Anda di halaman 1dari 3

Pengantar bisnis

1. Pengendalian persediaan adalah proses mengatur, mengelola, dan mengawasi persediaan barang atau
bahan dalam suatu perusahaan atau organisasi. Tujuan dari pengendalian persediaan adalah memastikan
ketersediaan persediaan yang tepat dalam jumlah yang diperlukan, menjaga kualitas persediaan,
menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan, mengurangi biaya penyimpanan, dan meningkatkan
efisiensi operasional.

Tujuan dari pengendalian persediaan adalah:

1. Mencegah kekurangan persediaan: Memastikan persediaan selalu tersedia dalam jumlah


yang memadai untuk memenuhi permintaan pelanggan dan menghindari penundaan
produksi atau kehilangan pelanggan.
2. Menghindari kelebihan persediaan: Mencegah akumulasi persediaan yang berlebihan
yang dapat menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi, kerugian karena barang
kadaluwarsa, atau depresiasi nilai persediaan.
3. Menjaga kualitas persediaan: Memantau kondisi persediaan, mengelola rotasi stok, dan
menjaga kualitas produk atau bahan dalam persediaan.
4. Mengurangi biaya penyimpanan: Mengoptimalkan tingkat persediaan yang diperlukan
untuk menghindari biaya penyimpanan berlebihan, perawatan, asuransi, atau penyusutan.
5. Meningkatkan efisiensi operasional: Mengoptimalkan ketersediaan persediaan,
mengurangi waktu siklus, meningkatkan rotasi stok, dan memperbaiki jalannya proses
produksi untuk meningkatkan efisiensi operasional.

Secara singkat, tujuan dari pengendalian persediaan adalah mencegah kekurangan dan
kelebihan persediaan, menjaga kualitas, mengurangi biaya penyimpanan, dan meningkatkan
efisiensi operasional.

2. Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode perhitungan yang digunakan untuk menentukan
jumlah pesanan optimal yang menghasilkan total biaya terendah dalam manajemen persediaan. EOQ
diterapkan dengan mempertimbangkan biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan
(holding cost) untuk mencapai keseimbangan yang optimal antara kedua faktor tersebut. Dengan
menggunakan rumus matematis yang melibatkan variabel seperti tingkat permintaan, biaya pemesanan,
dan biaya penyimpanan, EOQ menghasilkan jumlah pesanan yang paling efisien untuk mengoptimalkan
manajemen persediaan dan mengurangi biaya yang terkait dengan persediaan.

3. Untuk menghitung biaya penyimpanan EOQ dan jumlah pemesanan ulang EOQ dalam satu
tahun, kita perlu menghitung terlebih dahulu Economic Order Quantity (EOQ) menggunakan
rumus EOQ:

EOQ = √((2DS) / H)

Di mana: D = Permintaan tahunan (720.000 rol kain) S = Biaya pemesanan per pesanan
(Rp10.000) H = Biaya penyimpanan per rol unit (10% dari harga per rol, yaitu 0,10 * Rp100.000)

Menggantikan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus EOQ, kita dapat menghitung EOQ:

EOQ = √((2 * 720.000 * 10.000) / (0,10 * 100.000))

EOQ = √(14.400.000.000 / 10.000)

EOQ = √1.440.000

EOQ ≈ 1.200 rol kain

Selanjutnya, untuk menghitung biaya penyimpanan EOQ, kita gunakan rumus:

Biaya Penyimpanan EOQ = (EOQ / 2) * H


Biaya Penyimpanan EOQ = (1.200 / 2) * (0,10 * 100.000)

Biaya Penyimpanan EOQ = 600 * 10.000

Biaya Penyimpanan EOQ = Rp6.000.000

Selanjutnya, untuk menghitung jumlah pemesanan ulang EOQ dalam satu tahun, kita bagi
Permintaan tahunan dengan EOQ:

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = D / EOQ

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = 720.000 / 1.200

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = 600 kali pemesanan ulang dalam satu tahun

Jadi, biaya penyimpanan EOQ adalah Rp6.000.000 dan PT. Maju Bersama melakukan pemesanan
ulang EOQ sebanyak 600 kali dalam satu tahun.

Untuk menghitung biaya penyimpanan EOQ dan jumlah pemesanan ulang EOQ dalam satu
tahun, kita perlu menghitung terlebih dahulu Economic Order Quantity (EOQ) menggunakan
rumus EOQ:

EOQ = √((2DS) / H)

Di mana: D = Permintaan tahunan (720.000 rol kain) S = Biaya pemesanan per pesanan
(Rp10.000) H = Biaya penyimpanan per rol unit (10% dari harga per rol, yaitu 0,10 * Rp100.000)

Menggantikan nilai-nilai tersebut ke dalam rumus EOQ, kita dapat menghitung EOQ:

EOQ = √((2 * 720.000 * 10.000) / (0,10 * 100.000))

EOQ = √(14.400.000.000 / 10.000)

EOQ = √1.440.000

EOQ ≈ 1.200 rol kain

Selanjutnya, untuk menghitung biaya penyimpanan EOQ, kita gunakan rumus:

Biaya Penyimpanan EOQ = (EOQ / 2) * H

Biaya Penyimpanan EOQ = (1.200 / 2) * (0,10 * 100.000)

Biaya Penyimpanan EOQ = 600 * 10.000

Biaya Penyimpanan EOQ = Rp6.000.000

Selanjutnya, untuk menghitung jumlah pemesanan ulang EOQ dalam satu tahun, kita bagi
Permintaan tahunan dengan EOQ:

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = D / EOQ

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = 720.000 / 1.200

Jumlah Pemesanan Ulang EOQ = 600 kali pemesanan ulang dalam satu tahun
Jadi, biaya penyimpanan EOQ adalah Rp6.000.000 dan PT. Maju Bersama melakukan pemesanan
ulang EOQ sebanyak 600 kali dalam satu tahun.

4. Break Even Point (BEP) merupakan titik di mana pendapatan atau penjualan suatu produk
atau layanan sama dengan total biaya, sehingga tidak ada keuntungan atau kerugian yang
terjadi. Pada BEP, perusahaan mencapai titik impas di mana semua biaya tetap dan variabel
tercakup dan pendapatan yang diperoleh cukup untuk menutupi biaya tersebut.

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam menentukan BEP antara lain:

1. Biaya tetap: Asumsi bahwa biaya tetap perusahaan tidak berubah dalam rentang aktivitas
yang dianalisis untuk BEP. Dalam arti, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh volume produksi
atau penjualan.
2. Biaya variabel: Asumsi bahwa biaya variabel berubah secara proporsional dengan volume
produksi atau penjualan. Dalam arti, biaya variabel tergantung pada tingkat produksi
atau penjualan.
3. Harga jual per unit: Asumsi bahwa harga jual per unit produk atau layanan tetap konstan
tanpa adanya perubahan dalam rentang aktivitas yang dianalisis.
4. Struktur biaya: Asumsi bahwa struktur biaya perusahaan, termasuk biaya tetap dan
variabel, diketahui dan dapat diidentifikasi dengan jelas.

Dengan asumsi-asumsi tersebut, BEP dapat dihitung dengan membagi total biaya tetap dengan
selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit. BEP memberikan panduan kepada
perusahaan mengenai volume produksi atau penjualan minimum yang diperlukan untuk
mencapai titik impas dan memahami risiko keuntungan atau kerugian dalam bisnis mereka.

5. Untuk menghitung Break Even Point (BEP) dalam unit dan dalam rupiah, kita perlu
menggunakan rumus-rumus yang sesuai.

Dalam kasus ini, mari kita hitung BEP:

Biaya Tetap (FC) = Rp60.000.000,00 Harga Jual per Unit = Rp125.000,00 Biaya Bahan Baku per
Unit = Rp60.000,00 Biaya Penolong per Unit = Rp30.000,00 Biaya Lain-lain per Unit =
Rp5.000,00

Kontribusi Margin per Unit = Harga Jual per Unit - Biaya Variabel per Unit = Rp125.000,00 -
(Rp60.000,00 + Rp30.000,00 + Rp5.000,00) = Rp30.000,00

a. BEP (unit) = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Unit = Rp60.000.000,00 / Rp30.000,00 =
2.000 unit

b. BEP (rupiah) = BEP (unit) x Harga Jual per Unit = 2.000 unit x Rp125.000,00 =
Rp250.000.000,00

Jadi, BEP dalam unit adalah 2.000 unit, dan BEP dalam rupiah adalah Rp250.000.000,00.

Anda mungkin juga menyukai