ABSTRAK
Retensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta hingga melebihi waktu 30 menit setelah bayil ahir.
Retensio dapat menyebabkan perdarahan. Berdasarkan data di ruang kebidanan RSUD Puri Husada
Tembilahan kasus retensio plasenta sebanyak 165 kasus yang merupakan akumulasi dari rujukan dari
seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Indragiri Hilir diantaranya dari UPT Puskesmas Mandah.
Masalah retensio plasenta memiliki komplikasi yang dapat membahayakan nyawa ibu saat setelah
persalinan karena memiliki hubungan yang kuat dengan terjadinya perdarahan yang merupakan
penyumbang AKI tertinggi sampai saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan
desain yang digunakan adalah case control dengan total sampling yang dilakukan pada tanggal 21 s/d
30 Juni 2021 dengan jumlah sampel sebanyak 33 responden. Uji statsitik Chi Square (x2) dengan
derajat kepercayaan 95% CI dan didapatkan hasil : ada hubungan umur p value 0,04 (Odds Ratio
(OR) 4.28, ada hubungan paritas p value 0,03 (Odds Ratio (OR) 4.18 ), ada hubungan jarak
kehamilan p value 0,02 (Odds Ratio (OR) 3.11), tidak ada hubungan riwayat seksio sesaria p value
0,22 Odds Ratio (OR) 3.98), tidak Tidak ada hubungan penolong persalinan p value 0,09 Odds
Ratio (OR) 3.37) dengan kejadian retensio plasenta di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mandah
Kabupaten Indragiri Hilir Riau Tahun 2021. Di harapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi dengan kejadian retensio plasenta dapat di antisipasi pencegahan sedini
mungkin.
Kata kunci : Retensio Placenta, umur, paritas, jarak kehamilan, riwayatseksio sesaria dan penolong
persalinan
ABSTRACT
Retention of the placenta is the absence of the placenta until more than 30 minutes after the birth of
the baby. Retention can cause bleeding. Based on data from the obstetrics room at Puri Husada
Tembilahan Hospital, there were 165 cases of retained placenta, which were the accumulation of
referrals from all health facilities in Indragiri Hilir District, including the UPT Puskesmas Mandah.
The problem of retained placenta has complications that can endanger the life of the mother after
delivery because it has a strong relationship with the occurrence of bleeding which is the highest
contributor to AKI to date. This research is an analytical study with a case-control design with a total
sampling conducted on 21 to 30 June 2021 with a total sample of 33 respondents. Chi Square
statistical test (x2) with 95% CI degree of confidence and the results obtained: there is an age
relationship p value 0.04 (Odds Ratio (OR) 4.28, there is a parity relationship p value 0.03 (Odds
Ratio (OR) 4.18), there is a relationship between pregnancy distance p value 0.02 (Odds Ratio (OR)
3.11), no relationship history of cesarean section p value 0.22 Odds Ratio (OR) 3.98), no relationship
between birth attendant p value 0.09 Odds Ratio (OR) 3.37) with the incidence of retained placenta
in the Work Area of the UPT Puskesmas Mandah, Indragiri Hilir Regency, Riau in 2021. It is hoped
that the results of this study can be used as an evaluation material with the incidence of placental
retention being anticipated as early as possible.
Keywords : Placenta retention, age, parity, gestational distance, history of cesarean section and birth
attendant
PENDAHULUAN
Retensio plasenta adalah tertahannya sebagaimana di target kan menjadi 70 per
atau belum lahirnya plasenta hingga atau 100.000 kelahiran hidup tahun 2030 (WHO,
melebihi waktu 30 menit setelah bayil ahir. 2017).
Retensio dapat menyebabkan perdarahan. Ada Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
beberapa Faktor yang dapat menyebabkan salah satu indikator untuk melihat
terjadinya retensio plasenta yaitu, Secara keberhasilan upaya kesehatan ibu. Angka
fungsional dapat terjadi karena his kurang kematian ibu adalah rasio kematian ibu
kuat, dan plasenta sukar terlepas dari selama masa kehamilan, persalinan dan nifas.
tempatnya, serta disebabkan oleh faktor Berdasarkan survey Demografi Kesehatan
maternal danfaktor uterus. Faktor maternal Indonesia (SDKI) 2015 jumlah angka
antara lain: gravid berusia lanjut, faktor kematian ibu 305/100.000 kelahiran hidup.
uterus: bekas section caesarea, bekas kuretase, Angka tersebut mengalami kenaikan jika
riwayat retensio plasenta pada persalinan dibandingkan dengan SDKI tahun 2012 yaitu
terdahulu, riwayat endometritis (Yeyeh, 359/100.000 kelahiran hidup. Banyak
2010). kematian ibu akibat Hipertensi sebanyak
Retensio plasenta juga disebabkan oleh 33,07% pendarahan obstetric 27,03%
multiparitas dan factor plasenta yaitu komplikasi non obstetric 15,7% komplikasi
implantasi plasenta seperti plasenta adhesiva, obstetric lainnya 12,4% infeksi pada
plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta kehamilan 6,06% dan penyebab lainnya
perkreta. Beberapa dampak yang bisa terjadi 4,81% (Kemenkes, 2018).
karena kejadian retensio plasenta yaitu Tercatat sebanyak 109 kejadian, angka
perdarahan, syok hipovolemik, tekanan darah ini merupakan angka absolut jumlah kematian
rendah, sedangkan komplikasi yang bisa di Provinsi Riau tahun 2017 berjumlah 119
terjadi yaitu atonia uteri, perforasi, dan kematian. Tahun 2018 jumlah angka kematian
perdarahan yang terus menerus (Yeyeh, di Provinsi Riau sebesar 109/100.000
2010). kelahiran hidup disebabkan kemungkinan
World Health Organization (WHO) adanya komplikasi seperti anemia, hipertensi,
melaporkan bahwa pada tahun 2015 terdapat diabetes melitus, dll yang terjadi dalam
303.000 kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, pendarahan (13,19%), infeksi
kehamilan dan persalinan di seluruh dunia. (3%) (Profil Kesehatan Provinsi Riau 2018).
AKI di Negara berkembang mencapai 239 Pada tahun 2017, jumlah kematian ibu
kematian per 100.000 kelahiran hidup, 20 kali di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebesar 11
lebih tinggi dibandingkan Negara maju. orang dari jumlah kelahiran hidup selama
negara berkembang menyumbang sekitar masa kehamilan sampai dengan nifas, pada
78,8% kematian ibu di dunia. AKI di ASEAN tahun 2018 mengalami penurunan yaitu
(Association of Southheast Nations) pada menjadi 9 orang yaitu kematian sewaktu masa
tahun 2015 tingkat kematian ibu tertinggi nifas. Adapun penyebab kematian ibu ini 50%
terdapat di Laos yaitu sebesar 197 kematian diantaranya akibat penyakit yang
per 100.000 kelahiran hidup, dan angka memperburuk semasa kehamilannya sampai
kematian ibu terendah di Singapura sebesar 10 dia melahirkan, (penyakit jantung, paru,
kematian per 100.000 kelahiran hidup ginjal, hepatitis dll). Sedangkan 50% adalah
sedangkan di Indonesia terdapat sebesar 126 akibat perdarahan sewaktu melahirkan serta
kematian per 100.000 kelahiran hidup (WHO, faktor resiko tinggi, pre eklamsia dan
2017). sebagainya (Profil Kesehatan Kabupaten
Mengenai status kesehatan nasional Indragiri Hilir, 2019).
pada pencapaian target Sustainable Berdasarkan data di ruang kebidanan
Development Goal’s (SDGs) global RSUD Puri Husada Tembilahan tahun 2020
menyatakan sekitar 830 wanita meninggal terdapat kasus terjadinya retensio plasenta
setiap harinya karena komplikasi selama yaitu sebanyak 165 kasus yang merupakan
kehamilan dan persalinan sebanyak 216 per akumulasi dari rujukan dari seluruh fasilitas
100.000 kelahiran hidup. Sebanyak 99% kesehatan yang tersebar di 20 Kecamatan di
kematian ibu disebabkan masalah kehamilan Kabupaten Indragiri Hilir yang salah satu
dan persalinan di Negara berkembang. Rasio diantaranya UPT Puskesmas Mandah.
angka kematian ibu masih di rasa cukup tinggi
Masalah retensio plasenta memiliki Desain penelitian yang digunakan
komplikasi yang dapat membahayakan ibu adalah case control dengan retrospektif yaitu
saat setelah persalinan karena memiliki meneliti kebelakang atau masa lampau (yang
hubungan yang kuat dengan terjadinya lalu) dengan menggunakan data sekunder
perdarahan. Sesuai dengan hasil penelitian (Rekam Medik) dengan cara menggunakan
yang dilakukan oleh Andi Misanwati dan lembar cheklist yang berisikan pertanyaan-
Rosdiana (2020) yang berjudul Analisis pertanyaan tentang hal-hal yang akan diteliti
Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta sesuai variable yang akan diukur yang ada
pada Ibu Bersalin di RSUD Tenriawaru dalam rekam medik pasien.
Kabupaten Bone dengan analitik
observasional dengan desain case control HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan jumlah sampel 68 ibu bersalin
kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Analisis Univariat
chi square. Hasil penelitian untuk variabel Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan
Usia (nilai p = 0.027) menunjukkan bahwa kejadian retensio plasenta di Wilayah Kerja
ada hubungan antara usia dengan kejadian UPT Puskesmas Mandah Kabupaten Indragiri
retensio plasenta, dengan nilai OR : 3.4 (CL : Hilir Riau Tahun 2021
1.26 –9.41) dan untuk variabel paritas (nilai p
= 0.44) diperoleh tidak ada hubungan antara
paritas dengan kejadian retensio plasenta, No Retensio Placenta
dengan nilai OR : 0.47 (CL : 0.12 –1.82) %
Hasil survei awal yang dilakukan 1 Tidak Retensio 24.2
peneliti di UPT Puskesmas Mandah pada Placenta
tanggal 18 Mei 2021 didapatkan dari buku 2 Retensio Placenta 75.8
register kebidanan tercatat jumlah kasus 3 Total 100
retensio plasenta sebanyak 30 kasus (12 orang
dapat ditangani di UPT Puskemas Mandah
dan 18 kasus harus dirujuk ke fasilitas yang
lebih memadai yaitu ke RSUD Puri Husada
Tembilahan)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “
Faktor Faktor apa saja yang berhubungan
dengan kejadian retensio plasenta di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Mandah Kabupaten Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan
Indragiri Hilir Riau Tahun 2021”. Dimana umur terhadap kejadian retensio placenta di
dalam penelitian ini diambil lima faktor yang Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mandah
berhubungan dengan kejadian retensio Kabupaten Indragiri Hilir Riau Tahun 2021
plasenta yaitu umur, paritas, jarak kehamilan,
riwayat seksio sesarea dan penolong No Umur
persalinan. %
1 Tidak berisiko (20–35 36.4
METODE PENELITIAN tahun)
Penelitian ini merupakan penelitian 2 Berisiko (<20 tahun,
63.6
analitik yaitu penelitian yang mencari atau >35 tahun)
hubungan antar variabel dan di lakukan 3 Total 100
analisis terhadap data yang telah terkumpul.
Penelitian analitik juga menggali bagaimana Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan
dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. paritas terhadap kejadian retensio placenta di
Kemudian melakukan analisis dinamika Wilayah Kerja UPT Puskesmas Mandah
korelasi antara fenomena atau antara faktor Kabupaten Insragiri Hilir Riau Tahun 2021
resiko dengan faktor efek yang terdiri dari
faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian retensio plasenta (Setiawan, 2011).
No Paritas Kerja UPT Puskesmas Mandah Kabupaten
% Indragiri Hilir Riau Tahun 2021.
1 Tidak berisiko (Melahirkan 2-3 Umur T Ret T OR
30.3
kali) id ensi ot Value
(95%CI)
2 Berisiko (melahirkan 1 dan >3 a o al
69.7 k Pla
kali) R cen
3 Total 100 et ta
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi berdasarkan e
n
jarak kehamilan terhadap kejadian retensio si
placenta di Wilayah Kerja UPT Puskesmas o
Pl
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Riau a
Tahun 2021. ce
nt
a
No Jarak Kehamilan
% n %
Tidak 0.04 4.28
1 Tidak berisiko (2-5 66.7 berisiko (0.801-
tahun) (20-35 22.917)
tahun) 15.2 12 36.4
2 Berisiko (<2 tahun,
33,3 Berisiko
atau >5 tahun) (< 20
3 Total 100 tahun
atau > 35
tahun) 21.2 54.521 63.6
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi berdasarkan Total 36.4 63.6 33 100
riwayat seksio sesaria terhadap kejadian
retensio placenta di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Tabel 4.8 hubungan paritas ibu dengan
Riau Tahun 2021. kejadian retensio plasenta di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Mandah Kabupaten
No Riwayat Seksio Sesaria
Indragiri Hilir Riau Tahun 2021
% Paritas Tidak Retensio Total P OR
1 Tidak ada riwayat 78.8 Retensio Placenta Value (95%
seksio sesaria Placenta CI)
2 Persalinan n % n %
n %
sebelumnya dengan 21.2 Tidak 0.03 4.18
seksio sesaria beri (0.7
3 Total 100 siko 21-
(mel 21.9
ahir 17)
kan
2-3
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan kali) 0 0.0 10 30.3 10 30.3
penolong persalinan terhadap kejadian retensio Berisiko
(melahirkan 1
placenta di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
dan > 3 kali) 8 24.2 15 45.5 23 69.7
Mandah Kabupaten Indragiri Hilir Riau Tahun Total
2021 8 24.2 2575.8 33 100