Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AKHIR MATA KULIAH SEMIOTIKA

ANALISIS TANDA NONVERBAL DALAM KEBUDAYAAN TORAJA


(RAMBU SOLO’)

MENGGUNAKAN KAJIAN SEMIOTIK

Yola Selviani Palungan1 Olviana Restu Patandianan2 Misya Putri3

Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Kristen Indonesia Toraja

yolaselviani09@gmail.com 1, restupatandianano@gmail.com 2,
misyaaputri@gmail.com 3

Abstrak: dalam Analisis tanda nonverbal dalam kebudayaan toraja diuraikan beberapa
tanda yang biasa kita jumpai pada setiap objek tertentu. Tujuan dari menganalisis tanda
nonverbal dalam masyarakat toraja adalah untuk memenuhi tugas akhir semiotika dan
agar kita dapat mengetahui makna tanda-tanda yang biasa di jumpai dibeberapa objek.
Metode yang kami gunakan dalam menganalisis tanda nonverbal ini adalah dengan
melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga yang dapat kami temukan
yaitu (1) makna tanda bendera putih di depan rumah, (2) makna tanda payung di pinggir
jalan, (3) makna tanda pemasangan pohon injuk pada acara rambu solo’, (4) makna tanda
pemasangan pohon pinus (buangin), (5) makna tanda pemasangan tuang – tuang pada
rambu solo’, (6) makna tanda pemasangan kaseda merah, (7) pemasangan bendera putih
di tengah jalan. Penulis menyarankan agar diadakan penelitian lebih lanjut mengenai
tanda nonverbal yang terdapat pada suatu objek tertentu.

Abstrack : In the analysis of nonverbal signs in Toraja culture, some of the signs we
usually encounter on certain objects are described. The purpose of analyzing nonverbal
signs in Toraja society is to fulfill the semiotic final assignment and so that we can find
out the meaning of signs that are commonly encountered in several objects. The method
we use in analyzing these nonverbal signs is by observing, interviewing and documenting
so that what we can find is (1) the meaning of the white flag sign in front of the house, (2)
the meaning of the umbrella sign on the side of the road, (3)the meaning of the injuk
treeinstallation sign at the solo sign event, (4) the meaning of the pine tree installation
sign at the solo sign event, (5) the meaning of installing tuang – tuang on solo signs, (6)
the meaning of installing re kaseda on solo signs, (7) white flags in the middle of the
road. The author suggests that further research be carried out regarding nonverbal signs
found on a particular object.

Kata kunci :

Semiotika, Tanda, Nonverbal, rambu solo’, Budaya Toraja

Pendahuluan

Semiotika adalah sebuah disiplin ilmu dan metode analisis yang dapat mengkaji
tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui makna yang terkandung
dalam objek tersebut. Tanda merupakan sesuatu yang digunakan untuk menujuk sesuatu
yang lain. Tanda dapat berupa benda, sifat, kejadian dan lain sebagainya. Menurut Saussure
(dalam Sobur, 2006) tanda terbagi atas tiga komponen,yakni tanda (sign), penanda (signifier),
dan petanda (signified). Tanda dalam kehidupan manusia terdiri dari berbagai macam, antara
lain tanda gerak atau isyarat, tanda verbal maupun tanda nonverbal.

Pengertian nonverbal menurut KBBI, yaitu tidak menggunakan kata-kata. Tanda


nonverbal merupakan alat komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata. Adapun macam-
macam tanda nonverbal, yaitu warna, bahasa tubuh dan ekspresi wajah, dan pakaian.

Kebudayaan sendiri merupakan kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai


yang mendasari hasil karya dan perilaku manusia.Manusia sebagai makhluk budaya
mengandung pengertian bahwa manusia menciptakan budaya dan kemudian budaya
memberikan arah dalam hidup dan tingkah laku manusia. penggunaan simbol dalam
budaya, merupakan alat perantara yang berasal dari nenek moyang untuk melukiskan
segala macam bentuk pesan pengetahuan kepada masyarakat, sebagai generasi penerus
yang diwujudkan dalam tindakan sehari-hari mereka sebagai makhluk budaya, lantas
diharapkan mampu memberi pemahaman bagi masyarakat penggunanya

Salah satu budaya yang cukup terkenal dimiliki oleh suku Toraja. Saat ini suku
Toraja berada dalam dua pemerintahan yakni kabupaten Tana Toraja dan kabupaten
Toraja Utara. Saat ini Toraja sangat terkenal baik dalam negeri maupun luar negeri
karena wilayahnya memiliki banyak keindahan alam dan memiliki banyak destinasi
wisata baik di Tana Toraja maupun di Toraja Utara.

Salah satu daya tarik wisatawan bahkan generasi muda Toraja adalah filosofi di balik
tanda – tanda yang terdapat dalam kehidupan masyarkat Toraja. Dalam masyarakat
Toraja terdapat beberapa tanda sebagai bagian dari budaya.

Salah satu budaya yang sering dijumpai di toraja adalah “Rambu Solo’ yang
merupakan upacara pemakaman dalam agama aluk todolo yang mewajibkan keluarga
almarhum membuat sebuah pesta sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang
yang telah pergi. Kata rambu solo’ secara harafiah berarti asap yang arahnya kebawah.

Masalah yang dapat di lihat dari analisis ini adalah penulis banyak menemukan
masyarakat Toraja yang tidak mengeri apa makna dan maksud dari tanda – tanda yang
ada pada suatu objek tertentu sehingga banyak yang melanggarnya dan tidak menaati
aturan pemasangan sebuah tanda tersebut. Sehingga penyelesaian yang dapat di tempuh
adalah dilakukan penyuluhan dan penjelasan terhadap tanda yang dilanggar dan mencari
tahu sebelum memasang sebuah tanda apa makna dari tanda tersebut.

Beberapa klarifikasi Pierce (2010:45) membagi tanda menjadi 10 jenis yakni:

1. Qualisign, yaitu kulitas sejauhyag dimiliki oleh tanda. Kata keras menunjukan
kualitas tada , misalnya suara keras yang menandakan orang tersebut sedang
marah atau ada sesuatu yang dia inginkan
2. Iconic sinsign, yaitu tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contoh, diagram
foto, peta, dan tanda baca
3. Rhematic indexical sinsign, yaitu tanda berdasarkan pengalaman langsung yang
menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh sesuatu.contoh, jalan
yang mendatangkan kecelakaan berdasarkan pengalaman, maka di tempat
tersebut dipasangkan tanda bahwa selalu terjadi kecelakaan pada tempat atau
jalan tersebut. Karena menarik perhatian pengendara akanmeningkatkan kehati-
hatiannya
Metode

Metode yang digunakan penulis dalam menyelesaikan anallisinya adalah


Metode kualitatif yang merupaka metode yang lebih menekankan pada pengamatan
fenomena dan lebih meneliti substansi makna dari sebuat fenomena tersebut. Basri (2014)
menyimpulkan “bahwa focus dari penelitian kualitatif adalah pada prosesnya dan
pemaknaan hasilnya”. Penelitian kualitatif lebih tertuju pada elemen manusia, objek, dan
institusi.

Secara spesifik Sudjhana menjabarkandalam tujuh langkah penelitian kualitatif


yaitu:

1. Identifikasi masalah
2. Pembatasan masalah
3. Penetapan focus masalah
4. Pelaksanaan penelitian
5. Pengelolahan dan pemaknaan data
6. pemunculan teori
7. Pelaporan hasil penelitian

Hasil dan Pembahasan

Toraja dikenal sebagai daerah yang begitu “kuat” dalam persekutuan dan “kuat”
dalam memegang adat dan kebudayaan yang diwarisi oleh nenek moyang mereka.
Kebudayaan Toraja merupakah salah satu kebudayaan yang ada di Indonesia.
Kebudayaan Toraja merupakan kebudayaan yang perlu di lestarikan warga Toraja bahkan
seluruh warga Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat Toraja terdapat beberapa
penggunaan tanda sebagai bagian dari budaya. Masing-masing tanda memiliki makna
tersendiri. Tanda yang sering dijumpai dalam kehidupan masyarakat Toraja, yaitu :

1) Tanda bendera putih di depan rumah

Gambar 1 : bendera putih di depan rumah


Tanda bendera putih di depan rumah menandakan salah satu anggota keluarga di
rumah tersebut ada yang meninggal dan mayatnya di tempatkan di rumah tersebut.
Bendera putih sebagai tanda nonverbal yang bermaknakan kedukaan (kematian)
.
2) Tanda payung di pinggir jalan

Gambar 2 : tanda paying dipinggir jalan

Tanda paying yang berada di pinggir jalan menandakan bahwa di tempat tersebut
terjadi kecelakan yang menelan korban jiwa.

Payung sebagai tanda nonverbal yang bermakna mati di tempat kejadian

3) Tanda pemasangan pohon injuk pada acara rambu solo’

Gambar 3 : pohon injuk pada acara rambu solo

Pada acara rambu solo’ sering di jumpai pohon injuk di tanam atau di pasangkan
ditengah- tengah acara rambu solo’.namun pemasangan tersebut harus sesuai
dengan ketentuan bahwah pemasangan tanda tersebut hanya dipasangkan ketika
yang meninggal adalah laki – laki namun pemasangan tanda tersebut juga di
pasangkan ketika tunuan (kerbau) yang ada pada acara itu lebih dari 20 ekor
tunuan (kerbau), jadi bias dikatakan bahwa pemasangan tanda tersebut untuk kasta
atas atau bangsawan saja.
Pemasangan injuk sebagai tanda nonverbal yang bermakna yang meninggal adalah
laki – laki dan termasuk kaum bangsawan.

4) Makna tanda pemasangan pohon pinus pada acara rambu solo’

Gambar 4 : pohon pinus pada acara rambu solo’

Sama halnya dengan pohon injuk, namun pohon pinus dipasangkan ketika yang
meninggal adalah perempuan, namun yang dipasangkan pohon pinus hanya orang
yang memiliki minimal tujuh (7) tunuan (kerbau) yang di kurbankan pada acara
tersebut jika tunuan (kerbau) kurang dari 7 ekor maka tidak akan dipasangkan
pohon pinus di tengah halaman tempat acara rambu solo’ berlangsung.
Pemasangan pohon pinus juga bias di pasangkan bersamaan dengan injuk jika
tunuan lebih dari 30 ekor tunuan (kerbau)
Pemasangan pohon pinus sebagai tanda nonverbal yang bermakna bahwa yang
meninggal adalah perempuan dan termasuk kaum yang memilimi kasta atas.

5) Makna tanda pemasangan kaseda merah


Gambar 5, 6 : kaseda berwarna merah di acara rambu solo’

Dalam adat toraja terdapat dua warna kaseda yang sering dijumpai yaitu warna
merah dan kuning. namun banyak dari kita generasi muda tidak mengerti arti
akan warna kaseda tersebut, makna dari tanda kaseda berwarna merah di
pasangkan ketika acara rambu solo’ saja atau acara kedukaaan sedangkan kaseda
yang berwarna kuning di pakai pada acara rambu tuka’. Namun, pemasangan
kaseda juga tergantung berapa ekor tunuan yang disediakan. Jika, minimal 7 ekor
tunuan (kerbau) itu akan di pasangkan kaseda pada setiap lantang atau rumah yang
ada pada acara rambu solo. Jika kurang dari 7 ekor tunuan (kerbau) itu tidak akan
dipasangkan kaseda berwarna merah.
Tanda kaseda berwarna merah pada tanda nonverbal bermakna kedukaan atau
rambu solo’.

6) Makna tanda pemasangan tuang – tuang pada acara rambu solo’

Gambar 7 : tuang – tuang pada rambu solo’

Dalam budaya toraja sering dijunpai pemasangan tuang – tuang atau bambu yang
di susun kemudian di rentangkan dari lakki- lakkian (tempat almarhum di letakan
ketika acara berlangsung) ke alang (lumbung). Namun pemasangan tuang – tuang
hanya di pasangkan ketika yang meninggal adalah laki- laki, pemasangan tuang –
tuang tidak di pasang ketika yang meninggal adalah perempuan meskipun tunuan
(kerbau) lebih dari 20 ekor.
Tanda tuang – tuang sebagai tanda nonverbal yang bermakna bahwah yang
meninggal adalah laki – laki.

7) Pemasangan bendera putih dipinggir jalan


Gambar 8 : bendera putih dipinggir jalan

Bendera putih yang dipasang di tengah jalan yang berdekatan dengan penutup
jalan menandakan bahwa di area jalan tersebut terdapat acara kedukaan atau acara
rambu solo’ yang sedang berlangsung sehingga pengendara maupun oengguna
jalan untuk sementara dialihkan ke jalan yang lain
Makna tanda bendera putih di tengan jalan sebagai tanda nonverbal yang
bermakna ada acara kedukaan yang sedang berlangsung

Penutup

1.1 Simpulan
Tanda nonverbal merupakan alat komunikasi yang tidak menggunakan kata-kata.
Adapun macam-macam tanda nonverbal, yaitu warna, bahasa tubuh dan ekspresi wajah,
dan pakaian
berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwah:
1. Bendera putih sebagai tanda nonverbal yang bermaknakan kedukaan (kematian)
2. Payung sebagai tanda nonverbal yang bermakna mati di tempat kejadian
3. Pemasangan injuk sebagai tanda nonverbal yang bermakna yang meninggal
adalah laki – laki dan termasuk kaum bangsawan.
4. Pemasangan pohon pinus sebagai tanda nonverbal yang bermakna bahwa yang
meninggal adalah perempuan dan termasuk kaum yang memilimi kasta atas.
5. Tanda kaseda berwarna merah pada tanda nonverbal bermakna kedukaan atau
rambu solo’
6. Tanda tuang – tuang sebagai tanda nonverbal yang bermakna bahwah yang
meninggal adalah laki – laki.
1.2 saran
panulis hanya nenganalisis sebagian dari tanda nonverbal yang ada pada rambu
solo’ (kedukaan), oleh sebab itu penulis menyarankan agar ada penelitian lebih lanjut
mengenai tanda nonverbal pada acara rambu solo’ maupun pada acara rambu tuka’
Daftar Rujukan

Embon (2018). Sistem simbol Rambu solo'

" diakses dari https://fisip.umsu.ac.id/2021/06/09/apa-itu-semiotika/

Ardianto yoni (1999). "Memahami metode penelitian kualitatif". Jl. Lapangan Bantaeng
Timur no. 2-4, Jakarta pusat.

Diakses dari https://www.djkn.kemenkeu.go.id/page/10771/Hubungi-Kami.html

Anda mungkin juga menyukai