Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ALJABAR LINEAR

BASIS PROSES ORTOGONLISASI

Disusun Oleh:
Nurul Kamilah Syuhriadi
Resky Putri Amelia
Suci Indarwati
Muh.mista Al Taufik
Muh. Taufik

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER

FAKULTAS ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga Makahlah yang berjudul “Basis Proses
Ortogonalisasi” ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini kami buat
sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Aljabar linear Dan Matrix.

Terima kasih penyusun sampaikan juga kepada dosen yang telah


memberikan kesempatan bagi penyusun untuk mengerjakan tugas ini, sehingga
penyusun menjadi lebih mengerti dan memahami tentang Basis Proses
ortogonalisasi, tak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara
moril maupun materil

Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyadari bahwa hasil makalah


ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga Makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi kami sendiri selaku penyusun dan umumnya bagi
pembaca makalah ini.

Makassar 2 Februari 2022

Penyusun

i
ABSTRAK
Ortogonalitas merupakan salah satu konsep yang penting di ruang hasil kali
dalam. Sementara itu, ortogonalitas di ruang bernorm belum dikenal secara
umum. Akan tetapi, ada beberapa tipe ortogonalitas di ruang bernorm yang telah
dikembangkan, yaitu ortogonalitas-BJ, -I, dan –P. Demikian halnya di ruang
bernorm-2 terdapat konsep ortogonalitas-D. Pada makalah ini, dipaparkan secara
singkat sifat-sifat dasar dari keempat ortogonalitas tersebut yang meliputi sifat
nondegenerasi, simetri, homogen, aditif kanan, resolvabilitas, dan kontinuitas.
Keekivalenan antara keempat ortogonalitas ini dengan ortogonalitas biasa di ruang
hasil kali dalam juga dipaparkan dalam akhir makalah ini. Kata Kunci:
Ortogonalitas, Ruang bernorm

ii
Daftar isi

KATA PENGANTAR........................................................................................
ABSTRAK..........................................................................................................
Daftar isi.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
a. Latar Belakang........................................................................................
b. Rumusan Masalah...................................................................................
c. Tujuan......................................................................................................
BAB II PEMBAASAN.......................................................................................
a. Pembahasan.............................................................................................
BAB III PENUTUP...............................................................................................
a. Kesimpulan...............................................................................................
b. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pada ruang hasil kali 𝑋, . , . , dua vector 𝑥 dan 𝑦 dikatakan orthogonal,


ditulis 𝑥 ⊥ 𝑦, jika 𝑥, 𝑦 = 0. Ada beberapa sifat dasar ortogonalitas di ruang hasil
kali dalam 𝑋, . , . adalah:
a. Nondegenerasi: Jika 𝑥 ⊥ 𝑥, maka 𝑥 = 0.
b. Simetri: Jika 𝑥 ⊥ 𝑦, maka 𝑦 ⊥ 𝑥.
c. Homogenitas: Jika 𝑥 ⊥ 𝑦, maka 𝛼𝑥 ⊥ 𝛽𝑦 untuk setiap 𝛼, 𝛽 skalar.
d. Aditif Kanan: Jika 𝑥 ⊥ 𝑦 dan 𝑥 ⊥ 𝑧, maka 𝑥 ⊥ (𝑦 + 𝑧).
e. Resolvabilitas: Untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 terdapat skalar 𝛼 sedemikian
sehingga
f. 𝑥 ⊥ (𝛼𝑥 + 𝑦).
g. Kontinuitas: Jika 𝑥𝑛 → 𝑥, 𝑦𝑛 → 𝑦 (dalam norm) dan 𝑥𝑛 ⊥ 𝑦𝑛 untuk setiap 𝑛,
maka h. 𝑥 ⊥ 𝑦.
Keenam sifat di atas dipenuhi oleh hasil kali dalam biasa di ruang hasil kali
dalam. Akan tetapi, di ruang bernorm tidak semua sifat tersebut dipenuhi. Konsep
orthogonal di ruang bernorm belum dikenal secara umum. Dalam ruang bernorm
𝑋, . dikenal beberapa tipe ortogonalitas seperti yang dibahas oleh Partington yakni
ortogonalitas-BJ (Birkhoff-James), ortogonalitas-I (Isosceles atau samakaki),
ortogonalitas-P (Pythagoras), dan ortogonalitas-D (Diminnie).
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Ortogonalisasi
b. Teorema dan contoh ortogonalisasi
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari kajian ini
adalah untuk mengetahui serta mengkaji tentang penerapan proses
orthogonalisasi Gram-Schmidt dalam membentuk faktorisasi QRdan
penerapan dari faktorisasi QR dalam mencari solusi kuadrat terkeci

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN

Sebuah himpunan ortogonal yang setiap vektornya mempunyai norm I


dinamakan himpunan ortonormal.
Catatan:
Himpunan W = {v1 , v2 , ... vn} adalah himpunan ortonormal jika:
v .v = 0 jika i ≠ j
i j
1 jika i = j
Teorema
Jika S = {v1, v2, v3, ..., vn} adalah sebuah basis ortogonal untuk sebuah subruang
W dari Rn dan u adalah sembarang vektor dalam W, maka ada skalar tunggal c1,
c2, c3, ..., cn, sehingga:
u = c1 v1 + c2 v2 + ... + cn vn
Dengan
u . vi
ci = untuk i = 1, 2, … n
vi . vi

Jika S = {v1, v2, v3, ... vn} adalah sebuah basis ortonormal untuk sebuah
subruang W dari Rn dan u adalah sembarang vektor dalam W, maka:
U = (u . v1 ) v1 + (u . v2 ) v2 + .... + (u . vn )vn
Contoh:

[] [ ] [ ]
0 −4 /5 3/5
Jika v1 = 1 , v2 = 0 , v3 = 0
0 3 /5 4 /5

Buktikan S = {v1, v2, v3} adalah basis ortonormal.


Dengan operasinya adalah perkalian dalam Euclid (ruang dalam) dalam R3,
nyatakan vektor u = (1 , 1 , 1) sebagai kombinasi linier dari vektor-vektor dalam S

2
Jawaban:
U.v= 1
U . V2 = -1/5
u . V3 = 7/5
1 7
Jadi u = v1 - v2 + v3
5 5

(1 , 1 , 1) = (0 , 1 , 0) -
1
5(−
4
5
,0, ) (
3 7
+
5 5

3
5
,0,
4
5 )
a. Ruang Bernorm dan Ruang Hasil Kali Dalam Sebelum membahas
ortogonalitas di ruang bernorm, pada bagian ini diperkenalkan terlebih dahulu
pengertian norm dan hasil kali dalam. Definisi 1 Suatu norm pada ruang
vector X merupakan pemetaan dari X ke R, yang memenuhi sifat-sifat sebagai
berikut :
 [n1] Definit positif :
a.||𝑥|| ≥ 0 ∀ 𝑥 ∈ 𝑋
b.||𝑥|| = 0 jika dan hanya jika x =0
 [n2] Perkalian scalar : ||𝑘𝑥|| = |𝑘 ||𝑥|| ∀ 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑘 ∈ 𝑅
 [n3] Ketaksamaan segitiga : ||𝑥 + 𝑦|| ≤ ||𝑥|| + ||𝑦|| ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 Ruang
vector X yang dilengkapi dengan suatu norm disebut ruang bernorm
yang dinotasikan dengan (𝑋,||.||)
Definisi 2 Suatu hasil kali dalam (atau hasil kali scalar) pada suatu ruang
vector X merupakan pemetaan <. , .> ∶ 𝑋 x 𝑋 → 𝑅, yang memenuhi aksioma-
aksioma sebagai berikut :
 [i1] Definit positif :
a. <𝑥, 𝑥> ≥ 0 ∀ 𝑥 ∈ 𝑋
b. <𝑥, 𝑥> = 0 jika dan hanya jika x =0
 [i2] Simetri :< 𝑥, 𝑦> = 𝑦, 𝑥 ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ X
 [i3] Aditif :< 𝑥 + 𝑦, 𝑧> = <𝑥, 𝑧> + <𝑦, 𝑧> ∀ 𝑥, 𝑦, 𝑧 ∈ 𝑋
 [i4] Homogen : <𝑘𝑥, 𝑦> = 𝑘 <𝑥, 𝑦> ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 dan 𝑘 ∈ 𝑅
Ruang vector X yang dilengkapi dengan suatu hasil kali dalam <. , .>
disebut ruang hasil kali dalam yang dinotasikan dengan (𝑋, <. , .>)
3
b. Ortogonalitas di Ruang Bernorm Berikut diberikan definisi dan teorema
yang berhubungan dengan ortogonalitas-ortogonalitas di ruang bernorm.
Definisi 3
Misalkan (𝑋, ||.||) ruang bernorm dengan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋, maka:
1. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-BJ terhadap 𝑦 (dinotasikan dengan 𝑥 ⊥𝐵𝐽 𝑦) jika
dan hanya jika untuk setiap 𝜆 ∈ 𝑅 berlaku ||𝑥 + 𝜆 𝑦|| ≥ 𝑥 ;
2. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-I terhadap 𝑦 (dinotasikan dengan 𝑥 ⊥𝐼 𝑦) jika dan
hanya jika untuk setiap 𝜆 ∈ 𝑅 berlaku ||𝑥 + 𝑦|| = 𝑥 − 𝑦 ;
3. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-P terhadap 𝑦 (dinotasikan dengan 𝑥 ⊥𝑃 𝑦) jika dan
hanya jika ||𝑥|| 2 + ||𝑦||2 = ||𝑥 − 𝑦||2
Ada beberapa sifat yang mungkin saja dipenuhi oleh definisi ortogonalitas di atas.
Nursupiamin memeriksa dipenuhinya sifatsifat dasar ortogonalitas-BJ, -I, dan –P
di ruang bernorm terkecuali sifat resolvabilitas. Sebagaimana yang diberikan
dalam teorema berikut.

Teorema 1
Misalkan (𝑋, ||. ||) ruang bernorm, maka
1. ⊥𝐵𝐽 memenuhi sifat non degenerasi, homogenitas, dan kontinuitas.
2. ⊥𝐼 memenuhi sifat non degenerasi, simetri, dan kontinuitas.
3. ⊥P memenuhi sifat non degenerasi, simetri, dan kontinuitas.
Teorema 2
Misalkan 𝑋 ruang vector. Jika ⊥ memenuhi sifat homogen dan aditif, maka
himpunan semua vector yang orthogonal dengan 𝑥 ∈ 𝑋 membentuk sub ruang.
Dari beberapa definisi ortogonalitas yang telah dikemukakan sebelumnya,
diperoleh hubungan lain, yaitu jika (𝑋, ||. ||) ruang norm dengan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 dan 𝑥 ⊥𝑃
𝑦 , maka kedua tipe ortogonalitas lainnya yaitu ⊥𝐼 dan ⊥𝐵𝐽 belum tentu
berimplikasi satu dengan lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mengambil
contoh 𝑥 = (2, −2), 𝑦 = (2,1) dengan 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑙 (2) 1 . Akan tetapi, di ruang hasil kali
dalam ketiganya ekuivalen, seperti yang dinyatakan dalam lemma berikut.
Lemma 1
Misalkan (𝑋,||.|| ) ruang hasil kali dalam, maka 𝑥 ⊥ 𝑦, 𝑥 ⊥𝐵𝐽 𝑦, 𝑥 ⊥𝐼 𝑦, dan 𝑥 ⊥𝑃 𝑦
saling ekivalen.
4
Salah satu ortogonalitas di ruang bernorm yang dilengkapi dengan norm-2
adalah ortogonalitas-D. Berikut diberikan definisi dari ortogonalitas tersebut.
Definisi 4
Misalkan (𝑋, ||. , . ||) ruang bernorm-2. Maka, 𝑥 dikatakan ortogonal-D ke 𝑦,
ditulis 𝑥 ⊥𝐷 𝑦, jika ||𝑥, 𝑦|| = ||𝑥|| ||𝑦||.
Di ruang hasil kali dalam, ortogonalitas-D ekivalen dengan ortogonalitas biasa di
ruang hasil kali dalam sebagaimana yang diberikan dalam lemma berikut.
Lemma 2
Misalkan (𝑋, <.,.>) ruang hasil kali dalam yang juga dilengkapi dengan norm-2
standar, maka untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 berlaku 𝑥 ⊥𝐷 𝑦 jika dan hanya jika 𝑥, 𝑦 = 0.
Khusus di ruang bernorm-2, ortogonalitas-D memenuhi semua sifat-sifat
ortogonalitas yang dipaparkan pada pendahuluan makalah ini. Sedangkan, jika (𝑋,
||. ||) merupakan ruang bernorm maka ⊥𝐷 tidak memenuhi sifat aditif kanan.
Seperti halnya ortogonalitas-BJ, -I, dan –P, belum diketahui berlakutidaknya sifat
resolvabilitas untuk ortogonalitas-D.
Selain ortogonalitas-D, Khan dan Siddique mendefinisiskan ortogonalitas-BJ, -I,
dan –P di ruang bernorm-2 sebagai berikut.
Definisi 5 Misalkan (𝑋, ||. , . ||) ruang bernorm-2 standar. Untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋
dan 𝜆 ∈ 𝑹,
1. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-BJ dengan 𝑦, jika untuk semua 𝑧 tak nol di 𝑋
berlaku ||𝑥 + 𝜆 𝑦, 𝑧|| ≥ 𝑥, 𝑧 ;
2. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-I dengan 𝑦 , jika untuk semua 𝑧 tak nol di 𝑋
berlaku
3. ||𝑥 + 𝑦, 𝑧|| = 𝑥 − 𝑦, 𝑧 ;
4. 𝑥 dikatakan ortogonalitas-P dengan 𝑦, jika untuk semua 𝑧 tak nol di 𝑋
berlaku ||𝑥 + 𝑦, 𝑧|| 2 = ||𝑥, 𝑧|| 2 + ||𝑦, 𝑧|| 2
Definisi di atas untuk di ruang bernorm-2 standar hanya dipenuhi oleh 𝑥 = 0
atau 𝑦 = 0. Gunawan, dkk memperlihatkan definisi di atas tidak baik dengan
memberikan contoh salah satunya dengan mengambil 𝑋 = 𝑹 2 dengan 𝑥 = (1,0)
dan 𝑦 = (0,1) di ruang bernorm-2 standar diperoleh 𝑥 ⊥𝐼 𝑦, 𝑥 ⊥𝑃 𝑦 , dan 𝑥 ⊥𝐵𝐽 𝑦
hanya dipenuhi oleh 𝑧 = (𝑎, 0) atau 𝑧 = (0, 𝑏) untuk 𝑎, 𝑏 ∈ 𝑹.
5
Oleh karena itu, nampak bahwa tidak ada dua vector tak nol di 𝑋 yang
ortogonalitas-BJ, ortogonalitas-I, dan ortogonalitas-P. Akan tetapi, Godini dalam
Nursupiamin mengganti pernyataan pada definisi 5 “ untuk setiap 𝑧 ≠ 0” dengan
“untuk setiap 𝑧 ≠ 𝑠𝑝𝑎𝑛(𝑥, 𝑦)” pada ruang bernorm-2 standar. Sementara untuk 𝑧
lainnya, tidak ada dua buah vector tak nol sebut 𝑥 dan 𝑦 sedemikian sehingga 𝑥 ⊥𝐼
𝑦, 𝑥 ⊥𝑃 𝑦 , dan 𝑥 ⊥𝐵𝐽 𝑦.
B. Matriks Ortogonal
Kolom-kolom matriks Q yang berukuran mn membentuk himpunan
ortonormal jika dan hanya jika QTQ= In

Matriks Q berukuran nn yang kolom- kolomnya membentuk himpunan yang


ortonormal disebut matriks ortogonal

Definisi: Matriks bujursangkar Q yang berukuran nxn adalah matriks


ortogonal jika dan hanya jika Q-1 = QT (atau QTQ = QQT = In)
Teorema

Jika diketahui Q adalah matriks yang berukuran


nxn, pernyataan berikut ini ekivalen

a. Q adalah matriks ortogonal


b. ||Qx||=||x|| untuk setiap Rn
c. Qx . Qy = x . y untuk setiap x dan y di Rn
Teorema
Misalkan Q adalah matriks yang ortogonal
a. Q-1 adalah matriks ortogonal
b. Det (Q) = ± 1
c. Jika Q1 dan Q2 adalah 2 matriks yang ortogonal dan keduanya berukuran
nxn maka Q1Q2 juga merupakan matriks yang ortogonal

Teorema

Jika Q adalah matriks ortogonal, maka baris-barisnya membentuk yang


ortogonal
6
Definisi
Diberikan W adalah sebuah subruang V dan {V1 , V2 , …. Vr} adalah
sebuah basis ortogonal untuk W. Jika W menyatakan suatu ruang yang
dibangun oleh V1 , V2, ….., vr, maka taip-tiap vector u di V dapat
dinyatakandalambentuk:u=w1+w2
Dengan w1 di W dan w2 ortoonal terhadap W, dapat dimisalkan:

u . v1 u . v2 u . vr
w1 = v1 + v2 +…..+ vr
v1 . v1 v1. v2 vr . vr
u . v1 u . v2 u . vr
w2 = u - v1 + v2 -…..- vr
v1 . v1 v1. v2 vr . vr
Diberikan W adalah sebuah subruang V dan {v1, v2, ..., vr} adalah
sebuah basis ortonormal untuk W. Jika W menyatakan suatu ruang yg
dibangun oleh v1, v2, ..., vr, maka tiap-tiap vektor u di V dapat dinyatakan
dalam bentuk:
u = w1 + w2
Dengan w1 di W dan w2 ortogonal terhadap W, dengan memisalkan:
W1 = (u . v1)v1 + (u . v2)v2 +…..+(u . vr)vr
W2 = u-(u . v1)v1 - (u . v2)v2 -…..-(u . vr)vr
Maka:
Proyeksi ortogonal u = (1, 1, 1) pada W adalah:
proy (u) = (u . v1 )v = (u . v2 )v2
karena u.v =1,u.v2 = - 1/5 maka
Proy(u)=1(0,1, 0)+(-1 / 5 )(4 / 5, 0, 3 / 5 )
proyw(u)=(4 / 25,1, - 3 / 25)
Komponen u = (1, 1, 1) yang ortogonal thd W adalah:
u - proyw(u) = (1,1,1)-(4 / 25,1, -3 / 25)
u - proyw (u) = (21 / 25, 0, 28 / 25)
u- proyw (u) ortogonal terhadap v1 dan v2 sehingga u – proyw ortogonal
terhadap setiap vector [ada w yang dibangun oleh {v1, v2}
7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Himpunan W = {v1 , v2 , ... vn} adalah himpunan ortonormal jika:
vi .vj = 0 jika i ≠ j 1 jika i = j Teorema Jika S = {v1, v2, v3, ..., vn} adalah
sebuah basis ortogonal untuk sebuah subruang W dari Rn dan u adalah
sembarang vektor dalam W, maka ada skalar tunggal c1, c2, c3, ..., cn,
sehingga: u = c1 v1 + c2 v2 + ... + cn vn Dengan ci = (u .
Ruang Bernorm dan Ruang Hasil Kali Dalam Sebelum membahas
ortogonalitas di ruang bernorm, pada bagian ini diperkenalkan terlebih
dahulu pengertian norm dan hasil kali dalam.
Definisi 1 Suatu norm pada ruang vector X merupakan pemetaan
dari X ke R, yang memenuhi sifat-sifat sebagai berikut : [n1] Definit
positif : a.||𝑥|| ≥ 0 ∀ 𝑥 ∈ 𝑋 b.||𝑥|| = 0 jika dan hanya jika x =0 [n2]
Perkalian scalar : ||𝑘𝑥|| = |𝑘 ||𝑥|| ∀ 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑘 ∈ 𝑅 [n3] Ketaksamaan
segitiga : ||𝑥 + 𝑦|| ≤ ||𝑥|| + ||𝑦|| ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑋 Ruang vector X yang dilengkapi
dengan suatu norm disebut ruang bernorm yang dinotasikan dengan (𝑋,||.||)
Definisi 2 Suatu hasil kali dalam (atau hasil kali scalar) pada suatu ruang
vector X merupakan pemetaan <.
B. SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam
penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari
kata sempurna.Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

8
DARTAR PUSTAKA

Gunawan, H., Mashadi, Gemawati, S., Nursupiamin, Sihwaningrum, I., 2006,


Orthogonality in 2-Normed Spaces Revisited, Univ. Beograd. Publ. Electrotehn. Fak.
Ser. Mat. 17, 76-83. Khan, A., Siddiqui, A., 1982, B-orthogonality in 2-Normed Spaces,
Bull. Cal. Math. Soc. 74, 216-222. Nursupiamin, 2003, Ortogonalitas-BJ, -I, -P, dan –D
di Ruang Bernorm (Tesis), Institut Teknologi Bandung. Partington, J.R., 1986,
Orthogonality in Normed Spaces, Bull. Austral. Math. Soc. 33, 449-455

Anda mungkin juga menyukai