. Sanitasi juga

perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan selanjutnya.

Untuk keperluan benih, biji yang telah disortir disimpan dalam blek benih.

Sebelum blek ditutup, dianjurkan diberi abu dapur kering aatu insektisida sebagai

penolak hama bubuk (Soeprapto, 1993). Setelah itu blek harus ditutup rapat sehingga

udara tidak dapat masuk. Kadar air benih yang aman untuk disimpan yaitu 11-12%

(Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

Benih yang disimpan memerlukan oksigen untuk bernafas. Dari proses pernafasan

ini akan dihasilkan energi. Jika digunakan untuk perkecambahan benih maka energi ini

tidak terbuang, namun jika benih belum siap untuk berkecambah maka energi akan

berubah menjadi panas. Keluarnya energi dalam bentuk panas ini menyebabkan benih

kehabisan tenaga sehingga tidak dapat tumbuh. Selain itu panas yang timbul dapat

meningkatkan suhu di sekitar benih sehingga menjadi tempat yang cocok untuk

pertumbuhan jasad renik. Untuk mencegah penghamburan energi oleh benih, oksigen

dalam lingkungan benih diganti dengan gas nitrogen atau karbondioksida. Kelembaban

dan suhu udara dalam tempat penyimpanan juga harus rendah. Selain itu benihnya sendiri

harus benar-benar bermutu. Dengan memperhatikan hal ini, tenaga dan kecepatan tumbuh

benih dapat dipertahankan selama dalam penyimpanan (Soeprapto, 1993).

C. Kedelai

23
Kedelai yang disimpan biasanya berupa biji bukan polong. Beberapa hal yang

perlu diperhatikan dalam masalah penyimpanan ialah bahwa biji yang disimpan harus

kering dan bersih, penyimpanan dilakukan dengan cara yang benar dan tempat

penyimpanan tidak lembab.

Penyimpanan biji untuk konsumsi

Biji yang akan disimpan sebagai bahan konsumsi harus diseleksi dan dijemur

hingga benar-benar kering, dengan persentase kadar air yang sesuai yaitu 12-13%

(Kartasapoetra, 1994). Apabila persentase kadar airnya masih terlalu tinggi biji kedelai

dalam penyimpanan itu mudah terserang cendawan dan membusuk.

Biji kedelai yang sudah kering dimasukkan dalam karung untuk disimpan dalam

gudang yang kering dan tidak lembab. Apabila penyimpanan itu dimaksudkan untuk

jangka lama, dapat dimasukkan dalam silo.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan itu adalah

kelembaban, suhu dan latar belakang biji itu sendiri. Kelembaban gudang merupakan

faktor yang paling penting, sirkulasi udara harus baik agar biji kedelai tetap kering.

Penyimpanan biji untuk benih

Biji yang akan dijadikan benih harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

- Biji dalam keadaan kering sempurna, memenuhi standar yakni berkadar air 10-

11%

- Biji harus sehat, tidak keriput dan tidak tergores atau terluka

- Besar kecilnya biji sesuai dengan varietasnya

Setelah biji yang akan digunakan sebagai benih diseleksi kemudian dimasukkan

ketempat penyimpanan seperti kaleng bekas minyak, drum, kantong plastik, karung goni

24
dan sebagainya. Tempat penyimpanan juga harus dipersiapakan terlebih dahulu, harus

bersih, harus kering, kedap air, dan tidak langsung diletakkan di atas lantai, melainkan di

atas alas kayu. Untuk mengurangi kelembaban biji yang disimpan di dalam kaleng bisa di

taruh di rak, sehingga sirkulasi udara lancar.

Tempat penyimpanan yang baik memiliki beberapa keuntungan. Misalnya

kantung plastik tebal yang ditutup rapat-rapat dapat mempertahankan daya tumbuh

kedelai yang baik, bahkan sampai 8 bulan, asalkan benih benar-benar kering. Sebaliknya

bila benih kedelai tidak dirawat dengan baik dalam waktu 3-4 bulan, daya tumbuhnya

telah menurun terutama bagi varietas-varietas yang berbiji besar.

Selain keadaan biji dan tempat penyimpanan, factor lain yang perlu diperhatikan

dalam hal penyimpanan benih ialah keadaan gudang tempat penyimpanan. Gudang harus

selalu bersih, bebas hama. Oleh karena itu, gudang yang digunakan sebelumnya harus

disemprot dengan insektisida seperti: Phostoxin (Ceplosdelcia) atau jenis lainnya sebagai

fumigan. Ruang penyimpana dapat dilengkapi dengan pendingin udara dan pengatur

kelembaban. Dalam ruang bersuhu 18 oC dan kelembaban 65%, benih kedelai yang

berkadar air 11% mampu disimpan 6-9 bulan. Sementara jika disimpan tanpa

penambahan pendingin dan pengatur kelembaban benih kedelai hanya dapat disimpan

sampai 3 bulan saja (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

Teknik penyimpanan lain adalah dengan menggunakan garam. Benih kedelai

dimasukkan kedalam kaleng atau ember. Di tengah-tengahnya diberi garam sebanyak

1/10 bagian benih yang disimpan. Garam ini dibungkus kain kasa bersih dan diberi alas

wadah plastik supaya garam yang terlarut tidak merembes ke dalam kedelai. Bungkusan

garam ini disusun dalam posisi tegak di tengah-tengah kedelai yang akan disimpan. Lalu

25
kaleng atau ember ditutup rapat. Penyimpanan dengan garam ini dapat mempertahankan

mutu benih selama 4-6 bulan. (Baran Wirawan dan Sri Wahyuni, 2002).

26
III. KESIMPULAN

Umur panen pada kacang tanah, kacang hijau dan kedelai berbeda-beda

tergantung varietasnya. Untuk kacang tanah varietas unggul nasional umumnya berumur

sekitar 100 hari, sedangkan varietas lokal dapat dipanen pada umur sekitar 90 hari. Pada

tanaman kacang hijau untuk varietas yang berumur genjah umumnya berumur 58-65 hari

setelah tanam, sedangkan untuk varietas yang berumur panjang baru dipanen pada umur

maksimal 100 hari setelah tanam. Dan pada tanaman kedelai untuk dijadikan bahan

konsumsi dapat dipetik pada umur 75-100 hari sedangkan untuk dijadikan benih dapat

dipetik pada umur 100-110 hari.

Panen pada tanaman kacang-kacangan dilakukan apabila polong sudah kelihatan

tua, yang dapat dilihat dari warna polongnya. Untuk tanaman kacang tanah warna polong

menjadi coklat kehitam-hitaman, pada tanaman kacang hijau polong berwarna coklat

sampai hitam, sedangkan pada tanaman kedelai polong berwarna kuning kecoklatan.

Cara melakukan pemanenan pada tanaman kacang-kacangan umumnya dilakukan

secara manual. Seperti pada tanaman kacang tanah dengan cara mencabut tanaman,

namun dapat pula menggunakan mesin. Pada tanaman kacang hijau dilakukan dengan

cara dipetik satu persatu menggunakan tangan, dapat pula dengan cara memotong polong

menggunakan pisau atau gunting yang tajam. Sedangkan pada tanaman kedelai dapat

dilakukan dengan cara mencabut atau dengan cara memotong menggunakan sabit.

Perlakuan pasca panen yang umum dilakukan pada taanaman kacang-kacangan

adalah perontokan, pembersihan, pengeringan, sortasi dan penyimpanan.

27
Perontokan pada tanaman kacang-kacangan dilkukan untuk mendapatkan polong

atau biji. Cara perontokan ini dapat dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan

memukul-mukul brangkasan yang telah kering dengan alat dari kayu hingga biji terlepas

dari polongnya. Cara lain adalah dengan menggunakan mesin perontok. Kemudian

polong atau biji dibersihkan.

Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar air sehingga awet selama

penyimpanan. Cara pengeringan pada biji kacang-kacangan dapat dilakukan dengan cara

alami yaitu dengan bantuan sinar matahari atau secara mekanis menggunakan mesin

pengering.

Sortasi pada biji kacang-kacngan dapat dilakukan dengan cara ditampi, yang

bertujuan untuk memisahkan biji kacang-kacangan dari varietas lain, biji yang rusak, biji

yang terserang hama dan penyakit, biji yang bentuk dan warnanya berbeda serta dari sisa

kotoran.

Penyimpanan kacang tanah dapat berupa polong atau biji, sedangkan pada kacang

hijau dan kedelai berupa biji. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan

adalah kelembaban dan suhu dari tempat penyimpanan. Untuk memperpanjang daya

simpan, kadar air biji harus dipertahankan.. Pada kacang tanah kadr airnya < 9%, pada

kacang hijau sekitar 10-12% sedangkan pada kedelai sekitar 12%.

28
DAFTAR PUSTAKA

Baran Wirawan dan Sri Wahyuni. 2002. Pascapanen Kacang-kacangan. Pelatihan


Pertanian di Dinas Tanaman Pangan Jawa Barat.

Budi Santoso. 1998. Pascapanen Kacang Hijau. PT. Angkasa. Bandung.

Direktorat Perbenihan. 2002. Pasca Panen Tanaman Palawija. Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1994. Pascapanen Kacang-kacangan. PT Bina Aksara. Jakarta.

Lisdiana Fachruddin. 2000. Bercocok Tanam dan Pascapanen Kacang-kacangan. PT.


Indica. Jakarta.

Samsudin S. dan Dadan S. Djakanihardja. 1985. Panen dan Pascapanen Tanaman


Leguminosa. Direktorat Perbenihan. Jakarta.

Soeprapto, H. S. 1993. Kedelai. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumarno. 1986. Kedelai. Cara Bercocok Tanam. PT. Gramedia. Jakarta.

Download :

http://blogs.unpad.ac.id/a_wawan_irwan

29
30

Anda mungkin juga menyukai