Judul DATABASE SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SIKLUS PENDAPATAN Jurnal Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. & Hal. Vol. 3, No. 1 Halaman: 67 - 88 Tahun 2001 Penulis Oviliani Yenty Yuliana Tanggal Mei 2001 Reviewer Benny Pasaribu Moratia Suci Pratiwi Dinda Rizki Sakinah Kasim Yogi Marshal
Yuliana O.Y. (2001) mengemukakan bahwa Database yang memenuhi
aturan normalisasi diperlukan untuk menunjang Sistem Informasi Akuntansi (SIA) terkomputerisasi. Alat yang biasa digunakan untuk merancang database adalah Entity Relationship Model (Model E-R). Abstrak Namun aturan penggambaran diagram tidak begitu jelas, sehingga mempersulit perancang data untuk membentuk database yang memenuhi aturan normalisasi. Model REA merupakan pengembangan dari Model E- R. Model REA menerapkan prinsip give-to-get, sehingga mempermudah pembentukan model data Yuliana O.Y. (2001) menyampaikan bahwa kemajuan teknologi informasi perlu diikuti oleh kemajuan sistem informansi akuntansi. Dimana informasi Pendahuluan non keuangan dan keuangan dapat diintegrasikan satu sama lain dalam satu database karena keduanya telah terkomputerisasi. Untuk menghubungkan keduanya diperlukan teknikal atau cara penghubung database sistem yang diikuti dengan keandalan usernya, dalam penelitian ini disebutkan akuntan.
Yuliana O.Y. (2001) dalam penelitiannya menjelaskan beberapa teori dan
konsep dasar, seperti : (1) Data non-keuangan dapat dianalisis untuk menghasilkan informasi Kajian non-keuangan yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan Pustaka strategik dalam mencapai tujuan perusahaan (Santosa 1999:2). (2) Dengan adanya database, maka data dapat terintegrasi, duplikasi dapat dikurangi, format data tidak tergantung pada aplikasi program, memudahkan pemakai data, menyajikan informasi dengan bantuan bahasa query (Kroenke 2000:13-14) (3) Whitten (2000:133-173) berpendapat bahwa Joint Project Planning 1 (JPP) dan Joint Requirements Planning (JRP) merupakan strategi yang paling efektif dan tercepat dalam merancang sistem. JPP merupakan strategi dimana semua stakeholders project (system owners, users, analysts, designers dan builders) berpartisipasi dalam ruang kerja project management (4) Logical View menunjukkan bagaimana pemakai dan pemrogram mengatur dan memahami data secara konsep. (5) Physical View menunjukkan bagaimana dan dimana data secara fisik disusun dan disimpan pada disk, tape, CD-ROM, atau media lain (6) Kroenke (2000:47) berpendapat bahwa model data digunakan untuk mendokumentasi kebutuhan user dan kebijakan perusahaan dalam rangka merancang database secara logis dengan menggunakan model E-R atau Semantic-Object
Perancangan dan pengoperasian database meliputi enam tahap berikut:
planning, requirements analysis, design, coding, implementation, serta Metode operation and maintenance. Tahap planning menentukan kebutuhan dan penelitian kelayakan pengembangan sistem database baru. Sasarannya adalah menentukan apakah sistem yang diusulkan layak secara teknologi dan ekonomi. Sedangkan pada tahap requirements analysis menentukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai, lingkup sistem database yang diusulkan, dan menetapkan kebutuhan hardware dan software awal. Pada tahap coding diterjemahkan physical schema ke dalam struktur database. Selama tahap coding dipertimbangkan perancangan alternatif. Sangat disayangkan tidak setiap tujuan dapat maksimal, dibutuhkan uji coba. Sebagai contoh costeffectiveness sering berbenturan dengan flexibility dan accessibility. Perancang database mencoba untuk mencapai kemungkinan terbaik dalam menyeimbangkan tujuan. Tahap implementation mencakup semua aktivitas yang berhubungan dengan perolehan untuk sistem database baru. Meliputi uji coba sistem baru, memindahkan data dari file yang ada ke database yang baru, dan melatih pegawai tentang pengunaan sistem baru. Tahap yang terakhir adalah operation and maintenance meliputi semua aktivitas yang berhubungan dengan pengoperasian dan pemeliharaan sistem baru. Sistem database perusahaan mempengaruhi pola kerja akuntasi dasar. Sebagai contoh, sistem database dapat berperan untuk meninggalkan model double- Hasil entry bookeeping (Sentosa 1999:2-12). Dasar pemikiran model double-entry penelitian adalah pengulangan, karena pencatatan jumlah transaksi dilakukan dua kali, dengan tujuan untuk memeriksa keakuratan pemrosesan data. Setiap transaksi menghasilkan catatan debet dan kredit yang sama. Kesamaan jumlah debet dan kredit diperiksa dan diperiksa kembali pada beberapa tempat pemrosesan akuntansi. Pengulangan data diantisipasi dengan konsep database. Jika jumlah yang berhubungan dengan transaksi dimasukkan ke dalam sistem database secara benar, hal tersebut dapat disimpan hanya satu kali. Pemrosesan data 2 komputer cukup akurat untuk membantu pemeriksaan keterangan secara teliti, yang semula ditunjukkan pada model akuntansi double-entry. Model REA merupakan salah satu data dictionary, yang digunakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada suatu perusahaan. Aktivitas tersebut mempengaruhi resource apa saja, dengan memperhatikan prinsip ekonomi give-to-get. Siapa saja yang terlibat dalam aktivitas tersebut dan kepada siapa aktivitas tersebut ditujukan. Selain itu dalam diagram REA juga dapat dilihat kebijaksaan perusahaan, ditunjukkan dengan cardinality. Dengan adanya database, data dapat terintegrasi, perangkapan data dapat Kesimpulan dikurangi, format tidak tergantung pada aplikasi program, dan pemakai data dapat dengan mudah menyajikan informasi dengan bantuan bahasa query. Dengan prinsip mengurangi perangkapan data, database menunjukkan adanya kemungkinan untuk meninggalkan double-entry pada pencatatan akuntansi 1. Penulis mampu memaparkan dengan baik setiap komponen dalam pembahasan. Kelebihan 2. Penulis memberikan solusi yang dari pemasalahan yang ada, yaitu dari SIA ER Model menjadi REA MODEL 3. Setiap data dan informasi dipaparkan secara sistematis dan informatif sehingga sangat membantu pembaca dalam memahami isi dan tujuan penulisan jurnal.
1. Halaman 87, penulis menyampaikan jika data tentang penjualan dan
Kekurangan penerimaan sudah disimpan dalam database maka tidak perlu lagi menyimpan informasi tentang account receivable. Menurut pandangan reviewer informasi account receivable tetap diperlukan, sehingga data penjualan dan penerimaan kas tinggal diintegrasikan sehingga didapat data aging account receivable. Data ini dibutuhkan untuk mengetahui umur piutang walaupun umur piutangnya 0 hari, sehingga didapat penilaian customer mana yang penjualan lebih sering secara kas mana yang kredit. Sementara di halaman 80 penulis menyampaikan tentang checking approving customer credit. 2. Penyusunan sistem database perusahaan harus bisa di modifikasi sesuai kebutuhan perusahaan itu sendiri. Misalnya industri perkebunan pengakuan penjualannya adalah berdasarkan pengiriman hasil produksi baik TBS maupun CPO ataupun produk turunan lainnya. Artinya dalam menyusun model database tidak hanya menyinggung customer saja, tapi juga persediaan untuk dijual juga.
Pendekatan sederhana untuk SEO: Bagaimana memahami dasar-dasar optimasi mesin pencari dengan cara yang sederhana dan praktis melalui jalur penemuan non-spesialis untuk semua orang