TESIS
OLEH:
TESIS
OLEH:
Geng motor merupakan kelompok anak muda yang tergabung dalam suatu
komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Geng pada awalnya merupakan
komponen remaja yang memiliki tujuan yang sama. Berawal dari sekedar mencari
pengalaman yang baru, lalu kelamaan perbuatan anggota geng menjadi semakin
diluar kontrol dan berubah menjadi tindak pidana kekerasan dan kejahatan.
Contohnya merampok dan membunuh. Dalam ruang lingkup masalah kebijakan
Polresta Medan terhadap tindak pidana kejahan oleh kelompok geng motor. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana faktor penyebab terjadinya tindak
pidana kejahatan yang dilakukan geng motor di Polresta Medan, bagaimana kebijakan
Polresta Medan terhadap tindak pidana kejahatan yang dilakukan kelompok geng
motor dan hambatan apa yang dihadapi polresta Medan dalam menanggulangi tindak
pidana kejahatan yang dilakukan oleh kelompok geng motor. Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya tindak pidana
kejahatan yang dilakukan kelompok geng motor di Polresta Medan, mengenalisis dan
menjelaskan kebijakan Polresta Medan terhadap tindak pidana kejahatan yang
dilakukan oleh kelompok geng motor, dan menganalisis dan menjelaskan hambatan
yang dilakukan Polresta Medan dalam menanggulangi tindak pidana kejahatan yang
dilakukan oleh kelompok geng motor.
Penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang
menekan pada ilmu hukum. Data yang digunakan data primer dan sekunder yang
terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Teknik dan alat pengumpulan
data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan yang diperoleh langsung
dari lokasi penelitian berupa hasil wawancara terhadap petugas kepolisian. Analisis
data yang dilakukan dengan metode kualitatif.
Dari hasil penelitian disimpulkan: geng motor diwilayah hukum Polresta
Medan yaitu sudah sangat menakutkan masyarakat. Hampir setiap malam geng motor
berkonvoi dijalan sambil membawa senjata tajam berjenis golok. Hal tersebut terjadi
dikarenakan beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan, pengaruh minuman
keras, minim pendidikan formal, dan faktor dendam. Kebijakan yang dilakukan
Polresta Medan dalam menanggulangi tingkat kejahatan yang dilakukan oleh
kelompok geng motor adalah bersifat preventif yaitu, melaksanakan kegiatan patroli,
mengadakan pengerebekan terhadap penjual minuman keras, dan penyuluhan di
setiap sekolah. Upaya represif yaitu, melakukan pengejaran dan penangkapan
terhadap tersangka, mengadakan pemeriksaan tehadap tersangka beserta barang bukti,
dan selanjutnya berkas dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri untuk diproses. Adapun
hambatan yang dihadapi Polresta Medan yaitu, pelakunya adalah individu yang
dikategorikan anak yang masih dibawah umur, kecepatan berpindah geng motor antar
satu tempat ke tempat lainnya, dan minimnya jumlah anggota kepolisian.
Kata Kunci : kebijakan, tindak pidana kejahatan, geng motor
From the results of the study concluded: the motorcycle gangs in the law area of
Medan Police are very frightening to the public. Almost every night, motorcycle
gangs convoy on the street carrying sharp machetes. This happens because of several
factors including environmental factors, the influence of liquor, minimal formal
education, and revenge factors. The policy which is carried out by Medan Police in
tackling the level of crime committed by the motorcycle gang group is preventive in
nature, namely, carrying out patrol activities, conducting raids on liquor sellers, and
counseling in every school. Repressive efforts, namely, pursuing and arresting
suspects, holding checks on suspects along with evidence, and then submitting
documents to the District Prosecutor's Office for processing. The obstacles which are
faced by Medan Police, namely, the perpetrators are individuals who are categorized
as underage children, the speed of moving motorcycle gangs between one place to
another, and the minimal number of members of the police.
Secara khusus rasa terimakasih yang tak terlukiskan dan tak terucapkan
dengan kata-kata, saya sampaikan kepada :
1. Ira widyawati Napitupulu, istri tercinta saya yang selalu sabar memberikan
dorongan dan dukungan yang menyentuh hati saya dalam segala bentuknya,
yang bahkan menjadi sumber kekuatan bagi saya.
2. Pedro moses Simanjuntak anak pertama saya berumur 3 tahun yang canda
tawanya, kepolosannya dan “gangguan kecilnya” menjadi semangat juang
tersendiri bagi saya.
I. DATA DIRI
Nama : Patar Maruli Simanjuntak
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 15 April 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. HM. Joni Asrama Polisi Pasar Merah Blok
X No. 4 Kelurahan Binjai Kecamatan Medan
Denai Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.
II. KELUARGA
Ayah : Marulak Simanjuntak
Ibu : Mesta Sihotang
Adik : Marini Veronika Simanjuntak
Istri : Ira Widyawati Napitupulu
Anak : Pedro Moses Simanjuntak
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
E. Keaslian Penelitian 10
F. Kerangka Teori dan Konseptual
1. Kerangka Teori 11
2. Konseptual 18
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian 21
2. Sumber Data Penelitian 22
3. Teknik Pengumpulan Data 22
4. Tenik Analisis Data 23
A. Pengertian Kebijakan 43
B. Pengertian Kebijakan Hukum Pidana 45
C. Hubungan Hukum dengan Kebijakan Publik 46
D. Tindak Pidana Kejahatan Kelompok Geng Motor 50
E. Kebijakan Polresta Medan terhadap Tindak Pidana
Kejahatan Geng Motor 50
F. Kebijakan Penal dan Non Penal 60
A. Sanksi Pidana 66
B. Penerapan Sanksi Pidana 70
C. Penegakan Hukum Pidana terhadap Tindak Pidana Kejahatan
Geng Motor 74
A. Kesimpulan 84
B. Saran 91
DAFTAR PUSTAKA 92
A. Latar Belakang
Geng adalah kelompok remaja yang terkenal karena kesamaan latar belakang
1
sosial, sekolah, daerah, dan lain sebagainya. Geng motor merupakan kelompok
bermotor roda dua. Komunitas bermotorsaat ini bukan hanya menjadi trend
orang 2.
Sebenarnya geng-geng motor sudah ada dari tahun 1978. Yang namanya
melegenda saat itu adalah geng motor "M2R" atau Moonraker. Geng motor &
gangster diseluruh dunia sedang naik daun, seperti di Jepang tahun 70an geng motor
lagi zaman, di Amerika gangster tahun 70an baru-baru naik, di Korea tahun 70an juga
sama kaya di Jepang dan sama halnya dengan di Indonesia tahun 70an sudah ada
Moonraker 3.
Geng pada awalnya merupakan kumpulan remaja yang memiliki tujuan yang
sama. Berawal dari sekedar mencari pengalaman yang baru, lalu kelamaan perbuatan
1
https//kbbi.web.id//geng, diakses pada tanggal 23 januari 2019
2
Nandang Sambas, Penanggulangan Pelanggaran Hukum yang Dilakukan Geng Motor,
MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 225-232, Fak. Hukum Universitas Islam Bandung.
3
Mooraker Speed Maniac, Geng Motor dari Segi Sosiologi dan Hukum serta Solusi
Meminimalisir Geng Motor, 2011.
kekerasan, melakukan perkelahian dengan siapapun juga tanpa suatu sebab yang jelas
Perlawanan antar sesama geng dimungkinkan terjadi. Perang antar geng untuk
menjadi nomor satu itulah yang berimbas ketakutan kepada masyarakat 5. Hal inilah
yang menjadi penyebab tindak pidana yang dilakukan geng motor terhadap geng
lawannya lebih sering terjadi daripada tindak pidana lain seperti penganiayaan hingga
sampai menelan korban, pencurian, pengerusakan milik orang lain atau fasilitas
umum. 6.
Seperti salah satu contoh kasus perkara dari sekian banyak kejadian peristiwa
kejahatan yg dilakukan geng motor, diawal tahun 2014 terjadi, aksi keganasan geng
motor. Suasana nyaman dan aman di awal tahun yang seharusnya penuh dengan
kenyamanan dan kedamaian yang dirasakan warga kota, tetapi di kotori oleh
kelompok geng motor tersebut. Seperti yang dilansir dari surat kabar online yang
terjadi di wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan, dalam sehari ini sudah dua orang
4
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, GrafindoPersada, Jakarta,2010, hal 6.
5
Ibid
6
Bhineka Teruna Sari Putra, Persepsi Anggota Geng Motor dan Faktor yang Melatarbelakangi
Terjadinya Tindak Pidana Penganiayaan, Purwokerto, 2009.
keganasan aksi geng motor adalah Fandy (22) warga Jalan Pembinaan, Geng Mushala
Bandar Setia dan M Fauzi (15) warga Jalan Rakyat Pasar 2 Gang Mesjid Medan
Perjuangan. Keduanya menjadi korban aksi kebrutalan kawanan gang motor yang
menjadi korban didalam satu hari yang sama. Mengantisipasi hal tersebut, pihak
maupun geng motor yang berada di wilayah hukum Polsek Percut Sei Tuan 7.
resah dan khawatir, bahkan Image di mata masyarakat geng motor identik dengan
termasuk muncul pernyataan “perang” terhadap geng motor. Secara yuridis formal
hukum pidana, sehingga perbuatan yang mereka lakukan bukan hanya berupa
terutama terhadap norma yang dikenal sebagai norma hukum. Dalam pergaulan hidup
7
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=312364:awal-
tahun-geng-motor-semakin-ganas&catid=14:medan&Itemid=27, waspada online, diakses pada tanggal
7 April 2014.
yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Untuk menganalisa atau
sehingga hanya baru dapat dicari faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan
timbulnya kejahatan.
Kejahatan akan terus bertambah dengan cara yang berbeda-beda bahkan dengan
peralatan yang semakin canggih dan moderen sehingga kejahatan akan semakin
meresahkan masyarakat saat ini. Masalah kejahatan merupakan masalah abadi dalam
perkembangan manusia sampai saat ini telah ditandai oleh berbagai usaha manusia
fenomena dalam usaha mencapai tujuan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat
tersebut yaitu didalam KUHP pasal 510 dan pasal 511, berbunyi sebagai berikut:
(1) Diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah,
barang siapa tanpa ijin kepala polisi atau pegawai negeri lain yang ditunjuk
untuk itu:
menakjubkan, yang bersalah diancam dengan pidana paling lama dua minggu
atau pidana denda dua ribu dua ratus lima puluh rupiah.
“Barang siapa di waktu ada pesta arak-arakan dan sebagainya, tidak menaati
perintah dan petunjuk yang diadakan oleh polisi untuk mencegah kecelakaan
oleh kemacetan lalu lintas di jalan umum, diancam dengan pidana paling
banyak tiga ratus tujuh puluh lima rupiah”.
Semua orang berhak untuk berkumpul atau membuat suatu geng motor, namun
8
Darwin Siagian, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan, Makasar, 2011.
baik berupa tindakan preventif, maupun melakukan tindakan represif dengan cara
penegakan hukum (law enforcement) maka para geng motor harus mematuhuinya. 9.
Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum itu dapat dilakukan oleh
subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya penegakan hukum oleh
subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti luas, proses penegakan
hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa
saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya
itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
sebagaimana seharusnya.
hukum itu dapat pula ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya. Dalam
hal ini, pengertiannya juga mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas,
dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
9
http://samchaster.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html diakses pada tanggal 4
Mei 2013.
Di Indonesia sendiri penegakan hukum sangat lambat, sangat jauh dari yang
yang rumit, disertai syarat-syarat birokratis yang panjang, menciptakan situasi yang
tidak kondusif bagi program penegakan hukum yang efisien dan efektif.
yaitu:
hukum tidak lagi menjadi alat untuk kepentingan penguasa, atau kepentingan politik.
Harus disadari bahwa banyak faktor diluar hukum yang turut mewarnai didalam
10
http://riasiboro.blogspot.com/2012/04/kelemahan-sistem-penegakan-hukum.html diakses pada
tanggal 3 Mei 2013.
Fenomena ini harus direspons secara positif oleh setiap aparatur penegak
hukum dan menjadi perhatian serius pihak Kepolisian untuk terus menerus berupaya
hukum yang konsisten dan konsekuen berorientasi kepada nilai-nilai dasar dari cita
hukum berupa kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum dapat terwujud
harus tetap dilakukan agar Kelompok Geng Motor tidak meresahkan warga
penulis merasa tertarik untuk menyusun sebuahtesis menjadi sebuah karya ilmiah
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka yang menjadi pokok
11
Rasjuddin.blogspot.com/2013/06/hubungan-3-, diakses pada tanggal 23 januari 2019.
C. Tujuan Penelitian
Motor.
D. Manfaat Penelitian
masukan bagi para pembentuk undang-undang dan para penegak hukum danjuga
bagikalangan aparat penegak hukum tetapi juga bagi para pemerhati termasuk
didalamnya lembaga/komisi yang bergerak dibidang hukum dan juga bagi masyarakat
luas.
E. Keaslian Penelitian
yang sama oleh peneliti yang lainnya.Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam
penelitian ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam
1. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat
yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa 12. Dalam penelitian
hukum kerangka teori diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-
postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi. 13 Teori hukum
sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-
tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori
operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian bersifat strategis artinya
memberikan realisasi pelaksanaan penelitian 15. Landasan teori yang digunakan dan
relevan dengan salah satu prinsip untuk menjamin ketertiban dan perlindungan
hukum yang dalam menangani tindak pidana kejahatan yang ada di masyarakat.
Adapun teori hukum yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori
kebijakan sebagai teori utama (Grand Theory), dan teori penegakan hukum (Middle
pemerintahan tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai kebijakan. Kebijakan-
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta; Balai Pustaka, 1995), Hal. 520
13
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 254.
14
Ibid, hal. 253.
15
Kaelan M.S., Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat (Paradigma bagi Pengembangan
Penelitian Interdisipliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni),
Paradigma, Yogyakarta, 2005, hal. 239.
Menurut Carl Fredrich, kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang
yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu
tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu 16.
1) Kebijakan Publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-
2) Kebijakan publik adalah apa saja yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh
pemerintah.
16
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan, Media Presindo, Yogyakarta, 2002, hal. 16.
17
Seriono, Bahan Materi Matrikulai Hukum Kebijakan Publik, Mahasiswa Baru Prodi Ilmu
Hukum Pascasarjana UNS, 2004. Hal 1.
18
Esmi Warassih Pujirahayu, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang,
Suryandaru Utama, 2001, hal. 8.
1) Kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara
serampangan;
2) Kebijakan publik merupakan pola tindakan yang dilakukan olehpejabat-pejabat
pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusanyang tersendiri. Suatu
kebijakan mencakup tidak hanyakeputusan untuk menetapkan undang-undang
mengenai suatu hal,tetapi juga keputusan-keputusan beserta dengan
pelaksanaannya;
3) Kebijakan publik adalah apa yang sebenarnya dilakukan pemerintahdan bukan apa
yang diinginkan pemerintah;
4) Kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif dannegative. Positif :
kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakanpemerintah yang jelas untuk
mempengaruhi suatu masalah tertentu. Negative: kebijakan mungkin mencakup
suatu keputusan olehpejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil
tindakandan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan
yangmemerlukan keterlibatan pemerintah.
nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum
penegakan hukum yang prosesnya dilakukan sebagai upaya untuk tegaknya atau
19
Budi Winarno, Op. Cit. hal. 18.
terkandung didalamnya makna politik kriminal (criminal policy), yaitu upaya yang
rasional untuk menanggulangi kejahatan dan proses penegakan hukum itu melibatkan
semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan
aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan
Sedangkan penegakan hukum dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum
tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan
Dengan uraian di atas jelaslah kiranya bahwa yang dimaksud dengan penegakan
hukum itu kurang lebih merupakan upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum,
baik dalam arti formil yang sempit maupun dalam arti materiel yang luas, sebagai
pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subjek hukum yang
bersangkutan maupun oleh aparatur penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan
diperbaharui oleh UU No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman Jo. UU No.
35 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. Pada Pasal 1 UU No. 14 Tahun 1970 tentang
Upaya penegakan hukum hanya satu elemen saja dari keseluruhan persoalan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hukum tidak mungkin
akan tegak, jika hukum itu sendiri tidak atau belum mencerminkan perasaan atau
menjamin keadilan jika materinya sebagian besar merupakan warisan masa lalu yang
tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Artinya, persoalan yang kita hadapi bukan
saja berkenaan dengan upaya penegakan hukum tetapi juga pembaruan hukum atau
pendekatan kebijakan dalam arti, adanya keterpaduan antara politik kriminal dengan
merupakan bagian dari penegakan hukum penal.Untuk itu penegakan hukum dapat
dilakukan secara preventif, yaitu upaya penegak hukum mencegah terjadinya tindak
pidana kejahatan yang dilakukan kelompok geng motor. Dan dapat juga dilakukan
secara represif, yaitu upaya penegak hukum melakukan tindakan hukum kepada siapa
lain yang lebih berarti dari tujuan pembalasan, yaitu perlindungan masyarakat dan
kepada masayarakat supaya tidak melakukan kejahatan. Prevensi umum ini menurut
21
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aaditya, Bandung,
1996, hal. 26-27.
22
Mahmud Mulyadi, Revitalisasi Alas Filosofis Tujuan Pemidanaan dalam Penegakan Hukum
Pidana Indonesia, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, 2006, hal. 9-10.
23
T. Mathiesen, General Prevention as Communication dalam A Reader on Punishment,
R.A.Duff and David Garland (Ed), Oxford University Press, Inc., New York, 1995, hal. 221.
bahwa pemidanaan dapat mengurangi pelanggaran melalui satu atau beberapa cara
2. Pencegahan terhadap pelaku yang potensial, dalam hal ini memberikan rasa
takut kepada orang lain yang potensial untuk melakukan kejahatan dengan
sehingga dengan cara ini, secara tidak langsung dapat mengurangi frekuensi
kejahatan;
24
J.M.van Bemmelen, Op.Cit., hal. 28.
25
Nigel Walker, Reductivism and Deterrence, dalam A Reader on Punisment, R.A.Duff and
David Garland (Ed). New York: Oxford University Press, hal. 212.
2. Kerangka Konseptual
yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum ini 26 .Konsep merupakan
defenisi dari apa yang perlu diamati, menentukan antara variabel-variabel yang lain,
menentukan adanya hubungan empiris 27. Konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Makna Kebijakan
Istilah “kebijakan” dalam tulisan ini diambil dari Bahasa Inggris “Policy”
(inggris) atau dalam Bahasa Belanda “Politiek” yang secara umum dapat diartikan
arti luas termasuk pula aparat penegak hukum) dalam mengelola, mengatur, atau
merupakan sesuatu yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan
satu pekerjaan, kepemimpinan atau organisasi; arah tindakan yang memiliki maksud
26
Soerjono Sukanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 7.
27
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1997), hal. 21
b. Makna Kepolisian
Tindak Pidana merupakan suatu perbuatan yang dapat dijatuhi hukuman; setiap
perbuatan yang diancam hukuman sebagai kejahatan atau pelanggaran baik yang
d. Makna Kejahatan
kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap lapisan masyarakat. Untuk menganalisa
belum dapat dilakukan, karena keadaan pengetahuan kriminologi dewasa ini belum
sehingga hanya baru dapat dicari faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi
masyarakat tertentu pada masa tertentu pula, yang berhubungan erat dengan
timbulnya kejahatan. Suatu batasan kejahatan yang dipandang dari sudut yuridis,
dikemukakan oleh Herman Mannheim adalah suatu konsep yuridis berarti tingkah
Istilah geng umumnya dipakai untuk kelompok yang lebih besar dan terbatas
pada kelompok yang kecil. Definisi tentang geng sangat jelas identik dengan
kehidupan berkelompok. Hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian
negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal. Geng dalam
bahasa inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi secara rapi.
Dalam sebuah konsep yang moderat, geng merupakan sebuah kelompok kaummuda
mengalami distorsi komunikasi. Kaum remaja tidak mampu memahami atau sengaja
Dalam hal kenakalan remaja yang terbentuk dalam suatu geng-geng atau
tetapi sudah terhadap kelompok sebagai keseluruhan dalam arti bahwa kolektivitas itu
Geng motor berbeda dengan club motor. Club motor biasanya mengusung
merek tertentu atau spesifikasi jenis motor tertentu dengan perangkat organisasi
formal, seperti HDC (harley davidson club), scooter (kelompok pecinta vespa),
28
http://mulyanihasan.wordpres.com/2007/04/27/geng-motor-do-kota-bandung. diakses pada
tanggal 2 Mei 2013.
G. Metode Penelitian
penulisan yang tengah dilakukan dalam menyelesaikan tesis ini. Pengumpulan data
Metode penelitian merupakan satu unsur mutlak dalam suatu penelitian dan
perkembangan ilmu pengetahuan, demikian pula dalam penulisan tesis ini penulis
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pembahasan tesis ini adalah
metode penelitian yuridis normatif yaitu suatu penelitian yang menekankan pada ilmu
hukum dan melakukan inventarisasi hukum positif yang berkaitan dengan efektifitas
penelitian ini secara deduktif penelitian ini dimulai dengan menganalisis data
29
Mulyani hasan, op cit, hal. 5
Sumber data yang terhimpun dari hasil penelitian ini diperoleh melalui
1. Data primer (primary atau basic data), adalah data yang diperoleh secara langsung
pihak-pihak yang terkait. Dan data diperoleh secara langsung dari sumber pertama
2. Data sekunder (secondary data), yaitu data yang diperoleh berdasarkan studi
data di Polresta Medan serta bahan atau sumber lain yang menjadi faktor
1. Penelitian Lapangan diperoleh langsung dari lokasi penelitian yang berupa hasil
dokumentasi dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, hal ini dimaksudkan
Data yang diperoleh, baik secara data primer maupun data sekunder dianalisis
30
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari
perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang
menganalisis gejala-gejala social budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang
bersangkutan untuk memperoleh gambaran mengenai pola-pola yang berlaku.
Medan
istilah geng umumnya dipakai untuk kelompok yang lebih besar dan terbatas
pada kelompok yang kecil. Devinisi tentang geng sangat jelas identik dengan
31
kehidupan berkelompok . Hanya saja geng memang memiliki makna yang
sedemikian negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal.
Geng dalam bahasa inggris adalah sebuah kelompok penjahat yang terorganisasi
secara rapi. Dalam sebuah konsep yang moderat, geng merupakan sebuahkelompok
kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan sering kali menyebabkan
mengalami distorsi komunikasi. Kaum remaja tidak mampu memahami atau sengaja
tempat berfungsinya dengan baik.Dalam hal kenakalan remaja yang terbentuk dalam
arti bahwa kolektifitas itu dipandang sebagai suatu kesatuan yang mengandung
yang dilakukan baik dari dalam maupun luar pribadi remaja agar lebih
31
http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27551/4/chapter%20I.pdf, diakses pada
tanggal 7 Desember 2014
kelompok pengendara bermotor yang sering melakukan aksi balapan liar seperti di
Griya dan Pasar VIII Padang Bulan. Kelompok ini dahulunya terbilang meresahkan,
namun keresahan yang diciptakan hanyalah sebatas penggunaan jalan raya untuk
arena balapan liar. Namun beberapa tahun belakangan, teradopsi dari kelompok
geng motor mulai lahir dan tumbuh di kota Medan. Doronganuntuk unjuk gigi
sebagai komunitas motor juga ikut meradang. Mereka ingin tampil beda dan dikenal
luas, caranya dengan melakukan aksi-aksi yang kejahatan yang sensasional. Mulai
Kejahatan adalah suatu nama atau cap yang diberikan orang untuk menilai
pelaku disebut sebagai penjahat. Pengertian tersebut bersumber dari alam nilai, maka
ia memiliki pengertian yang sangat relatif, yaitu tergantung pada manusia yang
memberikan penilaian itu. Jadi apa yang disebut kejahatan oleh seseorang belum
tentu diakui oleh pihak lain sebagai suatu kejahatan pula. Kalaupun misalnya semua
golongan dapat menerima sesuatu itu merupakan kejahatan tapi berat ringannya
32Nugraha, R. (2009). Geng Motor Kota Medan. Surat Kabar Harian Pos Metro, 11 November
antara para sarjana. R. Soesilo 33membedakan pengertian kejahatan secara juridis dan
kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-
undang. Ditinjau dari segi sosiologis, maka yang dimaksud dengan kejahatan adalah
perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat
ketertiban. Secara formal kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh
dapat didefinisikan berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu
dapatlah dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang
pandang. Pertama, dari sudut pandang hukum (a crime from the legal point of view).
Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar
hukum pidana. Bagaimanapun jeleknya suatu perbuatan sepanjang perbuatan itu tidak
yang bukan kejahatan. Kedua, dari sudut pandang masyarakat (a crime from the
33
R.Soesilo,Kriminologi; Pengantar tentang Sebab-Sebab Kejahatan, Politeia, Bogor 1985.
Kejahatan yang dilakukan geng motor seperti beberapa berita perilaku agresif
yang ditunjukkan anggota geng motor di kota Medan. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari Kapolresta Medan bahwa ada beberapa geng motor di kota Medan
yang anggotanya pernah melakukan perilaku agresif dan sudah tertangkap oleh pihak
kepolisian kota Medan, geng-geng itu diantaranya adalah geng motor RNR (Rock n
Roll), Simple Life, Water Blue, SKM (Skandal Kota Medan), Netral Community,
DTRC (Daerah Tembung Racing Community), NKB (Nekat Kami Bro), PTC (Punya
Tekat Coy), LRMC (Letsu Rasta Mista Community), Canabis (cara anak nekat bikin
asik), CKM G1 (Cekak Merah Generasi1), Ezto, Batako (batak mentiko), KPK (Kami
anggota Brimob Polda Sumut oleh anggota geng motor di Jalan Sei Serahayu,
Beat dan menderita enam lukatikaman serta bacokan di tubuhnya 35. Pengerusakan
mobil Honda Jazz silver BK 1023 HV, oleh kawanan geng motor saat melintasi di
Jalan Pattimura Medan 36 . Geng motor kini memang menjadi salah satu perhatian
utama pihak kepolisian karena perilaku agresif mereka yang semakin mengancam dan
menembak di tempat anggota geng motor yang melakukan perilaku agresif. Menurut
Indonesian Police Watch (IPW), perilaku agresif yang dilakukan geng motor tidak
hanya merugikan korban secara materil bahkan sudah mengambil korban jiwa. Dalam
setahun terakhir 60 orang tewas akibat perilaku agresif yang dilakukan geng motor.
Hampir setiap malam anggota geng motor berkonvoi di jalanan sambil membawa
senjata tajam berjenis golok panjang. Penjahat jalanan ini sudah terbiasa untuk
korbannya 37.
agresif anggota geng motor di kota Medan semakin mengkhawatirkan. Hampir setiap
jalanan 38
menarik. Berbagai teori yang menyangkut sebab kejahatan telah diajukan oleh para
ahli dari berbagai disiplin dan bidang ilmu pengetahuan. Salah satu teori yang
mendukung terbentuknya geng motor ialah Teori Kontrol Sosial 39. Dalam bukunya
Bapak Yesmil, dalam menjelaskan kenakalan remaja yangberupa geng motor, beliau
mengaitkannya dengan teori kontrol sosial dengan mengangkat pendapat dari Romli
37
Pikiran Rakyat,27 November 2007.
38Nugraha, R. (2009). Geng Motor Kota Medan. Surat Kabar Harian Pos Metro, 11 November
39
Kilometer25.blogspot.com, diakses pada tanggal 23 januari 2019.
variabel
yang bersifat sosiologis, antara lain struktur keluarga, pendidikan, dan kelompok
yang dominan 40.Dengan demikian, pendekatan teori kontrol sosial ini berbeda dengan
teori kontrol lainnya. Pemunculan teori kontrol sosial ini diakibatkan tiga ragam
1. Adanya reaksi terhadap orientasi labelling dan konflik dan kembali kepada
2. Munculnya studi tentang criminal justice sebagai suatu ilmu baru yang telah
3. Teori kontrol sosial telah dikaitkan dengan suatu teknik riset baru khususnya
bagi tingkah laku anak/remaja, yakni self report survey. Pendapat Reiss, yang
dikutip oleh Romli, bahwa ada tiga komponen dari kontrol sosial dalam
3) tidak adanya norma-norma sosial atau konflik dimaksud (di sekolah, orang tua,
Motor
abad ke-18. Pada waktu itu, seseorang yang melakukan kejahatan dianggap sebagai
orang yang dirasuk setan. Orang berpendapat bahwa tanpa dirasuk setan seseorang
tidak akan melakukan kejahatan. Pandangan ini kemudian ditinggalkan dan munculah
beberapa aliran, yaitu aliran klasik, kartografi, tipologi dan aliran sosiologi berusaha
Aliran klasik timbul dari Inggris, kemudian menyebar luaskan ke Eropa dan
Amerika. Dengan aliran ini adalah psikologi hedonistik. Bagi aliran ini setiap
perbuatan manusia didasarkan atas pertimbangan rasa senang dan tidak senang.
Setiap manusia berhak memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Perbuatan
penderitaan. Dengan demikian, setiap perbuatan yang dilakukan sudah tentu lebih
kesenangan 41.
Tokoh utama aliran ini adalah Beccaria yang mengemukakan bahwa setiap
orang yang melanggar hukum telah memperhitungkan kesenangan dan rasa sakit
41
Made Darma Weda, Kriminologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 19
merupakan persoalan yang sangat menarik. Berbagi teori yang menyangkut sebab
kejahatan telah diajukan oleh para ahli dari berbagai disiplin dan bidang ilmu
pengetahuan.
Namun, sampai dewasa ini masih belum juga ada satu jawaban penyelesaian
yang memuaskan. Meneliti suatu kejahatan harus memahami tingkah laku manusia
dewasa ini tidak lagi dilakuakan penyidikan sebab musabab kejahatan, karena smapai
saat ini belum dapat ditentukan faktor pembawa resiko yang besar atau yang lebih
pertama sebagai pengaruh dari sistem ekonomi yang buruk, terutama dari
dengan kejahatan. Sementara ada beberapa faktor ekonomi yang dapat menyebabkan
42
timbulnya kejahatan , yaitu bersumber dari bekerja terlalu muda, tak ada
kekhawatiran dalam hal itu, berpindahnya pekerjaan dari tempat ke tempat lain,
42
Stephan Hurwitz, Kriminologi, saduran Ny. L. Moeljatno, Bina Aksara, Jakarta, 1982, hal.161.
nilai yang tinggi yang digariskan dalam ajaran agama sebagai tuntunan hidup banyak
satu kontrol sosial yang utama melalui organisasinya. Agama itu sendiri dapat
dasar itu, diperlukan penataan kehidupan pemuda karena pemuda perlu memainkan
datang.
berbangsa dan bernegara. Tanpa peran serta pemuda pembangunan akan sulit
bahwa perlu dilakukan tindakan yang lebih komprehensif dan menyeluruh. Hal yang
penting dilakukan adalah dengan mencari akar permasalahan yang lebih substansial.
Dalam usaha untuk mencari sebab-sebab kejahatan telah diterima secara umum
bahwa tidak mungkin dicari hanya satu faktor yang dapat menerangkan sebab
terdapat pula beberapa faktor yang amat sering dihubungkan dengan kejahatan,
walaupun faktor-faktor tersebut perlu dikaji lebih jauh seberapa jauh memiliki
Faktor lain yang perlu mendapat perhatian khusus, faktor keluarga 43. Peranan
keluarga sebagai faktor dalam sebab akibat kejahatan tidaklah disangkal. Akan tetapi
mungkin tidak ada faktor yang begitu banyak dimanipulir sehingga kehilangan
hukum yang dilakukan geng motor, terdapat hubungan yang sangat erat antara
pelanggaran hukum yang dilakukan para remaja yang merupakan anggota geng
motor.
norma hukum dan norma agama pun menunjukkan kecenderungan yang tidak
berbeda, dalam arti bahwa rendahnya kepercayaan seseorang terhadap norma hukum,
baik norma yang berlaku dalam keluarga, lingkungan pendidikan, maupun norma
Faktor penyebab terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh geng motor di kota
Medan, Sumatera Utara secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu 44:
Dari 2 (dua) faktor penyebab penganiayaan yang dilakukan oleh geng motor di
atas faktor kondisi psikologis dan emosi yang kurang stabil merupakan faktor yang
geng motor di Kota Medan. Kerena pelaku geng motor yang kebayakan berasal dari
kaum remaja yang emosinya masih labil. Selain kedua faktor diatas faktor ekonomi
Lawrence M. Friedman mengatakan bahwa unsur sistem hukum ada 3 45, yaitu:
44
Darwin Siagian, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan yang Dilakukan
Oleh Geng Motor, Makasar, 2009.
45
Lawrence M, Friedman, Law and Society An Introduction, New Jersey: Prentice Hall Inc, hal.
6-7, 1977.
kepada kita bahwa jika ingin faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan geng
motor di kota Medan. Pendekatanya bukan hanya dilekatkan pada pelakunya tetapi
Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini aparat penegak hukum khususnya
Hal ini diperparah oleh adanya perubahan yang cepat (reformasi) dalam
berasosiasi dengan penundaan kepuasan, belum lagi peningkatan jumlah anak muda
dari kelas menengah yang tidak lagi memiliki keyakinan bahwa cara untuk mencapai
tujuan mereka adalah melalui kerja keras dan menunda kesenangan. Perilaku
nakal pada remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri (internal)
Faktor internal:
1. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua
46
https://id.m.wikipedia.org, diakses pada tanggal 23 januari 2019.
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal.
Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku
tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku
Faktor eksternal:
1. Keluarga
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
Dapat dilihat dari dua faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja, ketika
mereka memiliki krisis identitas, kontrol diri yang lemah, faktor keluarga, teman
sebaya, dan komunitas/lingkungan tempat tinggal mereka yang kurang baik, yang
pemahaman kepada keluarga mengenai pola asuh anak, sehingga keluarga dapat
yang anak kunjungi sehingga kenakalan remaja dapat diatasi lebih dini.
cara yang bervariasi namun dalam pembahasan fenomena komunitas geng motor kita
1. Behavioural methods;
Geng Motor
Berdasarkan kutipan isi Pasal 4 di atas dapat dilihat peranan kepolisian sangat
sentral sekali dalam hal terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib
dalam penanganan geng motor. Kenyataan yang diterima oleh masyarakat dalam
kaitannya dengan keberadaan geng motor dengan ketentuan hukum khususnya Pasal
dengan berbagai cara. Salah satunya diwarnai dengan bentuk kekerasan. Media sering
diberbagai kota di Indonesia. Bentuk ekspresi bebas para pelajar lainnya yang tak
siswa yang didirikan dengan banyak sisi negatifnya. Bentuk dari geng pelajar ini
bukan saja ditunjukan dengan nongkrong atau bergerombol selama waktu sekolah
atau di luar sekolah. Tetapi ada juga yang menggunakan kendaraan dan bergerombol
di malam hari. Bentuk geng ini dikenal dengan nama geng motor. Bagi para pelajar
kota besar, misalnya Bandung dan Jakarta. Kelompok ini sudah tidak asing lagi,
sudah menjadi buah bibir dalam masyarakat. Perilaku geng motor ini ternyata tidak
pada kota besar lainnya seperti Medan. Masih teringat jelas pada bulan agustus lalu,
geng motor Medan ini sempat merusak Pos Polantas pada tanggal 21 Agustus 2011
dan sebuah Klinik Kesehatan di Medan tanggal 22 Agustus 2011. Perlakuan mereka
yang penuh kekerasan tersebut mendapat kecaman berbagai pihak40. Dengan jumlah
sekitar 15 sampai dengan 20 sepeda motor dan diperkirakan kurang lebih dari 30
orang mereka para remaja melalui geng motor menunjukkan identitas atau jati diri
dari geng motor tersebut.36 Untuk menuntaskan masalah tersebut, Polresta Medan
telah melakukan berbagai razia. Namun kelompok geng motor tersebut masih juga
belum jera. Terkadang ketika dini hari, mereka mulai bergerombol kembali. Walau
Memang bukan kali ini saja masalah geng motor terjadi di Medan, sudah lama
masalah ini menjadi keresahan masyarakat. Seolah-olah setiap remaja kurang gaul
jika tidak membentuk gang motor tertentu seperti yang sudah punya nama
sebelumnya. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar dalam masyarakat. Apakah orang
tergolongmuda dan wajib diawasi secara ketat oleh orang tua. Lalu bagaimana
dengan pihak sekolah. Apakah dapat mencuci tangan dalam masalah ini, tentu saja
dengan melakukan penyuluhan rutin, pengawasan bahkan biar perlu razia secara
mendadaktentang keberadaan para siswanya. Dalamhal ini, peran sekolah tentu saja
bukan hanya untuk menularkan ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan dan
bersama orang tua dan pihak polisi untuk mencegah dan memberantas geng motorini.
Bagi pihak Kepolisian, tentu sudah merupakan kewajiban. Mereka harus dapat
yang sama dikemudian hari. Pengetatan dalam perolehan SIM, kerjasama rutin
terencana perlu menjadi perhatian utama. Kenyataan yang ditemukan geng motor
tetap melakukan aksinya dalam berbagai bentuk kejahatan. Oleh sebab itu hambatan-
hambatan yang dihadapi Polresta Medan dalam menanggulangi kejahatan geng motor
2. Kecepatan berpindah geng motor antara satu tempat dengan tempat yang lain.Geng
kajian ini adalah apabila geng motor melakukan kejahatan disuatu tempat mereka
dapat seketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain.Keadaan ini tentunya
47
Wawan Juniadi, 2009. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja (online).
ditelaah dari sekian banyaknya jumlah anggota geng motor maka halyang menjadi
geng motor.
dilakukan tatkala ada seorang geng motor yang dipukuli olehmasyakat maka teman-
5. Tidak diketahui identitas para anggota geng motor.Para anggota geng motor tidak
dipahami bahwa geng motor melakukan aktivitasnya pada malamhari. Hal ini
geng motor dari daerah-daerah lain sebagai lintasan bagi geng motoruntuk menuju ke
Galon Petronas.
A. Pengertian Kebijakan
pemerintahan tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai kebijakan. Kebijakan-
Menurut Carl Fredrich, kebijakan adalah suatu arah tindakan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang
yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu
tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu 48.
2) Kebijakan publik adalah apa saja yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh
pemerintah.
48
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan, Media Presindo, Yogyakarta, 2002, hal. 16.
49
Seriono, Bahan Materi Matrikulai Hukum Kebijakan Publik, Mahasiswa Baru Prodi Ilmu
Hukum, Pascasarjana UNS, 2004, Hal 1.
c. Dan apa terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat dengankenyataan
50
Esmi Warassih Pujirahayu, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Semarang,
Suryandaru Utama, 2001, hal. 8.
51
Budi Winarno, Op. Cit. hal. 18.
adalah suatu perencanaan atau program mengenai apa yang akan dilakukan dalam
adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk
memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk
memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada
Barda Nawawi Arief mengemukakan bahwa pola hubungan antara Penal Policy
kejahatan harus digunakan dengan pendekatan integral dan ada keseimbangan antara
penal dengan non penal. Beliau juga mengemukakan bahwa usaha dan kebijakan
untuk membuat peraturan hukum pidana yang baik pada hakikatnya tidak dapat
52
Barda Nawawi Arif, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana
Penjara, Disertasi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1994, hal. 63.
53
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002.
pidana). Karena itu sering pula dikatakan bahwa kebijakan hukum pidana merupakan
pidana pada hakikatnya juga merupakan bagian integral dari usaha perlindungan
tujuan dari kebijakan sosial berupa social welfare dan social defence 55.
dengan yang lain. Sebuah produk hukum tanpa ada proses kebijakan publik di
dalamnya maka produk hukum itu akan kehilangan makna substansinya. Sebaliknya
54
Barda Nawawi Arief, Op. Cit., hal. 29.
55
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan, Op. Cit., hal.
73-74.
56
Setiono, Op. Cit. hal. 2
operasionalnya.
a) Unsur hukum
Unsur hukum disini oleh Setiono diartikan sebagai produk atau kalimat, aturan-
aturan hukum. Kalimat-kalimat hukum harus ditata sedemikian rupa hingga maksud
yang diinginkan oleh pembentuk hukum dapat terealisasikan di lapangan yang luas
dengan tetap mengacu kepada satu pemaknaan hukum. Namun bukan berarti
rupa, sehingga di semua tempat harus direalisasikan sama persis dengan apa yang
dimaksud oleh para pembentuk hukum. Modifikasi- modifikasi oleh penerap hukum
dilapangan diperlukan sebatas semua itu dilakukan untuk menuju pemaknaan ideal
b) Unsur Struktural
(1) Organisasi atau isntitusi seperti apa yang tepat untuk melaksanakan undang-
undang tertentu.
keputusan harus ekstra hati-hati untuk memilih organisasi atau institusi mana yang
dianggap relevan dengan produk hukum yang hendak diterapkan itu. Kemudian
Kebijakan publik dalam hal ini lebih berperan dalam bagaimanaorganisasi atau
instansi pelaksana itu seharusnya ditata dan bertindak agar tugas-tugas yang
dibebankan hukum kepadanya dapat dijalankan dengan baik. Menunjuk orang yang
kemampuan dalam unsur structural ini lebih dominan berposisi sebagai sebuah seni,
c) Unsur Masyarakat
Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial politik dan sosial ekonomi dari
masyarakat yang akan terkena dampak atas diterapkannya sebuah aturan hukum.
Kondisi masyarakat yang ada harus diselesaikan lebih dahulu demi terselenggara dan
Dalam unsur ini ada dua hal. Pertama: sedapat mungkin diupayakan bagaimana
agar produk hukum atau undang-undang yang dibuat itu dapat sesuai dengan budaya
yang ada dalam masyarakat. Kedua: bagaimana produk hukum yang tidak sesuai
Disinilah kebijakan publik akan sangat berperan. Namun harus diingat bahwa
kebijakan publik yang diambil harus berdasar hukum dibutuhkan improvisasi dan
kreasi.
Evaluasi kebijakan publik adalah suatu evaluasi yang akan menilai apakah
kebijakan publik sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum. Evaluasi
kebijakan publik adalah sebagai hakim yang menentukan kebijakan yang ada telah
sukses atau telah gagal mencapai tujuan. Evaluasi publik juga sebagai dasar apakah
kebijakan yang ada layak diteruskan, direvisi, atau bahkan dihentikan sama sekali.
a) Evaluasi Administratif
58
Ibid, hal. 6
apa ada pelanggaran hukum atau tidak dari kebijakan yang dievaluasi tersebut. Yang
c) Evaluasi Politik
parlemen maupun parpol. Namun sesungguhnya evaluasi politik bias juga dilakukan
Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang hobi
balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di
jalan raya. Setelah terbentuk kelompok, bukan hanya hubungan emosinya yang
menguat, dorongan untuk unjuk gigi sebagai komunitas bikers juga ikut meradang.
Mereka ingin tampil beda dan dikenal luas. Caranya, tentu membuat aksi-aksi yang
sensasional. Mulai dari kebut-kebutan, tawuran antar geng, tindakan kriminal tanpa
pandang bulu mencuri di toko, hingga perlawanan terhadap aparat keamanan 59. Dan
hal tersebut dapat dikatakan suatu kejahatan geng motor yang merupakan kejahatan
yang sudah menjadi trending topic dan banyak dilakukan oleh kaum remaja.
59
http;//kompasiana.com/post/4cd6acc89bc1d45330000/prihatin-brutal-dan-tidak-manusiawi/,
diakses pada tanggal 2 April 2014.
masyarakat Kota Medan. Tidak hanya pelanggaran ringan seperti pelanggaran lalu
lintas, tetapi kejahatan seperti pengerusakan fasilitas umum, bentrok antar sesama
geng motor, penganiayaan yang sampai merenggut nyawa orang lain, pemalakan,
di kota Medan tentunya telah melanggar ketentuan hukum pidana yang berlaku di
negara kita ini. Yaitu yang tertulis dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal
170 KUHP yang mengatur tentang perkelahian yang dilakukan secara bersama-sama
di muka umum dan Pasal 351 yang mengatur tentang penganiayaan 60.
atau aksi brutal. Aksi brutal merupakan bentuk pelanggaran hukum yang
perlu dilakukan penindakan secara cepat, tepat dan tegas dengan tetap
mengedepankan prinsip-prinsip HAM serta sesuai ketentuan hukum yang berlaku dan
agar aksi dapat ditangani secara cepat dan tepat untuk mengurangi dampak yang lebih
luas, tugas peran Kepolisian harus dikedepankan sebagai alat negara yang berperan
60
Darwin Siagian, Tinjauan Kriminologis Terhadap Kejahatan Penganiayaan yang Dilakukan
Oleh Geng Motor, 2011, Makasar.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28G ayat (1) yang
berbunyi 61:
keamanan, perdamaian dalam negara serta melindungi hak setiap orang 62.
Negara mempunyai dua institusi penting dalam usaha menjaga keamanan dan
ketertiban negara. Kedua institusi tersebut yaitu Tentara Nasional Indonesia dan
ganguan yang berasal dari luar maupun yang dari dalam. Sedangkan polisi bertugas
menjaga keamanan dan ketertiban internal negara 63 . Peran kedua lembaga ini
diamanatkan dalam Undang Dasar Negara Republik Indonesia pasal 30 ayat (2) yang
berbunyi 64:
61
Undang-Undang Dasar 1945 RI.
62
Romi Librayanto. 2009. Ilmu Negara. Makassar : Refleksi. Hal 123.
63
Puspen Tentara Nasional Indonesia. 2012. Perbedaan mendasar fungsi Tni dan Polri
(http://www.tni.mil.id/pages-2-peran-fungsi-dan-tugas.html). Diakses tanggal 1 April 2014.
64
Undang-undang Dasar 1945.
bertugas menjaga keamanan dan ketertiban internal negara, dalam menjalankan tugas
dan fungsinya nampaknya belum maksimal. Hal ini terlihat dengan keadaan internal
65
negara yang masih belum aman secara menyeluruh . Indonesia Police
Watch 66melansir bahwa ditengah-tengah masyarakat saat ini muncul fenomana Geng
Motor dengan aksi anarkis yang meresahkan masyarakat. Indonesian Police Watch
menyarankan pihak Kepolisian segera membentuk tim pemburu geng motor yang
efektif dalam memberantas kejahatan dan tindak kriminal yang dilakukan geng
motor.
motor. Namun, salah satu penyebab utama mengapa remaja memilih bergabung
dengan geng motor adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua. Hal ini
bisa jadi disebabkan oleh terlalu sibuknya kedua orang tua mereka dengan pekerjaan,
sehingga perhatian dan kasih sayang kepada anaknya hanya diekspresikan dalam
bentuk materi saja. Padahal materi tidak dapat mengganti dahaga mereka akan kasih
65
Indonesia Polive Watch. 2013. Anarkisme Geng Motor kembali berlanjut. (http://indonesia-
policewatch.com/). Diakses tanggal 1 April 2014.
66
Cikal bakal Indonesia Police Watch lahir di awal reformasi, beberapa saat setelah rezim Orde
Baru Soeharto “jatuh”. Saat itu sejumlah aktivisnya terlibat dalam menggalang berbagai seminar dan
diskusi tentang perlunya Polri yang mandiri, professional, dan terpisah dari ABRI (TNI). Di Awal tahun
2000 lembaga ini diberi nama Indonesia Police Watch (Lembaga Pengamat Polri).
kasih sayang dari lingkungannya, khususnya dari orang tua atau keluarganya, karena
secara alamiah orang tua dan keluarga memiliki ikatan emosi yang sangat kuat. Pada
saat pengakuan, perhatian, dan kasih sayang tersebut tidak mereka dapatkan di
rumah, maka mereka akan mencarinya di tempat lain. Salah satu tempat yang paling
anak broken home tersebut sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan eksistensinya.
Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih
bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka
tinggi. Namun, ajang-ajang lomba balap yang legal sangat jarang digelar. Padahal,
ajang-ajang seperti ini sangat besar manfaatnya, selain dapat memotivasi untuk
berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi diri. Karena sarana aktualisasi diri yang
positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya mereka melampiaskannya dengan aksi
ugal-ugalan di jalan umum yang berpotensi mencelakakan dirinya dan orang lain 68.
Faktor lain yang juga ikut berperan yaitu kurangnya sarana atau media bagi
mereka untuk mengaktualisasikan dirinya secara positif. Remaja pada umumnya lebih
suka memacu kendaraan dengan kecapatan tinggi. Namun, ajang- ajang lomba balap
67
https://www.kompasiana.com>Zaenuddin, diakses pada tanggal 23 januari 2019.
68
http://elitasuratmi.wordpress.com/2012/05/02/geng-motor/ diakses pada tanggal 7 April 2014.
manfaatnya, selain dapat memotifasi untuk berprestasi, juga sebagai ajang aktualisasi
diri. Karena sarana aktualisasi diri yang positif ini sulit mereka dapatkan, akhirnya
menyelenggarakan tugas Polri pada tingkat kewilayahan. Polda dipimpin oleh Kepala
biasa disebut "Kepolisian Resor Kota" (Polresta) atau "Kepolisian Resor Kota Besar"
69
Mulyani hasan, http;//mulyanihasan.wordpres.com/2007/04/27/geng-motor-do-kota-bandung/,
diakses pada tanggal 2 April 2014, hal 9.
70
http://policeworlds.blogspot.com/2012/01/polda-polres-polsek.html. diakses pada tanggal 3
Maret 2014.
Kepolisian No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu
hukum 72 . Hal ini pula yang kemudian mempengaruhi semakin beragamnya motif
kejahatan dan tindak pidana yang terjadi saat ini. Dari sekian banyak motif kejahatan
dan tindakan kriminal, salah satu hal yang cukup banyak menarik perhatian adalah
jumlahnya. Tetapi untuk menghilangkannya sangatlah sulit. Oleh karena itu, usaha
tingkat perkembangan kejahatan yang dilakukan geng motor dapat dilakukan dengan
bersifat preventif maupun bersifat represif harus selalu melibatkan aparat penegak
71
Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Pasal 13.
72
Chainur Arasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Jakarta, 2000, hlm.133.
bersifat preventif ini juga merupakan tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu
kejahatan. Tindakan preventif ini berusaha memberantas kejahatan itu dengan jalan
Dalam wawancara dengan Iptu S. Sitanggang dengan jabatan Kaurbin Ops. Sat.
Reskrim Polresta Medan menerangkan bahwa tindakan preventif yang dilakukan oleh
Tindakan ini dapat berupa penangkapan, penahanan, dengan menjatuhkan pidana dan
dari norma-norma yang hidup dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Baik norma
agama, adat, maupun norma hukum. Pembinaan merupakan tindakan yang efektif
73
Perguruan Nasional Yos Sudarso Jln. KL. Yos Sudarso No. 50 Pulo Brayan & Yayasan
Pendidikan Medan Putri Jln. Timor Ujung No. 5; SMA Negeri 4 Jln. Gelas No. 12 Medan.
Pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran 74 tentang tujuan yang ingin
geng motor, anggota Polresta Medan dan jajarannya melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
dalam rangka penyidikan kasus tersebut, dan selanjutnya berkas perkaranya akan
Tetapi pada kasus tindak pidana kejahatan yang dilakukan geng motor memang
merupakan kasus tindak pidana yang sulit diberantas, apalagi semakin maju dan
S.Parman Medan 75, terjadi pada tanggal 17 Februari 2014 jam 01.00 WIB dengan
kronologi para tersangka melakukan perampasan sepeda motor milik korban yang
bernama Muhammad Iqbal Ramadhan. Kepala korban dihantam kayu broti sebelum
sepeda motornya dirampas. Kemudian geng motor ini kembali melakukan kejahatan
di Jl. Ahmad Yani Medan, sekitar setengah jam kemudian. Ada dua sepeda motor
yang dirampas yakni, Yamaha Mio milik Muhammad Ayub Natawijaya dan
Kawasaki Ninja milik Yudi Pranata. Korban kejahatan yang dilakukan geng motor
polisi kemudian meringkus kelompok geng motor tersebut. Diduga, kelompok ini
yang dijadikan tersangka itu adalah anggota geng motor Komuniti Medan Sexy
(KMS). Mereka adalah Lerry Tarantino (17) warga Brigjen Katamso Komplek Rispa
No 22 dan Rudi Andriyan (23) warga Jalan Sakti Lubis Gang Bengkel No 22. Selain
itu, Boby Sopian (16) warga Jalan Sakti Lubis Gang Bengkel No 20, Rudi Pratama
Sagala (23) warga Jalan Sakti Lubis Gang Bali No 4, Putra Maulana (21)
warga Jalan Sakti Lubis Gang Selamat No 1, dan Andi Mei Rizal Tanjung (29) warga
Jalan Karya Muda No 12 Pangkalan Masyhur. Modus kejahatan para pelaku dengan
kelompok ini supaya korban tidak bisa melarikan diri. Setelah itu, dua di antara
motor di Kota Medan mulai membuat pihak Kepolisian semakin gerah. Maka
dibutuhkan suatu kebijakan dari pihak kepolisian. Oleh karena itu Kapolresta Medan,
Kombes Nico Afinta Karo Karo membuat suatu kebijakan yaitu “tembak ditempat
para pelaku kejahatan geng motor”. Hal tesebut didukung oleh Polda Sumut atas
kebijakan dan tindakan tegas Kapolresta Medan Kombes Pol.Drs. Nico Afinta Karo-
Karo tersebut.Dan tindakan tegas yang dilakukan Polresta Medan tersebut sudah
tindakan yang dilakukan polisi kepada para pelaku kejahatan, jika tidak didukung
Oleh karena itu, masyarakat tidak boleh apatis jika melihat terjadinya kejahatan.
Namun harus bersama-sama mengantisipasi atau menangkap pelaku dan tidak boleh
main hakim sendiri. Semua akan diproses melalui proses hukum. Tindakan yang
dilakukan pihak Kepolisian telah sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan tidak
kejahatan dengan menggunakan sarana diluar hukum pidana (non penal policy).
2. Ada keterpaduan antara upaya penanggulangan kejahatan, penal dan non penal.
Pada dasarnya penal policy lebih menitik beratkan pada tindakan represif
setelah terjadinya suatu tindak pidana, sedangkan non penal policy lebih menekankan
penanggulangan tindak pidana yang paling strategis. Hal itu dikarenakan non penal
policy lebih bersifat tindakan pencegahan sebelum terjadinya suatu tindak pidana.
tindak pidana kejahatan yang dilakukan geng motor pada dasarnya lebih menitik
beratkan pada tindakan represif. Usaha dan/atau upaya represif dilakukan setelah
terjadinya peristiwa pidana dengan menjatuhkan hukuman yang berat bagi si pelaku
kejahatan yang dilakukan geng motor yaitu berupa hukuman, maka hal ini juga
merupakan penanggulangan bagi orang lain yang mungkin akan melakukan kejahatan
tindak pidana agar tidak melakukannya lagi karena akibatnya akan dihukum. Namun
76
Barda Nawawi Arief,Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti,
hal. 74.
hukuman.
Upaya pencegahan ini berarti bahwa hukum pidana juga harus menjadi salah
satu instrumen pencegahan yang kemungkinan terjadinya kejahatan. Ini juga berarti
bahwa penerapan hukum pidana harus mempunyai pengaruh yang efektif untuk
merupakan suatu hukum pidana yang dapat dirumuskan dengan baik dan memberikan
Berpedoman pada hukum pidana dan hukum acara pidana dan berbagai
kelompok geng motor di kota Medan, maka upaya penal yang dilakukan pihak
ini :
polresta medan
SIB
Pada dasarnya non penal policy lebih menitik beratkan pada tindakan preventif
yaitu usaha untuk mencegah jauh sebelum terjadi kejahatan. Yaitu bagaimana upaya-
upaya yang harus dilakukan sebelum terjadi kejahatan itu. Mencegah adalah lebih
77
Hasil wawancara dengan Iptu S. Sitanggang dengan Jabatan Urbin Ops. Sat. Reskrim Polresta
Medan.
kejahatan maka perlu adanya kerjasama yang baik dari aparat pemerintah, penegak
hukum, dan masyarakat dalam mencegah terjadinya kejahatan. Selama ini kota
kejahatan yang dibuat oleh kelompok geng motor tersebut selalu dilimpahkan kepada
Polresta Medan
tokoh adat, agama, dan Pagi s/d sore hari atau kampus
Star FM
warga
seperti yang dikemukakan diatas adalah masalah-masalah yang dulit dipecahkan bila
Oleh karena itu, pemecahan masalah diatas harus didukung oleh pendekatan
non penal berupa kebijakan sosial dan pencegahan kejahatan berbasiskan masyarakat.
A. Sanksi Pidana
Dalam Pasal 1 KUHP juga mengatakan bahwa perbuatan yang pelakunya dapat
Pidana adalah hukuman yang dijatuhkan atas diri seseorang yang terbukti
dibuat oleh penguasa negara atau pemerintah untuk mengatur tingkah laku manusia
dalam bermasyarakat, bersifat memaksa, dan memiliki sanksi yang harus dipatuhi
oleh masyarakat.
“A penalty or coercive measure that results from failure to comply with a law,
rule, or order (a sanction for discovery abuse)”
hukum yaitu:
3. sanksi administrasi/administratif
78
Abintoro Prakoso, Pembaruan Sistem Peradilan Pidana Anak, Laksbang Grafika,
Yogyakarta, 2013.
“Suatu perasaan tidak enak (sengsara) yang dijatuhkan oleh hakim dengan
vonis kepada orang yang telah melanggar undang-undang hukum pidana”
b) Perintah dan larangan itu harus diputuhi atau ditaati oleh setiap orang.
peraturan berupa perintah dan larangan yang mengatur tingkah laku manusia dalam
dimaksud dengan sifat memaksa yaitu karena hukum dapat memaksa anggota
yang tegas.
normatif atau dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Dan salah
Hakikat dari sanksi pidana adalah pembalasan, yang bersifat penderitaan dan
siksaan. Hal itu dikarenakan bahwa hukuman tersebut dimaksudkan sebagai hukuman
79
http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum-pidana/ diakses pada tanggal 14
April 2014.
pelanggar hukum itu sendiri maupun pada mereka yang mempunyai potensi menjadi
penjahat. Selain itu juga bertujuan melindungi masyarakat dari segala bentuk
Adapun sanksi tindak pidana pembunuhan sesuai dengan KUHP bab XIX buku
Dasar hukum atas sanksi hukum pidana yaitu kejahatan. Kejahatan sebagai
dasar bahwa hukuman itu harus dianggap sebagai “pembalasan”, “imbalan” terhadap
orang yang melakukan perbuatan jahat. Seperti halnya kejahatan yang dilakukan geng
motor, semua telah diatur didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
mentaati norma-norma yang berlaku 80. Sanksidalam bahasa Indonesia diambil dari
bahasa Belanda “sanctie”. Dalam konteks hukum, sanksi berarti hukuman yang
dijatuhkan oleh pengadilan. Sedangkan dalam konteks sosiologi, sanksi dapat berarti
kontrol sosial. Sanksidalam hukum pidana yang berupa pidana merupakan sanksi
negatif dan hal inilah yang membedakan sanksi hukum pidana dengan sanksi-sanksi
hukum lain.
dalam ketentuan Pasal 10 KUHP, hukuman itu terdiri dari hukuman pokok dan
hukuman tambahan. Hukuman pokok terdiri dari hukuman mati, hukuman penjara
yang dapat berupa hukuman seumur hidup dan hukuman sementara waktu, hukuman
materiel maupun ketentuan hukum pidana formil. Untuk beberapa hal ketentuan
hukuman. Istilah pidana lebih tepat dari istilah hukuman karena hukum sudah lazim
merupakan terjemahan dari recht. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II
80
E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi. Asas-Asas hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.
Storia Grafika. Jakarta. 2002. Hlm. 29.
kejahatan/kriminal) 81.
adalah suatu perasaan tidakenak/sengsara yang dijatuhkan oleh Hakim dengan vonis
82
kepada orangyang telah melanggar undang-undang hukum pidana .
Perbedaan Hukum Pidana dengan bidang hukum lain ialah sanksi Hukum
Pidana merupakan pemberian ancaman penderitaan dengan sengaja dan sering juga
Hukum Pidana itu sebagai ultimum remedium, yaitu usaha terakhir guna memperbaiki
tingkah laku manusia, terutama penjahat, serta memberikan tekanan psikologis agar
orang lain tidak melakukan kejahatan. Oleh karena sanksinya bersifat penderitaan
istimewa, maka penerapan hukum pidana sedapat mungkin dibatasi dengan kata lain
penggunaannya dilakukan jika sanksi-sanksi hukum lain tidak memadai lagi 84.
81
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi I Cetakan
IX. Balai Pustaka. Jakarta. 1997. Hlm. 360.
82
R. Soesilo. KUHP Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor.
1996. Hlm. 35.
83
Van Bemmelen dalam buku Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, 1968, hal. 21.
84
Andi Zainal Abidin, Penerapan Hukum Pidana sebagai Langkah Terakhir, 1987, hal.16
“Asas tersebut ialah bahwa yang boleh dipidana yaitu mereka yang
condito sine qua non 86.Bahwa syarat yang harus ditambahkan ialah bahwa perbuatan
melawan hukum itu menurut pengalaman tidaklah dapat ditekan dengan cara lain.
Pidana itu haruslah tetap merupakan upaya yang terakhir. Pada dasarnya terhadap
dapat juga memahaminya sekalipun tanpa penjelasan. Hal itu tidak berarti bahwa
keuntungan dan kerugiannya pidana itu, dan harus menjaga jangan sampai terjadi
85
Bersifat Melawan Hukum(wederrechtelijk) berarti: Bertentangan dengan hukum atau tidak
sesuai dengan larangan atau keharusan hukum atau menyerang suatu kepentingan yang dilindungi oleh
hukum.Dalam hal ini yang dimaksud dengan hukum adalah hukum positif (hukum yang berlaku).
86
Conditio sine qua non dalam bahasa Latin menurut kamus hukum edisi lengkap adalah syarat
mutlak atau dalam bahasa Inggris disebut “Absolute (ly) condition” yang menyatakan bahwa suatu
syarat mutlak harus dicantumkan atau dinyatakan untuk menguatkan atau menetapkan sesuatu
perjanjian itu berlaku. Penerapan teori Conditio sine qua non yang dicetuskan oleh Von Burie
kemudian menjadi tren dalam menetapkan satus tersangka pidana pembunuhan. Hal ini disebabkan
karena adakalanya penyidik sulit menemukan bukti langsung yang sangat kuat untuk dapat
dijadikannnya seseorang sebagai tersangka.
pidana itu sebagai ultimum remedium. Misalnya L.H.C. Hulsman 87 dalam pidato
penerimaan jabatannya sebagai Guru Besar di Rotterdam pada tahun 1965 dan dalam
dengan hukum lain bertujuan untuk mempertahankan hukum, dan oleh karenanya
Jadi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa dalil ultimum remedium
sanksi pidana yang keras dan tajam dijatuhkan, apabila fungsi hukum lainnya kurang
Pidana dalam konteks ultimum remedium ini bahwa penegakan Hukum Pidana
dengan sanksi yang keras dan tajam tetap harus diusahakan agar sedapat mungkin
pelaku tindak pidana, setiap kegiatan yang mengacu kepada penerapan prinsip
penjatuhan pidana penjara sebagai upaya terakhir (ultimum remedium) tersebut sangat
mendukung pelaku tindak pidana, karena sebelum sanksi pidana yang keras
dijatuhkan, penggunaan sanksi lain seperti sanksi administrasi dan sanksi perdata
87
L.H.C. Hulsman diangkat sebagai Guru Besar Hukum Pidana dan Kriminologi NEH,
Rotterdam, Departemen Hukum yang baru dibentuk.Bertujuan untuk mencapai suatu bentuk baru dari
pendidikan hukum sangat terkait dengan disiplin ilmu lain seperti sosiologi, psikologi dan ekonomi
(1964 -1986).
Namun melihat sisi lainnya melalui pendapat Van Bemmelen bahwa penerapan
ultimum remedium ini harus diartikan “upaya” (middel), bukanlah sebagai alat untuk
memulihkan keadaan yang tidak tenteram di dalam masyarakat, yang apabila tidak
dilakukan sesuatu terhadap ketidakadilan itu, dapat menyebabkan orang main hakim
sendiri.
Seperti yang telah kami paparkan bahwa sanksi pidana merupakan “obat
terakhir” (ultimum remedium) dari rangkaian tahapan penegakan suatu aturan hukum.
“Obat terakhir” ini merupakan jurus pamungkas jika mekanisme penegakan pada
bidang hukum lain tidak bekerja efektif. Namun, dalam perkembangan hukum pidana
Tidak lagi sebagai ultimum remedium melainkan sebagai primum remedium (obat
remedium ini dapat dilihat dalam UU mengenai terorisme dan tindak pidana korupsi.
Dari perspektif sosiologis hal ini dikarenakan perbuatan yang diatur dalam dua
UU tersebut merupakan tindakan yang “luar biasa” dan besar dampaknya bagi
masyarakat. Sehingga dalam hal ini tidak lagi mempertimbangkan penggunaan sanksi
lain, karena mungkin dirasa sudah tepat apabila langsung menggunakan atau
menjatuhkan sanksi pidana terhadap para pelaku tindak pidana tersebut. Dan kini
Misalnya penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan yang dilakukan geng
motor yang rata-rata pelaku merupakan anak-anak yang melakukan pencurian atau
perbuatan melawan hukum lainnya, adalah tidak mudah untuk menerapkan sanksi
pidana penjara terhadap anak yang berumur 12-18 tahun, kemudian masyarakat
menganggap keadilan tidak ditegakkan apabila anak yang melakukan kejahatan tidak
dipidana, dan masyarakat menganggap bahwa siapapun yang melakukan suatu tindak
pidana maka wajib dikenai sanksi berupa pidana penjara agar pelaku jera dan tidak
dalil ultimum remedium ini sulit diterapkan karena masih banyak mengalami kendala-
kendala, dan faktor-faktor lain salah satunya adalah karena Hukum Pidana memiliki
UU yang mengatur setiap tindak kejahatan dan pelanggaran dan tentunya di dalam
penerapan sanksi Hukum Pidana tersebut tidak mengenal kompromi atau kata damai.
hukum ini bersifat abstrak. Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum pada
sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
praktik sebagaimana seharusnya patut ditaati. Oleh karena itu, memberikan keadilan
dalam suatu perkara berarti memutuskan perkara dengan menerapkan hukum dan
hukum materiil dengan menggunakan cara prosedural yang ditetapkan oleh hukum
formal. 90 Jika hakikat penegakan hukum itu mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-
kaidah yang memuat keadilan dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya
88
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung, Sinar
Baru, hal. 15.
89
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta, Binacipta, 1983, hal. 13.
90
Sjachran Basah, Perlindungan Hukum atas Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung,
Alumni, 1992, hal. 14.
Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh
karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada lima faktor
merupakan essensi dari penegakan hukum serta juga merupakan tolak ukur daripada
agar hukum dapat berfungsi dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan atara
91
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Press,
Jakarta, 1983, hal. 4-5.
92
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bandung, Bina Cipta, 1983, hal. 15.
Keempat faktor tersebut diatas saling berkaitan dan merupakan inti dari sistem
penegakan hukum. Apabila kempat faktor tersebut ditelaah dengan teliti, maka akan
dapat terungkapkan hal yang berpengaruh terhadap sistem penegakan hukum. Dalam
kaitan ini, Satjipto Rahardjo mengemukakan bahwa agar hukum berjalan atau dapat
berperan dengan baik dalam kehidupan masyarakat, maka harus diperhatikan hal-hal
J.B.J.M. ten Berge menyebutkan beberapa aspek yang harus diperhatikan atau
93
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 208.
94
J.B.J.M. ten Berge, Op. Cit., hal. 376.
Dari uraian diatas, maka penulis akan membahas mengenai penegakan hukum
pidana. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disuatu
Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah “pidana” dengan istilah
digunakan untuk pergantian perkataan “straft”, tetapi menurut beliau istilah “pidana”
lebih baik daripada “hukuman. Menurut Muladi dan Bardanawawi Arief “Istilah
hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti
yang luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang
cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi
juga dalam istilah sehari-hari dibidang pendidikan, moral, agama, dan sebagainya.
Oleh karena pidana merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan
pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan cirri-ciri atau sifat-sifatnya
95
P.A.F. Lamintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1990, hlm.
594.
lebih lanjut mengenai strafbaarfeit itu, maka dari itu terhadap maksud dan tujuan
dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta delik.
Adapun delik hukum KUHP terhadap tindak pidana kejahatan yang dilakukan
kelompok geng motor yaitu seperti perbuatan pidana penganiayaan terhadap orang
lain yang dapat diancam dengan pasal 351 KUHP yang berbunyi :
(1) Penganiayaan diancam pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat yang bersalah dikenakan pidana
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
penganiayaan:
a. Barang siapa.
b. Dengan sengaja.
c. Akibat yang ditimbulkan: ayat (1) mengakibatkan luka; ayat (2) mengakibatkan
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan penjara
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
Unsur- Unsur dalam pasal 353 KUHP tentang tindak pidana penganiayaan
a. Barang siapa.
b. Dengan sengaja.
c. Dengan rencana terlebih dahulu.
d. Akibat yang ditimbulkan: ayat (1) mengakibatkan luka, ayat (2) mengakibatkan
luka berat, ayat (3) mengakibatkan mati.
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling
Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
luka; Ke-2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
Unsur-unsur dalam pasal 170 KUHP tentang tindak pidana pengeroyokan yaitu:
a. Barang siapa.
Kejahatan lain yang dengan sengaja merampas nyawa orang lain atau dengan
kata lain yaitu pembunuhan akan dikenakan Pasal 338 dan Pasal 339 KUHP. Tindak
pidana yang diatur dalam Pasal 338 KUHP merupakan tindak pidana dalam bentuk
pokok (Doodslag In Zijn Grondvorm), yaitu delik yang telah dirumuskan secara
Pada pembunuhan biasa ini, Pasal 338 KUHP menyatakan bahwa pemberian
sanksi atau hukuman pidananya adalah pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Di sini disebutkan paling lama jadi tidak menutup kemungkinan hakim akan
bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul seketika itu
juga, karena sengaja (opzet/dolus) yang dimaksud dalam Pasal 338 adalah perbuatan
sengaja yang telah terbentuk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Unsur obyektif :
perbuatan menghilangkan, nyawa, dan orang lain. Unsur obyektif yang pertama dari
tindak pembunuhan, yaitu menghilangkan, unsur ini juga diliputi oleh kesengajaan;
Berkenaan dengan nyawa orang lain maksudnya adalah nyawa orang lain dari si
pembunuh. Terhadap siapa pembunuhan itu dilakukan tidak menjadi soal, meskipun
Dari pernyataan ini, maka undang-undang pidana kita tidak mengenal ketentuan
yang menyatakan bahwa seorang pembunuh akan dikenai sanksi yang lebih berat
karena telah membunuh dengan sengaja orang yang mempunyai kedudukan tertentu
Berkenaan dengan unsur nyawa orang lain juga, melenyapkan nyawa sendiri
tidak termasuk perbuatan yang dapat dihukum, karena orang yang bunuh diri
dianggap orang yang sakit ingatan dan ia tidak dapat dipertanggung jawabkan.
“Pembunuhan yang diikuti, disertai, atau didahului oleh kejahatan dan yang
dilakukan dengan maksud untuk memudahkan perbuatan itu, jika tertangkap tangan,
untuk melepaskan diri sendiri atau pesertanya daripada hukuman, atau supaya barang
yang didapatkannya dengan melawan hukum tetap ada dalam tangannya, dihukum
dengan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun.”
Perbedaan dengan pembunuhan Pasal 338 KUHP ialah: “diikuti, disertai, atau
didahului oleh kejahatan”. Kata diikuti (gevold) dimaksudkan diikuti kejahatan lain.
Ketiga, Pembunuhan Berencana (Moord). Tindak pidana ini diatur dalam Pasal
dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu, unsur obyektif, yaitu
Jika unsur-unsur di atas telah terpenuhi, dan seorang pelaku sadar dan sengaja
akan timbulnya suatu akibat tetapi ia tidak membatalkan niatnya, maka ia dapat
Ancaman pidana pada pembunuhan berencana ini lebih berat dari pada
pembunuhan yang ada pada Pasal 338 dan 339 KUHP bahkan merupakan
pembunuhan dengan ancaman pidana paling berat, yaitu pidana mati, di mana sanksi
pidana mati ini tidak tertera pada kejahatan terhadap nyawa lainnya, yang menjadi
dasar beratnya hukuman ini adalah adanya perencanaan terlebih dahulu. Selain
diancam dengan pidana mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana juga dapat
tahun.
A. KESIMPULAN
Dari uraian tiap bab diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Geng motor adalah salah satu jenis tindak pidana dengan berkelompok yang
walaupun biasanya dalamskala yang lebih kecil. Ketika terlibat dalam kegiatan
keberadaan geng. Adapun tindak pidana kejahatan geng motor tersebut berupa:
masyarakat sekitarnya;
pelanggaran lainnya;
pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi balas dendam, dan lain-
lain;
f.Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika yang erat bergandengan dengan tindak
kejahatan;
j. Perbuatan asosial dan anti asosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan dan
lainnya;
Medan, yaitu sudah sangat menakutkan bagi masyarakat. Hampir setiap malam
anggota geng motor berkonvoi di jalanan sambil membawa senjata tajam berjenis
golok panjang. Penjahat jalanan ini sudah terbiasa untuk mengambil nyawa orang
lain sebelum merampas harta bendanya, bahkan tega memotong tubuh korbannya.
anggota geng motor di kota Medan semakin mengkhawatirkan. Hampir setiap malam
Bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya tindak kejahatan anggota geng
motor :
sama;
aksinya;
tidak terkendali yang akan menimbulkan berbagai masalah, baik bagi diri
d) Minimnya pendidikan formal dalam hal ini pendidikan moral dan agama yang
e) Faktor sakit hati dan/atau dendam merupakan salah satu penyebab kelompok
motor, yaitu:
Faktor Internal
a. Krisis Identitas;
Faktor Eksternal
a. Keluarga
perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja.
motor telah diatur dialam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, yaitu antara
lain Pasal 338 KUHP, Pasal 351 KUHP, Pasal 353 KUHP, Pasal 339 KUHP
dan Pasal 170 KUHP, dan Perbuatan pidana penganiayaan terhadap orang lain,
(1) Penganiayaan diancam pidana paling lama dua tahun delapan bulan atau denda
(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
(1) Penganiayaan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan penjara
(3) Jika perbuatan mengakibatkan mati, dia dikenakan pidana penjara paling lama
sembilan tahun.
kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling
Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja
luka; Ke-2. Dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan
mengakibatkan luka berat; Ke-3 Dengan pidana penjara paling lama dua belas
sanksi pidana yang keras dijatuhkan, penggunaan sanksi lain seperti sanksi
pelaku yang dicegah. Ada beberapa hal dalam upaya mengurangi tindak
kepada pihak yang berwajib, apabila terjadi suatu kejahatan yang dilakukan
geng motor, anggota Polresta Medan dan jajarannya melakukan upaya-upaya sebagai
berikut :
Maka dalam hal menanggulangi tindak pidana kejahatan yang dilakukan geng
Kombes Nico Afinta Karo Karo membuat suatu kebijakan yaitu “tembak
ditempat para pelaku kejahatan geng motor”. Hal tesebut didukung oleh Polda
Sumut atas kebijakan dan tindakan tegas Kapolresta Medan Kombes Pol. Drs.
para pelaku kejahatan, jika tidak didukung masyarakat, maka tidak akan
B. SARAN
berikut :
kejahatan.
b. Menambah personil kepolisian dan personil penegak hukum lainnya untuk lebih
BUKU
Ali Masyhar, Gaya Indonesia atas Kebijakan Hukum Tindak Pidana di Indonesia,
2009.
Andi Zainal Abidin, Penerapan Hukum Pidana sebagai Langkah Terakhir, 1987.
Bhineka Teruna Sari Putra, Persepsi Anggota Geng Motor dan Faktor yang
Melatarbelakangi Terjadinya Tindak Pidana Penganiayaan, Purwokerto, 2009.
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2005.
Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan, Media Presindo, Yogyakarta, 2002.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta; Balai Pustaka, 1995.
Mooraker Speed Maniac, Geng Motor dari Segi Sosiologi dan Hukum serta Solusi
Meminimalisir Geng Motor, 2011.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni,
Bandung, 1998.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999.
Soerjono Sukanto dan Sri Mamudi, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995.
Seriono, Bahan Materi Matrikulai Hukum Kebijakan Publik, Mahasiswa Baru Prodi
Ilmu Hukum Pascasarjana UNS, 2004.
WEBSITE
http://samchaster.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://riasiboro.blogspot.com/2012/04/kelemahan-sistem-penegakan-hukum.html
http://mulyanihasan.wordpres.com/2007/04/27/geng-motor-do-kota-bandung
http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=312364
:awal-tahun-geng-motor-semakin-ganas&catid=14:medan&Itemid=27, waspada
online, diakses pada tanggal 7 April 2014.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN