Anda di halaman 1dari 128

Berbagai Aspek Kegagalan pada

Struktur Bangunan Gedung


Oleh : Steffie Tumilar – STSi, M.Eng. IPU

Bimbingan Teknis – Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung (BBSBG), Ditjen Cipta
Karya Kementerian PUPR. Jakarta, 22.11.2022.
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical
1.Pendahuluan
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung

1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan

- Pengertian disaster (bencana)


• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal

- Definisi Kegagalan Bangunan • Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical

- Analisis Kegagalan
Disaster (Bencana) - Definisi
Disaster (bencana) adalah peristiwa yang kebanyakan terjadi
secara tiba-tiba, tidak terduga, dan menyebabkan gangguan
serta dampak yang parah pada orang, benda dan lingkungan,

Disaster
yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, dan
kesehatan manusia/masyarakat.
Situasi seperti itu menyebabkan gangguan pada pola kehidupan
normal, menghasilkan kemalangan, ketidakberdayaan dan
penderitaan yang mempengaruhi struktur sosial-ekonomi suatu
daerah / negara sedemikian rupa sehingga diperlukan
kebutuhan akan bantuan atau intervensi langsung dari luar.
Types of Disaster (Jenis Bencana)
Tidak ada negara yang kebal dari bencana, meskipun
kerentanan terhadap bencana bervariasi
Natural disasters (Bencana alam) termasuk banjir, angin topan, gempa
bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi yang dapat mengakibatkan
dampak langsung pada kesehatan manusia, serta dampak lanjutan yang
menyebabkan kematian dan penderitaan, banjir yang mengakibatkan
tanah longsor, gempa bumi yang mengakibatkan kebakaran, tsunami yang
menyebabkan banjir luas dan topan yang menenggelamkan feri.
Man made disasters (bencana buatan manusia) termasuk perang,
pembakaran, kerusuhan, terorisme, kecelakaan, bahaya industri, bencana
ekologis, HIV / AIDS dan sebagainya.
Kegagalan Bangunan (Building Failure)
Definisi
UU-RI No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1 ayat 10:
Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.

Disini perlu dijelaskan pengertian fungsi, karena dalam definisi tersebut diatas ada
kalimat yang mengandung kata fungsi (kegunaan suatu hal). Pengertian kata
fungsi secara umum tidak hanya mencakup masalah kegunaan saja (kegunaan
artinya dapat dipakai /dimanfaatkan sesuai yang dimaksud), tetapi lebih luas dari
itu.
Fungsi juga dapat ditinjau dari segi Tata-Nilai yang mencakup unsur-unsur
Metoda, Psikologis, Estetika, Ekonomis, Spiritual, Teknologikal, Kultural dan
Intelektual
Definisi “Kegagalan Bangunan” (2006):
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan
dinyatakan mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau
melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum,
maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan,
Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga
bangunan tidak berfungsi dengan baik.
Ref. Steffie Tumilar-2006

Analisis Kegagalan (Failure Analysis)


Failure Analysis
� What happened?
� How it happened?
� Why it happened?

Menentukan Faktor-faktor Penyebab


(Causes / contributing factors)

Mengusulkan Rekomendasi Perbaikan


Kegagalan bangunan dapat terjadi pada setiap tahapan, yaitu secara
garis besar bermula dari
a. Tahapan concept dan feasibility, selanjutnya
b. Contract documents (design, details dan specifications),
c. Performance of work (actual construction, control, guidance dan
supervisory inspection), sampai dengan tahapan
d. Pengunaan bangunan dan pemeliharaan (owner and public use
of the completed facility)….Nonperformance.

Dibutuhkan
Menejemen Konstruksi
yang Andal
Essential
Elements
pada
Maintenance Construction Construction
(pemeliharaan) (Konstruksi)
Project

Penggunaan
Competence Knowledge
(Pelatihan dan
(Experience) Edukasi)
Successful
Project
harus
mengandung

Care
(Control)
2. Penyebab Kegagalan – Umum
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung

1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical

- Karena Kesalahan dalam tahap desain


- Karena kesalahan dalam tahap pelaksanaan
• a.l, Perencanaan (desain) perancah kurang baik
- Kegagalan dalam masa perawatan
- Karena differential settlement
Forensic Engineering dalam
Structural Design dan Construction
Dalam usaha mencapai kualitas, performa dan inovasi (new techniques) yang
baik, seringkali “basic principles, sound structural design and good construction
practice” dilanggar yang memicu kearah kegagalan (failure).

Penyebab kegagalan (causes of failures) umumnya,


• Ketidaktahuan (ignorance), kecerobohan (carelessness),
kelalaian (negligence)
• Kelupaan (forgetfulness), kesalahan (errors), mistakes
• Ketergantungan pada pihak lain tanpa control yang cukup
• Underestimation dari pengaruh terhadap keputusan yang diambil
• Pengetahuan yang kurang (tidak cukup)
• Situasi yang tak terbayangkan (unimagined))
Berbagai kesalahan dalam tahap
Perencanaan (planning) dan Desain
ini secara tidak langsung dapat merupakan
titik awal menuju pada kegagalan bangunan

- Misinterpretation dari codes dan conceptual errors


- Design criteria, analisis struktur
- Misuse dari software (input, asumsi, model dan
interpretation)
- Gambar dan spesifikasi teknis
- Rencana dan persiapan
Beberapa masalah yang sering terabaikan
dalam desain struktur antara lain adalah:
● Regularity and redundancy
● Eccentricity and torsion
● Axial deformation
● Rigid vs semirigid diaphragms
● Fixed vs flexible base
● Strength – stiffness - ductility
● DETAILING
Berbagai kesalahan dalam
tahap Pelaksanaan
● Metoda konstruksi yang tidak layak
● Kualitas kerja yang buruk
● Kondisi lapangan/lingkungan kerja, mesin dan
peralatan yang tidak menunjang.
● Kondisi berbagai bahan bangunan dan pengujian
● Perijinan, prosedur kerja, checklist, supervisor dan
lain-lain
Beberapa permasalahan/kesalahan dalam pelak-
sanaan antara lain adalah:
● Sampling dan pengujian tidak sesuai standar
● Perawatan (curing) beton tidak memadai
● Permasalahan cetakan dan perancah
● Rubuhnya tower crane
Kegagalan Struktur yang disebabkan oleh Acuan,
Cetakan dan Perancah.
1. Akibat Acuan dan Cetakan.
a. Ukuran, bentuk dan posisi tidak sesuai rencana.
b. Cacat pada permukaan beton.
Kegagalan Acuan dan Cetakan akan mengakibatkan tam-
bahan biaya dan waktu karena adanya “rework” yang
meliputi:
a. Tambahan pekerjaan untuk penyesuaian ukuran, bentuk .
b. Kemungkinan perlu adanya perkuatan struktur karena dimensi
struktur < dari persyaratan.
c. Pembongkaran struktur karena posisi dan penempatan yang
keliru.
Kegagalan Struktur yang disebabkan oleh Acuan,
Cetakan dan Perancah.
2. Akibat Perancah.
Kegagalan dan keruntuhan sebagian atau keseluruhan struktur
dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari beberapa
penyebab berikut:
a. Pelepasan perancah terlalu awal. Kegagalan ini dapat mengakibatkan:
• Lendutan yang berlebihan pada struktur.
• Penurunan Strength, Durability dan Serviceability struktur.
• Keruntuhan sebagian atau keseluruhan struktur.

Semua kegagalan tersebut membawa dampak pada Mutu, Biaya dan


Waktu pada penyelesaian pekerjaan serta keamanan pekerja ataupun
penghuni bangunan.
b. Ketidak stabilan perancah.
Perencanaan perancah biasanya tidak ditentukan oleh kekuatan bahan peran-
cah, tetapi lebih banyak oleh:
stabilitas tekuk dari perancah yang disebabkan oleh:
• Jarak antara penunjang terlalu jauh.
• Dimensi perancah terlalu langsing dibandingkan tingginya.
• Jumlah atau penempatan pengaku kurang memadai.
• Kondisi perancah tidak laik pakai.
• Penurunan perancah. Yang dapat disebabkan oleh:
- Cetakan tidak tepat menumpu pada perancah.
- Perancah duduk pada tanah pendukung yang labil (Khususnya pada lantai yang paling
bawah).
- Perancah mengalami pergerakan lateral akibat beban pengecoran yang tidak simetris
(hal ini biasanya terjadi pada pengecoran balok balok yang besar atau elemen struktur
yang bermasa besar).
- Perancah mengalami pergerakan vertical dan horizontal akibat adanya getaran (vibrasi)
dari peralatan kerja seperti alat penggetar ataupun dari pemompaan beton (pumping
concrete).
Kontraktor harus memahami pembuatan • Perancah yang sangat tinggi dengan beban yang berat
Acuan, Cetakan dan Perancah dengan aman pada puncaknya sangat peka terhadap beban lateral dan
dan tidak boleh mengambil resiko yang tidak beban yang eksentris.
sesuai dengan alasan biaya. Kelalaian ini akan • Perancah yang sangat tinggi harus dijaga stabilitasnya
mengakibatkan tidak tercapainya tujuan dengan pemasangan pe ngaku diagonal (bracing) yang
utama, bahkan harus bertanggung jawab pada cukup, lantai pendukung yang stabil serta pengikatan yang
keselamatan manusia cukup pada lantai-lantai antaranya.
• Contoh pemasangan perancah pada
bangunan yang memiliki ruangan terbuka
yang sangat tinggi.

• Perhatian khusus terutama pada


stabilitas dan kekuatan perancah.

• Pada gambar, perancah tersebut men-


dukung lantai untuk pengecoran “ Balok-
Transfer” setinggi 3.50m. Disini ada 1400
rangka batang yang dipasang sejarak
setiap 600 mm. dengan kapasitas
maksimum beban aksial 4.50 ton per-
kaki.
Pembukaan perancah terlalu dini
(belum cukup umur).

Keruntuhan perancah pada lantai atas


memicu terjadinya keruntuhan secara
progressive yang akhirnya merun-
tuhkan keseluruhan lantai pada daerah
tersebut. Pada peristiwa ini 14 pekerja
meninggal dunia.

New York Coliseum


Building.
Persyaratan dari Acuan, Cetakan dan Perancah.
• Harus dibuat dan dipasang sesuai Bentuk, Ukuran dan Posisi seperti yang disyarat-
kan dalam gambar rancangan.
• Harus cukup stabil dan kuat untuk memikul tekanan atau beban yang diakibatkan
oleh “Beton Basah”, Beban pelaksanaan (Construction load), getaran akibat peng-
gunaan “Pumping Concrete” dan beban-beban lainnya tanpa mengakibatkan
distorsi, kebocoran dan hal-hal lain yang menyangkut keselamatan pekerja.
• Perancangan harus didasarkan pada kemudahan pemasangan, pembukaan, cepat
dan dengan biaya yang memadai.
• Harus dibuat dari bahan-bahan yang tidak merusak beton.
• Hindari rancangan yang dalam pengerjaannya membutuhkan peralatan dan
ketrampilan khusus.
• Sistem yang dipakai jangan menghambat pekerjaan berikutnya.
• Rancangan sistem sambungan harus baik sehingga tidak rusak/bocor pada saat
penuangan/pengecoran beton.
Perhatian dalam Pelaksanaan.
• Acuan, cetakan dan perancah berada pada posisi yang benar.
• Semua sambungan, pengaku dan dudukan harus cukup kuat.
• Cetakan dan lapangan kerja harus bersih.
• Perhatikan sambungan cetakan pada perbatasan antara beton lama dan beton
baru.
• Siapkan jalan-jalan khusus/sementara untuk menjamin agar acuan cetakan dan
perancah yang terpasang tidak terganggu/rusak.
• Hindari dan singkirkan semua bahan yang rusak dari lokasi.
• Perhatian khusus pada perancah paling bawah yang berhubungan langsung
dengan tanah. Perancah yang semula baik, setelah hujan menjadi labil. ----------
> buatkan drainase untuk mengatisipasinya.
• Jangan merancang perancah/shoring hanya berdasarkan kapasitas peran-
cahnya saja, tetapi juga harus didasarkan pada daya dukung tanah
pendukungnya.
Perencanaan (desain) Perancah.
1. Beban Rencana.
a. “Beban mati” (tetap)
b. “Beban hidup” termasuk “construction load”
2. Faktor yang mempengaruhi perencanaan.
3. Anggapan-asumsi dalam perencanaan.
4. Perencanaan penunjang dan penunjang ulang.
Beban Rencana.
1. Beban mati, terdiri dari berat sendiri beton (D), acuan /cetakan dan perancah.
ACI - 347 : berat cetakan diambil: 0.50 kN/m2 ~ 50 kg/m2 , atau(0.10D) 10% berat
beton/lantai ybs. dalam analisa praktis “Beban mati” dianggap sama dengan 1.10 dari berat
sendiri beton/lantai (1.10D).

2. Beban hidup, terdiri dari pekerja, peralatan, beban bergerak dan termasuk
beban kejut-----> Construction Load yang akan hilang setelah pelaksanaan.
ACI - 347 : “Beban hidup” rencana minim (construction live load) sebesar: 0.50 kN/m2 ~ 250
kg/m2, atau(0.50D) 50% berat beton/lantai ybs. dalam analisa praktis “Beban mati+hidup”
dianggap sama dengan 1.60 dari berat sendiri beton/lantai.

ACI -347, rekomendasi untuk perencanaan shoring, Load Factor 1.50, jadi perencanaan
shoring direncanakan terhadap Beban Rencana: 1.50 X ( D + 0.10D + 0.50D ) = 2.40 D
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perencanaan.
• Kapasitas - daya dukung dari setiap unsur / komponen.
• Berat sendiri beton basah, cetakan dan perancah.
• Construction Load.
• Mutu bahan yang dipergunakan termasuk mutu beton.
• Bentang antar kolom struktur.
• Kekuatan lantai yang mendukung lantai yang dicor.
• Jenis dari perancah yang dipergunakan.
• Siklus pengecoran lantai.
Asumsi dalam Desain (Perencanaan).
● Perancah / penunjang (Shores) sangat kaku dibandingkan dengan pelat
lantai (anggapan yang paling sederhana).

● Lantai-lantai yang dihubungkan oleh perancah akan mengalami lendutan


yang sama besarnya pada saat dibebani, sehingga setiap lantai akan
menerima beban sesuai dengan kekakuannya masing-masing

● Perancah pada lantai dasar (base support pada ground) sangat kaku.

● Pengaruh rangkak (creep) dan susut (shrinkage) tidak diperhitungkan.


Distibusi beban yang bekerja pada lantai dan perancah dimana
perancah dipasang pada 2 tingkat yang berurutan (tanpa reshoring).
Dengan skenario yang berbeda

Distribusi beban yang bekerja pada lantai dan perancah dimana perancah
dipasang pada 3 tingkat yang berurutan. (tanpa reshoring)
Perencanaan Penunjang
dan Penunjang Ulang.
Penyederhanaan analisa pembebanan pada perancah
yang dipikul oleh 1 level shoring dan 2 lantai reshoring
dapat dilihat pada tabel berikut.

Pada tabel berikut tertera:


Berat sendiri lantai dinyatakan = 1.00 D
Berat cetakan dan perancah = 0.10 D
Berat perancah untuk reshoring = 0.05 D
Beban hidup pelaksanaan
(construction live load) = 0.50 D
Perencanaan Penunjang
dan Penunjang Ulang.
Penyederhanaan analisa pembebanan pada
perancah
yang dipikul oleh 1 level shoring dan 3 lantai
reshoring dapat dilihat pada tabel berikut.
Berbagai kegagalan dalam masa penggunaan
(service) dan perawatan bangunan
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung

a. Kegagalan, kecelakaan dan keruntuhan 1. Pendahuluan


2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
sebagian atau keseluruhan karena operation • Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan -perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
dan pemeliharaan gedung yang buruk • Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung

sehingga menimbulkan degradasi struktur. • Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal


• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical

a. Pembebanan dan pengaruh eksternal


Beban gempa, angin, banjir, kebakaran,
longsor, temperature, vibrasi, beban kejut
(blast), abrasi, korosi, fatique, overload dan
lain sebagainya.
c. Perubahan fungsi bangunan
Runtuhnya struktur cantilever Metro Pasar Tanah Abang Jakarta 23 Desember 2009
Runtuhnya struktur cantilever
Metro Pasar Tanah Abang Jakarta
23 Desember 2009
Runtuhnya struktur pada bagian selasar/balcony dari area lobby gedung BEIJ, Tower 2, Jam 11.56.06 -11.57, 15 Januari 2018,
??? ( hanya
ada 4 bolt)
Factor of Safety, konsep dari factor of safety
(sering dirujukkan dengan “factor of ignorance”)

Load factor dan safety factor


Daktilitas dan Redundansi
didefinisikan sebagai,
Assumed strength
Safety factor
Assumed load

Safety factor ,berarti Safe


Safety factor ,berarti Failure

Factor of safety (faktor keamanan) pada


umumnya tidak ikut memperhitungkan human
errors, yang diperhitungkan hanya chance dan
probabilitas dari variabilitas material strength
dan pembebanan
Load Factor = factor beban (yang nilai
factornya biasanya > 1.0)
Factor of Safety, konsep dari factor of safety (sering
dirujukkan dengan “factor of ignorance”) didefinisikan
sebagai,

Assumed strength
Safety factor
Assumed load

Safety factor ,berarti Safe


Safety factor ,berarti Failure
Faktor of safety (faktor keamanan) pada umumnya
tidak ikut memperhitungkan human errors, yang
diperhitungkan hanya chance dan probabilitas dari
variabilitas material strength dan pembebanan
Peretakan struktur tembok akibat
movement, differential settlement
(perbedaan penurunan pada fondasi)
dan nilai batas.
● Pola retak yang khas adalah retak diagonal. Lebih lebar di bagian atas dan melintasi titik
lemah seperti bukaan jendela dan pintu
● Retak yang berkaitan dengan jenis pergerakan ini umumnya bertambah lebar dengan
bertambah tingginya bangunan, yaitu retakan yang lebih lebar di bagian atas.
● Seiring dengan perubahan kadar air tembok bata tanah liat (berkaitan denmgan musim),
dengan perubahan volume maka retakan dapat membuka dan menutup (gerakan siklus)
Akibat adanya
beban terpusat
dari balok
diatasnya

Akibat adanya
vibrasi/getaran
atau gempa
Penilaian Kerusakan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam survei adalah:
• Apakah retak diagonal, vertikal atau horizontal?
• Apakah lebar retakan mengecil dari satu ujung ke ujung lainnya?
• Apakah pola retakan menunjukkan arah gerakan atau mekanisme tertentu?
• Apakah retakan itu retakan lama atau ada bukti yang menunjukkan adanya retakan baru ?
• Apakah dinding luar miring/doyong atau menonjol (bulging)?
• Apakah seluruh dinding bergerak atau hanya kulit luarnya saja?
• Apakah sambungan batu bata, ambang pintu/jendeladan lantai, dll. rata?
• Apakah dindingnya tegak (plumb)?
• Apakah kusen pintu dan jendela berbentuk siku-persegi?
• Apakah ada pekerjaan perbaikan sebelumnya yang telah dilakukan?
Analisis yang cermat dari berbagai faktor-faktor di atas sangat penting untuk memungkinkan
memperoleh penilaian yang akurat tentang penyebab kerusakan yang terjadi.
N.B. Seringkali lebih dari satu jenis kerusakan yang teridentifikasi dalam suatu struktur
US Army
Keruntuhan bangunan gedung pada
umumnya dapat juga diklasifikasikan
sebagai berikut
1. Bad design
2. Faulty construction
3. Foundation failure
4. Extraordinary loads
5. Unexpected failure modes
6. Combination of causes
3. Berbagai Kegagalan Bangunan Gedung
Pasaca Gempa Yogyakarta 27.05.2006
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung

1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical

3.1 Beberapa suntingan dari Kawasan Keraton


Yogyakarta, Cagar Budaya Tamansari dan
Kawasan Makam Raja Raja Imogiri
3.2. Pada bangunan rumah tinggal
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
kurang mendapat perhatian yang baik
• Penerapan Peraturan Bangunan yang kurang ketat
Kinerja rumah dengan dinding bata saat gempa
Reading Material :
Paulay,T., and Priestley,M.J.N., (1992), Seismic Design of Reinforced Concrete and
Masonry Buildings, John Wiley & Sons, USA
Brick Masonry Houses harus memiliki konfigurasi
struktur yang sederhana (simple)
Reading Material :
IS 1905, (1987), Indian Standard Code of Practice for Structural Use of
Unreinforced Masonry, Bureau of Indian Standards, New Delhi IS 42326,
(1993),
Indian Standard Code of Practice for Earthquake Resistant Design and
Construction of Buildings, Bureau of Indian Standards, New Delhi IS
13828, (1993),
Indian Standard Guidelines for Improving Earthquake Resistance of Low-
strength Masonry Buildings, Bureau of Indian Standards, New Delhi
Tomazevic,M., (1999), Earthquake Resistant Design of Masonry Buildings,
Imperial College Press, UK
Horizontal Bands Diperlukan pada Masonry Buildings
Reading Material: IAEE, (1986), Guidelines for Earthquake Resistant Non-Engineered Construction, International
Association for Earthquake Engineering, Tokyo, available on www.nicee.org
Pada Masonry buildings yang
baik dibutuhkan tulangan vertikal
Reading Material :
Amrose,J., (1991), Simplified
Design of Masonry Structures,
John Wiley & Sons, Inc., USA

BMTPC, (2000), Guidelines:


Improving Earthquake Resistance
of Housing, Building Materials and
Technology Promotion Council,
New Delhi IS 4326, (1993),

Indian Standard Code of Practice


for Earthquake Resistant Design
and Construction of Buildings,
Bureau of Indian Standards, New
Delhi IS 13828, (1993),

Indian Standard Guidelines for


Improving Earthquake Resistance
of Low-strength Masonry
Buildings, Bureau of Indian
Standards, New Delhi
3.3 - Konfigurasi Struktur – Umum
● Perencanaan struktur bangunan yang ideal adalah bila konfigurasinya
regular (teratur) dan hindari irregularitas seperti yang ditunjukkan
pada gambar-gambar berikut ini. Walaupun demikian, jarang sekali
dapat dijumpai bangunan yang dapat sepenuhnya mengikuti
ketentuan-ketentuan tersebut. Dengan demikian maka perhitungan 3
dimensi sangat diperlukan.
● Dalam perencanaan building layout, sudah harus diakomodasikan
semua kepentingan dari disiplin lain, dan perencanaan building layout
harus diatur sedemikian rupa sehingga semua beban-beban dapat
disalurkan secara efisien dan efektif. Disamping itu metoda konstruksi
berperan dalam pencapaian struktur yang diinginkan sesuai asumsi
yang diletakkan dalam perencanaan strukturnya.
Konfigurasi struktur
yang tidak
beraturan (irregular)
Kegagalan struktur gedung yang paling
sering terjadi yang berkaitan dengan
konfigurasi struktur dan selalu ditemukan
pada setiap peristiwa gempa meliputi:
• Soft story effect
• Short column effect

Disamping konfigurasi struktur, yang selalu


ditemukan pada setiap peristiwa gempa
meliputi:
• Strong column weak beam concept yang
tidak dipenuhi
• Masalah detailing, beam-column joint dan
confinement (tulangan kekang)
Animasi - Soft Story Effect
Simulation - Soft Story Effect
Animasi Soft Story
Soft-Story Building
Soft First Story
Occurs when first story
much less stiff than
stories above
Typical damage –
collapse of first story
Truck Under Parking

Bangunan apartemen dengan


tempat parkir dilantai bawah

Retrofit dapat mencakup pemasangan


rangka baja untuk membatasi defor-
masi lantai pertama
Soft Story Effect
Soft Story Effect
Joint failure

Column-Foundation
Joint Failure
Soft Story Effect
(Tingkat atas jauh lebih kaku dari tingkat bawah)
Plastic Hinges pada kolom
Animasi L shape building
Short –Column Effect
Soft Story, Short Column Effect and
Overturning
Soft Story, Short Column Effect and
Overturning
Parapet

Lihat slide
berikutnya
Parapet
Short Column Effect
Jenis kerusakan seperti ini sering dijumpai
pada gedung parkir, gedung sekolah, rumah
sakit dan gedung lain dimana dipasang
tembok pada sebagian tinggi kolom.
Kerusakan jenis ini selalu dijumpai pada
setiap peristiwa gempa, antara lain,
• Gedung Sekolah
• Gedung Rumah sakit
• Gedung parkir
• Gedung lain yang menggunakan tembok
sebagian pada perimeter gedung.
Khusus untuk tembok tepi/perimeter pada gedung parkir, harus memperhatikan
persyaratan perencanaan / perhitungan beban tumbuk sebagai berikut
3.4 Ketidakberaturan (irregularitas) Struktur
● Struktur beraturan (regular)

● Struktur dengan ketidakberaturan horizontal

● Struktur dengan ketidakberaturan vertikal


Tabel Ketidakberaturan struktur horisontal

Tabel Ketidakberaturan struktur vertikal


6
D sampai F
Langkah-langkah perbaikan (Penalti)
Berikut ditunjukkan berbagai penyebab kerusakan
akibat gempa yang sangat sering terjadi terutama pada
detailing yang sangat tidak memadai, terutama yang
dijumpai pada berbagai peristiwa gempa yang lalu,
antara lain:
• Gempa Padang 2009
• Gempa Lombok 2018
• Gempa Palu 2018
Rusak pada Beam-Column Joints
2 3
Beam-Column
Joint Failure

4
1

Pada Beam–Column Joint


tidak terlihat sengkang
1

Tidak ada sengkang pada Tidak ada sengkang pada


pertemuan balok-kolom pertemuan balok-kolom
Contoh Detail penulangan seismik pada pertemuan sudut balok
3 3

Contoh Detail penulangan seismik


pada pertemuan balok Interior

Tidak ada sengkang pada


pertemuan balok-kolom
Tulangan kekang (confinement) pada daerah Boundary
Element pada dinding beton sangat tidak memadai-
kesalahan fatal (Ref. Gempa Lombok)
Sebagian hotel gedung
tinggi relatif masih
cukup baik.

Ref. Gempa Palu 2018


Pada bagian Lobby ada lantai yang patah serta detail sambungan balok-kolom yang tidak dipasang sengkang sebagaimana
diatur dalam code. Ref. Gempa Palu 2018
Ref. Gempa Palu 2018
Pada gedung ini, Konsep strong
column - weak beam tidak dipenuhi.
Konsep SCWB ini sangat penting dan
harus dilakukan pada seluruh daerah
gempa kuat Ref. Gempa Palu 2018
4
Faktor penting dalam Building Performance
Good connections
(sambungan yang baik)

Perlu mentransfer beban dari elemen


struktur ke fondasi dan kemudian ke
tanah pendukung
4
Sebagai referensi tambahan, berikut
kami sampaikan uraian singkat
mengenai beberapa peristiwa
keruntuhan gedung yang sangat
terkenal yang sering ditampilkan dalam
berbagai textbook dan media sosial
3 Kasus Penting Runtuhnya Bangunan Akibat Buruknya
Manajemen Konstruksi
1. The Skyline Plaza Apartment Building, Virginia, US -1973
Perencanaan kompleks Skyline Plaza meliputi enam gedung perkantoran,
delapan gedung apartemen, pertokoan, dan satu hotel. Proyek ini
merupakan kompleks residential-komersial yang terletak di Fairfax
County, Virginia. Saat pembangunan kompleks skyline plaza, salah satu
bangunan apartemen yang sedang dibangun runtuh. 15 buruh tewas, dan
40 luka-luka.

Gambar desain dari bangunan yang runtuh meliputi konstruksi 26 lantai,


sebuah penthouse, dan 4 lantai basement untuk parkir. Desain bangunan
menggunakan flat plate beton bertulang dengan tebal 200 mm.
Ketinggian antar adalah 2.70 m.
1.1 Temuan Investigasi
Pada tanggal 2 Maret 1973, beberapa bagian dari gedung apartemen runtuh saat konstruksi.
Keruntuhan dimulai di lantai 23 ketika pelat lantai 24 sedang dicor. Pada lantai 23 pelat mulai
menunjukkan retakan dan keruntuhan bangunan terjadi secara vertikal di sepanjang ketinggian
bangunan, termasuk lantai basement dan struktur beton bertulang pratekan (prestressed) untuk
parkir yang berdekatan juga runtuh.
Para ahli sepakat bahwa beton tidak cukup kuat untuk memikul beban konstruksi yang diterapkan
selama proses konstruksi. Penyelidik menegaskan bahwa rencana desain asli sudah memadai. Alasan
paling memungkinkan adalah runtuhnya bangunan akibat kegagalan punching shear pada lantai 23
gedung.
Setelah runtuh, tim dari Occupational Safety and Health Administration (OSHA) datang ke lokasi dan
memulai penyelidikan. Selanjutnya, penyelidikan rinci dilakukan oleh National Bureau of Standards
(NBS).
NBS dan OSHA menyebutkan dalam laporan mereka bahwa runtuhnya bangunan itu secara langsung
berkaitan dengan proses konstruksi yang tidak dikelola dengan baik (poorly managed construction
processes). Pengadilan menemukan bahwa kontraktor dan site engineer salah karena lalai, karena
kontraktor tidak mengikuti persyaratan building code dan site engineer tidak memeriksa pekerjaan
dengan benar.
1.2 Lessons Learned (pelajaran yang diperoleh)
Setelah runtuhnya gedung apartemen Skyline Plaza, serangkaian perubahan dilakukan
pada building code terkait dengan progressive collapse failure (keruntuhan progresif).
Prosedur inspeksi khusus ditambahkan di bagian inspeksi building codes. Kriteria desain
juga diperbaiki untuk perencanaan yang efektif guna mengurangi kemungkinan kegagalan
akibat keruntuhan progresif. Berikut adalah beberapa penjelasan pelanggaran
persyaratan konstruksi yang disyaratkan dan standard practices:

• Pelanggaran prasyarat untuk menopang sepenuhnya dua lantai di bawah lantai yang
sedang dicor.
• Kegagalan dalam mengizinkan waktu curing yang sah sebelum melepaskan
penopang/perancah.
• Tidak dilakukannya uji curing pada benda uji beton di lapangan (field cured test).
• Penggunaan penopang yang tidak lurus (out-of-plumb).
• Inspeksi pemeriksaan kekuatan beton yang tidak baik selama pengecoran dan untuk
pelepasan bekisting dan perancah.
• Pemasangan climbing crane yang tidak sesuai.
2. Ronan Point Tower, Canning Town, London-1968
Kebutuhan untuk memberikan tempat tinggal pengganti bagi rumah-rumah yang hancur
dalam Perang Dunia II mendorong para insinyur Eropa untuk mengembangkan metode
konstruksi pra-cetak yang inovatif, yaitu antara lain pembangunan gedung bertingkat
menggunakan komponen beton pratekan yang dibuat di pabrik.
Rangka struktur termasuk konstruksi dinding penumpu (load-bearing walls) dan setiap
lantai langsung disambungkan ke dinding dengan memberikan grouting pada permukaan
landasan untuk membuat sambungan antara dinding dan lantai. Pencakar langit di Ronan
Point, Canning Town, Inggris, dibangun menggunakan teknik pembangunan sistem ini.
Pada tanggal 16 Mei 1968 terjadi ledakan akibat kebocoran gas di dapur sebuah hunian di
lantai 18. Tepat setelah ledakan, dinding dapur runtuh, dan pada gilirannya, dinding di atas
lantai 18 ambruk. Hal ini berdampak pada lantai di bawahnya dan meruntuhkan seluruh
sudut bangunan. Sebanyak 3 orang meninggal dan 14 luka-luka.
2.1 Temuan Investigasi
Tim investigasi mengungkapkan bahwa bangunan runtuh karena tidak tersedianya
(alternative load path) lintasan beban alternatif ketika satu bagian dari dinding luar
runtuh. Setelah pembongkaran bangunan, terungkap juga bahwa kualitas grout pada
permukaan tumpuan (bearing surface) untuk sambungan antara lantai dan dinding
buruk.

Karena keruntuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, pemerintah memeriksa


keamanan bangunan lain yang dibangun menggunakan konsep yang sama dengan
Menara Ronan Point. Kemudian banyak bangunan yang dihancurkan jauh sebelum
selesai masa pakainya.

Konsep keruntuhan progresif pada struktur tidak banyak diketahui oleh para engineer
sebelum kegagalan Menara Ronan Point tersebut. Dalam bentuk keruntuhan seperti
itu, kegagalan lokal diikuti oleh keruntuhan yang meluas melalui reaksi berantai. Apa
yang tidak lumrah adalah karena ledakan gas kecil memicu runtuhnya sebagian besar
struktur yang sudah jadi.
2.2 Lessons Learned (Pelajaran yang diperoleh)
Pengalaman akibat kegagalan Ronan Point Tower menekankan beberapa
hal meliputi:

Kegagalan progresif dapat terjadi pada struktur yang sudah dibangun


sepenuhnya.
Sebuah struktur harus memiliki redundansi untuk mengurangi
kemungkinan kegagalan progresif.
Kontrol kualitas harus benar-benar diikuti dalam proses konstruksi.
3. 2000 Commonwealth Avenue, Boston, US -1971
Pada tanggal 25 Januari 1971, dua pertiga bagian dari bangunan residential
16 lantai yang dikenal sebagai 2000-Commonwealth Avenue di Boston
runtuh saat konstruksi, 4 pekerja meninggal. Bangunan itu dibangun selama
lebih dari enam tahun. Runtuhnya bangunan terjadi secara bertahap
sehingga ada waktu bagi pekerja untuk melarikan diri.

Bangunan merupakan struktur beton bertulang dengan siatem lantai flat


slabs dan elevator shaft dibagian tengah. Sistem struktur ini sangat terkenal
untuk konstruksi bertingkat tinggi karena mengurangi tinggi antar lantai dan
keseluruhan tinggi bangunan. Ketebalan pelat rata adalah antara 160-190
mm untuk semua area bangunan kecuali di dekat elevator shaft yang
tebalnya 230 mm. Tinggi antar lantai rata-rata 2.70 m untuk semua lantai.
Bangunan yang terletak di 2000 Commonwealth Avenue ini terdiri dari 16 lantai dengan
ruang mekanikal setinggi 1.5 m pada atap. Luas struktur adalah 56 x 21 m2. Bangunan
memiliki 2 lapis basement untuk parkir. Pada lantai pertama terdapat sebuah kolam, ruang
tambahan, dan satu flat, dan di lantai kedua hingga enam belas terdapat total 132 flat.
Awalnya, lantai asatu ini akan disewakan. Namun, pemilik kemudian menawarkan sebagai
suite apartemen.

Pada saat gedung runtuh, pekerjaan konstruksi hampir selesai. Temboknya diselesaikan
hingga lantai enam belas, dan strukturnya biasanya terbungkus dari lantai dua hingga lima
belas. Sistem pemanas, plumbing, dan ventilasi dipasang di seluruh lantai bangunan yang
berbeda. Pekerjaan interior juga dimulai di lantai bawah. Lift sementara dipasang untuk
membantu memindahkan bahan dan peralatan ke berbagai lantai. Diperkirakan ada 100
orang sedang bekerja di dalam atau di sekitar struktur pada saat keruntuhan.

Runtuhnya bangunan tersebut terjadi bertahap, diawali dari keruntuhan akibat punching
shear pada atap kemudian diikuti keruntuhan pelat, dan pada akhirnya keruntuhan
progresif struktur.
3.1 Temuan Investigasi
Civic chairman dari Boston menunjuk sebuah komisi untuk menyelidiki tentang
runtuhnya gedung tersebut. Komisi menyampaikan berbagai temuan berdasarkan
pengamatan sebagai berikut:
• Tidak ditemukan tanda tangan arsitek atau engineer pada satu gambar bangunan.
• Desain engineer tidak memberikan perhitungan pendukung gambar strukturalnya
kepada komisi.
• Tidak ada ketua atau perwakilan tim kontraktor yang memegang izin (lisensi)
pembangunan gedung untuk kota Boston.
• Kepemilikan gedung berubah beberapa kali, dengan perubahan perencana dan
arsitek. Skenario ini menambah keruwetan dan kompleksitas yang berkontribusi pada
berbagai kelainan yang disebutkan di atas.
• Pekerja kontraktor hanya memiliki satu perwakilan di lokasi. Sebagian besar
subkontrak diberikan langsung oleh pemilik kepada subkontraktor tanpa melewati
general contractor. Sebanyak tujuh subkontraktor terlibat dalam pembangunan
tersebut.
• Subkontraktor tidak melakukan pekerjaan yang ditugaskan untuk melakukan
pekerjaan perlindungan terhadap pengaruh cuaca dingin pada beton struktur.
• Tidak ada bukti pemeriksaan pekerjaan oleh spesialis meskipun ini disyaratkan.
• Kualitas bahan konstruksi yang buruk.
• Kualitas inpeksi pemeriksaan yang buruk.
• Runtuhnya bangunan terjadi akibat kelanjutann mekanisme punching shear dekat
core lift yang kemudian diikuti oleh keruntuhan lentur pada pelat lantai.
• Spesifikasi desain menunjukkan kekuatan beton untuk umur 28 hari adalah 25 MPa.
Namun, pada waktu kegagalan, 47 hari setelah pekerjaan pengecoran, beton
tampaknya tidak dapat mencapai kekuatan 28 hari yang diharapkan.
• Kekurangan yang paling kritis adalah buruknya kualitas beton serta tidak adanya
penopang/perancah di bawah pelat di atap (telah dilepas).
3.2 Lessons Learned (Pelajaran yang diperoleh)
• Desain engineer yang resmi harus dipilih dan ditunjuk untuk pengembangan gambar
kerja untuk konstruksi.
• Engineer dan architect harus bertanggung jawab atas semua perhitungan yang
berhubungan dengan desain dan pekerjaan desain mereka dan harus diperiksa oleh
para ahli di bidang itu dari otoritas pemerintah.
• Kepemilikan suatu proyek yang berubah berkali-kali sebaiknaya dihindari untuk
mengurangi kebingungan antara engineer sebelumnya dan engineer yang baru
terlibat, dan perlu adanya kejelasan tanggung jawab.
• Inspeksi di lokasi konstruksi harus dilakukan secara rutin oleh otoritas pemerintah,
terutama untuk pekerjaan dalam cuaca dingin yang membutuhkan penanganan
khusus.
• Kualitas pekerjaan beton harus dipantau dan dikendalikan selama proyek berlangsung.
• Pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan dokumen desain dan prosedur konstruksi.
Kesimpulan
Melihat dari berbagai peristiwa keruntuhan gedung tersebut diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa runtuhnya sebuah gedung merupakan penyebaran keruntuhan lokal
awal dari komponen ke komponen, yang pada akhirnya mengakibatkan keruntuhan
seluruh struktur atau sebagian besar darinya yang biasanya belum tentu disebabkan oleh
penyebab tunggal tetapi umumnya disebabkan oleh berbagai defisiensi yang saling
memicu kearah kegagalan tersebut.

Fase konstruksi dianggap paling kritis dalam siklus hidup gedung (life cycle of buildings).
Fase konstruksi adalah salah satu fase paling kritis dalam siklus hidup bangunan karena
risiko kegagalan dan kemungkinan adanya underestimating beban konstruksi
(construction loads) selama konstruksi. oleh karenanya perhatikan code yang berkaitan
dengan construction load.

Peranan dan tanggung jawab Menejemen Konstruksi sangat besar dan harus memiliki
kompetensi yang baik. Ketidak layakan menejemen konstruksi dapat membuka pintu awal
menuju berbagai kegagalan dalam masa konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai