Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS MAKAM FATIMAH BINTI MAIMUN SEBAGAI PENINGGALAN

ARKEOLOGI ISLAM TERTUA DI NUSANTARA

LATAR BELAKANG

Penyebaran Islam di Nusantara khususnya di Nusa 1-Jawa tidak terlepas dari eksistensi
Gresik sebagai pelabuhan dagang. Munif (1995: 47-48) dalam Pioner Pendekar Syiar Islam
Tanah Jawa dan Tapak Tilas Kota Gresik menyebutkan bahwa, Gresik sebelum tahun 1100 M
adalah sebuah kota makmur yang menjadi tempat pelabuhan kapal-kapal. Eksistensi Gresik
sebagai pelabuhan tersebut, bahkan melibatkan orang-orang Arab yang telah ada di sana. Pada
kurun waktu berikutnya, terkait kondisi pelabuhan Gresik pada abad ke XIV-XVII telah
dijelaskan Schrieke2 (1960: 18-27) dalam bukunya berjudul Indonesian Sociological Studies.
Schrieke menyebutkan bahwa, posisi Gresik3sebagai pelabuhan dagang tersebut berkaitan
dengan sejarah penyebaran Islam. Hal tersebut diketahuinya dari cerita para pendatang asal
China, Portugis, Italia, dan Belanda.

Selanjutnya sejarah Islamisasi melalui pelabuhan dagang Gresik, pada akhirnya mencatat
adanya makam seorang mubaligh Islam bernama Fatimah binti Maimun yang makamnya
terdapat di desa Leran 4, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Makam tersebut sekaligus
menjadi bukti kepurbakalaan Islam yang telah masuk ke Nusantara pada saat Kerajaan Hindu-
Buddha masih bertahta di tanah Jawa, yaitu pada sekitar abad abad ke VII sampai dengan abad
ke XI M5 . Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan epitaph 6yang tertulis pada nisan makam
Fatimah binti Maimun yang mencatat waktu wafat beliau pada tahun 475 H atau setara dengan
1
Nusa berarti pulau (Raffles, 2014: 1)
2
Catatan Schrieke tersebut terkait proses Islamisasi Jawa berdasarkan berita-berita dan sumber lokal.
3
Babad Gresik menyebutnya dengan nama Gerwarasi yang berarti terletak tempatku beristirahat. Orang Jawa
kemudian menyebutnya dengan nama Gresik (Soekarman, 1990:1). Literatur lainnya terkait sejarah Gresik
menyebutkan bahwa, nama Gresik berasal dari bahasa pribumi Jawa yaitu kata giri dan gisik. Giri berarti bukit
sementara gisik berarti pantai. Ciri ini sesuai dengan fisik lokasi Gresik di mana wilayahnya terdapat perbukitan dan
pantai. Giri-Gisik dalam percakapan sehari-hari lambat laun berubah menjadi Girisik, yang akhirnya menjadi Gresik
(Tim Penyusun Sejarah Hari Jadi Kota Gresik, 1991: 21)
4
Nama Leran diduga berhubungan dengan kisah migrasi Suku Lor asal Persia yang datang ke Jawa pada abad ke-10
M dan mendirikan pemukiman bernama Loram (Sunyoto, 2012: 51).
5
Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Kepulauan Nusantara Awal, 2009: 60-61.
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, epitaf berarti tulisan singkat pada batu nisan untuk mengenang orang
yang dikubur di situ atau pernyataan singkat pada sebuah monumen (Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2012-
2019. Epitaf. https://kbbi.web.id/epitaf.
tahun 1082 M. Keterangan waktu wafat beliau pada tahun 475 H atau 1082 M pada abad ke XI
M tersebut dibenarkan para sejarawan, sebab nisan tersebut ditulis dengan gaya huruf Kufi
Timur dan berbahasa Arab Arkhais. Damais (1995: 173) menyebutkan bahwa, huruf Arab Kufi
yang digunakan pada penulisan epitaf nisan Fatimah binti Maimun tersebut memang sesuai
dengan gaya penulisan Kufi8 , yang digunakan pada akhir abad ke XI. Damais juga
menyebutkan bahwa, batu nisan dari prasasti Leran tersebut berasal dari bukit kapur setempat
(Damais, 1995: 203).

Fatimah yang makamnya tak pernah sepi pengunjung ini, semasa hidupnya memang
dikenal sebagai wanita yang ikut berperan dalam penyebaran agama khususnya di wilayah
Gresik. Selain sebagai penyebar agama, ia dikenal sebagai saudagar perdagangan yang andal dan
melalui kegiatan berdagang itulah keduanya juga menyebarkan agama Islam. Maka, tak salah
rupanya jika wanita ini disebut-sebut wanita paling kaya kala itu. Ketika menginjak usia remaja,
ia telah memiliki kepandaian berdagang mengikuti jejak perjalanan ayah dan ibunya ke tanah
Jawa. Mereka bertiga medaratkan perahu mereka di wilayah desa Leran kecamatan Manyar,
sekitar 10 kilometer arah barat kota Gresik dengan melewati jalur pantura. Dikisahkan, ketika itu
Fatimah yang memiliki kepandaian sebagai saudagar mulailah melakukan perdagangan barang-
barang hingga sampai ke wilayah pusat kerajaan Majapahit yang waktu itu konon di perintah
oleh Prabu Brawijaya. Sambil berdagang, ia juga menyebarkan agama Islam. Kurang lebih
setahun Fatimah berdagang di pusat kerajaan Majapahit dan akhirnya kembali ke Leran. Namun
malang, sekembalinya Siti Fatimah dari berdagang tersebut berbarengan dengan musibah
penyakit pagebluk di desa Leran. Banyak yang meninggal akibat pagebluk tersebut, termasuk
yang akhirnya menjadi korban meninggal adalah Fatimah beserta dua belas pengikut setianya.
Prabu Brawijaya yang konon mendengar berita tentang kematian saudagar wanita dan
pengikutnya itu, kemudian membangunkan bangunan cungkup berbentuk candi. Meski telah
mengalami perbaikan dan renovasi, situs berbentuk candi itu tetap terawat baik hingga sekarang.
Dalam cungkup yang di dalamnya terdapat makam Fatimah beserta pengikutnya yang berjumlah
empat orang yaitu puti Kamboja, Kuching, Keling dan Seruni. Kerabat dan pengikut lainnya
yang berjumlah tujuh orang pria, makamnya terdapat di luar cungkup.

METODE PENELITIAN
Metodologi penelitan adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang
digunakan oleh pelaku suatu disiplin, metodologi juga merupakan analisis , mengenai suatu cara
atau metode, sedangkan penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuanjuga merupakan usaha yang sistematis dan terorganisasi
untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

Jenis penelitian dalam tulisan ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library
research) dimana dalam penelitian ini penulis akan mencari buku-buku maupun jurnal yang ada
hubungannya dengan tulisan ini. Kegiatan studi pustaka termasuk kategori penelitian kualitatif
dengan prosedur kegiatan dan teknik penyajian finalnya secara deskriptif (Lexy J. Moeloeng,
2002). Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (liberary research), maka metode yang
penulis lakukan adalah metode komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih
faktafakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Menurut
Nazir penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban
secara mendasar tentang sebab- akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir : 2013). Pendekatan Komparatif merupakan
suatu cara untuk membandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain guna
mendapatkan kesimpulan yang jelas (Wirnano, 1972). Jadi peneitian komparatif adalah jenis
penelitian yang digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu
variabel tertentu.

PEMBAHASAN

Nisan Makam Fatimah binti Maimun

Temuan batu nisan ini merupakan temuan penting, karena dengan ditemukannya tulisan
di nisan tersebut membuktikan adanya data lebih awal tentang kedatangan pengaruh Islam di
Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Dari batu nisan ini diketahui, bahwa yang meninggal adalah
seorang wanita bernama Fatimah putri dari Maimun, meninggal pada hari Jum'at, 12 Rabi'ul
Awal, tahun 495 Hijrah atau 1101 Masehi. Data kronologi menunjukkan lebih awal daripada
data kronologi sebelumnya yang diperoleh dari batu nisan Malik al-Saleh yang wafat pada tahun
1296 Masehi; terpaut kurang lebih dua abad.
Kompleks utama Makam Fatimah binti Maimun Gresik dikeliling oleh tembok setinggi
pinggang, dengan sebuah gapura paduraksa yang sangat rendah, sehingga orang harus
menundukkan kepada dan membungkukkan badan ketika melewatinya. Ini sebuah perlambang
bahwa pengunjung wajib melakukan pemberian hormat bagi penghuni makam. Ada kesan
tersendiri ketika memasuki bangunan makam yang berbentuk segi empat dengan dinding tinggi,
sangat tebal, dan atapnya berbentuk limasan yang menyempit ke atas. Lubang-lubang hawa yang
kecil tampak dibuat di sekeliling dinding makam dengan hiasan garis-garis pelipit berbentuk
persegi. Pada makam terdapat inskripsi nisan terdiri dari tujuh baris, berikut ini adalah bacaan
J.P. Moquette yang diterjemahkan oleh Muh. Yamin, sbb:

1. Atas nama Tuhan Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah
2. Tiap-tiap makhluk yang hidup di atas bumi itu adalah bersifat fana
3. Tetapi wajah Tuhan-mu yang bersemarak dan gemilang itu tetap kekal adanya
4. Inilah kuburan wanita yang menjadi kurban syahid bernama Fatimah binti Maimun
5. Putera Hibatu'llah yang berpulang pada hari Jumiyad ketika tujuh
6. Sudah berlewat bulan Rajab dan pada tahun 495
7. Yang menjadi kemurahan Tuhan Allah Yang Maha Tinggi dan Rasulnya Mulia

Baris 1 merupakan basmalah sedangkan baris 2-3 merupakan kutipan Surah Ar-Rahman ayat
25-26, yang umum dalam epitaf umat Muslim, terutama di Mesir. Orang pertama yang
menemukan dan membaca inskripsi ini adalah peneliti asal Belanda bernama JP Moquette pada
1911, kemudian Paul Ravaisse (berkebangsaan Perancis) melakukan beberapa perbaikan. Adalah
Mohammad Yamin yang membaca angka tahun 475 H atau 1082 M, bukan 495, sebagai tahun
meninggalnya Fatimah karena wabah yang sangat ganas.

Arsitektur Makam

Makam Siti fatimah Binti Maimun berada dalam sebuah cungkup berbentuk empat
persegi panjang dengan atap berbentuk limasan yang mengerucut. Cungkup ini merupakan
bangunan utama dan terbesar. Di dalam cungkup tersebut, selain terdapat makam Siti Fatimah
Binti Maimun, dimakamkan juga empat orang dayangnya, yaitu Nyai Seruni, Putri Keling, Putri
Kucing, dan Putri Kamboja.
Gambar 1. Cungkup putih makam Fatimah tampak dari luar. Foto C. Guillot & L. Kalus, 1985

Selain keunikan cungkup yang terbuat dari batu putih yang sangat tebal dan tinggi, di
kompleks makam yang sangat luas ini juga terdapat beberapa kubur yang sangat panjang.
Lantaran jauh lebih panjang dari kubur yang lazim, sehingga makam itu sering disebut sebagai
Makam Panjang dengan bentuk yang cukup unik. Gapura luar makam Fatimah tidak tinggi, dan
papan nama yang digantung pada struktur pipa. Meskipun papan namanya terlihat sudah menua,
namun terlihat antik. Justru struktur pipa besinya yang malah merusak pemandangan makam
Fatimah ini, karena tak sejalan dengan karakter temboknya. Pintu masuk ke dalam makam juga
dibuat sangat rendah, yang memaksa orang untuk membungkukkan badan ketika melewatinya.
Pintu itu tampaknya selalu digembok ketika tidak ada orang, dan pengunjung harus mendapatkan
kunci pembuka gembok dari kuncen untuk bisa masuk ke dalam makam tua yang unik ini.
Beberapa tangkai bunga sedap malam tampak diikat pada nisan makam Fatimah. Tempat
meletakkan bunga itu lebih tinggi dari badan makam, dan kijing dibuat berundak lima, dan
sangat panjang. Ruangan dalam makam terasa sempit, mungkin karena temboknya yang sangat
tebal dan langit-langit makam menyempit ke atas dengan ornamen garis simetris repetitif.
Makam Fatimah berada di dalam kelambu, dan berpagar kisi besi yang jarang. Ukuran nisan dan
panjang makam Fatimah ini tidak berbeda dengan makam para dayangnya. Berjajar di samping
makamnya adalah makam Putri Kamboja, Putri Kucing, dan Putri Keling. Nisan makamnya
ditutup kain putih yang sudah mulai terlihat lusuh.
Gambar 2. Makam Fatimah binti Maimun tampak dari dalam cungkup. Sumber:
www.mantankyainu.blogspot.com. Diakses pada 16 Mei 2022

KESIMPULAN

Temuan batu nisan Fatimah binti Maimun merupakan temuan penting, karena dengan
ditemukannya tulisan di nisan tersebut membuktikan adanya data lebih awal tentang kedatangan
pengaruh Islam di Indonesia, khususnya Pulau Jawa. Fatimah putri dari Maimun, meninggal
pada hari Jum'at, 12 Rabi'ul Awal, tahun 495 Hijrah atau 1101 Masehi. Data kronologi
menunjukkan lebih awal daripada data kronologi sebelumnya yang diperoleh dari batu nisan
Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1296 Masehi; terpaut kurang lebih dua abad. Kompleks
utama Makam Fatimah binti Maimun Gresik dikeliling oleh tembok setinggi pinggang, dengan
sebuah gapura paduraksa yang sangat rendah, sehingga orang harus menundukkan kepada dan
membungkukkan badan ketika melewatinya. Makam Siti fatimah Binti Maimun berada dalam
sebuah cungkup berbentuk empat persegi panjang dengan atap berbentuk limasan yang
mengerucut. Selain keunikan cungkup yang terbuat dari batu putih yang sangat tebal dan tinggi,
di kompleks makam yang sangat luas ini juga terdapat beberapa kuburan yang sangat panjang.
Lantaran jauh lebih panjang dari kuburan yang lazim, sehingga makam itu sering disebut sebagai
Makam Panjang dengan bentuk yang cukup unik. Ruangan dalam makam terasa sempit,
mungkin karena temboknya yang sangat tebal dan langit-langit makam menyempit ke atas
dengan ornamen garis simetris repetitif.

DAFTAR PUSTAKA
Ensiklopedia Sejarah dan Budaya Jilid 6 (Kepulauan Nusantara Awal). 2009. Jakarta:
Penerbit: PT Lentera Abadi.

Damais, L.C. 1995. Epigrafi dan Sejarah Nusantara. Jakarta: EFEO Pusat Arkeologi
Nasional.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. 2012-2019. Epitaf. https://kbbi.web.id/epitaf.

Lexy J. Moeloeng. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya

Raffles, Thomas Stamford. 2014. The History of Java. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Soekarman. 1990. Babad Gresik I. Surakarta: Radya Pustaka.

Sunyoto, Agus. 2012. Atlas Wali Songo (Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo
sebagai Fakta Sejarah). Bandung: Pustaka IIMaN.

Wirnano Surahmad. 1972. Dasar-dasar Teknik Research. Bandung: Tarsito

Anda mungkin juga menyukai