Anda di halaman 1dari 12

PERANCANGAN BASIS DATA

Disusun Oleh :

NPM : 43A87006170206

NAMA : EGI KURNIAWAN RUDIATNA PUTRA

KELAS : S1/TI/3B MALAM

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

BANI SALEH

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Basis data adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik
sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer untuk memperoleh suatu
informasi dari database tersebut. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah dan
mengambil query basis data disebut sistem manajement basis data. Pemrosesan basis data
sebagai perangkat andalan sangat diperlukan oleh berbagai institusi dan perusahaan. Dalam
pengembangan sistem informasi diperlukan basis data sebagai media penyimpanan data.
Kehadiran basis data dapat meningkatkan daya saing perusahaan tersebut. Basis data dapat
mempercepat upaya pelayanan kepada pelanggan, menghasilkan informasi dengan cepat dan
tepat sehingga membantu pengambilan keputusan untuk segera memutuskan suatu masalah
berdasaran informasi yang ada. Banyak aplikasi yang dibuat dengan berlandaskan pada basis
data antara lain semua transaksi perbankan, aplikasi pemesanan, penjadwalan penerbangan,
proses registrasi dan pencatatan data mahasiswa pada perguruan tinggi, aplikasi pemrosesan
penjualan, pembelian dan pecatatan data barang pada perusahaan dagang, pencatatan data
pegawai beserta akivitasnya termasuk operasi penggajian pada suatu perusahaan, dan
sebagainya. Beberapa informasi pada perusahaan retail seperti jumlah penjualan, mencari jumlah
stok yang tersedia, barang apa yang paling laku dijual pada bulan ini, dan berapa laba bersih
perusahaan dapat diketahui dengan mudah menggunakan basis data.

B. Perumusan masalah

 Apa pengertian basis data ?


 Bagaimana sejarah, manfaat basis data ?
 Apa pengertian DBMS?
 Apa saja model-model basis data?

C. Tujuan dan Manfaat

 Mahasiswa dapat mengetahui tentang basis data


 Mahasiswa dapat mengetahui sejarah dan manfaat basis data
 Mahaiswa dapat mengetahui apa itu DBMS
 Mahaiswa dapat mengetahui apa saja model-model basis data
PERANCANGAN BASIS DATA

DATA

Istilah data bermakna untuk mengetahui fakta-fakta yang dapat direkam dan disimpan
pada media komputer. Definisi ini kini berkembang untuk mencerminkan realitas baru. Untuk
mencerminkan realitas, kita menggunakan definisi yang diperluas. Data terdiri dari fakta-fakta,
hasil-hasil pengujian, grafik, gambar, dan video yang mempunyai arti dalam lingkungan
pengguna (Hoffer,2002,p4).

BASIS DATA

Adalah kumpulan data yang terorganisasi dan saling berhubungan. Terorganisasi


maksudnya adalah data yang terstruktur sehingga mudah disimpan, dimanipulasi, dan diambil
kembali oleh pengguna. Saling berhubungan maksudnya adalah data menggambarkan suatu
domain yang menjadi perhatian sekelompok pengguna dan pengguna-pengguna dapat
menggunakan data untuk menjawab pertanyaan yang menjadi perhatian dari domain tersebut
(Hoffer,2002,p5)

Perancangan basis data merupakan proses menciptakan perancangan untuk basis data
yang akan mendukung operasi dan tujuan perusahaan (Connolly,2002). Dalam merancang suatu
basis data, digunakan metodologi-metodologi yang membantu dalam tahap perancangan basis
data. Metodologi perancangan adalah pendekatan struktur dengan menggunakan prosedur,
teknik, alat, serta bantuan dokumen untuk membantu dan memudahkan dalam proses
perancangan. Dengan menggunakan teknik metode disain ini dapat membantu dalam
merencanakan, mengatur, mengontrol, dan mengevaluasi database development project
(Connolly,2002).
Perancangan Basis Data memiliki beberapa tujuan, diantaranya :

1. Memenuhi informasi yang berisikan kebutuhan-kebutuhan pengguna secara khusus dan


aplikasi-aplikasinya.
2. Memudahkan pengertian struktur informasi.
3. Mendukung kebutuhan-kebutuhan pemrosesan dan beberapa obyek penampilan (response
time, processing time, dan storage space).

Siklus hidup aplikasi basis data berhubungan dengan siklus hidup sistem informasi.
Siklus kehidupan sistem informasi sering disebut macro life cycle, dimana siklus kehidupan
basis data merupakan micro life cycle. Proses perancangan basis data merupakan bagian dari
siklushidup sistem informasi.
Ada 6 fase proses perancangan basis data, yakni:

1. Pengumpulan data dan analisa

Proses identifikasi dan analisa kebutuhan-kebutuhan data disebut pengumpulan data dan analisa.
Untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan suatu sistem basis data, pertama harus mengenal
bagian-bagian lain dari sistem informasi yang akan berinteraksi dengan sistem basis data,
termasuk para pemakai yang ada dan para pemakai yang baru serta aplikasi-aplikasinya.
Kebutuhan-kebutuhan dari para pemakai dan aplikasi inilah yang kemudian dikumpulkan dan
dianalisa.
Ada 4 aktivitas pengumpulan data dan analisis, yaitu:

 Menentukan kelompok pemakai dan bidang-bidang aplikasinya.


 Peninjauan dokumentasi yang ada.
 Analisa lingkungan operasi dan pemrosesan data.
 Daftar pertanyaan dan wawancara.

2. Perancangan basis data secara konseptual


Tujuan dari fase ini adalah menghasilkan conceptual schema untuk basis data yang tergantung
pada sebuah DBMS yang spesifik. Sering menggunakan sebuah high-level data model seperti
ERD (Entity Relationship Diagram) model selama fase ini. Dalam conceptual schema, kita harus
memerinci aplikasi-aplikasi basis data yang diketahui dan transaksi-transaksi yang mungkin.
Fase perancangan basis data secara konseptual mempunyai 2 aktifitas paralel :

1) Perancangan skema konseptual :


Berfungsi untuk menguji kebutuhan-kebutuhan data dari suatu basis data yang merupakan hasil
dari fase 1, dan menghasilkan sebuah conceptual basis data schema pada DBMS independent
model data tingkat tinggi seperti ERD (Entity Relationship Diagram) model. Skema ini dapat
dihasilkan dengan menggabungkan bermacam-macam kebutuhan pengguna dan secara langsung
membuat skema basis data atau dengan merancang skema-skema yang terpisah dari kebutuhan
tiap-tiap pengguna dan kemudian menggabungkan skema-skema tsb. Model data yang digunakan
pada perancangan skema konseptual adalah DBMS-independent, dan langkah selanjutnya adalah
memilih sebuah DBMS untuk melaksanakan rancangan tsb.

2) Perancangan transaksi :
Berfungsi untuk menguji aplikasi-aplikasi basis data dimana kebutuhan-kebutuhannya telah
dianalisa pada fase 1, dan menghasilkan perincian transaksi-transaksi ini. Pada tahap ini
merupakan pembuatan flowchart dan kegunaan fase ini yang diproses secara paralel bersama
fase perancangan skema konseptual adalah untuk merancang karakteristik dari transaksi-
transaksi basis data yang telah diketahui pada suatu DBMS-independent. Transaksi-transaksi ini
akan digunakan untuk memproses dan memanipulasi basis data suatu saat dimana basis data tsb
dilaksanakan.
3. Pemilihan DBMS
Pemilihan basis data ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya : faktor teknik, ekonomi dan
organisasi.
Contoh faktor teknik :
Keberadaan DBMS dalam menjalankan tugasnya seperti jenis-jenis DBMS (relational, network,
hierarchical), struktur penyimpanan, dan jalur akses yang mendukung DBMS, pemakai, dll.
Faktor-faktor ekonomi dan organisasi yang mempengaruhi satu sama lain dalam pemilihan
DBMS :

 Struktur data yakni jika data yang disimp an dalam basis data mengikuti struktur hirarki,
maka suatu jenis hirarki dari DBMS harus dipikirkan.
 Personal yang telah terbiasa dengan suatu sistem yakni jika staf programmer dalam suatu
organisasi sudah terbiasa dengan suatu DBMS, maka hal ini dapat mengurangi biaya
latihan dan waktu belajar.
 Tersedianya layanan purna jual yakni keberadaan fasilitas pelayanan purna jual sangat
dibutuhkan untuk membantu memecahkan beberapa masalah sistem.
 Perancangan basis data secara logika (pemetaan model data)

Fase selanjutnya dari perancangan basis data adalah membuat sebuah skema konseptual dan
skema eksternal pada model data dari DBMS yang terpilih. Fase ini dilakukan oleh pemetaan
skema konseptual dan skema eksternal yang dihasilkan pada fase 2. Pada fase ini, skema
konseptual ditransformasikan dari model data tingkat tinggi yang digunakan pada fase 2 ke
dalam model data dari DBMS yang dipilih pada fase 3.
Dalam perancangan basis data secara logik, kita dapat melakukannya dengan cara :

 Menerapkan Normalisasi terhadap struktur tabel yang telah diketahui.


 Langsung membuat model Entity-Relationship (ER).

Model data secara logik merupakan sumber informasi perancangan fisik. Model ini menyediakan
perancang suatu kendaraan untuk pertimbangan dalam merancang basis data yang efisien.

5. Perancangan basis data secara fisik


Perancangan basis data secara fisik merupakan proses pemilihan struktur-struktur penyimpanan
dan jalur-jalur akses pada file-file basis data untuk mencapai penampilan yang terbaik pada
bermacam-macam aplikasi. Selama fase ini, dirancang spesifikasi-spesifikasi untuk basis data
yang disimpan yang berhubungan dengan struktur-struktur penyimpanan fisik, penempatan
record dan jalur akses. Berhubungan dengan internal schema (pada istilah 3 level arsitektur
DBMS). Pada tahap ini, perancangan fisik telah ditujukan untuk system DBMS tertentu.
Perancangan basis data tingkat fisik sudah dikaitkan dengan platform dan perangkat lunak
system manajemen basis data dimana basis data diimplementasikan.
Beberapa petunjuk dalam pemilihan perancangan basis data secara fisik:
Response time, ialah waktu akses basis data untuk data item yang ditunjuk oleh suatu transaksi.
Response time juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak berada di bawah pengawasan
DBMS, seperti penjadwalan sistem operasi atau penundaan komunikasi.
Space utility, ialah jumlah ruang penyimpanan yang digunakan oleh file-file basis data dan
struktur jalur akses.
Transaction throughput, ialah rata-rata jumlah transaksi yang dapat diproses per menit oleh
sistem basis data dan merupakan parameter kritis dari sistem transaksi (misal : digunakan pada
pemesanan tempat di pesawat, bank, dll). Hasil dari fase ini adalah penentual awal dari struktur
penyimpanan dan jalur akses untuk file-file basis data.

6. Implementasi sistem basis data


Setelah perancangan secara logika dan secara fisik lengkap, kita dapat melaksanakan sistem
basis data. Perintah-perintah dalam DDL dan DML (Data Manipulation Language) dari DBMS
yang dipilih, dihimpun dan digunakan untuk membuat skema basis data dan file-file basis data
(yang kosong). Sekarang basis data tsb dimuat (disatukan) dengan datanya. Jika data harus
dirubah dari sistem komputer sebelumnya, perubahan-perubahan yang rutin mungkin diperlukan
untuk format ulang datanya yang kemudian dimasukkan ke basis data yang baru. Transaksi-
transaksi basis data sekarang harus dilaksanakan oleh para programmer aplikasi. Spesifikasi
secara konseptual diuji dan dihubungkan dengan kode program dengan perintah-perintah dari
embedded DML yang telah ditulis dan diuji. Suatu saat transaksi tsb telah siap dan data telah
dimasukkan ke dalam basis data, maka fase perancangan dan implementasi telah selesai, dan
kemudian fase operasional dari sistem basis data dimulai.
Metodologi Perancangan Basis Data
Metodologi perancangan basis data adalah kumpulan teknik terorganisasi untuk pembuatan
rancangan basis data. Teknik terorganisasi ini merupakan kumpulan tahap-tahapan yang
memiliki aturan-aturan terurut.
Langkah-langkah Metodologi Perancangan Basis Data
Berikut adalah perancangan basis data relasional :

 Dimulai dari perancangan basis data logik untuk basis data relasional pada tahap 1
sampai dengan tahap 3.
 Perancangan dan implementasi basis data fisik untuk basis data relasional pada tahap 4
sampai dengan tahap 7.

Tahap 1 Membangun rancangan data konseptual lokal berdasarkan pandangan pemakai. Yaitu
mengidentifikasikan himpunan entitas – himpunan entitas. Mengidentifikasikan keterhubungan-
keterhubungan (relationship), mengidentifikasikan dan asosiasikan atribut-atribut pada entitas
atau keterhubungan, menentukan domain atribut, menentukan atribut-atribut candidate key dan
primary key, melakukan spesialisasi/generalisasi, menggambarkan diagram ER, melakukan
review model data konsep dengan pemakai.

Tahap 2 Membangun dan validasi model data logik lokal. Yaitu memetakan model data konsep
ke model data logik, melakukan turunan relasi-relasi dari model data logik, validasi model
menggunakan normalisasi, validasi model berdasarkan transaksi – transaksi pemakai,
menggambarkan ER nya, mendefinisikan kontsrain-konstrain (batasan-batasan) integritas,
melakukan review model data logik dengan pemakai.

Tahap 3 Membangun dan validasi model data logik global. Yaitu menggabungkan model data
logik lokal menjadi model global, validasi model data logik global, periksa untuk pertumbuhan
masa datang, menggambarkan diagram ER akhir, melakukan review model logik global dengan
pemakai.
Tahap 4 Menerjemahkan model data logik global untuk DBMS target. Yaitu merancang relasi-
relasi basis untuk DBMS target, merancang aturan-aturan integritas untuk DBMS target.

Tahap 5 Merancang dan implementasi representasi fisik. Yaitu menganalisa transaksi-transaksi,


memilih organisasi file, memilih indeks-indeks sekunder, mempertimbangkan penambahan
redudansi yang terkendali, estimasikan ruang disk yang diperlukan.

Tahap 6 Merancang dan mengimplementasikan mekanisme pengamanan. Yaitu merancang


view-view pemakai, merancang aturan-aturan pengaksesan.

Tahap7 Memonitor dan menyesuaikan system yang sedang operasi.

NORMALISASI

Normalisasi merupakan teknik analisis data yang mengorganisasikan atribut-atribut data


dengan cara mengelompokkan sehingga terbentuk entitas yang non-redundant, stabil, dan
fleksible. Normalisasi dilakukan sebagai uji coba pada suatu relasi secara berkelanjutan untuk
menentukan apakah relasi itu sudah baik, yaitu dapat dilakukan proses insert,update,delete, dan
modifikasi pada satu atau beberapa atribut tanpa mempengaruhi integritas data dalam relasi
tersebut.

*Pada proses normalisasi terhadap tabel pada database dapat dilakukan dengan tiga tahap
normalisasi antara lain :

1. BENTUK TIDAK NORMAL (UNNORMALIZED FORM)

Bentuk ini merupakan kumpulan data yang akan direkam, tidak ada keharusan

mengikukti format tertentu, dapat saja data tidak lengkap atau terduplikasi. Data dikumpulkan
apa adanya sesuai dengan saat menginput.
Untuk mentransformasikan tabel yang belum ternomalisasi di atas menjadi tabel yang memenuhi
kriteria 1NF adalah kita harus merubah seluruh atribut yang multivalue menjadi atribut single
value, dengan cara menghilangkan repeating group pada tabel di atas.

Repeating Group (elemen data berulang) adalah (No_Property, Alamat_Property,Tgl_Pinjam,


Tgl_Selesai, Biaya, No_Pemilik, Nama_Pemilik)

2. BENTUK NORMAL KE SATU (FIRST NORMAL FORM / 1 NF)

Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa group elemen yang berulang agar menjadi satu
harga tunggal yang berinteraksi di antara setiap baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus
mempunyai nilai data yang atomic (bersifat atomic value). Atom adalah zat terkecil yang masih
memiliki sifat induknya, bila terpecah lagi maka ia tidak memiliki sifat induknya.

Syarat normal ke satu (1-NF) antara lain:

1. setiap data dibentuk dalam flat file, data dibentuk dalam satu record demi satu record nilai dari
field berupa “atomic value”.

2. tidak ada set atribute yang berulang atau bernilai ganda.

3. telah ditentukannya primary key untuk tabel / relasi tersebut.

4. tiapatribut hanya memiliki satu pengertian.

Langkah pertama yang dilakukan pada Tabel Pelanggan Biaya (pada Tabel 9.3) tersebut adalah
menghilangkan elemen data yang berulang dengan data-data Pelanggan yang sesuai pada setiap
baris. Hasil dari tabel yang telah memenuhi bentuk normal pertama dapat dilihat pada Tabel 9.4.
kita dapat mengidentifikasi primary key untuk relasi Pelanggan_Biaya yang masih memiliki
composite key (No_Pelanggan, No_Property). Pada kasus ini kita akan memperoleh primary key
yang bersifat composite key. Relasi Pelanggan_Biaya dapat didefinisikan sebagai berikut.
Pelanggan_Biaya =(No_Pelanggan, No_Property, Nama, Alamat_Property, Tgl_Pinjam,
Tgl_Selesai, Biaya,No_Pemilik, Nama_Pemilik)
3. BENTUK NORMAL KE DUA (SECOND NORMAL FORM / 2 NF)

Bentuk normal kedua didasari atas konsep full functional dependency (ketergantungan
fungsional sepenuhnya) yang dapat didefinisikan sebagai berikut. Jika A adalah atribut-atribut
dari suatu relasi, B dikatakan full functional dependency (memiliki ketergantungan fungsional
terhadap A, tetapi tidak secara tepat memiliki ketergantungan fungsional dari subset (himpunan
bagian) dari A.

Syarat normal kedua (2-NF) sebagai berikut.

1. Bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal kesatu.

2. Atribute bukan kunci (non-key) haruslah memiliki ketergantungan fungsional sepenuhnya


(fully functional dependency) pada kunci utama / primary key.

Tabel Tabel Pelanggan Biaya dalam bentuk normal kedua (2-NF)


4. BENTUK NORMAL KE TIGA (THIRD NORMAL FORM / 3 NF)

Walaupun relasi 2-NF memiliki redudansi yang lebih sedikit dari pada relasi 1-NF, namun relasi
tersebut masih mungkin mengalami kendala bila terjadi anomaly peremajaan (update) terhadap
relasi tersebut. Misalkan kita akan melakukan update terhadap nama dari seorang Pemilik
(pemilik), seperti Durki (No_Pemilik: CO93), kita harus melakukan update terhadap dua baris
dalam relasi Property_Pemilik (lihat Tabel 9.5, (c) relasi Property_Pemilik). Jika kita hanya
mengupdate satu baris saja, sementara baris yang lainnya tidak, maka data didalam database
tersebut akan inkonsisten / tidak teratur. Anomaly update ini disebabkan oleh suatu
ketergantungan transitif (transitive dependency). Kita harus menghilangkan ketergantungan
tersebut dengan melakukan normalisasi ketiga (3-NF).

Syarat normal ketiga (Third Normal Form / 3 NF) sebagai berikut.

1. Bentuk data telah memenuhi kriteria bentuk normal kedua.


2. Atribute bukan kunci (non-key) harus tidak memiliki ketergantungan transitif, dengan
kata lain suatu atribut bukan kunci (non_key) tidak boleh memiliki ketergantungan
fungsional (functional dependency) terhadap atribut bukan kunci lainnya, seluruh atribut
bukan kunci pada suatu relasi hanya memiliki ketergantungan fungsional terhadap
priamry key di relasi itu saja.

Perancangan Database Konseptual

Merupakan langkah awal dalam perancangan database. Pada tahap ini kita hanya
menentukan konsep-konsep yang berlaku dalam sistem database yang akan di bangun. Langkah-
langkah utama dalam perancangan secara Konseptual adalah sebagai berikut:

1. Prosedur kerja secara keseluruhan yang berlaku pada sistem yang berjalan
2. Informasi (output) apa yang diinginkan dari database?
3. Apa saja kelemahan-kelemahan dari sistem berjalan?
4. Pengembangan sistem di masa yang akan datang?
5. Bagaimana tingkat keamanan data saat ini?
6. Siapa saja yang terlibat dalam sistem yang berjalan?
7. Apa saja input yang diperlukan?
Perancangan basis data secara logika (pemetaan model data)

Fase selanjutnya dari perancangan basis data adalah membuat sebuah skema konseptual
dan skema eksternal pada model data dari DBMS yang terpilih. Fase ini dilakukan oleh
pemetaan skema konseptual dan skema eksternal yang dihasilkan pada fase 2. Pada fase ini,
skema konseptual ditransformasikan dari model data tingkat tinggi yang digunakan pada fase 2
ke dalam model data dari DBMS yang dipilih pada fase 3.

 Pemetaannya dapat diproses dalam 2 tingkat :


1. Pemetaan system-independent :

pemetaan ke dalam model data DBMS dengan tidak mempertimbangkan karakteristik atau hal-
hal yang khusus yang berlaku pada implementasi DBMS dari model data tsb.

2. Penyesuaian skema ke DBMS yang spesifik :

mengatur skema yang dihasilkan pada langkah 1 untuk disesuaikan pada implementasi yang
khusus di masa yang akan datang dari suatu model data yang digunakan pada DBMS yang
dipilih.

 Hasil dari fase ini memakai perintah-perintah DDL dalam bahasa DBMS yang dipilih
yang menentukan tingkat skema konseptual dan eksternal dari sistem basis data. Tetapi
dalam beberapa hal, perintah-perintah DDL memasukkan parameter-parameter rancangan
fisik sehingga DDL yang lengkap harus menunggu sampai fase perancangan basis data
secara fisik telah lengkap.
 Fase ini dapat dimulai setelah pemilihan sebuah implementasi model data sambil
menunggu DBMS yang spesifik yang akan dipilih. Contoh : jika memutuskan untuk
menggunakan beberapa relational DBMS tetapi belum memutuskan suatu relasi yang
utama. Rancangan dari skema eksternal untuk aplikasi-aplikasi yang spesifik seringkali
sudah selesai selama proses ini.

8. Perancangan basis data secara fisikal

Perancangan database secara fisik merupakan proses pemilihan struktur-struktur penyimpanan


dan jalur-jalur akses pada file-file databaseuntuk mencapai penampilan yang terbaik pada
bermacam-macam aplikasi.Selama fase ini, dirancang spesifikasi-spesifikasi untuk database yang
disimpan yang berhubungan dengan struktur-struktur penyimpanan fisik, penempatan record dan
jalur akses. Berhubungan dengan internal schema(pada istilah 3 level arsitektur
DBMS).Beberapa petunjuk dalam pemilihan perancangan databasesecara fisik :
1.Response time

Waktu yang telah berlalu dari suatu transaksi database yang diajukan untuk menjalankan suatu
tanggapan. Pengaruh utama pada response time adalah di bawah pengawasan DBMS yaitu :
waktu akses database untuk data item yang ditunjuk oleh suatu transaksi. Response time juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak berada di bawah pengawasan DBMS, seperti
penjadwalan sistem operasi atau penundaan komunikasi.

2.Space utility

Jumlah ruang penyimpanan yang digunakan oleh file-file database dan struktur-struktur jalur
akses.

3.Transaction throughput

Rata-rata jumlah transaksi yang dapat diproses per menit oleh sistem database, dan merupakan
parameter kritis dari sistem transaksi (misal : digunakan pada pemesanan tempat di pesawat,
bank, dll). Hasil dari fase ini adalah penentual awal dari struktur penyimpanan dan jalur akses
untuk file-file database.

Anda mungkin juga menyukai