Anda di halaman 1dari 29

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH REMAJA


DI KOTA TEPIAN SAMARINDA
(Studi Kasus di Polresta Samarinda)

SKRIPSI

Oleh :

DHARMA ADHY WICAKSANA

21501021143

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2021
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH REMAJA
DI KOTA TEPIAN SAMARINDA
(Studi Kasus di Polresta Samarinda)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Oleh :

DHARMA ADHY WICAKSANA

21501021143

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2021

i
RINGKASAN

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN


NARKOTIKA OLEH REMAJA DI KOTA TEPIAN SAMARINDA

(Studi Kasus di Polresta Samarinda)

Dharma Adhy Wicaksana


Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Pada skripsi ini, penulis mengangkat judul Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Remaja di Kota Tepian Samarida. Judul tersebut
dilatarbelakangi oleh Permasalahan yang terjadi di Kota Samarinda adalah semakin
banyaknya kasus penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja, hal ini merupakan
peringatan terhadap Kepolisian Polresta Samarinda untuk melakukan upaya mengatasi
masalah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau dan menganalisis upaya
yang dilakukan oleh Kepolisian Polresta Samarinda dalam menanggulangi penyalahgunaan
narkotika di kalangan remaja beserta hambatan yang dialami. Upaya yang telah dilakukan
berupa upaya preventif dan represif. Hambatan yang dialami oleh Kepolisian adalah
keterbatasan sumber daya manusia, sarana prasarana dan terputusnya komunikasi. Hambatan
tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan fasilitas yang ada dapat tetap dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan wewenang Kepolisian Polresta Samarinda dengan senantiasa aktif dalam
menyampaikan kekurangan kepada pihak atasan yaitu, kurangnya sumber daya manusia dan
sarana prasarana. Meningkatkan sosialisasi di kalangan masyarakat berupa penyampaian
informasi bahaya narkotika, agar terjadi kesadaran dilingkungan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, skripsi ini mengangkat permasalahan : 1. Berapa
jumlah data remaja yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kota Tepian
Samarinda? 2. Apa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika di Kota Tepian Samarinda? 3. Apa upaya yang dilakukan Polresta
Samarinda untuk menanggulangi masalah tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
remaja? 4. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Polresta Samarinda dalam penanggulangan
tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja?. Tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui jumlah data pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja
di Kota Tepian Samarinda, Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan remaja melakukan
tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kota Tepian Samarinda, Untuk mengetahui upaya
yang dilakukan Polresta Samarinda dalam menanggulangi masalah tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja, Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh
Polresta Samarinda dalam penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
remaja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan secara
yuridis empiris yang dengan kata lain penelitian lapangan, yaitu sesuatu penelitian yang
dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau keadaan nyata yang terjadi di masyarakat
dengan maksud untuk mengetahui dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan,
setelah data yang di butuhkan terkumpul,kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang
pada akhirnya menuju pada penyelesaian masalah.

viii
Hasil penelitian ini diketahui bahwa dari segi kuantitas jumlah tersangka dalam kasus
kejahatan penyalahgunaan narkotika yang menempati urutan tertinggi adalah pada tersangka
yang merupakan pengangguran yaitu sebesar 488 dari total tersangka 2.175. Hal ini dapat kita
lihat dari jumlahnya yang menurun di tahun 2017 dan 2018, namun meningkat lagi di tahun
2019. Sedangkan jumlah tersangka untuk pelajar SMA dan mahasiswa jika di total berjumlah
54 dari jumlah total tersangka 2.175. Dari beberapa limpahan perkara kasus narkotika ke
Kejaksaan Negeri Samarinda, sebagaimana yang di jelaskan oleh Kasi Pidsus Agus
Puwantoro,SH dari beberapa limpahan perkara, P21 (hasil lengkap penyidikan Kepolisian)
lebih banyak tuntutan dakwaan kepada terdakwa penyalahgunaan narkotika golongan 1,
seperti : Terdakwa telah “Tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika golongan 1 bukan tanaman,” Diancam pidana dalam pasal 112
ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Terdakwa telah “Tanpa hak dan
melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara
dalam jual beli, menukarkan atau menyerahkan Narkotika golongan 1 dalam bentuk bukan
tanaman jenis sabu-sabu,” Diancam pidana dalam pasal 114 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, Terdakwa telah melakukan “Penyalahgunaan Narkotika Golongan 1 bagi
diri sendiri,’’ Diancam pidana dalam pasal 127 ayat (1) huruf a UU RI. No. 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, Terdakwa yang telah “Dengan sengaja tidak melaporkan adanya tindak
pidana tanpa hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan,
menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi pelantara dalam jual beli,
menukarkan atau menyerahkan Narkotika golongan 1’’ Diancam pidana dalam pasal 131 UU
RI. No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Begitupula di beberapa Tahun kebelakang yang
memang tercatat peningkatan kasus penyalahgunaan narkotika lebih banyak ketimbang di
tahun berikutnya, dari Tahun 2016 hingga Tahun 2019 salah satu Jaksa Penuntut Umum yang
juga pernah menangani perkara narkotika yakni Jaksa Gilang Gemilang,SH.,MH dan Jaksa
Florencia Timbuleng,SH. tercatat lebih banyak menangani perkara terdakwa penyalahgunaan
narkotika golongan 1.

Kata kunci: Penanggulangan Pidana, Penyalahgunaan Narkoba, Remaja.

ix
SUMMARY

A CRIMINOLOGICAL REVIEW OF THE CRIMINAL ACTION OF DRUG

ABUSE BY Adolescents in the TEPIAN CITY OF SAMARINDA

(Case Study at the Samarinda Police)

Dharma Adhy Wicaksana


Faculty of Law, Islamic University of Malang

In this thesis, the author raises the title Criminological Review of the Crime of

Narcotics Abuse by Teenagers in the City of the Edge of Samarida. The title is motivated by

the problems that occur in the city of Samarinda is the increasing number of cases of drug

abuse among teenagers, this is a warning to the Samarinda Police to make efforts to

overcome these problems. The purpose of this study was to review and analyze the efforts

made by the Samarinda Police in tackling narcotics abuse among adolescents and the

obstacles they experienced. Efforts have been made in the form of preventive and repressive

efforts. The obstacles experienced by the Police are limited human resources, infrastructure

and communication breakdowns. These obstacles can be overcome by utilizing existing

facilities and can continue to be carried out in accordance with the duties and authorities of

the Samarinda Police by always being active in conveying deficiencies to the superiors,

namely, the lack of human resources and infrastructure. Increasing socialization among the

community in the form of delivering information on the dangers of narcotics, so that there is

awareness in the community.

Based on this background, this thesis raises the following issues: 1. What is the data on

youth who commit criminal acts of narcotics abuse in the City of Tepian Samarinda? 2. What

are the factors that cause teenagers to commit narcotics abuse crimes in the City of Tepian

Samarinda? 3. What are the efforts made by the Samarinda Police to tackle the problem of

x
criminal acts of drug abuse by teenagers? 4. What are the obstacles faced by the Samarinda

Police in dealing with criminal acts of drug abuse by teenagers?. The purpose of this study

was to determine the amount of data on perpetrators of criminal acts of narcotics abuse by

teenagers in the City of Tepian Samarinda, To determine the factors that cause adolescents to

commit criminal acts of drug abuse in the City of Edge of Samarinda, To find out the efforts

made by the Samarinda Police in tackling the problem of criminal acts of abuse. narcotics by

teenagers, To find out the obstacles faced by the Samarinda Police in overcoming criminal

acts of drug abuse by teenagers. The method used in this research is an empirical juridical

approach which in other words is field research, which is a research conducted on the actual

situation or real conditions that occur in society with the intention of knowing and finding the

facts and data needed, after the data has been collected. What is needed is collected, then

leads to problem identification which ultimately leads to problem solving.

The results of this study indicate that in terms of quantity, the number of suspects in

narcotics abuse cases which ranks highest is the suspect who is unemployed, which is 488 of

the total 2,175 suspects. We can see this from the number which decreased in 2017 and 2018,

but increased again in 2019. Meanwhile, the number of suspects for high school students and

university students totaled 54 of the total number of 2,175 suspects. From several overflow

cases of narcotics cases to the Samarinda District Prosecutor, as explained by the Head of

Special Investigations Agus Puwantoro, SH. From several overflow cases, P21 (complete

results of Police investigations) more demands for charges against defendants of narcotics

abuse group 1, such as: The defendant has " Without rights or against the law owning,

storing, controlling, or providing Narcotics group 1 is not a plant, "Threatened criminal in

article 112 paragraph (1) of Law no. 35 of 2009 concerning Narcotics, the Defendant has

"without rights and against the law offered to sell, sell, buy, receive, become an intermediary

in buying and selling, exchanging or surrendering Narcotics group 1 in the form of non-plant

xi
species of methamphetamine," is threatened with criminal in article 114 paragraph (1) of

Law no. 35 of 2009 concerning Narcotics, the Defendant has committed "Abuse of Class 1

Narcotics for himself," is threatened with criminality in article 127 paragraph (1) letter a of

the Republic of Indonesia Law. No. 35 of 2009 concerning Narcotics, the defendant who has

"deliberately failed to report a criminal act without rights and against the law owns, keeps,

controls, or provides, offers for sale, sells, buys, accepts, becomes intermediaries in buying

and selling, exchanging or delivering Narcotics group 1'' Is punishable by a criminal offense

under Article 131 of the Law of the Republic of Indonesia. No. 35 of 2009 concerning

Narcotics. Likewise, in the past few years, more narcotics abuse cases have been recorded

than in the following year, from 2016 to 2019 one of the Public Prosecutors who has also

handled narcotics cases, namely Prosecutor Gilang Gemilang, SH., MH and Prosecutor

Florencia Timbuleng.

Keywords: Prevention of Criminal Acts, Drug Abuse, Adolescents

xii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki hukum

atau aturan-aturan untuk mengatur tata kehidupan masyarakat agar menciptakan

keamanan, ketertiban dan kesejahteraan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai negara yang memiliki kekuatan

hukum, penegakan hukum merupakan pusat dan elemen penting dalam menciptakan

cita-cita bangsa Indonesia. Penegakan hukum ialah proses dilakukannya upaya dan

usaha untuk tegaknya dan berfungsinya norma atau aturan mengenai hukum dalam

kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Penegakan hukum ini telah menjadi sorotan

oleh masyarakat maupun media yang menganggap penegakan hukum sebagai senjata

untuk melawan semua jenis kejahatan yang semakin hari semakin merajalela dan

berkembang di lingkup masyarakat maupun di lingkup pemerintahan. Para penegak

hukum dituntut untuk menyelesaikan permasalahan hukum untuk menemukan suatu

keadilan dan kepastian hukum.

Dari berbagai jenis permasalahan atau tindak pidana yang terjadi usia bukan

menjadi alasan, para pelaku tindak pidana bisa berasal dari anak-anak bahkan hingga

orang dewasa. Pada zaman milenial seperti ini, banyak terjadi fenomena pelaku tindak

pidana adalah anak-anak dibawah umur atau yang sering disebut dengan istilah remaja.

Tindak pidana yang sangat sering dilakukan oleh para remaja tersebut salah satunya

adalah penyalahgunaan narkotika. Penyalahgunaan narkotika oleh anak-anak dibawah

umur semakin meningkat setiap tahunnya bahkan hingga tingkat yang sangat

mengkhawatirkan, karena anak-anak inilah yang nantinya akan menjadi generasi

penerus bangsa Indonesia.

1
2

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia

yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki

peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan

perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan pekembangan fisik mental, dan

sosial utuh, serasi, selaras, dan seimbang1

Perkembangan penyalahgunaan narkotika semakin hari semakin meningkat di

masyarakat, pemerintah telah menerbitkan aturan yang mengatur tentang

penayalahgunaan narkotika yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35

Tahun 2009 Tentang Narkotika. Sedangkan Anak yang menjadi pelaku tindak pidana

atau kejahatan diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sedangkan anak sebagi korban diatur

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang perubahan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak. Oleh karena itu setiap tindak pidana yang dilakukan oleh anak diselesaikan

melalui peradilan yang mana proses penyelesaiannya menggunakan mekanisme yang

berbeda dari pengadilan pada umumnya. Narkotika merupakan bahan atau obat yang

bermanfaat di segala bidang, yaitu pada bidang pengobatan, pelayanan kesehatan dan

bidang ilmu pengetahuan, namun di sisi lain jika narkotika salah digunakan makan

dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan kepada pengguna narkotika

tanpa adanya pengendalian atau pengawasan yang ketat dan seksama. Narkotika

dianggap sebagai pedang bermata dua, disatu sisi narkotika sangat dibutuhkan dalam

dunia medis dan ilmu kesehatan, dan disisi lain penyalahgunaan narkotika sangat

membahayakan pemakainya.

1
Mohammad Taufik Makarao, Wenny Bukamo, dan Syaiful Azri, 2013, Hukum Perlindungan Anak dan
Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta, h. 1
3

Istilah Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau naurke yang berarti

terbius sehingga tidak merasakan apa-apa.Narkotika berasal dari perkataan narcotic

yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek

stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.2 Masalah narkotika saat ini telah

merasuki semua elemen bangsa, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari

kalangan bawah sampai pejabat, bahkan kalangan politisi dan penegak hukum juga

tidak steril dari penyalahgunaan narkotika, sehingga upaya pemberantasannya tidak

cukup hanya ditangani oleh pemerintah dan aparat penegak hukum saja melainkan

perlu melibatkan seluruh masyarakat untuk berperan dan berpartisipasi aktif dalam

pencegahan dan pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan peredaran narkotika.

Sebuah Contoh Kasus, dimana Samarinda sebagai ibukota provinsi di Kalimantan

timur ini kembali menghebohkan masyarakat dengan kembali adanya penangkapan

pelaku tindak pidana narkotika, yang mana pada bulan-bulan sebelumnya telah

beberapa kali Satresnarkoba Polresta Samarinda menangkap para pengedar, dan tak

lepas dari itu kejadian penangkapan di Jl.Kesejahteraan gg.1, Kecamatan Sungai pinang

Samarinda yang sempat menghebohkan warga Kota Tepian Samarinda dimana polisi

berhasil menangkap 11 warga dalam gang tersebut, berusia remaja dan orang tua yang

mana sudah menjadi target Satresnarkoba karena diketahui adanya 8 pengedar dan

pemakai di sebuah gang tersebut, bukti yang didapati pun banyak selain 33 paket sabu-

sabu yang terbungkus dan alat hisap, juga 10 ponsel dan 7 sepeda motor di amankan

satresnarkoba3

2
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkotika dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 78
3
diunduh jam 15.21, tanggal 23-04-2019
http:///rri.co.id/post/berita/664485/sigap_polri/bnn_kaltim_grebek_kampung_narkoba_di_samarinda.html
4

Berdasarkan contoh kasus diatas, maka perlunya pengawasan terhadap anak-anak

terlebih ketika mereka memasuki usia remaja, karena ada kecendrungan pengedar dan

bandar narkotika yang mana saat ini lebih suka menggunakan anak-anak sebagai

sasaran utama berkembangnya bisnis narkotika salah satunya menjadikan anak-anak

tersebut sebagai kurir dalam mengedarkan narkotika. Untuk bahan utama penelitian,

penulis menggunakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

untuk ancaman pidana penyalahgunaan narkotika terdapat pada pasal 127 Undang-

Undang tersebut. Bagi anak-anak atau remaja yang melalukan tindak pidana ancaman

pidana penjaranya adalah setengah dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang

dewasa, hal itu tertera pada Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Berdasarkan uraian dan paparan diatas, maka penulis tertarik mengadakan dan

melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul “TINJAUAN

KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

OLEH REMAJA DI KOTA TEPIAN SAMARINDA ( STUDI KASUS DI

POLRESTA SAMARINDA )“

B. Perumusan Masalah

Dari paparan latar belakang tersebut diatas, ada beberapa hal yang dapat

diidentifikasikan dan menarik untuk dibahas dalam penelitian ini, sehingga Penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapa jumlah data remaja yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan

narkotika di Kota Tepian Samarinda?

2. Apa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika di Kota Tepian Samarinda?


5

3. Apa upaya yang dilakukan Polresta Samarinda untuk menanggulangi masalah

tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja?

4. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Polresta Samarinda dalam

penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan ini adalah ingin memaparkan dan mengetahui lebih jelas

sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti oleh penulis maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui jumlah data pelaku tindak pidana penyalahgunaan

narkotika oleh remaja di Kota Tepian Samarinda.

2. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak pidana

penyalahgunaan narkotika di Kota Tepian Samarinda.

3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Polresta Samarinda dalam

menanggulangi masalah tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja.

4. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh Polresta Samarinda dalam

penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian skripsi ini antara lain :

Manfaat Teoritis :

1. Diharapakan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan ilmu

hukum pada khusunya tindak pidana narkotika yang dilakukan oleh generasi

remaja yang masih dibawah umur.

2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai

dengan bidang penelitian yang penulis teliti.


6

Manfaat Praktis :

1. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi

hukum dan instansi terkait tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika

oleh remaja.

2. Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak Polresta Samarinda dalam rangka menanggulangi tindak pindana

penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kota Tepian Samrinda.

E. Orisinalitas Penelitian

Berkaitan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang sama

berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan atas penelitian tersebut

terdapat beberapa persamaan, perbedaan, kontribusi dan nilai kebaruan jika

dibandingkan dengan eksistensi penelitian ini :

Tesis yang pertama, dengan judul “TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK

PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL

DI PALEMBANG” yang disusun oleh Ramadhani mahasiswa Univeritas Sriwijaya

Palembang. Pada penelitian ini, memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis, yakni sama-sama mengkaji dan menganalisis tentang tindak pidana

penyalahgunaan narkotika. Sedangkan perbedaannya adalah pada tesis ini objeknya

ialah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kontribusi atas penelitian tersebut, berguna untuk

mengetahui faktor dan upaya hukum yang dilakukan jika terjadi penyelahgunaan

narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil, salah satunya dengan cara melakukan razia rutin

dan tes urine kepada yang bersangkutan.

Tesis yang kedua, dengan judul “TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA OLEH ANAK DI KABUPATEN SLEMAN” yang disusun oleh


7

Sainrama Pikasani , mahasiswa Universitas Islam Indonesia Jogjakarta, memiliki

kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama membahas dan mengkaji

mengenai tindak pidana penyalahgunaan narkotika di kalangan anak dibawah umur,

sedangkan untuk perbedaannya adalah pada penelitian ini hanya membahas faktor,

upaya serta hambatan, sedangkan pada penelitian tersebut terdapat cara penegakan

hukum yaitu meliputi penyelidikan, penyidikan dan rehabilitasi baik rehabilitasi medis

maupun rehabilitasi nasional. Kontribusi atas penelitian ini adalah sebagai tambahan

wawasan penegakan hukum atau rehabilitasi mana yang cocok digunakan kepada

pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak dibawah umur atau remaja.

Berdasarkan persamaan, perbedaan dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap-tiap

penelitian tersebut, terdapat kebaruan atas penelitian ini, yakni:

No. PROFIL JUDUL


1. RAMADHONI TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK
SKRIPSI PIDANA PENYALAHGUNAAN
UNIVERSITAS NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI
SRIWIJAYA SIPIL DI PALEMBANG
ISU HUKUM
1. Apakah faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil
di Palembang?
2. Bagaimana upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai
Negeri Sipil di Palembang?
HASIL PENELITIAN
1. Faktor penyebab penyalahgunaan narkotika oleh Pegawai Negeri Sipil
Palembang yaitu faktor intern (dalam), rasa ingin tahu serta coba-coba, mental
yang lemah dan gangguan mental yang dimiliki oleh seseorang dan extern
(luar) dari Pegawai Negeri Sipil sebagai individu pelaku kejahatan
penyalahgunaan narkotika, yaitu lemahnya keimanan, pengaruh lingkungan
yang buruk, perkembangan teknologi yang tidak disikapi dengan bijak.
2. Upaya pennanggulangan penyalahgunaan narkotika dilakukan secara preventif
8

dan represif. Dengan sarana penal dan non-penal. Upaya preventif yang
dilakukan ialah melakukan razia rutin dan pemasangan reklame spanduk
tentang bahaya narkotika disetiap instansi pemerintahan. Upaya represif yang
dilakukan yaitu penindakan hukum secara tegas bagi Pegawai Negeri Sipil
yang melakukan penyalahgunaan narkotika.
PERSAMAAN Mengkaji dan menganalisis tentang tindak pidana
penyalahgunaan narkotika.
PERBEDAAN Objeknya ialah Pegawai Negeri Sipil (PNS).
KONTRIBUSI Untuk mengetahui faktor dan upaya hukum yang
dilakukan jika terjadi penyelahgunaan narkotika
oleh Pegawai Negeri Sipil, salah satunya dengan
cara melakukan razia rutin dan tes urine kepada
yang bersangkutan.
No. PROFIL JUDUL
2. TINJAUAN KRIMINOLOGI DAN
SAINRAMA PIKASANI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP
SKRIPSI TINDAK PIDANA
UNIVERSITAS ISLAM PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
INDONESIA JOGJAKARTA OLEH ANAK DI KABUPATEN
SLEMAN
ISU HUKUM
1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh anak di kabupaten Sleman?
2. Bagaimana pencegahan dan penegakan hukum tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh anak di Kabupaten Sleman?
HASIL PENELITIAN
1. Dalam kasus penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Sleman, menurut Iptu
Yulianto S.H, faktor lingkunganlah yang paling mendominasi dalam penyebab
terjadinya penyalahgunaan narkotika oleh anak.
2. Dari penelitian yang dilakukan di BNN Sleman, penulis memperoleh data
bahwa Kabupaten Sleman merupakan kabupaten dengan intensitas tertinggi
dalam penyalahgunaan narkotika di DIY yang kemudian Kota Yogyakarta di
posisi kedua dan Kabupaten Bantul di posisi ketiga. Kecamatan di Kabupaten
9

Sleman yang mendominasi adanya tindak pidana penyalahgunaan narkotika,


yaitu kecamatan Depok menduduki posisi teratas dalam penyalahgunaan
narkotika yang disusul kecamatan Mlati dan Kalasan.
3. Terkait dengan penegakan hukum, BNN Sleman selaku lembaga yang
bertanggung jawab atas tindak pidana penyalahgunaan narkoba selalu
melakukan rehabilitasi bagi pecandu narkoba sesuai dengan tugasnya. Dalam
penanganan bagi pecandu pun berbeda-beda dikarenakan pecandu narkoba di
ibaratkan sebagai penyakit yang sewaktu-waktu dapat kambuh. Melakukan
penanganan bagi pecandu narkoba, rehabilitasi juga harus menyesuaikan
tingkat ketergantungan (dependensi) dari pecandu karena rehabilitasi tidak
semata-mata hanya dilakukan untuk membuat pecandu merasa menyesal,
namun rehabilitasi harus membuat pelaku benar-benar lepas dari narkoba
sebagaimana harus ada efek jera untuk melakukan penyalahgunaan narkoba
dalam rehabilitasi.
4. Namun dalam proses penegakan hukum dalam perkara tindak pidana
penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak di Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta belum pernah dilakukan diversi oleh aparat
Kepolisian. Pihak Kepolisian tidak memberikan keterangan pasti tentang tidak
dilakukanya diversi dalam perkara tersebut. Dalam proses penegakan hukum
dan pemberantasan narkotika kendala-kendala yang dihadapi oleh POLRES
Sleman khususnya satuan narkoba dalam kasus penyalahgunaan narkotika oleh
anak antara lain: a. kurangnya personil dalam melakukan proses penegakan
hukum dan pemberantasan narkotika, mengingat wilayah Kabupaten Sleman
yang luas; dan b. peralatan yang kurang memadai, dalam hal ini perlunya
peremajaan alat-alat untuk mendukung proses penegakan hukum dan
pemberantasan narkotika di Kabupaten Sleman.
PERSAMAAN Membahas dan mengkaji mengenai tindak pidana
penyalahgunaan narkotika di kalangan anak
dibawah umur.
PERBEDAAN Pada penelitian ini hanya membahas faktor, upaya
serta hambatan, sedangkan pada penelitian tersebut
terdapat cara penegakan hukum yaitu meliputi
penyelidikan, penyidikan dan rehabilitasi baik
10

rehabilitasi medis maupun rehabilitasi nasional.


KONTRIBUSI Sebagai tambahan wawasan penegakan hukum atau
rehabilitasi mana yang cocok digunakan kepada
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh anak dibawah umur atau remaja.
Sedangkan pada penelitian ini adalah

PROFIL JUDUL

TINJAUAN KRIMINOLOGIS

DHARMA ADHY WICAKSANA TINDAK PIDANA

SKRIPSI PENYALAHGUNAAN

UNIVERSITAS ISLAM NARKOTIKA OLEH REMAJA


MALANG
DI KOTA TEPIAN SAMARINDA

(Studi Kasus di Polresta Samarinda)

ISU HUKUM

1. Berapa jumlah data remaja yang melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika
di Kota Tepian Samarinda?
2. Apa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak pidana penyalahgunaan
narkotika di Kota Tepian Samarinda?
3. Apa upaya yang dilakukan Polresta Samarinda untuk menanggulangi masalah tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja?
4. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh Polresta Samarinda dalam penanggulangan
tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja?
NILAI KEBARUAN

1. Data anatomi kasus dijajaran Polresta Samarinda yang mencakup keseluruhan


jumlah kasus, pelaku, status, jenis narkotika, hukuman pidana, rehabilitasi di
sepanjang periode 2016-2019 di wilayah hukum Polresta Samarinda.
2. Keterbatasannya Laboraturium Forensik untuk melakukan pengecekan Barang bukti.
3. Masa pandemi yang memberatkan Satuan Reserse Narkoba wajib dengan prokes.
11

F. Metode Penelitian

Untuk membahas masalah yang dikemukakan diatas,maka penulis menggunakan

metode sebagai salah satu prosedur dan tata cara penulisan skripsi serta acuan dalam

landasan penulisan maka berikut ini adalah metode penelitian yang penulis gunakan :

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis metode yang penulis gunakan adalah metode

pendekatan secara yuridis empiris yang dengan kata lain penelitian lapangan,

yaitu sesuatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan sebenarnya atau

keadaan nyata yang terjadi di masyarakat dengan maksud untuk mengetahui

dan menemukan fakta-fakta dan data yang dibutuhkan, setelah data yang di

butuhkan terkumpul,kemudian menuju kepada identifikasi masalah yang pada

akhirnya menuju pada penyelesaian masalah4

Metode pendekatan yuridis empiris ini digunakan dalam penelitian

mengenai kajian yuridis atas tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh

remaja di Kota Tepian Samarinda. Karena permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini membutuhkan data sekunder dan data tersebut akan dianalisa

untuk menemukan jawaban permasalahan yang muncul dari penelitian ini.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penulisan ini,penulis menggunakan pendekatan sosiologis untuk

memperoleh data dalam lapangan dan mengkaji permasalahan hukum dalam

kehidupan masyarakat yang akan dikaitkan dengan peraturan-peraturan hukum

yang berlaku yang akan di teliti oleh penulis. Pendekatan sosiologis adalah

4
Bambang Waluyo, (2002), Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, h. 16
12

pendekatan yang mengidentifikasi dan mengkonsepsikan hukum sebagai

instusi fungsional yang riil.5

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian skripsi ini berada di Polresta Samarinda, beralamatkan

di Jl. Slamet Riyadi Nomor 1, Karang Asam Ulu, Kec. Sungai Kunjang, Kota

Samarinda, Kalimantan Timur. Di tempat inilah penulis memperoleh data yang

digunakan untuk membuat skripsi ini.

4. Sumber Data

Sumber data adalah subyek atau segala sesuatu yang dapat memberikan

informasi mengenai data-data. Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data

primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Menurut Hasan (2002: 82) data primer adalah data yang diperoleh

secara langsung dari sumber pertama yang terkait dengan permasalahan

yang akan dibahas. Sumber data primer dari skripsi ini adalah hasil yang

diperoleh dari wawancara yang dilakukan secara bebas pada

penyidik/Satresnarkoba di Polresta Samarinda Kota.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi dokumen,data

sekunder ini sebagai pelengkap dari sumber data primer ( Hasan 2002:

58). Sumber data sekunder ini diperoleh dari bahan-bahan hukum yaitu,

Undang-undang yang berkaitan dengan skripsi ini, buku-buku, hasil

penelitian,jurnal hukum,kamus hukum, serta tulisan yang berkaitan

5
Soerjono Soekanto, (1986), Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit UI: Jakarta, h.51
13

dengan penelitian yang dilakukan. Bahan-bahan hukum terbagi menjadi

bahan hukum primer,bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

• Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yang digunakan terdiri dari peraturan

perundang-undangan, catatan resmi, risalah dalam pembuatan

perundang-undangan.6

Bahan hukum primer pada penelitian ini adalah:

 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945

 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia

 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindunngan anak

 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem

Perlindungan Anak

• Bahan Hukum Sekunder

Adalah studi kepustakaan yang antara lain meliputi

makalah atau jurnal dan buku literatur seperti pendapat para

pakar yang dapat memberikan penjelasan lebih dari bahan

6
Peter Mahmud Marzuki, (2011), Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, h. 93
14

hukum primer, yang berisi dasar-dasar ilmu hukum dan

pandangan klasik para sarjana yang mempunyai kualifikasi

tinggi.7

• Bahan Hukum Tersier

Adalah buku-buku yang berisi petunjuk tentang suatu

kalimat atau istilah-istilah tertentu,antara lain kamus hukum,

kamus besar bahasa Indonesia,dan kamus bahasa Inggris.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan

Dalam penelitian lapangan ini cara penulis mengumpulkan data di

Polresta Samarinda.

• Wawancara

wawancara secara langusng, yaitu peneliti berhadap langsung

dengan sumber data (responden) untuk menanyakan secara lisan hal-

hal yang diinginkan dan jawaban dari responden dicatat oleh peneliti.8

Melalui wawancara ini peneliti mencari data, informasi, dan kerangka

keterangan dari subjek penelitian. Wawancara pada penelitian ini

dilakukan kepada penyidik/Satresnarkoba di Polresta Samarinda

Kota.

• Dokumentasi

Penggunaan dokumen dalam berbagai penelitian sudah lama

digunakan, dokumentasi digunakan sebagai sumber data dan

dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Dokumentasi ini

digunakan untuk mendukung dan menlengkapi data-data yang

7
Peter Mahmud Marzuki, (2011), Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, h. 142
8
Rianto Adi , (2010), Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit:Jakarta, h.98
15

diperlukan pada penelitian ini. Sumber tertulis, atau gambar

berbentuk dokumen resmi, majalah, buku, arsip, dokumen pribadi dan

foto yang terkait dengan permasalahan penelitian. 9

b. Penelitian kepustakaan pengumpulan data dari literatur

Penulis menggunakan tinjauan kepustakaan agar melengkapi

beberapa informasi secara tertulis pada buku, untuk mengumpulkan

berbagai macam data dengan membaca dan menelusuri beberapa

literatur yang berhubungan dengan apa yang akan dibahas oleh penulis.

6. Populasi, sampel, dan teknik sampling

Menurut Sujarwo, populasi adalah semua objek atau bagian yang akan

diteliti,karena terkadang populasi sangat luas dan besar,maka hanya diambil

sebagian saja, ini yang disebut dengan sampel. Pada penelitian ini populasi

yang diambil adalah pelaku tindak pidana dibawah umur atau remaja.

Sedangkan sampel yang diambil adalah pelaku tindak pidana penyalahgunaan

narkoba yang dibawah umur atau remaja.

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

Purposive Sampling, yaitu teknik mengambil sampel yang tidak melihat

berdasarkan random, namun berdasarkan dengan pertimbangan tertentu yang

sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2009: 85) adalah teknik

penentuan sampel dengan petimbangan tertentu. Pengambilan teknik sampling

ini dikarenakan untuk mencari objek sasaran sesuai tujuan penelitian, yaitu

pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dibawah umur atau

remaja.

9
Sudarto, (2002), Metodologi Penelitian Filsafat, Raya Grafinfo: Jakarta, h.71
16

7. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan untuk menganalisis

data menemukan apa yang penting untuk dipelajari, dan menemukan apa yang

harus diceritakan kepada orang lain.10 Data-data yang diperoleh dari hasil

penelitian ini kemudian di analisis dengan metode deskriptif kualitatif yaitu

data yang diperoleh dari Polresta Smarinda, lalu menggunakan metode berfikir

indukatif yang artinya cara berpikir yang bertitik tolak dari hal-hal yang

khusus lalu menarik kesimpulan dari permasalahan yang dibahas secara

khusus.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran keseluruhan sistematika terhadap penulisan skripsi

ini, penulis membagi sistematika menjadi 4 (empat) bab,yaitu bab pertama adalah

pendahuluan,bab kedua adalah tinjauan pustaka, bab ketiga adalah hasil penelitian dan

pembahasan dan yang terakhir bab keempat adalah kesimpulan dan saran beserta

dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran, yang jika disusun secara sistematis oleh

penulis,maka sebagai berikut :

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai Latar Belakang Permasalahan,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Orisinalitas Penelitian,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai Kriminologi, Tindak Pidana,

Narkotika, Penyalahgunaan Narkotika dan Remaja

10
Lexy J, (2010), Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya: Jakarta, h. 248
17

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi dari hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan gambaran umum

lokasi, faktor yang menjadi penyebab remaja melakukan tindak pidana penyalahgunaan

narkotika di Kota Tepian Samarinda, upaya yang dilakukan Polresta Samarinda untuk

menanggulangi penyalahgunaan narkotika dan hambatan yang dialami Polresta

Samarinda dalam penanggulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika di Kota

Samarinda.

BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini memuat dua sub bab, yaitu kesimpulan yang akan memberikan

kesimpulan secara keseluruhan dari permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Sub

bab yang kedua adalah saran, dimana penulis akan memberikan saran sebagai

sumbangan pemikiran dari penulis.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari uraian pada bab sebelumnya maka penulis dalam bab ini akan

memaparkan kesimpulan dan implikasi yang diperlukan. Maka dengan analisa bab III

penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba di wilayah tepian Kota Samarinda dari tahun

2016-2019 menunjukkan adanya penurunan dan berkurang. Pada tahun 2016

terdapat 509 kasus, tahun 2017 terdapat 408 kasus, tahun 2018 terdapat 326 kasus

dan tahun 2019 terdapat 316 kasus. Hal ini menunjukkan upaya yang dilakukan oleh

Polresta Samarinda berhasil untuk mengurangi tindak pidana penyalahgunaan

narkoba.

2. Faktor- faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika oleh remaja di tepian

Kota Samarinda adalah:

a. Faktor penyebab remaja menggunakan atau mengkonsumsi narkoba yaitu karena

faktor depresi, dimana keinginan para remaja tidak sesuai dengan kehidupan

nyata, dan di dalam keluarga terjadi ketidak harmonisan atau hubungan interaksi

yang baik

b. Faktor penyebab remaja menggunakan atau mengkonsumsi narkoba yaitu karena

faktor coba-coba , dimana usia remaja lebih mementingkan perasaan penasaran

dan rasa ingin tau akan sesuatu yang baru tanpa memikirkan baik buruk

kedepannya.

c. Faktor penyebab remaja menggunakan atau mengkonsumsi narkoba juga

dikarenakan pada faktor lingkungan , seperti bujukan atau ajakan teman

sepermainan.

62
63

3. Hambatan Polresta Samarinda untuk menaggulangi masalah penyalahgunaan

narkoba adalah kurangnya jumlah anggota dari standar dan bocornya informasi

ketika akan melakukan razia diakui menjadi hambatan dari dalam yang sering

terjadi, hal ini yang membuat Polresta Samarinda akan menambah anggota

khususnya dalam bidan menangani penyelahgunaan narkoba.

4. Dalam hal penanggulangan penyalahgunaan narkotika, dilakukan upaya pencegahan

dan penindakan, meliputi:

a. Upaya Pre-Emtif, adalah upaya awal untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan

narkotika dikalangan remaja, contoh upaya ini adalah menanamkan nilai-nilai

moral seperti nilai agama.

b. Upaya Preventif, yaitu upaya pencegahan sebelum tindak pidana itu terjadi, hal

ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan hukum terhadap para remaja.

Polresta samarinda secara teratur memberikan penyuluhan di sekolah-sekolah dan

organisasi tentang bahaya menyalahgunakan narkoba.

c. Upaya Represif, dilakukan agar para korban penyalahgunaan tidak melakukan

kembali kesalahan yang sama.


64

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis ingin memberikan beberapa saran

yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan adalah:

1. Perlunya penanaman dan pendalaman ilmu agama dan pembinaan moral akhlak

yang baik sejak dini kepada para remaja.

2. Memberikan arahan dan pemahaman kepada para remaja tentang narkotika

merupakan barang yang tidak benar dan jika dipersalahgunakan menimbulkan

dampak negatif bagi pemakai.

3. Meningkatkan komunikasi antar tokoh masyarakat, tokoh agama dan orang tua

dalam menjaga dan mencegah terjadinya perbuatan penyalahgunaan narkotika di

lingkungan tempat tinggalnya.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Anang Iskandar, 2019, Penegakan Hukum Narkotika, PT. Elex Media, Jakarta

AR. Sujono dan Bony Daniel, 2013, Komentar dan Pembahasan Undang – Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

Barda Nawawi Arief, 2010, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana
dalam Penanggulangan Kejahatan, Jakarta: Kencana

Bambang Waluyo, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta

Dharana Lastarya, 2006, Narkoba Perlukah Mengenalnya Pakarkarya, Jakarta

Drs.Lamintang, 2013, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung

Elisabeth B Hurlock, 2000, Development Psychology, A life Span Approach, terjemahan


Istiwidayati dan Sujarwo, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta

I.S. Susanto. 2011. Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta

Made Sadhi Astuti, 2003, Hukum Pidana Anak dan Perlindungan Anak, Universitas Negeri
Malang, Malang

Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkotika dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum
Pidana Nasional, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Mohammad Taufik Makarao, Wenny Bukamo, dan Syaiful Azri, 2013, Hukum Perlindungan
Anak dan Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta,

Moh.Taufik Makarao, 2003, Suhasril, dan Moh. Zakky, Tindak Pidana Narkotika, Ghalia
Indonesia, Jakarta

Romli Atmasasmita, 1983, Problem Kenakalan Anak-Anak Remaja, Armico, Bandung

Singgih Gunarso, 1989, Perubahan Sosial dalam Masyarakat, PAU FIS UI, Jakarta

65
66

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2002 Tentang Perlindunngan anak

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Perlindungan Anak

Internet

https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/

https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-P3DI-Agustus-
2020-2046.pdf

Anda mungkin juga menyukai