FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
Jalan Ciumbuleuit No. 94, Hegarmanah, Cidadap, Kota Bandung, Jawa Barat 40141
DAFTAR ISI
1
DAFTAR SOAL
SOAL 1
Gambar 1
SOAL 2
Gambar 2
2
SOAL 1
Direncanakan dinding penahan tanah timbunan dengan tipe gravity wall, seperti pada Gambar 1,
yang dikonstruksi dengan metode bottom up. Tanah timbunan dan tanah dasar merupakan tanah
pasir dengan berat isi, Ꝩ = kN/m3 dan sudut geser dalam, Ø’ = 34o . Beton yang digunakan untuk
mengkonstruksi gravity wall memiliki mutu, fc’ 25 serta berat isi, Ꝩ = 24 kN/m3.
Langkah Pegerjaan
Tabel 1.1 (a). Parameter beton Tabel 1.1 (b). Parameter pasir
CONCRETE SAND
Symbol/name Value/name Unit Symbol/name Value/name Unit
Material Model Linear Elastic Material Model Mohr Coloumb
Material Type Non-Porous Material Type Drained
fc' 25 MPa Ꝩ 18 kN/m
3
3
Gambar 1.1 (b). Interface
Apabila Interface telah dibuat, maka akan muncul tanda posif atau negative disekeliling struktur
yang telah diberikan interface. Tanda positif maupun negatif tidak memberikan arti secara numerik
pada pemodelan. Setelah memodelkan interface, selanjutnya select tombol standard fixities pada
toolbar agar menunjukan bahwa boundary bawah tidak dapat bergerak secara vertikal dan
hoizontal (terjepit), sedangkan pada boundary kiri dan kanan dapat bergerak kearah vertikal namun
tidak kearah horizontal. Gambar 1.2 merupakan potongan melintang geometri akhir dari
pemodelan gravity wall, timbunan, serta tanah dasar pada Program PLAXIS 2D.
Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa pemodelan gravity wall (klaster warna biru tua) serta tanah dasar
dan timbunan (warna biru muda) telah terbentuk dan telah aktif. Interface dan standard fixities
pun telah aktif dengan ditandai simbol positif disekeliling dinding, serta garis putus-putus dan
tanda kotak pada tepi geometri. Pada kasus ini, saya merencanakan pasir ditimbun 3 kali, yang
mana timbunan pertama setinggi 3 m, timbunan kedua setinggi 3 m, dan timbunan ketiga sebesar
10o dari bidang datar timbunan kedua.
4
Gambar 1.2. Geometri akhir pemodelan
5
-Initial Condition
Pada tahap ini, kondisi awal pelapisan tanah didefinisikan sebagai fase equilibrium, dimana tanah
pada pemodelan datar dan tidak ada timbunan sehingga tidak ada initial shear stress yang terjadi
(hanya ada initial normal stress). Pada tanah ini, dibagi 2 kondisi yaitu perhitungan tegangan yang
terjadi pada tanah (k-0 procedure ) dan perhitungan tekanan air pori (water pressure generation).
Perhitungan tegangan pada tanah dilakukan untuk mendefinisikan tegangan yang terjadi pada
tanah ketika fase initial condition, sedangkan perhitungan tekanan air pori dimaksudkan untuk
menghitung tekanan pori pada fase initial condition. Gambar 1.4 (a) merupakan perhitungan k-0
procedure, sedangkan Gambar 1.4 (b) merupakan perhitungan perhitungan water pressure pada
Program PLAXIS 2D.
6
Pada k-0 procedure, dipilih k-0 = 1 dimana menunjukan bahwa tanah berada dalam kondisi
equilibrium, sedangkan water pressure generation dipilih phreatic level dimana tekanan air hanya
ditentukan oleh garis phreatic (tidak menganalisis seepage atau aliran air tanah). Pada kasus ini,
tahapan water pressure generation dapat diabaikan/ dilewat karena pada pemodelan tidak ada
muka air tanah.
4. Stage Construction
Pada tahap stage construction, maka urutan konstruksi dapat ditentukan dengan cara mengaktifkan
klaster-klaster yang berada dalam kondisi non-aktif pada fase initial condition. Gambar 1.5
merupakan urutan konstruksi pada pemodelan gravity wall-timbunan menggunakan Program
PLAXIS 2D.
Pada kasus ini, saya mengurutkan proses konstruksi yang diawali dengan initial condition dan
dimulai dari pemasangan gravity wall, timbunan pertama setinggi 3 m, timbunan kedua setinggi 3
m, timbunan ketiga dengan kemiringan 10o dari permukaan timbunan kedua, dan yang terakhir
analisis faktor keamanan global.
Timbunan dilakukan bertahap agar pemadatan tanah timbunan mudah dilakukan, sehingga
timbunan padat secara merata dan memiliki FK yang relatif lebih besar dari pada FK penimbunan
secara langsung. Gambar 1.6, Gambar 1.7, Gambar 1.8, Gambar 1.9, dan Gambar 1.10, dan
Gambar 1.11 merupakan output fase initial condition, tahapan konstruksi pemasangan gravity
wall, timbunan pertama, timbunan kedua, timbunan ketiga, dan analisis faktor keamanan global.
7
Gambar 1.6. Initial condition
8
Gambar 1.7 (b). Pemasangan gravity wall skala 1:200
9
Gambar 1.8 (b). Timbunan pertama el. +3 m skala 1:200
10
Gambar 1.9 (b). Timbunan kedua el. +6 m skala 1:200
11
Gambar 1.10 (b). Timbunan ketiga kemiringan 10o skala 1:200
Dari hasil analisis analisis stabilitas global menggunakan program PLAXIS 2D, maka didapat FK
stabilitas global dengan metode phi-c reduction sebesar 1,03. Hal ini menunjukan bahwa nilai
residual stress/ initial shear strength lebih besar dari initial shear stress sehingga tanah belum
mengalami keruntuhan (gaya penahan lebih besar dari pada gaya pendorong), namun sangat kritis
dengan nilai faktor keamanan mendekati 1. Menurut SNI 8460 : 2017 Persyaratan Perancangan
Geoteknik, faktor keamanan global minimum adalah 1,5 sehingga faktor keamanan pada kasus ini
12
tidak memenuhi standard SNI. Solusi untuk meningkatkan faktor keamanan pada kasus ini adalah
dengan memperbesar dimensi dinding agar lebih berat sehingga tanah timbunan akan lebih
tertahan oleh dinding.
Gambar 1.11 (c). bidang keruntuhan timbunan (total strain-shear shading) zoom in
13
SOAL 2
A. Program Excel
Pada analisis menggunakan program Microsoft excel (spreadsheet), dimensi dinding (wall) telah
tersedia di soal, namun untuk input data Backfill soil serta foundation soil belum tersedia, sehingga
harus dicari atau dihitung terlebih dahulu.
- Backfill soil
Menu backfill soil terdiri dari Horizontal equivalent fluid density (ϭh), Vertical equivalent fluid
density (ϭv), dan Unit weigt (ꝩ).
Ϭh dan Ϭv dihitung dengan formulasi sebagai berikut:
ϭℎ = 𝐾𝑎. ꝩ. cos Ø𝑤
1 2
= 𝑡𝑎𝑛2 (45 − . Ø) . ꝩ. cos ( . Ø)
2 3
1 2
= 𝑡𝑎𝑛2 (45 − . 34) . 18. cos ( . 34)
2 3
14
𝑘𝑁
= 4,27
𝑚3
ϭ𝑣 = 𝐾𝑎. ꝩ. sin Ø𝑤
1 2
= 𝑡𝑎𝑛2 (45 − . 34) . 18. sin ( . 34)
2 3
𝑘𝑁
= 1,9
𝑚3
- Foundation soil
Menu Foundation soil terdiri dari Allowable bearing pressure, Allowable passive pressure, dan
Allowable coefficient of friction. Pada kasus ini, Allowable bearing pressure sudah dihitung
didalam buku Geotechnical Engineering A Practical Problem Solving Approach Oleh N.
Sivakugan | Braja M. Das, yaitu sebesar 1357,3 kPa, dengan menggunakan persamaan;
𝑞𝑢𝑙𝑡 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 = 𝑠𝑞. 𝑑𝑞. 𝑖𝑞. 𝐷𝑓. 𝑁𝑞 + 𝑠ꝩ. 𝑑ꝩ. 𝑖ꝩ. 0,5𝐵. ꝩ, 𝑁ꝩ
= 1𝑥1,04𝑥0,7𝑥0,5𝑥60 + 1𝑥1,04𝑥0,39𝑥0,5𝑥3,1𝑥18𝑥86
= 1357,3 𝑘𝑃𝑎
Pada pilihan Allowable passive pressure diisi dengan nilai nol, karena tidak ada tanah pasif yang
bekerja diatas dari sisi atas kaki pondasi.
Pada pilihan Allowable coefficient of fricrion (va), dapat dihitung menggunakan persamaan;
𝑣 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 0,3
𝑣𝑎 = = = 0,2
𝐹𝐾 1,5
Dengan demikian, didapat : FK terhadap sliding sebesar 0,81 < 1,5 [TIDAK STABIL]
: FK terhadap guling sebesar 4,91 > 2 [STABIL]
: FK terhadap bearing capacity sebesar 23,4 > 3 [STABIL]
Berdasarkan hasil perhitungan mengguanakan Program Microsoft Excel dari Donald P. Coduto,
maka dapat disimpulkan bahwa dinding penahan tanah tidak aman terhadap sliding, namun aman
terhadap guling dan bearing capacity. Tetapi, apabila membandingkan dengan perhitungan
manual pada buku Geotechnical Engineering A Practical Problem Solving Approach Oleh N.
15
Sivakugan | Braja M. Das, maka terdapat perbedaan hasil dimana pada buku menghasilkan nilai
FK yang aman, sehingga menurut saya Microsoft excel perhitungan stabilitas dinding penahan
tanah kantilever milik Donald P. Coduto ini perlu diverifikasi ulang untuk memastikan bahwa
perhitungannya sudah benar.
B. Program PLAXIS
Direncanakan dinding penahan tanah timbunan dengan tipe cantilever wall, seperti pada Gambar
2, yang dikonstruksi dengan metode bottom up. Tanah timbunan dan tanah dasar merupakan tanah
pasir dengan berat isi, Ꝩ = kN/m3 dan sudut geser dalam, Ø’ = 36o . Beton yang digunakan untuk
mengkonstruksi dinding memiliki mutu, fc’ 25 serta berat isi, Ꝩ = 24 kN/m3.
Langkah Pegerjaan
Tabel 2.1 (a). Parameter beton Tabel 2.1 (b). Parameter pasir
CONCRETE SAND
Symbol/name Value/name Unit Symbol/name Value/name Unit
Material Model Linear Elastic Material Model Mohr Coloumb
Material Type Non-Porous Material Type Drained
fc' 25 MPa Ꝩ 18 kN/m
3
16
Gambar 2.1 (b). Interface
Sama seperti pada pemodelan cantilever wall, apabila Interface telah dibuat, maka akan muncul
tanda posif atau negatif disekeliling struktur yang telah diberikan interface. Tanda positif maupun
negatif tidak memberikan arti secara numerik pada pemodelan. Setelah memodelkan interface,
selanjutnya select tombol standard fixities pada toolbar agar menunjukan bahwa boundary bawah
tidak dapat bergerak secara vertikal dan hoizontal (terjepit), sedangkan pada boundary kiri dan
kanan dapat bergerak kearah vertikal namun tidak kearah horizontal. Gambar 2.2 merupakan
potongan melintang geometri akhir dari pemodelan cantilever wall, timbunan, serta tanah dasar
pada Program PLAXIS 2D.
Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa pemodelan cantilever wall (klaster warna biru tua) serta tanah
dasar dan timbunan (warna biru muda) telah terbentuk dan telah aktif. Interface dan standard
fixities pun telah aktif dengan ditandai simbol positif di sekeliling dinding, dan garis putus-putus
serta tanda kotak pada tepi geometri. Pada kasus ini, saya merencanakan pasir ditimbun 5 kali,
yang mana timbunan pertama direncanakan setinggi 0,5 m di sisi kiri dinding (timbunan tanah
17
pasif), lalu timbunan yang kedua dan seterusnya merupakan timbunan di sisi kanan dinding
(timbunan tanah aktif).
-Mesh
Agar proses analisis pada Program PLAXIS 2D dapat dilakukan, maka geometri yang telah
dimodelkan harus dibagi kedalam elemen-elemen segitiga dan dilakukan proses perhitungan
dengan metode elemen hingga, yang mana proses pembagian geometri kedalam bentuk elemen-
elemen segitiga ini dinamakan mesh. Semakin kecil pembagian elemen segitiga, maka semakin
akurat pula perhitungannya.. Pada kasus ini, saya menggunakan mesh yang paling akurat, yaitu
very fine, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.3.
18
-Initial Condition
Pada tahap ini, kondisi awal pelapisan tanah didefinisikan sebagai fase equilibrium, dimana tanah
pada pemodelan datar dan tidak ada timbunan sehingga tidak ada initial shear stress yang terjadi
(hanya ada initial normal stress). Pada tanah ini, dibagi 2 kondisi yaitu perhitungan tegangan yang
terjadi pada tanah (k-0 procedure ) dan perhitungan tekanan air pori (water pressure generation).
Perhitungan tegangan pada tanah dilakukan untuk mendefinisikan tegangan yang terjadi pada
tanah ketika fase initial condition, sedangkan perhitungan tekanan air pori dimaksudkan untuk
menghitung tekanan pori pada fase initial condition. Gambar 2.4 (a) merupakan perhitungan k-0
procedure, sedangkan Gambar 2.4 (b) merupakan perhitungan perhitungan water pressure pada
Program PLAXIS 2D.
19
Pada k-0 procedure, dipilih k-0 = 1 dimana menunjukan bahwa tanah berada dalam kondisi
equilibrium, sedangkan water pressure generation dipilih phreatic level dimana tekanan air hanya
ditentukan oleh garis phreatic (tidak menganalisis seepage atau aliran air tanah). Pada kasus ini,
tahapan water pressure generation dapat diabaikan/ dilewat karena pada pemodelan tidak ada
muka air tanah.
4. Stage Construction
Pada tahap stage construction, maka urutan konstruksi dapat ditentukan dengan cara mengaktifkan
klaster-klaster yang berada dalam kondisi non-aktif pada fase initial condition. Gambar 2.5
merupakan urutan konstruksi pada pemodelan cantilever wall-timbunan menggunakan Program
PLAXIS 2D.
Pada kasus ini, saya mengurutkan proses konstruksi yang diawali dengan initial condition dan
dimulai dari pemasangan cantilever wall, timbunan pasif setinggi 0,5 m, timbunan aktif pertama
setinggi 1,5 m, timbunan aktif kedua setinggi 1,5 m, timbunan aktif ketiga setinggi 1,5 m, timbunan
keempat setinggi 0,5 m, dan yang terakhir analisis faktor keamanan global.
Timbunan dilakukan bertahap agar pemadatan tanah timbunan mudah dilakukan, sehingga
timbunan padat secara merata dan memiliki FK yang relatif lebih besar dari pada FK penimbunan
secara langsung. Gambar 2.6, Gambar 2.7, Gambar 2.8, Gambar 2.9, dan Gambar 2.10,
Gambar 2.11, Gambar 2.12, dan Gambar 2.13 merupakan output fase initial condition, tahapan
konstruksi pemasangan cantilever wall, timbunan pasif, timbunan aktif pertama, timbunan aktif
kedua, timbunan aktif ketiga, timbunan aktif keempat, dan analisis faktor keamanan global.
20
Gambar 2.6. Initial condition
21
Gambar 2.7 (b). Pemasangan cantilever wall skala 1:1000
Gambar 2.8 (a). Timbunan tanah pasif el. +0,5 m skala 1:1
22
Gambar 2.8 (b). Timbunan tanah pasif el. + 0,5 m skala 1:1000
Gambar 2.9 (a). Timbunan tanah aktif pertama el. + 1,5 m skala 1:1
23
Gambar 2.9 (b). Timbunan tanah aktif pertama el. + 1,5 m skala 1:200
Gambar 2.10 (a). Timbunan tanah aktif kedua el. + 3 m skala 1:1
24
Gambar 2.10 (b). Timbunan tanah aktif kedua el. + 3 m skala 1:200
Gambar 2.11 (a). Timbunan tanah aktif ketiga el. + 4,5 m skala 1:1
25
Gambar 2.11 (b). Timbunan tanah aktif ketiga el. + 4,5 m skala 1:100
Gambar 2.12 (a). Timbunan tanah aktif ketiga el. + 5 m skala 1:1
26
Gambar 2.12 (b). Timbunan tanah aktif ketiga el. + 5 m skala 1:100
Dari hasil analisis analisis stabilitas global menggunakan program PLAXIS 2D, maka didapat FK
stabilitas global dengan metode phi-c reduction sebesar 1,42. Hal ini menunjukan bahwa nilai
residual stress/ initial shear strength lebih besar dari initial shear stress sehingga tanah belum
mengalami keruntuhan (gaya penahan lebih besar daripada gaya pendorong). Namun, menurut
SNI 8460 : 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik, faktor keamanan global minimum adalah
1,5 sehingga faktor keamanan pada kasus ini tidak memenuhi standard SNI. Solusi untuk
27
meningkatkan faktor keamanan pada kasus ini adalah dengan menambah timbunan disisi kiri
dinding penahan tanah sehingga tekanan tanah passif yang bekerja lebih besar. Solusi lain yang
dapat saya tawarkan adalah dengan memperpanjang kaki serta mempertebal dimensi diding agar
masa tanah yang menjepit kaki dinding semakin besar dan juga kegagalan pada struktur dapat
dihindari sehingga dinding lebih stabil.
Gambar 2.13 (c). bidang keruntuhan timbunan (total strain-shear shading) zoom in
28
KESIMPULAN
1. Gravity Wall
Dari hasil analisis analisis stabilitas global menggunakan program PLAXIS 2D, maka didapat
FK stabilitas global dengan metode phi-c reduction sebesar 1,03. Hal ini menunjugan bahwa
nilai residual stress/ initial shear strength lebih besar dari initial shear stress sehingga tanah
belum mengalami keruntuhan (gaya penahan lebih besar dari pada gaya pendorong), namun
sangat kritis dengan nilai faktor keamanan mendekati 1. Menurut SNI 8460 : 2017 Persyaratan
Perancangan Geoteknik, faktor keamanan global minimum adalah 1,5 sehingga faktor
keamanan pada kasus ini tidak memenuhi standard SNI. Solusi untuk meningkatkan faktor
keamanan pada kasus ini adalah dengan memperbesar dimensi dinding agar lebih berat
sehingga tanah timbunan akan lebih tertahan oleh dinding.
2. Cantilever Wall
Berdasarkan hasil perhitungan mengguanakan Program Microsoft Excel dari Donald P. Coduto,
maka dapat disimpulkan bahwa dinding penahan tanah tidak aman terhadap sliding, namun
aman terhadap guling dan bearing capacity. Tetapi, apabila membandingkan dengan
perhitungan manual pada buku Geotechnical Engineering A Practical Problem Solving
Approach Oleh N. Sivakugan | Braja M. Das, maka terdapat perbedaan hasil dimana pada buku
menghasilkan nilai FK sliding yang aman, sehingga menurut saya Microsoft excel perhitungan
stabilitas dinding penahan tanah kantilever milik Donald P. Coduto ini perlu diverifikasi ulang
untuk memastikan bahwa perhitungannya sudah benar.
• Program PLAXIS 2D
Dari hasil analisis analisis stabilitas global menggunakan program PLAXIS 2D, maka didapat
FK stabilitas global dengan metode phi-c reduction sebesar 1,42. Hal ini menunjugan bahwa
nilai residual stress/ initial shear strength lebih besar dari initial shear stress sehingga tanah
29
belum mengalami keruntuhan (gaya penahan lebih besar daripada gaya pendorong). Namun,
menurut SNI 8460 : 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik, faktor keamanan global
minimum adalah 1,5 sehingga faktor keamanan pada kasus ini tidak memenuhi standard SNI.
Solusi untuk meningkatkan faktor keamanan pada kasus ini adalah dengan menambah timbunan
disisi kiri dinding penahan tanah sehingga tekanan tanah pasif yang bekerja lebih besar. Solusi
lain yang dapat saya tawarkan adalah dengan memperpanjang kaki serta mempertebal dimensi
diding agar masa tanah yang menjepit kaki dinding semakin besar dan juga kegagalan pada
struktur dapat dihindari sehingga dinding lebih stabil.
30