Kapan dan bagaimana terdapat alasan yang wajar bagi B untuk menganggap offer dari A
adalah irrevocable/tidak dapat dicabut kembali?
• Kalau offeree dalam menerima offer itu harus mengeluarkan biaya/melakukan
sesuatu sebelum bisa mengonfirmasi penerimaannya
Kalau si A memberikan penyerahan lukisan ke B dan B sudah memulai restorasi, B
sudah melakukan sesuatu dengan mengandalkan tindakan A ini untuk mencoba
melakukan restorasi (Ilustrasi kasus dalam PPT)
Penolakan dapat dianggap sebagai counter-offer apabila disetujui oleh offeror. Jadi, offer yang
awal dianggap berakhir
Article 2.1.9 (Efektivitas Penerimaan yang Terlambat dan Penerimaan yang Tertunda
karena Hambatan dalam Pengiriman)
• Pada dasarnya penerimaan yang terlambat itu tidak efektif/tidak mengikat para
pihak
Kecuali offeror menyatakan menerima/menyetujui penerimaan yang terlambat
• Keterlambatan karena kesalahan yang bukan kelalaian offeree tidak menyebabkan
penerimaannya tidak efektif
Kecuali dinyatakan tidak efektif oleh offeror
Article 2.1.14 (Kontrak dengan Persyaratan yang Secara Sengaja Dibiarkan Terbuka)
• Para pihak sepakat dengan ada sesuatu yang ditentukan di kemudian
hari/ditentukan oleh pihak ketiga
Kontrak sudah terbentuk walaupun ada syarat-syarat tertentu yang akan
dinegosiasikan di kemudian hari
• Syaratnya: Kontrak bisa tetap terbentuk selama ada cara alternatif untuk
menentukan kepastian dari syarat yang dibiarkan terbuka tersebut
• Mengatur keadaan di mana para pihak memang sengaja membiarkan persyaratannya
terbuka (untuk negosiasi setelah kontrak terbentuk)
• Kalau ga ada pernyataan secara tegas, maka adanya niat/kehendak itu dinilai dari:
1) Karakter persyaratan yang dibiarkan terbuka (apakah persyaratan itu adalah
persyaratan esensial/bukan);
2) Tingkat kepastian dari perjanjian secara utuh (apakah dengan persyaratan yang
dibiarkan terbuka itu perjanjiannya masih bisa dilaksanakan/tidak);
3) Fakta bahwa persyaratan yang dibiarkan terbuka itu berhubungan/berkaitan
dengan hal-hal yang menurut hakikatnya memang bisa ditentukan di kemudian
hari; dan
4) Fakta bahwa perjanjian telah dilaksanakan sebagian (Lihat kembali Art 1.8).
• Aturan umum: Selama syarat esensial sudah terbentuk, kontrak tetap ada
Pengecualian: Kalau yang dibiarkan terbuka adalah syarat esensial, maka untuk
melihat para pihak berniat mempertahankan kontrak harus dilihat dari 2 hal, yaitu:
1) Apakah syarat itu bisa ditentukan di kemudian hari; dan
2) Apakah perjanjiannya sudah dilakukan sebagian
Note:
Metode pengiriman bukan syarat yang bisa dibiarkan terbuka
Article 2.1.22 (Masing-masing Pihak Memiliki Persyaratan Standar Sendiri yang Saling
Bertentangan)
• Berkaitan dengan keadaan di mana masing-masing pihak memiliki klausula bakunya
sendiri
• Dalam hal ini, kontraknya tetap terbentuk, persyaratan yang digunakan adalah
persyaratan yang sama
Jadi, persyaratan yang saling bertentangan akan mengesampingkan 1 sama
lain/dianggap tidak ada (doctrine knock out)
• Kecuali, salah satu pihak secara jelas mengindikasikan di awal/kemudian dan tanpa
ditunda-tunda memberitahukan pihak lainnya bahwa ia tidak berniat dengan kontrak
yang seperti itu
Ilustrasi 2:
Kontrak dianggap tetap terbentuk karena klausula bakunya hanya “penyimpangan tidak sah
apabila tidak disetujui”, artinya konfirmasi itu tidak hanya penolakan saja, tetapi bisa juga
berupa persetujuan
Ilustrasi 3:
Kontrak tidak terbentuk karena secara tegas menyebutkan bahwa ia tidak mau terikat pada
kontrak, kecuali kontraknya berisi syarat dan ketentuannya sendiri
NOTE:
• UPICC tidak mengatur antara Pelaku Usaha dengan Konsumen
————————————————————————-————-————-————-—
CHAPTER 2 SECTION 2 UPICC (PEMBENTUKAN KONTRAK OLEH AGEN)
Agen di sini harus ditafsirkan secara luas, yaitu orang yang ditunjuk untuk mengurusi
kepentingannya pihak yang menunjuk (prinsipal)
Agen perusahaan:
• Berlaku bagi agen-agen perusahaan
Article 2.2.3 Diketahui Statusnya sebagai Agen (Keagenan yang Terbuka) - Agen
bertindak untuk dan Atas Nama Prinsipal
• Kontraknya mengikat prinsipal/agen?
• Ketika seorang agen bertindak dalam kewenangannya dan pihak ketiga
tahu/sepantasnya mengetahui bahwa agen adalah seorang agen, maka tindakan yang
dilakukan oleh agen akan memiliki hubungan langsung/hubungan hukum antara
prinsipal dengan pihak ketiga
Jadi, kontrak yang dilakukan oleh agen terhadap pihak ketiga akan menimbulkan
akibat hukum bagi prinsipal, tidak ada hubungan langsung antara agen dengan pihak
ketiga
• Tindakan agen hanya akan mengikat agen dan pihak ketiga kalau agen dengan
persetujuan dari prinsipal menjadikan dirinya sebagai pihak dari kontrak
• Agen mengadakan kontrak atas namanya sendiri karena prinsipal tidak mau
namanya diketahui oleh pihak ketiga/pihak ketiga tidak mau mengadakan kontrak
apabila tidak dengan agen — Maka setelah agen menerima haknya, agen mempunyai
kewajiban untuk meneruskan kepada prinsipal
• Yang tidak termasuk: Ketika agen dalam melanggar perjanjian melakukan perjanjian
dengan pihak ketiga
• Bisa digunakan apakah sudah terbentuk kontrak antara agen dengan pihak ketiga,
apakah kontraknya mengikat prinsipal atau tidak
NOTE:
• 2.2.5
Kalau agen ultra vires, maka kontrak dengan pihak ketiga tidak mengikat perseroan
PERTANYAAN:
1. Apakah untuk agen yang terbuka harus ada pernyataan tegas?
Tidak,
2. Apa perbedaan ilustrasi pertama dan kedua? (Diktat halaman 72)
o Perbedaannya adalah dari mana pihak ketiga memperoleh
pemahamannya/asal pemahamannya
o Yang pertama pemahamannya muncul dari kondisi pada umumnya
o Yang kedua pemahamannya ditimbulkan dari tindakan prinsipal yang
menyetujui perbuatan yang di luar kewenangan
———————————————————————————————————————
KEABSAHAN KONTRAK BERDASARKAN UPICC
Pertanyaan:
1. Bagaimana contohnya khilaf terhadap fakta dengan khilaf terhadap hukum?
Khilaf fakta: Kekeliruan pemahaman mengenai objek kontraknya, contoh: yang beli
cincin di pasar loak
Khlilaf hukum: Kekeliruan terhadap aturan hukum yang terkait dengan kontrak
(bukan yang berlaku untuk kontrak) – terkait penafsiran (salah memahami hukum),
bukan hanya UPICC
2. Kalau ada kesalahan dalam menilai prospek kontrak pada saat pelaksanaan kontrak,
maka tidak bisa dikatakan sebagai khilaf. Nah ini contohnya bagaimana (kesalahan
menilai dalam kontrak dan tidak bisa dikatakan sebagai alasan untuk pembatalan
kontrak)?
z
Article 3.2.2 (Keliru/Khilaf yang Bisa Dijadikan Sebagai Alasan Pembatalan Kontrak)
• Ketika pada saat kontrak terbentuk, kekeliruan ini sangat penting/sangat signifikan,
sehingga orang pada umumnya yang berada pada situasi yang sama, kalau ia
mengetahui kebenarannya/tidak keliru, dia akan menutup kontrak dengan syarat
dan ketentuan yang benar-benar berbeda/sama sekali tidak menutup kontrak (pihak
yang keliru)
• Lawan kontraknya membuat kekeliruan yang sama/menyebabkan kekeliruan
tersebut/mengetahui/seharusnya mengetahui mengenai kekeliruan tersebut dan
pengetahuannya/perbuatan dia bertentangan dengan standar perdagangan
internasional yang wajar, adil, dan tidak tepat untuk dia membiarkan si pihak yang
keliru itu tidak mengetahui kebenarannya (keadaan lawannya, bukan pihak yang
keliru)
• Lawan perjanjiannya pada saat pembatalan kontrak belum melakukan apapun
berdasarkan kontraknya (keadaan lawannya, bukan pihak yang keliru)
• Pengecualian: pihak yang keliru tidak boleh membatalkan kontrak kalau dia sendiri
itu lalai, sehingga dia keliru (kekeliruannya diakibatkan oleh kelalaian sendiri),
kekeliruannya berkaitan dengan hal yang sehubungan/tentang resiko yang
seharusnya memang ditanggung oleh pihak yang keliru
• Kekhilafannya harus serius (lihat kehendak, standar perdagangan pada umumnya,
dan praktik kebiasaan)
Article 3.2.3 Kekeliruan berkaitan dengan Sesuatu yang Tertulis
• Kesalahan dalam pernyataan/penyampaian itu dianggap sebagai kekeliruan dari
orang yang mengeluarkan pernyataan tersebut
• Apabila ada kekeliruan/kesalahan besar terkait dengan pernyataan/pengiriman,
maka kekliruan harus ditanggung oleh si pembuat pernyataan/pengirim
pemberitahuan
• Kekeliruan di pihak penerima beserta akibatnya tidak diatur di dalam pasal ini
Article 3.2.4 Pembatalan Kontrak Karena Kekeliruan dan Upaya Hukum Wanprestasi
• Keadaan di mana ada kekeliruan tapi akan lebih mudah kalau diselesaikan dengan
ketentuan wanprestasi, bukan dengan ketentuan pembatalan kontrak
• Upaya hukum yang diajukan: Upaya hukum yang berkaitan dengan non-
performance/non-pelaksanaan
• Kalau ada perselisihan yang muncul dari para pihak terkait dengan adanya
kekeliruan, diliat dulu …
• Perselisihannya bisa sudah terjadi bisa juga baru akan terjadi
• Pasal ini ada supaya ada upaya hukum lain yang bisa diajukan oleh pihak yang
menderita kewajiban
Cara menentukan:
• Lihat tingkat frekuensi pelaksanaan
• Kesulitan pelaksanaan kewajiban yang khas
Lihat kontraknya
• Misal: perjanjian ekspor impor yang di dalamnya sudah jelas yang harus diimpor itu
apa, yang harus dikirim itu apa, spesifikasi, dan waktunya (kalau sudah jelas seperti
ini yaitu kewajiban untuk mencapai hasil tertentu)
• Perjanjian tidak jelas