merupakan jasa yang diperlukan untuk memastikan gedung kantor bersih dan nyaman untuk menjadi
tempat kerja sehari-hari, konon katanya “Bekerja itu Ibadah” maka tidaklah berlebihan bila menjadikan
kantor sebagai tempat kerja untuk ekstra bersih.
Swakelola atau
Penyedia
Pilihan menggunakan Penyedia bila tidak memprioritaskan pelaksanaan dengan menggunakan Sumber-
daya miliknya sendiri untuk Jasa Kebersihan, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
menggunakan jasa Pelaku Usaha sebagai Penyedia Jasa Lainnya.
Selain memerlukan spesifikasi tingkat layanan bagi penyedia dan merancang rancangan kontrak yang
akan dilaksanakan nantinya, pada pengadaan Pemerintah juga diperlukan menyusun Harga Perkiraan
Sendiri atau disingkat HPS yang berfungsi sebagai batas atas penawaran dalam proses pemilihan
penyedia.
Potensi Permasalahan
Walau jarang terjadi , tapi terdapat permasalahan penyusunan HPS untuk Jasa Kebersihan dan/atau
Jasa Lainnya yang berpedoman terhadap Upah Minimimum.
Ingat pelaku usaha berpikir dari sisi profit dan operasional, berbeda dengan Pelaku Pengadaan yang
berpikir menyusun HPS dengan empasis pada aspek pemenuhan kebutuhan!
Pelaku Usaha pada umumnya melakukan usaha seminim mungkin untuk mendapatkan hasil yang
sebesar-besarnya, maka berbeda dengan cara PPK yang memperhitungkan dengan rinci dasar
penyusunan HPS nya, bisa jadi pelaku usaha tidak berpikiran sampai kesitu, terutama untuk kualifikasi
selain usaha Non-Kecil yang memang terbiasa melakukan manajemen secara rigid dan rinci, maka cara
kerjanya akan sangat sederhana dengan menawar berdasarkan margin management fee yang bermain
dengan kisaran range 17% s.d 20% sebagai contoh berikut :
Kelompok Kerja Pemilihan merancang e-Reverse Auction dengan waktu yang cukup
Pejabat Pembuat Komitmen tidak menggunakan bentuk HPS seperti diatas
Pertimbangan Solusi
Melakukan e-Reverse Auction yang cukup perlu dilakukan secara teroptimasi (optimized) jangan terlalu
lama hingga Pelaku Usaha menawar melewati batas logika dan kewajaran hingga menjadi terlalu murah
harganya sehingga berpengaruh pada kewajaran harga atas kualitas yang dibutuhkan namun tidak terlalu
sedikit juga waktunya agar pelaku usaha dapat memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kalkulasi.
Berkaitan dengan solusi berikutnya yaitu PPK tidak menggunakan bentuk HPS seperti diatas dengan
mempertimbangkan Upah Minimum merupakan standar biaya yang merupakan beban bagi pelaku usaha
untuk diikuti, maka pola pikir pelaku usaha menggunakan prinsip pengeluaran sekecil-kecilnya untuk
mendapat akan menawar dengan menggunakan Upah Minimum, sehingga sangat besar potensi harga
penawaran untuk bagian pekerjaan Tenaga Kerja akan menggunakan harga minimal, dan dengan
kelaziman pelaku usaha dalam menentukan management fee nya berbasis harga Upah Minimum tadi
akan sangat besar juga bila pasar nya sudah tersaturasi dan terlalu kompetitif maka rentang margin
management fee nya tidak terpaut jauh satu sama lain.
Permasalahan harga yang sama persis ini dapat dihindari dengan mengantisipasi dan “merekonstruksi
ulang rincian HPS yang akan menjadi bentuk penawaran harga sedemikian rupa, melakukan hal ini
tentunya dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian pekerjaannya, kalau pribadi untuk Jasa
Kebersihan ya gak mau tau pokoknya semuanya harus bersih, gak perlu mikirkan rinciannya, gak mau
repot karena kalau repot mending Swakelolakan sekalian, maka dari itu rancangannya cukup dijadikan
saja berbasis keluaran.
Keluaran yang diperlukan adalah misalkan terdapat 12 bulan pekerjaan dimana total semua ruangan
harus bersih, ya dengan demikian maka diberakdown ulang Nilai HPS yang ada berdasarkan jumlah
ruangan atau jumlah lantai bergantung situasi di lapangan, menggunakan contoh sebelumnya dengan
Nilai HPS sebesar Rp589,8juta untuk total gedung dengan 4 lantai maka tinggal membuat HPS sebagai
berikut :
Lantai 1 : Rp275juta
Lantai 2 : Rp225juta
Lantai 3 : Rp89,8juta
Total 3 lantai = Rp589,8juta
ppn (10%) = Rp58,98juta
Total HPS =Rp648,78
Perhatikan bahwa perhitungan sebelumnya tetap digunakan dalam menyusun HPS! sebagai bagian dari
kertas kerja, perhitungan diatas hanya melanjutkan saja, dengan demikian maka rincian HPS nya adalah
sebagai berikut :
Lantai 1 : Rp22,9167 x12 bulan = Rp275juta
Lantai 2 : Rp18,75jt x 12 bulan =Rp225juta
Lantai 3 : Rp7,483jt x 12 = Rp89,8juta
Total 3 lantai = Rp589,8juta
ppn (10%) = Rp58,98juta
Total HPS =Rp648,78
Dengan demikian nantinya harga dari penawaran akan menggunakan formulir sebagai berikut :
Bagaimana dengan pemenuhan kewajiban Penyedia nantinya terhadap tenaga kerja nya? ya tinggal
dituangkan dalam Rancangan Kontrak bahwa kewajiban pelaku usaha untuk membayar tenaga kerja
adalah sesuai dengan Upah Minimum yang disebutkan juga nominalnya sejak awal dalam Pasal kontrak
yang relevan, dengan demikian pada proses pelaksanaan tidak sibuk ngurusin hal rinci seperti ini karena
hal tersebut sudah tanggung-jawab sepenuhnya penyedia dan selaku pengguna jasa tidak memikirkan
hal tersebut.
Kesimpulan
Merancang Harga Perkiraan Sendiri di rezim Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah menggariskan bahwa Harga Perkiraan disusun secara keahlian,
dengan demikian keahlian ini bersifat sangat fleksibel selama dapat dipertanggung-jawabkan, tidak perlu
kaku dengan menggunakan sebuah bentuk eksisting di tempat lain karena kondisi lingkungan pengadaan
di tiap daerah termasuk dalam Lingkungan Bisnis dan Pasar nya dapat bervariasi selama memang masih
bisa dipertanggung-jawabkan dan telah diperhitungkan berdasarkan kecermatan dan keahlian.
Demikian yang bisa sampaikan, tetap semangat, tetap sehat, dan salam pengadaan.