Anda di halaman 1dari 3

MATKUL : Gadar Obstetri Neonatus

DOSEN : Anne Loisza, S.S.T.,Bd., M.Tr.Keb

PRODI/KELAS : S1 Kebidanan Alih Jenjang / B

NAMA KELOMPOK :

1. LENI NURAENI F622285


2. RENA GANESA F622366
3. SAFITRI NOVIANTI F622440
4. TETI NURLIANTI F622326
5. YANI MULYANI F622349

PATHWAY ATAU PATOFISIOLOGI RUPTUR UTERI

Ruptur Uteri adalah robekan pada rahim sehingga rongga uterus dan rongga peritoneum
dapat berhubungan. Yang dimaksud dengan ruptur uteri komplit adalah keadaan robekan
pada rahim dimana telah terjadi hubungan langsung antara rongga amnion dan rongga
peritoneum. Peritoneum viserale dan kantong ketuban keduanya ikut ruptur dengan demikian
janin sebagian atau seluruh tubuhnya telah keluar oleh kontraksi terakhir rahim dan berada
dalam kavum peritonei atau rongga abdomen.

Saat his korpus uteri berkontraksi dan mengalami retraksi. Dengan demikian, dinding
korpus uteri atau segmenatas rahim menjadi lebih tebal dan volume korpus uteri menjadi
lebih kecil. Akibatnya tubuh janinyang menempati korpus uteri terdorong ke dalam
segmenbrillan bawah rahim menjadi lebih lebar dan karenanya dindingnya menjadi lebih tipis
karena tertarik keatas oleh kontraksi segmentatas rahim yang kuat, berulang dan sering
sehingga lingkaran retraksi yang membatasi kedua segmensemakin bertambah tinggi.

Apabila bagian terbawah janin tidak dapat turun oleh karena suatu sebab (misalnya :
panggul sempit atau kepala besar) maka volume korpus yang bertambah mengecil pada
waktu ada his harus diimbangi perluasan segmentbawa rahim ke atas. Dengan demikian
lingkaran retraksi fisiologis semakin meninggi kearah pusat melewati batas fisiologis menjadi
patologis yang disebut lingkaran bandl (ring van bandl). Ini terjadi karena, rahim tertarik
terus menerus kearah proksimal tetapi tertahan dibagian distalnya oleh serviks yang dipegang
ditempatnya oleh ligamentum ligamentum pada sisi belakang (ligamentum sakrouterina),
pada sisi kanan dan kiri (ligamentum cardinal) dan pada sisi dasar kandung kemih
(ligamentum vesikouterina).

Jika his berlangsung terus menerus kuat, tetapi bagian terbawah janin tidak kunjung
turun lebih ke bawah, maka lingkaran retraksi semakin lama semakin tinggi dan
segmenbrillakin tertarik ke atas dan dindingnya menjadi sangat tipis. Ini menandakan telah
terjadi rupture uteri iminens dan rahim terancam robek. Pada saat dinding segmenb rahim
robek spontan dan his berikutnya dating,terjadilahperdarahanyang banyak (rupture uteri
spontanea).

Ruptur uteri pada bekas seksio sesarea lebih sering terjadi terutama pada parut pada
bekas seksio sesarea klasik dibandingkan pada parut bekas seksio sesarea profunda. Hal ini
disebabkan oleh karena luka padasegmen bawah uterus yang tenang pada saat nifas memiliki
kemampuan sembuh lebih cepat sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pada bekas seksio
klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan dimulai sedangkan
pada bekas seksio profunda lebih sering terjadi saat persalinan. Rupture uteri biasanya terjadi
lambat laun pada jaringan jaringan di sekitar luka yang menipis kemudian terpisah sama
sekali. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta, sehingga terjadi rupture uteri inkompleta.
Pada peristiwa ini perdarahan banyak berkumpul di ligamentum latum dan sebagian lainnya
keluar.

Rumus mekanisme terjadinya ruptur uteri :

R= H+O

Dimana: R = Ruptur, H = His Kuat (tenaga), O = Obstruksi (halangan)


Pada waktu in-partu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang SBR tetap pasif dan
cervix menjadi lunak (effacement dan pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat
maju (obstruksi), sedang korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat), maka
SBR yang pasif ini akan tertarik ke atas menjadi bertambah regang dan tipis. Lingkaran
Bandl ikut meninggi, sehingga suatu waktu terjadilah robekan pada SBR tadi. Dalam hal
terjadinya ruptur uteri jangan dilupakan peranan dari anchoring apparatus untuk memfiksir
uterus yaitu ligamentum rotunda, ligamentum latum, ligamentum sacrouterina dan jaringan
parametra.
DAFTAR PUSTAKA

Martohoesodo S, Marsianto. Perlukaan dan Peristiwa Lain pada Persalinan. Dalam :


Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Winkjosastro GH,editor.Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008: 668-672.

Nagaya K, Fetters MD, Ishikawa M, Kubo T, Konayagi T, Saito Y, Seishima H, Sugimoto


M, Takagi K, Chiba Y, Honda H, Mukubo M, Kawamura M, Satoh S, Neki R. Causes of
maternal mortality in Japan. JAMA, 2000; 283:2661.

Anda mungkin juga menyukai