Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

STUDI KASUS GANGGUAN/PENYAKIT ONKOLOGI


DENGAN DIAGNOSIS UTAMA KANKER KOLOREKTAL

DISUSUN OLEH:
KELAS C /KELOMPOK 20.1

ANGGOTA:
1. Muhammad Asrofi Faizin
19/444912/FA/12270
2. Muhammad Ridwan Faturohman
19/444913/FA/12271
3. Muhammad Surya Putranta
19/444914/FA/12272
4. Muhammad Zaky Mubarok
19/444915/FA/12273
5. Mutiara Syifa Rania
19/444916/FA/12274
6. Nabila Az-zahra Firdaus
19/444917/FA/12275

PROGRAM SARJANA PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

DAFTAR ISI

I. LUARAN PRAKTIKUM 3

II. KASUS 3

III. ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) 5


IV. PEMBAHASAN DRPs 11

V. RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE


PLAN) 14
VI. PEMBAHASAN PHARMACEUTICAL CARE PLAN 17

VII. PEMANTAUAN TERAPI 18

VIII. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI 20

IX. EVALUASI DAN FOLLOW-UP 26


1. Evaluasi 26
2. Follow up 27

X. KESIMPULAN 28

XI. DAFTAR PUSTAKA 28

XII. LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI 31

XIII. LAMPIRAN EVIDENCE-BASED MEDICINE 33

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

STUDI KASUS GANGGUAN/ PENYAKIT ONKOLOGI

DENGAN DIAGNOSIS UTAMA KOLOREKTAL

I. LUARAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Drug-Related Problems (DRPs) pada pasien

dengan gangguan/penyakit onkologi.

2. Mahasiswa mampu merencanakan care plan untuk menyelesaikan Drug-Related

Problems (DRPs) pada pasien dengan gangguan/penyakit onkologi.

3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada pasien

dengan gangguan/penyakit onkologi.

4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien dengan

gangguan/penyakit onkologi.

II. KASUS

Tn S (55 tahun), TB = 165 cm, BB = 38 kg, dengan diagnosa ca colon metas peritoneum

dan mesenterium rencana kemoterapi dengan regimen Oxaliplatin + 5-FU siklus 1. Hasil

pemeriksaan lab:

Hb = 13,8 g/ dl

Angka Leukosit = 6,7 x 103/ mcl

Trombosit = 405 x 103/ mcl

Kreatinin = 0,71 mg/ dl

SGOT = 21 U/l

SGPT = 40 U/l

Pasien tersebut diresepkan Oxaliplatin 110 mg dan 5-FU 550 mg iv bolus dilanjutkan

dengan 5-FU 3200 mg/ NS 500 cc dalam 46 jam.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pertanyaan :

1. Lakukan assessment terhadap obat yang diresepkan,

2. Lakukan perhitungan dosis.

Dapat digunakan dosis standar pada referensi Drug Information

Handbook/Lexicom

3. Buatlah rencana/ prosedur penyiapan-pencampuran sitostatika,

4. Buat etiket yang sesuai dan pastikan stabilitas penyimpanan dan

pencampurannya.

5. Role play : berikan informasi cara pemberian obat kepada perawat.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

III. ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs)

Masalah
Terapi S, O A
Medik
Kanker 1. Oxaliplatin S:- Diketahui BSA pasien sebesar 1,32 m 2.

Kolorektal 110 mg i.v. O: Setelah dilakukan perhitungan dosis, terdapat permasalahan terkait obat

Metastasis bolus Hb = 13,8 g/dL yaitu:

Peritoneum 2. 5-FU 550 mg Angka Leukosit = 6,7 x - Dosis obat terlalu kecil untuk oxaliplatin. Berdasarkan Pedoman

dan i.v. bolus 103/ mcL Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana Kanker Kolorektal,

Mesenterium 3. 5-FU 3200 Trombosit = 405 x 103/ pengobatan untuk kanker kolorektal metastatik dibutuhkan oxaliplatin 85

mg infus mcL mg/m2 selama 2 jam pada hari ke-1. Berdasarkan perhitungan dosis

kontinyu NS Kreatinin = 0,71 mg/dL menggunakan BSA, dosis yang dibutuhkan untuk penggunaan

500 cc dalam SGOT = 21 U/l Oxaliplatin adalah 112,2 mg (Menkes, 2018)

46 jam SGPT = 40 U/i - Dosis terlalu besar untuk penggunaan 5-Fluorouracil. Pada pengobatan

kanker kolorektal metastatis, penggunaan 5-FU yang dibutuhkan adalah

400mg/m2 i.v. bolus pada hari pertama, yang mana apabila dikalikan

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

dengan BSA pasien, dosis 1 yang dibutuhkan adalah 528 mg (Menkes,

2018).

- Selain itu, diberikan 5-FU 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2

selama 46-48 jam) secara infus kontinyu. Dosis 2 yang dibutuhkan untuk

penggunaan 5-FU adalah 1584 mg (Menkes, 2018).

- Reaksi obat yang tidak diinginkan. Pemberian kemoterapi regimen

FOLFOX dapat memberikan efek samping berupa emetik kuat (PPK

Kolorektal, 2016).

Perhitungan BMI

38 𝑘𝑔
BMI = 1,65 𝑚 𝑥 1,65 𝑚

BMI = 13,97 kg/m2

Perhitungan BSA

𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (𝑐𝑚) 𝑥 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)


BSA = 3600

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

165 𝑥 38
BSA = 3600

BSA = 1,32 m2

Perhitungan Regimen Dosis

1. Oxaliplatin

Dosis: Oxaliplatin 85 mg/m2 x BSA pasien = 85 mg/m2 x 1,32 m2 = 112,2 mg

2. Leucovorin

Dosis: Leucovorin 400 mg/m2 x BSA pasien = 400 mg/m2 x 1,32 m2 = 528 mg

3. 5-FU

Dosis 1: 5-FU 400 mg/m2 x BSA pasien = 400 mg/m2 x 1,32 m2 = 528 mg

Dosis 2: 5-FU 1200 mg/m2/24 jam x BSA pasien = 1200 mg/m2/24 jam x 1,32

m2 = 1584 mg

Rencana/prosedur penyiapan-pencampuran sitostatika

A. Penyiapan

Penyiapan obat sitostatik sama seperti penyiapan obat suntik lainnya. Sebelum

menjalankan proses pencampuran obat, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip

5 BENAR (benar pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian)

2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer

batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.

3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak

jelas/tidak lengkap.

4. Menghitung kesesuaian dosis.

5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.

6. Menghitung volume pelarut yang digunakan.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomor rekam medis,

ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal

pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran.

8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomor rekam

medis, ruang perawatan, jumlah paket.

9. Melengkapi dokumen pencampuran

10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan

pencampuran ke dalam ruang steril melalui pass box.

B. Pencampuran

Proses pencampuran sediaan sitostatika yaitu:

1. Memakai APD sesuai prosedur

2. Mencuci tangan sesuai prosedur

3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum

digunakan.

4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai prosedur

5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika berupa

kain flanel atau kain yang menyerap cairan.

6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.

7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.

8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari pass box.

9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas

meja BSC.

10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.

11. Memberi Iabel yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi

sediaan sitostatika

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat

yang harus terlindung cahaya.

13. Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah

pembuangan khusus yaitu tempat sampah dengan kantong plastik warna

ungu.

14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke

dalam wadah untuk pengiriman.

15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi

melalui pass box.

16. Menanggalkan APD sesuai prosedur

Etiket

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

IV. PEMBAHASAN DRPs

Kanker kolorektal adalah penyakit di mana sel-sel di usus besar atau rektum

tumbuh di luar kendali (CDC, 2022). Pasien Tn mengalami kanker kolorektal yang telah

bermetastasis ke peritoneum dan mesenterium. Pada kasus ini, kanker yang dialami

pasien telah menginvasi jaringan sekitar sehingga dapat dikategorikan sebagai kanker

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

stadium III (NCI, 2022). Kondisi tersebut memerlukan terapi adjuvan pasien kanker

stadium III dan terapi paliatif (KEMENKES RI, 2018).

Pasien diberikan rekomendasi oleh dokter yaitu Oxaliplatin 110 mg i.v. bolus,

5-FU 550 mg i.v. bolus, dan 5-FU 3200 mg infus kontinyu NS 500 cc dalam 46 jam.

Berdasarkan panduan yang ditetapkan oleh KEMENKES RI (2018), terdapat Drug

Related Problem (DRP) pada regimen terapi yang diberikan untuk pasien. Pasien perlu

mendapatkan dosis Oxaliplatin sebesar 85 mg/m2 selama 2 jam dalam 1 hari. Sebelum

menentukan regimen dosisi, terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan Body Surface

Area (BSA) dari pasien. Obat-obatan kemoterapi memiliki indeks terapi yang sempit

sehingga perlu perhitungan BSA untuk meminimalisir variasi efek obat pada setiap

individu. Ukuran tubuh akan mempengaruhi farmakokinetika dan farmakodinamika obat

karena ada perbedaan volume distribusi obat dalam tubuh dan metabolismenya (Kaestner

& Sewell, 2007). Perhitungan BSA yang dilakukan pada pasien memperoleh hasil 1,32

m2 sehingga dosis oxaliplatin yang diharus diberikan pada pasien adalah 112,2 mg

diperoleh dengan mengalikan dosis Oxaliplatin mg/m2 dengan BSA pasien. DRP pada

kasus ini adalah dosis obat terlalu rendah.

Selain penggunaan oxaliplatin, kemoterapi yang dijalani pada pasien juga

diberikan terapi 5-FU. Pada pengobatan kanker kolorektal metastatis, penggunaan 5-FU

yang dibutuhkan adalah 400mg/m2 i.v. bolus pada hari pertama. Berdasarkan perhitungan

dengan BSA pasien, didapatkan dosis 5-FU yang harus diberikan pada pasien adalah 528

mg. Hal ini terjadi permasalahan terkait penggunaan obat yaitu dosis yang sedikit lebih

besar dari rekomendasi dosis 5-FU untuk kanker kolorektal metastasis, yaitu dosis untuk

rencana awal yang diberikan adalah 528 mg. Selain itu, berdasarkan rekomendasi terapi,

pasien juga diberikan 5-FU 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

jam) secara infus kontinyu (Menkes, 2018). Berdasarkan perhitungan dengan BSA

pasien, didapatkan dosis 5-FU yang harus diberikan pada pasien adalah 1524 mg.

Rekomendasi yang diberikan berdasarkan Kemenkes (2018) juga perlu diberikan

leucovorin 400 mg/m2 i.v. selama 2 jam. Berkaitan dengan hal ini, terjadi adanya

permasalahan terkait obat mengenai pasien membutuhkan terapi.

Berdasarkan Panduan Penatalaksanaan Kolorektal (2017), pemberian kemoterapi

regimen FOLFOX dapat menyebabkan efek emetik kuat bagi pasien. Hal ini

menyebabkan adanya permasalahan terkait obat yaitu munculnya reaksi obat yang tidak

diinginkan (ROTD) bagi pasien. Oleh karena itu, perlu diperhatikan terkait efek emetik

yang muncul pada pasien untuk dicegah atau diredakan efek yang muncul.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

V. RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN ( PHARMACEUTICAL CARE PLAN)

Masalah
A P
Medik
Kanker Diketahui BSA pasien sebesar 1,32 m2. Setelah 1. Pemberian regimen dosis kombinasi mFOLFOX pada

Kolorektal dilakukan perhitungan dosis, terdapat tatalaksana terapi kanker kolorektal yaitu

Metastasis permasalahan terkait obat yaitu: - Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1

Peritoneum 1. Dosis obat terlalu kecil untuk oxaliplatin. - Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1

dan Berdasarkan Pedoman Nasional Pelayanan - 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200

Mesenterium Kedokteran Tatalaksana Kanker mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam)

Kolorektal, pengobatan untuk kanker secara IV infus kontinyu. Siklus diulangi setiap 2 minggu.

kolorektal metastatik dibutuhkan 2. Direkomendasikan penambahan Leucovorin 400 mg/m2 IV

oxaliplatin 85 mg/m2 selama 2 jam pada selama 2 jam, hari ke-1. Selain itu juga direkomendasikan

hari ke-1. Berdasarkan perhitungan dosis penggantian dosis

menggunakan BSA, dosis yang dibutuhkan

untuk penggunaan Oxaliplatin adalah 112,2

mg (Menkes, 2018)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

2. Dosis terlalu besar untuk penggunaan

5-Fluorouracil. Pada pengobatan kanker

kolorektal metastatis, penggunaan 5-FU

yang dibutuhkan adalah 400mg/m2 i.v.

bolus pada hari pertama, yang mana

apabila dikalikan dengan BSA pasien,

dosis 1 yang dibutuhkan adalah 528 mg

(Menkes, 2018).

3. Selain itu, diberikan 5-FU 1200 mg/m2/hari

x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48

jam) secara infus kontinyu. Dosis 2 yang

dibutuhkan untuk penggunaan 5-FU adalah

1584 mg (Menkes, 2018).

4. Reaksi obat yang tidak diinginkan.

Pemberian kemoterapi regimen FOLFOX

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

dapat memberikan efek samping berupa

emetik kuat (PPK Kolorektal, 2016).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

VI. PEMBAHASAN PHARMACEUTICAL CARE PLAN

Dikarenakan dosis oxaliplatin masih terlalu rendah, maka apoteker

merekomendasikan adanya perubahan dosis yaitu Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam

hari ke-1. Kemudian, apoteker merekomendasikan kepada perawat untuk mengikuti

regimen mFOLFOX6 yang terdiri dari 3 obat yaitu Oxaliplatin, Leucovorin, dan

5-Florourasil dengan dosis Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam pada hari ke-1,

Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam pada hari ke-1, 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada

hari ke-1 kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam)

secara IV infus kontinyu. Siklus diulangi setiap 2 minggu (Kemenkes RI, 2018).

Sediaan Oxaliplatin tersedia dalam bentuk serbuk terliofilisasi maka perlu

direkonstitusi dalam pelarut yang sesuai sebelum diberikan pada pasien. Dalam

merekonstitusi Oxaliplatin, dilarang untuk menggunakan larutan yang mengandung

klorida seperti NaCl, sehingga dianjurkan menggunakan D5W (dextrose 5% atau glucose

5%) sebanyak 250-500 mL (Lacy dkk., 2009 ; NHS, 2021 ; Trissel, 2009).

Dosis 5-Fluorouracil yang diberikan pada pasien terlalu besar. Pada pengobatan

kanker kolorektal metastasis, penggunaan 5-FU yang dibutuhkan adalah 400 mg/m2 i.v.

bolus pada hari pertama, yang mana apabila dikalikan dengan BSA pasien, dosis 1 yang

dibutuhkan adalah 528 mg (Menkes, 2018). direkomendasikan untuk mengubah terapi

5-fluorouracil menjadi 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200

mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam) secara IV infus kontinyu.

Siklus diulangi setiap 2 minggu.

Kemudian, untuk mual dan muntah yang dialami pasien setelah kemoterapi,

Apoteker merekomendasikan kepada dokter untuk mengganti premedikasi

metoclopramide menjadi kombinasi 8 mg deksametason (iv) ditambah ondansetron 8 mg

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

(iv) dan dilanjutkan 8 mg sekali sehari pada hari kedua dan ketiga. Hal ini dikarenakan

ondansetron dinilai lebih efektif sebagai antiemetik dibandingkan metoklopramid dan

kombinasi ondansetron, olanzapine, dan deksametason merupakan kombinasi yang lebih

efektif untuk mengatasi chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV)

dibandingkan ondansetron saja.

VII. PEMANTAUAN TERAPI

Parameter efektivitas Parameter efek samping


Obat TTV dan
Kondisi klinik TTV dan lab Kondisi klinik
lab
5-Fluorourasil Pertumbuhan Skrining Stomatitis, Pemeriksaan

(5-FU) dan (USG/MRI) esofagofaringitis, CBC (Johns

penyebaran sel menunjukkan diare, anoreksia, Hopkins

kanker tidak ada mual (Komite Medicine,

terhambat atau lagi/berkurangn Penanggulangan 2019).

berhenti (mati) ya keganasan Kanker Nasional,

dari sel kanker 2016).

Leucovorin/Ca Pertumbuhan Test lab kadar Diare, ruam, Pemeriksaan

Folinat dan asam folat gatal-gatal, CBC (Johns

penyebaran sel dalam dalam kesulitan Hopkins

kanker bernapas atau Medicine,

terhambat atau menelan (NIH, 2019).

berhenti (mati) 2017).

Oxaliplatin Pertumbuhan Skrining Neuropati perifer Pemeriksaan

dan (USG/MRI) (76%), Kelelahan CBC, profil

penyebaran sel menunjukkan (61%), mual metabolisme

kanker tidak ada (64%),, diare , laju endap

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

terhambat atau lagi/berkurangn (46%), anemia darah, kadar

berhenti (mati) ya keganasan (64%) (Lacy GDP, kadar

dari sel kanker dkk., 2009). TSH, kadar

vitamin B12,

apusan

darah, kadar

retikulosit

(Lacy dkk.,

2009).

Ondansetron Mencegah - Central nervous -

mual dan system: Sakit

muntah, kepala (9% to

berkurangnya 27%), kelelahan

gejala mual (9% to 13%)

dan muntah Gastrointestinal:

konstipasi (6% to

11%) (MIMS,

2022).

Dexamethason Mencegah - Kaburnya Pemeriksaan

kadar kortisol
e mual dan penglihatan,
urin, kortisol
muntah, Cushing’s
saliva, tes
berkurangnya Syndrome, supresi

gejala mual osteoporosis, dexamethasone

dan muntah obesitas (MIMS, dosis rendah,

kadar ACTH
2022).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

plasma, tes

supresi

dexamethasone

dosis tinggi,

rontgen

densitometry

dan

absorptiometry

untuk melihat

nilai T-score

dan Z-score

(BHOF, 2022).

VIII. KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

Penjelasan KIE Farmakologi

1. 5-Fluorourasil (5-FU)

a. Indikasi : Colorectal cancer (MIMS, 2022).

b. Dosis : Dalam regimen kemoterapi doubly mFOLFOX6, 5-Fluorouracil

diberikan sebanyak:

- Hari ke-1: 400 mg/m2 IV Bolus (dosis yang diterima: 528 mg pada hari

pertama) selama 2 jam

- 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam) secara

IV infus kontinyu.

- Dosis tersebut diulang setiap 2 minggu (DiPiro, 2015).

c. Mekanisme Kerja : Menghambat metilasi DNA dan membuat defisiensi

timin sehingga menimbulkan penghambatan dalam pembelahan dan

pertumbuhan sel serta menyebabkan kematian sel (Kemenkes RI, 2018).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

d. Kontraindikasi : Ibu hamil dan menyusui, pasien dengan depresi sumsum

tulang yang terjadi setelah menjalankan treatment radioterapi atau agen

antineoplastik lain, pasien dengan ketidaknormalan pada aktivitas

dihidropirimidin dehidrogenase (DPD).

e. Efek Samping : Stomatitis, esofagofaringitis, diare, anoreksia, mual

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2016).

f. Parameter Monitoring

- Complete Blood Count, untuk mengetahui kondisi dalam tubuh

- Jumlah trombosit

- Tes fungsi ginjal

- Pantau tanda dan gejala sindrom palmar-plantar erythrodysesthesia,

kardiotoksisitas

- Toksisitas; toksisitas SSP, stomatitis, diare, dan ensefalopati

hiperamonemia.

g. Penanganan dan Rekonstitusi

Rekonstitusi: Larutkan dosis yang diinginkan pada 50-1000 mL Normal

Saline (NaCl 0.9%) (Aberg et al., 2009).

Penanganan: Simpan botol utuh pada suhu kamar dan lindungi dari

cahaya dan jangan disimpan di dalam kulkas, sedikit perubahan warna

biasanya tidak menunjukkan dekomposisi. Jika terkena dingin, endapan

dapat terbentuk, untuk melarutkan endapan, dipanaskan perlahan hingga

60°C. Larutan 5-FU dalam 50-1000 mL Normal Saline (0.9% NaCl)

dalam spuit stabil selama 72 jam pada suhu kamar. Sebelum digunakan,

pastikan suhu sudah sesuai dengan suhu tubuh. Jika digunakan dalam

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

infus kontinyu maka gunakan plastik kontainer IV yang mana lebih stabil

dibandingkan dengan botol kaca (Aberg et al., 2009).

2. Leucovorin (Calcium Folinate)

a. Indikasi : Kanker kolorektal (MIMS, 2022)

b. Dosis : Dalam regimen kemoterapi doubly mFOLFOX6, Leucovorin

diberikan sebanyak 400 mg/m2 (dosis yang diterima pasien adalah 528

mg) melalui IV selama 2 jam pada hari ke-1. Dosis tersebut diulang

setiap 2 minggu.

c. Mekanisme Kerja : Meningkatkan penghambatan enzim timidilat

sintetase oleh 5-Fluorouracil sehingga menghambat perbaikan dan

replikasi dari DNA (Kemenkes RI, 2018).

d. Kontraindikasi : Hipersensitivitas, anemia pernisiosa dan anemia

megaloblastik lainnya akibat defisiensi vitamin B12 (MIMS, 2022).

e. Efek Samping : Diare, ruam, gatal-gatal, kesulitan bernapas atau menelan

(NIH, 2017).

f. Parameter Monitoring

- Kadar kalsium Pantau kadar kalsium pada pasien yang menerima terapi

kombinasi 5-Fluorouracil/Leucovorin.

- Complete Blood Count, untuk mengetahui fungsi tubuh

- Elektrolit

- Tes fungsi hati, untuk mengetahui adanya toksisitas pada hati

- Toksisitas obat

g. Penanganan dan Rekonstitusi

Rekonstitusi: Leucovorin dapat direkonstitusi dengan air steril untuk

injeksi. Jangan gunakan pengencer yang mengandung benzil alkohol

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

untuk dosis >10 mg/m2. Untuk infus, jangan menggunakan benzil

alkohol untuk dosis >10 mg/m2.

Penanganan: Bubuk untuk injeksi: Simpan pada suhu kamar 25°C (77°F).

Lindungi dari cahaya. Larutan yang dilarutkan dengan air bakteriostatik

untuk injeksi USP, harus digunakan dalam waktu 7 hari. Larutan yang

dilarutkan dengan sterile water of injection harus segera digunakan.

Campuran parenteral stabil selama 24 jam disimpan pada suhu kamar

(25°C) dan selama 4 hari jika disimpan dalam lemari pendingin (4°C).

Larutan untuk injeksi: Sebelum pengenceran, simpan vial di bawah

pendingin pada 2°C hingga 8°C (36°F hingga 46°F). Lindungi dari

cahaya. (Anonim, 2022)

3. Oxaliplatin

a. Indikasi : Metastatic colorectal cancer (MIMS, 2022)

b. Dosis : Dalam regimen kemoterapi doubly mFOLFOX6, Oxaliplatin

diberikan sebanyak 85 mg/m2 (dosis yang diterima pasien adalah 112,2

mg) secara intravena kontinu selama 2 jam pada hari ke-1. Dosis tersebut

diulang setiap 2 minggu

c. Mekanisme Kerja : Menghambat replikasi dan transkripsi DNA dengan

membentuk ikatan silang dengan DNA sehingga menyebabkan kematian

sel. Bereaksi sinergis dengan 5-Fluorouracil dengan memperlambat

katabolisme 5-Fluorouracil (Kemenkes RI, 2018).

d. Kontraindikasi : Pasien dengan gagal ginjal (CrCl<30 mL/min), Ibu

hamil dan menyusui, myelosuppression, hipersensitivitas (MIMS, 2022).

e. Efek Samping : Neuropati perifer (76%), Kelelahan (61%), mual (64%),,

diare (46%), anemia (64%) (Lacy dkk., 2009).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

f. Parameter Monitoring

- Complete Blood Count, untuk mengetahui kondisi dalam tubuh

- ALT/AST, untuk monitoring fungsi hati

- Kadar bilirubin, untuk mengevaluasi fungsi hati

- Kreatinin, untuk melihat adanya toksisitas pada ginjal

- Status neurologis

- Hipersensitivitas

- Efek pernapasan

- Toksisitas (MIMS, 2022).

g. Penanganan dan Rekonstitusi

Rekonstitusi: Jangan dibuat menggunakan larutan yang mengandung

klorida (misalnya, NaCl), melainkan diencerkan dengan D5W (250 atau

500 mL).

Penanganan: Sebelum melakukan kontak dengan obat cytotoxic, gunakan

APD lengkap, yaitu baju APD, masker, sepasang sarung tangan rangkap

lateks steril.

Eloxatin tidak sensitif terhadap cahaya. Jangan gunakan jarum yang

mengandung aluminium atau set pemberian IV yang mungkin

bersentuhan dengan carboplatin (aluminium dapat bereaksi menyebabkan

pembentukan endapan dan kehilangan potensi). Bilas infus dengan D5W

sebelum pemberian oxaliplatin. Periksa secara visual untuk partikel dan

perubahan warna sebelum pemberian dan buang jika ada. Gunakan

kantong terpisah untuk oxaliplatin dan leucovorin (diberikan melalui

situs-Y). Oxaliplatin diinfuskan melalui vena sentral atau vena perifer.

Oxaliplatin diberikan sebelum pemberian 5-fluorouracil (Anonim, 2022).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

4. Ondansetron

a. Indikasi : Profilaksis mual dan muntah akibat kemoterapi (MIMS, 2022).

b. Dosis : Diberikan 8 mg 2 jam sebelum melakukan kemoterapi, diikuti

pemberian 8mg selama 2 kali sehari (setiap 12 jam/hari). Diberikan

dengan atau tanpa makanan (MIMS, 2022).

c. Mekanisme Kerja : Ondansetron termasuk dalam kelas obat yang disebut

antagonis reseptor serotonin 5-HT3. Obat ini bekerja dengan

menghalangi aksi serotonin (Aberg et al., 2009)

d. Kontraindikasi : Hipersensitivitas, Sindrom QT, penggunaan bersamaan

dengan apomorphine (MIMS, 2022).

e. Efek Samping : Konstipasi, diare, bradikardia, sakit kepala, pusing

(MIMS, 2022).

f. Parameter Monitoring : Pantau EKG, serum kalium, dan serum

magnesium. Pantau tanda dan gejala sindrom serotonin dan penurunan

aktivitas usus (MIMS, 2022).

5. Dexamethasone

a. Indikasi : Profilaksis mual dan muntah akibat kemoterapi (MIMS, 2022).

b. Dosis : Diberikan 8 mg 2 jam sebelum melakukan kemoterapi, diikuti

pemberian 8mg selama 2 kali sehari (setiap 12 jam/hari) (PPK

Kolorektal, 2017). Harus diberikan setelah makan (MIMS, 2022).

c. Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin menyebabkan

penurunan pelepasan opiat endogen (Watwill et al., 2003).

d. Kontraindikasi : Pasien dengan infeksi jamur sistemik (MIMS, 2022)

e. Efek Samping : Kaburnya penglihatan, Cushing’s Syndrome,

osteoporosis, obesitas (MIMS, 2022).

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

f. Parameter Monitoring : Tekanan intraokular (MIMS, 2022).

Non Farmakologi

a. Menjaga gaya hidup dan diet pasien seperti melakukan aktivitas fisik rutin

minimal 30 menit 5 kali/minggu, menjaga BMI ideal, menghindari alkohol,

merokok untuk mencegah prognosis kanker.

b. Terapi kombinasi mengakibatkan efek samping diare dan mual muntah.

Sehingga, penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada pasien dengan

menjaga status cairan tubuh agar selalu tercukupi (minum minimal 8-10

gelas/hari) dan selalu membawa botol minum tiap beraktivitas, juga penting

untuk menjaga higienitas baik dari makanan maupun lingkungan guna mencegah

infeksi yang menginduksi terjadinya diare.

c. Pasien sangat dihimbau untuk melaporkan setiap efek samping yang dialami

setelah mengkonsumsi obat-obatan untuk mengobati kanker kolorektal.

IX. EVALUASI DAN FOLLOW-UP

1. Evaluasi

Evaluasi (frekuensi/periode evaluasi dan target terapi sesuai indikasi dari tiap obat.)

1. Oxaliplatin dan 5-Fluorouracil

Monitoring perlu dilakukan setelah diberikannya regimen pada pasien.

Monitoring harus dilakukan untuk mengawasi terjadinya:

● Ekstravasasi

● Efek samping terapi yang mungkin terjadi berupa

○ leukopenia (leukosit<3500/µL)

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

○ trombositopenia (trombosit <100.000/µL)

○ toksisitas gastrointestinal

(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017; Elvina et al., 2017).

2. Leucovorin 400 mg/m2

Pemberian Leucovorin perlu pada kasus ini perlu dilakukan monitoring karena

ada potensi terjadinya interaksi antar obat yang diberikan pada

regimen.Pemberian bersama antara ondansetron dengan dexametason dapat

menyebabkan bioavailabilitas ondansetron secara lebih tinggi pada pasien dengan

kanker (85-87%) dibandingkan pada individu sehat (50-70%). Perlu dilakukan

monitoring terapi akan tetapi tidak perlu penyesuaian dosis pada ondansetron

yang diberikan bersama dengan dexametason (Baxter K, 2010).

2. Follow up

(Bagian ini merupakan apa yang harus dilakukan apabila: )

1. Obat efektif / mencapai target terapi

Follow up apabila obat efektif ditentukan apabila terapi mencapai target.

terapi kemoterapi dilanjutkan hingga siklus selesai (4-8 siklus) dan dilakukan

monitoring terhadap kondisi pasien dan evaluasi kondisi pasien melalui

kontrol rutin dengan dokter.

2. Obat tidak efektif / tidak mencapai target terapi

Apabila setelah rentang dua minggu setelah pasien diberikan obat tidak

memberikan hasil yang memuaskan, atau tidak merespon pengobatan dengan

baik, maka perlu dilakukan perubahan terapi dengan penyesuaian dosis atau

pertimbangan untuk mengganti pengobatan menggunakan lini kedua.

penggantian obat perlu dilakukan dengan memperhatikan progresivitas kanker,

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

histopatologi, stadium kanker, efek samping potensial, kondisi kesehatan dan

preferensi pasien (Kemenkes RI, 2018).

X. KESIMPULAN

1. Pasien mengalami Drug Related Problem yaitu dosis yang tidak tepat karena ada

dosis yang terlalu besar, dosis terlalu kecil, dan membutuhkan tambahan terapi

obat

2. Pasien diberikan terapi kanker Oxaliplatin 85 mg/m2, Leucovorin 400 mg/m2,

dan 5-FU 400 mg/m2 secara IV.

3. Pasien mengalami mual akibat efek samping kemoterapi sehingga diberikan

ondansetron 2 x 8 mg dan dexamethasone 2 x 80 mg secara peroral.

4. Apoteker perlu memberikan edukasi pada perawat terkait handling obat

sitostatistika agar tidak menimbulkan bahaya pada pasien, tenaga kesehatan dan

orang lain.

5. Perawat juga diberikan edukasi untuk memberikan penanganan terhadap efek

samping yang akan ditimbulkan pada pasien.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C., Amstrong, L., Goldman, M. and Lance, L.L., 2009, Drug

Information Handbook 17th Edition, American Pharmacist Association.

Anonim, 2022, Leucovorin, leucovorin dosing, indications, interactions, adverse effects,

and more (medscape.com), diakses pada tanggal 28 Oktober 2022..

Anonim, 2022, Oxaliplatin, Eloxatin (oxaliplatin) dosing, indications, interactions,

adverse effects, and more (medscape.com), diakses pada tanggal 28 Oktober

2022.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Baxter K., Davis M., Driver S., Lee R., Marshall A., Mc.Larney R., Hharp J.M. and Elen

R Shute B., 2008, Stockley's Drug Interaction, eight edit., Pharmaceutical Press,

London.

BHOF, 2022, Evaluation of Bone Health/Bone Density Testing, URL:

bonehealthandosteoporosis.org/patients/diagnosis-information/bone-density-exa

mtesting/ (diakses pada 28/10/2022).

DiPiro J.T., Chisholm-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.G., Malone P.M.,

Kolesar J.M., 2015, Pharmacotherapy Principles and Practice, Mc Graw-Hill

Companies, New York.

Elvina R., Musyarofah R., Putri R.A., 2017, Evaluasi Penggunaan Obat Anti Muntah

pada Pasien Anak Penderita Kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta

Periode Juni-Juli 2016, Media Farmasi Vol. 14, Jakarta

Johns Hopkins Medicine, 2019, Diarrhea, URL:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/diarrhea

(diakses pada 28/10/2022).

Kemenkes RI, 2018, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

HK.01.07/MENKES/406/2018 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran

Tatalaksana Kanker Kolorektal.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2016, Panduan Penatalaksanaan Kanker

Kolorektal, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017, Panduan Penatalaksanaan Kanker

Kolorektal, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M. P., Lance, L.L., 2009, Drug Information

Handbook 17th Edition, American Pharmacist Association.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

MIMS, 2022, Ca-Folinate, Calcium folinate: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |

MIMS Indonesia, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.

MIMS, 2022, Dexamethasone, Dexamethasone: Indication, Dosage, Side Effect,

Precaution | MIMS Indonesia, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.

MIMS, 2022, Fluorouracil, Fluorouracil: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |

MIMS Malaysia, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.

MIMS, 2022, Ondansetron, Ondansetron: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |

MIMS Indonesia, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.

MIMS, 2022, Oxaliplatin, Oxaliplatin: Indication, Dosage, Side Effect, Precaution |

MIMS Philippines, diakses pada tanggal 28 Oktober 2022.

National Health Service (NHS), 2021, CAPOX (XELOX) Capecitabine & Oxaliplatin).

NIH, 2017, Leucovorin, URL: https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682336.html

(diakses pada 28/10/2022).

Trissel L.A., 2009, Handbook On Injectable Drugs, 15th Ed., American Society of

Health-System Pharmacist, Bathesda.

Wattwil, M., Thörn, S. E., Lövqvist, A., Wattwil, L., Gupta, A., & Liljegren, G., 2003,

Dexamethasone is as effective as ondansetron for the prevention of postoperative

nausea and vomiting following breast surgery. Acta anaesthesiologica

Scandinavica, https://doi.org/10.1034/j.1399-6576.2003.00172, diakses pada

tanggal 28 Oktober 2022.

***

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

XII. LAMPIRAN PERTANYAAN DAN JAWABAN DISKUSI

1. Nadya Lela A. (19/444920/FA/12278) - Pemantauan efektivitas pengobatan

pasien dilihat berdasarkan skrining MRI, bagaimana penilian efektivitas terapi

obat menggunakan MRI, parameter apa yang perlu dilihat?

Jawab:

MRI dapat melihat gambaran jaringan tumor secara kuantitatif dan dapat

memetakan kondisi sebaran jaringan tumor. Terapi yang efektif dapat

menurunkan ukuran dari jaringan tumor dan sebarannya. Secara kuantitatif

ukuran jaringan dapat diukur berapa mm besar diameternya.

2. Jennifer Caroline K. (19/444902/FA/12260) - Pada kasus kelompok ini, pasien

mempunyai berat badan yang tidak ideal yaitu di bawah BMI dikarenakan efek

samping dari obat kemoterapi yang dapat menyebabkan anoreksia. Apakah

terdapat rekomendasi terapi non farmakologi agar pasien dapat kembali memiliki

BMI yang ideal kembali?

Jawab:

Pasien mengonsumsi obat 5-fluorouracil dan Leucovorin yang dapat

menyebabkan efek samping anorexia. Biasanya anorexia ini terjadi karena pasien

kehilangan indera pengecapnya dan sensitif dengan bau makanan yang terlalu

kuat sehingga dapat menurunkan nafsu makannya dan dapat menyebabkan

mual/muntah. Oleh karena itu, pasien harus menghindari makanan yang berbau

kuat agar pasien tidak mual/muntah, lalu pasien direkomendasikan untuk

mengonsumsi makanan/minuman yang dingin karena dapat meningkatkan nafsu

makan pasien seperti buah2an, sayur, yogurt, es krim, atau susu. Pasien juga

direkomendasikan untuk selalu membawa snack agar ketika pasien merasa lapar,

pasien bisa langsung mengonsumsinya.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

3. Nisrina Luth Fiani (19/444923/FA/12281) - Apa alasan digunakannya

dexamethasone dan ondansentron pada rencana asuhan kefarmasian?

Jawab:

Sebagai langkah preventif untuk mengatasi efek mual dan muntah dari regimen

terapi karena regimen yang digunakan bersifat emetik kuat.

4. Kurnia Salsabila (19/444907/FA/12265) - Kanker kolorektal terjadi di dengan

usus besar yang berarti berhubungan dengan sistem pencernaan ya. apakah ada

konsumsi makanan tertentu yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker

kolorektal? semisal iya, kemudian kalau memang pasien sudah terdiagnosis

kanker kolorektal, konsumsi makanan seperti apa yang perlu dibatasi yang

mungkin bisa memperparah kanker?

Jawab:

Pada jurnal yang kami temukan disebutkan konsumsi daging merah

meningkatkan risiko kanker kolorektal. Maka makanan yang perlu dibatasi adalah

makanan olahan daging merah. Pasien direkomendasikan untuk lebih banyak

makan buah dan sayur untuk meningkatkan asupan serat dan asam folat yang

mampu membantu penyembuhan terapi.

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

XIII. LAMPIRAN EVIDENCE-BASED MEDICINE

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK


DEPARTEMEN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA

LABORATORIUM FARMAKOTERAPI DAN FARMASI KLINIK

Anda mungkin juga menyukai