Tugas MK Kebijakan Agribisnis Tentang Kedelai
Tugas MK Kebijakan Agribisnis Tentang Kedelai
OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung
yang kaya akan kandungan protein, sehingga komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam
terutama sebagai bahan baku industri makanan dan sekaligus sebagai bahan baku industri
pakan ternak. Oleh karena itu, kedelai menjadi komoditas unggulan yang sangat strategis pada
pembangunan perekonomian di Indonesia.
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman jenis polong-polongan yang
menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti susu, kecap, tahu, dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru
dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Salah satu upaya pemerintah untuk segera menutupi semakin melebarnya kesenjangan
antara produksi kedelai dan kebutuhan nasional kedelai adalah melakukan
impor dari negara produsen. Berdasarkan angka BPS, tingkat ketergantungan impor kedelai
Indonesia lima tahun terakhir sudah mencapai 78,44% per tahun, dengan kecenderungan terus
meningkat per tahunnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian di tahun pertama sama sebesar 33,67% atau
96,05 ribu hekta, dan produktivitas yang meningkat 11,52% atau 1,71 kuintal/hektar. Empat
tahun selanjutnya produksi terus mengalami penurunan di kisaran 3% per tahun, masing-
masing menjadi 613,32 ribu ton di tahun 2021, tahun 2022 sebesar 594,63
ribu ton, tahun 2023 sebesar 576,28 ribu ton, dan tahun 2024 menjadi 558,29 ribu ton.
Peramalan volume net impor kedelai lima tahun ke depan menunjukkan adanya peningkatan
tipis dengan laju pertumbuhan 1,67% per tahun. Tahun 2020 diperkirakan terjadi peningkatan
volume net impor cukup signifikan sebesar 15,60% dari tahun 2019, atau meningkat dari 2,30
juta ton menjadi 2,66 juta ton. Pada tahun 2021 kembali meningkat tetapi landai yaitu 0,19%
menjadi 2,67 juta ton. Tahun 2022 sampai 2024 net impor akan terus menurun menjadi 2,64
juta ton, 2,59 juta ton, dan 2,47 juta ton.
Dalam kaitan dengan impor pangan, jika diperhitungkan dengan hutang luar negeri
dan bunga hutang yang harus dibayar Indonesia maka sesungguhnya Indonesia belum
mampu membiayai impor pangan karena nilainya masih negatif (nilai ekspor lebih kecil
daripada impor), kecuali bila menjual aset, hutang atau menggunakan cadangan devisa
(Sawit dan Rusastra, 2005).
Seiring dengan itu tahun 2000 persoalan mulai dihadapi Indonesia saat pemerintah
Amerika Serikat memberi kredit lunak kepada importir Indonesia. Importir yang bersedia
mengimporProduksi,
Perkembangan dari AS akan mendapat
Konsumsi, dan kredit tanpa bunga
Impor Kedelai sampai enam bulan. Kedelai dalam
Indonesia
Periode 1970-2005
negeri berangsur-angsur tidak kompetitif, tataniaga kedelai dikuasai importir. Di sisi lain
pemerintah mengutamakan pemenuhan kedelai murah dibandingkan
3000 mengajak petani
2500
bergairah menanam kedelai. Kebijakan pemerintah AS tersebut
2000 diterima begitu saja oleh
1500
pemerintah Indonesia tanpa mengkaji risiko yang lebih panjang.
1000 Akibatnya kedelai produksi
500
dalam negeri kalah bersaing. Petani lambat laun tidak bersemangat lagi menanam kedelai.
0
-500
Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai Indonesia
Tahun
Periode 1970-2005
3000
Produksi (000 ton)Impor (000 ton)Konsumsi (000) ton) 2500
2000
1500
1000
500
0
-500
Tahun
OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si
OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si