Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

SURVEI PERTAMBANGAN
Minggu ke-X

Topik: Modelling Data Seam Batubara, Pembuatan Cropline dan


Kontur Struktur

Disusun oleh:
Aulia Dwi Rachmawati
19/443660/TK/48856
Kelas A

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK GEODESI


DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
Daftar Isi

A. Alat dan Bahan ................................................................................................................................. 3


B. Dasar Teori ........................................................................................................................................ 3
C. Langkah Kerja .................................................................................................................................. 4
D. Hasil dan Pembahasan................................................................................................................ 19
E. Kesimpulan...................................................................................................................................... 24
Daftar Pustaka ......................................................................................................................................... 25
A. Alat dan Bahan
 Data praktikum Minggu ke-10 yang terdiri dari :
- Data floor A
- Data Roof A
- Data Original
 Software Surpac

B. Dasar Teori
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan
terdapat di alam dalam tingkatan yang berbeda mulai dari lignit, subbitumit
dan antrasit (Sukandarrumidi, 1995). Sumberdaya batubara (Coal
Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas
sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara
kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif
oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi
cadangan apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.
Perhitungan sumberdaya batubara merupakan hal dasar yang harus
dilakukan dalam setiap kegiatan tambang, hal tersebut merupakan awal
yang nantinya akan digunakan sebagai kajian dalam tahapan selanjutnya
(eksploitasi).
Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan
terdapat di alam dalam tingkatan yang berbeda mulai dari lignit, subbitumit
dan antrasit (Sukandarrumidi, 1995). Sumberdaya batubara (Coal
Resources) adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Permodelan kontur struktur, di mana pemodelan kontur
struktur yang dilakukan merupakan kontur stuktur roof dan kontur stuktur
floor. Pembuatan kontur roof dan floor ini akan memodelkan bagaimanakah
sebaran endapan batubara yang akan dihitung cadangannya di daerah
penelitian. Kontur struktur roof merupakan batas atas endapan batubara
dengan batuan di atasnya, sedangkan kontur struktur floor merupakan batas
bawah endapan batubara dengan batuan di bawahnya.
Permodelan Cropline, di mana cropline yang di modelkan
merupakan cropline dari floor batubara. Secara teoritis cropline
didefinisikan sebagai garis yang menghubungkan titik-titik antar singkapan,
sedangkan pada kondisi aktual di lapangan Cropline sering kali ditafsirkan
sebagai garis semu yang menghubungkan titik-titik perpotongan antara
kontur topografi dengan kontur struktur batubara. Cropline merupakan garis
yang mengikuti arah penyebaran batuan dalam hal ini singkapan yang
terdapat di permukaan, data cropline ini diperoleh dengan melakukan
mapping atau pengukuran di daerah penelitian. Cropline digunakan sebagai
acuan di dalam membuat suatu desain pit penambangan. Tujuan dari
pembuatan cropline ini adalah penetuan batas perhitungan untuk luas
singkapan lapisan batubara yang dihitung.

C. Langkah Kerja
1) Menyiapkan alat dan bahan, membuka software Surpac.

Gambar C.1 Software Surpac

2) Aktifkan Toolbar Display Hide dan Editing Tools. Klik kanan pada lembar
kosong→ Nyalakan display hide
3) Masukkan data original_data1.str untuk mengetahui bentuk sekilas data tsb.
Gambar C.2 Tampilan kontur data topografi original

4) Buatlah DTM dari data original_data1.str

Gambar C.3 Membuat DTM data topografi original

5) Buatlah kontur dari topografi


Gambar C.4 Membuat Kontur DTM Topografi Original

Gambar C.5 Hasil Kontur DTM Topografi Original

6) Ubah string kontur minor menjadi 1


Gambar C.6 Hasil Kontur Minor Topografi original

Gambar C.7 Mengubah string number kontur minor

7) Ubah juga untuk kontur mayor

Gambar C.8 Mengubah string number kontur mayor

8) Masukan data Floor A dan aktifkan worksheet pada layer Floor A


Gambar C.9 Tampilan Data Floor A

9) Ubah tampilan point pada Floor A

Gambar C.10 Pengaturan pengubahan tampilan point pada floor A

Karena titik floor A berada pada string 3, maka ubahlah symbol pada string
3

Gambar C.11 Jendela Pengaturan string and points


Gambar C.12 Hasil pengubahan tampilan point pada floor A

10) Nyalakan deskripsi nilai Z

Gambar C.13 Menyalakan deskripsi nilai Z

11) Buatlah extend titik dimana posisi titik harus berada di luar area topografi
Gambar C.14 Point and insert

Gambar C.15 Jendela Pengaturan extend point

12) Kemudian Move point pada titik yang baru saja dibentuk, pastikan titik yang
ter-move adalah titik yang baru. Bisa diubah x y saat insert point (ditambah
dulu) baru di-move biar mudah

Gambar C.16 Tools move point

13) Buat untuk minimal 4 titik lainnya dan simpan titik dengan nama Floor A
Extended
Gambar C.17 Hasil move point floor A

14) Lakukan hal yang sama pada Roof A

Gambar C.18 Hasil move point roof A

15) Buatlah DTM dari file Roof A Extended dan Floor A Extended
Gambar C.19 DTM Roof and floor A

16) Masukan data DTM topografi dan Floor

Gambar C.20 DTM Topografi dan floor A

17) Mengubah warna dtm pada Floor

Gambar C.21 Pengaturan mengubah warna DTM floor


Gambar C.22 Hasil mengubah warna DTM floor

18) Membuat Cropline antar DTM

Gambar C.23 Tools untuk cropline

Gambar C.24 Pengaturan jendela intersect DTM

Sudah terbentuk intersect antar dua DTM


Gambar C.25 Hasil intersect floor A

19) Cek seluruh nomer segment, putuskan yang berbeda, join kalau berbeda,
atau renumber ke string yang berbeda biar kelihatan, nyalakan pada layer
cropline

Gambar C.26 Melakukan segment

Gambar C.27 Triangle


Gambar C.28 Hasil digitise floor A

20) Buat DTM Floor A dan Roof A

Gambar C.29 DTM digitise floor A

21) Buat Kontur Floor A dan Roof A interval 1 meter


Gambar C.30 Pengaturan pembuatan kontur

Gambar C.31 Hasil Kontur Floor A


Gambar C.32 Hasil Kontur roof A

22) Clip kontur Floor dan Roof dengan desain Final Wall yang dibuat
sebelumnya.

Gambar C.33 Tools clip kontur


Gambar C.34 Hasil clip kontur floor A

Gambar C.35 Hasil kontur clip roof A


D. Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum survei pertambangan minggu ke-10 ini dilakukan
modelling data seam batubara, pembuatan cropline dan kontur struktur.
Berikut ini hasil dari praktikum tersebut,
1) Luasan final wall yang terbentuk
Untuk mengetahui luasan dari final wall yang terbentuk dilakukan
dengan mengaktifkan toolbar inquire lalu tool segment properties.
Setelah itu akan muncul luasan dari final wall floor A dan final wall
roof A sebagai berikut,
a) Final wall floor A

Gambar D.1 Hasil luasan final wall floor A

Pada hasil diatas menunjukan bahwa luasan dari Final wall


floor A sebesar 19556.727 m2.
b) Final wall roof A

Gambar D.2 Hasil luasan final wall roof A

Pada hasil diatas menunjukan bahwa luasan dari Final wall


roof A sebesar 42176.392 m2.
2) Volume Overburden
Untuk menghitung volume overburden seam A dilakukan dengan
perhitungan metode cut and fill dimana parameter yang digunakan
yaitu first DTM menggunakan DTM Topografi original, second DTM
menggunakan DTM final wall roof A sedangkan boundary
menggunakan str final wall roof A.
Gambar D.3 Design final wall floor A

Hasil perhitungan tersebut menghasilkan volume OB sebesar


439749.568 m3 yang dapat dilihat pada hasil dibawah ini,

Gambar D.4 Hasil volume OB

3) Perhitungan volume seam A


Untuk menghitung volume seam A dilakukan dengan perhitungan
metode cut and fill sama seperti perhitungan volume pada overburden.
Parameter yang digunakan berbeda dengan overburden yaitu first
DTM menggunakan DTM roof A extended, second DTM
menggunakan DTM final wall roof A sedangkan boundary
menggunakan str final wall roof A.
Gambar D.5 Design final wall floor A

Hasil perhitungan tersebut menghasilkan volume seam A sebesar


76907.941 m3 yang dapat dilihat pada hasil dibawah ini,

Gambar D.6 Hasil volume seam A

4) Estimasi tebal rerata seam A


Untuk menghitung rerata ketebalan dari seam A dapat dilakukan
dengan melakukan pengurangan nilai elevasi tiap titik bor seperti roof
dan floor. Selisih tersebut dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya
sehingga menghasilkan perhitungan seperti berikut,
Id Bor Elevasi Roof Elevasi Floor Selisih
PY1 4.43 -2.225 6.655
PY2 8.295 2.24 6.055
PY3 16.712 2.657 14.055

PY4 11.23 2.185 9.045


PY5 15.494 10.749 4.745
PY6 11.121 -0.0534 11.1744
PY7 10.635 0.314 10.321
PY8 25.684 21.363 4.321
PY9 24.294 9.973 14.321
PY10 31.183 26.785 4.398
PY11 24.247 11.592 12.655
PY12 29.011 21.356 7.655
PY13 40.966 38.311 2.655
PY14 33.668 21.013 12.655
PY15 25.795 22.14 3.655
RATA-RATA 8.29103
Gambar D.7 Rerata Estimasi seam A

Hasil perhitungan excel diatas didapatkan bahwa rata-rata ketebalan


dari seam A yaitu 8.29103 m.
5) Jika tebal IB rerata adalah 10 meter, berapa estimasi volume IB?

Gambar D.8 Design final wall floor A

Pada perhitungan volume menggunakan rumus luas kali tinggi


sehingga untuk melakukan perhitungan volume IB yaitu dengan
mengkalikan tinggi/lebar rerata dengan luas final wall floor.
Volume IB = luas final wall floor x tinggi rerata IB
= 19556.727 x 10
= 195567.270 m3
6) Jika dibawah seam A terdapat seam B dengan tebal 3 meter, estimasi
volume seam B?
Pada perhitungan volume menggunakan rumus luas kali tinggi
dengan luas penampang sama dengan luas final wall floor, sehingga
nilai seam B dapat dihitung.
Volume seam B = luas final wall floor x tinggi seam B
= 19556.727 x 3
= 58670.181 m3
7) Hitung stripping ratio (SR). Apakah desain Anda memenuhi standar
SR antara 1:11 s.d. 1:13?
OB+IB Tonnage
Volume OB 439749.568 Seam A 99980.3233
Volume IB 195567.27 Seam B 76271.2353
Total OB+IB 635316.838 Total 176251.5586
SR 0.27742
1 = 3.60460
Gambar D.9 Tabel stripping ratio

Dari hasi tabel diatas didapatkan bahwa stripping ratio (SR)


dihitung dengan melakukan perbandingan Volume OB dengan
volume IB yang menghasilkan perbandingan 1 :3.60460. Hasil
tersebut menunjukan bahwa nilai SR tidak memenuhi perbandingan
1:11 – 1:13 namun pertambangan tesebut jika dilakukan akan tetap
menghasilkan keuntungan.
8) Jika biaya stripping OB/IB per BCM adalah Rp. 20.000,-, berapa total
biaya yang harus dibayar owner kepada kontraktor untuk mengerjakan
stripping tersebut?
Volume OB pada hasil diatas didapatkan sebesar 439749.568 m3.
Lalu dilakukan perhitungan biaya pengerukan dimana nilai
pengerukan OB per BCM sebesar Rp. 20.000,-, maka didapatkan
biaya yang diperlukan sebesar Rp 8.794.991.360,- Untuk Biaya IB
yaitu Rp 3.911.345.400,- yang ditotal sebesar Rp 12.706.336.760,-
Volume OB 439749.568
Biaya OB Rp 8,794,991,360.00
Gambar D.10 Perhitungan biaya stripping OB/IB

9) Jika harga jual batubara yaitu Rp.300.000,- per MT, berapa total nilai
jual seam A dan seam B jika diketahui densitasnya adalah 1,3 Ton/m3
?
Harga jual dari batubara pada seam A dengan densitas sebesar 1,3
Ton/m3 dengan harga 300.000,- per MT yaitu sebesar Rp
29.994.096.990,-

Volume Seam A 76907.941


Harga Jual Batubara Rp 29,994,096,990.00
Gambar D.11 Perhitungan harga jual batubara seam A

Harga jual dari batubara pada seam B dengan densitas sebesar 1,3
Ton/m3 dengan harga 300.000,- per MT yaitu sebesar Rp
22.881.370.590,-

Volume Seam B 58670.181


Harga Jual Batubara Rp 22,881,370,590.00
Gambar D.12 Perhitungan harga jual batubara seam B

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum survei tambang minggu ke-10, dapat diambil
kesimpulan bahwa mahasiswa dapat melakukan pembuatan cropline dan
kontur struktur. Hasilnya berupa peta copping line berisikan design final
wall. Selain itu, mahasiswa juga mampu menjawab persoalan mengenai
stripping ratio untuk kelayakan dari tambang, harga pengerukan yang
dikeluarkan hingga perhitungan nilai jual batubara.
.
Daftar Pustaka
Balfas, M. D., Arsidi, I., & Hanafi, H. (2018). ESTIMASI SUMBERDAYA
BATUBARA SEAM 4 PT. YUF KALIMANTAN KECAMATAN
KENOHAN, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR. JURNAL TEKNIK GEOLOGI: Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, 1(1).

East, H. S. S. D. (2020). PERHITUNGAN OVERBURDEN DAN CADANGAN


BATUBARA PADA PIT DI AREA B III-S WARUTE SOUTH DI
PKP2B PT. ANTANG GUNUNG MERATUS KECAMATAN SUNGAI
RAYA, KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN. Jurnal Teknologi Mineral FT
UNMUL, 8(1), 1-5.
213000E

213500E

214000E
12.657
16.712
PY-3
2.240
8.295

20
9927500N -2.225 PY-2 9927500N

25
4.430
PY-1

30

30
10.749
2.185 15.494
11.230 PY-5
PY-4

0
21.363
0.314

40
25.684

35
10.635
-0.534

35
PY-8
PY-7
11.121
PY-6

40
5
9.973

45
24.294 26.785
PY-9 31.183
PY-10
20

40
11.592 21.356 38.311
24.247 29.011 40.966 45
PY-12 PY-13
PY-11 55
50 4 50
5
40
15

22.140 35 55 60
21.013 30 45 50
33.668
25.795
35 40
PY-14
PY-15 25
peta_kontur_02

Gemcom Software
PETA STRUKTUR KONTUR
9927000N AULIA DWI RACHMAWATI 9927000N
213000E

213500E

NIM. 19/443660/TK/48856
Scale: 1: 5000 Plan No. Date: 08-Nov-22
SURPAC - Gemcom Software

Anda mungkin juga menyukai