PENDAHULUAN
Bengkel Body Repair merupakan bengkel yang berfokus dalam memperbaiki body
kendaraan khususnya roda empat. Dalam mengelola proses perbaikannya, pihak
bengkel memberikan tanggungjawab kepada kepala montir dalam melakukan
monitoring & controlling. PT. Nara Citra Otowarna (Bengkel KIA Otowarna)
merupakan salah satu bengkel yang menyediakan layanan body repair. Namun,
hingga saat ini pihak bengkel masih menerima beberapa keluhan atas pelayanan
yang diberikan. Salah satunya adalah terlambatnya waktu selesai perbaikan dari
estimasi penjadwalan yang sudah ditentukan. Rata-rata keterlambatan yang dialami
oleh bengkel untuk menyelesaikan perbaikan yaitu 3-5 hari dari jadwal yang sudah
ditentukan.
Dalam proses perbaikan body, terdapat 7 proses perbaikan yang harus dilalui secara
sekuensial. Setiap proses memiliki jumlah stall yang berbeda-beda. Jumlah stall
setiap prosesnya ditunjukkan pada tabel 1. Selain stall perbaikan, bengkel ini
menyediakan satu area sebagai tempat pengalokasian mobil yang mengalami
kendala pada stall perbaikan yang disebut buffer.
Table I.1 Data Setiap Proses Perbaikan
Proses Rata – Rata
Nama Proses Jumlah Stall
ke- Pengerjaan per Bobot
1 Bongkar Las 8 2 jam
2 Dempul 16 3 jam
3 Cat Dasar 5 1 jam
4 Cat Spray 2 30 menit
5 Poles 8 1 jam
6 Rakit 8 2 jam
7 Finishing 8 1 jam
Dalam mengelola proses perbaikan, pihak bengkel memiliki satu kepala montir
yang bertanggung jawab atas seluruh proses perbaikan. Pada saat ini kepala montir
kewalahan dalam melakukan monitoring & controlling seluruh stall secara
langsung dan bersamaan, mengingat jumlah stall yang banyak dan bervariasi dari
setiap prosesnya. Kepala montir harus menghampiri setiap stall untuk melakukan
monitoring & controlling pengerjaan perbaikannya. Adapun kondisi bengkel saat
ini ditunjukkan pada gambar I.1.
Kepuasan pelanggan menjadi sorotan oleh pihak bengkel karena hal ini akan
mempengaruhi kredibilitas pelanggan terhadap bengkel. Maka dari itu, pihak
bengkel memerlukan sebuah sistem yang dapat meminimalisir keterlambatan
selesai perbaikan. Sistem harus dapat mendukung seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan kepala montir pada proses perbaikan, mengingat sebagian besar
keterlambatan yang terjadi disebabkan oleh sistem kerja kepala montir yang kurang
maksimal.
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari
perancangan dan pembangunan aplikasi ini adalah membuat dashboard kepala
montir, yang diantaranya berfungsi :
1. memantau seluruh kegiatan stall pada setiap tahapan proses perbaikan;
2. meminimalisir stall yang menganggur saat proses perbaikan;
3. sebagai media komunikasi antara kepala montir dengan montir, kepala montir
dengan quality control, dan quality control dengan montir.
Tahapan – tahapan yang dilakukan dalam membangun aplikasi terdiri dari empat
tahapan yang dijelaskan pada subbab I.6.1 sampai dengan I.6.4.
Tahap paling awal yang dilakukan adalah mencari topik Tugas Akhir yang diambil.
Diskusi dengan anggota kelompok dan komunikasi dengan dosen pembimbing
dilakukan untuk menentukan kelayakan dari permasalahan yang diambil. Studi
literatur juga dilakukan untuk memahami lebih dalam mengenai permasalahan yang
terjadi dengan melakukan wawancara ke bengkel body repair pada suatu
perusahaan, mencari jurnal yang terkait, dan aplikasi sejenis dengan memahami
karakteristik dari aplikasi tersebut. Tahapan ini menghasilkan rumusan masalah,
batasan serta tujuan yang akan dicapai apabila masalah dapat terselesaikan.
Untuk proses analisis dan desain, mengacu pada buku “Applying UML and Patterns
: An Introduction to Object-Oriented Analysis and Design and Iterative
Development, 3rd Edition (Addison, 2004)”[1]. Proses pengembangan aplikasi
menggunakan metode Rational Unified Process (RUP) dengan tiga fase, yaitu
inception, elaboration, dan construction[2]. Metode RUP diterapkan karena fase –
fase yang ada pada metode RUP lebih erat kaitannya dengan proses bisnis daripada
masalah teknis. Penerapan RUP yang dilakukan mengacu pada diagram pengerjaan
RUP seperti yang ditunjukkan pada gambar I.2. Aplikasi ini akan dikembangkan
hingga fase construction.
2. Elaboration
Pada fase ini, lebih banyak difokuskan pada proses analisis dan desain aplikasi
yang akan dibuat. Fase ini memastikan bahwa kebutuhan dan arsitektur sistem
sudah cukup stabil untuk diteruskan ke fase selanjutnya. Dalam
mengoptimalkan sistem penjadwalan, fase ini dibagi menjadi 3 iterasi. Iterasi
pertama yaitu fitur untuk montir dan quality control berupa daftar pekerjaan,
form pengujian dan informasi kendala perbaikan, iterasi kedua yaitu fitur
dashboard perbaikan untuk kepala montir dan dashboard montir, dan iterasi
ketiga yaitu fitur pendukung seperti login dll. Adapun hasil yang harus dicapai
pada fase ini adalah:
a. Use Case Diagram dari setiap kebutuhan fungsional;
b. model data;
c. kebutuhan non-fungsional dan kebutuhan lain dapat terdefinisi;
d. prototype telah diimplementasikan dan teruji.
3. Construction
Fase ini merupakan fase integrasi semua komponen dan fitur yang telah
diimplementasikan dalam bentuk prototype dan dijuji kembali untuk
memastikan fungsi dari setiap fitur berjalan dengan baik. Fase ini dibagi
menjadi 2 iterasi yaitu mengintegrasikan fitur untuk montir, quality control,
kepala montir, dan fitur-fitur pendukung lainnya. Adapun hasil yang harus
dicapai pada fase ini adalah:
a. sistem yang dibuat telah terintegrasi secara keseluruhan;
b. deskripsi sistem yang telah dibuat;
I.6.4 Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan untuk mengetahui capaian yang didapat dari hasil
pelaksanaan tugas akhir apakah telah memenuhi tujuan yang sudah didefinisikan
atau belum. Pada tahap ini menghasilkan kesimpulan dari tugas akhir yang
dikerjakan.