Anda di halaman 1dari 13

D.

Pola produksi

Pola produksi merupakan penentuan bagaimana kebijaksanaan

produksi suatu perusahaan untuk dapat melayani penjualan perusahaan.

Perusahaan yang melakukan kegiatan produksi dalam jumlah besar pasti

akan menghadapi masalah dalam hal menentukan berapa jumlah yang akan

diproduksi. Berapa jumlah barang yang akan diproduksi akan dijadikan

suatu pertimbangan karena volume penjualan akan selalu berfluktuasi.

Untuk dapat mengatasi volume penjualan yang berfluktuasi, maka

manajer bagian produksi harus memilih pola produksi yang tepat dan sesuai

dengan kondisi perusahaan. Manajer bagian produksi harus memili pola

produksi yang tepat agar dalam pengelolaanya, biaya yang dikeluarkan

minimal serta sesuai dengan permintaan konsumen. Secara umum ada 3

macam pola produksi : (Agus Ahyari,1983:63)

1. Pola produksi konstan / stabil 1

Yaitu pola produksi dimana jumlah produksi dari bulan ke bulan

adalah sama atau relatif sama. Sebagai konsekuensinya dari jumlah

produksi yang sama dari bulan ke bulan ini, maka apabila ada kenaikan

penjualan, selisih penjualan dengan jumlah produksi pada bulan tersebut

akan diambilkan dari persediaan.

Pola produksi ini sering kali juga disebut sebagai pola produksi yang

stabil (lebih mementingkan adanya stabilitas produksi) 1

contoh tabel 1

Perkiraan penjualan 1 tahun = 60.000 unit


Persediaan awal = 10.000 unit

Persediaan akhir = 10.000 unit

Dalam pola produksi konstan persediaan awal sama ddengan persediaan

akhir. Kebutuhan produksi sama dengan kebutuhan penjualan perusahaan

=60.000 unit. Produksi per bulan adalah 60.000 unit : 12 = 5000 unit 2

Tabel 2

2. Pola produksi bergelombang

Yaitu pola produksi dimana distribusi dari jumlah produksi selama satu

tahun ke dalam jumlah produksi setiap bulan, dimana jumlah produksi

dari bulan ke bulan tersebut adalah selalu berubah mengikuti perubahan

tingkat penjualan dalam perusahaan yang bersangkutan. Besarnya jumlah

produksi mengikuti jumlah penjualan. Jumlah persediaan barang jadi

yang ada di dalam perusahaan yang mempergunakan pola produksi yang

bergelombang adalah stabil atau relatif stabil, maka pola produksi

bergelombang ini kadang-kadang juga disebut sebagai pola produksi yang

menitik-beratkan kepada adanya stabilitas persediaan, dimana jumlah

persediaan dalam perusahaan ini relatif sama setiap bulannya. 2

CONTOH TABEL 3

3. Pola produksi moderat

Yaitu pola produksi yang bergelombang, tetapi gelombang produksinya

tidak terlalu tajam, sehingga mendekati konstan.


Pola produksi ini juga merupakan suatu pola produksi yang berada

ditengah-tengah apabila diperbandingkan dengan kedua jenis pola

produksi yang pertama dan kedua di atas.

Perubahan yang terjadi di dalam penjualan produk perusahaan setiap

bulannya akan bersama-sama ditutup oleh perubahan persediaan barang

jadi dan kegiatan produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut.

Kenaikan atau penurunan jumlah penjualan produk perusahaan setiap

bulannya akan dibagi sebagian pada tingkat produksi dan sebagian lagi

pada jumlah persediaan barang jadi dalam perusahaan. Contoh: 3

TABEL 4

E. Pemilihan pola produksi

Didalam pemilihan pola produksi, perlu diperhatikan hal-hal atau faktorfaktor apa saja yang dapat
mempengaruhi perusahaan dalam memilih pola

produksi. Adapun faktor-faktor yang memepengaruhi pemilihan pola

produksi tersebut adalah:

1. Pola penjualan

Volume penjualan dapat mempengaruhi pola produksi. Apabila suatu

pola penjualan tidak konstan dipenuhi dengan konstan, maka akan terjadi
masalah dalam penyimpanan barang-barang yang belum laku terjual.

Pada saat gelombang penjualan itu turun di bawah volume produksinya,

sebagai akibat masalah penyimpanan baik biaya sewa gudang, biaya

asuransi, biaya pemeliharaan untuk menjaga agar barang-barang tetap

dalam kondisi yang baik selama penyimpanan.

2. Pola biaya

Di dalam pemilihan pola produksi harus diperhitungkan biaya yang harus

dikeluarkan sehubungan dengan kebijakan tersebut. Disamping itu harus

diperhatikan pula batasan-batasan yang dimiliki perusahaan seperti

kapasitas mesin, tenaga kerja dan sebagainya. Biaya-biaya yang harus

diperhatikan:

a. Biaya simpan yaitu biaya penyimpanan barang-barang hasil produksi

yang belum laku terjual karena pada saat itu volume produksi lebih
besar daripada volume penjualannya atau biaya penyimpanan yang

harus dikeluarkan lagi sehubungan dengan naiknya jumlah produk

yang disimpan.

b. Biaya peputaran tenaga kerja yaitu biaya yang diperlukan untuk

memperoleh, melatih atau mengeluarkan tenaga kerja selama satu

periode produksi. Ongkos ini biasanya terjadi pada pola produksi

yang bergelombang atau moderat, sebab pada pola produksi ini dapat

terjadi perubahan, baik penambahan maupun penurunan volume

produksi.

c. Biaya lembur yaitu tambahan biaya yang diberikan karena adanya

kerja lembur. Pekerjaan lembur ini dilakukan oleh perusahaan untuk

mengejar unit pruduksi sehingga menyebabkan naiknya volume


produksi, dimana volume produksi ini tidak melebihi kapasitas

maksimal.

d. Biaya sub kontrak, pada umumnya apabila perusahaan tidak mampu

melayani permintaan pasar atau konsumen akan produknya, seringkali 6mengadakan sub kontrak untuk
komponen-komponen produk tersebut.

Jadi biaya sub kontrak adalah biaya yang timbul karena perusahaan

memesan atau membeli barang pada perusahaan lain yang membuat

atau menjual barang yang diproduksi oleh perusahaan pemesan atau

pembeli.(Agus Ahyari, 1983:72-73)

Contoh persoalan yang dihadapi suatu perusahaan untuk memahami

perencanaan pola produksi adalah sebagai berikut:

Suatu perusahaan manghadapi pola penjualan bergelombang yang

tergambar sebagai berikut: (Sukanto Reksohadiprodjo, 1986:97-104)6

tabel triwulan
Perusahaan akan memenuhi penjualan itu dengan salah satu dari tiga

alternatif pola produksi:

1) Pola yang konstan, sebesar 500 unit tiap triwulan

2) Pola bergelombang mengikuti atau sesuai dengan gelombang

penjualan hanya akan sebesar kapasitas maksimal produksi yang

dimiliki oleh fasilitas produk yaitu sebesar 1000 unit per triwulan, 7

lebih dari itu tidak dapat dicapai. Jadi harus ditutup dari persediaan

atau dari subkontrak kepada perusahaan lain.

3) Pola produksi moderat yaitu sebesar 400 unit tiap triwulan, pada

triwulan I dan II, sedangkan pada triwulan III dan IV masingmasing sebesar 800 unit.

Data yang ada pada perusahaan menunjukkan:

a) Biaya penyimpanan barang hasil produksi = Rp 80,- persatuan

triwulan
b) Setiap kenaikan hasil produksi sebesar 200 unit, diperlukan biaya

perputaran tenaga kerja sebesar Rp 4000,- peesatuan triwulan.

c) Upah kerja lembur harus dibayarkan apabila hasil produksi lebih

besar dari 700 unit dengan premi sebesar Rp 100,- persatuan

triwulan.

d) Harga beli barang kalau kita pesan pada perusahaan lain adalah Rp

100,- persatuan.8

TABEL BIAYA

Dari perhitungan itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa pola produksi

yang paling baik adalah pola produksi yang ketiga yaitu pola produksi

yang bergelombang, karena terdapat biaya tambahan yang terendah

dibanding pola yang lain

Perhitungan angka-angka tersebut adalah sebagai berikut:


a. Pola produksi konstan

1) Biaya perputaran tenaga kerja = Rp 0,- karena tidak pernah ada

perubahan volume produksi

2) Biaya simpan

Triwulan I terdapat kelebihan produksi sehingga perlu ada biaya

penyimpanan sebesar (500-200) x Rp 80 = Rp 24000,-. Triwulan

II ada kelebihan produksi sebesar (500-450) Rp 800= Rp 4000

Di samping itu masih harus menanggung biaya simpan kelebihan

produksi pada triwulan I sebesar Rp 24000,-.

Jadi besarnya biaya total adalah Rp 24000,- + Rp 4000,- =

Rp 28000,-

Triwulan III terdapat kekurangan produksi terhadap permintaan


meskipun sudah dipenuhi dengan persediaan-persediaan yang ada,

jadi tak ada biaya penyimpanan, bahkan harus ada biaya sub

kontrak untuk memenuhi permintaan yang tidak dapat dipenuhi

oleh produksi. 10

Triwulan IV terdapat ongkos penyimpanan sebesar (500-400) x Rp

80,- = Rp 8000,- Jadi biaya penyimpanannya adalah Rp 24000,- +

Rp 28000+ Rp 8000,- = Rp 60000

3) Biaya kerja lembur

Karena volume produksi hanya sebesar 500 unit per triwulan (tidak

lebih dari 700 unit per triwulan) maka tidak terdapat biaya lembur.

Bagi pola produksi konstan tidak ada biaya kerja lembur karena

jumlah produksi selalu sama tiap triwulan.

4) Biaya sub kontrak


Pada triwulan III terdapat biaya sub kontrak sebesar [1100-

(500+50+300)] x Rp 100,- = Rp 25000,-

Jadi total biaya berdasar pola produksi konstan adalah

Rp 60000+25000

b. Pola produksi moderat

1) Biaya tenaga kerja dari Tw I ke Tw II naik dari 400 menjadi 800

unit. Perhitungannya 400/200 x Rp 4000 = Rp 8000

2) Biaya simpan Tw I (400-200) x Rp 80,- =Rp 16000,-

Pada Tw II permintaan 450 unit, produksi hanya 400 jadi

kekurangan 50 unit. Kekurangan ini ditutup dari persediaan Tw I

sebesar 200 unit sehingga masih harus menyimpan barang 150

unit. perhitungannya 150 x Rp 80,- =Rp 12000,-

Pada Tw IV, produksi 800 unit, permintaan sebesar 1100 unit


jadi kekurangan 300 unit, tetapi masih ada persediaan dari Tw II 12

sebesar 150 unit (tidak ada biaya simpan tetapi ada biaya sub

kontrak)

Pada Tw IV, 400 x Rp 80,- =Rp 32000,-

Jadi total biaya simpan sebesar Rp 60.000

3) Biaya lembur

100 x Rp 100 (Tw III) Rp 10000

100 x Rp 100 (Tw IV) Rp 10000

Rp.20000

Biaya sub kontrak pada Tw III ada kekurangan produksi dan

persediaan untuk menutupi permintaan. Kekurangan tersebut

adalah Rp 1100-(850+150) = 150 unit.

Jadi biaya sub kontraknya adalah 150 x Rp 100 =Rp 15000


Total biaya bagi pola produksi moderat adalah

Rp.8000+60000+20000+15000 =Rp 103000

c. Pola produksi bergelombang

1) Biaya tenaga kerja naik dari 200 ke 450

250/200 x Rp 4000,- Rp 5000

naik dari 450 ke 1000 saja, 100

sub kontrak Rp 11000

Rp 16000

2) Biaya simpan Rp 0

3) Biaya lembur (300 xRp 100,-) Rp 30000

4) Biaya sub kontrak ( 1100-1000) x Rp 100 Rp 10000 13

jumlah biaya total Rp 56000

Anda mungkin juga menyukai