Anda di halaman 1dari 8

KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036

Vol.1 No.3 2016: 35-42

PERANCANGAN PROTOTIPE SISTEM


PENDETEKSI POSISI KORBAN BENCANA
BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA328
Syadza Sausan1, Mohd. Syaryadhi2, Aulia Rahman3
Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk Syech Abdurrauf No. 7, Banda Aceh 23111
1syadza.sausan50@gmail.com

2syaryadhi@unsyiah.ac.id

3aurahmn@unsyiah.ac.id

Abstrak— Bencana merupakan suatu peristiwa yang terjadi Gempa bumi dapat menyebabkan runtuhnya bangunan dan
secara tiba-tiba dan tidak dapat dihindari, seperti halnya gempa jatuhnya korban jiwa akibat terjebak dalam runtuhan tersebut,
bumi yang dapat menyebabkan jatuhnya korban jiwa manusia. diantara korban jiwa yang tertimpa runtuhan mungkin masih
Pasca terjadi bencana, evakuasi korban yang masih hidup harus ada korban yang hidup dan membutuhkan pertolongan
segera dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang
secepatnya untuk mengurangi dampak buruk yang
ditimbulkan, tim SAR (search and rescue) akan membantu
untuk menyelamatkan korban. Namun informasi tentang posisi ditimbulkan. Tim SAR (search and rescue) akan memberikan
korban belum dapat diketahui dengan dan lingkungan disekitar pertolongan dan melakukan evakuasi korban namun karena
lokasi bencana masih sangat berbahaya untuk ditinjau, sehingga tertimbun dan jauh dari pantauan mata maka tim SAR belum
beresiko jika tim SAR langsung turun ke lokasi tersebut. dapat mengetahui posisi keberadaan korban dan lokasi pasca
Penelitian ini menghasilkan rancangan prototipe sistem bencana masih sangat berbahaya ditinjau karena sangat
pendeteksi posisi korban bencana yang mampu menberikan beresiko bagi keselamatan jiwa mereka sendiri. Maka dengan
informasi posisi korban pada lokasi bencana dengan waktu itu diperlukan suatu alat dengan ukuran kecil yang dapat
singkat. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu robot masuk kedalam reruntuhan bangunan yang sulit dijangkau
sebagai platform dikontrol untuk berhenti pada suatu titik dan
oleh tim SAR untuk mengetahui keberadaan posisi korban
user mengaktifkan sistem untuk melakukan proses pendeteksian
posisi korban bencana. Prototipe sistem ini menggunakan sensor bencana.
PIR untuk mendeteksi ada atau tidaknya korban, sensor Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan
ultrasonik untuk mengukur jarak korban dengan prototipe dan prototipe sistem pendeteksi posisi korban bencana dengan
sensor kompas sebagai penunjuk arah korban. Data informasi menggunakan sensor PIR, sensor ultrasonik serta sensor
yang diperoleh dari sensor dikirim dan ditampilkan pada PC kompas dan mampu mengirimkan data informasi posisi
user secara nirkabel. Sistem ini mampu mendeteksi korban korban bencana tersebut secara nirkabel ke komputer tim SAR
dengn jarak maksimum 390 cm dengan kondisi korban tidak sehingga informasi yang diperoleh dapat membantu proses
terhalang seluruhnya oleh benda yang jatuh akibat bencana. penyelamatan dan evakuasi korban lebih cepat.
Persentase keberhasilan penunjukan posisi korban yaitu 94.37%
Prototipe sistem ini mampu mendeteksi keberadaan korban
dengan perbedaan sudut 12.59° dan persentase keberhasilan
pengukuran jarak korban dengan sistem 66.58% pada dengan batasan maksimum 380 cm dengan sudut pancaran
pengujian skala Laboraturium. yang dapat diterima oleh sensor PIR yaitu <50°, sedangkan
kemampuan untuk mengukur jarak dari prototipe sistem ke
Kata Kunci: Bencana, posisi korban, sensor PIR, sensor korban menggunakan sensor ultrasonik yang memiliki
ultrasonik, sensor kompas. batasan maksimum empat meter dan sensor kompas sebagai
penunjuk arah yang mampu menunujukkan arah korban dari
posisi 0°-360° dengan acuan pembacaan kompas berdasarkan
I. PENDAHULUAN medan magnet bumi. Motor servo digunakan sebagai aktuator
Indonesia adalah salah satu negara yang rawan terhadap untuk menggerakkan arah sensor-sensor yang mampu
bencana berdasarkan letak geografis dan geologis yang berputar secara kontinyu dari 0°-360°. Data yang diperoleh
mengakibatkan sering terjadi bencana. Bencana dapat dari prototipe sistem dikirim dan diterima secara nirkabel
menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian harta menggunakan ZigBee yang terdapat pada prototipe sistem dan
benda, kerusakan lingkungan dan dampak psikologis. Data data tersebut ditampilkan pada komputer. Zigbee mampu
dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) mengirim dan menerima data informasi yang diperoleh
menunjukkan bahwa jumlah kejadian bencana di Indonesia dengan range maksimum 30 meter indoor dan 100 meter
pada tahun 2016 totalnya yaitu 2.171 kejadian bencana outdoor.
diantaranya gempa bumi, banjir, longsor dan lainnya [1].

35
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Bencana C. Komponen Sistem
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang 1) Sensor PIR
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
Sensor PIR adalah sensor yang dapat menangkap pancaran
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
infra merah dengan panjang gelombang 5-15 µm
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
(mikrometer), tubuh manusia memiliki pancaran infra merah
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
dengan panjang gelombang 9-10 µm. Sensor ini berbasis infra
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Indonesia
merah tetapi bersifat pasif yang hanya merespon energi dari
merupakan negara yang rawan terhadap bencana berdasarkan
pancaran sinar infra merah pasif yang dimiliki oleh setiap
letak geografis dan geologis yang mengakibatkan sering
benda yang terdeteksi olehnya [6].
terjadinya bencana. Bencana dibagi kedalam tiga jenis antara
lain: bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.
Penanggulangan bencana sangat penting diketahui oleh
masyarakat untuk mengurangi resiko saat terjadinya bencana.
Penanggulangan bencana (disaster management) menurut UU
Nomor 24 tahun 2007 adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang beresiko
timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
darurat, rehabilitasi dan rekontruksi [2].
Pada saat setelah terjadinya bencana diperlukan tim SAR
(search and recue) yang dikerahkan untuk mencari, menolong
dan menyelamatkan jiwa manusia akibat bencana tersebut.
Operasi SAR akan dihentikan apabila korban musibah telah
berhasil diselamatkan atau tidak ada harapan lagi untuk
menyelamatkan korban berdasarkan hasil analisis/evaluasi [3].
B. Penelitian Terkait
Prototipe penentu posisi penghuni gedung untuk bencana Gambar 1 Arah jangkauan gelombang sensor PIR [7]
kebakaran dengan menggunakan teknologi gelombang infra
Makhluk hidup dapat memancarkan radiasi infra merah
merah telah dikembangkan oleh [1]. Sistem ini mampu
yaitu manusia dan binatang yang memiliki pancaran terkuat
mendeteksi jumlah orang yang ada di dalam gedung dari
dengan panjang gelombang 9,4 μm. Radiasi infra merah yang
setiap ruang dan dapat mengirim report status jumlah
dipancarkan inilah yang menjadi sumber pendeteksian bagi
penghuni gedung ke PC server. PC server sebagai pusat
detektor panas yang memanfaatkan radiasi infra merah,
database akan report ke sistem SMS Gateway untuk
seperti yang terdapat pada Gambar 1. Sensor PIR memiliki
selanjutnya memberi SMS Alert secara langsung ke pihak-
jangkauan jarak yang bervariasi tergantung dari karakteristik
pihak berwenang.
sensor, pada umumnya sensor PIR memiliki jangkauan
Penelitian perancang robot pencari korban bencana alam
pembacaan efektif hingga 5 meter [8], [9].
dengan kontrol wireless modulasi FM (Frequency
Modulation) – FSK (Frequency Shift Keying) oleh [4]. 2) Sensor Ultrasonik
Keluaran dari alat ini mampu memberikan informasi kepada Sensor ultrasonik bekerja dengan memanfaatkan
tim penyelamat apakah korban tertimbun masih hidup atau gelombang ultrasonik. Frekuensi kerja yang digunakan dalam
sudah meninggal sehingga dapat dilakukan penyelamatan gelombang ultrasonik bervariasi tergantung pada medium
secepatnya. yang dilalui, mulai dari kerapatan rendah pada fasa gas, cair
Sistem pendeteksi korban bencana gempa pada robot iSRo- dan padat. Jika gelombang ultrasonik berjalan melalui sebuah
G2 oleh [5], menggunakan sistem kecerdasan buatan Ant medium, secara matematis besarnya jarak dapat dihitung
Colony Optimization untuk proses pendeteksian. Alat ini sebagai berikut:
menggunakan kamera sebagai mata robot untuk mendeteksi 𝑣.𝑡
korban dan juga menggunakan proses skin detection dan 𝑠=( ) (1)
2
sensor PIR untuk mendeteksi tubuh manusia, sedangkan
untuk aktuator robot menggunakan motor servo. Metode Dimana s adalah jarak antara sensor ultrasonik dengan objek
ACO digunakan untuk mendapatkan range deteksi yang dalam satuan meter, v adalah kecepatan suara diudara yaitu 344
terpendek dengan mengoptimasi input-input yang berupa m/detik dan t adalah selisih waktu tempuh pemancaran
koordinat x,y dari titik tengah gambar, sehingga pergerakan gelombang dan penerimaan pantulan gelombang dalam
kamera bisa lebih efisien dan mempercepat pendeteksian. satuan detik [10].

36
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

Pemancar
Ultrasonik
 Maksimum transfer rate untuk tiap data pada tiap
+5 V lebar pita adalah sebagai berikut 250 Kbps untuk 2.4
GHz, 40 kbps untuk 915 MHz, dan 20 Kbps untuk 868
MHz.

Trigger
Objek
Echo Mempunyai throughput yang tinggi dan latency yang
rendah untuk duty cycle yang kecil.
5) Motor Servo
Jarak
Penerima Motor Servo adalah sebuah perangkat atau aktuator putar
Ultrasonik (motor) yang mampu bekerja dua arah (Clockwise dan
Gambar 2 Cara kerja sensor ultrasonik Counter Clockwise) dan dilengkapi rangkaian kendali dengan
sistem umpan balik loop tertutup yang terintegrasi pada motor
Sensor ultrasonik bekerja dengan mengirimkan gelombang tersebut. Arah putaran dan sudut dari sumbu motor servo
suara menuju target dan mengukur waktu yang diperlukan dapat diatur berdasarkan pengaturan duty cycle sinyal PWM
untuk pulsa melenting kembali. Waktu yang diperlukan gaung (Pulse Width Modulation) pada pin kendali motor servo.
untuk kembali ke sensor berbanding lurus dengan jarak atau Operasional dari motor servo dikendalikan oleh pulsa
tinggi dari objek, sebab suara mempunyai kecepatan konstan. selebar kurang lebih 20 ms yang mana lebar pulsa antara 0,5
Pada umumnya sensor ultrasonik memiliki jangkauan ms dan 2 ms menyatakan akhir dari range sudut maksimum.
pembacaan efektif 3 cm hingga 3 meter [11]. Prinsip kerja dari motor servo adalah motor servo akan bekerja
3) Sensor Kompas degan baik apabila bagian pin kendalikannya diberi sinyal
Sensor kompas atau magnetometer merupakan sensor arah PWM. Lebar pulsa sinyal kontrol yang diberikan akan
elektronik yang dapat mendeteksi medan magnet bumi. Salah menentukan posisi sudut putaran dari poros motor servo.
satu kegunaan dari sensor kompas adalah untuk menentukan Contohnya bila diberikan pulsa dengan besar 1,5 ms mencapai
arah mata angin. Berdasarkan jenisnya sensor kompas dapat gerakan 90º, maka bila kita berikan data kurang dari 1,5 ms
bekerja pada dua axis gerak (x, y) atau tiga axis gerak dengan maka posisi mendekati 0º dan bila diberi data lebih dari 1,5
sumbu (x, y, z). Prinsip kerja dari sensor kompas ini ms maka posisi mendekati 180º [14].
berdasarkan medan magnet bumi, seperti kompas analog III. METODE PENELITIAN
konvensional namun sensor kompas ini dikemas dalam
bentuk chip tidak menggunakan jarum penunjuk arah. Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan
Magnetometer digunakan untuk mengukur medan magnet. karya ilmiah ini yaitu pada tahap awal dilakukan pemahaman
Fluxgate magnetometer dibentuk dari batang logam dan pendalaman konsep terkait dengan penelitian yang
ferromagnetik yang dililitkan kawat dan dialiri arus listrik dilakukan dari beberapa sumber seperti buku, jurnal, artikel
melalui kawat tersebut. Efek medan magnet dari sensor ini dan website. Tahapan kedua dari penelitian ini adalah
dihasilkan berdasarkan arus listrik yang mengalir melalui perancangan hardware, pada tahap ini dilakukan perancangan
sensor. Arus listrik ini berfungsi sebagai penginduksinya. alat dengan merangkai komponen-komponen ke
Pengukuran dan sensitivity dari sensor akan lebih baik dengan mikrokontroler. Kemudian masuk ke tahap pemrograman
arus yang cukup [12], [13]. sistem menggunakan Arduino dengan mikrokontroler
ATmega328. Pada tahap ini dilakukan pemrograman untuk
4) ZigBee masing-masing komponen. Tahapan selanjutnya setelah
ZigBee adalah spesifikasi untuk protokol komunikasi perancangan hardware dan pemograman sistem maka masuk
tingkat tinggi yang mengacu pada standart IEEE 802.15.4 ke tahap prototipe sistem. Pada tahap ini dilakukan kombinasi
yang berhubungan dengan wireless personel area networks semua komponen hingga menjadi sebuah sistem dan
(WPANs). Teknologi dari ZigBee digunakan untuk sistem dilakukan pengujian sistem secara keseluruhan. Pada
pengiriman data secara nirkabel dengan transmisi data rendah pengujian sistem dilihat hasil yang didapat sesuai yang
dan komsumsi daya rendah. Kelebihan ZigBee dibandingkan diharapkan atau tidak, jika tidak kembali lagi ke perancangan
WPANs lain seperti Bluetooth yaitu memiliki transfer rate hardware dan pemrograman sistem. Data yang diperoleh dari
sekitar 250 Kbps dan memiliki jangkauan jarak hingga 76 m hasil pengujian dianalisa serta akan diambil beberapa
(meter), yang lebih rendah dibandingkan dengan bluetooth kesimpulan dan dilakukan penyusunan laporan.
yang mempunyai transfer rate dengan 1 Mbps. Beberapa
A. Perancangan Hardware
karekteristik dari ZigBee adalah sebagai berikut:
Perancangan prototipe sistem pendeteksi posisi korban
 Bekerja pada Frekuensi 2,4 GHz, 868 MHz dan 915 bencana digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
MHz, dimana ketiga rentang frekuensi ini merupakan
korban dan mengetahui posisi korban bencana tersebut.
rentang frekuensi yang gratis yaitu 2,4 - 2.4835 GHz,
Perancangan sistem ini menggunakan ZigBee sebagai sistem
868 - 870 MHZ, dan 902 – 928 MHz.
komunikasi pengiriman dan penerimaan data secara nirkabel
 Mempunyai konsumsi daya yang rendah dari mikrokontroler. Data informasi posisi korban yang

37
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

diperoleh dari sensor-sensor dikirim dan ditampilkan pada PC TABEL I


user. Blok diagram dari perancangan prototipe sistem terdapat SPESIFIKASI MOBIL ROBOT
pada Gambar 3.
Spesifikasi Robot Besaran/Ukuran
Sensor
PIR
Sensor
Ultrasonik
Sensor
Kompas Ukuran 420 x 300 x 130 mm (16.5" x 12" x 5")
Berat 2.7 kg
Mikrokontroler ZigBee
Ground Clearance 60 mm (2.5")
ATmega328 Transmitter
ZigBee
Receiver
Beban Maksimum 5 kg
Tegangan Motor 2 - 7.5 V
Motor Servo Stall current 7.2 V : 66 A per motor
No-load current 7.2 V : 420 mA per motor
Gambar 3 Blok diagram prototipe sistem Kecepatan poros tanpa
7.2 V : 350 RPM
beban
Perancangan prototipe sistem secara keseluruhan dari Stall Torque 7.2 V : 5 kg-cm
Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa motor servo digunakan
sebagai aktuator untuk menggerakkan sensor-sensor berputar
90°. Kemudian Sensor PIR aktif untuk mendeteksi ada atau
tidaknya korban. Keluaran sensor akan berlogika high jika Sensor Kompas

XBee
S1
mendeteksi adanya korban dan akan berlogika low jika tidak ATmega328
HMC5883L
Y
Sensor
ultrasonik

mendeteksi korban. Ketika sensor mendeteksi adanya korban, Baterai


X Sensor PIR

sinyal high sensor akan dikirim ke mikrkontroler dan


mikrokontroler mengaktifkan sensor ultrasonik dan sensor Servo

kompas untuk melakukan pengukuran jarak korban ke


prototipe sistem serta menunjukan arah korban. Data yang
diperoleh dari sensor-sensor dikirim dan ditampilkan pada PC
user.
Penelitian prototipe sistem pendeteksi posisi korban
bencana menggunakan robot mobil sebagai platform untuk
membawa prototype sistem ke lokasi bencana dan melakukan Gambar 4 Desain prototipe sistem dengan robot mobil
proses pendeteksian. Prototipe sistem diletakakan diatas robot
mobil dan dilengkapi dengan GPS agar posisi robot dapat Desain skenario blok sistem terdapat pada Gambar 5,
diketahui oleh tim SAR. Robot mobil dikontrol oleh operator mekanisme pengujian prototipe sistem dengan skenario
ke lokasi pasca terjadi bencana menggunakan remote control. bencana yaitu robot mobil dikontrol oleh user menggunakan
Robot yang digunakan memiliki lebar = 30 cm dan tinggi remote control untuk berhenti pada suatu titik di lokasi
robot 17 cm sedangkan tinggi prototipe sistem = 20 cm dan bencana, kemudian user memberikan input pada serial
lebarnya = 17 cm. Desain prototipe sistem dengan robot mobil monitor X-CTU untuk mengaktifkan prototipe sistem dan
dapat dilihat pada Gambar 7. melakukan proses pendeteksian. Ketika proses pendeteksian
selesai dilakukan pada titik tersebut, maka robot dikontrol
untuk pindah ketitik lain pada lokasi yang sama dan
melakukan pendeteksian posisi korban bencana.

38
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

LOKASI E
BENCANA
Titik C
U
F POSKO
D
Titik B

Titik A 6 Meter
Ada korban
Jaraknya: 200 cm
Arah : 350 Utara

Proto-

XBee
tipe

S1
B
C

Start

Ket :

= Rute robot = Titik Pengujian

B = Korban = Prototipe Sistem

Gambar 5 Skenario blok sistem

Berdasarakan diagram alir keseluruhan sistem pada


B. Diagram Alir Pemrograman Sistem Gambar 6 dapat dijelaskan bahwa, hal yang pertama
Pada perancangan software dibuat diagram alir sebagai dilakukan yaitu inisialisasi koneksi ZigBee untuk sistem
acuan pembuatan program sistem secara keseluruhan. komunikasi secara nirkabel agar dapat mengirim dan
Penelitian ini menggunakan bahasa C untuk pemrograman menerima data yang diperoleh dari sensor-sensor. Kemudian
sistem dengan menggunakan software IDE Arduino, berikut user memberikan input “a atau b” pada serial monitor untuk
diagram alir prototipe sistem keseluruhan: mengaktifkan prototipe sistem. Input a digunakan untuk
mengaktifkan sistem dengan arah putaran searah jarum jam
Mulai dan input b digunakan untuk arah putaran sistem berlawanan
arah jarum jam. Ketika prototipe sistem aktif, maka sensor
Inisialisasi koneksi PIR aktif melakukan pendeteksian keberadaan korban dan
ZigBee
motor servo berputar 90°. Pada saat motor servo berputar dari
Input “a atau b” posisi 0° menuju 90° atau dalam putaran 0° menuju 90° sensor
untuk mengaktifkan
sistem
PIR mendeteksi adanya korban, maka motor servo akan
berhenti meskipun putaran motor servo belum mencapai
Sensor PIR aktif posisi 90°, kemudian sensor ultrasonik aktif melakukan
pengukuran jarak korban dengan prototipe dan sensor kompas
Motor servo berputar
aktif untuk menentukan arah korban. Data yang diperoleh dari
sensor-sensor dikirim dan ditampilkan pada PC user,
Tidak
sedangkan jika sensor PIR tidak mendeteksi adanya korban
Sensor PIR
mendeteksi korban
hingga posisi motor servo mencapai 90°, maka motor servo
akan berhenti selama satu detik dan sistem kembali
Ya
melakukan pendeteksian dengan empat kali perulangan
Motor servo berhenti
seperti sebelumnya. Sensor ultrasonik dan sensor kompas
Sensor ultrasonik
hanya aktif ketika sensor PIR mendeteksi adanya korban.
mengukur jarak ke
korban
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan arah ke
korban dengan sensor
Skenario lokasi pasca bencana menjadi parameter kerja
kompas dari prototipe sistem untuk melakukan pendeteksian posisi
korban bencana ditunjukkan pada Gambar 7. Pengujian
Kirim data ke PC
prototipe sistem ini dilakukan pada laboraturium elektronika
dengan membuat kondisi miniatur pasca bencana gempa
Tidak Apakah putaran dilengkapi dengan korban bencana. Pengujian dilakukan pada
servo = 360°
tiga titik dan terdapat tiga posisi korban yang berbeda untuk
Ya proses pendeteksian dengan lokasi yang sama. Data hasil
Selesai pengujian sistem ditunjukkan pada Tabel 2.
Gambar 6 Diagram alir sistem keseluruhan

39
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

Gambar 7 Skenario pengujian sistem


dan arahnya = 290°
TABEL II W. Tidak terdeteksi
DATA HASIL PENGUJIAN SISTEM karena korban
terhalang oleh benda
Jarak yang jatuh.
Posisi Rotasi Korban ke Arah
Keterangan 100.59° Jarak korban (b) ke
Sistem Sensor Prototipe Korban 0-90
(cm) 108.71 TIMUR prototipe = 300 cm
CW
(E) dan arahnya = 97° E
0-90
- - Tidak ada korban
CCW
337.54° 0-90
- - Tidak ada korban
UTARA Jarak korban (a) ke CW
0-90
157.59 BARAT prototipe = 150 cm TITIK
CCW
LAUT dan arahnya = 335°. C
(NNW)
0-90
Jarak korban (c) ke - - Tidak ada korban
CW
prototipe 450 cm
dan arahnya = 283°
TITIK 0-90
- - WNW. Tidak
A CCW 347.74° Jarak korban (c) ke
terdeteksi karena 0-90
jaraknya melebihi 120.67 UTARA prototipe = 115 cm
CW
kemampuan sensor. (N) dan arahnya = 10° N
Jarak korban (b) ke
prototipe 240 cm
dan arahnya = 260° Protitpe sistem ini dikontrol secara manual dari PC user
0-90 WSW. Tidak untuk mengaktifkan system. System akan melakukan
- -
CCW terdeteksi karena
korban terhalang
pendeteksian dengan arah putaran searah jarum jam jika user
oleh benda yang memberikan input nilai a sedangkan jika user memberikan
jatuh. input nilai b maka system akan melakukan pendetekian
128.20° dengan arah putaran berlawanan arah jarum jam. Pada
Jarak korban (a) ke
TIMUR
0-90
253.98 TENGG
prototipe =100 cm penelitian ini arah putaran motor servo tidak selalu berputar
CW dan arahnya=135° searah jarum jam atau berlawanan arah jarum karena akan
ARA
SE.
(ESE) menyebabkan kabel motor servo terbelit dan mempengaruhi
0-90 kerja sistem. Pengujian sistem pada penelitian ini dilakukan
- - Tidak ada korban
CW dengan waktu yang berbeda untuk masing-masing titik
TITIK 214.56°
B SELATA Jarak korban (b) ke sehingga dari data hasil pengujian dapat dilihat bahwa arah
0-90 N prototipe = 200 cm putaran sistem tidak berurutan searah jarum jam kemudian
234.66
CW BARAT dan arahnya = 215° berlawanan arah jarum jam atau sebaliknya.
DAYA SSW. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian dapat
(SSW)
dijelaskan bahwa keberadaan korban, jarak dan arah yang
0-90 Jarak korban (c) ke
CW
- -
prototipe = 255 cm
dibaca oleh sensor berpengaruh terhadap posisi dari korban.

40
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

Sensor PIR memiliki sudut pendeteksian 110° (55° ke kiri dan REFERENSI
55° ke kanan), namun pada sistem ini sudut pendeteksian
sensor PIR dibatasi hanya mencapai 50° (25° kekiri dan 25° [1] BNPB, “Data dan Informasi Bencana Indonesia,” November 2016.
kekanan) agar sistem dapat mendeteksi korban tepat pada [Online]. Available: http://dibi.bnpb.go.id/. [Accessed 07 Desember
posisi korban, sehingga hasil pengukuran jarak dan arah 2016].
korban sesuai dengan posisi korban sebenarnya dan memiliki [2] M. Taqwan, “Disaster Management (Penanggulangan Bencana),” 07
persentase kesalahan yang rendah. Hasil pengukuran jarak Oktober 2012. [Online]. Available: http://bit.ly/23VxcXF. [Accessed
6 Maret 2016].
korban ke prototipe dengan menggunakan sensor ultrasonik
[3] B. S. Nasional, “Laporan Kinerja Badan SAR Nasional,” 2014.
tidak selalu tepat menunjukkan jarak korban sebenarnya, hal [Online]. Available: http://bit.ly/1OwS93W. [Accessed 09 Mei 2016].
ini disebabkan karena jarak ke korban dengan prototipe sistem [4] E. A. Salahuddin, “Rancang Bangun Robot Pencari Korban Bencana
terhalang oleh benda yang jatuh akibat bencana, sehingga Alam dengan Kontrol Wireless Modulasi FM (Frequency
hasil pembacaan sensor menunjukkan jarak benda yang Modulation) - FSK (Frequency Shift Keying),” Jurnal Litek (ISSN:
terhalang. Sensor ultrasonik bekerja melakukan pengukuran 1693-8097), vol. 10, no. 2, pp. 80-83, 2013.
jarak dengan mengirimkan gelombang ultrasonik ke objek [5] Deny, Satrya and Irawan, “Pendeteksi Korban Bencana Gempa Pada
Robot iSRo-G2 Berbasis Computer Vision Menggunakan Analisa
yang ada didepannya dan mengukur waktu yang diperlukan
Pendeteksi Ant Colony Optimization (ACO),” Electronics
untuk pulsa meleting kembali, hal ini lah yang berpengaruh Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), 2012.
terhadap pengukuran jarak korban, ketika terdapat benda lain. [6] R. R. Diani, “Sistem pendeteksi keamanan ruangan dengan
Sistem tidak dapat mendeteksi posisi korban jika korban mikrokontroler ATmega 16 berbasis layanan SMS gateway,” pp. 6-7,
tersebut terhalang benda yang tebal dan jaraknya melebihi 2012.
kemampuan sensor. Hal ini disebabkan karena salah satu sifat [7] B. Mulya, “Sensor Pasive Infra Red,” 03 Agustus 2010. [Online].
dari infra merah tidak dapat menembus materi yang tidak Available: http://green-elektronik.blogspot.co.id/2010/08/sensor-
pasif-infra-red-pir.html. [Accessed 07 Desember 2016].
tembus pandang sehingga pancaran infra merah tersebut tidak
[8] S. Mohd, “Sistem keran wudhuk menggunakan sensor PIR berbasis
dapat diterima oleh sensor karena terhalang oleh benda, mikrokontroler AT89C2051,” Jurnal Rekayasa Elektrika, vol. 6, no.
namun apabila benda tersebut berbahan tipis seperti kain, 1, 2007.
plastik dan kertas, maka sensor masih dapat menerima
pancaran infra merah tersebut. Sensor PIR dapat mendeteksi
korban dengan jarak maksimum 390 cm, sedangkan sensor
ultrasonik mampu mendeteksi dengan jarak maksimum 400
cm. Pada sistem ini putaran motor servo tidak selalu tepat
berputar 90°, hal ini disebabkan karena motor servo memiliki
backlash yang dapat membuat pergerakan motor servo
menjadi kurang akurat dan juga diperngaruhi oleh catu daya
yang diberikan berkurang.

V. KESIMPULAN
Prototipe sistem pendeteksi posisi korban bencana ini
mampu memberikan data informasi posisi korban dengan
mengirimkan data keberadaan korban, jarak korban dan arah
korban yang ditampilkan pada PC user menggunakan sistem
pengiriman data secara nirkabel. Sistem ini mampu
mendeteksi posisi korban dengan jarak maksimum 390 cm
dengan kondisi posisi tubuh korban tidak terhalang
seluruhnya. Sistem ini menggunakan sensor ultrasonik yang
dapat bekerja dengan baik pada saat jarak antara korban
dengan sistem tidak terhalang oleh benda-benda yang ada
pada lokasi bencana, selain sensor ultrasonik terdapat juga
sensor kompas yang bekerja dengan baik menentukan arah
korban sesuai dengan pendeteksian sensor PIR ketika
mendeteksi adanya korban. Persentase keberhasilan
penunjukan arah korban yaitu 94.37% sedangkan persentase
keberhasilan pengukuran jarak korban 66.58%. Berdasarkan
hasil pengujian pada scenario pasca bencana dengan tiga titik
pengujian, persentase keberhasilan dari system ini yaitu
83.33%.

41
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro
KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-ISSN: 2252-7036
Vol.1 No.3 2016: 35-42

[9] GLOLAB, “Focusing devices for pyroelectric infrared sensors,”


2015. [Online]. Available:
http://www.glolab.com/focusdevices/focus.html. [Accessed 7 May
2016].
[10] M. A. Ulfah, “Pengujian Sensor Ultrasonik PING untuk Pengukuran
Level Ketinggian dan Volume Air,” Elektrikal Enjiniring UNHAS,
vol. 09, no. 02, p. 72, 2011.
[11] Zulfikar, “Transducer dan Sensor,” in Elektronika Industri I, Banda
Aceh, 2003, p. 45.
[12] Thiang, S. Indar and W. David, “Kompas Magnetik Digital dengan
Output Suara,” in Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen
PetraSurabaya, Surabaya.
[13] NASA, “Fluxgate Magnetometers,” 13 Mei 2013. [Online].
Available: https://www.youtube.com/watch?v=vjguJkPgHbY.
[Accessed 16 November 2016].
[14] M. Iqbal and N. Kharisma, “MOTOR SERVO DC,” 2014. [Online].
Available: https://www.academia.edu/8572405/Motor_Servo.
[Accessed 7 Mey 2016].
[15] BNPB, “Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tugas dan
Fungsi,” [Online]. Available: http://www.bnpb.go.id/profil/tugas-dan-
fungsi. [Accessed 07 Desember 2016].
[16] B. S. Nasional, “Srikandi ditengah Bencana,” [Online]. Available:
http://www.basarnas.go.id/artikel/srikandi-ditengah-bencana.
[Accessed 07 Desember 2016].

42
Vol.1 No.3 2016 @2016 kitektro

Anda mungkin juga menyukai