Anda di halaman 1dari 23

HUKUM KONTRAK INTERNASIONAL SETELAH UTS

AMANDA FILIA TERIA (6052001291)

(8) PEMBENTUKAN KONTRAK

Istilah dan Gambaran Umum


• Offeror
Pihak yang memberikan/menerbitkan penawaran
• Offeree
Pihak yang menerima penawaran dan mampunya hak untuk menerima/menolak
penawaran
• Offer
Penawaran dari offeror
• Acceptance
Konfirmasi positif dari offeree terhadap penawaran yang dilakukan oleh offerror
• Withdrawal
Penarikan kembali
• Revocable
Pencabutan

Kapan Kontrak Terbentuk


Pada saat ada penerimaan/acceptance atas penawaran/original offer oleh offeror

Withdrawal/Penarikan (Dari sisi Offeror)


Penawaran bisa ditarik oleh offeror dengan syarat:
• Sebelum original offer sampai pada offeree; atau
• Pada saat yang sama dengan sampainya original offer kepada offeree.
Revocation/Pencabutan (Dari sisi Offeror)
Bisa dilakukan sekalipun original offer sudah sampai pada offeree
Syarat:
• Sebelum offeree mengirimkan penerimaan/acceptance

Counter-Offer (Dari sisi Offeree)


Dari awal

Article 2.1.1 (Pembentukan Kontrak)


• Kesepakatan/kontrak terbentuk baik dengan:
1. penerimaan tegas terhadap sebuah penawaran; atau
2. dengan perilaku para pihak yang menunjukan adanya kesepakatan
• Berlaku juga bagi smart contract/otomatis kontrak

Article 2.1.2 (Yang bisa dianggap sebagai penawaran/offer)


Proposal/usulan untuk membentuk kontrak bisa dianggap sebagai offer kalau:
1. Isinya cukup pasti (dengan acceptance saja kontrak dapat dianggap terbentuk)
2. Menunjukan/mengindikasikan kehendak dari offerror untuk terikat pada proposal
apabila proposal itu diterima
Contoh: Kalau dokumen tender disebutkan bahwa pemenang tender adalah peserta
dengan harga terendah dan penawaran sesuai spesifikasi proyek, maka dokumen
tender sudah bisa dianggap sebagai offer, kalau tidak disebutkan seperti itu dan
hanya menyebutkan nama proyek, spesifikasi proyek, nilai proyek, maka belum bisa
dianggap sebagai offer tetapi hanya sebagai invitation to offer karena belum ada
kehendak untuk terikat (Lihat Lampiran 1 dan 2)

Article 2.1.3 (Kapan sebuah offer menjadi efektif)


• Offer mengikat offeror/efektif ketika sampai pada offeree
• Hanya boleh ditarik kembali sebelum offernya sampai/pada saat yang sama dengan
sampainya offer pada offeree
• Dengan adanya penarikan kembali/withdrawal yang sah, maka kontrak tidak akan
terbentuk karena tidak akan ada acceptance

Article 2.1.4 (Pencabutan Offer)


Suatu offer boleh dicabut jika:
• Sebelum offeree mengirimkan penerimaan atas penawaran

Offer yang tidak dapat dicabut kembali:


• Kalau offernya mengindikasikan bahwa memang offer itu tidak bisa dicabut kembali
(dengan menyatakan suatu tenggat waktu untuk menyatakan penerimaan)
• Kalau secara wajar offeree mengandalkan offer tersebut dan memercayainya sebagai
offer yang tidak dapat dicabut kembali

Kapan dan bagaimana terdapat alasan yang wajar bagi B untuk menganggap offer dari A
adalah irrevocable/tidak dapat dicabut kembali?
• Kalau offeree dalam menerima offer itu harus mengeluarkan biaya/melakukan
sesuatu sebelum bisa mengonfirmasi penerimaannya
Kalau si A memberikan penyerahan lukisan ke B dan B sudah memulai restorasi, B
sudah melakukan sesuatu dengan mengandalkan tindakan A ini untuk mencoba
melakukan restorasi (Ilustrasi kasus dalam PPT)

Article 2.1.5 (Penolakan Offer)


Penawaran/offer akan berakhir kalau ditolak oleh penerima penawaran (offeree)

Kapan penolakannya berlaku/mengikat si pengirim penolakan?


Ketika dokumen penolakan sampai pada offeror

Offer dapat ditolak secara:


1. Diam-diam
Menuliskan modifikasi/menambahkan/mengurangi/mengubah offer
Contoh: Apakah harganya bisa dikurangi, pengirimannya bisa dipercepat, dll
2. Tegas
Tertulis menuliskan menolak apa yang ditawarkan offeror

Penolakan dapat dianggap sebagai counter-offer apabila disetujui oleh offeror. Jadi, offer yang
awal dianggap berakhir

Article 2.1.6 (Penerimaan Offer)


• Penerimaan harus dengan pernyataan penerimaan/melakukan tindakan
• Penerimaan tidak bisa secara diam-diam/diam
Berbeda dengan penolakan yang bisa diam-diam. Penerimaan tidak bisa diam-diam
karena yang mengajak untuk membuat kontrak adalah offeror
• Diamnya offeree tidak boleh diartikan penerimaan
Kecuali bila hal itu disepakati sebelumnya dan ada pola perilaku kebiasaan yang
mengikat para pihak yang mengindikasikan diamnya offeree adalah penerimaan
• Penerimaan efektif ketika pernyataan menerima offernya sampai pada offeror
• Offeree boleh menyatakan penerimaannya dengan tindakan tanpa pemberitahuan ke
offerror dengan syarat sudah terbentuk pola perilaku (penerimaan efektif ketika
tindakannya dilakukan)
• Penerimaan dianggap ada ketika offeree menyatakan penerimaan
• Penerimaan harus tidak bersyarat, kalaupun ada perubahan harus yang tidak
mendasar (seperti perubahan salah ketik/ketentuan penawaran yang lihat 2.1.11)
• Penerimaan dianggap telah diberikan dengan adanya perilaku offeree yang sesuai
dengan offer

Article 2.1.7 (Waltu Penerimaan Offer)


• Offer harus diterima dalam waktu yang ditentukan oleh offeror
• Kalau tidak ada konfirmasi biasanya sebagai penolakan
Tetapi harus dilihat dulu apakah ada kesepakatan/pola perilaku kebiasaan
• Kalau tidak ada waktu yang ditentukan maka harus dengan waktu yang wajar
Wajar itu harus lihat situasi termasuk kecepatan alat komunikasi yang digunakan
para pihak
• Offer dianggap lisan apabila offeree langsung memberikan responnya
Offer lisan bukan berarti offernya verbal, tetapi adalah offer yang dapat diakseptasi
dengan segera

Article 2.1.8 (Penerimaan dalam Jangka Waktu Tertentu)


• Periode penerimaan untuk waktu yang ditetapkan oleh offeror
• Penghitungan dimulai sejak tanggal pengiriman
• Cap pos, inbox dianggap sebagai jangka waktu
• Kalau di dalam offernya ada tanggalnya, maka itu dianggap sebagai tanggal
pengiriman

Article 2.1.9 (Efektivitas Penerimaan yang Terlambat dan Penerimaan yang Tertunda
karena Hambatan dalam Pengiriman)
• Pada dasarnya penerimaan yang terlambat itu tidak efektif/tidak mengikat para
pihak
Kecuali offeror menyatakan menerima/menyetujui penerimaan yang terlambat
• Keterlambatan karena kesalahan yang bukan kelalaian offeree tidak menyebabkan
penerimaannya tidak efektif
Kecuali dinyatakan tidak efektif oleh offeror

Article 2.1.10 (Efektivitas Penarikan Kembali Acceptance oleh Pihak Offeree)


Penarikan kembali dari penerimaan/acceptance dapat dilakukan apabila penarikan kembali
sebelum/pada saat yang sama dengan sampainya penerimaan pada pihak offeror

Article 2.1.11 (Perubahan Ketentuan pada Dokumen Penawaran)


• Kalau ada balasan dari offeree atas sebuah offer yang seakan-akan itu penerimaan tapi
di dalamnya ada penambahan, pembatasan, dll maka balasan tersebut dapat
dianggap sebagai penolakan dan disebut sebagai counter offer
• Kalau secara material tidak mengubah dokumen penawaran secara material tetap
dianggap sebagai penerimaan
Kecuali offerornya tanpa ditunda-tunda mengajukan keberatan

Kapan klausula arbitrase bisa menjadi perubahan mendasar (control offer)?

Article 2.1.12 (Perubahan pada Ketentuan Kontrak)


• Baru berlaku ketika kontraknya sudah terbentuk (ketika ada offer yang sudah
diaccept)
Kemudian ada perubahan terhadap ketentuan yang sudah diaccept
• Selama perubahannya tidak fundamental, maka perubahan itu dianggap sebagai
perubahan kontrak
• Jika perubahannya tidak material, dianggap bagian dari kontrak
• Jika perubahannya material, tidak dianggap bagian dari kontrak, kecuali persetujuan
penerima
• Harus dikirimkan dalam waktu yang wajar
Ukuran wajar adalah ukuran wajar pada umumnya pada traksaksi yang sama (harus
dilihat dalam bidang perdagangan yang serupa) - Tidak ditentukan berapa
hari/bulannya
• Dokumen turunan dari kontrak yang dimaksudkan untuk menegaskan ketentuan
dalam kontrak yang mengandung perubahan tidak material, maka dianggap bagian
dari kontrak
Note:
Untuk mengetahui perubahan material/mendasar lihat 2.1.11

Article 2.1.13 (Pengecualian dari Dasar Pembentukan Kontrak)


Walaupun UPICC mengatur bahwa adanya kesepakatan cukup untuk membentuk kontrak,
namun apabila para pihak atau salah satu pihak menekankan bahwa kontrak belum
terbentuk sampai suatu syarat atau suatu bentuk dipenuhi, maka kontrak belum terbentuk
• Tidak ada yang mengharuskan bentuk tertentu untuk membentuk kontrak (Pada
dasarnya)
• Article ini merupakan pengecualian dari dasar 👆
Ketika negosiasi salah satu pihak bersikeras bahwa kontrak tidak terbentuk sampai
ada kesepakatan mengenai hal/bentuk tertentu, maka tidak ada kontrak yang
terbentuk sampai dengan kesepakatan menganai hal/bentuk tertentu itu tercapai
• Contoh: Ada 1 pihak yang menyatakan bahwa perjanjian belum terbentuk sampai ada
bentuk tertulisnya
Jika offernya sudah diaccept, tetapi belum ada perjanjian tertulis, maka dianggap
perjanjian itu belum terbentuk

Article 2.1.14 (Kontrak dengan Persyaratan yang Secara Sengaja Dibiarkan Terbuka)
• Para pihak sepakat dengan ada sesuatu yang ditentukan di kemudian
hari/ditentukan oleh pihak ketiga
Kontrak sudah terbentuk walaupun ada syarat-syarat tertentu yang akan
dinegosiasikan di kemudian hari
• Syaratnya: Kontrak bisa tetap terbentuk selama ada cara alternatif untuk
menentukan kepastian dari syarat yang dibiarkan terbuka tersebut
• Mengatur keadaan di mana para pihak memang sengaja membiarkan persyaratannya
terbuka (untuk negosiasi setelah kontrak terbentuk)
• Kalau ga ada pernyataan secara tegas, maka adanya niat/kehendak itu dinilai dari:
1) Karakter persyaratan yang dibiarkan terbuka (apakah persyaratan itu adalah
persyaratan esensial/bukan);
2) Tingkat kepastian dari perjanjian secara utuh (apakah dengan persyaratan yang
dibiarkan terbuka itu perjanjiannya masih bisa dilaksanakan/tidak);
3) Fakta bahwa persyaratan yang dibiarkan terbuka itu berhubungan/berkaitan
dengan hal-hal yang menurut hakikatnya memang bisa ditentukan di kemudian
hari; dan
4) Fakta bahwa perjanjian telah dilaksanakan sebagian (Lihat kembali Art 1.8).
• Aturan umum: Selama syarat esensial sudah terbentuk, kontrak tetap ada
Pengecualian: Kalau yang dibiarkan terbuka adalah syarat esensial, maka untuk
melihat para pihak berniat mempertahankan kontrak harus dilihat dari 2 hal, yaitu:
1) Apakah syarat itu bisa ditentukan di kemudian hari; dan
2) Apakah perjanjiannya sudah dilakukan sebagian
Note:
Metode pengiriman bukan syarat yang bisa dibiarkan terbuka

Article 2.1.15 (Negosiasi dengan Itikad Buruk)


• Kalau seseorang bernegosiasi dan memutuskan negosiasi, apakah pihak lawannya
berhak meminta ganti rugi?
• Tidak ada hak untuk ganti rugi, kecuali salah satu pihak memutuskan negosiasi
dengan itikad buruk (ganti rugi yg bisa dilakukan adalah kehilangan kesempatan
untuk mengadakan kontrak dengan pihak ketiga, jadi bunga tidak termasuk)
• Kapan bisa dianggap itikad buruk?
1) Kalau pihak tersebut mengadakan negosiasi tanpa bermaksud untuk membuat
kontrak (misalnya endingnya agar si X tidak membuat perjanjian dengan pihak
lawannya);
2) Kalau si pihak ini melakukan penipuan
• Contoh: Lampiran 3

Article 2.1.16 (Kewajiban Menjaga Kerahasiaan)


• Aturan umum: Para pihak tidak memiliki kewajiban untuk menjaga kerahasiaan
• Informasi rahasia adalah informasi yang secara tegas dinyatakan sebagai informasi
yang bersifat rahasia
• Art ini meletakkan kewajiban bagi para pihak dalam kontrak untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang dibuka dalam proses negosiasi
• Kalau ada pelanggaran terhadap kewajiban kerahasiaan, maka bisa dimintakan
kompensasi berdasarkan manfaat yang diterima oleh penerima kerahasiaan

Article 2.1.17 (Merger Clause)


Di dalam suatu kontrak dapat dimasukkan merger clause yang berarti kontrak telah memuat
seluruh kesepakatan para pihak dan dokumen-dokumen pembentukan kontrak tidak dapat
digunakan untuk membantah isi kontrak. Dokumen-dokumen tersebut dapat digunakan
untuk menafsirkan kehendak para pihak
• Jika dalam suatu perjanjian ada 1 klausula bahwa syarat dan ketentuan dalam
perjanjian ini adalah syarat dan ketentuan yang mengikat para pihak
Maka para pihak tidak boleh menggunakan dokumen negosiasi untuk
mengubah/melengkapi kontrak (tapi dokumen negosiasi hanya bisa digunakan
untuk melakukan penafsiran ketentuan yang tidak jelas karena salah satu penafsiran
kontrak adalah melihat maksud dan tujuan para pihak)
Note:
Dokumen negosiasi bisa berupa:
⁃ MoU (yang bukan berisi hak dan kewajiban)
⁃ Korespondensi email
⁃ LoI

Article 2.1.18 (Perubahan Kontrak Harus Dilakukan dengan Bentuk Tertentu)


Apabila para pihak telah sepakat bahwa suatu perubahan di dalam kontrak harus dalam
bentuk tertentu, maka perubahan baru akan menjadi efektif atau berlaku setelah bentuk
tersebut terpenuhi
• Kelanjutan dari 1.2 (Kontrak hanya bisa diubah dan diakhiri sesuai kesepakatan)
• Art ini mengenai perubahan kesepakatan hanya bisa dilakukan dengan dokumen
tertulis
Kalau belum ada dokumen tertulis tapi para pihak udah sepakat, maka tetap belum
bisa menjadi perubahan kontrak
• Bisa dikesampingkan kalau sudah ada tindakan untuk melaksanakan perubahan
tersebut dan pihak yang 1 sudah melakukan sesuatu yang dianggap …
• Suatu pihak tidak bisa menggunakan dasar art ini apabila pihak lain telah
mengandalkan suatu tindakan/pemahaman dari pihak lainnya

Pembentukan kontrak apabila ada klausula baku/persyaratan standar antara Pelaku


Usaha dengan Pelaku Usaha

Article 2.1.19 (Persyaratan Standar)


• Ketika salah satu pihak/kedua belah pihak menggunakan klausula baku dalam
mengadakan kontrak, maka pembentukan kontrak tunduk pada Pasal 2.1.20-2.1.22
• Klausula baku: Ketentuan-ketentuan yang telah disiapkan terlebih dahulu untuk
digunakan secara umum dan berulang kali oleh salah satu pihak yang digunakan
tanpa negosiasi dengan pihak lain
• Untuk menentukan klausula baku, dilihat dari fakta apakah ketentuan-ketentuan itu
memang disiapkan oleh salah satu pihak di awal untuk berulang kali dan digunakan
tanpa di negosiasikan
• Persyaratan standar dimuat dalam dokumen/website (Purchase order)
Harus ada referensi, kalau tidak ada, maka tidak mengikat para pihak, kecuali kalau
ada praktek kebiasaan (meningat Pasal 1.9)

Article 2.1.20 (Surprising Terms/Klausula yang Mengejutkan)


• Klausula baku tidak akan mengikat para pihak kalau pihak yang menerima klausula
bakunya tidak bisa memahami/tidak mengetahui adanya klausula tersebut (dilihat
dari isinya apakah wajar atau tidak, bahasanya seperti bahasa asing yang tidak
dipahami para pihak (seperti istilah hukum yang hanya diakui di suatu negara),
penyajiannya)
• Klausula baku tidak akan mengikat para pihak kalau klausula bakunya
mengejutkan/tidak dapat diduga oleh pengguna kontrak

Article 2.1.21 (Pertentangan Antara Persyaratan Standar dengan Persyaratan yang


Dinegosiasikan)
• Kalau ada pertentangan/inkonsistensi antara persyaratan yang dinegosiasikan
dengan persyaratan yang standar, maka yang berlaku adalah persyaratan yang
dinegosiasikan

Article 2.1.22 (Masing-masing Pihak Memiliki Persyaratan Standar Sendiri yang Saling
Bertentangan)
• Berkaitan dengan keadaan di mana masing-masing pihak memiliki klausula bakunya
sendiri
• Dalam hal ini, kontraknya tetap terbentuk, persyaratan yang digunakan adalah
persyaratan yang sama
Jadi, persyaratan yang saling bertentangan akan mengesampingkan 1 sama
lain/dianggap tidak ada (doctrine knock out)
• Kecuali, salah satu pihak secara jelas mengindikasikan di awal/kemudian dan tanpa
ditunda-tunda memberitahukan pihak lainnya bahwa ia tidak berniat dengan kontrak
yang seperti itu

Ilustrasi 2:
Kontrak dianggap tetap terbentuk karena klausula bakunya hanya “penyimpangan tidak sah
apabila tidak disetujui”, artinya konfirmasi itu tidak hanya penolakan saja, tetapi bisa juga
berupa persetujuan

Ilustrasi 3:
Kontrak tidak terbentuk karena secara tegas menyebutkan bahwa ia tidak mau terikat pada
kontrak, kecuali kontraknya berisi syarat dan ketentuannya sendiri

NOTE:
• UPICC tidak mengatur antara Pelaku Usaha dengan Konsumen
————————————————————————-————-————-————-—
CHAPTER 2 SECTION 2 UPICC (PEMBENTUKAN KONTRAK OLEH AGEN)

Agen di sini harus ditafsirkan secara luas, yaitu orang yang ditunjuk untuk mengurusi
kepentingannya pihak yang menunjuk (prinsipal)

Article 2.2.1 Kewenangan Agen untuk Membuat Kontrak


• Kewenangan seorang agen untuk membuat hubungan hukum antara prinsipal
dengan pihak ketiga, baik agennya bertindak atas nama ssndiri atau atas nama
prinsipal
• Tidak mengatur mengenai kewenangan agen yang diberikan oleh hukum: agen-agen
yang dituntut oleh institusi pengadilan (pengampu, kurator)
• Mengatur kewenangan agen untuk melakukan tindakan/menjalin pelaksanaan
kontrak dengan pihak ketiga
• Mengatur agen untuk mengadakan kontrak dengan pihak ketiga
• Mengatur hubungan agen dengan prinsipal di satu sisi dan hubungan agen dengan
pihak ketiga di lain sisi

Yang tidak diatur dalam section ini:


• Agen yang berperan sebagai perantara
• Hak dan kewajiban antara agen dengan prinsipal
• Agen yang hanya berwenang dalam melakukan negosiasi, tetapi tidak berwenang
untuk mengikat prinsipal dalam kontrak
• Kewenangan agen yang diberikan oleh hukum: agen-agen yang dituntut oleh institusi
pengadilan (pengampu, kurator)

Agen perusahaan:
• Berlaku bagi agen-agen perusahaan

Article 2.2.2 Pemberian Kewenangan dari Prinsipal ke Agen


• Bisa tersurat maupun tersirat/tegas maupun diam-diam/eksplisit maupun implisit
• Agen dianggap memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan sebagaimana pembentukan agen

Article 2.2.3 Diketahui Statusnya sebagai Agen (Keagenan yang Terbuka) - Agen
bertindak untuk dan Atas Nama Prinsipal
• Kontraknya mengikat prinsipal/agen?
• Ketika seorang agen bertindak dalam kewenangannya dan pihak ketiga
tahu/sepantasnya mengetahui bahwa agen adalah seorang agen, maka tindakan yang
dilakukan oleh agen akan memiliki hubungan langsung/hubungan hukum antara
prinsipal dengan pihak ketiga
Jadi, kontrak yang dilakukan oleh agen terhadap pihak ketiga akan menimbulkan
akibat hukum bagi prinsipal, tidak ada hubungan langsung antara agen dengan pihak
ketiga
• Tindakan agen hanya akan mengikat agen dan pihak ketiga kalau agen dengan
persetujuan dari prinsipal menjadikan dirinya sebagai pihak dari kontrak
• Agen mengadakan kontrak atas namanya sendiri karena prinsipal tidak mau
namanya diketahui oleh pihak ketiga/pihak ketiga tidak mau mengadakan kontrak
apabila tidak dengan agen — Maka setelah agen menerima haknya, agen mempunyai
kewajiban untuk meneruskan kepada prinsipal
• Yang tidak termasuk: Ketika agen dalam melanggar perjanjian melakukan perjanjian
dengan pihak ketiga
• Bisa digunakan apakah sudah terbentuk kontrak antara agen dengan pihak ketiga,
apakah kontraknya mengikat prinsipal atau tidak

Article 2.2.4 Keagenan Tertutup


• Pihak ketiga tidak mengetahui/sepantasnya tidak mengetahui bahwa agen bertindak
sebagai agen
Tindakan agen hanya menimbulkan hubungan hukum antara agrn dengan pihak
ketiga
• Kalau pihak ketiga mengetahui pemilik sesungguhnya, maka pihak ketiga bisa
mengajukan tuntutan/gugatan/mengklaim apapun yang ia punya terhadap agen
tersebut kepada pemilik sesungguhnya

Article 2.2.5 Ultra Vires


• Kalau agen bertindak tanpa kewenangan/melebihi kewenangannya, maka tindakan
tersebut tidak akan mengikat prinsipal maupun pihak ketiga
• Tetapi, kalau prinsipalnya menyebabkan pihak ketiga secara wajar percaya bahwa
agen bertindak dalam kewenangannya, maka prinsipal tidak boleh mengajukan
pembelaan bahwa agennya telah bertindak di luar kewenangan
• Kalau prinsipal diam saja dan menimbulkan pemahaman bahwa agen bertindak
sesuai kewenangannya, …

Article 2.2.6 Pertanggung Jawaban Agen di Luar Kewenangannya


• Yang harus bertanggung jawab adalah agen
• Agen yang bertindak tanpa kewenangan/di luar kewenangannya dan tidak mendapat
ratifikasi/tidak diakui oleh prinsipal, bertanggung jawab atas kerugian yang diderita
oleh pihak ketiga
• Agen menjadi tidak bertanggung jawab kalau pihak ketiga tahu/sepantasnya
mengetahui kalau agen bertindak di luar kewenangannya
Dikaitkan dengan itikad baik/good faith
Article 2.2.7 Benturan Kepentingan
• Kalau sebuah perjanjian ditutup oleh agen yang memiliki benturan kepentingan
dengan prinsipal yang diketahui oleh pihak ketiga/pihak ketiga sepantasnya tahu,
maka prinsipal boleh membatalkan kontraknya
• Tapi, prinsipal tidak boleh membatalkan kontrak kalau prinsipal sudah memberikan
persetujuan walaupun ada benturan kepentingan/agen sudah mengungkapkan ada
benturan kepentingan tapi prinsipal tidak mengajukan keberatan
• Benturan kepentingan terjadi kalau dalam mengurus mandat, agen berurusan
dengan 2 prinsipal yang berbeda di waktu yang bersamaan

Article 2.2.8 Subkeagenan


• Agen memiliki kewenangan tersirat untuk menunjuk sub agen untuk melaksanakan
tindakan yang tidak bisa dilakukan sendiri/tindakan yang secara tidak wajar
diharapkan dilakukan oleh agen
• Kewenangan menunjuk sub agen tergantung pemberian kuasa dari prinsipal

Article 2.2.9 Ratifikasi


• Ratifikasi itu sederhananya persetujuan di belakang
• Ketika seorang agen bertindak tanpa/di luar kewenangannya, prinsipal boleh
menyetujui/ratifikasi tindakan yang di luar kewenangan tersebut
• Kalau sudah diratifikasi, dari awal tindakan itu dilakukan akan dianggap sebagai
tindakan yang sejak awal dilakukan dengan kewenangan
• Pihak ketiga holeh menetapkan jangka waktu tertentu untuk ratifikasi (untuk
melindungi dan memberi kepastian bagi pihak ketiga - apakah suatu tindakan
menciptakan hubungan)
• Kalau pada saat dilakukannya tindakan pihak ketiga tidak mengetahui/sepatutnya
tidak mengetahui bahwa si agen bertindak di luar kewenangan, maka sebelum
dilakukan ratifikasi si pihak ketiga bisa mengatakan kepada prinsipal bahwa ia tidak
mau terikat pada ratifikasi
• Ayat 2: Mengetahui agennya bertindak di luar kewenangan
• Ayat 3: Waktu dilakukan tindakan, pihak ketiga tidak mengetahui bahwa agen
bertindak di luar kewenangan

Article 2.2.10 Pengakhiran Kewenangan Agen


• Karena pengakhiran itu akan mengakhiri hubungan antar prinsipal dengan agen,
maka harus diatur bagaimana dampak/akibat hukumnya bagi pihak ketiga
• Pengakhiran kewenangan agen itu tidak berlaku efektif terhadap pihak ketiga,
kecuali pihak ketiganya tahu/sepantasnya mengetahui bahwa agen sudah tidak
bertindak lagi atas kepentingannya prinsipal
• Pengakhiran perlu diberitahukan ke pihak ketiga
• Sekalipun terjadi pengakhiran kewenangan, agen tetap berwenang melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan agar prinsipal tidak mengalami kerugian
• Pengakhiran tidak harus tertulis

NOTE:
• 2.2.5
Kalau agen ultra vires, maka kontrak dengan pihak ketiga tidak mengikat perseroan

PERTANYAAN:
1. Apakah untuk agen yang terbuka harus ada pernyataan tegas?
Tidak,
2. Apa perbedaan ilustrasi pertama dan kedua? (Diktat halaman 72)
o Perbedaannya adalah dari mana pihak ketiga memperoleh
pemahamannya/asal pemahamannya
o Yang pertama pemahamannya muncul dari kondisi pada umumnya
o Yang kedua pemahamannya ditimbulkan dari tindakan prinsipal yang
menyetujui perbuatan yang di luar kewenangan
———————————————————————————————————————
KEABSAHAN KONTRAK BERDASARKAN UPICC

Article 3.1.1 Ruang Lingkup Pengaturan


• UPICC ini tidak mengatur/memuat pengaturan mengenai ketiadaan kemampuan
hukum/tidak mengatur mengenai kecakapan hukum
Hal ini dikeluarkan dari UPICC karena untuk kecakapan biasanya diatur secara
tersendiri di dalam hukum nasional masing-masing

Article 3.1.2 Sikap Utama dalam Menetapkan Keabsahan Kontrak


• UPICC mengutamakan kesepakatan sebagai unsur keabsahan perjanjian
Jadi, tidak mensyaratkan adanya kausa/syarat untuk untuk terbentuknya dan
berubahnya kontrak/untuk sahnya kontrak
• Fakta bahwa suatu kontrak internasional melanggar suatu ketentuan, tidak lantas
membuat kontraknya batal

Article 3.1.3 Objek Kontrak Musnah Saat Kontrak Ditutup


• Tidak berbicara mengenai pembatalan kontrak
• Fakta bahwa pada saat perjanjian dibuat, kewajiban tidak mungkin dilaksanakan, itu
tidak mempengaruhi keabsahan kontrak
• Jadi, kontraknya tetap sah/tidak ada cacat sepakat
• Kalau ada hak dan kewajiban yang muncul, diselesaikan dengan ketentuan tentang
non-performance (force mejeur, wanprestasi, dll)
• Ketika benda yang menjadi objek perjanjian musnah, maka kontrak tetap sah
• Apabila initial impossibility diakibatkan oleh kaidah hukum nasional yang memaksa,
maka perlu dilihat:
1) Apakah tujuan dari hukum adalah untuk membatalkan kontrak; atau
2) Tujuan dari hukum adalah melarang pelaksanaan kontrak.
• Apabila pada saat terbentuknya kontrak salah satu pihak tidak memiliki alas hak
untuk menyerahkan benda yang menjadi objek perjanjian, maka kontrak tetap sah
Contoh: Dalam perjanjian jual beli barang, barangnya masih milik orang lain, baru
mau dibeli oleh penjual
• Apabila setelah kontrak terbentuk pihak itu tetap tidak memiliki alas hak untuk
menyerahkan benda, maka ketentuan tentang non-performance/non-pelaksanaan
berlaku.

Article 3.1.4 Beberapa Aturan yang Bersifat Memaksa


• Ketentuan mengenai penipuan, paksaan, dan gross disparity, dan illegalitas itu
memaksa/mandatory (tidak boleh dikesampingkan)
• Pihak yang berhak untuk membatalkan kontrak karena penipuan, pekasaan, dan
gross disparity, bisa mengesampingkan haknya kalau setelah menyadari keadaan
tersebut pihak itu dapat bertindak secara bebas
• Ketentuan ini untuk melindungi pihak dari sebuah kontrak

ALASAN-ALASAN UNTUK MEMBATALKAN KONTRAK

Article 3.2.1 Khilaf/Kekeliruan


• Bisa khilaf mengenai fakta/khilaf terhadap hukum yang berkaitan dengan kontrak
• Yang menjadi pokok penentuan khilaf adalah kapan kekhilafan itu terjadi
Kalau khilaf terjadi setelah kontrak dibuat tidak bisa dijadikan alasan pembatalan,
tapi jika khilafnya terjadi saat penutupan kontrak/saat memberikan acceptence atas
sebuah offer, itu bisa dijadikan alasan pembatalan

Pertanyaan:
1. Bagaimana contohnya khilaf terhadap fakta dengan khilaf terhadap hukum?
Khilaf fakta: Kekeliruan pemahaman mengenai objek kontraknya, contoh: yang beli
cincin di pasar loak
Khlilaf hukum: Kekeliruan terhadap aturan hukum yang terkait dengan kontrak
(bukan yang berlaku untuk kontrak) – terkait penafsiran (salah memahami hukum),
bukan hanya UPICC
2. Kalau ada kesalahan dalam menilai prospek kontrak pada saat pelaksanaan kontrak,
maka tidak bisa dikatakan sebagai khilaf. Nah ini contohnya bagaimana (kesalahan
menilai dalam kontrak dan tidak bisa dikatakan sebagai alasan untuk pembatalan
kontrak)?
z
Article 3.2.2 (Keliru/Khilaf yang Bisa Dijadikan Sebagai Alasan Pembatalan Kontrak)
• Ketika pada saat kontrak terbentuk, kekeliruan ini sangat penting/sangat signifikan,
sehingga orang pada umumnya yang berada pada situasi yang sama, kalau ia
mengetahui kebenarannya/tidak keliru, dia akan menutup kontrak dengan syarat
dan ketentuan yang benar-benar berbeda/sama sekali tidak menutup kontrak (pihak
yang keliru)
• Lawan kontraknya membuat kekeliruan yang sama/menyebabkan kekeliruan
tersebut/mengetahui/seharusnya mengetahui mengenai kekeliruan tersebut dan
pengetahuannya/perbuatan dia bertentangan dengan standar perdagangan
internasional yang wajar, adil, dan tidak tepat untuk dia membiarkan si pihak yang
keliru itu tidak mengetahui kebenarannya (keadaan lawannya, bukan pihak yang
keliru)
• Lawan perjanjiannya pada saat pembatalan kontrak belum melakukan apapun
berdasarkan kontraknya (keadaan lawannya, bukan pihak yang keliru)
• Pengecualian: pihak yang keliru tidak boleh membatalkan kontrak kalau dia sendiri
itu lalai, sehingga dia keliru (kekeliruannya diakibatkan oleh kelalaian sendiri),
kekeliruannya berkaitan dengan hal yang sehubungan/tentang resiko yang
seharusnya memang ditanggung oleh pihak yang keliru
• Kekhilafannya harus serius (lihat kehendak, standar perdagangan pada umumnya,
dan praktik kebiasaan)
Article 3.2.3 Kekeliruan berkaitan dengan Sesuatu yang Tertulis
• Kesalahan dalam pernyataan/penyampaian itu dianggap sebagai kekeliruan dari
orang yang mengeluarkan pernyataan tersebut
• Apabila ada kekeliruan/kesalahan besar terkait dengan pernyataan/pengiriman,
maka kekliruan harus ditanggung oleh si pembuat pernyataan/pengirim
pemberitahuan
• Kekeliruan di pihak penerima beserta akibatnya tidak diatur di dalam pasal ini

Article 3.2.4 Pembatalan Kontrak Karena Kekeliruan dan Upaya Hukum Wanprestasi
• Keadaan di mana ada kekeliruan tapi akan lebih mudah kalau diselesaikan dengan
ketentuan wanprestasi, bukan dengan ketentuan pembatalan kontrak
• Upaya hukum yang diajukan: Upaya hukum yang berkaitan dengan non-
performance/non-pelaksanaan
• Kalau ada perselisihan yang muncul dari para pihak terkait dengan adanya
kekeliruan, diliat dulu …
• Perselisihannya bisa sudah terjadi bisa juga baru akan terjadi
• Pasal ini ada supaya ada upaya hukum lain yang bisa diajukan oleh pihak yang
menderita kewajiban

Article 3.2.5 Penipuan


• Suatu pihak dalam kontrak bisa mengajukan pembatalan kontrak kalau dia membuat
kontrak itu berdasarkan pernyataan yang menipu dari pihak mitra perjanjiannya
• Perbedaan kekeliruan dengan penipuan dari niatnya
Ada kesengajaan tidak mengungkapkan fakta
• Fakta yang diungkapkan bukan hanya sekedar fakta untuk menjual/mengajak orang
bertransaksi, tetapi untuk menyesatkan agar orang yang menipu memperoleh
keuntungan dari kesalahpahaman lawan perjanjiannya
• Menyembunyikan informasi yang seharusnya diungkapkan kepada lawan
perjanjiannya sebelum menutup kontrak

Article 3.2.6 Paksaan


• Paksaan itu harus serius, nyata, perbuatan mengancamnya yang melawan hukum,
yang berpengaruh terhadap reputasi/terhadap keadaan ekonomi pihak yang
diancam
• Membuat si pihak yang dipaksa terpaksa melakukan kontrak (tidak ada pilihan lain)
• Ancaman itu harus tidak berdasar/melawan hukum
• Serangan secara fisik bisa termasuk paksaan
Kalau di KUHPerdata, paksaan itu secara psikis, bukan fisik

Article 3.2.7 Pembatalan Kontrak karena (Gross Disparity)


• Hanya ada di UPICC, tidak ada dalam KUHPerdata
• Salah satu pihak bisa membatalkan kontrak/persyaratan dalam kontrak kalau pada
saat pelaksanaan kontrak, kontraknya tidak dapat dibenarkan memberikan pihak
lainnya keuntungan yang berlebih
• Untuk menilai apakah keuntungan yang berlebih/tidak dapat dibenarkan dengan
melihat:
o Fakta bahwa pihak lainnya sudah mengambil keuntungan/memanfaatkan
keadaan pihak lawan perjanjiannya yang memiliki kesulitan ekonomi,
kebutuhan yang mendesak, atau memiliki kekurangan dalam bernegosiasi,
kekurang ahlian dari pihak lainnya untuk bernegosiasi dan memmahami
transaksi yang dilakukan oleh para pihak, serta hakikat dan tujuan kontrak
• Pengadilan bisa mengubah kontraknya/persyaratan kontraknya dalam rangka
membuat kontraknya lebih seimbang dan setelah ada permohonan dari pihak yang
menerima permohonan pembatalan
• Untuk mengajukan pembatalan/pengubahan kontrak, kontrak itu harus memberikan
keuntungan yang begitu besar (di luar batas kewajaran)
Article 3.3.1 Ilegalitas Kontrak
• Bagaimana sebuah kontrak melanggar kaidah hukum memaksa yang berlaku
(nasional, internasional, atau supranasional) berdasarkan Pasal 1.4 UPICC
• Akibat hukumnya harus dilihat dari peraturan yang melanggar
• Ketika kaidah hukum memaksa tidak secara tegas mengatur dampaknya terhadap
pelanggaran, maka para pihak punya hak mengajakan upaya hukum berdasaekan
kontrak sesuai dengan kewajaran
• UPICC tidak menetapkan sanksi

Article 5.1.2 Kewajiban Tersirat


UPICC merumuskan yang namanya kewajiban berdasarkan perjanjian itu bisa tersirat
maupun tersurat
• Kalau tersirat bisa dengan melihat hakikat dan tujuan kontraknya itu sendiri
Misal: Ada 1 masalah/pertanyaan yang tidak diatur di perjanjian: siapa yang harus
melaksanakan tindakan/bagaimana harus melaksanakan perjanjiannya itu bisa
dicari harusnya bagaimana sih peraturannya/kewajibannya:
1) Lihat dulu ini kontrak apa (hakikat dan tujuan pembentukan kontrak), jual beli
atau lisensi atau apa, tujuannya apa, mau ekspor apa, mesinnya untuk apa;
2) Pola perilaku di antara para pihak - contoh: di perjanjian ga ada cara pembayaran,
tapi yang selama ini terjadi adalah pembayaran dilakukan 15 hari setelah tagihan
diterima oleh pihak yang harus melakukan pembayaran;
3) Itikad baik dan transaksi yang jujur (apakah pantas untuk membebankan
kewajiban tersebut pada pembeli/penjual/dll);
4) Reasonableness/kewajaran

5.1.4 Bentuk Kewajiban


Di Indonesia: perikatan berdasarkan hasil dan perikatan berdasarkan upaya terbaik
UPICC: kewajiban ada 2 jenis, yaitu:
1. Kewajiban untuk mencapai hasil yang tertentu
Contoh: Dokter gigi yang berkewajiban mencetak gigi palsu
2. Berdasarkan upaya terbaik
Contoh: Dokter umum

Cara menentukan:
• Lihat tingkat frekuensi pelaksanaan
• Kesulitan pelaksanaan kewajiban yang khas

Lihat kontraknya
• Misal: perjanjian ekspor impor yang di dalamnya sudah jelas yang harus diimpor itu
apa, yang harus dikirim itu apa, spesifikasi, dan waktunya (kalau sudah jelas seperti
ini yaitu kewajiban untuk mencapai hasil tertentu)
• Perjanjian tidak jelas

Anda mungkin juga menyukai