Bimbingan Teknis – Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung (BBSBG), Ditjen Cipta
Karya Kementerian PUPR. Jakarta, 22.11.2022.
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical
1.Pendahuluan
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
- Analisis Kegagalan
Disaster (Bencana) - Definisi
Disaster (bencana) adalah peristiwa yang kebanyakan terjadi
secara tiba-tiba, tidak terduga, dan menyebabkan gangguan
serta dampak yang parah pada orang, benda dan lingkungan,
Disaster
yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa, harta benda, dan
kesehatan manusia/masyarakat.
Situasi seperti itu menyebabkan gangguan pada pola kehidupan
normal, menghasilkan kemalangan, ketidakberdayaan dan
penderitaan yang mempengaruhi struktur sosial-ekonomi suatu
daerah / negara sedemikian rupa sehingga diperlukan
kebutuhan akan bantuan atau intervensi langsung dari luar.
Types of Disaster (Jenis Bencana)
Tidak ada negara yang kebal dari bencana, meskipun
kerentanan terhadap bencana bervariasi
Natural disasters (Bencana alam) termasuk banjir, angin topan, gempa
bumi, tsunami dan erupsi gunung berapi yang dapat mengakibatkan
dampak langsung pada kesehatan manusia, serta dampak lanjutan yang
menyebabkan kematian dan penderitaan, banjir yang mengakibatkan
tanah longsor, gempa bumi yang mengakibatkan kebakaran, tsunami yang
menyebabkan banjir luas dan topan yang menenggelamkan feri.
Man made disasters (bencana buatan manusia) termasuk perang,
pembakaran, kerusuhan, terorisme, kecelakaan, bahaya industri, bencana
ekologis, HIV / AIDS dan sebagainya.
Kegagalan Bangunan (Building Failure)
Definisi
UU-RI No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi, Bab 1, Pasal 1 ayat 10:
Kegagalan Bangunan adalah suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak
berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa Konstruksi.
Disini perlu dijelaskan pengertian fungsi, karena dalam definisi tersebut diatas ada
kalimat yang mengandung kata fungsi (kegunaan suatu hal). Pengertian kata
fungsi secara umum tidak hanya mencakup masalah kegunaan saja (kegunaan
artinya dapat dipakai /dimanfaatkan sesuai yang dimaksud), tetapi lebih luas dari
itu.
Fungsi juga dapat ditinjau dari segi Tata-Nilai yang mencakup unsur-unsur
Metoda, Psikologis, Estetika, Ekonomis, Spiritual, Teknologikal, Kultural dan
Intelektual
Definisi “Kegagalan Bangunan” (2006):
Suatu bangunan baik sebagian maupun keseluruhan
dinyatakan mengalami kegagalan bila tidak mencapai atau
melampaui nilai-nilai kinerja tertentu (persyaratan minimum,
maksimum dan toleransi) yang ditentukan oleh Peraturan,
Standar dan Spesifikasi yang berlaku saat itu sehingga
bangunan tidak berfungsi dengan baik.
Ref. Steffie Tumilar-2006
Dibutuhkan
Menejemen Konstruksi
yang Andal
Essential
Elements
pada
Maintenance Construction Construction
(pemeliharaan) (Konstruksi)
Project
Penggunaan
Competence Knowledge
(Pelatihan dan
(Experience) Edukasi)
Successful
Project
harus
mengandung
Care
(Control)
2. Penyebab Kegagalan – Umum
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical
2. Beban hidup, terdiri dari pekerja, peralatan, beban bergerak dan termasuk
beban kejut-----> Construction Load yang akan hilang setelah pelaksanaan.
ACI - 347 : “Beban hidup” rencana minim (construction live load) sebesar: 0.50 kN/m2 ~ 250
kg/m2, atau(0.50D) 50% berat beton/lantai ybs. dalam analisa praktis “Beban mati+hidup”
dianggap sama dengan 1.60 dari berat sendiri beton/lantai.
ACI -347, rekomendasi untuk perencanaan shoring, Load Factor 1.50, jadi perencanaan
shoring direncanakan terhadap Beban Rencana: 1.50 X ( D + 0.10D + 0.50D ) = 2.40 D
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Perencanaan.
• Kapasitas - daya dukung dari setiap unsur / komponen.
• Berat sendiri beton basah, cetakan dan perancah.
• Construction Load.
• Mutu bahan yang dipergunakan termasuk mutu beton.
• Bentang antar kolom struktur.
• Kekuatan lantai yang mendukung lantai yang dicor.
• Jenis dari perancah yang dipergunakan.
• Siklus pengecoran lantai.
Asumsi dalam Desain (Perencanaan).
● Perancah / penunjang (Shores) sangat kaku dibandingkan dengan pelat
lantai (anggapan yang paling sederhana).
● Perancah pada lantai dasar (base support pada ground) sangat kaku.
Distribusi beban yang bekerja pada lantai dan perancah dimana perancah
dipasang pada 3 tingkat yang berurutan. (tanpa reshoring)
Perencanaan Penunjang
dan Penunjang Ulang.
Penyederhanaan analisa pembebanan pada perancah
yang dipikul oleh 1 level shoring dan 2 lantai reshoring
dapat dilihat pada tabel berikut.
Assumed strength
Safety factor
Assumed load
Akibat adanya
vibrasi/getaran
atau gempa
Penilaian Kerusakan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam survei adalah:
• Apakah retak diagonal, vertikal atau horizontal?
• Apakah lebar retakan mengecil dari satu ujung ke ujung lainnya?
• Apakah pola retakan menunjukkan arah gerakan atau mekanisme tertentu?
• Apakah retakan itu retakan lama atau ada bukti yang menunjukkan adanya retakan baru ?
• Apakah dinding luar miring/doyong atau menonjol (bulging)?
• Apakah seluruh dinding bergerak atau hanya kulit luarnya saja?
• Apakah sambungan batu bata, ambang pintu/jendeladan lantai, dll. rata?
• Apakah dindingnya tegak (plumb)?
• Apakah kusen pintu dan jendela berbentuk siku-persegi?
• Apakah ada pekerjaan perbaikan sebelumnya yang telah dilakukan?
Analisis yang cermat dari berbagai faktor-faktor di atas sangat penting untuk memungkinkan
memperoleh penilaian yang akurat tentang penyebab kerusakan yang terjadi.
N.B. Seringkali lebih dari satu jenis kerusakan yang teridentifikasi dalam suatu struktur
US Army
Keruntuhan bangunan gedung pada
umumnya dapat juga diklasifikasikan
sebagai berikut
1. Bad design
2. Faulty construction
3. Foundation failure
4. Extraordinary loads
5. Unexpected failure modes
6. Combination of causes
3. Berbagai Kegagalan Bangunan Gedung
Pasaca Gempa Yogyakarta 27.05.2006
Berbagai Aspek Kegagalan pada
Struktur Bangunan Gedung
1. Pendahuluan
2. Penyebab kegagalan – umum
• Karena kesalahan pada tahap desain
• Karena kesalahan pada tahap pelaksanaan
• Karena kesalahan pada tahap penggunaan-perawatan
3. Penyebab kegagalan – akibat gempa
• Karena aspek teknis pada rumah tinggal atau sejenis
• Karena konfigurasi bangunan gedung
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) horizontal
• Karena ketidakberaturan (irregularitas) vertical
Column-Foundation
Joint Failure
Soft Story Effect
(Tingkat atas jauh lebih kaku dari tingkat bawah)
Plastic Hinges pada kolom
Animasi L shape building
Short –Column Effect
Soft Story, Short Column Effect and
Overturning
Soft Story, Short Column Effect and
Overturning
Parapet
Lihat slide
berikutnya
Parapet
Short Column Effect
Jenis kerusakan seperti ini sering dijumpai
pada gedung parkir, gedung sekolah, rumah
sakit dan gedung lain dimana dipasang
tembok pada sebagian tinggi kolom.
Kerusakan jenis ini selalu dijumpai pada
setiap peristiwa gempa, antara lain,
• Gedung Sekolah
• Gedung Rumah sakit
• Gedung parkir
• Gedung lain yang menggunakan tembok
sebagian pada perimeter gedung.
Khusus untuk tembok tepi/perimeter pada gedung parkir, harus memperhatikan
persyaratan perencanaan / perhitungan beban tumbuk sebagai berikut
3.4 Ketidakberaturan (irregularitas) Struktur
● Struktur beraturan (regular)
4
1
• Pelanggaran prasyarat untuk menopang sepenuhnya dua lantai di bawah lantai yang
sedang dicor.
• Kegagalan dalam mengizinkan waktu curing yang sah sebelum melepaskan
penopang/perancah.
• Tidak dilakukannya uji curing pada benda uji beton di lapangan (field cured test).
• Penggunaan penopang yang tidak lurus (out-of-plumb).
• Inspeksi pemeriksaan kekuatan beton yang tidak baik selama pengecoran dan untuk
pelepasan bekisting dan perancah.
• Pemasangan climbing crane yang tidak sesuai.
2. Ronan Point Tower, Canning Town, London-1968
Kebutuhan untuk memberikan tempat tinggal pengganti bagi rumah-rumah yang hancur
dalam Perang Dunia II mendorong para insinyur Eropa untuk mengembangkan metode
konstruksi pra-cetak yang inovatif, yaitu antara lain pembangunan gedung bertingkat
menggunakan komponen beton pratekan yang dibuat di pabrik.
Rangka struktur termasuk konstruksi dinding penumpu (load-bearing walls) dan setiap
lantai langsung disambungkan ke dinding dengan memberikan grouting pada permukaan
landasan untuk membuat sambungan antara dinding dan lantai. Pencakar langit di Ronan
Point, Canning Town, Inggris, dibangun menggunakan teknik pembangunan sistem ini.
Pada tanggal 16 Mei 1968 terjadi ledakan akibat kebocoran gas di dapur sebuah hunian di
lantai 18. Tepat setelah ledakan, dinding dapur runtuh, dan pada gilirannya, dinding di atas
lantai 18 ambruk. Hal ini berdampak pada lantai di bawahnya dan meruntuhkan seluruh
sudut bangunan. Sebanyak 3 orang meninggal dan 14 luka-luka.
2.1 Temuan Investigasi
Tim investigasi mengungkapkan bahwa bangunan runtuh karena tidak tersedianya
(alternative load path) lintasan beban alternatif ketika satu bagian dari dinding luar
runtuh. Setelah pembongkaran bangunan, terungkap juga bahwa kualitas grout pada
permukaan tumpuan (bearing surface) untuk sambungan antara lantai dan dinding
buruk.
Konsep keruntuhan progresif pada struktur tidak banyak diketahui oleh para engineer
sebelum kegagalan Menara Ronan Point tersebut. Dalam bentuk keruntuhan seperti
itu, kegagalan lokal diikuti oleh keruntuhan yang meluas melalui reaksi berantai. Apa
yang tidak lumrah adalah karena ledakan gas kecil memicu runtuhnya sebagian besar
struktur yang sudah jadi.
2.2 Lessons Learned (Pelajaran yang diperoleh)
Pengalaman akibat kegagalan Ronan Point Tower menekankan beberapa
hal meliputi:
Pada saat gedung runtuh, pekerjaan konstruksi hampir selesai. Temboknya diselesaikan
hingga lantai enam belas, dan strukturnya biasanya terbungkus dari lantai dua hingga lima
belas. Sistem pemanas, plumbing, dan ventilasi dipasang di seluruh lantai bangunan yang
berbeda. Pekerjaan interior juga dimulai di lantai bawah. Lift sementara dipasang untuk
membantu memindahkan bahan dan peralatan ke berbagai lantai. Diperkirakan ada 100
orang sedang bekerja di dalam atau di sekitar struktur pada saat keruntuhan.
Runtuhnya bangunan tersebut terjadi bertahap, diawali dari keruntuhan akibat punching
shear pada atap kemudian diikuti keruntuhan pelat, dan pada akhirnya keruntuhan
progresif struktur.
3.1 Temuan Investigasi
Civic chairman dari Boston menunjuk sebuah komisi untuk menyelidiki tentang
runtuhnya gedung tersebut. Komisi menyampaikan berbagai temuan berdasarkan
pengamatan sebagai berikut:
• Tidak ditemukan tanda tangan arsitek atau engineer pada satu gambar bangunan.
• Desain engineer tidak memberikan perhitungan pendukung gambar strukturalnya
kepada komisi.
• Tidak ada ketua atau perwakilan tim kontraktor yang memegang izin (lisensi)
pembangunan gedung untuk kota Boston.
• Kepemilikan gedung berubah beberapa kali, dengan perubahan perencana dan
arsitek. Skenario ini menambah keruwetan dan kompleksitas yang berkontribusi pada
berbagai kelainan yang disebutkan di atas.
• Pekerja kontraktor hanya memiliki satu perwakilan di lokasi. Sebagian besar
subkontrak diberikan langsung oleh pemilik kepada subkontraktor tanpa melewati
general contractor. Sebanyak tujuh subkontraktor terlibat dalam pembangunan
tersebut.
• Subkontraktor tidak melakukan pekerjaan yang ditugaskan untuk melakukan
pekerjaan perlindungan terhadap pengaruh cuaca dingin pada beton struktur.
• Tidak ada bukti pemeriksaan pekerjaan oleh spesialis meskipun ini disyaratkan.
• Kualitas bahan konstruksi yang buruk.
• Kualitas inpeksi pemeriksaan yang buruk.
• Runtuhnya bangunan terjadi akibat kelanjutann mekanisme punching shear dekat
core lift yang kemudian diikuti oleh keruntuhan lentur pada pelat lantai.
• Spesifikasi desain menunjukkan kekuatan beton untuk umur 28 hari adalah 25 MPa.
Namun, pada waktu kegagalan, 47 hari setelah pekerjaan pengecoran, beton
tampaknya tidak dapat mencapai kekuatan 28 hari yang diharapkan.
• Kekurangan yang paling kritis adalah buruknya kualitas beton serta tidak adanya
penopang/perancah di bawah pelat di atap (telah dilepas).
3.2 Lessons Learned (Pelajaran yang diperoleh)
• Desain engineer yang resmi harus dipilih dan ditunjuk untuk pengembangan gambar
kerja untuk konstruksi.
• Engineer dan architect harus bertanggung jawab atas semua perhitungan yang
berhubungan dengan desain dan pekerjaan desain mereka dan harus diperiksa oleh
para ahli di bidang itu dari otoritas pemerintah.
• Kepemilikan suatu proyek yang berubah berkali-kali sebaiknaya dihindari untuk
mengurangi kebingungan antara engineer sebelumnya dan engineer yang baru
terlibat, dan perlu adanya kejelasan tanggung jawab.
• Inspeksi di lokasi konstruksi harus dilakukan secara rutin oleh otoritas pemerintah,
terutama untuk pekerjaan dalam cuaca dingin yang membutuhkan penanganan
khusus.
• Kualitas pekerjaan beton harus dipantau dan dikendalikan selama proyek berlangsung.
• Pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan dokumen desain dan prosedur konstruksi.
Kesimpulan
Melihat dari berbagai peristiwa keruntuhan gedung tersebut diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa runtuhnya sebuah gedung merupakan penyebaran keruntuhan lokal
awal dari komponen ke komponen, yang pada akhirnya mengakibatkan keruntuhan
seluruh struktur atau sebagian besar darinya yang biasanya belum tentu disebabkan oleh
penyebab tunggal tetapi umumnya disebabkan oleh berbagai defisiensi yang saling
memicu kearah kegagalan tersebut.
Fase konstruksi dianggap paling kritis dalam siklus hidup gedung (life cycle of buildings).
Fase konstruksi adalah salah satu fase paling kritis dalam siklus hidup bangunan karena
risiko kegagalan dan kemungkinan adanya underestimating beban konstruksi
(construction loads) selama konstruksi. oleh karenanya perhatikan code yang berkaitan
dengan construction load.
Peranan dan tanggung jawab Menejemen Konstruksi sangat besar dan harus memiliki
kompetensi yang baik. Ketidak layakan menejemen konstruksi dapat membuka pintu awal
menuju berbagai kegagalan dalam masa konstruksi.