Anda di halaman 1dari 11

MEMAHAMAI AL-SUNNAH, KEHUJJAHANNYA, MACAM-MACAM, DAN

TINGKATANNYA
Disusun Oleh :
Herlina Herawati, Safna Anjalina Zulfa, Rizky Maulana, M. Tyo Fahmi Firmansyah
UIN sunan ampel Surabaya, Jl, Ahmad yani 117, Surabaya
@uinsby.ac.id

Abstract
This paper discusses the As-Sunnah in Islam, namely a collection of teachings,
practices, and behavior of the Prophet Muhammad SAW which is the second source
of law in Islam after the Al-Quran. This abstract explains the meaning of As-Sunnah,
the proof of As-Sunnah, the types of As-Sunnah, and their levels. As-Sunnah has
proof that is based on a clear source, spreads through a clear and reliable chain of
transmission, and does not conflict with common sense and logic. As-Sunnah is
divided into two types, namely As-Sunnah Qauliyyah and As-Sunnah Fi'liyyah, and
has six levels, namely Sunnah Muakkadah, Sunnah Ghairu Muakkadah, Sunnah
Mandub, Sunnah Mubah, Sunnah Makruh, and Sunnah Haram. Knowledge of As-
Sunnah is important for Muslims as a legal basis for carrying out the teachings of
Islam.
Keywoard : al-sunnah, kehujjahannya, macam-macam, dan tingakatnya

Abstrak
Makalah ini membahas tentang As-Sunnah dalam Islam, yaitu kumpulan ajaran,
praktik, dan perilaku Nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber hukum kedua
dalam Islam setelah Al-Quran. Abstrak ini menjelaskan pengertian As-Sunnah,
kehujjahan As-Sunnah, macam-macam As-Sunnah, dan tingkatannya. As-Sunnah
memiliki kehujjahan yang didasarkan pada sumber yang jelas, penyebaran melalui
jalur sanad atau rantai perawi yang jelas dan terpercaya, serta tidak bertentangan
dengan akal sehat dan logika. As-Sunnah dibagi menjadi dua macam, yaitu As-
Sunnah Qauliyyah dan As-Sunnah Fi'liyyah, serta memiliki enam tingkatan, yaitu
Sunnah Muakkadah, Sunnah Ghairu Muakkadah, Sunnah Mandub, Sunnah Mubah,
Sunnah Makruh, dan Sunnah Haram. Pengetahuan tentang As-Sunnah menjadi
penting bagi umat Islam sebagai dasar hukum dalam menjalankan ajaran agama
Islam.
Kata kunci : al-sunnah, kehujjahannya, macam-macam, dan tingakatnya
PENDAHULUAN
Ilmu Ushul Fiqih merupakan ilmu yang sangat dibutuhkan seorang mujtahid
didalam menjelaskan nash-nash dan mengelompokan sebuah hukum yang tidak terdapat
nashnya, juga merupakan ilmu yang sangat diperlukan oleh qadh’I didalam memahami isi
undang-undang secara lengkap, disamping pelaksanaan perundang-undangan secara adil
sesuai dengan maksud syar’i. Dalam hal ini kami akan membahas sumber hukum islam
yang ke-2 yaitu As-Sunnah, ulama Fiqh memandang As-sunnah secara etimologi berarti
jalan, tetapi kalau kata ini dikaitkan dengan Rasulullah SAW, baik dalam kata ataupun
pengertiannya, maka maksudnya adalah suatu sabda atau perbuatan atau taqrir beliau.

As-Sunnah secara etimologis adalah jalan yang ditempuh, sedangkan secara


terminologis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik
berupa perbuatan, perkataan, maupun pernyataan dalam hal-hal yang berkaitan dengan
hukum syariah. Hadits menurut bahasa adalah baru, sedangkan menurut istilah adalah
segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, berupa ucapan, perbuatan,
atau penetapan. Hadits Nabi Muhammad SAW merupakan sumber ajaran Islam kedua,
setelah Alquran. Hal ini karena hadis merupakan tafsir al-qur an dalam praktek atau
penerapan ajaran Islam secara baik dan ideal. Mengingat kepribadian Nabi Muhammad
SAW merupakan perwujudan Al-Qur'an yang dimaknai bagi manusia, sekaligus ajaran
Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat dari riwayatnya, hadis berbeda dengan Al-
Qur'an. Al-Qur'an seluruhnya diriwayatkan muttawati, sehingga tidak diragukan lagi
kebenaran atau keabsahannya. Dengan demikian jika dilihat dari riwayat hadis mutawatir
tidak perlu diteliti lagi karena tidak diragukan lagi kebenarannya. Adapun hadits ahad,
masih memerlukan penelitian. Dengan penelitian ini akan diketahui apakah hadis yang
bersangkutan dapat diterima periwayatannya atau tidak. Sebagai sumber hukum Islam,
hadits juga memuat banyak aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah hukum
tentang keluarga. Di antara masalah yang muncul dalam kehidupan keluarga adalah
masalah pernikahan, kelahiran, dan kematian. Di antara aturan yang ditetapkan oleh Nabi
dalam haditsnya adalah sunnah dalam menyambut bayi yang baru lahir, seperti mencukur
rambut, aqiqahi, dan sunnah lainnya.

PEMBAHASAN
Pengertian As-sunnah.
Untuk menyebut apa yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada dua
istilah popular di kalangan masyarakat Islam yakni as-sunnah dan al-hadits. Dua istilah
ini terkadang masih dianggap kurang definitif, sehingga masih perlu dipertegas lagi
menjadi hadis nabi dan sunah nabi atau rasul. Di luar dua istilah itu masih terdapat istilah
lain yakni khabar dan atsar. Hanya saja dua istilah terakhir ini nampaknya kurang
berkembang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sunnah atau sunah
adalah aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi
Muhammad SAW. baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak pernah
ditinggalkannya. Jadi, pengertian sunnah secara sederhananya adalah sikap, tindakan,
ucapan dan cara Rasulullah menjalani hidupnya.

Secara etimologi as-sunnah berarti “komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam


konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian
actual. “Menurut istilah As Sunnah adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
Shallallahu alahi wa sallam dalam bentuk ucapan, perbuatan, penetapan, sifat tubuh dan
akhlak. As Sunnah menurut istilah syari’at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi
SAW dalam bentuk qaul(ucapan), fi’il(perbuatan), taqrir(pentepan), sifat tubuh serta
akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyr’I(pesyari’atan) bagi ummat Islam.
Pengertian as sunnah menurut fiqih Ialah segala sesuatuyang sudah tetap dari Nabi
Muhammad SAW dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib yakni hukumnya sunnah.

Pengertian sunnah menurut rumusan definisi itu adalah mencakup semua Riwayat
yang bersumber dari Rasulullah saw selain al-Qur’an, yang wujudnya berupa perkataan,
perbuatan dan taqrir (ketetapan) beliau yang dapat dijadikan dalil hukum syar’i. Dengan
demikian pengertian sunnah yang dirumuskan oleh para ulama’ Ushul Fiqh cakupannya
lebih sempit dibandingkan dengan pengertian yang disampaikan oleh para ulama’ hadis
sebagaimana telah diuraikan di atas. Sebab ulama’ Ushul Fiqh ternyata hanya merujuk
pengertian sunnah pada riwayat-riwayat dari Rasulullah saw yang berisikan hukum syar’i
semata. Hal demikian ini berarti bahwa riwayat-riwayat dari Rasulullah saw yang sama
sekali tidak berkaitan dengan hukumsyar’i, misalnya riwayat yang menjelaskan masalah-
masalah akidah, tidaklah termasuk ke dalam kategori pengertian sunnah. Sedangkan
hadis oleh ulama’ Ushul Fiqh hanya dipergunakan untuk pengertian yang lebih sempit
yakni hanya merujuk sunnah qauliyah (sunnah berupa perkataan), tidak kepada lainnya.
Jadi pengertian hadis di sini memiliki cakupan lebih sempit dibandingkandengan sunnah.
Berbeda dengan ulama’ hadis dan ulama’ Ushul Fiqh, ahli fiqih atau fuqaha’
mempergunakan istilah sunnah untuk menunjuk salah satu bentuk atau sifat dari hukum
Islam,yakni suatu perbuatan yang hukumnya boleh ditinggalkan namun lebih utama
dilaksanakan. Bagi ulama’ fiqih, sunnah adalah “semua perbuatan yang ditetapkan
Rasulullah saw namun hukum pelaksanaannya tidak sampai ke tingkat wajib atau fardlu"

Kedudukan Sunah atau Hadis dalam Islam. Umat Islam sepakat bahwa sunah
merupakan sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an, meski di kalangan Imam
madzhab ada perbedaan dalam penentuan syarat penerimaannya. Doktrin Islam yang
belum dijelaskan rincian hukumnya, tidak dijelaskan operasionalnya dan atau tidak
dikhususkan menurut petunjuk ayat yang masih mutlak, maka hendaknya dicarikan
penyelesaiannya dengan sunah atau hadis. Seandainya usaha ini mengalami kegagalan,
disebabkan belum adanya pada masa Nabi saw, sehingga memerlukan ijtihad baru untuk
menghindari kevakuman hukum dan kebekuan beramal, maka baru boleh dicarikan
solusinya lewat ijtihad, baik fardi maupun jama’i, sepanjang tidak kontras dengan ruh dan
semangat umum doktrin Islam.

Tahapan penetapan hukum semacam ini sejalan dengan realitas historis yang
menerangkan bahwa Nabi saw telah menyetujui langkah hukum sahabat Mu’adz bin
Jabal, sahabat yang diangkat menjadi seorang qadli di negeri Yaman, yang dalam
memutuskan persoalan hukum mula-mula merujuk kepada ketetapan al-Qur’an,
kemudian disusul merujuk kepada hadis atau sunah dan akhirnya merujuk kepada ijtihad.
Sunnah adalah sumber hukum Islam utama setelah Al-Qur'an. Sunnah tertuang dan di
dokumentasikan dalam kumpulan hadis Rasulullah. Jadi, dalam hal ini kedudukan
hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
Pengertian sunnah merupakan bagian dari teladan terbaik umat Islam, yaitu
Nabi Muhammad SAW. Setelah mengenali pengertian sunnah, kita juga perlu mengenali
pembagiannya. Berdasarkan bentuk penyampaiannya oleh Rasulullah, sunnah dibagi
menjadi tiga macam, qauliyyah, fiiliyyah, dan taqriyyah.

Kehujjahan As-sunnah

Kehujjaan As Sunnah dalam mengistimbatkan hukum menempatkan pada posisi kedua


sesudah Al-Quran. Sunnah sebagai hujjah dalam mengistimbatkan hukum terbagi atas
tiga yaitu sunnah Qauliyah (perkataan nabi) yaitu hadis Rasul yang beliau sampaikan
dalam berbagai tujuan yang membuat berbagai maksud syariah baik yang berkaitan
dengan Aqidah Akhlak maupun yang. Lainnya. Kedua sunnah Fi'liyah(perbuatan nabi)
segala peraturan pekerjaannya yang dipahami dan dilakukan nabi untuk diikuti umatnya
sampai kepada umat akhir zaman. Dan yang ketiga adalah sunnah Tagririyah yaitu
sunnah seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan
kepada nabi dan nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan mampu menyangga
namun nabi diam dan tidak menyangga nya maka hal ini merupakan pengakuan nabi.
Fungsi Sunnah terhadap Al-Quran untuk menjelaskan kepada umat Islam ajaran-ajaran
yang diturunkan Allah melalui Al-Quran.

Macam-macam As-sunnah

1. Sunnah Qauliyyah.
Sunnah Qauliyyah adalah macam-macam sunnah yang berasal dari ucapan Nabi
Muhammad SAW. Pengertian Sunnah Qauliyyah adalah ucapan Rasulullah yang didengar
atau disampaikan oleh seseorang atau beberapa sahabat. Macam sunnah ini cenderung
berisi tuntunan yangberkaitan dengan pembinaan hukum agama. Sunnah ini juga bisa
berupa penjelasan tentang makna-makna yang terkandung dalam ayat Al-Qur'an. Sunnah
ini juga disebut dengan sabda nabi yang menjadi sumber dari Hadis. Sunnah
Qauliyyah umumnya identik dengan hadis karena ucapan Rasulullah dicatat oleh para
sahabatdan disebut "hadis"
Ada banyak contoh dari sunnah qauliyyah. Contoh sunnah qauliyyah dapat dengan
mudah ditemukan dalam hadis Rasulullah. Berikut beberapa contoh sunnah qauliyyah:

1. Hadis tentang penentuan puasa Ramadan “Berpuasalah kalian karena melihatnya,


berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlahkurban karena melihatnya
pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlahmenjadi tiga
puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR.
Bukhoridan Muslim)
2. Hadis tentang membaca al fatihah saat salat "Tidak sah salat seseorang yang tidak
membaca surat al Fatihah." (HR. Bukhari-Muslim)
3. Hadis tentang makan dan minum “Apabila salah seorang di antara kalian makan,
hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa
membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahifii awwalihi wa
aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi).

2. Sunnah Fi’liyyah
Sunnah fiiliyyah adalah sunnah yang berasal dari perbuatan Nabi Muhammad
SAW. Perbuatanini dilihat, diketahui, dan disampaikan para sahabat kepada orang lain.
Sunnah ini bersumber dari segala bentuk perbuatan Nabi. Tindakan yang dimaksud
dalam sunnah ini, termasuk tindakan agama dan duniawi. Sunnah fiiliyyah biasanya
terkait dengan penjelasan soal ibadah, dan penyelenggaraan hukum Islam. Contoh
sunnah fiiliyyah seperti tata cara salat, puasa, haji, sedekah, dan semacamnya. Dalam
hukum Islam, Sunnah Fiiliyyah biasanya disampaikan oleh sahabat atau orang terdekat
Nabi Muhammad SAW. Berikut contoh Sunnah Fiiliyyah:

1. Hadis mencuci tangan sebelum makan Aisyah radhiallahu’anha, beliau berkata:


“Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu
dahulu. Dan ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua
tangannya, baru setelah itu beliau makan atau minum.” (HR. Abu Daud no.222,
An Nasa’i no.257, dishahihkan Al Albani dalamShahih An Nasa’i)
2. Hadis tentang keistimewaan kucing “Ketika Nabi Muhammad akan berwudhu
dihampiri oleh seekor kucing dan kucing tersebut minum di bejana tempat
beliau wudhu. Nabi berhenti hingga kucing tersebut selesai minum lalu
berwudhu”. (HR Muslim).
3. Hadis tentang salat sunnah "Nabi SAW melakukan sholat sejumlah sebelas
rakaat. Itu lah sholat beliau." dan "Beliau melaksanakan sholat malam
sebanyak tiga belas rakaat."(Hadis riwayat Bukhari).

3. Sunnah Taqririyyah
Pengertian Sunnah Taqririyyah adalah sunnah yang berasal dari respons Rasulullah
terhadap segala perbuatan sahabat yang diketahuinya. Sunnah ini berupa perbuatan atau
ucapan sahabat yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi Muhammad SAW.
Tetapi Nabi hanya diamdan tidak mencegahnya. Sikap diam dan tidak mencegah dari
Nabi Saw menunjukkan persetujuan (taqriri) Nabi SAW terhadap perbuatan sahabat
tersebut. Sunnah Taqriyyah meliputi persetujuan Nabi Muhammad SAW tentang tindakan
para sahabat yang terjadi dalam dua cara yang berbeda. Pertama, Ketika Rasulullah
mendiamkan suatu tindakan dan tidak menentangnya. Kedua, ketika Rasulullah
menunjukkan kesenangannya dan tersenyum atas tindakan seorang sahabat. Jika
dibandingkan dengan Sunnah Qouliyah dan Filiyah, jumlah Sunnah Taqririyah lebih
sedikit. Namun, terkadang sunnah ini memiliki perkara penting dalam hukum Islam.
Berikut beberapa contoh sunnah taqriyyah:

1. Hadis tentang tayamum Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata:
"Pernah ada dua orang bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat
telah tiba, sedang mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum
dengan debu yang bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati
air (dan waktu shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi
shalatnya dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka
menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka
beliau berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai
dengan sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada
yang berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali.

Tingkatan Sunnah

A. Aspek kuantitas
hadits dilihat dari aspek kualitas terbagi menjadi dua, yaitu:

a) Hadis mutawatir
Mutawatir dalam segi bahasa memiliki arti yang sama dengan kata "mutatabi"
artinya beruntun atau beriring iringan, maksudnya beriringan antara yang satu
dengan yang lain tanpa ada jaraknya . Sedangkan menurut istilah adalah hadis
mutawatir ialah hadis yang di riwayat kan oleh sejumlah besar perawi yang
menurut adat mustahil mereka bersepakat lebih dahulu untuk berdusta.
b) Hadis ahad
Ahad adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar ahad (‫ )احد‬, artinya satu,
atau wahid (‫ )واحد‬artinya khabar wahid, jadi artinya suatu kabar yang
diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan yang dimaksud dengan hadis ahad
menurut istilah yaitu Hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua orang atau lebih,
yang jumlahnya tidak memenuhi persyaratan hadis masyhur dan hadis mutawatir.
B. Aspek kualitas
Dilihat dari segi kualitasnya hadis terbagi menjadsi tiga, yaitu:
a. Hadis shahih
Kata shahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari
Assaqim yang artinya orang yang sakit, jadi maksudnya hadis shahih adalah hadis
yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Sedangkan secara istilah
menurut Ulama Hadis yang muttashil (bersambung) sanadnya (sampai kepada
Nabi).
b. Hadis hasan
Dari segi bahasa hasan berasal dari kata al-husnu bermakna al-jamal yang artinya
keindahan. Menurut istilah para Ulama memberikan definisi hadis hasan secara
beragam. Namun, yang lebih kuat sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu
Hajar al-Asqalani dalam an-Nukhbah yakni sedikit kedhobithannya, tidak ada
keganjilan (syadz), dan tidak ada illat.
Kriteria hadits hasan hampir sama dengan hadis shahih. Perbedaannya hanya
terletak pada sisi kedhabithannya. Hadis shahih kedhabithannya seluruh
perawinya harus zamm (sempurna), sedangkan dalam hadis hasan, kurang sedikit
kedhabihtannya jika dibanding dengan hadis shahih.
c. Hadis dhaif
Hadits dhaif bagian dari hadits mardud. Dari segi bahasa dhaif (‫ )الضعيف‬berarti
lemah lawan dari al-Qawi (‫ )القوي‬yang berarti kuat. Kelemahan hadis dhaif ini
karena sanad dan matannya tidak memenuhi kriteria hadis kuat yang diterima
sebagian hujjah. Dalam pengertian hadits dhaif secara istilah adalah Adalah hadis
yang tidak menghimpun sifat hadis hasan sebab satu dari beberapa syarat yang
tidak terpenuhi.

Fungsi Sunnah

Rasulullah Saw sebagai pembawa risalah Allah berfungsi untuk menjelaskan kepada
umat Islam ajaranaj aran yang diturunkan Allah melalui alQuran. Hal ini sesuai dengan
finnan Allah dalam surat An-Nahl (16): 44 “Kami turunkcm kepada engkau Al-Quran
agar engkau jelaskan kepada umat manusia apa-apa yang diturunkan kepuda mereka”11
Sunnah Rasulullah adakalanya berbentuk pendukung hukum-hukum yang ada dalam
AlQuran, seperti sunnah. Rasul tentang kewajiban Shalat, zakat, dan haji.
Kewajibankewajiban ini telah Lida dalam Al-Quran, kemudian Rasulullah
memperkuatnya dengan Sunnah beliau adakalanya sunnah menjelaskan hukum-hukum
yang ada dalam Al-Quran, kemudian Rasulullah memperkuatnya dengan Sunnah beliau.
Adakalanya sunnah menjelaskan hukum-hukum yang ada dalam Al-Quran penjelasan
Rasulullah terhadap AlQuran ada beberapa bentuk yaitu :

I. Merinci hukum global yang ada dalam Al-Quran, seperti kewajiban sholat yang ada
dalam Al-Quran yang sifatnya global, karena tidak memerinci bebherapa kali,
berapa rakaat, dan bagaimana tata caranya.

II. Menjelaskan hukum mutlak yang ada dalam Al-Quran seperti potong tangan orang
yang melakukan tindak pidanan pencurian perintah Allah ini tidak menjelaskan
ukuran yang dipotong yang nisab harta yang dicuri yang dikenakan hukum potong
tangan.

III. Mengkhususkan hukum-hukum yang bersifat umum dalam al-Quran seperti tentang
pembagian harta warisan.
posisi kedua sesudah al-Quran. Ada beberapa alasan yang dikemukakan ulama usul
fiqih untuk mendukung hal tersebut antara lain :
 Al-Quran Surat Ali Imran 31: "Apabila mencintai Allah maka ikutilah aku,
Allah akan mencintaimu".
 Surat Al Ahzab 21: "Sesungguhnya pada dirt. Rasulullah itu bagi kannt teladan
yang baik vault bagi orang yang mengharapkan Rahmat Allah dan kedatangan
Hari Kiamat dan dia hanyak menyebut Allah ".
 Surat Al Hasyr 7: "Apa yang diberikan Rasul kepaclannt maka ambilah dan apa
yang dilarang bagimu maka tinggalkanlah”.

Fungsi Sunnah Terhadap Al-Quran

Rasulullah sebagai pembawah Risalah berfungsi menjelaskan kepada umat Islam


ajaran ajaran yang diturunkan Allah melalui Al-Quran. Dalam hal kedudukan sunnah
dalam- Al-Quran para ulama usul fiqih berpendapat bahwa hanya tiga ada tiga hal
kedudukan dalam Al-Quran dari segi hukumnya antara lain sebagai berikut:

1. Sunnah menjelaskan ayat-ayat Al- Quran yang sifatnya global, mentakhsiskan


ayat yang umum atau merinci ayat-ayat yang mujmal. Hal ini sejalan dengan
telah diberikan oleh Allah kepada Rasulullah yaitu hak untuk memberikan
penjelasan ayat ayat Al-Quran kepada umat manusia.
2. Sunnah membawah hukum yang tidak ada ketentuan nasnya dalam AlQuran
seperti pengharaman binatang buas yang bertaring dan jenis burung yang
bercakar tajam serta pengharaman memakai kain sutra.

3. Sunnah berfungsi menetapkan hukum yang telah termuat dalam AlQuran. Oleh
karena itu hukum menjadi dua sumber atau dua dalil yaitu dalil yang
menetapkan dari ayat-ayat Al-Quran dan dalil yang mengkukuhkan dari sunnah
antara lain shalat, haji dan zakat serta puasa.

KESIMPULAN

Secara etimologi as-sunnah berarti “komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam


konteks agama atau duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian
actual. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian sunnah atau sunah adalah
aturan agama yang didasarkan atas segala apa yang dinukilkan dari Nabi Muhammad
SAW. baik perbuatan, perkataan, sikap, maupun kebiasaan yang tidak pernah
ditinggalkannya. Kedudukan Sunah atau Hadis dalam Islam. Umat Islam sepakat
bahwa sunah merupakan sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an, Sunnah
tertuang dan di dokumentasikan dalam kumpulan hadis Rasulullah. Sunnah sebagai
hujjah dalam mengistimbatkan hukum terbagi atas tiga yaitu sunnah Qauliyah (perka-
taan nabi), Kedua sunnah Fi'liyah(perbuatan nabi), Dan yang ketiga adalah sunnah
Tagririyah. Fungsi Sunnah terhadap Al-Quran untuk menjelaskan kepada umat Islam
ajaran-ajaran yang diturunkan Allah melalui Al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Ibn Taymiyyah, Taqi al-Din. "The Sunnah and its Role in Islamic Legislation."
Islamic Research Foundation International, Inc., 1997.
al-Hasan, Muhammad al-Amin. "The Sunnah: Definition, Role, and Preservation."
Al-Kitab al-Sunnah Publishing, 2006.
al-Nawawi, Yahya ibn Sharaf. "Al-Majmu' Sharh al-Muhadhdhab." Dar al-Fikr,
1998.
al-Shafi'i, Muhammad ibn Idris. "Al-Risala fi Usul al-Fiqh." Dar al-Fikr, 1999.
al-Bukhari, Muhammad ibn Ismail. "Sahih al-Bukhari." Darussalam, 1997.
Muslim ibn al-Hajjaj. "Sahih Muslim." Darussalam, 1997.

Anda mungkin juga menyukai