Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH

PEMBANGUNAN DAN KEBIJAKAN AGRIBISNIS

DOSEN : Dr. Ir. WARDI SALEH, M.Si.

OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
                 

Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si

MAHASISWA PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG
PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS
ANGKATAN XIX
KEBIJAKAN PEMERINTAH KOMODITI KEDELAI

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan utama ketiga setelah padi dan jagung
yang kaya akan kandungan protein, sehingga komoditas ini memiliki kegunaan yang beragam
terutama sebagai bahan baku industri makanan dan sekaligus sebagai bahan baku industri
pakan ternak. Oleh karena itu, kedelai menjadi komoditas unggulan yang sangat strategis pada
pembangunan perekonomian di Indonesia.
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman jenis polong-polongan yang
menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti susu, kecap, tahu, dan tempe.
Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang
lalu di Asia Timur. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru
dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.

Produksi dan perdagangan di Indonesia


Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang strategis di Indonesia. Dengan
kedudukan kedelai sebagai komoditas palawija yang kaya akan kandungan protein nabati
yang dalam pemanfaatannya memiliki kegunaan yang beragam, terutama sebagai bahan baku
industri makanan (tempe, tahu, tauco dan susu kedelai) dan bahan baku industri pakan ternak.
Berdasar kondisi tersebut, kebutuhan kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun namun
produksi kedelai domestik tidak dapat mengimbanginya, sehingga untuk mencukupinya harus
impor.
Produksi kedelai dalam negeri terus menurun secara tajam sejalan dengan penurunan
areal tanam. Menurunnya areal tanam kedelai sebagai akibat rendahnya partisipasi petani
dalam menanam kedelai, karena budidaya kedelai yang diusahakan tidak memberi keuntungan
yang layak kepada petani. Hal tersebut, karena terbatasnya ketersediaan teknologi dan
rendahnya adopsi teknologi di tingkat petani serta rendahnya tingkat harga yang diterima,
sehingga menurunnya nilai tukar petani.konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,2 juta ton
per tahun; dari jumlah itu sekitar 1,6 juta ton harus diimpor.75% dari jumlah itu diimpor oleh
lima importir yaitu PT Gerbang Cahaya Utama, PT Teluk Intan, PT Gunung Sewu, PT Cargill
Indonesia, dan PT Sekawan Makmur Bersama.
Sepanjang 2013, harga kedelai di Indonesia mengalami kenaikan tajam akibat
kurangnya pasokan sehingga menyebabkan berbagai pedagang tahu dan tempe mengalami
kerugian[5] dan harus menaikan harga. Beberapa pihak memperkirakan kenaikan harga ini akan
memicu inflasi tinggi pada bulan September 2013, meski Menteri Koordinator Perekonomian
Indonesia Hatta Rajasa menyangkal hal tersebut. Polemik kedelai ini juga memicu gerakan
aksi mogok oleh asosiasi produsen tahu tempe.
Perkembangan Produksi Kedelai Indonesia Produksi kedelai Indonesia selama empat
dekade sangat fluktuatif dan menunjukkan tren menurun. Pada jangka waktu 2015 - 2019
produksi kedelai nasional terlihat mengkhawatirkan karena terus menurun cukup signifikan
sebesar 37,33% di tahun 2017 dari tahun sebelumnya yang juga turun 10,75%. Produksi
kedelai pada tahun 2015 sebesar 963,18 ribu ton, tahun berikutnya turun menjadi 859,65 ribu
ton, dan tahun 2017 turun kembali menjadi 538,73 ribu ton. Pada tahun 2018 produksi naik
20,65% menjadi 650,00 ribu ton, tetapi setahun kemudian kembali turun 34,74% atau sebesar
424,19 ribu ton. Secara rata-rata lima tahun terakhir produksi kedelai nasional tumbuh
negatif 15,54% per tahun.
Penurunan produksi kedelai nasional lima tahun terakhir merupakan dampak negatif
dari persaingan penggunaan lahan dengan komoditas lain dan terjadinya transformasi lahan
yang tidak bisa dihindari karena tuntutan ekonomi dan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi. Fakta ini ternyata menggerus luas panen kedelai lima tahun terakhir turun rata-rata
11,97% per tahun. Penurunan luas panen kedelai secara nasional cukup signifikan terjadi
tahun 2017 dan 2019 sebesar 38,34% dan 42,20%, dari tahun 2015 seluas 614,10 ribu hektar
di tahun 2019 tinggal hampir setengahnya yaitu seluas 285,27 ribu hektar.

KEBIJAKAN PEMERINTAH
Salah satu upaya pemerintah untuk segera menutupi semakin melebarnya kesenjangan
antara produksi kedelai dan kebutuhan nasional kedelai adalah melakukan
impor dari negara produsen. Berdasarkan angka BPS, tingkat ketergantungan impor kedelai
Indonesia lima tahun terakhir sudah mencapai 78,44% per tahun, dengan kecenderungan terus
meningkat per tahunnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian di tahun pertama sama sebesar 33,67% atau
96,05 ribu hekta, dan produktivitas yang meningkat 11,52% atau 1,71 kuintal/hektar. Empat
tahun selanjutnya produksi terus mengalami penurunan di kisaran 3% per tahun, masing-
masing menjadi 613,32 ribu ton di tahun 2021, tahun 2022 sebesar 594,63
ribu ton, tahun 2023 sebesar 576,28 ribu ton, dan tahun 2024 menjadi 558,29 ribu ton.
Peramalan volume net impor kedelai lima tahun ke depan menunjukkan adanya peningkatan
tipis dengan laju pertumbuhan 1,67% per tahun. Tahun 2020 diperkirakan terjadi peningkatan
volume net impor cukup signifikan sebesar 15,60% dari tahun 2019, atau meningkat dari 2,30
juta ton menjadi 2,66 juta ton. Pada tahun 2021 kembali meningkat tetapi landai yaitu 0,19%
menjadi 2,67 juta ton. Tahun 2022 sampai 2024 net impor akan terus menurun menjadi 2,64
juta ton, 2,59 juta ton, dan 2,47 juta ton.
Dalam kaitan dengan impor pangan, jika diperhitungkan dengan hutang luar negeri
dan bunga hutang yang harus dibayar Indonesia maka sesungguhnya Indonesia belum
mampu membiayai impor pangan karena nilainya masih negatif (nilai ekspor lebih kecil
daripada impor), kecuali bila menjual aset, hutang atau menggunakan cadangan devisa
(Sawit dan Rusastra, 2005).
Seiring dengan itu tahun 2000 persoalan mulai dihadapi Indonesia saat pemerintah
Amerika Serikat memberi kredit lunak kepada importir Indonesia. Importir yang bersedia
mengimporProduksi,
Perkembangan dari AS akan mendapat
Konsumsi, dan kredit tanpa bunga
Impor Kedelai sampai enam bulan. Kedelai dalam
Indonesia
Periode 1970-2005
negeri berangsur-angsur tidak kompetitif, tataniaga kedelai dikuasai importir. Di sisi lain
pemerintah mengutamakan pemenuhan kedelai murah dibandingkan
3000 mengajak petani
2500
bergairah menanam kedelai. Kebijakan pemerintah AS tersebut
2000 diterima begitu saja oleh
1500
pemerintah Indonesia tanpa mengkaji risiko yang lebih panjang.
1000 Akibatnya kedelai produksi
500
dalam negeri kalah bersaing. Petani lambat laun tidak bersemangat lagi menanam kedelai.
0
-500
Perkembangan Produksi, Konsumsi, dan Impor Kedelai Indonesia
Tahun
Periode 1970-2005

3000
Produksi (000 ton)Impor (000 ton)Konsumsi (000) ton) 2500
2000
1500
1000
500
0
-500

Tahun

Produksi (000 ton)Impor (000 ton)Konsumsi (000) ton)

Dalam upaya peningkatan produksi kedelai nasional, maka pemerintah menerapkan


strategi pengembangan budidaya kedelai melalui: peningkatan produktivitas, perluasan areal
tanam, pengamanan produksi serta penguatan kelembagaan dan pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya tidak terlepas dari kegiatan : (1) Meningkatkan produksi secara bertahap
menuju swasembada; (2) Menumbuh kembangkan, peran BUMN, Swasta dan Koperasi dalam
agribisnis kedelai; (3) Mendorong gerakan masyarakat dalam pengembangan kedelai; (4)
Meningkatkan sumber permodalan dengan pola kemitraan dan (5) Mengembangkan pola
pemasaran hasil dan tataniaga kedelai yang efektif dan efisien.
Usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai memang patut didukung oleh
para petani dan stakeholder lainnya walaupun ini cukup berat dengan keadaan iklim kita yang
kurang sesuai dengan pertumbuhan kedelai putih, selain itu pemerintah sudah harus
mengupayakan penelitian untuk meningkatkan produksi kedelai putih tersebut disamping trus
meningkatkan kedelai hitam yang memang cocok untuk di wilayah tropis indonesia.
TUGAS AKHIR SEMESTER MATA KULIAH
MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASIONAL

DOSEN : Dr. Ir. FARID WADJDI

OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
                 

Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si

MAHASISWA PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG
PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS
ANGKATAN XIX
TUGAS MATA KULIAH
PERDAGANGAN INERNASIONAL

DOSEN : AMIR HAMZAH, SE., M.Sc

OLEH
ALI SADIKIN
NIM : 22160001
NIM: 1454201046
                 

Pembimbing
Ir. MUFTI, M.Si

MAHASISWA PASCA SARJANA


UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG
PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS
ANGKATAN XIX

Anda mungkin juga menyukai