Anda di halaman 1dari 11

1.

Pendahuluan
Kasus yang akan ditinjau adalah sebuah kasus konstruksi galian pembangunan basement
9 lantai yang dilakukan di dekat terowongan MRT. Galian akan dilakuka hingga
kedalaman 32 meter. Sistem proteksi galian menggunakan dinding diafragma (D-Wall)
setebal 1 m. Terowongan MRT memiliki diameter sebesar 6 meter. Posisi terowongan
MRT berada 26 meter dari D-Wall dengan kedalaman 15 meter. Material D-Wall yang
digunakan adalah material elastis. Tanah dimodelkan dengan model Mohr-Coulomb.
Area galian terhadap posisi MRT Gambar 1. Lapisan tanah dan parameter yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar 2. Dari hasil penyelidakan tanah, muka air tanah
berada pada kedalaman 19 meter. Analisi dilakukan dengan menggunakan Metode
Elemen Hingga menggunakan bantuan Program PLAXIS 2D.

Dengan :

A = 270 m

B = 150 m

C = 25 m

Gambar 1. Tampak Atas

Gambar 2. Potongan Geoteknik dan Parameter Tanah


2. Analisis Dengan Metode Elemen Hingga (PLAXIS)
Analisis kasus dilakukan dengan program PLAXIS 2D menggunakan Metode
Elemen Hingga. Metode Elemen Hingga adalah metode yang membagi suatu elemen
menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Setelah didapatkan penyelesaian dari elemen
tersebut, hasilnya digabungkan kembali menjadi penyelesaian elemen keseluruhan.
Pemodelan kasus menggunakan metode plane strain. Properti dinding terowongan
disamakan dengan D-Wall. Pemodelan plaxis dapat dilihat pada Gambar 3. Properti
material yang digunakan untuk D-Wall dan Anchor dapat dilihat pada Gambar 4 dan
Gambar 5.

Gambar 3. Pemodelan Kasus Menggunakan PLAXIS 2D

Gambar 4. Material D-Wall


Gambar 5. Material Angkur Slab 22 cm

Properti material lapisan tanah sesuai dengan data yang tersedia pada Gambar 2. dengan
R interface sebesar 0,7. Material yang sudah dibuat kemudian di assign ke model yang
sudah dibuat. Kemudian dilakukan meshing pada model. Lalu masuk ke initial condition
yang kemudian dilakukan pemasangan muka air tanah pada model pada kedalaman -19
meter yang dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Muka Air Tanah Pada Kedalaman -19 m.

Setelah itu, masuk ke bagian PLAXIS Calculation untuk melakukan pemodelan


tahapan konstruksi dari fase dari awal hingga akhir :

1) Initial Condition : Pembuatan terowongan dan penghapusan tanah dalam


terowongan
Gambar 7. Initial Condition
2) Phase 1 : Pemasangan beban merata sebesar 10 KN/m sepanjang 10 meter
dari D-Wall.

Gambar 8. Phase 1
3) Phase 2 : Pemasangan D-Wall dengan tebal 1 m sedalam 55 meter.

Gambar 9. Phase 2
4) Phase 3 : Pemasangan angkur elevasi 0 m.
Gambar 10. Phase 3
5) Phase 4 : Galian tanah tahap pertama hingga elevasi -7 m.

Gambar 11. Phase 4


6) Phase 5 : Pemasangan angkur elevasi -7 m.

Gambar 12. Phase 5


7) Phase 6 : Galian tanah tahap kedua hingga elevasi -14 m.
Gambar 13. Phase 6
8) Phase 7 : Pemasangan angkur elevasi -14 m.

Gambar 14. Phase 7


9) Phase 8 : Galian tanah tahap ketiga hingga elevasi -21 m dan dilakukan
dewatering dari elevasi -19 m ke -21 m.
Gambar 15. Phase 8
10) Phase 9 : Pemasangan angkur elevasi -21 m.

Gambar 16. Phase 9


11) Phase 10 : Galian tanah tahap keempat hingga elevasi -28 m dan dilakukan
dewatering dari elevasi -21 m ke -28 m.
Gambar 17. Phase 10
12) Phase 11 : Pemasangan angkur elevasi -28 m.

Gambar 18. Phase 11


13) Phase 12 : Galian tanah tahap kelima hingga elevasi -32 m dan dilakukan
dewatering dari elevasi -28 m ke -32 m.

Gambar 19. Phase 12


3. Hasil Analisis Sistem Proteksi Galian
 Hasil output pada PLAXIS 2D
Gambar 20. Output PLAXIS 2D
 Deformasi Horizontal D-Wall : 40,52 mm

Gambar 21. Deformasi Horizontal D-Wall


 Gaya geser D-Wall : 582,71 KN/m

Gambar 22. Gaya Geser D-Wall


 Momen lentur D-Wall : 825,11 KNm/m

Gambar 23. Momen Lentur D-Wall


 Gaya-gaya yang bekerja pada pelat :

 Faktor Keamanan Proteksi : 2,8167

Gambar 24. Faktor Keamanan Proteksi


4. Hasil Analisis Efek Galian Terhadap Terowongan
Total deformasi : 24,88 mm
Gambar 25. Total Deformasi Terowongan Akibat Galian
5. Kesimpulan
Kasus galian yang dikerjakan dilakukan dengan program PLAXIS 2D dengan
menggunakan Metode Elemen Hingga dan dapat disimpulkan bahwa :
1. Deformasi Horizontal pada D-wall = 40,52 mm
2. Gaya geser ultimit pada D-wall = 582,71 KN/m
3. Momen lentur ultimit pada D-wall = 825,11 KNm/m
4. FK = 2,1867
5. Pada angkur, gaya paling besar dari angkur adalah sebesar 1106,659 KN/m.
6. Total deformasi terowongan akibat galian = 24,88 mm

Anda mungkin juga menyukai