SKRIPSI
Oleh:
Ali Alamsyah
NIM: 19201077
PENDAHULUAN
1
Hasbi Indra, Pendidikan Pesantren dan Perkembangan Sosial-Kemasyarakatan, (Sleman:
Deepublish, 2018), hlm. 6.
1
klasik, lalu Pondok Pesantren Kombinasi di dalamnya di dirikan sekolah formal,
santri belajar agama
2
3
melalui kitab klasik setelah mereka belajar di sekolah formal di waktu sore atau
malam harinya. Pondok Pesantren melalui tuntutan zaman selalu mengalami
perubahan. Apakah itu zaman pertanian, zaman industri dan zaman yang maju
sekarang ini. Suatu zaman di mana manusia lebih menggunakan otot, kemudian
beralih lebih banyak menggunakan otak, dari zaman yang serba lambat berubah
menjadi serba cepat. Untuk menunjang hidupnya lebih banyak mengandalkan
kekuatan di luar dirinya, lalu beralih mengandalkan potensi dirinya. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam diri manusia dan bagaimana merespons
perkembangan yang ada, inilah yang hendak di bangun di Pendidikan pondok
pesantren.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis islami.
Pesantren ini juga merupakan salah satu tempat penyebaran ajaran islam, dimana
Pondok Pesantren didirikan untuk mewadahi masyarakat yang ingin belajar dan
mendalami agama. Pondok Pesantren merupakan gabungan dari dua kata yakni
Pondok dan Pesantren. Adapun Pondok diambil dari kata funduk yang artinya
asrama atau hotel. Dalam bahasa jawa, pondok berarti madrasah atau asrama yang
berfungsi sebagai tempat mengaji dan belajar agama. Sedangkan kata Pesantren
berasal dari kata santri yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an. Kata santri
sendiri di ambil dari bahasa Sansekerta yakni shastri, yang berarti orang orang
yang mengetahui kitab suci agama hindu atau seorang sarjana ahli kitab suci
hindu.2
Menurut M. Dawam Rahardjo pesantren tak lain adalah suatu lembaga
keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu agama
Islam. Sudah tentu kita tidak bisa berkata “sekali pukul” mengenai macam
kegiatan dari semua Pesantren yang jumlahnya amat banyak dan memiliki banyak
variasi itu.3 Dari sekian banyak pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia,
khususnya di Jawa dan Madura atau yang dinamakan juga surau di Minangkabau,
rangkah meunasah di Aceh, dan pondok di Pasundan itu sebagian besar memang
2
Dzamawy, Pesantren, Tempat Menempa Karakter Islami, (Karanganyar: INTERA, 2021),
hlm. 2.
3
M. Dawam Raharjo (ed.), Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1988), Cet. IV,
hlm. 2.
4
melulu mengajarkan ilmu agama. Apabila langgar dan mesjid adalah merupakan
tempat-tempat di mana anak-anak muda belajar rukun iman dan rukun Islam
(dasar-dasar kepercayaan dan dasar-dasar rituil keagamaan) maka pesantren
adalah tempat di mana anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih
mendalam dan lebih lanjut ilmu agama Islam yang di ajarkan secara sistematis,
langsung dari dalam bahasa Arab serta berdasarkan pembacaan kitab-kitab klasik
karangan ulama-ulama besar. Mereka yang berhasil dalam belajarnya, memang
kemudian diharapkan menjadi kyai, ulama, mubaligh, setidak-tidaknya guru
agama dan ilmu agama.
Abdurrahman Wahid menggambarkan pesantren adalah sebuah kompleks
dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam
kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan seperti rumah kediaman pengasuh
atau kyai, sebuah surau atau mesjid, tempat belajar mengajar, dan asrama tempat
tinggal para santri. Tidak ada suatu pola tertentu yang di ikuti dalam pembinaan
fisik sebuah pesantren, sehingga dapatlah dikatakan penambahan bangunan demi
bangunan dalam lingkungannya seringkali mengambil bentuk improvisasi
sekenanya belaka.4
Sampai saat ini Pondok Pesantren telah berkembang dan mempunyai
berbagai bentuk kegiatan pendidikan non formal seperti pengajian kitab kuning,
pengembangan keterampilan dan pengembangan masyarakat. Untuk menerapkan
tujuan Pendidikan Pondok Pesantren maka kegiatannya harus di kembangkan dan
di bina lebih sungguh-sungguh sesuai dengan tujuannya, agar pendidikan pondok
pesantren dapat dikatakan sebagai bukti dari firman Allah SWT Q.S. At-Taubah
ayat 122 sebagai berikut:
4
Abdurrahman Wahid, Pesantren Sebagai Subkultur, dalam M. Dawam Raharjo, Op.Cit, hlm.
40.
5
Artinya:
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata, ketika turun ayat
“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum
kamu dengan azab yang pedih”. Ada sekelompok orang yang tidak ikut berperang
karena sedang mengajarkan urusan agama kepada kaumnya. Lantas orang-orang
munafikun berkata, “Ada sekelompok orang di padang pasir. Sungguh, binasalah
penduduk padang pasir” selanjutnya turunlah ayat “Dan tidak sepatutnya orang-
orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang)”. Ibnu Abu Hatim
meriwayatkan juga dari Abdullah bin Ubaidillah bin Umair, berkata, “Dahulu,
karena begitu bergeloranya semangat kaum mukminin untuk berjihad maka ketika
Rasulullah mengirim ekspedisi untuk berperang, mereka pun keluar menuju
ekspedisi itu dan meninggalkan Nabi di Madinah bersama beberapa orang. Maka
turunlah ayat tersebut.”6
Tafsir lain menerangkan tatkala kaum mukmin di cela oleh Allah bila
tidak ikut ke medan perang, Kemudian Nabi SAW. mengirimkan sariyyahnya,
akhirnya mereka berangkat ke medan perang semua, tanpa ada seorang pun yang
tinggal maka turunlah firmannya berikut ini, yaitu: - ( َو َما َكانَ ْٱل ُمْؤ ِمنُونَ لِيَنفِ ُرTidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi) ke medan perang - َكٓافَّةً ۚ فَلَواَل
(semuanya. Mengapa tidak) - ( نَفَ َر ِمن ُكلِّ فِرْ قَ ٍةpergi dari tiap-tiap golongan) suatu
kabilah – ٌ( ِّم ْنهُ ْم طَٓاِئفَةdiantara mereka beberapa orang) beberapa golongan saja,
kemudian sisanya tetap tinggal di tempat واjjُ( لِّيَتَفَقَّهuntuk memperdalam
-
pengetahuan mereka) yakni tetap tinggal di tempat - ُوا قَوْ َمهُ ْم ِإ َذا َر َجع ُٓو ۟ا
۟ فِى ٱلدِّين َولِيُن ِذر
ِ
5
Q.S. at-Taubah/ 9:122.
6
Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Munir Jilid 6 (Jakarta: GEMAINSANI, 2013), hlm. 92.
6
( ِإلَ ْي ِه ْمmengenai agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya) dari medan perang, yaitu dengan mengajarkan
kepada mereka hukum-hukum agama yang telah dipelajarinya - َلَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُون
(supaya mereka itu dapat menjaga dirinya) dari siksaan Allah, yaitu dengan
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Sehubungan dengan ayat
ini Ibnu Abbas r.a. memberikan penakwilannya, bahwa ayat ini penerapannya
hanya khusus untuk sariyyah-sariyyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk
sariyyah lantaran Nabi SAW. tidak ikut. Sedangkan ayat sebelumnya yang juga
melarang seseorang tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut berangkat ke medan
perang, maka hal ini pengertiannya tertuju kepada bila Nabi SAW. berangkat ke
suatu Gazwah.7
Pada saat ini banyak Pondok Pesantren yang tidak hanya mengajarkan
kepada santrinya ilmu agama saja, melainkan mengajarkan santri-santrinya
8
M. Dawam Raharjo, Op.Cit, hlm. 10.
8
dengan berbagai macam keterampilan seperti perikanan dan pertanian, hal ini di
landasi oleh tuntuan masyarakat karena adanya output yang dibuahkan oleh
lembaga pendidikan itu terampil dan siap pakai. Pada saat ini juga, untuk
mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya, Pondok Pesantren sangat
memegang peranan penting sebab yang di maksud manusia seutuhnya adalah
manusia yang dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan
kepentingan umum dan dapat mengendalikan dirinya.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini
adanya pembatasan masalah agar pengkajian masalah dalam penelitian ini
terfokus dan terarah. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti baik dalam
hal kemampuan, dana, tenaga, dan waktu maka penelitian ini hanya membatasi
masalah pada Upaya Pondok Pesantren Dalam Membentuk Keterampilan
Berbahasa Santri Pondok Pesantren Al-Aulia Al-Islamy Desa Situ Ilir
Cibungbulang Bogor tahun ajaran 2022-2023.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas maka dalam ini
peneliti mengambil rumusan sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya pondok pesantren dalam membentuk keterampilan
berbahasa Arab dan Inggris santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren
Al-Aulia Al-Islamy ?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk keterampilan
berbahasa Arab dan Inggris santriwan dan santriwati Pondok Pesantren
Al-Aulia Al-Islamy ?
9
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, peneliti juga memiliki tujuan yang
ingin dicapai diantaranya, sebagai berikut:
1. Mengetahui upaya pondok pesantren dalam membentuk keterampilan
berbahasa Arab dan Inggris santriwan dan santriwati di Pondok Pesantren
Al-Aulia Al-Islamy.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk
keterampilan berbahasa Arab dan Inggris santriwan dan santriwati Pondok
Pesantren Al-Aulia Al-Islamy.
E. Manfaat Penelitian
Setelah perumusan tujuan penelitian dapat tercapai dan rumusan masalah
dapat terjawab, kemudian penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai sarana dalam
memperoleh pengetahuan dan informasi peneliti sebagai pelatihan diri
dalam menganalisa masalah-masalah kependidikan khususnya tentang
berbagai permasalahan upaya-upaya dalam membentuk keterampilan
berbahasa santri yang di hadapi oleh Pondok Pesantren dan bagaimana
peran Pondok Pesantren dalam pengaplikasian program tersebut.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan langkah-langkah atau susunan yang
harus dilakukan atau dilaksanakan dalam membuat suatu penulisan atau
laporan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan dan untuk
mengetahui isi penelitian ini, maka secara singkat akan disusun dalam 5 bab,
yang terdiri dari:
BAB I PENDAHULUAN.