Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK


DENGAN KONDISI RENTAN DAN KEBUTUHAN
KHUSUS PADA PERMASALAHAN FISIK

Disusun Oleh
Kelompok: 1
Kelas B2

Wa Ode Ernawati Nuryafa

Putri Hari Annas Nurjanna

Desy Dewi D. Watumlawar Wa Ode Yunita Pratiwi

Erni Watumlawar Sufiati

Milanti Rahayu Nunun Nurmaliana

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
KEDIRI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kehadirat Allah SWT, Rabb penguasa alam semesta yang tidak henti-
hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua makhluk-Nya sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas kelompok Mata Kuliah Asuhan Kebidanan pada Kondisi Rentan yang
membahas tentang kebutuhan khusus pada permasalahan fisik ini tepat pada waktunya.

Ilmu dan pengetahuan tentu terus berkembang. Dalam penyelesaian makalah ini, kami
berterimakasih seberas-besarnya pada semua pihak yang telah bersumbangsih sehingga makalah
ini dapat diselesaikan. Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Kami
menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan
maupun pengalaman. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi para mahasiswa
kebidanan selanjutnya untuk menambah wawasan dan referensi dalam bidang kesehatan.

5 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Pembelajaran

D. Kajian Teori

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah Disabilitas

B. Kelainan Genetik

C. Perbedaan Ras

D. Usia Anak Dibawah 21 Tahun

BAB III PENUTUP

A. Simpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang


menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang
mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana
(Rahmawati, 2012). Menurut Kemenkes RI (2016), asuhan kebidanan merupakan kegiatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien yang memiliki masalah atau
kebutuhan pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga
berencana. Dalam praktiknya, bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik,
dan peneliti. Bidan merupakan partner dalam setiap siklus kehidupan perempuan, mulai dari
hamil, melahirkan, nifas, bayi, anak, remaja, hingga lansia.

Menurut Bakornas (2007), kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas
atau masyarakat yang mengarah atau menyebab ketidakmampuan dalam menghadapi
ancaman bahaya, sehingga apabila terjadi bencana akan memperburuk kondisi masyarakat.
Sedangkan menurut UN/ISDR (2005), kerentanan sebagai kondisi yang ditentukan oleh
faktor-faktor atau proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, yang bisa
meningkatkan rawannya sebuah komunitas terhadap dampak bahaya. Kerentanan merupakan
suatu rangkaian kondisi yang menentukan apakah suatu bahaya (baik yang terjadi secara
alamiah mapun buatan) yang terjadi dapat menimbulkan bencana atau tidak.

Kelompok masyarakat yang beresiko tinggi (rentan) adalah kelompok yang berada
dalam kondisi atau situasi yang kurang memiliki kemampuan mempersiapkan diri dalam
menghadapi resiko bencana atau ancaman bencana. Penekanan pada resiko tinggi disini
karena kelompok jenis ini akan menanggung dampak terbesar dari munculnya resiko bencana
dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain. Dari segi kesehatan, Kelompok rentan
sendiri adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi
sehat atau sakit. Sehat merupakan suatu keadaan yang sempurna, baik fisik, mental maupun
social, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/ cacat (WHO). Kelompok
rentan ini merupakan kelompok kelompok sosial yang memiliki peningkatan resiko yang
relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Perempuan termasuk dalam
kelompok rentan menjadi korban dalam situasi yang tidak menguntungkan, karena pada
dasarnya perempuan memiliki 4 kodrat yakni menstruasi, mengandung, melahirkan dan
menyusui. Sehingga dapat dikatakan wanita adalah salah satu kelompok rentan yang yang
patut diberi berlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Anak merupakan salah satu kelompok rentan berikutnya. Anak adalah kelompok
rentan berikutnya yang paling diperhatikan karena anak merupakan tumpuan sekaligus
harapan dari semua orang tua. Anak merupakan satu-satunya penerus bangsa yang
mempunyai tanggung jawab besar demi tercapainya cita-cita bangsa. Setiap orang tua
menghendaki kehadiran seorang anak. Anak yang diharapkan oleh orang tua adalah anak
yang sempurna tanpa memiliki kekurangan. Pada kenyataannya, tidak ada satu pun manusia
yang tidak memiliki kekurangan.

Permasalahan yang sering dialami oleh dua kelompok rentan tersebut meliputi
permasalahan fisik, psikologis, geografi, ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk permasalahan
fisik itu sendiri, kelompok tersebut sering mendapat diskriminasi sehubungan dengan
masalah disabilitas/ kecacatan, kelainan genetik, perbedaan ras, dan usia muda (kurang dari
21 tahun).

Manusia tidak ada yang sama satu dengan lainnya. Setiap orang tidak ingin dilahirkan di
dunia ini dengan memiliki berbedaan menyolok, menjadi minoritas, memiliki kelainan maupun
kecacatan. Kelahiran seorang anak berkebutuhan khusus tidak mengenal kaya miskin, tingkat
pendidikan, taat beragama atau tidak. Orang tua tidak mampu menolak kehadiran anak
berkebutuhan khusus. Begitu juga dengan HAM. Sebagai manusia, dua kelompok rentan
tersebut memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakat
dan bangsa, khususnya hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama namun bersifat
individu sesuai indikasi masalah yang dimilikinya.

Menurut undang undang nomor 36 tahun 1999 tentang hak asasi manusia dalam pasal 5
disebutkan, setiap orang yang termasuk dalam kelompok rentan berhak mendapat perlakuan
dan perlindungan lebih berkenaan dengan kekhususannya. Karena banyak kelompok yang
terpinggirkan sering tidak mempercayai sistem layanan kesehatan dan memiliki keengganan
untuk menghubungi tenaga kesehatan. Dalam masyarakat kita sendiri, masih saja ada
masyarakat yang menganggap perempuan dan anak dengan masalah tersebut tidak penting,
wajar dengan pengabaian, terkucilkan, tidak terwakilkan atau bahkan tidak diperhatikan
kebutuhan individunya karena dianggap tidak mampu berpikir dan bekerja atau mengambil
keputusan secara mandiri dan seringkali mendapat tindakan diskriminatif. Olehnya itu,
diharapkan kedepannya, bidan dapat menjadi salah satu bagian dari tim interdisiplin yang
mampu memberikan asuhan sesuai standar untuk kelompok rentan bermasalah fisik tersebut.
Maka disusunlah makalah ini, untuk mempelajari asuhan yang dapat diberikan bidan ke
kelompok rentan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kondisi rentan dan berkebutuhan khusus?
2. Siapa saja yang menjadi subyek dengan kondisi rentan tersebut?
3. Aspek apa saja yang berpengaruh pada perempuan dan anak dengan kondisi rentan
dan kebutuhan khusus pada permasalahan fisik
4. Asuhan kebidanan apa saja yang diberikan pada perempuan dan anak dengan kondisi
rentan dan kebutuhan khusus tersebut?
B. Tujuan Pembahasan
a. Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah asuhan kebidanan pada
kondisi rentan dan berkebutuhan khusus dengan permasalahan fisik
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan kondisi rentan dan
berkebutuhan khusus
2. Untuk menjelaskan subjek dalam kondisi rentan pada permasalahan fisik.
3. Untuk menjelaskan beberapa aspek yang berpengaruh pada perempuan dan anak
dengan kondisi rentan dan kebutuhan khusus pada permasalahan fisik.
4. Dapat menjelaskan beberapa asuhan kebidanan yang diberikan pada perempuan dan
anak dengan kondisi rentan dan berkebutuhan khusus pada permasalahan fisik
C. Batasan Teori
1. Anak adalah seorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih
didalam kandungan
2. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau
suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga
sedarah dalam garis lurus keatas atau kebawah sampai dengan derajat ketiga.
3. Kelompok rentan adalah lansia, anak, fakir miskin, ibu hamil, dan orang dengan
disabilitas (menurut Undang Undang RI)
4. Kelompok rentan adalah bagian dari masyarakat yang paling terdampak oleh
terjadinya krisis (menurut Puji Pujiono)
5. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena
adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak. Berkaitan dengan
istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki
keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti
tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autisme dan ADHD.
6. Kelainan kongenital merupakan penyakit yang dibawa dan didapat sejak lahir yang
disebabkan oleh gangguan selama masa tumbuh kembang janin dalam kandungan,
yang menyebabkan bayi lahir dengan kecacatan atau gangguan fungsi pada organ
tubuh atau bagian tubuh tertentu.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kelompok rentan dan Berkebutuhan Khusus

Menurut Bakornas (2007), kerentanan merupakan suatu kondisi dari suatu komunitas
atau masyarakat yang mengarah atau menyebab ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bahaya, sehingga apabila terjadi bencana akan memperburuk kondisi masyarakat. Sedangkan
menurut UN/ISDR (2005), kerentanan sebagai kondisi yang ditentukan oleh faktor-faktor atau
proses-proses fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan, yang bisa meningkatkan rawannya sebuah
komunitas terhadap dampak bahaya. Kerentanan merupakan suatu rangkaian kondisi yang
menentukan apakah suatu bahaya (baik yang terjadi secara alamiah mapun buatan) yang terjadi
dapat menimbulkan bencana atau tidak.
Kelompok rentan adalah

Individu berkebutuhan khusus (IBK) atau diindonesia lebih kita kenal dengan istilah
disabilitasdidefinisikan sebagai setiap orang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual,
mental, dan/atau sensoris dalam jangka waktu yang lama dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat menghadapi kesulitan dan hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan
warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak ( UU no. 8 tahun 201

B. Jenis Kelompok Rentan Dan Berkebutuhan Khusus


Kategori kelompok rentan (menurut) adalah sebagai berikut :
1. Perempuan
Perempuan merupakan kelompok rentan hingga saat ini dalam seluruh segi
kehidupan. Dalam hak atas kesehatan, hak perempuan hanya dikaitkan dengan
reproduksi saja, padahal hak perempuan harus dilihat secara lebih luas lagi. Masih
adanya angka kematian ibu dan anak menggambarkan masih saja ada ketimpangan
tersebut
2. Anak dan remaja
Anak dan remaja merupakan sumber potensi sumber daya insani bagi pembangunan
nasional. Sejalan dengan UU NO 35 tahun 2014 pasal 46, yang menyebutkan bahwa
Negara, pemerintah, pemda, keluarga dan orang tua wajib mengusahakan agar anak
yang lahir terhindar dari penyakit yang mengancam kelangsungan hidup dan atau
kecacatan. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan sebagai upaya memelihara
dan meningkatkan kesejahtraan kesehatan pada anak dan remaja perlu dilakukan
semenjak dini secara optimal. Hal ini dapat dikaitkan dengan beberapa penyebab
utama pada penyakit akut, seperti infeksi pernapasan, diare, campak, malaria dan
malnutrisik
3. Disabilitas
4. Lansia
5. Masyarakat adat

Perempuan dan anak memiliki keterbatasan penerimaan terhadap pilihan hidup mereka
kurangnya kesetaraan, sikap diskriminatif, kurangnya dukungan, dan kurangnya rasa percaya diri
atas kemampuan mereka untuk menjadi orang tua di lingkungan social mereka merupakan factor
negative yang mempengaruhi kehidupan mereka sendiri. Selama kehamilan, persalinan dan
nifas, bidan memiliki peran penting dalam memastikan bahwa wanita dan anak dengan
kebutuhan khusus tetap terpenuhi dan bahwa perawatan yang mereka terima bersifat individual
untuk mereka sendiri.

C. Masalah Fisik Pada kelompok rentan pada Perempuan dan Anak

Secara umum, masalah fisik yang berpengaruh pada kelompok rentan anak dan
perempuan antara lain :

1. Masalah disabilitas

2. Kelainan genetic

3. Perbedaan ras

4. Usia anak (≤21 tahun)

1. Masalah Disabilitas

1.1 Pengertian Disabilitas


Disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental intelektual atau
sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh
dan efektif berdasarkan kesamaan hak.
Hallahan (2009) menjelaskan semua disabilitas adalah inabilitas (ketidakmampuan)
dalam melakukan sesuatu, tetapi tidak semua inabilitas (ketidakmampuan) tersebut
termasuk disabilitas. Sebagai contoh, sebagian besar anak usia 6 bulan tidak dapat
berjalan atau bicara, tetapi hal ini bukan disabilitas melainkan inabilitas
(ketidakmampuan) usia yang belum sesuai dengan tahap perkembangan tersebut.
Penyandang disabilitas masih memiliki keterbatasan akses terhadap informasi kesehatan
termasuk informasi dasar tentang perkembangan dan perubahan tubuh mereka. Selain itu,
mereka juga sangat beresiko mendapat tindak kekerasan dan pelecehan seksual, sehingga
mereka beresiko terinfeksi IMS, termasuk HIV.

1.2 Karakteristik Individu Berkebutuhan Khusus Pada Disabilitas


a. Tunanetra

Istilah anak tunanetra secara mendasar dapat diartikan sebagai anak-anak yang mengalami
gangguan pada fungsi penglihatan. Seseorang disebut mengalami kebutaan secara legal jika
kemampuan penglihatannya berkisar 20/200 atau dibawahnya, atau lantang pandangannya tidak
lebih dari 20 derajat. Pada pengertian ini, seorang anak di tes dengan menggunakan snellen chart
(kartu snellen) dimana anak harus dapat mengindetifikasi huruf jarak pada jarak 20 kaki atau 6
meter. Dengan pengertian lain anak-anak dikatakan buta secara legal jika mengalamai
permasalahan pada sudut pandang penglihatan, yaitu kemampuan menggerakkan mata agar dapat
melihat ke sisi samping kiri dan kanan.
b. Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai gangguan pendengaran, dimana anak yang mengalami
ketunarungguan adalah mengalami permasalahan pada hilangnya atau berkurangnya kemampuan
pendengaran. Soematri menyatakan bahwa anak yang dapat dikatakan tunarungu jika mereka
tidak mampu atau kurang mampu mendengar. Menurutnya, tunarungu dapat dibedakan menjadi
dua kategori yaitu tuli dan kurang dengar. Tuli merupakan suatu kondisi dimana seseorang
benar-benar tidak dapat mendengar dikarekan hilangnya fungsi dengan pada telinganya.
Sedangkan kurang dengar merupakan kondisi dimana seseorang mengalami kerusakan pada
organ pendengarannya tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar meskipun dengan atau
tanpa bantu dengar.
c. Tunagrahita
Tunagrahita merupakan istilah yang disematkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus
yang mengalami permasalahan seputar intelegensi atau cacat mental. Di Indonesia istilah
tunagrahita merupakan pengelompokkan dari beberapa anak berkebutuhan khusus, namun dalam
biang pendidikan mereka memiliki hambatan yang sama dikarenakan permasalahan intelegensi.
Dalam bahasa asing, anak yang mengalami permasalahan intelegensi memiliki beberapa istilah
penyebutan antara (IQ dibawah 35). Sedangkan klasifikasi lain dapat didasarkan pada
kemampuan yang dimiliki yaitu Ringan (mampu di didik), sedang (mampu latih), Berat (mampu
rawat).
d. Tunadaksa
Dalam konteks pendidikan khusus di Indonesia, tunadaksa dapat diartikan sebagai
gangguan motorik atau cacat fisik. Pada konteks lain dapat kita temui penggunaan istilah lain
dalam menyebut anak tunadaksa misalnya anak dengan hambatan gerak. Utamanya, anak
tunadaksa adalah anak yang mengalami gangguan fungsi gerak yang disebabkan oleh
permasalahan pada organ gerak tubuh. Somantri menjelaskan bahwa tunadaksa merupakan suatu
keadaan rusak atau terganggu yang disebabkan karena bentuk abnormal atau organ tulang, otot,
dan sendi tidak dapat berfungsi dengan baik.
e. Tunalaras
Anak tunalaras merupakan konteks dengan batasan-batasan yang sangat rumit tentang
anak-anak yang mengalami masalah tingkah laku. Istilah tunalaras itu sendiri belum dapat
diterima secara umum karena batasan-batasan penyebutan anak tunalaras yang kurang saklek.
Pada intinya sebutan anak tunalaras merupakan gangguan perilaku yang menunjukan suatu
penentangan terhadap norma dan aturan social di masyarakat seperti mencuri, menggangu
ketertiban, melukai orang lain. Gangguan yang muncul pada anak-anak ini berupa gangguan
perilaku, seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya mencabik-cabik pakaian atau memukul-
mukul kepala), suka menyerang teman (agresif) atau bentuk penyimpangan perilaku yang lain.
Misalnya, memukul-mukul secara berkelanjutan, melempar/membanting benda-benda di
sekitarnya, dan jari tangan yang diputar-putar. Disamping autistik atau autism, dalam kelompok
ini juga termaksud attention deficit disorder (ADD) dan attention deficit hyperactive disorder
(ADHD). Anak-anak seperti ini, khususnya ADHD perlu diwaspadai karena dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain.
F. Tunaganda
Istilah kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang menyandang lebih
dari satu jenis kelainan, misalnya, penyandang tunanetra dan tunarungu sekaligus, peyandang
tunadaksa disertai tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu dan tunagrahita sekaligus.

Menurut Mulyono (ahli anak) ia menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK)
adalah seorang anak yang masuk dan tergolong cacat atau yang menyandang ketunaan. Dalam
perkembangannya sekarang ini anak ketunaan berubah menjadi berkelaianan luar biasa atau
berkebutuhan khusus. Namun dalam golongannya, ada 17 karakteristik anak berkebutuhan
khusus yang perlu diketahui, diantaranya.
1) Sulit Berkomunikasi
a. Ketika anak mengalami sulit komunikasi maka perilaku beradabtasi akan
mengalami ganngguan terutama ketika mereka berkomunikasi. Dimana ABK
seringkali memiliki hambatan berbicara dan sulit bicara meskipun usianya sudah
dewasa.
2) Kesulitan Belajar
a. Anak dengan kesulitan belajar merupakan individu yang memiliki gannguan pada
satu atau lebih kemampuan dasar psikologis. Biasanya gelombang otaknya juga
terganggu sehingga menyebabkan anak tesrsebut mengalami IQ yang hanya rata-
rata ataupun diatas rata-rata sedikit. Biasanya ABK dikategorikan sedang, berat
atau ringan dari IQ yang dimilikinya
3) Kelainan Fisik
a. Secara fisik dan medis, umumnya beberapa ada kondisi fisik dan medis yang
sangat
b. berbeda dengan anak kebanyakan. Misalnya jika ia mengalami komplikasi dengan
c. bagian organ tubuh lainnya. Hal ini sering terjadi karena kurang sempurna
pembelahan ketika kehamilan.
4) Bersikap Membangkan
a. Anak berkebutuhan khusus biasanya sulit membedakan bahaya atau tidak,
b. salah atau tidak dan lain sebagainya.
5) Emosional
a. Emosional anak-anak ABK bukan hanya tempramen dan mudah marah melainkan
b. terjadi hal lainnya. Jika dilihat secara emosional, mereka seringkali terperosok
dalam
c. kondisi kesepian, depresi dan juga hal-hal layaknya putus asa, merasa sendiri dan
d. kesal pada orang lain tanpa sebab jika moodnya sedang buruk.
6) 6. Sulit Menulis atau Membaca
Untuk beberapa kasus anak ABK ada yang sulit mengekspresikan pikiran
mereka
a. dengan tulisan dan tidak bias membaca. Sulit memegang bolpoin ataupun pensil
yang
b. digunakan dengan benar.
7) 7. Tidak Mengerti Arah
Anak berkebutuhan khusus sulit mencerna logika sendiri. Terkadang mengalami
a. mengalami disorientasi waktu ataupun arah.
8) Bersikap Sesuai Kebiasaan
a. IBK khususnya mereka yang autisme sangat perhatian dengan urutan atau
rutinitas atapun kebiasaan sehari-hari. Ketika ritual mereka
berubah maka ia akan menjadi gelisah
9) Senang Meniru
a. Senang meniru atau membeo (echolalia) merupakan salah satu karakteristik IBK
10) Berbicara Tanpa Henti
11) Bertindak Gugup
12) Iri pada Orang Lain
a. Anak berkebutuhan khusus masih berpikir dan berperasaan layaknya anak balita.
b. Sikap iri hati yang selalu merasa kurang senang ketika orang lain senang atau
c. mendapatkan sesuatu yang menguntungkan.
13) Sensitifitas Tinggi
a. IBK bias menjadi sangat sensitive atau tidak sensitive terhadap hal-hal yang
merangsang seperti sentuhan, cahaya, atau suara (misalnya, tidak menyukai suara
keras atau hanya merespon ketika suara
14) Trigered tanpa Alasan
a. Menangis, marah, tertawa, atau tertawa tanpa alasan yang diketahui atau pada
b. waktu yang salah merupakan langganan anak-anak berkebutuhan khusus.
15) Introvert
16) Berprasangka
a. Anak berkebutuhan khusus memang tidak bias berpikir rumit namun mereka biasa
b. berprasangka. Beberapa dari mereka suka menafsirkan secara negative, adanya
rasa
c. cemburu dan prasangka karena tidak diperlakukan dengan adil
17) 17. Melukai Diri Sendiri
Ada sebagian perilaku melukai diri sendiri ketika anak berusia lebih kecil.

Menurut klasifikasi dan jenis kelainan, anak berkebutuhan dikelompokkan ke dalam kelainan
fisik, kelainan mental, dan kelainan karakteristik sosial
a. Kelainan Fisik
Kelainan fisik adalah kelainan yang terjadi pada satu atau lebih organ tubuh tertentu. Akibat
kelainan tersebut timbul suatu keadaan pada fungsi fisik tubuhnya tidak dapat menjalankan
tugasnya secara normal. Tidak berfungsinya anggota fisik terjadi pada: alat fisik indra, misalnya
kelainan pada indra pendengaran (tunarungu), kelainan pada indra penglihatan (tunanetra),
kelainan pada fungsi organ bicara (tunawicara) alat motorik tubuh, misalnya kelainan otot dan
tulang (poliomyelitis), kelainan pada sistem saraf di otak yang berakibat gangguan pada fungsi
motorik (cerebral palsy), kelainan anggota badan akibat pertumbuhan yang tidak sempurna.
b. Kelainan Mental
Anak kelainan dalam aspek mental adalah anak yang memiliki penyimpangan kemampuan
berpikir secara kritis, logis dalam menanggapi dunia sekitarnya. Kelainan pada aspek mental ini
dapat menyebar ke dua arah, yaitu kelainan mental dalam arti lebih (supernormal) dan kelainan
mental dalam arti kurang (subnormal).
c. Kelainan Perilaku Sosial
Kelainan perilaku atau tunalaras sosial adalah mereka yang mengalami kesulitan untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan, tata tertib, norma sosial, dan lain-lain. Manifestasi dari
mereka yang dikategorikan dalam kelainan perilaku sosial ini, misalnya kompensasi berlebihan,
sering bentrok dengan lingkungan, pelanggaran hukum/norma maupun kesopanan. Dapat
disimpulkan dari pembahasan di atas klasifikasi anak berkebutuhan khusus itu terdapat beberapa
kelainan yang terjadi pada anak, oleh sebab itu perlunya peranan penting daro guru dan orangtua
dalam memberikan stimulus dan rangsangan kepada anak, sehingga anak mampu menyeseuaikan
diri dengan lingkungan sekitarnya, dan perlu adanya penangangan khusus sehingga terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan.
1.3. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan
Disabilitas
a. Berikan kemudahan bagi mereka untuk dapat bergerak gunakan peralatan yang berat
dan stabil agar tidak mudah terguling. Hindari penggunaan karpet atau alat lainnya
yang dapat menyebabkan anak tersandung. Lalu atur peralatan di tempat yang luas
agar anak dapat bergerak lebih bebas. Sediakan tempat yang aman untuk pejalan kaki,
kursi roda, atau tingkat agar anak-anak lain tidak tersandung.
b. Perkenalkan kegiatan belajar, sediakan alat yang dapat mendukung motoriknya,
seperti menggenggam, menegang, memberi, dan melepaskan. Pastikan juga objek
sesuai usia
c. Ajari teman sebaya membantu aktivitas penyandang disabilitas fisik. Teman bermain
biasanya ingin membantu anak penyandang disabilitas fisik, tetapi kadang caranya
kurang tepat. Oleh karena itu, ajari teman-teman si kecil cara menawarkan bantuan
dengan penuh rasa hormat.

d. Berkaitan dengan istilah disability, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik
seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autisme dan
ADHD. Pengertian lainnya bersinggungan dengan istilah tumbuh kembang normal
dan abnormal, pada anak berkebutuhan khusus bersifat abnormal, yaitu terdapat
penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia balita seperti baru bisa
berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan
khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak yang tidak muncul (absent) sesuai usia
perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun,
atau terdapat penyimpangan tumbuh kembang seperti perilaku echolalia atau membeo
pada anak autis.

2. Kelainan Genetik

2.1. Pengertian Kelainan Genetik

Kelainan Genetik adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kelainan pada genom
yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh mutasi
baru pada DNA atau kelainan pada gen yang diwarisi orang tua. Berikut ini adalah beberapa
kelainan genetik yang cukup sering terjadi di tengah masyarakat sebagai berikut :
a. Buta warna
b. Penyakit sel sabit
c. Hemofilia
d. Sindrom Klinefelter
e. Sindrom Down (Down Syndrome)
2.2. Penyebab Kelainan Genetik
Beberapa penyebab yang paling banyak adalah sindromdown (downsyndrome), sindrom
user (usersyndrome). Disamping itu, hambatan genetik juga dapat terjadi sejak lahir. Dengan
adanya kelainan-kelainan pada organ tubuh seperti hydrocephaly, microcephaly akibat
penggunaan obat-obatan yang salah oleh ibunya pada saat masa kehamilan. Selain itu dapat juga
terjadinya hambatan majemuk dikarenakan faktor sebagai berikut :
a. Faktor Prenatal
Terjadi sebelum kelahiran, dapat terjadi karena ketidaknormalan kromosom
komplikasi pada anak dalam kandungan, ketidakcocokan Rh, infeksi pada ibu ketika
hamil, serta mengkonsumsi obat-obatan atau alkohol.
b. Faktor Natal
Terjadi pada saat kelahiran, hal ini dapat terjadi karena kelahiran premature, luka pada
saat kelahiran, dan kekurangan oksigen saat kelahiran.

2.3. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan
Kelainan Genetik

a. Membawa anak ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa tenaga medis
secara rutin, karena jika tidak maka tubuh anak bisa bertambah kecacatannya
(bengkok, mengecil, dan kaku).
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan dari tenaga medis dengan mengikuti petunjuk dan
saran yang diberikan.
c. Memasukan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang dimiliki
anak.
Saat ini banyak anak tunadaksa yang dapat berprestasi berhasil seperti sebayanya.
d. Memerlukan latihan rutin dan menggunakan alat bantu untuk mencegah
bertambahnya kecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.

3 Perbedaan Ras
3.1. Pengertian Perbedaan Ras
Ras adalah sekelompok orang yang berbagi asal budaya, geografis, bahasa, agama dan
latar belakang yang sama. Etnis berbeda dengan ras. Di dunia ras dibagi menjadi empat jenis
ras, yaitu ras mongoloid, ras negroid, ras kaukasoid, dan ras khusus. Kemudian,
menyederhanakannya menjadi ras kulit putih dan kulit hitam. Ras itu sendiri secara umum
berhubungan dengan kondisi fisik, warna kulit, minoritas, perbedaan bahasa, ciri-ciri fisik,
kasta, keunggulan, dll.
Perbedaan ras menjadi masalah yang sering menjadi isu di Negara berkembang,
utamanya jika kelompok rentan itu menjadi bagian dari kaum minoritas. Jika tidak dilindungi
haknya, maka kelompok rentan ini menjadi kesulitan dalam mendapatkan layanan kesehatan.
3.2. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik Dengan
Perbedaan Ras
a. Ajak berpikir kritis dan terbuka perkenalkan kepada anak bahwa keragaman yang da di
lingkungan sekitar adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
b. Ajak bersosialisasi dengan lingkungan beri kebebasan kepada anak untuk berteman
dengan siapapun tanpa memandang agama, suku maupun ras.
c. Bangun rasa percaya diri anak dengan cara melatih mencintai dirinya sendiri, motivasi
anak untuk menonjolkan kelebihan yang ada pada diri mereka.
d. Bacakan cerita tentang perbedaan dan keragaman
e. Contoh teladan anak merupakan pembelajaran yang cepat, terlebih belajar dari sikap-
sikap yang ditunjukkan oleh orang tua.

4 Usia Anak Dibawah 21 Tahun


4.1. Pengertian anak usia muda
Kelompok usia muda juga termasuk dalam kondisi rentan. Hal ini karena orang dengan usia
tua menganggap usia muda belum memiliki pengalaman yang banyak dan tidak mampu
menjadi lebih baik dari kelompok usia tua. Pada umumnya, anak dibawah usia tersebut
seringkali mengikuti kata hati dan tidak berpikir rasional (labil), menyenangi pengalaman
baru, dan ingin mencoba, serta kurang mendapat asupan informasi dan edukasi sehubungan
dengan kesehatan reproduksinya. Tak lupa pula adanya kendali dari kaum tua untuk setiap
pengambilan keputusan untuk individu tersebut. Karena itu kelompok dengan usia muda
sering mengalami diskriminasi umur yaitu ageism. Anak dan perempuan memiliki
kerentanan untuk menjadi obyek pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, bahkan
human trafficking. Hal ini mereka menjadi mudah terpapar dengan kehamilan yang tidak
diinginkan, IMS (termasuk HIV/AIDS), persalinan dengan komplikasi pada anak dan ibu,
gangguan jiwa, kecacatan, kematian,dll.
Usia minimal sebagian batas cukup menikah adalah 19 tahun. Menurut data dari
survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012, angka kematian neonatal,
postnatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi
dibandingkan pada usia 20 - 39 tahun. Terdapat berbagai resiko kehamilan pada wanita
dibawa usia 20 tahun yang harus diwaspadai. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang
mungkin terjadi :
1. Depresi
2. Kurangnya Perawatan Prenatal
3. Tekanan Darah Tinggi
4. Anemia
5. Stunting
6. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
7. Lahir Prematur
4.2. Kebutuhan Khusus Yang Dapat Diberikan Pada Permasalahan Fisik
Dengan Usia Anak Dibawah 21 Tahun
a. Jadilah pendengar yang baik
b. Hormati privasi anak
c. Sepakati aturan-aturan penting
d. Berikan motivasi untuk cita-citanya
e. Berikan informasi dalam bergaul
f. Sampaikan cara mengelola stress

D. ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN KEBUTUHAN


FISIK
Asuhan kebidanan yang diberikan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Upaya promotif berupa edukasi dan pemberian informasi kepada individu
berkebutuhan khusus yang masuk dalam kelompok rentan ini, guna menambah pengetahuan
mereka. Upaya preventif meliputi upaya yang dilakukan dalam upaya pencegahan timbulnya
masalah sehubungan dengan masalah kesehatan. Sedangkan upaya kuratif dan rehabilitative
adalah upaya untuk menghilangkan masalah selanjutnya meliputi pengobatan rehabilitasi
ataupun rujukan.
Secara umum pelayanan KIA diberikan utamanya dengan masalah disabilitas tidak
berbeda dengan nondisabilitas. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi :
1. Pelayanan kespro sebelum hamil
 KIE tentang siklus dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, persiapan pra nikah
(persiapan fisik, gizi, status TT, DAN KESEHATAN ORGAN REPRODUKSI)
 KIE tentang keadilan dan kesetaraan gender dalam pernikahan terutama peran laki-laki
dalam kesehatan.dan lain-lain
 Konseling perencanaan kehamilan dan KB
 Pemeriksaan kesehatan catin meliputi anamneses, deteksi dini masalah kesehatan jiwa
(sesuai indikasi), TTV, pemeriksaan status kadar hb, lila, dan imt, serta pemeriksaan
lab lainnya

Tata laksana masalah kesehatan reproduksi pada catin disesuaikan dengan penyakit /
kondisi kesehatan sesuai standar pelayanan : KIE, pelayanan gizi, skrining dan imunisasi TT,
pengobatan, terapi dan rujukan.

2. Pelayanan Kesehatan Selama Hamil


- Memberi konseling informasi dan edukasi guna meningkatkan pemahaman bagi
penyandang disabilitas dan keluarganya tentang kehamilan, tanda bahaya kehamilan,
persalinan, KB pasca salin, dan manajemen laktasi
- Menggalang komitmen anggota keluarga/ pendamping agar dapat memberikan
dukungan bagi ibu hamil dengan kondisi berkebutuhan khusus, sehingga ibu dapat
menjalani kehamilannya dengan sehat dan selamat
- Edukasi tentang manfaat buku KIA
- Edukasi tentang pentingnya mengikuti kelas ibu hamil
- Melakukan stimulasi terhadap janin dalam kehamilan
- Skrining kelainan kongenital
- Pemberian PMT ibu hamil

Tata laksana
Setiap ibu hamil berkebutuhan khusus mendapat pelayanan
 ANC sesuai standar (minimal 4x, sesuai jadwaal,
 Pemeriksaan meliputi 10T termasuk pemeriksaan psikologis penyandang disabilitas
hamil, dengan pendampingan saat pelaksanaannya
 Pelayanan pencegahan dan penanganan keguguran maupun persalinan prematur

3. Pelayanan Pencegahan Dan Penanganan Keguguran


Asuhan kebidanan yang dapat diberikan pada ibu hamil penyandang disabilitas
berupa :
- KIE tentang tanda bahaya kehamilan sejak dini pada penyandang disabilitas yang
sedang hamil beserta pasangan dan pendampingnya saat ANC
- Melakukan ANC sesuai standart
- Melakukan penanganan dan stabilisasi pasien keguguran sesuai standar sebelum
proses rujukan
- Memberikan dukungan emosional dan konseling pasca keguguran, termasuk
konseling tentang KB

4. Pelayanan Persalinan
Asuhan kebidanan yang diberikan berupa :
 Melakukan KIE untuk meningkatkan pemahaman bagi penyandang disabilitas dan
keluarganya tentang kehamilan, persalinan, KBPP DAN manajemen laktasi,
persalinan difaskes oleh nakes, serta pemanfaatan buku KIA
 Melakukan persalinan yang terencana sesuai keadaan klinis pasien,
 Menolong persalinan sesuai standart, melakukan rujukan jika diperlukan
 Memberikan pelayanan persalinan pada bumil penyandang disabilitas dengan
memperhatikan 5 aspek pelayanan yaitu : pengambilan keputusan yang tepat, asuhan
sayang ibu dan anak, pencegahan infeksi, pencatatan, dan rujukan pada kasus
komplikasi.
5. Pelayanan Kesehatan Masa Nifas
Pelayanan masa nifas pada penyandang disabilitas meliputi :
 KIE tentang pentingnya ASI eksklusif kepada bufas dan keluarga atau
pendampingnya dan menyusui hingga 2 tahun jika memungkinkan, serta manajemen
laktasi lainnya
 KIE tentang buku KIAdan pemanfaatannya
 Melakukan pelayanan PNC sesuai standar ( 4x kunjungan)

6. Pelayanan KB
Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukan dengan cara yang dapat di
pertanggung jawabkan dari segi agama, norma budaya, etika serta segi kesehatan, dan
pendampingan, yang meliputi :
 KIE tentang metode kontrasepsi pada ibu dan pendampingnya dengan sejelas-
jelasnya serta informed consent
 Memberikan pelayanan kontrasepsi darurat pada penyandang disabilitas dengan
kasus korban kekerasan dan pemerkosaan guna mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan
 melakukan pelayanan KB pasca salin, KB interval, kontrasepsi darurat
 melakukan pemasangan KB imlant ditempat yang sesuai dengan keadaan fisik ibu

7. Pelayanan Kesehatan Seksual


Asuhan kebidanan yang dapat diberikan antara lain :
- KIE kepada penyandang disabilitas dan pendampingnya tentang organ reproduksi dan
cara menjaga kebersihannya, pengelolalan menstruasi, perilaku seksual beresiko
tinggi, dan pemanfaatan waktu yang bijak dan bermanfaat ( misalnya aktifitas fisik
yang bermanfaat,beribadah, olahraga, dll)
- Pelayanan kesehatan mengenai masalah menstruasi (menoragia, hipomenorea,
dismenorea, amenorea, metroragia, dll)

8. Pencegahan Dan Penanganan Penyakit Tidak Menular (Ca Serviks Dan Mamae)
- KIE tentang Ca serviks dan ca mamae pada penyandang disabilitas dan pasangannya
- Melakukan pemeriksaan IVA atau sadari/ sadanis pada individu tersebut
- Memberikan dukungan psikologis dan konseling pada penderita

9. Pelayanan Kesehatan Lansia


- KIE tentang kespro pada lansia, terutama dengan masalah menopause,
- Skrining PTM dan pengelolaannya
- Memeriksa status mental, factor personal dan psikologis dengan menggunakan
instrument mini mental state examination, dll
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Sesuai Undang Undang nomor 36 tahun 1999 tentang hak asasi manusia
dalam pasal 5 disebutkan , setiap orang yang termasuk dalam kelompok rentan
berhak mendapat perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya.
2. Yang termasuk dalam kelompok rentan tersebut adalah perempuan dan anak
dengan masalah fisik berupa disabilitas, perbedaan ras, kelainan genetik, dan
usia muda (kurang dari 21 tahun).
3. Anak dan perempuan dengan masalah berkebutuhan khusus masalah fisik
tersebut diberikan asuhan yang sama seperti orang normal lainnya namun
dengan perlakuan khusus bersifat individual sesuai indikasi, kekurangan yang
dimilikinya, serta masukan dan kemampuan dari pendamping dan
keluarganya.

B. Saran
Diharapkan semua bidan dapat mengimplementasihkan asuhan kebidanan
yang sesuai standar juga kepada perempuan dan anak dengan masalah fisik ini

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2013 “Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus" Magistra 25 no. 86


Dosenpsikologi.com/karakteristik-anak-berkebutuhakhusus,“17
Ariani, Hani Puspita. 2018. Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan Anak dalam Kondisi
Rentan untuk Mahasiswa Kesehatan.Yogyakarta:

Husaini Usman, S. A. (2014). Pengantar Statistika. Bumi Aksara.


Khairun Nisa, Sambira Mambela, and Luthfi Isni Badiah, “Karakteristik dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus,”

https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1632.
Mardi fitri, na’imah, “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak Usia Dini”. Al-
Atfhaal. (Vol.1: No.1). hlm. 5.
Mega Iswari (PLB FIP Universitas Negeri Padang), 2007, “Pendidikan Kecakapan Hidup Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus,”

http://repository.unp.ac.id/1019/1/MEGA ISWARI_286_09.pdf.
Nandiyah Abdullah, “MengenalAnak Berkebutuhan Khusus,” Magistra
25, no. 86 (2013): 1–10,
https://www.academia.edu/31661651/Mengenal_Anak_Berkebutuhan_Khusus.

Anda mungkin juga menyukai