Anda di halaman 1dari 350

SAMBUTAN

Konsolidasi Industri Konstruksi Indonesia


Guna Memenangkan Pasar Konstruksi ASEAN dan Global

iii KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
DAFTAR ISI

Sambutan
Menteri Pekerjaan Umum .......................................................................................................................................... Vi

Kata Pengantar
Tim Penyusun Buku Konstruksi Indonesia 2013 ........................................................................................................ Viii

bab 1 PENDAHULUAN
Tantangan Pembinaan dan Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional dan Daerah............................. 2
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar ASEAN & Global ................................................................................. 22
Kerangka Harmonisasi Konstruksi Indonesia .............................................................................................................................. 40
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia .................................................................................................................. 50
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global .................................................................................................... 58

BAB 2 KONSEPSI DALAM KONSOLIDASI KONSTRUKSI INDONESIA


Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) ....................................................................................................................................................... 76
pengaturan Perdagangan pada Sektor Konstruksi di ASEAN dan Global............................................................................ 80
Neraca Perdagangan di Sektor Konstruksi ................................................................................................................................... 91
Peran Sektor Kosntruksi dalam Perekonomian Indonesia ............................................................................................... 99
Pasar Tunggal ASEAN , Ujian Pertama Pemangku Kepentingan Jasa Konstruksi Indonesia
Memasuki Pasar Global ..................................................................................................................................................................................... 112
Terobosan Kebijakan dan Kosolidasi Para Pemangku Kepentingan untuk Masa Depan
Tenaga Terampil Konstruksi Indonesia ..................................................................................................................................................... 122
Pengaturan Profesi Keinsinyuran Indonesia .......................................................................................................................................... 137
Aliansi Pelaku Usaha untuk Ekspor Konstruksi .................................................................................................................................... 150
Pengembangan Industri Bahan Bangunan dan Peralatan .......................................................................................................... 156

iv
DAFTAR ISI

BAB 3 INOVASI UNTUK KONSOLIDASI KONSTRUKSI INDONESIA


Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional....................................................................................................... 176
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas............................................................................................... 192
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi ............................................................................................................ 199
Keunggulan Material dan Peralatan Konstruksi ................................................................................................ 213
Dispute Board, Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi .................................................................... 223
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional .............................................................................. 245

Bab 4 PRAKTIK KONSOLIDASI KONSTRUKSI INDONESIA


Pembelajaran Ekspor Konstruksi ke Aljazair ....................................................................................................... 254
Pembelajaran Ekspor Konstruksi ke Timor Leste ............................................................................................... 268
Karakteristik Proyek di Luar Negeri ........................................................................................................................ 280
Pembelajaran dari Pengembangan Beton Pracetak di Luar Negeri .......................................................... 285
Kemitraan Penyelenggaraan Jalan Tol Bali Mandara ....................................................................................... 301
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu ................................................................................ 316

BAB 5 PENUTUP .......................................................................................................................................................... 328

Cover :
www.worldpropertyjournal.com

v KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
SAMBUTAN

Konsolidasi Industri
Konstruksi Indonesia
Guna Memenangkan Pasar Konstruksi Asean dan Global

Tanpa industri konstruksi, maka pembangunan infrastruktur tidak akan terjadi.


Hanya industri inilah yang menghasilkan infrastruktur. Industri konstruksi
adalah kegiatan ekonomi produksi yang mengolah bahan alam seperti pasir,
batu, dan kayu atau bahan pabrikan seperti baja, semen, aspal menjadi suatu
bangunan, baik disebut infrastruktur maupun properti. Industri konstruksi
tidak hanya melibatkan konsultan dan kontraktor tetapi seluruh gugus (tiers)
dari rantai pasok konstruksi. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana industri konstruksi dengan seluruh pelakunya mampu menghasilkan
infrastruktur secara efisien, efektif dan cost-effectiveness serta menjamin
produknya berkualitas, bermanfaat dan berkelanjutan.

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun


infrastruktur besar-besaran hingga 2045 dan akan menjadi
bagian dari pasar tunggal ASEAN 2015, perlu terus menerus
membina, mengembangkan, dan menstranformasi
industri konstruksinya menjadi unggul dan mandiri serta
mampu bersaing dengan industri konstruksi dari negara-
negara lain. Konsolidasi nasional seluruh pemangku
kepentingan khususnya pemerintah baik pusat maupun
daerah, para pelaku usaha di sektor konstruksi dan
masyarakat lainnya sangat diperlukan untuk menghasilkan
harmonisasi berbagai elemen dalam industri konstruksi
nasional sebagai prasyarat lahirnya Indonesia Incorporated.

Dalam rangka meadvokasi konsolidasi nasional di


sektor konstruksi, saya menyambut baik kehadiran buku
Konstruksi Indonesia 2014 ini. Saya berharap substansi
dari buku ini mampu menggugah kesadaran bersama
untuk melahirkan visi bersama (share vision) bagaimana
mengembangkan industri konstruksi nasional agar
memiliki kapasitas, kapabilitas dan daya saing yang tinggi.
Saya yakin, konsolidasi nasional hanya bisa dilakukan jika
terjadi harmonisasi peraturan perundangan, penataan

vi
SAMBUTAN

sistem kelembagaan, kebijakan memihak (affirmative policy) serta kepemimpinan (leadership) yang
kuat. Sekali lagi saya berharap buku Konstruksi Indonesia 2014 bersama buku Konstruksi Indonesia
sebelumnya harus dijadikan referensi dalam penyusunan kebijakan dan strategi dalam pembinaan
dan pengembangan industri konstruksi nasional. Disamping itu, semua buku Konstruksi Indonesia
perlu secara terus menerus dimutakhirkan, kemudian didesiminasikan atau disebar-luaskan kepada
seluruh pemangku kepentingan agar memiliki manfaat yang besar bagi terbangunnya industri
konstruksi yang competitive.

Demikian sambutan pengantar ini, semoga Tuhan YME selalu memberi petunjuk dan ridho-Nya
kepada semua pemangku kepentingan industri konstruksi agar industri konstruksi Indonesia semakin
lebih baik, unggul dan mandiri.

Jakarta, 10 Oktober 2014



Menteri Pekerjaan Umum

DR (HC). Ir. Djoko Kirmanto, Dipl. HE

vii KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
SAMBUTAN
kata pengantar

Buku Konstruksi Indonesia 2014 ini diterbitkan sebagai bagian dari agenda
tahunan Konstruksi Indonesia. Buku ini merupakan seri kesembilan dari
penyusunan Buku Konstruksi Indonesia sejak tahun 2005 dan lanjutan dari buku
trilogi sumber daya investasi yang meliputi investasi infrastruktur, material dan
peralatan, serta pasar dan daya saing. Dalam buku ini, industri konstruksi bukan
industri bahan bangunan, tetapi industri konstruksi adalah kegiatan ekonomi
produksi yang mengolah bahan alam dan atau bahan pabrikan menjadi
suatu produk bangunan berupa infrastruktur maupun properti melalui sistem
penyelenggaraan rancang bangun dan perekayasaan serta metoda penyerahan
tertentu (Suraji, 2012). Industri konstruksi memiliki struktur rantai pasok secara
horisontal mulai dari gugus 1 yang terdiri dari konsultan (manajemen proyek,
arsitek, insinyur, quantity surveyor, dan lain-lain) dan kontraktor utama, gugus 2
(subkontraktor), gugus 3 (supplier/vendor), gugus 4 (distributor), dan gugus 5
(pabrikator).

SELANJUTNYA, istilah Konstruksi Indonesia dikonsepsikan sebagai representasi dari


obyek (produk konstruksi – infrastruktur dan properti), bisnis (sistem dan proses
penyelenggaraan konstruksi) dan pelaku (penyelenggara dan pelaku usaha) yang
bergerak pada tingkat mikro, meso, dan makro dalam ranah domestik maupun global
serta terkait dengan beragam pemangku kepentingan (stakeholders: pemerintahan
dan komponen masyarakat) yang berada dalam suatu sistem dengan elemen-elemen
nilai-nilai dan prinsip-prinsip, infrastruktur legal, pasar konstruksi, kapasitas industri
konstruksi, dan faktor-faktor pendukung (Konstruksi Indonesia 2030, Suraji et al,
2007).

Buku ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan pengetahuan tentang konsepsi,


inovasi dan praktek harmonisasi dan konsolidasi konstruksi. Tema dan substansi buku
ini disesuaikan dengan tema Konstruksi Indonesia 2014: “HARMONISASI KONSTRUKSI
INDONESIA UNTUK MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN”. Tema
ini memberi makna bahwa harmonisasi seluruh aspek baik pelaku (people), proses
(process), dan produk (product) dari industri konstruksi menjadi strategi utama
dalam menghadapi dan memenangkan keberhasilan pembangunan infrastruktur
dan properti di era masyarakat ekonomi ASEAN. Berdasarkan tema tersebut, buku
ini diberi tema “KONSOLIDASI KONSTRUKSI INDONESIA GUNA MEMANFAATKAN
PELUANG PASAR ASEAN DAN GLOBAL”. Tema buku ini dimaksudkan untuk menunjukan

viii
kata pengantar
SAMBUTAN

bahwa konsolidasi merupakan sasaran dari strategi mengharmonisasikan berbagai kebijakan dan
implementasi yang dilakukan secara vertikal oleh/antar Pemerintah, Pemerintah Daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota), secara horisontal oleh/antar Kementerian/Lembaga/Institusi, sampai dengan
secara diagonal oleh antar pelaku usaha dalam sistem industri konstruksi serta masyarakat pengguna
dan pemanfaat produk konstruksi (infrastruktur atau properti).

Buku ini terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu: (i) konsepsi dalam konsolidasi konstruksi Indonesia;
(ii) inovasi untuk konsolidasi konstruksi; dan (iii) praktik konsolidasi konstruksi. Bagian pendahuluan
buku ini menjelaskan tentang filosofi (state of the art) tantangan konsolidasi, kesiagaan konstruksi
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, kerangka harmonisasi dan arah kebijakan
konsolidasi serta prasyarat memenangkan persaingan. Selanjutnya, bagian pertama membahas
konsepsi konsolidasi yang mencakup pembahasan tentang MEA 2015, pasar tunggal Asean, dan
konsep keunggulan yang meliputi: peran sektor konstruksi dalam pembangunan, sumber daya
manusia kontruksi, pelaku usaha, serta industri pendukung utama. Bagian kedua mengupas inovasi
konsolidasi yang mencakup bahasan tentang Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional, Strategi
Keunggulan Pelaku Usaha Konstruksi, Strategi Keunggulan Material dan Peralatan Konstruksi, Sistem
Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional, serta Dispute Resolution Board dalam Sengketa
Kontrak Konstruksi. Kemudian, bagian ketiga dari buku ini mendiskusikan tentang praktik konsolidasi
konstruksi yang mencakup bahasan tentang Pembelajaran Ekspor Konstruksi ke Aljazair, Uni Arab
Emirate, Saudi Arabia, Qatar, Timor Leste, Pembelajaran Industri Beton Pracetak di Luar Negeri,
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara, dan Kemitraan Penyelenggaraan
Bandara Kualanamu.

Tulisan yang terangkum dalam buku Konstruksi Indonesia 2014 ini berasal dari kontribusi Kementerian,
Lembaga dan Institusi serta individu pemangku kepentingan infrastruktur dan pembinaan konstruksi.
Tulisan-tulisan tersebut bersifat ilmiah populer sehingga diharapkan menjadi referensi oleh berbagai
lapisan masyarakat. Selanjutnya, buku ini dapat diterbitkan atas partisipasi semua pihak, khususnya
atas arahan Ir. Hediyanto W Husaini, MSCE, M.Si – Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dan Ketua
Panitia Konstruksi Indonesia 2014. Terima kasih disampaikan kepada Ir. Akhmad Suraji, MT., PhD yang
telah membantu menyusun kerangka dan rancangan dari substansi buku ini. Terima kasih kepada
para kontributor tulisan serta berbagai pihak yang telah membantu dan memfasilitasi penyusunan
buku ini. Tentu saja penyusunan buku ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kritik dan saran para
pembaca akan sangat bermanfaat untuk penyusunan buku Konstruksi Indonesia pada masa datang.

Semoga buku ini menjadi sumber pengetahuan bagi seluruh pemangku kepentingan
penyelenggaraan infrastruktur dan sektor konstruksi nasional dan masyarakat umum lainnya dalam
kerangka membangun keunggulan dan kemandirian bangsa dalam menyelenggarakan infrastruktur
yang menghasilkan kenyamanan lingkungan terbangun, sehingga memberikan nilai tambah bagi
kesejahteraan, kedaulatan, dan keperadaban bangsa serta sebagai refleksi kecintaan kepada tanah
air Indonesia.

TIM PENYUSUN BUKU KONSTRUKSI INDONESIA 2014

ix KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
SAMBUTAN

x
SAMBUTAN

BAB. 1
BAB 1
Pendahuluan

1
1
KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA
GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Tantangan Pembinaan Dan


Pengembangan Jasa Konstruksi
Nasional Dan Daerah
Rizal Z. Tamin

Sektor konstruksi memainkan peran penting dalam pembangunan nasional.


Pada tahun 2013, ia memberikan kontribusi 9.99% pada pembentukan PDB,
tumbuh 6,6%/tahun - lebih tinggi dari pertumbuhan PDB (5,8%/tahun) - dan
menyerap 5,2% dari total angkatan kerja yang berjumlah 120,2 juta. Selain
sebagai kegiatan perekonomian, sektor konstruksi yang berfungsi menyediakan
infrastruktur fisik pembangunan juga menjadi prasyarat dan pendorong
pertumbuhan sektor perekonomian lain. Tanpa tersedianya infrastruktur
seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, irigasi, bendungan, listrik, dan
telekomunikasi mustahil produk nasional dapat bernilai tambah tinggi, dan
bersaing dengan produk negara-negara lain. Infrastruktur juga berperan penting
dalam peningkatan mutu kemuliaan kehidupan masyarakat.

1. Pendahuluan
Keamanan, kesehatan, kesejahteraan, kegiatan perekonomian dan
interaksi sosial masyarakat memerlukan dukungan infrastruktur yang
berkualitas. Laporan National Science Foundation mengenai sistem
infrastruktur sipil pada tahun 1994 (National Science Foundation, 1994)
bahkan menyatakan “A civilization’s rise and fall is linked to its ability to
feed and shelter its people and defend itself. These capabilities depend
on infrastructure - the underlying, often hidden foundation of a society’s
wealth and quality of life”.

Dari tinjauan anggaran, investasi infrastruktur dinilai kurang untuk dapat


mendukung pertumbuhan perekonomian nasional. Pada tahun 2013
anggaran infrastruktur berjumlah lebih kurang 4,5% (atau Rp. 410 T) dari
PDB Nasional yang mencapai Rp. 9.084 T. Anggaran ini bersumber dari
pemerintah lebih kurang 70% dan swasta 30%. Anggaran pemerintah
terdiri atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN),
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi, Kabupaten,
dan Kota, Investasi BUMN dan BUMD, serta Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) dalam pembangunan infrastruktur publik.

2
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Keterbatasan infrastruktur dinyatakan Beban terbesar biaya logistik tersebut di


sebagai penghambat utama investasi dalam atas berasal dari biaya transportasi 11,6%,
dan luar negeri, disamping kepastian hukum, diikuti dengan biaya persediaan 8,8%, dan
peraturan perundang-undangan tenaga biaya administrasi 4,3%. Ke depan secara
kerja, penguasaan teknologi dan inovasi. sistematis perlu dilakukan perbaikan
Pada tahun 2013/2014, Indeks Daya Saing sistem transportasi untuk mengatasinya.
Global Indonesia berada pada urutan ke-38 Tinjauan lebih mendalam kinerja logistik
dari 139 negara dengan nilai 4,53 dari skala nasional dapat dilakukan dengan melihat
7. Kita tertinggal dari Negara tetangga walau perkembangan logistic performance index
masih lebih baik dari Vietnam dan Filipina (LPI). LPI adalah peringkat logistik negara
(lihat Tabel 1). berdasarkan 6 (enam) parameter, yaitu:
Dari 12 parameter indeks daya saing 1. Efisiensi proses pemeriksaan
global, parameter technological readinesss, (kecepatan, kesederhanaan, dan
innovation, labor market readiness, ketepatan perkiraan waktu) petugas
institutions, dan infrastructure merupakan pabean termasuk pajak.
parameter dengan nilai terendah (lihat 2. Kualitas infrastruktur (pelabuhan, kereta
Gambar 1). api, jalan, termasuk sistem informasi).

Tabel 1: Perkembangan Global Competitiveness Index (GCI)–


Negara ASEAN dan Tiongkok, 2009-2014

GCI 2009/10 GCI 2010/11 GCI 2011/12 GCI 2012/13 GCI 2013/14
Country
Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score

Singapore 3 5.55 3 5.48 2 5.63 2 5.67 2 5.61


Malaysia 24 4.87 26 4.88 21 5.08 25 5.06 24 5.03
China 29 4.74 27 4.84 26 4.90 29 4.83 29 4.84
Thailand 36 4.56 38 4.51 39 4.52 38 4.52 37 4.54
Indonesia 54 4.26 44 4.43 46 4.38 50 4.40 38 4.53
Vietnam 75 4.03 59 4.27 65 4.24 75 4.11 70 4.18
Philippines 87 3.90 85 3.96 75 4.08 65 4.23 59 4.29
Catatan: Peringkat dari 139 negara; Score 1-7 Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report (2014)

Parameter lain yang berhubungan dengan 3. Kemudahan dan biaya pengapalan


infrastruktur yang dapat digunakan untuk yang kompetitif.
menunjukan daya saing produk nasional 4. Kompetensi dan mutu pelayanan logis­tik
adalah biaya logistik. Pada tahun 2011 biaya (operator transportasi, petugas pabean,
logistik nasional mencapai 24,5% dari PDB, agen, dll.)
jauh tertinggal dari negara-negara maju 5. Kemampuan tracing dan tracking
seperti Malaysia 15%, Korea Selatan 16,3%, barang.
Jepang 10,6%, USA 9,9% dan negara-negara 6. Ketepatan waktu penjadwalan dan
Eropa yang berkisar antara 8-11%. Dalam pendistribusian barang.
kondisi ini sangat sulit mengharapkan
produk nasional ber­ saing dengan produk Perkembangan LPI Indonesia, negara
negara lain walau­ pun kita mempunyai ASEAN, dan Tiongkok dari tahun 2007
keunggulan komparatif. sampai dengan tahun 2014 diberikan

3 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Gambar 1: Indeks Daya Saing Global Indonesia Tahun 2104


Sumber: World Economic Forum, Global Competitiveness Report (2014)

dalam Tabel 2. Dalam kurun waktu 7 tahun Selain keterbatasan infrastruktur di atas,
Indonesia belum mengalami kemajuan jasa konstruksi juga berada dalam kondisi
yang berarti, dan berada pada urutan 53 yang kurang menggembirakan. Secara
dari 160 negara dengan nilai 3,08 dari skala umum dapat dikatakan produktivitas
5 pada tahun 2014. Dapat dilihat bahwa dan mutu konstruksi masih terbatas.
secara umum kita tertinggal dari negara- Kerusakan jalan sering terjadi dalam umur
negara ASEAN, dan hanya lebih baik dari rencana. Runtuhnya Situ Gintung (2009),
negara Filipina. Jembatan Kutai Kartanegara (2011), dan
amblesnya Jembatan Comal dan Ciamis
Nilai ke enam parameter LPI Indonesia (2014) dapat menjadi contoh lain dari
dapat dilihat pada Gambar 2. Infrastruktur kegagalan bangunan. Selain itu, kecelakaan
kembali termasuk diantara parameter kerja tercatat tinggi dan daya saing pelaku
dengan nilai terendah. konstruksi baik tenaga terampil, dan tenaga
ahli, badan usaha kontraktor dan konsultan,

Tabel 2: Perkembangan Logistic Performance Index (LPI)


Negara-negara ASEAN dan Tiongkok, 2007-2014

LPI 2007 LPI 2010 LPI 2012 LPI 2014


No Country
Rank Score Rank Score Rank Score Rank Score

1 Singapore 1 4,19 2 4,09 1 4,13 5 4,00


2 Malaysia 27 3,48 29 3,44 29 3,49 25 3,59
3 China 30 3,32 27 3,49 26 3,52 28 3,53
4 Thailand 31 3,31 35 3,29 38 3,18 35 3,43
5 Indonesia 43 3,01 75 2,76 59 2,94 53 3,08
6 Vietnam 53 2,89 53 2,96 53 3,00 48 3,15
7 Philippines 65 2,69 44 3,14 52 3,02 57 3,00
Catatan: Rangking dari 160 negara, Score 1 – 5 Sumber: World Bank, Logistic Performance Index Report (2014)

4
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

maupun sektor konstruksi masih rendah. lembaga baik dari tinjauan horizontal
Keterbatasan ini terjadi secara merata di antara pembinaan dan pengembangan
seluruh wilayah tanah air, sementara di maupun dari tinjauan vertikal antara
pihak lain tantangan semakin besar. Selain institusi pusat, provinsi, dan kabupaten/
meningkatnya kebutuhan pembangunan kota. Evaluasi perlu dilakukan dan persektif
infrastruktur dari tahun ke tahun, kita juga pembinaan dan pengembangan kedepan
segera menghadapi Masyarakat Ekonomi perlu dirumuskan dan disepakati untuk
ASEAN Pasca 2015. mengejar ketertinggalan yang semakin
melebar dengan Negara lain. Melengkapi
Undang-Undang (UU) 18, 1999 tentang usaha yang sudah dilakukan selama ini
Jasa Konstruksi merupakan landasan melalui program dan anggaran yang telah
pengembangan jasa konstruksi Indonesia. dirancang dengan baik, pendekatan sistem
Dalam UU tersebut dinyatakan, Pemerintah perlu ditambahkan untuk meningkatkan
dalam hal ini diwakili oleh Badan Pembinaan kontribusi seluruh pihak secara sinergis,
Konstruksi (BP Konstruksi), Kementerian terintegrasi, dan berkelanjutan.
Pekerjaan Umum (PU) berfungsi sebagai
Pembina dan Lembaga Pengembangan Jasa 2. KONDISI DAN TANTANGAN JASA
Konstruksi Nasional (LPJKN) – suatu institusi KONSTRUKSI
perwujudan peran masyarakat – berfungsi Daya saing kontraktor nasional pada
sebagai pengembang jasa konstruksi. umumnya rendah. Kontraktor besar dan
Sejalan dengan otonomi daerah, sebagian bermutu sebagian besar merupakan Badan
tugas pembinaan dapat dilimpahkan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak
baik dalam bentuk desentralisasi maupun perusahannya yang berdomisili di Jakarta,
dalam bentuk dekonsentrasi dan tugas Pulau Jawa, dan ibukota propinsi lainnya.
pembantuan kepada Pemerintah Hanya beberapa di antara mereka yang
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah berhasil menembus pasar konstruksi luar
Kabupaten/Kota. Pemerintah Daerah negeri dan memanfaatkan peluang usaha
Provinsi dalam hal ini akan diwakili oleh Tim seperti di Malaysia dan Timur Tengah. Selain
Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) Provinsi, itu, sedikit pula tenaga kerja terampil yang
sementara Pemerintah Daerah Kabupaten/ dapat memanfaatkan lapangan kerja yang
Kota oleh TPJK Kabupaten/Kota. Demikian terbuka lebar di Timur Tengah dan negara-
juga, di Provinsi dibentuk pula Lembaga negara ASEAN. Pada saat ini terdapat cukup
Pengembangan Jasa Konstruksi Provinsi banyak tenaga kerja terampil Indonesia
(LPJKP). di Malaysia, namun sistem sertifikasi
mereka yang belum ditangani dengan
Melihat banyaknya pihak yang terlibat, baik menjadikan pendapatan mereka tidak
Jasa Konstruksi sejogyanya merupakan sebanding dengan yang diterima oleh
suatu sistem dan dalam sistem tersebut rekan kerja mereka orang Malaysia.
Pemerintah sebagai pembina dan Lembaga
sebagai pengembang merupakan dua Umumnya kontraktor besar nasional
unsur utama. Pada saat ini kegiatan belum menerapkan rantai pasok untuk
pembinaan dan pengembangan baik di meningkatkan daya saingnya, kecuali
tingkat nasional maupun di tingkat Provinsi kontraktor-kontraktor rancang bangun di
dan Kabupaten/Kota dirasakan belum sektor energi dan sumber daya mineral.
maksimal. Terjadi ketidak-jelasan dan Beberapa kontraktor BUMN mulai
tumpang tindih fungsi dan tugas kedua mencoba, namun dengan mendirikan anak

5 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

perusahaan sendiri, bukan dengan sub- yang telah disertifikasi. Diperlukan strategi
kontraktor spesialis lain, yang bervariasi dan upaya besar untuk meningkatkan
dan kaya dengan nilai-nilai baru. kapasitas sertifikasi tenaga konstruksi
terampil dan peningkatan mutu tenaga
Konsep kemitraan belum diterapkan secara konstruksi tidak terampil di masa yang akan
luas, baik antara kontrak besar, menengah, datang.
dan kecil maupun antara kontraktor pusat
dan daerah. Joint operation dan joint venture Selain banyaknya infrastruktur yang harus
baru dilaksanakan untuk memenuhi dibangun, jasa konstruksi nasional akan
ketentuan kontrak jika disyaratkan bagi mengalami tantangan kompetisi dengan
badan usaha asing. Demikian pula konsep diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN
kemitraan antara pemilik, kontraktor, dan (MEA) Pasca 2015, di mana produk, jasa,
konsultan untuk mengantisipasi hal-hal tak dan tenaga terampil termasuk tenaga
terduga yang lazim terjadi pada konstruksi ahli akan bebas melintas di antara negara
teknik sipil masih menghadapi tantangan ASEAN. Di masa yang akan datang, terdapat
implementasi dari pihak-pihak yang kecenderungan kerjasama regional akan
melakukan audit. menggantikan kerja sama multi lateral
dengan pertimbangan bahwa penyatuan
Ketimpangan peran juga terjadi, karena kawasan produksi dan pasar akan
rantai suplai konstruksi belum terwujud. meningkatkan daya saing kawasan melalui
Pada tahun 2013, terdapat lebih kurang peningkatan bukan saja produktivitas
128.570 kontraktor nasional (BPS, 2014) di dan efisiensi tetapi juga kreativitas dan
mana sekitar 2.433 atau 2% diantaranya inovasi. Untuk sektor konstruksi, MEA 2015
adalah kontraktor besar dan 17.511 atau berdampak di satu pihak semakin luasnya
14% adalah kontraktor menengah yang potensi sumber daya dan pasar konstruksi
keduanya menguasai 80% pasar konstruksi, dan di lain pihak masuknya produk, jasa
serta 108.625 atau 84% kontraktor kecil yang dan tenaga terampil asing. Jika kita siap,
memperebutkan 20% pasar konstruksi. MEA Pasca 2015 merupakan peluang untuk
Kontraktor spesialis jumlahnya sangat meningkatkan daya saing sektor konstruksi
kecil atau hampir tidak ada. Di negara melalui peningkatan mutu produk dan jasa
maju dengan daya saing konstruksi tinggi dalam negeri, namun sebaliknya jika kita
seperti Jepang, Inggris, dan Amerika jumlah tidak siap, kita hanya menjadi pasar bagi
kontraktor spesialis ini besar, mencapai 59- produk, jasa, dan tenaga terampil negara
72% (B.H. Lambert et.al, 1996). tetangga.

Kondisi tenaga terampil konstruksi tidak Untuk meningkatkan daya saing jasa
kurang memprihatinkan. Dari 6,2 juta konstruksi, terdapat paling tidak 4 (empat)
tenaga kerja konstruksi terdapat lebih konsep pengaturan UU 18, 1999 yang
kurang 3,8 juta atau 60% tenaga tidak memerlukan pembahasan. Yang pertama
terampil dan 1,8 juta atau 30% tenaga pengaturan bisnis konstruksi yang disatukan
terampil, sisanya merupakan tenaga ahli dengan pengaturan tenaga ahli. UU 18,
(LPJKN, 2014). Berbeda dengan industri 1999 tentang Jasa Konstruksi merupakan
manufaktur peran tenaga terampil UU yang mengatur bisnis konstruksi. UU ini
(tukang) sangat besar untuk menghasilkan menjadi landasan untuk mengatur pelaku
konstruksi yang bermutu. Pada saat ini bisnis konstruksi yang mencakup antara lain
diperkirakan baru 15% dari tenaga terampil kontraktor dan tenaga terampil berdasarkan

6
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

nilai dan etika bisnis. Tenaga ahli dan 2010 yang menggantikan PP 28, 2000 dan
konsultan sementara itu merupakan domain selanjutnya turunan penyempurnaannya,
lain yaitu dunia profesi, berlandaskan menjadi klasifikasi lapangan usaha jasa
nilai dan etika profesi, yang berdasarkan pelaksanaan konstruksi yang merujuk
kebiasaan internasional diatur dalam satu kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
UU profesi. Dengan demikian, insinyur dan Indonesia (KBLI).
konsultan (kelompok tenaga ahli) bukanlah
entitas usaha yang tujuannya mencari Yang ketiga adalah ketentuan UU 18, 1999
keuntungan, tetapi merupakan profesi yang yang menyatakan LPJKN sebagai lembaga
fungsinya melayani masyarakat, bangsa, dan yang independen dan mandiri untuk
negara. Terdapat perbedaan yang sangat menyelenggarakan peran masyarakat
mendasar antara Tenaga Ahli dan Tenaga dalam pengembangan jasa konstruksi.
Terampil (lihat Tabel 3). Karena posisinya Ketentuan ini dalam PP 28, 2000
yang sangat terhormat, sama seperti selanjutnya diterjemahkan menjadi suatu
dokter, pendapatan insinyur dalam bentuk institusi di luar pemerintah, didirikan oleh
renumerasi umumnya diproteksi oleh negara masyarakat, mempunyai Anggaran Dasar
bersama dengan asosiasi profesi terkait, (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART)
bukan merupakan bagian dari produk yang sendiri, dan dalam hal dana operasional
dihasilkan atau bagian dari keuntungan harus dapat mandiri tanpa bergantung
kontraktor. Pada saat ini telah terbit UU No. kepada pemerintah. Terdapat perbedaan
11, tahun 2014 tentang Keinsinyuran yang pandang dalam mengartikan independen
akan menjadi landasan bagi pengembangan dan mandiri. Di berbagai negara kondisi
profesi insinyur. independen diartikan tidak dicampuri oleh

Tabel 3: Karakteristik Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil

No Parameter Tenaga Ahli Tenaga Ahli

1 Output Kecendikiawanan Keterampilan


2 Proses Pembelajaran Pendidikan Pelatihan
3 Legal Liability Liable Tidak liable
4 Bakuan Kompeteni Prefessional related Job related
5 Uji Kompetensi Peer to peer assessment Uji Keterampilan
6 Organisasi Asosiasi profesi Serikat Kerja
Sumber: Istianto Oerip (2014)

Yang kedua adalah pengaturan klasifikasi pemerintah dalam pelaksanaan fungsi


bidang atau lapangan usaha jasa konstruksi dan tugasnya. Di Singapura dan Malaysia
– yang – dalam UU 18, 1999 tentang Jasa sebagai contoh, lembaga serupa tetap
Konstruksi dan Peraturan Pemerintah didirikan oleh pemerintah, anggotanya
(PP) 28, 2000 tentang Usaha dan Peran diangkat dan diberhentikan oleh
Masyarakat Jasa Konstruksi – ditetapkan pimpinan pemerintahan atau Menteri, dan
mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, anggarannya disediakan oleh pemerintah.
mekanikal, elektrikal, dan lingkungan Ketentuan ini telah diubah melalui PP 04,
(ASMET). Klasifikasi ini lebih tepat untuk Jasa 2010, yang menetapkan kepengurusan
Perencanaan dan Pengawasan Konstruksi. LPJKN dikukuhkan oleh Menteri dan LPJKP
Ketentuan ini telah diubah melalui PP 04, oleh Gubernur, serta tata cara pemilihan

7 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

pengurus, masa bakti, tugas pokok dan dengan LPJKN/LPJKP, dan (3) konsep
fungsi, serta mekanisme kerja diatur dalam sertifikasi, registrasi, dan lisensi badan
peraturan menteri. Selain itu ditetapkan usaha pelaksana konstruksi dan tenaga
pula bahwa pemerintah memberikan terampil di satu pihak, dan tenaga ahli dan
dukungan pendanaan untuk kegiatan konsultan di lain pihak.
kesekretariatan lembaga, namun kemudian
keberadaan sekretariat lembaga di batalkan Jasa konstruksi merupakan kegiatan yang
oleh Mahkamah Konstitusi. Hal ini masih terfragmentasi atau berpotensi besar
menyisakan permasalahan bagaimana mengalami ketidak-sinkronan kebijakan
pemerintah dan pemerintah daerah dapat dan tindakan antara pihak-pihak yang
memberikan dukungan pendanaan kepada terlibat, dan ini paling tidak dalam 6 (enam)
LPJKN dan LPJKP. dimensi. Yang pertama fragmentasi vertical,
yaitu rantai pasok mulai dari manufaktur
Yang keempat adalah pemberian secara tidak pembuat material, distributor, supplier,
langsung kewenangan sertifikasi badan usaha kontraktor spesialis, sub-kontraktor sampai
dan tenaga kerja konstruksi kepada asosiasi kontraktor. Yang kedua fragmentasi
perusahaan dan asosiasi profesi. PP 28, 2000 horizontal dalam bentuk siklus proyek, dari
menetapkan bahwa sertifikasi badan usaha adanya kebutuhan, gagasan, perencanaan
dan tenaga kerja konstruksi dapat dilakukan konseptual, pra-studi kelayakan, studi
oleh asosiasi badan usaha, asosiasi profesi kelayakan, analisa mengenai dampak
atau institusi pendidikan dan pelatihan yang lingkungan (AMDAL), rencana kelola dan
telah mendapat akreditasi lembaga, LPJKN/ rencana pemantauan lingkungan (RKL/
LPJKP selanjutnya melakukan registrasi RPL), basic design, perencanaan detail,
terhadap sertifikat badan usaha dan sertifikat pengadaaan, pelaksanaan konstruksi,
tenaga kerja yang diterbitkan oleh asosiasi. penyerahan pekerjaan, operasi,
Proses sertifikasi dan registrasi sesungguhnya pemeliharaan, rehabilitasi, sampai dengan
merupakan suatu kewenangan publik, penghapusan. Yang ketiga fragmentasi
yang seharusnya dilakukan oleh institusi manajemen proyek antara pemilik proyek
pemerintah, bukan oleh suatu organisasi (owner), kontraktor, dan konsultan supervisi.
masyarakat. Ketentuan ini telah diperbaiki Yang keempat adanya segmentasi atas
melalui PP 04, 2010 yang menetapkan bahwa pilihan sistem penyelenggaraan proyek
registrasi tenaga kerja konstruksi dilakukan (project delivery system) mulai dari
oleh Unit Sertifikasi Tenaga Kerja (USTK) yang tradisional DBB (design build, built)
Nasional dan Provinsi yang dibentuk oleh sampai kombinasi sistem peyelenggaraan
LPJKN dan LPJKP. Demikian juga registrasi proyek terintegrasi, seperti Engineering,
badan usaha dilakukan oleh Unit Sertifikasi Procurement Contruction (EPC), Turn Key,
Badan Usaha (USBU) Nasional dan Provinsi Design Build (DB), Performance Based
yang dibentuk oleh LPJKN dan LPJKP. Contract (PBC), dan Kerjasama Pemerintah
Swasta (KPS) dalam penyelenggaraan
Selain pendanaan LPJKN dan LPJKP, infrastruktur publik. Yang kelima
permasalahan masih tersisa paling tidak fragmentasi antar kementerian dan instansi
dalam 3 (tiga) aspek yaitu: (1) pemahaman pemerintah sebagai Pembina Konstruksi
utuh mengenai sistem jasa konstruksi, (2) yaitu Kementerian PU, Kementerian
pengaturan fungsi pembinaan pemerintah, Perhubungan, Kementerian Energi dan
pemerintah provinsi, dan pemerintah Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian
kabupaten/kota termasuk hubungannya Perumahan Rakyat, Lembaga Kebijakan

8
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dengan sendirinya, tetapi dibangun atas


(LKPP). Yang terakhir, keenam, segmentasi konsep, prinsip, dan tata nilai tertentu.
antar pemerintahan yaitu pemerintah, Tata nilai yang melandasi stakeholders jasa
pemerintah propinsi, pemerintah konstruksi mencakup hak azasi manusia dan
kabupaten/kota, dan kelak pemerintahan demokrasi, identitas yang kuat, bermutu,
desa, dengan belanja modal dan anggaran dengan etika yang tinggi, maksimum
investasinya yang meningkat. Kesemuanya partisipasi dan kontribusi, serta kreativitas
ini mengakibatkan terjadinya idle, delay, dan inovasi yang tinggi. Sementara
dan waste menjadikan jasa konstruksi susah itu, prinsip-prinsip interaksi mencakup
meningkatkan daya saingnya. transparency, accountability, responsibility,
independency, fairness, dan manfaat.
Sesungguhnya jasa konstruksi merupakan Berdasarkan sistem nilai dan prinsip di atas
sistem dengan banyak pemangku dibangun basic concept jasa konstruksi,
kepentingan (stakeholders). Konsep yaitu jasa konstruksi yang membangun
membangun jasa konstruksi adalah kekuatan masyarakat (swasta) dengan
membangun kemampuan seluruh dukungan seluruh stakeholders, namun
masyarakat (stakeholders) dan terutama pemerintah tetap menjadi penanggung-
memberdayakan pelaku swasta, bukan jawab. Model ini dikenal sebagai model
bertumpu pada membangun kekuatan good governance.
pemerintah saja. Dengan demikian semua
pihak perlu memahami dan menyepakati Sistem Jasa Konstruksi Nasional
sistem jasa konstruksi. Sistem jasa konstruksi nasional diberikan
dalam Gambar 3. Pemerintah dalam
3. KONSEP DAN SISTEM JASA KONSTRUKSI hal ini diwakili oleh Kementerian
INDONESIA PU bertindak sebagai regulator dan
Sistem dapat digambarkan melalui fasilitator. Dalam UU 18, 1999 disebutkan
komponen sub-sistem yang saling Pemerintah melakukan pembinaan jasa
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan konstruksi dalam bentuk pengaturan,
tertentu. Sistem umumnya tidak terbentuk pemberdayaan, dan pengawasan. Fungsi

LKPP HUB esdm perumahan

penguna jasa
pemerintahan:
PU (BPKonstruksi)
dana pemerintah/ Buffer
swasta kementerian Body
(APBN) (lpjkn)
good
goverance
procurement

Masyarakat profesional
penyedia jasa
bumn. bumd,
pt-swasta Asosiasi Asosiasi
Perumahan Profesi PT LSM

Gambar 3: Sistem Jasa Konstruksi Nasional

9 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Pembina sesungguhnya mengandung LPJKN. Konsep ini dipandang tepat, jika


makna penanggungjawab jasa konstruksi, lembaga diposisikan sebagai badan semi
dan ini sejalan dengan kewenangannya pemerintah yang membantu dan didanai
untuk membuat peraturan perundangan- pemerintah untuk merumuskan kebijakan
undangan, untuk menggunakan anggaran pengembangan jasa konstruksi. Namun
Negara, serta tanggung-jawabnya set up awal lembaga sebagai lembaga
melindungi kepentingan masyarakat dan bukan pemerintah dengan kedudukan
menjamin kemajuan bangsa. yang terpisah serta fungsi dan tugas
tertentu lainnya menambah kompleksitas
Peran pengaturan dilakukan dengan penyelenggaraan jasa konstruksi di
menerbitkan peraturan perundang- Indonesia. Berdasarkan pertimbangan
undangan dalam bentuk peraturan ini, pemerintah melalui PP 04, 2010 telah
pemerintah, peraturan dan keputusan mengubah kedudukan lembaga.
Presiden, serta peraturan, keputusan,
dan surat edaran menteri. Peraturan Pelaksanaan tugas Kementerian PU selaku
perundang-undangan tersebut dapat Pembina jasa konstruksi tingkat nasional
mencakup kebijakan, rencana, rancangan dilakukan oleh BP Konstruksi. Sebagai
atau norma, standar, pedoman, dan penanggung jawab utama jasa konstruksi, BP
manual penyelenggaraan jasa konstruksi. Konstruksi juga bertugas untuk melaksanakan
Pemberdayaan dilakukan terhadap pelaku koordinasi dengan instansi lain yang terkait
usaha jasa konstruksi, baik pengguna dengan penyelenggaraan konstruksi seperti
maupun penyedia serta masyarakat untuk LKPP, Kementerian Perhubungan, Kementerian
menumbuhkan kesadaran akan hak, ESDM, dan Kementerian Perumahan
kewajiban, dan perannya dalam pelaksanaan Rakyat. Pada saat ini sangat dirasakan
konstruksi, sementara pengawasan kedudukan BP Konstruksi (Kementerian
dilakukan terhadap penyelenggaraan PU) tidak cukup diangkat untuk berwibawa
pekerjaan konstruksi untuk menjamin mengkoordinasikan jasa konstruksi di seluruh
terwujudnya ketertiban jasa konstruksi Indonesia.
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sementara itu, peran pembangunan atau
pelaksanaan konstruksi akan lebih banyak
PP 30, 2000 tentang Penyelenggaraan diberikan kepada swasta yang terdiri atas
Pembinaan Jasa Konstruksi menyebutkan kontraktor, konsultan, investor dengan
pihak yang harus dibina terdiri atas penyedia rantai pasoknya seperti kontraktor spesialis,
jasa, pengguna jasa, dan masyarakat. supplier, distributor, serta manufaktur
Walaupun tidak diuraikan secara rinci, peralatan dan material konstruksi. Konsep
pengertian masyarakat di sini haruslah yang memberdayakan pelaku swasta
dalam arti luas dan mencakup juga Asosiasi ini, mengenal kehadiran masyarakat
Profesi, Asosiasi Badan Usaha, Perguruan profesional yang dapat terdiri atas asosiasi
Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat profesi, asosiasi badan usaha, perguruan
(LSM) termasuk LPJKN dan Pembina Jasa tinggi, dan LSM sebagai kelompok yang
Konstruksi di tingkat Propinsi seperti dapat akan melakukan kontrol untuk menjamin
dilihat pada Gambar 3. terwujudnya tranparansi dan akuntabilitas
dalam interaksi antara pemerintah dan
PP 30, 2000 juga menyatakan bahwa swasta.
pembinaan dapat dilakukan bersama-sama

10
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Model good governance ini ditandai juga oleh Dalam UU 18, 1999 LPJKN bertugas untuk: (a)
keberadaan suatu lembaga semi pemerintah melakukan dan mendorong penelitian dan
yang independen dan mandiri – dalam pengembangan, (b) menyelenggarakan
hal ini LPJKN/LPJKP – yang beranggotakan pendidikan dan pelatihan, (c) melakukan
perwakilan pemerintah dan masyarakat registrasi tenaga kerja konstruksi (keahlian
profesional. Lembaga yang didanai oleh dan keterampilan), (d) melakukan registrasi
pemerintah dan anggotanya diangkat badan usaha, dan (e) mendorong dan
dan diberhentikan oleh pemerintah ini meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan
berfungsi memberikan masukan kepada penilai ahli di bidang jasa konstruksi. Dari
pemerintah dalam perumusan kebijakan antara tugas tersebut yang paling tepat
untuk mendorong peningkatan kapasitas sesuai fungsi dan efektivitas pelaksanaannya
pelaku swasta. Dalam perkembangannya adalah tugas sertifikasi dan registrasi tenaga
lembaga ini juga dapat berfungsi sebagai terampil dan badan usaha pelaksana jasa
pihak yang melakukan sertifikasi keahlian konstruksi, penelitian dan pengembangan,
dan keterampilan kerja, karena berdasarkan serta arbitrase mediasi, dan penilai ahli.
pengalaman internasional, untuk menghin- Sertifikasi dan registrasi tenaga ahli dan
dari konflik kepentingan, sertifikasi konsultan akan dilaksanakan oleh lembaga
sebaiknya tidak dilakukan langsung oleh semi pemerintah lain yaitu Dewan Insinyur.
instansi pemerintah. Tugas pelatihan dan pendidikan lebih
baik dilaksanakan oleh pemerintah dan
Untuk pertimbangan fleksibilitas pengatu- pemerintah daerah sehubungan dengan
ran kerja sama investasi, lembaga semi kepemilikan sumber daya dan pendanaan.
pemerintah ada juga yang berfungsi
sebagai contracting agency seperti halnya Sistem Jasa Konstruksi Provinsi dan
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Kabupaten/Kota
Badan Pendukung Pengembangan Sistem UU 18, 1999 dan PP 30, 2000 menyatakan
Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) di bahwa pembinaan jasa konstruksi
Kementerian PU, serta Badan Pelaksana merupakan tugas dan tanggung-
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi jawab pemerintah pusat, namun dapat
(BPMIGAS) sekarang Satuan Kerja Khusus dilimpahkan kepada pemerintah daerah.
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Secara lebih spesifik dinyatakan bahwa
dan Gas Bumi (SKK MIGAS) di Kementerian pembinaan terhadap pengguna jasa
ESDM. Peran lembaga semi pemerintah dan penyedia jasa diselenggarakan oleh
dapat meningkat dari waktu ke waktu Pemerintah Pusat, sementara pembinaan
sejalan dengan peningkatan kemampuan terhadap masyarakat diselenggarakan
swasta dan kematangan masyarakat. Pada oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
kondisi sangat ideal, yaitu jika swasta dan rangka pelaksanaan tugas otonomi daerah.
masyarakat sudah mampu mengatur Pelaksanaan tugas pembinaan yang bersifat
dirinya sendiri, kehadiran pemerintah tidak dekonsentrasi dan tugas pembantuan
diperlukan, kementerian atau instansi dibebankan kepada APBN, sementara yang
pemerintah dapat dihapuskan, dan lembaga merupakan pelaksanaan tugas otonomi
semi pemerintah sepenuhnya menjadi daerah dibebankan kepada APBD. Dapat
badan pengatur independen (independent dilihat di sini bahwa pembagian urusan
regulatory board). pembinaan antara pemerintah pusat dan
daerah ini agak kompleks dan kurang tegas.
Konsep yang diharapkan sebenarnya adalah

11 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

masing-masing Pembina bertanggung- dengan pelaksanaan tugas otonomi daerah,


jawab penuh atas pembinaan jasa dan kepada Pemerintah Provinsi dan
konstruksi di daerahnya masing-masing. Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan
Sementara itu, PP 28, 2000 menyatakan dapat menerbitkan Keputusan Kepala Daerah
bahwa lembaga jasa konstruksi didirikan di untuk menetapkan Unit Kerja Pembina Jasa
tingkat nasional dan tingkat daerah untuk Konstruksi disebut kemudian sebagai Tim
melaksanakan kegiatan pengembangan Pembina Jasa Konstruksi (TPJK) dengan
jasa konstruksi. susunan Ketua dijabat oleh Asisten Sekretaris
Daerah, Sekretaris dijabat oleh Kepala Dinas
Karena menyangkut pemerintahan PU, Sekretariat dari unsur Pemerintah Daerah,
daerah, implementasi pelimpahan diatur sementara keanggotaan diserahkan pada
berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Dalam kebijakan daerah.
Negeri (Mendagri) No. 601/476/SJ perihal
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Daerah. Dengan demikian, akan terbentuk Sistem
Dalam Surat Edaran tersebut dinyatakan Jasa Konstruksi Provinsi di 34 provinsi dan
bahwa Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Sistem Jasa Konstruksi Kabupaten/Kota di
Kabupaten/Kota mendapat amanat UU 511 Kabupaten/Kota diseluruh Indonesia
Jasa Konstruksi untuk menyelenggarakan (lihat Gambar 4 dan Gambar 5). Secara
pembinaan jasa konstruksi yang diselaraskan analogi TPJK Provinsi dan TPJK Kabupaten/

penguna jasa
pemda provinsi
dana pemda/ dinas (TPJK) Buffer
swasta provinsi (APBD) Body
(lpjkP)

procurement
good
goverance

Masyarakat profesional
bumn. bumd,
penyedia jasa pt-swasta Asosiasi Asosiasi
Perumahan Profesi PT LSM

Gambar 4: Sistem Jasa Konstruksi Provinsi

penguna jasa
pemda KAB/KOTA
dana pemda/ dinas (TPJK)
swasta provinsi (APBD)

procurement
good
goverance

Masyarakat profesional
bumn. bumd,
penyedia jasa pt-swasta Asosiasi Asosiasi
Perumahan Profesi PT LSM

Gambar 5: Sistem Jasa Konstruksi Kabupaten/Kota

12
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Kota akan merupakan penanggung-jawab tersebut termasuk Peraturan Presiden


jasa konstruksi di daerahnya masing- mengenai pembentukan, struktur
masing, sementara lembaga di daerah organisasi, rekrutmen dan jumlah anggota
– yang pada saat ini baru ada lembaga di serta pendanaan Dewan Insinyur Indonesia.
tingkat provinsi – merupakan lembaga semi
pemerintah yang anggotanya diangkat dan Lingkup profesi keinsinyuran dirumuskan
diberhentikan oleh Pimpinan Daerah untuk mencakup ‘disiplin teknik’ berikut: (a)
membantu pemerintah daerah merumuskan kebumian dan energi, (b) rekayasa sipil
kebijakan jasa konstruksi di daerah masing- dan lingkungan terbangun, (c) industri, (d)
masing, bukan kepanjangan tangan LPJKN. konservasi dan pengelolaan sumber daya
Pelaksanaan fungsi dan tugas LPJKP perlu alam, (e) pertanian dan hasil pertanian, (f)
merujuk kepada kebijakan, peraturan, teknologi kelautan dan perkapalan, dan (g)
standar, norma, pedoman, dan manual yang aeronotika dan astronotika, sementara sektor
dikembangkan oleh LPJKN, namun lembaga pelayanannya ditetapkan terdiri atas: (a)

pu HUB esdm perumahan

pemerintahan: DEWAN
MENDIKBUD INSINYUR
p ii

good
goverance

Masyarakat profesional

- ta
- kONSULTAN Asosiasi
PROFESI PT LSM

Gambar 6: Sistem Keinsinyuran

daerah dapat menyesuaikannya dengan pendidikan dan pelatihan teknik/teknologi,


kondisi dan kepentingan daerah masing- (b) penelitian, pengembangan, pengkajian,
masing. Pendanaan LPJKP juga terutama akan dan komersialisasi, (c) konsultansi,
bersumber dari APBD Provinsi. rancang bangun, dan konstruksi, (d) teknik
dan manajemen industri, manufaktur,
Sistem Keinsinyuran pengolahan, dan proses produk, (e)
Seperti disampaikan terdahulu, pengem- eksplorasi dan eksploitasi sumber daya
bangan keprofesian tenaga ahli (insinyur) mineral, (f) penggalian, penanaman,
dan konsultan perlu diatur dalam UU profesi peningkatan, dan pemuliaan sumber daya
yang terpisah dari UU yang mengatur bisnis alami, dan (g) pembangunan, pembentukan,
atau jasa konstruksi. Sistem keinsinyuran pengoperasian, dan pemeliharaan aset.
berdasarkan UU No. 11 tahun 2014 tentang
Keinsinyuran dapat dijelaskan dalam Dalam sistem keinsinyuran di atas. Menteri
Gambar 6. Pada saat ini Pemerintah sedang Pendidikan dan Kebudayaan dan menteri
menyiapkan peraturan pelaksanaan UU terkait mewakili Pemerintah menjadi

13 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

penanggung jawab pembinaan keinsinyuran Tulisan ini membahas jasa atau bisnis
Indonesia. Khusus untuk pelayanan masyarakat konstruksi, tidak secara spesifik mem­
dalam bidang jasa konstruksi, profesinya bahas mengenai profesi keinsinyur­ an
berada dalam disiplin teknik ‘rekayasa sipil di bidang konstruksi. Sebagai catatan,
dan lingkungan terbangun’, sementara sektor pengembangan sistem keinsinyuran
palayanan masyarakatnya adalah ‘konsultansi, berdasarkan UU tersebut diatas perlu
rancangan bangun, dan konstruksi’. Dengan memperhatikan beberapa tantangan,
struktur organisasi pemerintahan sekarang, antara lain:
untuk pelayanan (tenaga ahli dan konsultan) 1. Pengaturan peran Menteri Pendidikan
jasa konstruksi, Menteri Pendidikan dan dan Kebudayaan dan menteri yang
Kebudayaan bersama dengan Menteri PU, terkait sebagai penanggung jawab
Menteri Perhubungan, Menteri ESDM, Menteri pembinaan keinsinyuran.
Perumahan Rakyat dan menteri terkait lainnya 2. Perumusan struktur Dewan Insinyur
akan bertanggung-jawab sebagai Pembina, untuk dapat mencakup seluruh ‘sektor
dan berdasarkan pertimbangan pembinaan pelayanan’.
jasa konstruksi yang berlangsung selama ini, 3. Pengaturan peran PII untuk dapat
Menteri PU dapat menjadi koordinator. mencakup seluruh ‘disiplin teknik’ dan
pengelolaan akseptabilitas masyarakat
Pelaksanaan profesi keinsinyuran untuk profesi atas peran PII sebagai pengatur
kepentingan masyarakat, bangsa, dan kewenangan publik, termasuk
negara akan dilakukan oleh tenaga ahli dan pendanaannya untuk melaksanakan
konsultan. Konsultan walaupun berbentuk seluruh fungsi dan tugas yang
suatu badan usaha lebih merupakan diamanatkan.
kelompok tenaga ahli bukan merupakan 4. Penyatuan sertifikasi profesi insinyur
perusahan yang melakukan bisnis untuk dalam suatu Program Profesi Insinyur
mencari keuntungan. yang dilaksanakan oleh ‘perguruan
tinggi’ dengan sertifikasi kompetensi
Dalam sistem keinsinyuran di atas Insinyur yang dilaksanakan oleh lembaga
dibentuk Dewan Insinyur yang sertifikasi profesi, yang dalam UU masih
beranggotakan pemangku kepentingan diatur terpisah.
dalam penyelenggaraan keinsinyuran, 5. Pengaturan ‘lembaga sertifikasi profesi’
yang berwenang membuat kebijakan yang akan melakukan uji kompetensi
penyelenggaraan keinsinyuran dan sebagai persyaratan registrasi; dalam
pengawasan pelaksanaannya, sementara UU disebut ‘dilakukan sesuai dengan
masyarakat profesional dan pemangku ketentuan peraturan perundang-
kepentingan lainnya akan bernaung undangan’.
dalam wadah Persatuan Insinyur Indonesia
(PII), asosiasi profesi lainnya, perguruan 4.
PERSPEKTIF PEMBINAAN DAN
tinggi, dan LSM. Dalam UU Keinsinyuran di PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI
atas, PII mendapat mandat khusus untuk Evaluasi dan Analisis Umum Pembinaan
melaksanakan fungsi pelaksanaan Praktik Jasa Konstruksi
Keinsinyuran yaitu penyelenggaraan kegiat­ Fungsi pembinaan bagi Pemerintah,
an keinsinyuran termasuk pengesah­an Surat pemerintah propinsi, dan pemerintah
Tanda Registrasi Insinyur yang menentukan kabupaten umumnya masih dirasakan
seseorang berwenang atau tidak melakukan sebatas pelaksana tugas pengaturan,
profesi keinsinyuran di Indonesia. pemberdayaan, dan pengawasan, belum

14
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

sebagai penanggung-jawab utama Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/


penyelenggaraan jasa konstruksi di wilayah Kota mengatur penugasan pembinaan jasa
masing-masing. Sesungguhnya Pembinalah konstruksi kepada pemerintah daerah.
yang memimpin kemajuan dan merupakan Dalam Lampiran PP tersebut dinyatakan
pihak yang paling bertanggung-jawab terdapat 31 bidang urusan pemerintahan
atas baik buruknya penyelenggaraan termasuk Bidang PU yang dibagi bersama
jasa konstruksi di suatu wilayah. Menteri antara tingkat pemerintahan, dimana
PU merupakan Pembina Jasa Konstruksi Jasa Konstruksi merupakan sub-bidang
tingkat nasional yang pelaksanaan fungsi dari Bidang PU. Lampiran juga merinci
dan tugasnya dilakukan oleh BP Konstruksi. urusan/tugas pembinaan (pengaturan,
Pada kenyataannya, kedudukan Menteri pemberdayaan, dan pengawasan) untuk
PU bersama BP Konstruksi tidak mendapat tiap tingkat pemerintahan sesusai dengan
dukungan atau leverage yang cukup untuk PP 30, 2000. Karena kurang tegasnya
mampu mengkordinasikan pembinaan jasa pengaturan pembinaan dalam PP 30, 2000
konstruksi dengan kementerian lain seperti dan telah hadirnya TPJK, pembentukan unit
Kementerian Perhubungan, Kementerian struktural sebagai pelaksana pembinaan
ESDM, dan Kementerian Perumahan Rakyat. menjadi terhambat. Beberapa pemerintah
propinsi mengambil inisiatif membentuk
TPJK Propinsi dan Kabupaten/Kota yang unit kerja eselon III dalam bentuk yang
dibentuk sesuai dengan SE Mendagri bervariasi seperti misalnya: (i) Bidang
No. 601/476/SJ bersifat Adhoc, dan Bina Jasa Konstruksi di bawah Dinas PU
umumnya belum dilengkapi dengan Cipta Karya, Provinsi Sumatera Selatan,
organisasi tata laksana dan standar (ii) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
pelaksanaan tugas yang lengkap. Sampai Jasa Konstruksi di bawah Dinas PU,
saat ini masih terdapat Kabupaten/Kota Provinsi Jambi, (iii) Ka Balai Pengujian,
yang belum membentuk TPJK-nya. TPJK Informasi Permukiman & Bangunan, dan
dipimpin oleh Asisten Sekretaris Daerah, Pengembangan Jasa Konstruksi di bawah
sehingga terdapat kemungkinan tidak Dinas PU, Perumahan, & ESDM, Provinsi DI
berlatar belakang atau berpengalaman Yogyakarta, dan (iv) Bidang Bina Konstruksi
di bidang jasa konstruksi. Anggotanya di bawah Dinas Bina Marga Daerah, Propinsi
berasal dari berbagai instansi dengan Sulawesi Tengah. Umumnya, koordinasi
tugas pokok masing-masing. Dengan antara Unit Eselon III tersebut dengan TPJK
demikian kompetensinya bervariasi, sering belum berlangsung baik.
kurang fokus, motivasinya tidak maksimal,
sehingga sulit berkoordinasi. Anggaran Arah Pembinaan dan Pengembangan Jasa
Tim juga terbatas, karena tidak mempunyai Konstruksi
mata anggaran sendiri. Sebagai organisasi Berikut disampaikan beberapa
non-struktural, umumnya tidak mempunyai pertimbangan dan masukan dalam
kantor atau ruangan sekretariat tetap meningkatkan kapasitas pembinaan dan
dengan kelengkapan yang memadai. pengembangan jasa konstruksi di tingkat
Kepemimpinan dan tanggung-jawab-nya pusat dan daerah.
kurang solid, dan pelaksanaan tugasnya
sering mengalami hambatan. Pemerintah dengan BP Konstruksinya dan
pemerintah daerah dengan TPJK Propinsi dan
PP 38, 2007 tentang Pembagian Urusan TPJK Kabupaten/Kota-nya perlu diposisikan
Pemerintahan antara Pemerintah, dengan lebih nyata sebagai Pembina

15 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

yang bertanggung-jawab atas kemajuan Lembaga dapat melakukan sebagian tugas


jasa konstruksi di wilayah masing-masing. pembinaan. Yang paling efektif untuk
Fungsi dan tugas pembinaan tetap yaitu lembaga adalah: (a) Perumusan masukan
mencakup pengaturan, pemberdayaan, dan kebijakan, (b) Registrasi tenaga terampil,
pengawasan. karena registrasi memang sebaiknya tidak
dilakukan oleh pemerintah, (c), Penelitian
Pelaku bisnis jasa konstruksi adalah kontraktor dan pengembangan, karena lembaga
dan tenaga terampil, termasuk mitra kerja mempunyai hubungan dan jaringan kerja
kontraktor dalam kerja sama joint operation yang baik dengan asosiasi profesi, asosiasi
dan joint venture, serta rantai pasoknya yang perusahaan, LSM , dan terutama perguruan
dapat mencakup sub-kontraktor, kontraktor tinggi, (d) Arbitrase, mediasi, dan penilai
spesialis, supplier, distributor, dan industri ahli, karena para profesional tersebut
manufaktur. Pengaturan tenaga ahli dan memang diwadahi oleh lembaga. Tugas
konsultan akan dipisahkan dari pengaturan pendidikan dan pelatihan tenaga terampil
jasa (bisnis) konstruksi, yaitu berdasarkan sebaiknya tetap menjadi tanggung-
UU Keinsinyuran. Walaupun terdapat jawab pemerintah, karena disamping
kemungkinan BP Konstruksi akan mewakili pertimbangan pendanaan, pemerintahlah
Menteri PU sebagai Pembina Keinsinyuran yang berada dalam posisi lebih baik untuk
‘Rekayasa Sipil dan Lingkungan Terbangun’ mendayagunakan pusat-pusat pelatihan
dalam sektor pelayanan ‘Konsultansi, Rancang dan workshop yang dipunyai BP Konstruksi,
Bangun, dan Konstruksi’, lembaga semi Kementerian Tenaga Kerja, dan pemerintah
pemerintah yang membantu merumuskan daerah.
kebijakan dan mengkoordinasikan sertifikasi
dan registrasi Tenaga Ahli bukan lagi LPJKN Pembinaan jasa konstruksi di Propinsi dan
tetapi Dewan Insinyur. di Kabupaten/Kota sebaiknya menjadi
tugas pelaksanaan otonomi daerah, bukan
LPJKN dan LPJKP perlu diposisikan sebagai tugas dekonsentrasi atau pembantuan. BP
institusi yang dibentuk oleh Pemerintah Konstruksi selaku Pembina tingkat nasional
dan pemerintah daerah untuk memberikan berfungsi menyusun arahan pembinaan,
masukan kebijakan penyelenggaraan serta melakukan koordinasi dan
konstruksi di wilayah masing-masing, bukan pengawasan, termasuk membina LPJKN
institusi yang dibentuk oleh masyarakat dan TPJK Propinsi dan TPJK Kabupaten/
untuk menyalurkan aspirasi masyarakat. Kota.
Keanggotaan lembaga berasal dari wakil
pemerintah dan masyarakat, dan anggotanya TPJK Propinsi dan TPJK Kabupaten/
diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah. Kota diharapkan menjadi unit struktural
Persyaratan independen dan mandiri cukup pemerintah daerah seperti Dinas PU
diartikan tidak dicampuri oleh pemerintah Propinsi dan Dinas PU Kabupaten/Kota yang
dalam pelaksanan fungsi, tugas, dan dipimpin oleh Kepala Dinas. Anggaran TPJK
pengambilan keputusan. Lembaga ini juga Propinsi dan TPJK Kabupaten/Kota harus
harus dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah sebagian besar berasal dari APBD. Untuk
dari APBN melalui BP Konstruksi dan mewujudkannya, Pemerintah dalam jangka
pemerintah daerah dari APBD melalui TPJK panjang diharapkan menyempurnakan UU
Provinsi. 18, 1999 tentang Jasa Konstruksi dan PP 30,
2000 tentang Pembinaan Jasa Konstruksi

16
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

agar pembinaan dapat menjadi tugas Parameter Kinerja Pembinaan Jasa


pelaksanaan otonomi daerah. Selanjutnya Konstruksi Daerah
Lampiran PP 38, 2007 tentang Pembagian Mutu pembinaan Jasa Konstruksi
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/ perlu ditingkatkan secara bertahap dan
Kota yang mengatur pembagian urusan berkelanjutan. Agar berkelanjutan kita
pemerintahan dapat dilengkapi dengan perlu membangun sistem, bukan hanya
menambahkan Jasa Konstruksi sebagai melaksanakan program dan anggaran.
suatu bidang pemerintahan lengkap dengan Hal yang strategis dilakukan adalah
uraian tugas desentralisasinya. Dengan meningkatkan kapasitas institusi TPJK Provinsi
demikian Jasa Konstruksi dapat menjadi dan TPJK Kabupaten/Kota, selain agar dapat
unit struktural Eselon II, atau minimal Eselon melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan
III, dengan kewenangan menggunakan baik, juga untuk menjadikannya sehat,
anggaran. mampu menghadapi permintaan yang baru
(unusual demand) dan kondisi lingkungan
Dalam jangka pendek dapat ditempuh yang tak terduga (unforseen circumstances).
langkah mengganti SE Mendagri No. 601,
2006 dengan Surat Edaran bersama (SEB) Untuk memberikan arah pembinaan
Menteri PU dan Mendagri yang menugaskan yang lebih jelas, perlu ditetapkan ukuran
Gubernur, Bupati, Walikota untuk membuat keberhasilan pembinaan dalam bentuk
Peraturan Daerah (Perda) tentang parameter kinerja. Evaluasi kinerja
Pembinaan Jasa Konstruksi dan membentuk dilakukan berdasarkan fungsi dan tugas
di dalam Dinas PU suatu Unit Eselon III yang diamanahkan sesuai dengan
atau UPTD yang bertanggung-jawab ketentuan peraturan perundang-undangan
melaksanakan pembinaan jasa konstruksi. dan dikaitkan dengan upaya pembinaan
Unit kerja tersebut kemudian diwajibkan yang telah dilakukan oleh Pembina pada
mempunyai Rencana Strategis, dan Rencana tingkat yang lebih tinggi.
Kerja dan Anggaran Tahunan pembinaan
jasa konstruksi. 
 Parameter kinerja pembinaan jasa
Upaya membangun sistem secara konstruksi daerah dapat diidentifikasi
berkelanjutan memerlukan dukungan dengan dua upaya. Yang pertama dengan
kepemimpinan (leadership) yang kuat. meninjau kegiatan pembinaan yang
Pembina tingkat pusat perlu lebih aktif dilakukan melalui kelompok parameter
mensosialisasikan pentingnya pengem­ input, proses, output, dan outcome. Yang
bangan jasa konstruksi dan pembangunan kedua adalah dengan meminjam konsep
infrastruktur untuk kemajuan daerah. evaluasi kinerja institusi, yang salah satu
Pimpinan pemerintahan daerah (eksekutif diantaranya sudah dikenal secara luas yaitu
dan legislatif) perlu mendapat informasi Balanced Scored Card (R.S. Kaplan et. al.,
yang memadai mengenai hal ini. Kegiatan 1992). Konsep ini pada awalnya digunakan
Bimbingan Teknis (Bintek) ke daerah dan untuk perusahaan komersial, dan
pencantuman materi jasa konstruksi dalam belakangan dikembangkan untuk institusi
pendidikan, pelatihan, dan kursus pimpinan non-profit. Empat aspek yang perlu ditinjau
daerah (eksekutif dan legislatif) seperti dalam konsep BSC mencakup Learning
Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), and growth, Financial, Business process,
Kursus Pimpinan (Suspim), dan lain-lain dapat dan Stakeholders’ satisfactions. Kedua
menjadi sarana. pendekatan pada akhirnya memberikan

17 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

kelompok parameter yang hampir sama program-program yang efektif (Gambar 7).
(lihat Gambar 7 sampai dengan Gambar
10). Contoh diberikan di sini untuk kinerja Dalam kelompok ‘proses’ yang setara
pembinaan jasa konstruksi provinsi. Dengan dengan kelompok ‘Business Process’ dalam
teridentifikasinya parameter kinerja, maka BSC, perlu diperhatikan apa­ kah ke tiga
upaya pembinaan dapat direncanakan fungsi pembinaan yaitu pengaturan,
dan dilaksanakan secara lebih sistematis. pemberdayaan, dan pe­ nga­wasan sudah
Perlu dicatat bahwa parameter kinerja yang tercakup. Program peng­aturan hendaknya
diusulkan di sini merupakan identifikasi meliputi kegiat­an sosialisasi kebijakan dan
awal, yang perlu dikembangkan, dan peraturan perundang-undangan yang
disesuaikan dengan kondisi jasa konstruksi disiapkan oleh BP Konstruksi dan LPJKN
dan lingkungan di wilayah pemerintahan pada tingkat nasional. Selain itu, TPJK
masing-masing. Provinsi harus pula menyiapkan kebijakan
untuk meningkatkan kinerja jasa konstruksi
Dalam kelompok ‘input’ yang setara dengan di wilayahnya antara lain kebijakan untuk
kelompok ‘Learning growth dan Financial’ memihaki pelaku daerah, kebijakan untuk
dalam BSC, kita perlu memperhatikan memperbaiki sistem pengadaan, kebijakan
4 (empat) aspek yaitu: (a) peraturan untuk meningkatkan kualitas Sistem
perundang-undangan yang mencakup Informasi Jasa Konstruksi (SIPJAKI), dll.
adanya landasan hukum dan dokumen Program pemberdayaan harus dilakukan
perencanaan, (2) Organisasi dan sumber untuk pengguna jasa seperti Satuan Kerja
dayanya, (3) Adanya pendanaan daerah Perangkat Daerah (SKPD), Pejabat Pembuat
yang memadai untuk melaksanakan fungsi Komitmen (PPK), Unit Layanan Pengadaan
pembinaan, dan (4) Apakah anggaran (ULP), penyedia jasa (kontraktor, tenaga
digunakan secara terencana dalam terampil), mitra kerja (trainer pelatihan

Profil Pembinaan Jasa Konstruksi Provinsi

Input
a. Peraturan Perundang-undangan:
- Landasan pembinaan kuat (ada Perda, KepGub);
- Andanya Renstra dan Rencana Program & Anggaran
Penilaian Kinerja TPJK Provinsi

1. Learning & Growth

b. Organisasi TPJK Provinsi:


(1) Status/Kedudukan/Otoritas (AdHoc atau Permanen)
(2) OTK & SOP Solid dan lengkap
(3) Kondisi SDM Internal:
- Kompetensi;
- Komitmen/Jabatan rangkap
(4) Sumber daya lain lengkap:
- Kantor;
- Fasilitas pendukung (Kendaraa, peralatan, dll)
(5) Leadership (Kental/encer)
(6) Kapasitas Koordinasi
(7) Efektifitas fungsi/pelaksanaan tugas
2. Finansial

a. Pendanaan TPJK Provinsi dari APBD Provinsi:


(1) Jumlah dana.
(2) Ketepatan Alokasi.
b. Efektifitas Penggunaan Anggaran

Gambar 7: Parameter Kinerja Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah Propinsi – Kelompok ‘Input’

18
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Profil Pembinaan Jasa Konstruksi Provinsi

Process
a. Program Pengaturan: - Pelatihan & lomba tenaga terampil;
(1) Sosialisasi Kebijakan Pusat. - Pelatihan TA;
(2) Penyusunan Kebijakan Daerah Provinsi - Pelatihan Konsultan.
(termasuk untuk Pemerintahan Kab./Kota) (3) Pembinaan Mitra:
3. Proses Bisnis

- Arahan pembinaan pengadaan; - Trainer SDM;


- Arahan pemihakan pelaku daerah; - Trainer Sistem (SIPJAKI).
Penilaian Kinerja TPJK Provinsi

- Arahan pembinaan SDM Konstruksi; (4) Pemberdayaan Masyarakat:


- Arahan pembinaan green construction; - Pemberdayaan Asosiasi Profesi/
- Arahan penyusunan SIPJAKI; Badan Usaha
- Arahan penerbitan SBU, IUJK, SKA & SKT; - Pemberdayaan Perguruan Tinggi;
- Arahan penyusunan AMDAL/RKL/RPL; - Pemberdayaan LSM;
- Arahan penerbitan IMB; - Penyuluhan Masyarakat
- Arahan pembinaan SMM; (Hak & Tanggung Jawab)
- Arahan pembinaan SMK3; (5) Pemberdayaan LPJK Provinsi:
- Arahan tertib pemanfaatan bangunan; (6) Pemberdayaan TPJK Kab./Kota:

b. Program Pemberdayaan: c. Program Pengawasan (Tertib pelaksanaan


(1) Pemberdayaan Pengguna Jasa Provinsi: Konstruksi):
- Pemberdayaan SKPD/PPK Provinsi; (1) Pengawasan LPJK Provinsi:
- Pemberdayaan ULP Provinsi. - Tertib penerbitan SBU, SKA, & SKT.
(2) Pemberdayaan Penyedia Jasa: (2) Evaluasi Kinerja TPJK Kab./Kota dalam hal:
- Pelatihan dan dukungan keuangan/ - Tertib penerbitan IUJK;
pertanggungan kontraktor - Tertib penerbitan IMB
(PJT, manajemen; asuransi) - Tertib SMM;
- Pengembangan/peningkatan - Tertib SMK3;
kemampuan teknologi (litbang) - Tertib Pemanfaatan bangunan;
Kontraktor (SMM, SMK3, Green constr.);

Gambar 8: Parameter Kinerja Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah Propinsi –


Kelompok ‘Proses’

Profil Pembinaan Jasa Konstruksi Provinsi

Input
a. Perkembangan jumlah dan mutu (grade) Badan Usaha Kontraktor (dan Konsultan)- 3 tahun terakhir
b. Perkembangan jumlah & mutu (tingkatan) Tenaga Terampil - 3 tahun terakhir
c. Perkembangan jumlah dan mutu (tingkatan) TA - 3 tahun terakhir
Penilaian Kinerja TPJK Provinsi

4. Stakeholder’s Satisfaction

d. Tingkat aktifitas LPJK Provinsi (Litbang, Registrasi, Arbitrase)


e. Mutu SIPJAKI Provinsi.
f. Jumlah dan tingkat aktifitas TPJK Kab./Kota.
g. Adanya Laporan Tahunan TPJK Provinsi
h. Mitra Institusi yang Potensial:
(1) LPJK Provinsi yang berdaya:
- Organisasi dan sumber daya yang lengkap;
- Memiliki dan melaksanakan program kerja;
- Memiliki Asesor tenaga terampil.
(2) Asosiasi profesi/badan usaha yang aktif
(3) Perguruan Tinggi yang partisipatif.
(4) LSM yang konstruktif.
(5) Mitra pendidikan dan pelatihan:
- Trainer SDM;
- Trainer Perusahaan;
- Trainer Sistem (SIPJAKI).

Gambar 9: Parameter Kinerja Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah Propinsi –


Kelompok ‘Output’

19 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Profil Pembinaan Jasa Konstruksi Provinsi

Input
a. Perkembangan kontribusi dan tingkat pertumbuhan sektor konstruksi dalam PDRB Provinsi - 5 tahun
Penilaian Kinerja TPJK Provinsi

terakhir, BPS.
5. Stakeholder’s Satisfaction

b. Perkembangan penerimaan daerah provinsi (khususnya PAD) - 5 tahun terakhir, Pemda.


c. Tingkat perkembangan anggaran dan kegiatan infrastruktur ke - PU-
(1) SDA (Irigasi, Pengemangan daerah rawa, dan Drainase).
(2) Bina marga (jalan dan jembatan).
(3) Cipta Karya (Air Bersih dan Sanitasi, Pemukiman).
(4) Tata ruang.
d. Mutu pelaksanaan pengadaan provinsi
e. Mutu konstruksi provinsi (SDA, Bina Marga, dan Cipta Karya).
f. Tertib penyelengaraan jasa konstruksi di Kab./Kota dari.
(1) Penerbitan IUJK;
(2) Penerbitan AMDAL/Layak Lingkungan;
(3) Penerbitan IMB;
(4) Tingkat kecelakaan konstruksi;
(5) Pemanfaatan bangunan.
g. Mutu SIPJAKI Kab./Kota
h. Adanya Laporan Tahunan TPJK Kab./Kota

Gambar 10: Parameter Kinerja Pembinaan Jasa Konstruksi Daerah Propinsi –


Kelompok ‘Outcome’

dan asesor sertifikasi), masyarakat (asosiasi kontribusi dan tingkat pertumbuhan sektor
badan usaha, LSM, Perguruan tinggi), konstruksi dalam Pendapatan Domestik
LPJK Provinsi, dan TPJK Kabupaten/Kota. Regional Bruto (PDRB), peningkatan
Pengawasan sementara itu mencakup penerimaan daerah (PAD), perkembangan
pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran infrastruktur, mutu
fungsi dan tugas LPJK Provinsi dan TPJK pelaksanaan pengadaan, mutu konstruksi,
Kabupaten/Kota untuk menjamin tertib tertib pelaksanaan jasa konstruksi di
pelaksanaan konstruksi (Gambar 8). Kabupaten/Kota, mutu SIPJAKI, dan adanya
laporan tahunan TPJK Kabupaten/Kota
Sebagai output pembinaan, stakeholders (Gambar 10).
mengharapkan terjadi peningkatan
kinerja jasa konstruksi di provinsi yang 5. PENUTUP
bersangkutan. Ini dapat ditunjukan oleh Tantangan pembinaan dan pengembangan
antara lain perkembangan jumlah dan jasa konstruksi nasional bersifat kompleks
mutu (kualifikasi) kontraktor dan tenaga dan multi skala, mencakup aspek legal
terampil dalam 3-5 tahun terakhir, tingkat peraturan perundang-undangan, kerangka
aktivitas LPJK Provinsi dan LPJK Kabupaten/ institusi (kedudukan dan interaksi antara
Kota, mutu SIPJAKI Provinsi, adanya Laporan institusi utama), termasuk pengaturan
Tahunan TPJK Provinsi dan kehadiran mitra bersifat lebih operasional bisnis dan
TPJK Provinsi yang berkualitas. (Gambar 9). penyelenggaraan konstruksi.

Terakhir sebagai outcome, peningkatan Untuk menjamin pengembangan


kinerja konstruksi akan berdampak positif yang berkelanjutan, sudah saatnya
pada peningkatan perekonomian dan kita membangun sistem, bukan hanya
kesejahteraan masyarakat. Ini dapat melaksanakan program dan menyerap
ditunjukan antara lain oleh perkembangan anggaran, walaupun perlu secara bertahap.

20
TANTANGAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
JASA KONSTRUKSI NASIONAL DAN DAERAH

Konsep kita membangun jasa konstruksi Kapasitas sumber daya manusia (human
adalah meningkatkan kemampuan capital) baik dari kelompok Pembina,
masyarakat, seluruh stakeholders jasa lembaga, dan masyarakat profesional
konstruksi, bukan hanya menekankan maupun pelaku konstruksi menjadi
pada kemampuan pemerintah saja untuk penting. Namun dalam setiap perubahan
melaksanakan sendiri pembangunan yang sulit dan mendasar, kepemimpinan
infrastruktur. Dengan adanya sistem yang yang kuat akan menentukan. Pemerintah
kita rumuskan dan sepakati bersama, (BP Konstruksi) dan pemerintah daerah
upaya kita akan lebih terkoordinasi dan (TPJK), selaku Pembina, merupakan pihak
terintegrasi, dan tujuan kita mewujudkan yang paling bertanggung-jawab atas
struktur usaha yang kokoh, andal, dan kemajuan jasa konstruksi, dan diharapkan
berdaya saing tinggi, serta hasil konstruksi memimpin perubahan, bekerja keras
yang bermutu seperti yang dicita-citakan dengan idealisme dan nasionalisme yang
oleh UU 18, 1999 dapat lebih terencana tinggi, memberdayakan seluruh komponen
dan lebih pasti terwujud. Kebijakan perlu sistem.
progresif dan strategis tanpa menunggu
atau mengharapkan perubahan yang
mendasar seperti penyempurnaan undang-
undang.

Daftar Pustaka:
1. Undang-Undang 18, 1999 tentang Jasa Konstruksi.
2. Peraturan Pemerintah (PP) 28, 1999 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi yang
telah diubah dengan PP 04, 2010, dan PP 92, 2010.
3. Peraturan Pemerintah (PP) 30, 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
4. PP 38, 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Propinsi dan Kabupaten/Kota
5. Badan Pusat Statistik (2014), Data base Kontraktor Nasional.
6. B.H. Lambert et.al. (1996), The Construction Industry in Japan and Its Sub-contracting Relationship,
The European Institute of Japanese Study, Stockholm, School of Economic.
7. Istianto Oerip (2014), Kode Etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII).
8. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (2014), Data base Tenaga Terampil Nasional.
9. National Science Foundation (1994), Civil Infrastructure Systems Research, Washington DC.
10. Robert S. Kaplan, David P. Norton (1992), The Balanced Scorecard - Measures that Drive
Performance, Harvard Business Review.
11. World Bank (2014), Logistic Performance Index Report.
12. World Economic Forum (2014), Global Competitiveness Index Report.

21 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar


Asean & Global1
Akhmad Suraji2
Ketua Kelompok Keilmuan Manajemen Konstruksi & Infrastruktur
Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas

A. PENGANTAR
(1) Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean 2015 akan membentuk
pasar tunggal regional Asean. Dalam pasar tunggal ini, kebebasan arus
barang, jasa, modal, dan investasi di antara negara-negara Asean akan
terjadi. Baba (2005) menggambarkan bahwa GDP negara-negara Asean
tumbuh pesat hampir 170% selama dekade yang lalu dengan nilai USD
1.8 Triliun dan dengan volume perdagangan mencapai USD 1.5 trilliun
per tahun.
(2) Industri konstruksi Asean akan menjadi salah satu bagian penting dalam
pasar tunggal tersebut. BMI (2013) memperkirakan bahwa pada tahun
2015 Indonesia menyumbang 70% dari nilai pasar konstruksi dan pada
tahun 2020 menjadi 79%
(3) Disamping industri konstruksi Asean bersaing di antara mereka, pelaku
industri konstruksi di Asean akan bersaing dengan 279 pelaku industri
konstruksi yang berasal dari berbagai negara seperti Perancis, Italia,
Inggris, Jerman, Jepang, China, dan Korea. Pertanyaan selanjutnya
adalah bagaimana meningkatkan keunggulan pelaku industri
konstruksi Indonesia agar mampu menjadi tuan di negeri sendiri dan
mampu bermain di pasar tunggal Asean.
(4) Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut, Komite Penelitian dan
Pengembangan LPJK Nasional melaksanakan studi konstruksi 2013
dengan fokus mengevaluasi kondisi industri konstruksi nasional.

1. Kontributor:Akhmad Suraji,Krishna S Pribadi, Biemo W Soemardi, Reini D Wirahadikusumah, Muhammad S Pamulu,Hari G


Soeparto, Pito Soermano, Afrizal Nurdin, Monti M Putri, Purnomo Soekirno, Bambang Soemardiono, Muhammad Abduh.
2. Sekretaris Komite Litbang LPJKN 2011-2015

22
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

ASEAN Construction Market 2015 Perancis, Italia, Inggris, Jerman,


Jepang, Cina, Korea
8% 17
6%
5% 32 58
5% n Indonesia
6% n Singapore 41
47
70% n Vietnam
n Thailand 42
42
n Malaysia
n Philippines

n Indonesia n Malaysia n Singapore n Vietnam n Thailand


n Philippines n Myanmar

Gambar 1: Evolusi dari Tradisional Menjadi Manajemen Rantai Pasok Terintegrasi

Lingkup studi ini mencakup: (i) evaluasi konstruksi, (ii) evaluasi kebijakan
kebijakan konstruksi, (ii) evaluasi untuk tata niaga/pengusahaan di
praktek penyelenggaraan konstruksi, sektor konstruksi, dan (iii) evaluasi
(iii) evaluasi keaktifan dan keunggulan kebijakan untuk entitas usaha
perusahaan konstruksi, dan (iv) (korporasi) di sektor konstruksi.
evaluasi keaktifan dan keunggulan b. Terdapatnya ketidakselarasan
SDM Konstruksi (Arsitek, Insinyur dan antara pengaturan lapangan usaha
Tenaga Terampil). berdasakan UU 18/1999, PP 28/2000
(5) Tujuan makalah ini adalah melaporkan jo. PP04/2010 jo. PP 92/2010 dengan
secara ringkas hasil evaluasi industri beberapa peraturan yang lainnya,
konstruksi nasional dan menyampaikan khususnya dengan PerPres 54/2010
pilihan kebijakan untuk meningkatkan jo Perpres 70/2012, termasuk juga
daya saing industri konstruksi nasional. dengan pengaturan usaha jasa
Pilihan kebijakan ini diharapkan dapat konstruksi Migas (Permen ESDM
dipertimbangkan oleh Pemerintah dan No. 27 Tahun 2008) dan usaha jasa
LPJKN untuk menentukan kebijakan penunjang tenaga listrik (PP 62
pembinaan dan pengembangan industri Tahun 2012).
konstruksi nasional. c. Pengaturan bidang usaha
sesuai Permen PU 08/2011 yang
B. HASIL EVALUASI INDUSTRI dijabarkan ke dalam Perlem
KONSTRUKSI NASIONAL 2013 (Peraturan Lembaga) LPJK No. 10
(6) Kebijakan Konstruksi Tahun 2013, khususnya dalam
a. Kebijakan untuk sektor konstruksi bentuk klasifikasi dan subklasifikasi
dapat dikategorikan berdasarkan bidang usaha tersebut dirasakan
target kebijakan. Evaluasi terlalu rumit karena didasarkan
kebijakan ini dibagi menjadi 3 kepada klasifikasi KBLI yang
(tiga) bagian, yaitu: (i) evaluasi daya tujuannya untuk keperluan
dukung kebijakan untuk penataan statistik. Jumlah klasifikasi dan
lapangan usaha (market) di sektor subklasifikasi pada sistim registrasi

23 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

di Indonesia termasuk yang paling subklasifikasi pekerjaan instalasi


banyak. lengkap seperti pembangkit
d. Subklasifikasi pada bangunan listrik yang ada dalam pekerjaan
gedung dan bangunan sipil mekanikal-elektrikal lebih tepat
tidak menguntungkan karena dimasukkan ke dalam kelompok
pembagiannya berdasarkan fungsi pekerjaan sipil. Sebagian dari
dari bangunan (gedung pendidikan, jasa pelaksana lainnya juga lebih
gedung hiburan, perumahan dsb), tepat masuk ke dalam kategori
bila dibandingkan negara lain spesialis, bahkan ada jenis jasa
pembagiannya jauh lebih sederhana. spesialis yang sebetulnya lebih
Selain itu struktur hubungan tepat masuk kegiatan konsultansi
antara klasifikasi dan subklasifikasi (jasa penyelidikan lapangan).
tidak menguntungkan karena Di dalam sub-klasifikasi ME dari
menghalangi berkembangnya Perlem 10/2013 masih ditemukan
spesialisasi.Malaysia hanya memiliki tumpang-tindih pengaturan
klasifikasi kontraktor 3 jenis, sedang dengan subklasifikasi yang diatur
subklasifikasinya adalah merupakan dalam PP 62/2012 mengenai usaha
spesialisasi dari masing-masing jasa penunjang tenaga listrik.
klasifikasi besarnya dan tidak ada
klasifikasi besar spesialis.
Tabel 1. Perbandingan Kebijakan Klasifikasi Perusahaan Konstruksi

AFRIKA
INDONESIA SINGAPURA MALAYSIA FILIPINA JEPANG
SELATAN

Klasifikasi 6 7 3 3 2 5
Sub-klasifikasi 73 64 103 23 28 15
Masa Laku (tahun) 3 3 3 2 5 3
Grade 7+1 7+7 7 6+1 2 8+1
Otoritas LPJK* BCA CIDB PCAB MLTI CIDB
Pemda Prefecture

e. Terdapat kerancuan dalam f. Secara umum, kebijakan dan/atau


sistematika pembagian bidang landasan legal yang terkait dengan
usaha, yang membedakan tataniaga sektor konstruksi
dengan bidang usaha umum, nasional dapat dikelompokkan
bidang usaha spesialis danbidang ke dalam tiga kelompok besar: 1)
usaha orang perorangan, yang yang terkait dengan usaha jasa
kemudian diterjemahkan menjadi konstruksi, 2) yang terkait dengan
6 klasifikasi: bangunan gedung, pelaksanaan konstruksi, dan 3)
bangunan sipil, mekanikal yang terkait dengan transaksi.
elektrikal, jasa pelaksana lainnya, Sehingga Perumusan kebijakan
jasa spesialis dan ketrampilan tataniaga sektor konstruksi
tertentu. Pada dasarnya pekerjaan nasional harus memperhatikan
mekanikal-elektrikal merupakan keberadaan dan keterkaitan tiga
pekerjaan spesialis, sedangkan domain kebijakan tersebut.

24
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

(7) Pengadaan dan Penyelenggaraan dan kompleks dapat dilakukan


Konstruksi dengan cara CM, atau Design Build,
a. Pengadaan konstruksi oleh atau cara Tradisional. Sedangkan
pemerintah belum banyak untuk bangunan sipil dan industri
mengenal proses pengadaan pihak swasta, pada umumnya
selain tradisional. Disamping dilakukan dengan EPCI atau EPCM.
itu, pengadaan pemerintah Disamping itu, juga banyak yang
belum tahu bagaimana memilih memilih opsi Supply By Owner (SBO)
cara pengadaan yang paling terutama material yang bernilai
sesuai dengan kondisi proyek, tinggi dan kontraktor hanya
kemampuan pemilik proyek melaksanakan konstruksinya saja.
dalam menyediakan sumberdaya d. Urutan proses penyelenggaraan
proyek, kemampuan sumberdaya proyek yang benar belum
konstruksi, serta batasan-batasan banyak dipahami oleh para
peraturan dan pendanaan. penyelenggara proyek konstruksi,
b. Pada umumnya proyek pemerintah dan belum ada pedoman tentang
menggunakan sistem tradisionil, bagaimana menyelenggarakan
karena mengacu pemahaman proyek konstruksi yang benar.
bahwa dalam pekerjaan konstruksi Suatu penyelenggaraan proyek
harus dilakukan pembedaan tugas masih selalu dianggap pada saat
antara perencana, pelaksana, pekerjaan konsruksi lapangan
dan pengawas untuk menjaga dimulai. Kondisi ini menyebabkan
governance. Sedangkan pada pemahaman yang berbeda
proyek kerjasama pemerintah diantara para penyelenggara
dan swasta dilakukan dengan konstruksi, yaitu pemilik proyek,
membentuk special purpose konsultan, dan kontraktor.
company dan dilakukan dengan non e. Penyelenggaraan proyek oleh
recourse financing, maka kepastian pihak swasta mengalami 5%
penyelesaian sesuai waktu, biaya, lingkup pekerjaan berubah,
mutu serta ruang lingkup yang sedangkan oleh Pemerintah
ditetapkan sesuai dengan feasibility mengalami 10% lingkup pekerjaan
study harus dipenuhi, maka dalam berubah. Disamping itu, 55%
pengelolaan risiko proyek diserahkan kontraktor BUMN yang ditunjuk
sepenuhnya kepada pihak yang untuk melaksanakan pekerjaan
paling mampu mengatasinya, yakni dari Perusahaan BUMN induknya
pihak kontraktor yang mampu, maka hasilnya tidak sesuai dengan
digunakan cara delivery berdasarkan harapan.
EPC/Turnkey. f. Kegagalan proyek ditunjukkan
c. Pada umumnya bidang usaha oleh: (i) bangunan yang berubah
mempunyai keleluasaan dalam fungsi atau tidak sesuai dengan
memilih cara pengadaan proyek peruntukannya, (ii) berubahnya
karena acuannya sudah pasti yakni asumsi awal yang tidak
daya saing usaha, maka untuk diakomodasi selama perjalanan
pekerjaan Bangunan Gedung proyek, (iii) bangunan swasta yang
relatif kecil dilakukan dengan cara tidak dapat dijual karena kesalahan
tradisional. Bangunan yang rumit Studi Kelayakan, (iv) kesalahan

25 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

PROJECT PEMERINTAH BADAN USAHA


DELIVERY
SYSTEM PUSAT DAERAH KPS (PPP) BUMN SWASTA

Tradisional Hampir semua, Hampir semua, Tidak ada Proyek Kecil


Tahun Tunggal Tahun Tunggal

Varian Tradisional: Selective Hampir semua


NSC/SBO

Novation Masih jarang mulai Masih jarang mulai


diterapkan diterapkan

Management: Proyek Tahun Proyek Tahun Hampir Tidak ada Tertentu Hampir semua
CM Jamak Jamak Dan
Dan gedung diatas gedung diatas 4
4 lantai atau lebih lantai atau
dari 5000 m2 lebih dari 5000 m2

EPCM Sedikit mulai Jarang


dikenal

Terintegrasi Merupakan Untuk besar dan Untuk proyek


EPCI keharusan, syarat compleks Industri
pendanaan

Design Build Mulai digunakan Mulai digunakan

Desin Build dengan Mulai digunakan Mulai digunakan


SBO

Dsikresionari Belum dikenal Belum dikenal Belum dikenal sudah ada yang
mulai menerapkan

pemilihan lokasi bangunan karena telah ditetapkan, (v) penyerahan


tidak sesuai dengan masterplan pekerjaan melebihi waktu yang
atau pembebasan lahan tidak telah disepakati, seperti sering
sesuai rencana, (v) kemampuan terjadi di banyak proyek, pekerjaan
finansial kontraktor kurang testing commissioning dilakukan
memadai sehingga proyek dapat pada masa pemeliharaan, pada
terbengkalai ditengah jalan. proyek pemerintah serah terima
g. Kegagalan Konstruksi sering terjadi pertama dilakukan hanya dalam
karena: (i) ketidakjelasan ruang bentuk administrasi, sementara fisik
lingkup sehingga terjadi perbedaan belum memenuhi syarat. Untuk
pemahaman antara pemilik proyek proyek swasta biasanya lebih tepat
dengan kontraktor, bisa juga waktu. Kegagalan Bangunan terjadi
karena perbedaan pemahaman karena: (i) settlement/penurunan
akan proses penyelenggaraan bangunan setelah difungsikan, (ii)
konstruksi, sehingga memicu keretakan struktur bangunan setelah
terjadinya sengketa, (ii) tidak difungsikan, (iii) umur bangunan
terpenuhinya lingkup pekerjaan, tidak sesuai harapan, dan (iv) tidak
(iii) mutu pekerjaan tidak sesuai berfungsi sebagaimana mestinya.
dengan spesifikasi, (iv) biaya (8) Keaktifan dan Keunggulan Perusahaan
melebihi dari anggaran yang

26
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Konstruksi konstruksi besar masih rendah


a. Lapangan usaha perusahaan (np<5%). Kapital finansial
konstruksi besar sangat bervariasi perusahaan konstruksi besar
(building, infrastructure, oil & gas) dan belum cukup besar.
investasi. Klien pemerin­ tah masih c. Kapasitas perusahaan konstruksi
dominan (60%) bagi perusahaan dari sisi kapital finansial dan
konstruksi besar (BUMN). Lokus efektivitas manajemen pada
operasi per­ usahaan konstruksi umumnya tidak jauh berbeda
besar masih dalam negeri (90%). satu sama lain dan tetapi mereka
Perusahaan konstruksi besar sudah memiliki kinerja keuangan yang
mulai membuka pasar konstruksi di lebih baik dibanding dengan
sektor minyak dan gas. industri konstruksi secara
b. R e v e n u e / s a l e s / p e n j u a l a n keseluruhan.
perusahaan konstruksi besar d. Industri konstruksi nasional masih
masih rendah dibanding nilai rendah kapasitasnya dibandingkan
pasar konstruksi (30%). Efektivitas dengan industri konstruksi
manajemen perusahaan konstruksi Thailand dan Malaysia. Nilai pasar
besar masih rendah (ra<10%). dan revenue growth yang diperoleh
Efisiensi usaha perusahaan oleh industri konstruksi Indonesia

Keaktifan Perusahaan Konstruksi BUMN

PT. Waskita Karya (Persero)


8

PT. Wijaya Karya (Persero)


7

PT. Pembangunan Perumahan (Persero)


6

PT. Nindya Karya (Persero)


5

PT. Hutama Karya (Persero)


4

PT. Brantas Abipraya (Persero)


3

PT. Amarta Karya (Persero)


2

PT. Adhia Karya (Persero) Tbk


1

0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%

1 2 3 4 5 6 7 8
PT. Waskita PT. Wijaya PT. Pembangunan PT. Nindya PT. Hutama PT. Brantas PT. Amarta PT. Adhia
Karya Karya Perumahan Karya Karya Abipraya Karya Karya
(Persero) (Persero) (Persero) (Persero) (Persero) (Persero) (Persero) (Persero) Tbk

n
Building 54.15% 6.67% 6.67% 31.89% 39.29% 65.30% 12.37% 24.95%
n Infrastruktur 36.22% 0.00% 81.42% 47.04% 54.46% 19.18% 45.96% 61.29%
n Mining, Oil & Gas 0.61% 0.00% 0.00% 2.71% 4.46% 0.00% 15.96% 0.00%
n
Residental 6.40% 6.77% 0.00% 4.43% 0.00% 12.79% 12.61% 12.33%
n Utilities 2.62% 85.56% 11.90% 13.93% 1.79% 2.74% 13.11% 1.43%

Gambar 2. Keaktifan Perusahaan Konstruksi

27 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

total capital
600

500

400
ADHI
milyar (idr)

WKA
300
wika

200 pp
hk
100

0
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 3. Kapital Perusahaan Konstruksi BUMN

Net Profit margin


6.00%

5.00%

4.00%
ADHI
WKA
3.00%
wika

2.00% pp

1.00%

0.00%
2008 2009 2010 2011 2012
Gambar 4. Margin Keuntungan Bersih Perusahaan Konstruksi BUMN

28
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Return on asset
8.00%
7.00%
6.00%
5.00%
4.00%
ADHI ra
3.00%
WKA ra
2.00%
1.00% wika ra

0.00% pp ra
2008 2009 2010 2011 2012

Gambar 5. Pengembalian Aset Perusahaan Konstruksi BUMN

masih lebih rendah dibanding management. And they will need


dengan industri konstruksi. to develop novel ways of attracting,
e. Perusahaan konstruksi besar retaining and deploying a mobile
memiliki tingkat keaktifan tinggi di and multilingual workforce with
pasar domestik baik jenis lapangan relevant skills. As the industry
usaha dengan klien pemerintah continues to evolve from B2B to
paling banyak. Perusahaan B2B2C—these strengths will become
konstruksi besar memiliki sales even more critical differentiators for
atau revenue yang masih rendah the high performers of tomorrow....”
dibanding perusahaan konstruksi di
Malaysia dan Singapore. Perusahaan (9) Keaktifan dan Keunggulan SDM
konstruksi besar memiliki lokus Konstruksi
operasi terbatas di pasar domestik. a. Data mengenai penyerapan
Sebagian besar perusahaan (demand)/kebutuhan tenaga
konstruksi skala kecil dan menengah kerja konstruksi secara nasional
memiliki keaktifan terbatas pada terekam dengan baik oleh BPS.
pasar pemerintah dan strategi Penyerapan (kebutuhan) tenaga
usahanya berbasis cost leadership. kerja konstruksi meningkat dari
Perusahaan konstruksi skala tahun ke tahun pada periode 2009-
menengah sudah mengembangkan 2012, begitu pula kontribusinya
strategi diferensiasi pada spesialisasi terhadap penyerapan tenaga kerja
teknologi. nasional. Pada tahun 2012, tercatat
f. Accenture (2012) menyatakan sebanyak 6.792 Juta pekerja yang
bahwa “....to compete, companies terserap pada Lapangan Pekerjaan
will need to maintain new Utama Konstruksi, atau 6.13%
approaches to risk management (tertinggi pada periode 2009-
and capital allocation, operational 2012) dari tenaga kerja nasional
efficiency, and supply chain yang terserap.
b. Secara historis, tenaga

29 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

45
IKA
40
SSIA
35
wika
30
dgik
25
PTPP
20
JKON
15 ADHI
10 WASKITA
5 TOTAL
0
cURRENT
RATIO

QUICK
RATIO

DEBT EQUITY
RATIO

SALES 5
YEARS
GROWTH
NET PROFIT
MARGIN

RETURN ON
ASSET

RETURN ON
EQUITY
Gambar 6. Kinerja Keuangan Perusahaan Konstruksi

kerja konstruksi baru, dapat belakang pendidikan ini dapat


diidentifikasi dari tahunketahun dijadikan dasar untuk strategi
beserta pertumbuhannya melalui peningkatan kompetensi dari SDM
tenaga kerja konstruksi yang Konstruksi Nasional.
terserap. Pada tahun 2012, tercatat d. Indepth interview kepada berbagai
451,851 tenaga kerja baru yang stakeholders menunjukkan bahwa
terserap di Lapangan Pekerjaan bahwa lapangan usaha arsitek
Utama Konstruksi, atau 39.71% sebagian besar lebih dari 50%
(yang tertinggi pada periode 2005- bermain di pasar swasta. Dari
2012) dari jumlah tenaga kerja baru wawancara semi struktural dapat
yang terserap di tingkat nasional. disimpulkan juga bahwa ada
c. Tenaga kerja konstruksi baru kecenderungan arsitek Indonesia
dapat diidentifikasi tingkat hanya mengumpulkan portofolio
pendidikannya. Pada tahun 2011, untuk mengejar kuantitas proyek
sebanyak 411,402 tenaga kerja daripada kualitas perancangan.
konstruksi baru (yang terserap) Saat ini jumlah Arsitek yang
berpendidikan SD; 202,807 memiliki sertifikat Asean Architect
berpendidikan SMTP; 99,783 (AA) sebanyak 45 orang dari Total
berpendidikan SMTA Umum; 112 orang dari Negara ASEAN.
24,649 berpendidikan SMTA e. Permasalahan arsitek Indonesia
Kejuruan; 7,212 berpendidikan mencakup: (i) kurang memiliki
Diploma I/II/III/ Akademi, dan brand, (ii) kurang memelihara dan
hanya 1,031 berpendidikan mengembangkan network yang
Universitas. Komposisi latar terkait dengan “client satisfaction”,

30
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Tabel 2. Perbandingan Kinerja Industri Konstruksi Indonesia, Thailand, Malaysia


BBG Price Market Revenue growth (%) EBITDA margin (%) EPS growth (%)
Company Code (respective cap
currency) (US$mn) 2011 2012 2013F 2011 2012 2013F 2011 2012 2013F
Indonesia
Adhi Karya ADHI IJ 3550 653 18.0 13.9 23% 5.8 6.5 9.7% (3.9) 13.3 77%
Pembangunan Perumahan PTPP IJ 1480 732 41.6 28.4 28% 9.2 8.9 10.1% 19.0 28.0 19%
Wijaya Karya WIKA IJ 2375 1.486 28.5 26.8 30% 7.6 7.4 7.7% 20.8 25.4 42%
Waskita Karya WSKT IJ 910 895 24.3 21.1 23% 6.2 5.5 10.4% N.A N.A 27%
Jaya Konstruksi JKON IJ 1800 539 19.1 25.3 N.A 7.5 7.8 N.A 17.0 23.4 N.A
Total Bangun TOTL IJ 1230 428 1.8 16.9 24% 9.0 11.0 11.6% 44.3 40.7 22%
Nusa Konstruksi DGIK IJ 245 139 (18.9) 10.6 N.A 6.8 7.9 N.A (88.7) 493.1 N.A
Thailand
Sino Thai STEC TB 22.4 1.116 59.9 33.8 21.7 7.6 7.5 8.4 105.4 28.9 27.3
CK CK TB 24.4 1.317 27.5 89.7 36.2 (3.5) 6.4 8.5 N.A (39.3) 1,285.8
Italian Thai Development ITD TB 7.7 1.048 22.6 4.6 14.8 5.1 8.5 9.1 N.A N.A 466.7
Toyo Thai TTCL TB 50.0 784 69.2 27.7 54.5 5.6 5.5 5.8 18.6 37.3 42.5
Malaysia
Gamuda GAM MK 4.7 3.392 8.9 15.5 20.4 15.6 18.0 15.4 29.6 27.4 1.5
IJM IJM MK 5.7 2.565 (7.3) 21.4 13.6 21.2 21.7 22.6 (10.2) 31.9 26.9
Source: Blooberg, Company and Mandiri Sekuritas estimates

(iii) kurang mampu memasarkan C. PILIHAN KEBIJAKAN UNTUK INDUSTRI


(business skill), (iv) lebih dari KONSTRUKSI NASIONAL
separuh playing field banyak (10) Merasionalisasi klasifikasi dan
di swasta (sekitar 80%) karena subklasifikasi bidang usaha, baik dari
dianggap proses tidak berbelit dan segi struktur maupun jumlahnya,
owner mengutamakan kualitas sehingga tidak memberatkan
perancangan, dan (v) banyak para pelaku usaha jasa konstruksi.
Arsitek yang belum berminat Rasionalisasi tersebut dilakukan dengan
untuk mendaftarkan diri sebagai penyederhanaan klasifikasi, dengan
Asean Architect. membagi klasifikasi bidang usaha
f. Hasil evaluasi aktivitas dan hanya bangunan umum (gedung,
keunggulan insinyur di bangunan infrastruktur sipil), spesialis
beberapa ibukota provinsi di (yang menggabungkan mekanikal-
Indonesia menunjukkan bahwa elektrikal dan jasa pelaksanaan lainnya),
pada umumnya para insinyur serta ketrampilan tertentu (untuk
mengerjakan ≥ 2 proyek pada orang perorangan). Penyederhanaan
setiap tahunnya dan perusahaan ini akan memudahkan proses registrasi
juga menyatakan bahwa 1 insinyur dari para pelaku jasa konstruksi,
dapat mengerjakan 2 proyek pada sehingga menurunkan biaya transaksi
setiap tahunnya.Insinyur memiliki administrasinya.
kapasitas untuk mengerjakan 1 (11) Melakukan penyelarasan (harmonisasi)
atau lebih proyek pada saat yang antara peraturan perundangan yang
bersamaan/paralel. Pendapatan ada di tingkat nasional, maupun
insinyur tidak terlalu tinggi dimana penyelarasan dengan praktek-
36.8% kurang dari 36 juta per praktek baik pengaturan yang
tahunnya dan 28.90% antara 37-72 diterapkan oleh berbagai negara
juta per tahun. anggota ASEAN. Harmonisasi ini akan
menghasilkan sistem pengaturan

31 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

lapangan usaha yang terkonsolidasi (15) Perkuatan permodalan bagi industri


dan menghindarkan tumpang tindih, konstruksi dengan pemberian fasilitas
sekaligus juga akan setara dengan kredit konstruksi yang lebih terjangkau
praktek-praktek di berbagai negara dan lebih sesuai dengan karakteristik
anggota ASEAN lainnya. usaha di sektor konstruksi bagi badan
(12) Menyederhanakan proses sertifikasi usaha skala kecil (gred 2 hingga 4) dan
badan usaha, registrasi dan lisensi menengah (gred 5) dengan gradasi
(perijinan) menjadi satu proses dan yang berbeda. Kebijakan dukungan
satu atap. Proses sertifikasi badan usaha finansial juga dapat diberlakukan
dihilangkan, penetapan klasifikasi dan untuk memperoleh jaminan-jaminan
kualifikasi menjadi bagian dari proses dan asuransi yang sesuai dengan
registrasi, sehingga akan menghasilkan karakteristik dan risiko pekerjaan
hanya satu sertifiikat yaitu sertifikat/ konstruksi.
tanda registrasi yang juga sekaligus (16) Pemberian insentif fiskal dan pajak
akan berfungsi sebagai sertifikat lisensi bagi badan usaha klasifikasi kecil dan
atau ijin usaha jasa konstruksi. LPJK menengah diyakini akan mampu
Propinsi dalam menerbitkan sertifikat mendukung perkuatan struktur
registrasi yang sudah berfungsi permodalan sektor konstruksi
sebagai ijin usaha jasa konstruksi harus nasional. Kebijakan ini tentunya juga
berkoordinasi dengan Pemerintah harus dibarengi dengan penerapan
Kabupaten/Kota sebagai pemberi ijin prinsip-prinsip tata kelola yang
usaha. baik, termasuk tata kelola keuangan
(13) Mengembangkan mekanisme akuntasi, yang antara lain mencakup
paperless registration process, sebagai penerapaan ketentuan transparansi
alternatif dari proses registrasi berbasis dan akuntabilitas.
dokumen tercetak yang berlangsung (17) Perluasan akses pasar dapat
selama ini, melalui pemanfaatan diwujudkan melalui penerapan
proses registrasi secara elektronik (web kebijakan kesetaraan informasi yang
based), yang juga akan meningkatkan dapat menjamin bahwa semua pelaku
transparansi dan meminimalkan resiko usaha akan mempunyai peluang yang
terjadinya hal-hal yang melanggar kode sama untuk memperoleh informasi
etik atau hukum, misalnya penyuapan dengan akurat. Hal ini tentunya
atau korupsi. tidak saja terbatas pada informasi
(14) Menegakkan kepastian hukum mengenai peluang usaha (proyek-
dalam pengaturan bidang usaha jasa proyek) tetapi juga semua informasi
konstruksi, dengan meminimalisir yang menyangkut penyelenggaraan
perubahan-perubahan dalam peraturan konstruksi, seperti informasi mengenai
perundangannya. Karena itu dalam pasokan sumberdaya dan lainnya.
proses penyempurnaan kebijakan, Untuk mendukung ini diperlukan
perlu dikaji dahulu secara mendalam adanya suatu entitas yang khusus
permasalahan-permasalahan yang berfungsi menyediakan fasilitas
ada, dan memastikan konsistensi (baik informasi ini secara konsisten dan
secara vertikal maupun horizontal) berkesinambungan.
dari produk-produk hukum yang akan (18) Memberikan keberpihakan kepada
dihasilkan. pelaku industri konstruksi skala kecil

32
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

menengah dengan cara melindungi utama dengan sub-kontraktor dan


pasar mereka dari persaingan pemasok. Kebijakan adopsi standar
dengan pelaku industri konstruksi kontrak internasional juga harus
yang lebih kuat atau besar dengan diikuti dengan adopsi regulasi lain
pelarangan kontraktor besar, baik yang terkait dengan praktek-praktek
langsung maupun melalui anak tataniaga yang umum dalam perjanjian
perusahaannya, untuk memasuki pasar kerja internasional, seperti yang terkait
yang diperuntukkan bagi kontraktor dengan aspek penjaminan, mekanisme
dengan kualifikasi kecil dan menengah. penyelesaian perselisihan, dan lain
Kebijakan ini harus diberlakukan sebagainya.
hanya dalam waktu terbatas, sehingga (21) Membentuk bank khusus yang
terbentuk badan-badan usaha yang membiayai proyek konstruksi;
benar-benar kuat dan mandiri sebelum pembentukan lembaga keuangan
siap bersaing. untuk memberikan prioritas,
(19)
Perluasan metoda pengadaan dan pelayanan, kemudahan, dan akses
pengikatan kerja (kontrak) non- dalam memperoleh pendanaan;
konvensional bagi proyek pemerintah serta pembentukan lembaga
dalam Perpres Pengadaan yang pertanggungan untuk memberikan
mendukung dan membuka peluang prioritas, pelayanan, kemudahan, dan
lebih besar penerapan pendekatan akses dalam memperoleh jaminan
non-konvensional seperti design-build, pertanggungan risiko.
EPC, dan/atau bentuk kontrak berbasis (22) Bantuan pelatihan penggunaan
kinerja (performance-based contract). teknologi informasi untuk mendukung
Tentu saja implementasi kebijakan supply chain management dan
perluasan metoda pengadaan dan penggunaan berbagai metoda
pengikatan kerja (kontrak) non- pengelolaan proyek dan pengelolaan
konvensional ini juga harus diikuti perusahaan yang lebih efisien.
penyesuaian/penyelarasan kebijakan Memprioritaskan bantuan pelatihan
di sisi lain, misalnya dalam aspek peningkatan daya saing pada variabel
akuntabilitas. Lembaga-lembaga input dengan meningkatkan keahlian
pemeriksa atau auditor negara seperti dan ketrampilan SDM yang langsung
Inspektorat Jenderal Kementerian terkait dengan bidang teknis.
atau Lembaga Negara, BPKP dan BPK (23) Melakukan promosi untuk penerapan
harus mau dan mampu menyesuaikan teknologi pada proses dan produk
prinsip dan mekanisme audit untuk konstruksi agar dicapai hasil yang
pengadaan dan kontrak non- berkualitas. Menyediakan fasilitas
konvensional tersebut. pengamatan pasar (market intelligence)
(20)
Pemerintah mengadopsi prinsip dan menyediakan bantuan pemasaran
dan praktek yang umum berlaku di melalui partisipasi di pameran-
dunia internasional, seperti standar pameran internasional. Membangun
kontrak FIDIC atau standar kontrak jaringan kerjasama masyarakat
internasional lainnya. Standar kontrak konstruksi internasional dengan
internasional ini tidak saja terbatas pemanfaatan teknologi informasi, dan
pada yang mengatur hubungan antara dengan berpartisipasi pada kegiatan-
klien dengan kontraktor utama, tetapi kegiatan internasional sebagai bagian
juga standar kontrak antara kontraktor membangun citra global.

33 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

(24) Menyusun Pedoman Pengadaan dan (27) Spesialisasi arsitek dengan instrumen
Penyelenggaraan proyek secara umum yang harus disiapkan pemerintah dan
yang dapat digunakan oleh semua melalui pendidikan yang membangun
sektor dan menerapkan pedoman jati diri (branding) arsitek melalui
tersebut kepada semua penyelenggara pendidikan profesi arsitek. Pemerintah
proyek baik swasta, pemerintah, BUMN mengembangkan program Expose
dan Kerja sama Pemerintah Swasta. Arsitek Indonesia tahunan. Pemerintah
Industri Konstruksi sejauh mungkin juga menyelenggarakan program
dapat dikelola dan diarahkan agar Pelatihan Bisnis Arsitek. Pemerintah
dapat menjadi lebih efektif, efisien menerapkan sayembara sebagai
dan produktif, untuk dapat tercapai model pemilihan arsitek untuk proyek
tujuan tersebut maka diperlukan suatu pemerintah yang bernilai lebih dari 10
standar proses penyelenggaraan dan M.
pengadaan konstruksi yang berlaku (28) Penerapan Kurikulum Berbasis
dan gunakan secara nasional. Kompetensi pada Lembaga Pendidikan
(25) Perusahaan konstruksi besar diwajibkan Tinggi Teknik. Monitoring akan hasil
memperluas segmen pasar global uji kompetensi SMTA kejuruan agar
baik di domestik maupun luar negeri lulusannya mampu memasuki dunia
dengan membuka cabang di negara kerja. Balai Latihan Kerja wajib mengacu
Asean atau Asia lainnya. Perusahaan pada pelatihan berdasarkan SKKNI.
konstruksi BUMN diminta hanya Peningkatan apresiasi kepada tenaga
mengambil segmen pasar dengan nilai kerja konstruksi, agar tenaga kerja
lebih IDR 100 M. Perusahaan konstruksi dapat tertarik untuk bekerja dibidang
kecil dan menengah mengembangkan konstruksi. Standarisasi upah kerja dan
pasar non pemerintah melalui pemberian bonus ataupun insentif
subcontracting spesialisasi teknologi yang menarik pada akhir proyek
konstruksi. Perusahaan konstruksi skala sehingga gambaran dari Industri
menengah dijadikan bagian dari rantai Konstruksi tidak kalah menarik dengan
pasok konstruksi dari perusahaan industri maupun sektor lainnya.
besar. (29) Perekaman atas TKI yang keluar atas
(26) Pemerintah mengembangkan ICAI melibatkan Pemberi kerja (Project
(International Contractor Asociation Owner), Pemilik Perusahaan, dan
of Indonesia) sebagai media untuk Partner Kerja sebagai cross-check
mengkonsolidasikan perusahaan pelaksanaan di lapangan. Pembentukan
konstruksi yang mengembangkan Sistem pelaporan TKA oleh BUJK
segmen pasar global baik di domestik Asing, Nasional, Pemberi kerja (Project
maupun luar negeri. Pemerintah Owner), dan Pemilik Perusahaan untuk
juga mengembangkan inkubator meningkatkan koordinasi dan kontrol
bisnis konstruksi (IBK) di setiap dengan pencatatan yang baik.
Provinsi sebagai fasilitator untuk
pengembangan industri konstruksi D.
PELAJARAN DARI INDUSTRI
khususnya skala kecil menengah. KONSTRUKSI NEGARA ASEAN
Inkubator bisnis konstruksi ini (30)
Sebagai negara maju di ASEAN,
dilengkapi dengan permodalan, Singapore mengeluarkan suatu peta
kapasitas teknologi, dan sumber daya jalan dalam menjadikan industri
manusia. konstruksi mereka kelas dunia. Negara

34
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

pelajaran dari bca singapore

BCA (2006) BCA (2008)

“to develop an n we shape a safe, high quality,


advanced and sustainable and friendly built
competitive environment.
construction
n the best built environment
industry” for Singapore, our distinctive
global city.
to have a construction
industry amongst the n Safety, Quality, Sustainable
best in Asia and User-Friendliness

Gambar 3.1 Strategi Pengembangan Industri Konstruksi Singapore

ini mengeluarkan konsep “Reinventing langkah strategis untuk membangun


Construction” (S&P, 1999) atau lebih industri konstruksi, sebagai berikut:
dikenal dengan istilah “Construction 21”. (i) enhancing the professionalism of
Upaya ini diinisiasi untuk meningkatkan the industry, (ii) raising the skills level,
produktifitas Industri konstruksi (iii) improving industry practices and
Singapore melalui suatu “a radical techniques, (iv) adopting an integrated
structuring of its process, procedures approach to construction, (vi) developing
and practices”. Panitia pengarah yang and external wing, and (vii) a collective
dibentuk oleh pemerintah Singapore championing effort for the construction
menetapkan visi Industri Konstruksi industry.
Singapore untuk abad 21 adalah “to be a (31) Malaysia sebagai negara berkembang
world class builder in the knowledge age”. di ASEAN juga mengeluarkan agenda
Transformasi yang dibutuhkan oleh untuk membangun industri konstruksi.
industri konstruksi Singapore menuju Pemerintah negara ini mengembangkan
“a knowledge and high value added suatu ”Construction Industry Master Plan
industry” agar menjadi industri: (i) a 2010”. Visi industri konstruksi Malaysia
professional, productive and progressive 2020 adalah ”the Malaysian Construction
industry, (ii) a knowledge workforce, (iii) Industry Shall Be Among the Best In the
superior capabilities through synergistic World”. Master plan pengembangan
partnerships, (iv) integrated process industri konstruksi Malaysia mencakup 6
for high buildability, (v) contributor to (enam) strategic thrust, sebagai berikut: (i)
wealth through cost competitiveness, integrating the construction industry and
(vi) construction expertise as an export its value chain to enhance efficiency and
industry. Dalam rangka mencapai improve productivity, (ii) benefiting from
hasil yang diinginkan tersebut, globalisation, (iii) strive for environment-
Construction 21 dari Singapore friendly and sustainable construction
ini merekomendasikan 6 (enam) processes and resource management, (iv)

35 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

embedding intelligence to construction (34) Berangkat dari perubahan paradigma


output, (v) achieving flexibility in both tersebut, secara praktif membangun
output and production processes to meet industri konstruksi nasional adalah
customers needs, and (vi) construction mentransformasikan industri
entrepreneurs will increasingly be required konstruksi dari paradigma lama
to provide total solutions. menuju paradigma baru. Paradigma
(32) Secara mendasar negara-negara maju baru merupakan refleksi dari wajah
dan berkembang telah meletakkan industri konstruksi kelas dunia. Oleh
dasar untuk melakukan perubahan karena itu, baik pemerintah Singapore
paradigma (paradigm shift) dari industri maupun Malaysia menggunakan
konstruksi mereka. Dalam konteks ini ”strategic thrust” membangun
kebutuhan perubahan paradigma di industri konstruksi dalam kerangka
Industri konstruksi Singapore adalah: menjadikan paradigma baru industri
(i) 3P Industry: professional, productive, konstruksi mereka. Belajar dari ”radical
and progressive, (ii) knowledge industry, transformation” atau ”radical movement
(iii) distributed manufacturing process, (iv) for change” dari berbagai negara
integrated process, (v) low cost through tersebut di atas, pemerintah Indonesia
high productivity, and (vi) generator of perlu melakukan upaya yang strategis
wealth/quality lifestyles. dalam kerangka meletakan dan
(33) Pemerintah Malaysia telah mendorong melekatkan paradigma baru industri
industri konstruksi negara ini untuk konstruksi Indonesia.
melakukan perubahan paradigma
juga. Paradigma yang dibangun oleh

Vision Vision Critical Success Factors

The Malaysian To be a dynamic, productive 1. Productivity


construction industry and resilient enabling sector, 2. Quality
shall be a world supporting sustainable 3. Human Resources
class, innovative, and wealth generation and 4. Knowledge
knowledgeable global value cration, driven by a 5. Innovation
solution provide technologically-pervasive, 6. Environment practices
creative and cohesive 7. Industry sustainability
construction community 8. Professionalism

Industri Konstruksi Malaysia adalah E. TINDAK LANJUT


sebagai berikut: (i) professional, (ii) a (35)
Pemerintah melalui BP Konstruksi
career, (iii) clean and unclustered, (iv) Kementerian Pekerjaan Umum
productivity driven, (v) modularised memutakhirkan dan menyaring
system built and technology dependant, pilihan kebijakan tersebut di atas
(vi) high quality, environmental friendly, untuk dimasukkan dalam rencana
(vii) co-operative competition in strategis pembinaan konstruksi dan
networked fragmentation, (viii) global, Pengurus LPJK Nasional menyaring
(ix) completely profiled, (x) new material pilihan kebijakan tersebut di atas
& intelligent, and (xi) more self regulatory. untuk menyusun rencana strategis
pengembangan jasa konstruksi.

36
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Integrate the construction industry value chain to enhance


Strategic Trust 1 productivity and efficiency

Strategic Trust 2 Strangthen the construction industry image

Strive for the highest standard of quality, occupational safety


Strategic Trust 3 and health and environmental practices

Develop human resources capabilities and capacities in the


Strategic Trust 4 construction industry

Innovate through research and development and adopt new


Strategic Trust 5 construction methods

Leverage on information and communication technology in


Strategic Trust 6 the construction industry

Benefit from globalisation including the export of


Strategic Trust 7 construction product and services

Critical Success Key Performance Indicators Target 2015*


Factors
Strategic Thrust No. 1: Integrate the construction industry value chain to
enhance productivity and efficiency
1. Productivity
l Value added per worker To Improve by 20%
l Average time from “Inception” to “Manage Facilities”. To Improve by 20%
Strategic Thrust No. 2: Strengthen the costruction industry image
l Number of abandoned/uncompleted/late projects as a % of Less than 1% of total
8. Professionalism total projects awarded projects awarded
l Ringgit share (of projects) per contract To Improve by 50%
l QLASSIC score and Credit & Performance Ratings 80% with Above
Average Score

2. Quality Strategic Thrust No. 1: Integrate the construction industry value chain to
enhance productivity and efficiency
6. Environment l Number of accidents (per million manhour) and fatality rate Close to zero
practices
l Number of Construction companies with ISO9001, At least 90% of total
ISO14001, OSH MS, OHSAS 18001 certification companies

(36)
Pemerintah membentuk satuan ini juga diminta menyusun bahan
tugas (task force) untuk menyusun masukan bagi penyusunan RPJMN III
masterplan atau roadmap bagi 2015 – 2019.
pengembangan industri konstruksi
dengan rujukan makalah kebijakan
ini. Disamping itu, satuan tugas

37 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

DAFTAR BACAAN
Barrett, P. (2005) Revaluing Construction: A Global CIB Agenda. Publication 305, International
Council for Research and Innovation in Building. Rotterdam, The Netherlands.
Bon, R (2000), Economic Structure and Maturity (Collected Papers in Input-Output Modelling and
Application, Ashgate Publishing Company, UK
Bon, R. (1988), Direct and indirect resource utilization by the construction sector: the case of USA
since World War II, Habitat International, 12, 49-74.
Carassus, J (ed) (2004) The Construction Sector System Approach: An International Framework,
Report by CIB W055-W065 Construction Industry Comparative Analysis, Project Group, CIB
Publication.
Chou, C. dan O. Shy, (1991), Intraindusty trade and the variety of home product,. Canadian
Journal of Economics 24:405-416
Egan, J. (1998) Rethinking Construction: The report of the Construction Task Force to the Deputy
Prime Minister, John Prescott, on the scope for improving the quality and efficiency of UK
construction. London: Department of the Environment, Transport and the Regions.
Field, B and Ofori, G (1988), Construction and Economic Development, Third World Planning
Review,
Ganesan (1999), Employment, Technology and Construction Development, Ashgate, UK
Henriod, (1984), The Construction Industry Issues and Strategis in Developing Countries, World
Bank Publication, Geneva.
Hillebrandt, P.M, (1984), Analysis of the British Construction Industry, MacMillan Publishers Ltd,
UK
Ive and Gruneberg (2000), The Economics of the Modern Construction Sector, MacMillan, UK
Kumaraswamy, M., Lizarralde, G., Ofori, G., Styles,P., and Suraji, A., (2007) Industry-Level
Perspective of Revaluing Construction: Focus On Developing Countries, CIB World Congress,
South Africa, 14-15 May.
Kwakye, A.A (1997) Construction Project Administration in Practice, The Chartered Institute of
Building, England
Latham, M. (1994) Constructing the Team: Final report of the government/industry review of
procurement and contractual arrangements in the UK construction industry. London: HMSO.
Lewis, T.M. (2008) Quantifying the GDP-Construction Relationship, in Economics For The Modern
Built Environment, Les Ruddock (Ed), Taylor & Francis, London
Moavenzadeh, F. (1978) Construction in developing countries, World Development, Vol. 6, No. 1,
pp. 97-116.
Moffatt, Sebastian and Kohler, Niklaus (2008) Conceptualising the built environment as a social-
ecological system, Building Research & Information, 36:3, 248 – 268
Ofori, G (1990), The Construction Industry, Aspects of Its Economics and Management, Singapore
University Press, National University of Singapore
Ofyer, N. (2002) Construction Defects Education in Construction Management, ASC Proceedings of
the 38th Annual Conference Virginia Polytechnic Institute and State University - Blacksburg,
Virginia April 11 – 13
Parikesit, D., Suraji, A., Purwoto, H. (2007) Sektor Konstruksi dan Pilihan Kebijakan Industri Ke
Depan, Paper Presented in the National Conference in Civil Engineering, Atmajaya University,
Yogyakarta 11-12 Mei,
Parikesit, D., Suraji, A., Wachid, L., and Kurniawati., (2004), The competence of the Indonesian
Construction Industry: Quo Vadis, the National Forum for the Indonesian Construction

38
Kesiagaan Industri Konstruksi di Pasar Asean & Global

Industry, Jakarta, 2 December (In Indonesian)


Rabeneck, Andrew (2008) A sketch-plan for construction of built environment theory, Building
Research & Information, 36:3, 269 – 279
Ruddock, L & Ruddock, S (2008) The Scope of The Construction Sector: Determining Its Value, in
Economics For The Modern Built Environment, Les Ruddock (Ed), Taylor & Francis, London
Suparto, H.G (2007) Industri Konstruksi Indonesia, dalam Konstruksi: Industri, Pengelolaa dan
Rekayasa, KK MRK ITB, Penerbit ITB
Suraji, A & Krisnandar, D (2008), Productivity in Construction Sector, Theme Paper, Proceeding of the
14th Asia Construct Conference, Tokyo
Suraji, A (2006) Indonesian Construction: Stakeholder Perspective, Proceeding ICCI, Jakarta 8-9 Nov
Suraji, A (2006) Indonesian Construction: Where to Go, Paper Presented at the National Seminar for
the Construction Services Development Board, Jakarta August
Suraji, A (2006) Makalah Kebijakan Tranformasi Konstruksi, Prosiding Forum KAKI Yogyakarta,
Bandung & Jakarta, BPKSDM Departemen Pekerjaan Umum
Suraji, A (2008) Transformasi Konstruksi Indonesia, Makalah Kuliah Umum, Program Magister Studi
Pembangunan, Insitut Teknologi Bandung
Suraji, A (Eds) (2007) Konstruksi Indonesia 2030: Kenyamanan Lingkungan Terbangun: Menciptakan
Nilai Tambah Secara Berkelanjutan Dengan Sinergi, Profesionalisme dan Dayasaing, LPJKN,
Jakarta
Suraji, A., & Wirahadikusumah, R.D., (2007) Optimasi Peran dan Fungsi LPJK: Menuju Konstruksi
Indonesia Kokoh, Handal dan Berdayasaing, Makalah Diskusi, BPKSDM Departemen PU, 21
Juni
Suraji, A., Parikesit, D., & Mulyono, A.T. (2004) Readiness Assessment of the Indonesian Construction
Industry for Global Trade in Services: the Indonesian Experiences, Proceedings of the
International Conference on Globalisation Construction, 17-19 Nov, Bangkok,

39 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

Kerangka Harmonisasi
Konstruksi Indonesia
Krishna Suryanto Pribadi
KK Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Teknologi Bandung

Harmonisasi adalah proses atau upaya untuk mencari keselarasan melalui


penyesuaian perbedaan-perbedaan dan inkonsistensi terkait berbagai hal.
Harmonisasi konstruksi Indonesia dibutuhkan dalam rangka membangun
industri konstruksi nasional yang kokoh, dapat diandalkan dan berdaya saing
tinggi. Upaya penyelarasan konstruksi Indonesia perlu dilakukan melalui
penyelarasan peraturan perundangan yang mengaturnya, penyelarasan
kebijakan-kebijakan dari berbagai pemangku kepentingan utama, dan
penyelarasan dalam proses-proses penyelenggaraan konstruksi di Indonesia.

Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, konstruksi Indonesia tumbuh dengan
sangat pesat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan
signifikan nilai konstruksi di Indonesia, dari Rp. 376 Triliun pada tahun
2012, menjadi Rp. 440 Triliun pada 2013, dan Rp. 505 Triliun pada 2013.
Tingkat pertumbuhannya pun melebihi tingkat pertumbuhan ekonomi
nasional (6,57% dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 5,72%
pada 2013). Pertumbuhan yang pesat ini didukung dengan adanya
program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI). Hingga akhir 2012 terdapat 130.615
perusahaan konstruksi di Indonesia. Menurut BPS, potensi bisnis
konstruksi diperkirakan akan terus membesar karena adanya komitmen
pemerintah memperbesar anggaran belanja infrastruktur seperti jalan,
jembatan, pelabuhan, maupun bandara. Pangsa sektor konstruksi
dalam PDB Indonesia juga terus meningkat, dari hanya 6,3% pada 2008
meningkat menjadi 11,6% pada 2012. Bila perekonomian nasional
tumbuh stabil terus, maka diperkirakan pangsa sektor konstruksi akan
terus naik juga1.

Dengan makin mendekatnya implementasi Masyarakat Ekonomi Asean


(MEA) pasca 2015, maka konstruksi Indonesia akan menghadapi dua

40
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

situasi. Pertama, dengan pasar konstruksi yang yang ditetapkan melalui peraturan perundangan
terbesar di Asia Tenggara, konstruksi Indonesia dapat mengatur hal-hal tersebut dengan baik,
akan bersaing dengan pelaku jasa konstruksi dan hal ini perlu didukung oleh mekanisme
dari berbagai negara Asean lainnya. Kedua, kelembagaan yang memadai, serta praktek-
implementasi MEA pasca 2015 akan membuka praktek penyelenggaraan konstruksi yang
peluang bagi masuknya konstruksi Indonesia memenuhi etika bisnis yang berlaku, adil (fair),
ke pasar konstruksi di negara-negara Asean dan transparan.
lainnya. Dengan situasi perdagangan bebas
demikian maka diharapkan konstruksi nasional Undang-Undang No.18 tahun 1999 tentang
akan bergerak ke arah peningkatan efisiensi Jasa Konstruksi bertujuan untuk mengatur
dan produktifitas, dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan jasa
persaingan yang akan meningkat cukup ketat. konstruksi, penyelenggaraan jasa konstruksi,
serta peran masyarakat konstruksi, termasuk
Di sisi lain, disadari bahwa konstruksi nasional kegiatan-kegiatan pengikatan pekerjaan
menghadapi berbagai permasalahan internal konstruksi melalui pemilihan penyedia jasa.
yang dapat menghambat peningkatan daya Dengan demikian UUJK mengikat semua
saing menghadapi persaingan pada era MEA pelaku konstruksi, baik pengguna jasa maupun
pasca 2015. Setiowibowo2 membahas berbagai penyedia jasa pada proyek-proyek yang
kendala yang menghambat perkembangan diselenggarakan oleh pemerintah maupun
konstruksi nasional, antara lain: 1) masih sektor swasta.
tingginya tingkat kecelakaan kerja konstruksi,
menunjukan masih kurangnya perhatian Selama ini terdapat berbagai peraturan
terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja perundangan yang memiliki kaitan dengan
konstruksi; 2) masih rendahnya jaminan mutu UU No.18/1999 yang mendukung ataupun
hasil pekerjaan konstruksi; 3) permasalahan melengkapi, baik itu secara horizontal maupun
kelembagaan untuk pengembangan dan secara vertikal yang sama-sama memiliki
pembinaan jasa konstruksi; 4) masih terbatasnya peran dalam sektor konstruksi. Meskipun
sumberdaya manusia untuk konstruksi; 5) demikian patut disadari bahwa terdapat pula
ketidaksetaraan dalam kontrak kerja konstruksi; peraturan yang sifatnya tumpang tindih dan
6) posisi daya saing terhadap penyedia jasa tidak selaras, sehingga dalam pelaksanaannya
asing, dikaitkan dengan sumber pendanaan ketidakharmonisan peraturan perundangan
konstruksi; 7) permasalahan dalam bisnis ini berpotensi untuk menimbulkan peraturan
konstruksi di Indonesia; 8) profil penyedia jasa yang dapat diterjemahkan secara ambigu
konstruksi nasional, yang masih didominasi oleh dan bahkan dimanfaatkan secara politis
kontraktor umum dan kurangnya kontraktor berdasarkan kepentingan orang ataupun
spesialis. kelompok tertentu. Untuk itu, harmonisasi dalam
penyusunan perundangan perlu dilakukan
Permasalahan tersebut menjadi lebih rumit karena selama ini sudah banyak peraturan
karena berbagai kendala tersebut di atas perundangan yang mengatur berbagai aspek
sebenarnya saling berkaitan satu sama lain. dalam konstruksi, yang terbit dalam kurun
Kendala-kendala di atas hanya akan dapat waktu yang berbeda. Terdapat berbagai
terurai bila mekanisme pengembangan, pengaturan yang memerlukan penyelarasan
pembinaan, dan penyelenggaraan konstruksi
1 http://www.jpnn.com/read/2013/11/06/199364/Bisnis-Konstruksi-Tembus-Rp-439-T-, diunduh 7 Oktober 2014
2 Setiowibowo W, 2011, Good Corporate Governance: Mendorong Implementasinya dalam Badan Usaha Jasa Konstruksi,
Penerbit KL40, Jakarta, ISBN 978-602-98753-0 -0

41 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

agar didapat mekanisme pengembangan, Artinya peraturan perundangan yang berlaku


pembinaan, dan penyelenggaraan konstruksi haruslah mengakomodir kepentingan apa yang
yang optimal sehingga dapat mendorong dicita-citakan jasa konstruksi nasional dengan
pertumbuhan konstruksi yang sehat, kuat dan tidak menampikan asas yang menjadi landasan
berdaya saing tinggi. Penyelarasan juga perlu cita-cita jasa konstruksi. Harmonisasi peraturan
didorong terkait dengan kebijakan pembinaan perundangan jasa konstruksi perlu dilakukan
dan pengembangan konstruksi, serta praktek- guna mewujudkan jasa konstruksi di Indonesia
praktek penyelenggaraan konstruksi. yang lebih maju, kokoh, handal dan mampu
meningkatkan daya saing, baik itu secara
Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, nasional maupun internasional.
harmonisasi memiliki pengertian upaya mencari
keselarasan. Artinya dalam menyusun suatu Kerangka Kerja Penyelarasan
perundangan khususnya berkaitan dengan jasa Industri Konstruksi Indonesia
konstruksi seyogyanya harus saling mendukung Upaya-upaya penyelarasan konstruksi nasional
dan melengkapi, baik itu turunan dari suatu perlu difokuskan pada aspek regulasi, aspek
perundangan ataupun perundangan yang kebijakan dan aspek praktek penyelenggaraan
sejajar kedudukannya, secara horizontal maupun konstruksi, seperti diperlihatkan pada skema
secara vertikal. Dengan adanya harmonisasi Gambar 1.
diharapkan peraturan perundangan berkaitan
dengan jasa konstruksi dapat sesuai dengan
cita-cita jasa konstruksi nasional yaitu: Peraturan
Perundangan

1. Tertib jasa konstruksi


2. Pemberdayaan jasa konstruksi untuk:
- Mengembangkan kemampuan
- Meningkatkan produktivitas
- Menumbuhkan daya saing Industri
Konstruksi yang
3. Kedudukan yang adil antara penyedia dan Kokoh, Andal,
pengguna jasa Berdayasaing

4. Kemitraan yang strategis dalam usaha jasa


konstruksi Penyeleng
Kebijakan
garaan

Selain itu, diharapkan bahwa semua peraturan


perundangan terkait harus sejalan dengan
landasan asas jasa konstruksi nasional
berdasarkan UU No.18 tahun 1999 yaitu: Gambar 1. Fokus Harmonisasi
Konstruksi Indonesia
1. Kejujuran dan keadilan
2. Manfaat
Elemen-elemen dari konstruksi Indonesia yang
3. Keserasian
diharapkan tercapai melalui upaya membangun
4. Keseimbangan
industri konstruksi nasional yang kokoh, andal
5. Kemandirian
dan berdaya saing tinggi diperlihatkan pada
6. Keterbukaan Kemitraan
kerangka kerja pada Tabel 1 berikut ini.
7. Keamanan dan Keselamatan

42
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

Tabel 1. Fokus Pengembangan Industri Konstruksi Nasional


Karakteristik
Industri Kriteria Elemen
Konstruksi
Kokoh Mampu bertahan • Manajemen dan organisasi yang siap mengantisipasi perubahan
menghadapi fluktuasi dan • Memiliki SDM yang adaptif
menyerap guncangan • Memiliki akses finansial yang fleksibel
ekonomi • Jaringan rantai pasok yang mendukung
• Sistem informasi yang antisipatif
• Kemampuan manajemen risiko
• Mampu membangun kemitraan

• Mengutamakan kepuasan pelanggan


Andal Mampu memenuhi • Responsive terhadap demand
kebutuhan/permintaan • Rantai pasok yang mendukung
clients/pasar dari segi • Dukungan finansial yang andal
produk dan layanan • Memiliki etika bisnis yang kuat
pasca jual berkualitas • SDM yang kompeten
• Akses sumber daya yang terjaga
• Peduli keselamatan dan kesehatan kerja dan keberlanjutan lingkungan

• Manajemen yang kuat


• Efisien dalam berproduksi
Berdaya saing Mampu bersaing secara • Produktivitas tinggi (SDM, alat, sistem, finansial)
sehat dalam persaingan • Menguasai informasi (ICT)
lokal, regional, global • Kuat dalam teknologi dan inovasi
• Memiliki dukungan rantai pasok yang kuat
• Etika bisnis yang baik
• Akses keuangan yang bersaing

Berdasarkan rincian elemen-elemen yang sebagai arah dari harmonisasi konstruksi


harus dikembangkan untuk mencapai tujuan Indonesia. Gambar 2 memperlihatkan konsep
dari pengembangan industri konstruksi, dapat strategi harmonisasi konstruksi Indonesia,
diidentifikasikan ciri-ciri dari permintaan dan yang dikembangkan berdasarkan kebutuhan
persediaan (demand/supply) yang dikehendaki harmonisasi yang telah dibahas di atas.

KONDISI PASAR
- Persaingan sehat
- Mendorong inovasi
- Menghargai kerja keras
- Volume memadai
- Segmentasi rasional
• Harmonisasi - Informasi simetris
Regulasi dan - Keberpihakan
Kelembagaan
Industri
• Harmonisasi konstruksi
Kebijakan Antar kokoh, andal,
Lembaga berdayasaing
KONDISI SUPPLY
• Harmonisasi - tersedia SDM kompeten
Penyelenggaraan - rantai pasok berkembang
Konstruksi - informasi
- akses finansial mudah/murah
- penjaminan tersedia
- kepastian & penegakan hukum
- rantai pasok
- penyelesaian sengketa lancar
- dukungan teknologi inovatif

Gambar 2. Strategi Harmonisasi Konstruksi Indonesia

43 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

Harmonisasi peraturan perundangan merupakan masing lembaga terkait, kemudian pada


proses penyelarasan atau sinkronisasi yang tingkatan terendah, harmonisasi konstruksi
perlu dilakukan baik secara vertikal maupun Indonesia harus dilakukan terhadap
horizontal. Harmonisasi vertikal memastikan penyelenggaraan konstruksi di Indonesia
bahwa suatu peraturan perundang-undangan yang meliputi harmonisasi program-program
yang berlaku dalam suatu bidang tertentu tidak pengembangan konstruksi dan program terkait
saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya, termasuk berbagai prosedur dan
lain dalam hierarki peraturan perundangannya, praktek-praktek penyelenggaraan konstruksi.
khususnya dengan Pancasila dan Undang- Gambar 3 memperlihatkan kerangka kerja
Undang Dasar 1945. Selain itu juga penyelarasan proses harmonisasi konstruksi Indonesia yang
vertikal juga memperhatikan kronologis perlu dilakukan dalam rangka membangun
penetapan peraturan perundangan. Sinkronisasi konstruksi Indonesia yang kokoh, andal dan
horizontal dilakukan dengan melihat berbagai berdaya saing tinggi
peraturan perundang-undangan yang sederajat
dan mengatur bidang yang sama atau terkait.
Sinkronisasi horizontal ini juga memperhatikan HARMONISASI PERATURAN PERUNDANGAN
kronologi penetapan peraturan perundangan- SECARA VERTIKAL DAN HORIZONTAL
undangan yang bersangkutan.
HARMONISASI KELEMBAGAAN DAN
Proses harmonisasi peraturan perundangan KEBIJAKAN ANTAR LEMBAGA
(KEMENTERIAN/LEMBAGA/LPJK/
harus memenuhi prinsip hukum sebagai ASOSIASI/ INSTITUSI PENDIDIKAN
berikut3: DAN PELATIHAN/INSTITUSI REGULASI
1) Lex superior derogat legi inferiori: per­aturan PROFESI DST)
perundang-undangan berting­kat lebih tinggi
mengesampingkan per­atur­­an perundang- HARMONISASI
PENYELENGGARAAN
undangan tingkat lebih rendah, kecuali KONSTRUKSI: PROGRAM DAN
apabila substansi peratur­ an perundang- PROSEDUR
undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang
oleh undang-undang ditetapkan menjadi
wewenang peraturan perundang-undangan Gambar 3. Kerangka Kerja Harmoni
tingkat lebih rendah. Konstruksi Indonesia
2) Lex specialis derogat legi generalis:
Harmonisasi Peraturan
aturan hukum yang khusus akan
Perundangan Terkait Konstruksi di
mengesampingkan aturan hukum yang
Indonesia
umum.
Terdapat berbagai peraturan perundangan
3) Asas lex posterior derogat legi priori: aturan
yang mempunyai kaitan dengan konstruksi
hukum yang lebih baru mengesampingkan
di Indonesia. Sebagai landasan utama adalah
atau meniadakan aturan hukum yang lama.
Undang-Undang No.18/1999 tentang Jasa
Konstruksi beserta berbagai Peraturan
Selain harmonisasi peraturan perundangan
Pemerintah turunan dari UU 18/1999. Gambar
terkait, diperlukan juga proses harmonisasi
4 memperlihatkan penyelarasan yang
lanjutannya, yaitu harmonisasi dari mekanisme
harus dilakukan antara berbagai peraturan
kelembagaan beserta kebijakan dari masing-
perundangan yang berkaitan dengan

3. Mahendra AAO, 2010, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-peraturan-perundang-undangan.


html, diunduh 5 Oktober 2014

44
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

konstruksi Indonesia, menyangkut peraturan tingkat daerah, termasuk peran dari berbagai
perundangan yang mengatur kegiatan organisasi independen (LPJK, asosiasi profesi,
usaha jasa konstruksi termasuk mekanisme asosiasi badan usaha, dsb); 2) mekanisme
transaksinya, peraturan perundangan yang pengembangan sumberdaya manusia
bersifat teknis, baik secara umum maupun (pendidikan, pelatihan, perlindungan,
sektoral (lingkungan hidup, bangunan penjaminan dan pengembangan kompetensi,
gedung dsb), serta peraturan perundangan registrasi, sertifikasi dsb.); 3) proses bisnis
berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan dan (pengadaan, pengikatan, penyelesaian
pengembangan sumberdaya manusia dalam sengketa dll). Khusus terkait sistem pembinaan
konstruksi Indonesia. Harmonisasi peraturan jasa konstruksi, masih diperlukan penyelarasan
perundangan juga perlu dilakukan terhadap peran antara Pemerintah (dalam hal ini diwakili
berbagai peraturan turunan (Peraturan oleh Kementerian Pekerjaan Umum) dengan
Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan peran lembaga pengembangan jasa konstruksi
Menteri dan sebagainya) yang merupakan yang diamanahkan UU No.18/1999 sebagai

UU TERKAIT PEMBINAAN:
n UU PEMERINTAHAN
DAERAH
n UU ORMAS
n DLL

UU TERKAIT SDM: UU TERKAIT BISNIS:


n UU TENAGA KERJA n KUH Perdata
n UU KESELAMATAN KERJA n UU PERSEROAN
n UU PENDIDIKAN & UU n UU ANTI MONOPOLI
n UU PENDIDIKAN TINGGI 18/1999 n UU ARBITRASE
n UU KEINSINYURAN n UU PERASURANSIAN
n UU JAMINAN SOSIAL n UU KEUANGAN/ PERBANKAN
n DLL n DLL

UU TEKNIS:
n UU TATA RUANG
n UU LINGKUNGAN HIDUP
n UU BANGUNAN
n UU JALAN
n DSB

Gambar 4. Harmonisasi Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi dengan


Undang-undang terkait lainnya.

kebijakan regulatoris dari berbagai kementerian suatu lembaga mandiri yang menjalankan peran
dan lembaga, serta peraturan-peraturan dan sebagai suatu independent regulatory body,
kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintah dengan ketidakpastian sumber anggaran. Selain
daerah. itu juga perlunya penyelarasan UU No. 18/1999
dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah
Beberapa aspek khusus pengaturan terkait (UU No. 32/2004) yang telah diperbaharui
industri konstruksi yang perlu diprioritaskan dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah
harmonisasinya adalah: 1) sistem kelembagaan yang RUU-nya baru disahkan pada tanggal 26
pembinaan, baik di tingkat nasional maupun September 2014 oleh Pemerintah dan DPR4

45 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

terkait belum jelasnya sistem pembinaan jasa berbagai lembaga tersebut untuk mendorong
konstruksi melalui mekanisme Tim Pembina pengembangan konstruksi Indonesia secara
Jasa Konstruksi, baik di tingkat nasional maupun optimal dan efisien dalam membentuk struktur
tingkat daerah. usaha yang kokoh, andal dan berdaya saing.

Harmonisasi Kelembagaan Studi NRC5 di Amerika Serikat menunjukan


Harmonisasi peraturan perundangan perlu bahwa hambatan terbesar dalam upaya
ditindaklanjuti dengan harmonisasi kelembagaan meningkatkan produktivitas konstruksi sebagai
beserta kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan salah satu faktor daya saing industri konstruksi
oleh masing-masing lembaga terkait. Harmonisasi adalah: 1) kelemahan dalam pemanfaatan
antar lembaga perlu dilakukan melalui analisis teknologi automasi dan teknologi informasi;
berbagai peran, kewenangan, tugas, dan 2) kesulitan menyediakan dan menarik
kewajiban dari setiap lembaga terkait, untuk sumberdaya manusia terampil bagi industri
mencegah adanya tumpang tindih tugas dan konstruksi; 3) kelemahan pengukuran dan
kewajiban atau justru terjadinya celah (gap) karena pemantauan kinerja konstruksi, baik pada
terlewatnya suatu kewajiban sehingga tidak ada skala industri, bisnis, proyek bahkan skala
yang menanganinya. Konstruksi merupakan mikro (tenaga kerja dan peralatan), serta; 4)
suatu kegiatan ekonomi yang melibatkan keterbatasan penelitian dan pengembangan
berbagai pelaku dan pengerahan sumberdaya dalam konstruksi. Keempat hambatan tersebut
untuk menghasilkan suatu bangunan atau juga dirasakan cukup menonjol dalam
infrastruktur untuk melayani kebutuhan sosial pembinaan konstruksi Indonesia.
ekonomi masyarakat dan pemerintahan, sehingga
konstruksi merupakan kegiatan lintas sektor Studi dari Ofori6 terkait kinerja industri
ekonomi dan pemerintahan yang ada, sehingga konstruksi di negara-negara berkembang
tidak tertutup kemungkinan adanya tumpang menunjukan berbagai masalah, termasuk
tindih atau justru celah dalam tanggung jawab kinerja biaya, waktu dan mutu, kurangnya
pembinaannya. Dalam rantai pasok kegiatan peluang mendapat pekerjaan, kelemahan
konstruksi, terlibat berbagai sumberdaya yaitu profesionalitas dan kewirausahaan, kelemahan
sumberdaya manusia, peralatan, bahan, dana, peraturan dan standar perencanaan beserta
teknologi dan informasi sebagai input bagi penerapannya, birokrasi dalam perencanaan
proses konstruksi. Terdapat berbagai kementerian dan pengelolaan proyek-proyek. Kinerja industri
dan lembaga yang menangani penyediaan, konstruksi di negara berkembang jauh lebih
pengembangan, dan pengelolaan berbagai rendah dari sektor industri lainnya, demikian
sumberdaya tersebut, sehingga potensi tumpah juga dengan industri konstruksi di negara maju
tindih kewenangan sangat besar terjadi. dari segi produktivitas, mutu, K3, dan kinerja
lingkungan. Khususnya di negara-negara
Harmonisasi kelembagaan diperlukan bagi berkembang kinerja yang buruk muncul akibat
penyelarasan kebijakan berbagai kementerian krisis ekonomi, kekurangan sumberdaya, dan
dan lembaga agar terjadi kejelasan kewenangan kelemahan sistem hukum dan kelembagaan.
dan pembagian tugas dan kewajiban di antara

4 http://www.dpr.go.id/id/berita/paripurna/2014/sep/29/8808/ruu-pemda-perjelas-pembagian-urusan-pemerintah-pusat-dan-
daerah, diunduh 5 Oktober 2014
5 Committee on Advancing the Productivity and Competitiveness of the U.S. Industri Workshop-Board on Infrastructure and
the Constructed Environment Division on Engineering and Physical Sciences-NRC, 2009, Advancing the Competitiveness and
Efficiency of the US Construction Industri, The National Academies Press, Washington DC, ISBN 978-0-309-14191-8
6 Ofori G., 2006, Revaluing Construction in Developing Countries: A Research Agenda, Journal of Construction in Developing
Countries, Vol 11 No. 1, March 2006, USM Press, Penang, Malaysia

46
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan sampai sekarang masih sangat terbatas. Wakil


tersebut di atas dibutuhkan peran dan komitmen Menteri Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak
yang kuat dari berbagai kementerian dan menyatakan bahwa berdasarkan data Badan
lembaga terkait dengan kejelasan pembagian Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, jumlah
tugas dan kewenangan. Harmonisasi peran tenaga kerja yang kerja yang terserap di sektor
kelembagaan sangat diperlukan untuk konstruksi di Indonesia mencapai 6,9 juta pekerja,
mengatasi hambatan-hambatan tersebut. tetapi dari jumlah ini baru sedikit tenaga kerja
konstruksi, baik terampil maupun ahli, yang telah
Harmonisasi Program tersertifikasi. Data LPJKN menunjukan bahwa
Harmonisasi pada tingkatan terdalam dibutuhkan sampai sekarang (2014) tenaga ahli bersertifikat di
untuk menyelaraskan berbagai program sektor konstruksi sebanyak 48.761 atau hanya 7,17
dan praktek penyelenggaraan konstruksi di persen dari total tenaga ahli, sementara tenaga
Indonesia. Dengan terbukanya kesempatan terampil bersertifikat sebanyak 109.723 atau 5,38
pasar bebas MEA pasca 2015, maka terbuka persen dari total tenaga terampil yang ada8. Untuk
juga peluang ekspor jasa konstruksi ke berbagai mengatasi hal ini sangat diperlukan implementasi
negara ASEAN. Hal ini dapat menjadi pendorong program pelatihan dan sertifikasi tenaga ahli dan
berkembangnya industri konstruksi nasional tenaga terampil dalam jumlah yang sangat besar
menjadi industri yang berdaya saing tinggi. secara sistematis, melibatkan berbagai pemangku
Selain faktor peluang ekspor jasa konstruksi, kepentingan dan kementerian/lembaga terkait.
ada beberapa faktor pendorong pertumbuhan Program dari masing-masing pemangku
industri konstruksi yang sehat lainnya yang harus kepentingan perlu diselaraskan agar target
mendapat perhatian. Studi dari UK Department pengembangan SDM konstruksi dapat tercapai.
for Business Innovation and Skills tahun 2013
menunjukan adanya empat faktor lain yang Membangun akses finansial yang murah dan
menjadi pendorong bertumbuhnya industri bersaing untuk konstruksi melalui harmonisasi
konstruksi yang berdayasaing, yaitu keberadaan program-program sektor konstruksi, sektor
SDM dengan jumlah dan keahlian/keterampilan keuangan, perbankan dan asuransi harus
yang memadai, akses finansial yang menunjang, diberikan prioritas. Selain itu pengembangan
kemampuan inovasi dan pengembangan rantai kemampuan inovasi melalui harmonisasi program
pasok konstruksi yang kuat7. Meskipun kondisinya riset dan pengembangan (R&D) dari berbagai
sangat berbeda, hal ini dapat digunakan sebagai pelaku terkait (sektor konstruksi, penelitian dan
pendekatan mengenai kebutuhan harmonisasi pengembangan, industri bahan dan peralatan
program-program peningkatan yang harus konstruksi, profesi manajemen konstruksi dan
dilakukan di Indonesia agar dapat mendorong sebagainya) serta pengembangan mekanisme
pertumbuhan industri konstruksi nasional yang insentif untuk penerapan inovasi melalui proses
lebih berdaya saing tinggi. pengadaan yang lebih fleksibel perlu didorong.
Terakhir membangun rantai pasok konstruksi
Program pengembangan sumberdaya manusia yang kuat melalui harmonisasi penerapan standar
untuk konstruksi seharusnya menjadi program dan pengembangan kapasitas industri bahan
prioritas untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli bangunan dan peralatan konstruksi, harmonisasi
profesional dan tenaga terampil tersertifikasi yang program-program peningkatan kompetensi sub

7 Department for Business Innovation & Skills, 2013, UK Construction, an economic analysis of the sektor, July 2013, UK, https://
www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/210060/bis-13-958-uk-construction-an-economic-
analysis-of-sektor.pdf, diunduh 5 Oktober 2014
8. http://economy.okezone.com/read/2014/09/18/471/1040771/jumlah-tenaga-konstruksi-ri-yang-bersertifikat-masih-sedikit,
diunduh 7 Oktober 2014

47 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

kontraktor spesialis, dan manajemen rantai pasok subkontraktor spesialis. Dengan penyelarasan
perlu didorong lebih jauh. proses pengadaan ini, maka diharapkan
akan meningkatnya kualifikasi BUJK kecil dan
Aspek penyelenggaraan konstruksi yang menengah menjadi spesialis-spesialis yang
lain yang perlu penyelarasan juga adalah kompeten dan juga berdaya saing tinggi.
pengadaan konstruksi oleh pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun daerah. Program
pengadaan konstruksi oleh pemerintah dapat Kerangka Waktu Pelaksanaan
diarahkan untuk membangun daya saing Harmonisasi Konstruksi Indonesia
industri konstruksi nasional melalui proses yang Untuk pelaksanaan harmonisasi konstruksi
transparan, adil, dan mendorong persaingan Indonesia, dibutuhkan suatu kerangka waktu
yang sehat, serta pendekatan terarah bagi implementasi harmonisasi konstruksi Indonesia,
membangun struktur industri yang kokoh seperti yang diperlihatkan pada diagram
dengan rantai pasok konstruksi yang kuat, Tabel 2. Upaya pelaksanaan harmonisasi
melalui pemberian kesempatan bagi sejumlah konstruksi Indonesia diprogramkan dalam
besar badan usaha jasa konstruksi (BUJK) kurun waktu 2015-2019, sesuai dengan masa
skala kecil dan menengah untuk berpartisipasi pemerintahan kepemimpinan Indonesia
menjadi bagian dari rantai pasok konstruksi yang baru. Sebelum upaya harmonisasi
dari BUJK besar yang lebih kuat, sebagai diterapkan, pada tahun pertama dilakukan

Tabel 2. Kerangka Waktu Pelaksanaan Harmonisasi Konstruksi Indonesia


Langkah Strategis
Harmonisasi Target capaian
2015 2016 2017 2018 2019
Peraturan Tercapainya
Perundangan keselarasan IMPLEMENTASI HARMONISASI
INVENTARISASI DAN ANALISIS SUBSTANSI

peraturan/
PERATURAN PERUNDANGAN
perundangan
PERMASALAHAN KESELARASAN

konstruksi nasional

Kelembagaan/ Tercapainya
Kebijakan keselarasan
kelembagaan IMPLEMENTASI HARMONISASI
berbagai sektor/ KELEMBAGAAN DAN KEBIJAKAN
pemangku
kepentingan beserta
kebijakan-kebijakan
lembaga

Penyelenggaraan Tercapainya
Program keselarasan praktek-
praktek penyeleng- IMPLEMENTASI HARMONISASI
garaan konstruksi PENYELENGGARAAN KONSTRUKSI DAN
dan program-program
PROGRAM PENGUATAN KONSTRUKSI
penguatan konstruksi
Indonesia

48
KERANGKA HARMONISASI KONSTRUKSI INDONESIA

kajian-kajian inventarisasi permasalahan serta kita menginginkan konstruksi Indonesia yang


analisis substansi harmonisasi, baik dari segi kokoh dan andal serta siap bersaing dalam era
peraturan perundangan, kelembagaan, dan pasar terbuka Masyarakat Ekonomi Asean pasca
kebijakan-kebijakan pengaturan turunan serta 2015. Selain itu, merupakan keniscayaan juga
penyelarasan penyelenggaraan konstruksi serta bahwa pada skala regional Asean, dan lebih
program-program utama untuk membangun jauh lagi Asia Pacific, akan terjadi harmonisasi
struktur usaha konstruksi yang kokoh dan industri dari segi regulasi, struktur perpajakan
andal serta membangun daya saing industri dan tarif serta standar-standar, baik standar
konstruksi melalui upaya-upaya meningkatkan industri maupun standar kompetensi tenaga
efisiensi dan produktivitas konstruksi secara profesional dan terampil, sehingga Indonesia
sistematis dan sinergis. harus mempersiapkan diri menghadapi era
harmonisasi dalam arus liberalisasi perdagangan
Penutup yang tidak dapat dihindari ini. Agar hal tersebut
Upaya harmonisasi konstruksi Indonesia melalui dapat tercapai dalam kerangka waktu yang
penyelarasan peraturan perundangan, sistem mengikat, maka dibutuhkan komitmen yang
kelembagaan, dan kebijakan serta penyelarasan kuat dari seluruh pemangku kepentingan
praktek-praktek penyelenggaraan konstruksi konstruksi Indonesia, dengan kepemimpinan
beserta program-program pembangunan sektor konstruksi yang kuat dari Kementerian
kapasitas penyelenggaraan konstruksi Pekerjaan Umum dan Lembaga Pengembangan
merupakan keniscayaan yang harus dicapai bila Jasa Konstruksi Nasional.

Daftar Pustaka
1. http://www.jpnn.com/read/2013/11/06/199364/Bisnis-Konstruksi-Tembus-Rp-439-T-, diunduh 7
Oktober 2014
2. Setiowibowo W, 2011, Good Corporate Governance: Mendorong Implementasinya dalam Badan
Usaha Jasa Konstruksi, Penerbit KL40, Jakarta, ISBN 978-602-98753-0 -0
3. Mahendra AAO, 2010, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-
peraturan-perundang-undangan.html, diunduh 5 Oktober 2014
4. http://www.dpr.go.id/id/berita/paripurna/2014/sep/29/8808/ruu-pemda-perjelas-pembagian-
urusan-pemerintah-pusat-dan-daerah, diunduh 5 Oktober 2014
5. Committee on Advancing the Productivity and Competitiveness of the U.S. Industri Workshop-Board
on Infrastructure and the Constructed Environment Division on Engineering and Physical Sciences-
NRC, 2009, Advancing the Competitiveness and Efficiency of the US Construction Industri, The
National Academies Press, Washington DC, ISBN 978-0-309-14191-8
6. Ofori G., 2006, Revaluing Construction in Developing Countries: A Research Agenda, Journal of
Construction in Developing Countries, Vol 11 No. 1, March 2006, USM Press, Penang, Malaysia
7. Department for Business Innovation & Skills, 2013, UK Construction, an economic analysis of the
sektor, July 2013, UK, https://www.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/
file/210060/bis-13-958-uk-construction-an-economic-analysis-of-sektor.pdf, diunduh 5 Oktober
2014
8. http://economy.okezone.com/read/2014/09/18/471/1040771/jumlah-tenaga-konstruksi-ri-yang-
bersertifikat-masih-sedikit, diunduh 7 Oktober 2014

49 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

Arah Kebijakan Konsolidasi


Konstruksi Indonesia
Muhamad Abduh, Ph.D.
Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

ASEAN Free Trade Area (AFTA) atau Pasar Tunggal ASEAN sudah di depan mata
dan keterbukaan terhadap pasar global lainnya akan menyusul. Pertanyaan
seberapa siap Indonesia menghadapinya menjadi perhatian pemerintah dan
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali di sektor konstruksi. Ketakutan yang
berlebih akan dampak negatif pasar global pada sektor konstruksi Indonesia
adalah tidak produktif pada saat ini. Sebaliknya, sikap optimisme harus
disebarluaskan bahwa pasar global beserta dampaknya yang akan terasa nanti
adalah bagian dari proses pendewasaan sektor konstruksi Indonesia. Dan
merupakan kesempatan atau peluang bagi sektor konstruksi Indonesia untuk
berbicara. Evolusi, bahkan revolusi jika perlu, menuju kestabilan yang baru
akan terjadi dengan adanya pasar global nanti (Rahardjo dan Abduh, 2013).
Keterbukaan terhadap pasar global yang akan datang merupakan perkuatan
bagi sektor konstruksi Indonesia, bukan merupakanfaktor yang menghancurkan.

1. Pendahuluan
Sikap optimis tersebut sangat berdasar dengan kenyataan bahwa:
regulasi terhadap pemain asing di Indonesia telah ada dan berjalan
dengan baik; persaingan terjadi di pasar konstruksi untuk BUJK
besar; dan pasar bagi BUJK menengah dan kecil, yang merupakan
mayoritas dari BUJK nasional, relatif tetap tidak berubah. Meskipun
demikian, catatan yang harus diperhatikan adalah adanya tekanan
terhadap BUJK besar yang bermain di proyek-proyek konstruksi
milik swasta, karena diperkirakan akan terkena dampak yang
signifikan dengan adanya pasar global dimana pihak-pihak
pemilik proyek konstruksi swasta akan membuka lebih besar
persaingan antara BUJK nasional dan asing, dengan tujuan untuk
mendapatkan yang terbaik yang diinginkan oleh pemilik proyek
konstruksi swasta.

Di lain pihak, meskipun Indonesia merupakan pasar konstruksi


yang menggiurkan bagi BUJK dan SDM asing untuk masuk ke

50
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

Indonesia, Indonesia pun memiliki potensi nyata konstruksi Indonesia, sehingga pada
besar sebagai pengekspor BUJK dan SDM saat yang akan datang telah siap untuk
konstruksi ke negara-negara ASEAN dan menghadapi tekanan yang lebih besar
lainnya. lainnya.

Sikap optimis dan munculnya peluang 2. Kebutuhan akan Konsolidasi


bagi masyarakat konstruksi Indonesia Konstruksi Indonesia
dalam menghadapi pasar AFTA dan global, Industri konstruksi di negara manapun
jangan membuat kita meremehkan kondisi selalu dikategorikan sebagai industri
yang akan segera kita hadapi bersama yang memiliki tingkat fragmentasi yang
tersebut. Keterbukaan kepada pasar tinggi. Hal ini disebabkan karena tingkat
asing masih tetap harus dijadikan sebagai spesialisasi pada industri konstruksi
sebuah tekanan terhadap sektor konstruksi sangat banyak dengan ribuan perusahaan
Indonesia. Adanya tekanan seperti itu akan yang memiliki permasalahan dalam
menjadi pemicu bagi konstruksi Indonesia berkomunikasi dan membina hubungan,
untuk menjadi lebih kuat. meskipun perusahan-perusahaan tersebut
seringkali terlibat dalam proyek-proyek
Sebagaimana yang disampaikan oleh konstruksi secara berulang. Tucker et. al.
Brochner (2013), bahwa pada masa yang (2001) telah mengidentifikasi akibat dari
akan datang, bersamaan dengan tantangan fragmentasi ini berupa meningkatnya
yang menyertainya, beberapa hal penting biaya pelaksanaan, keterlambatan, konflik
dalam industri konstruksi di berbagai negara dan perselisihan, hingga ketidakefisienan
adalah terkait dengan upaya integrasi dan industri konstruksi itu sendiri.
inovasi, harmonisasi pasar konstruksi, dan
upaya pengembangan pengadaan publik. Terkait dengan kondisi di Indonesia, Abduh
Ini berarti, untuk menghadapi tekanan yang (2012) melaporkan hasil kajian bersama
ada dari luar ketika globalisasi melanda, LPJKN, Badan Pembina Konstruksi, serta
maka integrasi, harmonisasi dan hubungan Gapensi beberapa permasalahan pada
yang baik antara pelaku konstruksi sangat konstruki Indonesia yang menunjukkan
diperlukan, yang pada dasarnya hal-hal tidak terjadinya rantai pasok konstruksi
tersebut merupakan upaya perkuatan yang terintegrasi. Selain itu dapat dilihat
sektor konstruksi itu sendiri. pula beberapa indikasi tidak adanya good
governance, ketimpangan antara struktur
Tulisan ini akan membahas arah kebijakan usaha dan struktur pasar, minimnya
konsolidasi konstruksi Indonesia, yang konsentrasi usaha spesialis, terjadi
merupakan strategi dalam rangka fragmentasi rantai pasok, pengaturan
menjawab tekanan pasar global. Sebuah yang berlebihan untuk SDM konstruksi,
analogi dari salah satu sifat alami tanah dan lapangan usaha yang belum sesuai.
ketika menghadapi tekanan -dimana Hal ini pun telah ditengarai oleh Tamin
tanah tersebut akan termampatkan dan Marzuki (2012) yangmenyampaikan
dalam proses konsolidasi, namun hasilnya beberapa permasalahan serius yang dimiliki
merupakan gambaran kekuatan nyata oleh konstruksi Indonesia berupa lemahnya
dari tanah tersebut – akan digunakan good governance, penegakan hukum dan
pada tulisan ini. Dengan demikian, arah kepemimpinan, kapasitas masyarakat
kebijakan konsolidasi konstruksi Indonesia professional yang belum berkembang,
ini ditujukan untuk menemukan kekuatan lemahnya koordinasi horizontal dan vertikal

51 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

antar kementerian, struktur lapangan usaha memiliki kekuatan masing-masing, tetapi


konstruksi yang tidak tepat, dan skema berinteraksi satu dengan lainnya, dalam
partisipasi masyarakat yang tidak tepat. sebuah lingkungan yang memberikan
kontribusi unsur udara dan air jika terdapat
Tentunya masih banyak permasalahan- kekosongan diantara butiran tanah.
permasalahan lain yang ada pada industri
konstruksi di Indonesia yang belum Jika suatu volume tanah, yang mengandung
disebutkan pada tulisan ini dan secara ketiga unsur tersebut, diberi tekanan,
umum telah dimaklumi pula. Semua maka secara langsung (immediate) volume
permasalahan-permasalahan yang ada tanah tersebut akan berkurang, dengan
tersebut merupakan kelemahan yang keluarnya unsur udara yang menempati
harus diperbaiki. Banyaknya permasalahan ruang kosong pada volume tanah tersebut.
yang dihadapi oleh konstruksi Indonesia, Proses penurunan ini disebut sebagai
akan memperlemah konstruksi Indonesia proses Konsolidasi Langsung yang sangat
jika menghadapi suatu tekanan dari luar. cepat terjadi dengan hilangnya unsur udara
Upaya untuk menghilangkan kelemahan- yang tidak memiliki kekuatan apapun
kelemahan tersebut merupakan upaya dan merupakan suatu pemborosan atau
konsolidasi konstruksi Indonesia. Upaya ineffisiensi dilihat dari kontribusinya
konsolidasi ini akan menghilangkan kepada kekuatan tanah itu sendiri. Namun
kelemahan dan akan memunculkan demikian, tidak semua unsur udara bisa
kekuatan yang sebenarnya yang dimiliki hilang seluruhnya seketika dalam proses
oleh konstruksi Indonesia. Berdasarkan Konsolidasi Langsung ini.
kekuatan yang nyata tersebut, maka
konstruksi Indonesia dapat menghadapi Kemudian, seiring dengan berjalannya
segala tekanan luar. waktu, maka akan terjadi yang disebut proses
Konsolidasi Primer, dimana unsur air yang
3.
Kerangka Pikir Konsolidasi terdapat dalam tanah akan keluar dengan
Konstruksi Indonesia adanya tekanan dan berjalan dengan waktu
Mengambil analogi dari fenomena yang cukup lama. Dalam hal ini, tanah
alam yang terjadi pada tanah ketika dianggap homogen dan unsur air dan tanah
mendapatkan suatu tekanan, maka akan tidak dapat dimampatkan. Pada tahap ini
terdapat tiga proses konsolidasi yang yang akan menghilang adalah ruang kosong
terjadi, sebagaimana terlihat pada gambar yang diisi oleh air. Karena unsur air tidak
di bawah ini, yaitu: Konsolidasi Langsung, dapat dimampatkan, maka air akan mengalir
Konsolidasi Primer, dan Konsolidasi melalui ruang kosong yang berhubungan
Sekunder. Ketiga proses konsolidasi satu dengan lainnya dan kemudian keluar
tersebut terjadi karena tanah terdiri dari tiga dari tanah. Proses tersebut akanmenyisakan
unsur, yaitu udara, air dan tanah itu sendiri. hanya unsur tanah pada akhirnya.
Kekuatan tanah akan sangat tergantung
kepada keberadaan ketiga unsur tersebut Pada proses Konsolidasi Sekunder, tekanan
serta interaksi yang terjadi antara ketiga bekerja terus sehingga akan merubah
unsur tersebut. Dalam hal ini, konstruksi struktur internal dari tanah. Tekanan yang
dianalogikan dengan tanah yang memiliki bekerja akan ditransfer dari fase tanah
ketiga unsur tersebut. Setiap anggota rantai yang mengandung air ke fase tanah yang
pasok konstruksi Indonesia merupakan solid semata. Perubahan struktur internal
butiran-butiran tanah tersebut, yang tanah akan menjadikan tanah menemukan

52
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

A
Konsolidasi Langsung
B
Penurunan

Konsolidasi Primer

C Konsolidasi
Sekunder

0 T1 T2
Waktu

Proses Konsolidasi Tanah (diadopsi dari Fang dan Daniels, 2002)

kekuatannya yang sebenarnya. Kekuatan 4. Arah Kebijakan Konsolidasi


tanah tergantung kepada kekuatan awal Konstruksi Indonesia
dan kekuatan yang timbul dari respons Berdasarkan pada kerangka pikir di atas,
terhadap lingkungan. maka kebijakan konsolidasi konstruksi
Indonesia dapat dianalogikan sebagai
Beberapa asumsi kondisi tanah yang berikut:
berkontribusi kepada berjalannya
konsolidasi sebagaimana telah dibahas 4.1 Kebijakan Konsolidasi Langsung
pada ketiga proses konsolidasi tersebut Kebijakan Konsolidasi Langsung
adalah: bertujuan untuk menghilangkan
1. Tanah homogen; karena tanah semua permasalahan dan pemborosan
yang homogen akan lebih mudah yang sangat besar dan nyata ditemukan
terkonsolidasi. Kenyataan bahwa ada pada konstruksi Indonesia. Kebijakan
tanah yang tidak homogen, sehingga ini merupakan kebijakan yang harus
sulit untuk terkonsolidasi atau segera dilakukan dan dilakukan
fenomena yang terjadi lebih kompleks pertama kali sebagai persyaratan
dari ketiga proses konsolidasi di atas. kebijakan konsolidasi lainnya, sehingga
2. Tanah dan air tidak dapat dimampatkan; bersifat revolusi. Tingkatan kebijakan
agar air bisa keluar secara menerus, maka secara nasional di sektor konstruksi
harus ada jalan yang menghubungkan menjadi fokus perhatian. Meskipun
antar butiran tanah; menggambarkan demikian setiap pihak yang terkait
tingkat permeabilitas tanah. harus berpartisipasi dalam upaya
3. Penurunan dapat terjadi tiga dimensi; Konsolidasi Langsung ini. Setiap pihak
arah penurunan maupun keluarnya air melihat ke dalam diri masing-masing
dapat terjadipada semuadimensi, namun mengidentifikasi permasalahan dan
untuk mempermudah dilakukan analisa pemborosan yang besar dan nyata,
untuk satu dimensi. kemudian melakukan langkah-langkah
penghilangannya secara efektif.

53 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

Beberapa permasalahan terkait dengan dapat menjadi bagian permasalahan


kebijakan konstruksi pada tingkat yang harus dibenahi dalam kebijakan
nasional menjadi bagian permasalahan Konsolidasi Primer ini. Beberapa
yang harus dibenahi dalam kebijakan kebijakan terkait tersebut setidaknya
Konsolidasi Langsung ini. Untuk itu, meliputi:
beberapa kebijakan terkaitsetidaknya 1. Klasifikasi pasar dan segmen pasar
meliputi: konstruksi berdasarkan demand.
1. Memperkuat kepemimpinan dalam 2. Kebutuhan akankualifikasi dan
pembinaan dan pengembangan klasifikasi pelaku berdasarkan
konstruksi Indonesia. kemampuan, yaitu kontraktor
2. Pengembangan sistem dan arah umum dan spesialis serta
pembinaan dan pengembangan kontraktor besar, menengah dan
konstruksi Indonesia. kecil.
3. Sinkronisasi infrastruktur 3. Pemaketan pekerjaan berdasarkan
regulasi yang dibutuhkan dalam pada ketersediaan rantai pasok
pembinaan dan pengembangan konstruksi.
konstruksi Indonesia. 4. Sistem penyelenggaraan
4. Pengembangan kapasitas konstruksi yang efektif, efisien
kelembagaan pembinaan dan dan inovatif untuk mencapai nilai
pengembangan konstruksi (value) yang diharapkan dan sesuai
Indonesia. dengan rantai pasok yang tersedia.
5. Penegakan hukum terkait dengan 5. Sistem investasi konstruksi yang
ketidakpatuhan pelaku terhadap katalis dan efektif.
regulasi konstruksi yang berlaku. 6. Sistem hubungan kerjasama
antar pihak yang ada pada rantai
4.2 Kebijakan Konsolidasi Primer pasok konstruksi, termasuk sistem
Kebijakan Konsolidasi Primer bertujuan manajemen rantai pasok dan
untuk menghilangkan permasalahan kontrak kerja konstruksi beserta
dan pemborosan yang menghambat sub-kontraknya.
terjadinya kerjasama yang sinergi 7. Pengembangan sistem penyediaan
antar anggota rantai pasok, baik dilihat sumber daya konstruksi nasional
pada tingkatan industri, perusahaan, yang memadai.
dan proyek. Proses yang terjadi akan 8. Forum koordinasi untuk
memakan waktu yang lama (evolusi) penyediaan sumber daya
untuk tercapainya sinergi yang konstruksi, terutama material dan
berlandaskan pada kepercayaan antar peralatan konstruksi yang terkait
anggota rantai pasok konstruksi. Jika dengan bagian rantai pasok
hubungan antar pihak telah sinergi, konstruksi dari hilir hingga hulu.
maka permasalahan atau pemborosan 9. Peningkatan kompetensi SDM
yang ada pada berbagai tingkatan konstruksi, baik tenaga ahli
rantai pasok konstruksi dapat maupun tenaga terampil dengan
diminimalisir. menekankan kerjasama dengan
stakeholder, seperti pendidikan
Beberapa permasalahan terkait dengan dasar dan menengah, pendidikan
rantai pasok konstruksi pada tingkat vokasi, pendidikan tinggi, balai
industri, perusahaan dan proyek pendidikan dan pelatihan,

54
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

penyedia jasa, pengguna jasa, terkait tersebut setidaknya meliputi:


asosiasi profesi, dan asosiasi 1. Peningkatan kapasitas SDM
perusahaan. pembina dan pengembang
10. Peningkatan peran dan partisipasi konstruksi, baik pusat maupun
masyarakat konstruksi dalam daerah.
penyelenggaraan konstruksi. 2. Peningkatan kapasitas SDM pada
11. Pengembangan informasi badan usaha jasa konstruksi.
konstruksi dan knowledge 3. Peningkatan kapasitas keuangan
management yang diperlukan badan usaha jasa konstruksi.
untuk penyelenggaraan konstruksi. 4. Peningkatan kapasitas teknis
12. Pengembangan sistem penelitian badan usaha jasa konstruksi.
dan pengembangan untuk inovasi 5. Peningkatan kapasitas
teknologi konstruksi. penggunaan perangkat dan
13. Pelaksanaan penelitian dan teknologi untuk kerekayasaan
pengembangan konstruksi dan pengelolaan konstruksi bada
dengan mempergunakan jaringan usaha jasa konstruksi.
peneliti di bidang konstruksi dan 6. Peningkatan kapasitas SDM
beberapa center of excellence yang penggguna jasa konstruksi.
ada. 7. Peningkatan kapasitas
pengelolaan SDM badan usaha
4.3 Konsolidasi Sekunder jasa konstruksi.
Kebijakan Konsolidasi Sekunder 8. Peningkatan kapasitas inovasi
bertujuan untuk menghilangkan pada badan usaha jasa
kelemahan yang dimiliki oleh individual konstruksi melalui penelitian dan
pihak-pihak yang ada pada rantai pengembangan.
pasok konstruksi, dan meningkatkan 9. Peningkatan kapasitas
kekuatan serta kapasitasnya. Setiap pengelolaan rantai pasok badan
pelaku dan masyarakat konstruksi harus usaha jasa konstruksi.
mampu dan kuat dalam melaksanakan
perannya masing-masing (professio- 4.4 Kondisi Perlu Terjadinya Konsolidasi
nal). Proses Konsolidasi Sekunder ini Konstruksi Indonesia
dilaksanakan secara evolusi seiring Agar ketiga kebijakan konsolidasi
berjalannya waktu dan terus menerus. konstruksi Indonesia dapat berjalan
Kekuatan awal dari masing-masing dengan efektif, dengan memperhatikan
pihak adalah penting sebagai modal kondisi perlu untuk terjadinya
awal untuk selanjutnya berkembang konsolidasi tanah, maka terdapat
meningkatkan kekuatan yang hadir beberapahal penting berikutmenjadi
sebagai respon terhadap kondisi batasan dan persyaratan, yaitu:
lingkungan persaingan. 1. Segmen Pasar Konstruksi
Tertentu. Konsolidasi akan sulit
Beberapa permasalahan terkait dilakukan pada pasar yang
dengan pihak-pihak yang ada pada heterogen. Homogenitas produk
rantai pasok konstruksi dapat menjadi konstruksi menjadi penting untuk
bagian permasalahan yang harus diperhatikan agar konsolidasi
dibenahi dalam kebijakan Konsolidasi dapat terjadi secara efektif. Dengan
Sekunder ini. Bebererapa kebijakan demikian, kebijakan konsolidasi

55 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

harus diterapkan pada segmen harga, metoda pengadaan, serta


pasar konstruksi tertentu yang jenis transaksi yang terjadi antar
homogen, misalnya perumahan, pelaku rantai pasok yang ada
jalan, jembatan, gedung pada segmen pasar tersebut.
bertingkat, gedung komersial, dan Memaksakan perilaku pada suatu
lain-lain. Selain itu perlu pula dilihat segmen pasar, dengan struktur
pula segmen pasar berdasarkan tertentu, akan kontra produktif.
karakteristik sumber pendanaan, Kondisi perilaku yang ada pada
terkait apakah dari pemerintah pelaku segmen pasar konstruksi
pusat, pemerintah daerah, luar akan menentukan sejauh mana
negeri ataupun swasta. kebijakan harmonisasi rantai
2. Struktur Segmen Pasar Konstruksi. pasok dapat dilakukan. Kebijakan
Setiap segmen pasar akan yang diterapkan untuk merubah
memiliki strukturnya sendiri. perilaku antar pelaku harus selalu
Harus diidentifikasi dengan baik dikaitkan dengan kebijakan pada
struktur setiap segmen pasar struktur segmen pasar konstruksi
konstruksi yang ada, apakah pasar tersebut.
tersebut merupakan pasar yang 4. Menyeluruh. Kebijakan konsolidasi
bersifat kompetisi sempurna, konstruksi Indonesia harus
kompetisi-monopoli, oligopoli, terkait dengan semua tingkat
atau monopoli. Untuk kebutuhan dan aspek. Ketiga kebijakan
hal ini, gambaran rantai pasok konsolidasi harus diterapkan
dari setiap segmen pasar menjadi pada tingkat industri konstruksi
krusial. Kebanyakan dari segmen nasional, tingkat perusahaan
pasar konstruksi bersifat kompetisi konstruksi, serta tingkat proyek
sempurna, namun tidak menutup konstruksi. Di lain pihak, kebijakan
kemungkinan adanya kompetisi- konsolidasi harus terkait dengan
monopoli, oligopoli, dan monopoli seluruh aspek penting dalam
(de Velente, 2013). Kebijakan penyelenggaraan konstruksi pada
konsolidasi harus memperhatikan segmen pasar terkait, meliputi
struktur segmen pasar ini yang regulasi sebagai infrastruktur,
merupakan kekuatan awal dari data dan informasi konstruksi,
segmen pasar konstruksi tersebut. proses penyelenggaraan, transaksi
Pengembanan kekuatan akan konstruksi, manajemen konstruksi,
terjadi dengan adanya tekanan dari teknologi konstruksi, dan sumber
lingkungan segmen pasar terkait daya konstruksi.
dengan kebutuhan (demand), 5. Partisipasi Aktif. Kebijakan
barrier-to-entry, perkembangan konsolidasi konstruksi harus
teknologi konstruksi dan mengikutsertakan semua pihak
dukungan rantai pasoknya. yang terkait dalam segmen pasar
3. Perilaku antar Pelaku. Karakteristik konstruksi tertentu. Koordinasi
struktur segmen pasar akan antar organisasi pemerintah
mempengaruhi perilaku antar yang membuat kebijakan harus
pelaku pada segmen pasar dilakukan. Peran serta semua pihak
konstruksi tersebut. Perilaku ini secara aktif untuk melakukan
akan terkait dengan penetapan kebijakan konsolidasi akan

56
Arah Kebijakan Konsolidasi Konstruksi Indonesia

mempermudah implementasi 5. Penutup


konsolidasi. Untuk itu, pembagian Arah kebijakan konsolidasi yang telah
peran masing-masing pihak yang disampaikan pada tulisan ini belum
jelas harus dilakukan. Konsolidasi merupakan arah kebijakan yang menyeluruh
konstruksi Indonesia tidak dapat dan dapat segera diimplementasikan.
dilakukan oleh hanya pemerintah, Kegiatan kajian terkait untuk memperkuat
misalnya Badan Pembinaan rasionalitas kebutuhan akan adanya kebijakan
Konstruksi, atau LPJK, tetapi tersebut serta sejauh mana kebijakan tersebut
harus dibarengi oleh peran aktif akan diimplementasikan harus dilakukan.
kementerian lain terkait, penyedia, Pemenuhan terhadap kondisi perlu terjadinya
pengguna dan masyarakat konsolidasi konstruksi harus dilakukan dalam
konstruksi. pengembangan kebijakan konsolidasi lebih
lanjut.

Daftar Pustaka

Abduh, M. (2012). “Rantai Pasok Konstruksi Indonesia”, Buku Konstruksi Indonesia 2012, Harmonisasi
Rantai Pasok Konstruksi: Konsepsi, Inovasi dan Aplikasi di Indonesia. Kementerian Pekerjaan Umum.
Brochner, J. (2013). “Developing Construction Economicsas Industry Economics”. Modern Construction
Economics. Editor: Gerard de Valence. Spon Press.
de Valente, G. (2013). “Market Types and Construction Markets”. Modern Construction Economics. Editor:
Gerard de Valence. Spon Press.
Fang, H.Y., dan Daniels, J. L. (2002). Introductory Geotechnical Engineering: An Environmental Perspective.
Spon Text.
Rahardjo, A. dan Abduh, M. (2013). “Pembinaan Penyelenggaran Konstruksi untuk Mengembangkan Pasar
dan Kapasitas Jasa Konstruksi Nasional”, Buku Konstruksi Indonesia 2013, Kementerian Pekerjaan
Umum.
Tamin, R.Z., dan Marzuki, P.F. (2010). “Jalan Panjang Pengembangan Konstruksi Indonesia: Menuju
Infrastruktur Berkelanjutan dan Kenyamanan Lingkungan Terbangun”. Buku Konstruksi Indonesia
2010. Buku Konstruksi Indonesia 2013, Kementerian Pekerjaan Umum.
Tucker,S.N., Mohamed, S., Johnston,D.R., McFallan,S.L. and Hampson,K.D. (2001). “Building and
Construction Industries Supply Chain Project (Domestic)” Report for Department of Industry, Science
and Resources, www.industry.gov.au, 27/7/ 2004.

57 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Memenangkan Persaingan
di Pasar ASEAN dan Global
Hari G Soeparto
Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung
Pasar tunggal ASEAN bagi para pelaku usaha nasional adalah suatu hal yang
tidak dapat kita hindari harus kita hadapi, pertanyaannya apakah kita sudah siap,
apa yang harus kita lakukan, kesiapan pelaku usaha kontruksi nasional masih
sangat minimal, diperlukan langkah-langkah nyata yang cepat untuk jangka
pendek akan tetapi tetap menyiapkan perubahan strategis yang berdampak
jangka panjang. Dalam jangka panjang harus disusun penataan kembali
agar lebih jelas bagi para pelaku usaha apakah akan memilih bidang usaha
berdasarkan economy of scope atau economy of scale, sehingga terbentuk
struktur industri yang ideal dan seimbang, serta produktif, efisien dan berdaya
saing tinggi dalam pasar tunggal ASEAN dan akhirnya menuju industri yang
berdaya saing tinggi di pasar global, melalui pengaturan kebijakan entry
regulation dan kebijakan yang mempengaruhi transaction cost economy. Untuk
jangka pendek dalam menangani dampak pemberlakuan Masyarakat Eknonomi
ASEAN, disarankan dibentuk task force sebagai wadah kolaborasi antara pelaku
usaha jasa konstruksi nasional dalam pasar yang tiba-tiba berubah dari pasar
domestik menjadi pasar global, dan mengatasi dampak negatif dari perubahan
ini, serta memanfaatkan dampak positifnya, wadah ini memfasilitasi kerja sama
antar pelaku usaha konstruksi, melakukan pemasaran bersama, mengakui
kelemahan dan kekuatan masing masing, sehingga terdorong untuk melakukan
kerja sama dalam menggarap pasar tunggal ASEAN.

Kata kunci: pasar tunggal ASEAN, daya saing industri konstruksi, pemasaran jasa
konstruksi internasional, kolaborasi

58
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Pasar Tunggal ASEAN Masyarakat Eknomi ASEAN akan membentuk


Pada bulan November 2002, di Rapat Puncak basis produksi dan pasar tunggal ASEAN
ASEAN di Phnom Penh, Perdana Menteri yang membuat ASEAN akan lebih dinamis
Singapura mengusulkan agar ASEAN mulai dan kompetitif dengan usaha-usaha dan
membayangkan terbentuknya sebuah ekonomi mekanisme baru untuk memperkuat penerapan
regional yang terintegrasi, yaitu Masyarakat dari inisiatif ekonomi yang ada, mempercepat
Ekonomi ASEAN. integrasi regional pada sektor-sektor yang
diprioritaskan, memfasilitas pergerakan dari
Kemudian gagasan ini direalisasikan oleh para pegusaha, tenaga kerja terampil dan orang-
negara-negara Anggota ASEAN yaitu: Brunei orang berbakat, dan memperkuat mekanisme
Darussalam, Kerajaan Cambodia, Republik kelembagaan ASEAN. Sebagai langkah pertama
Indonesia, Republik Rakyat Lao, Malaysia, dalam merealisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Myanmar, Philippines, Singapore, Kerajaan ASEAN telah menerapkan rekomendasi Task-
Thailand, dan Viet Nam, pada saat ulangtahun ke Force Tingkat Tinggi pada Integrasi Ekonomi
40 ASEAN dan bertepatan dengan Rapat Puncak ASEAN yang terkandung dalam kesepakatan
ke 13 ASEAN di Singapore tanggal 20November Bali II.
2007, dicapai kesepakatan berbentuk Blue
Print Deklarasi Masyarakat Ekonomi ASEAN Kemudian telah disepakati akhirnya
yang sebelumnya telah terbentuk kesepakatan pemberlakuannya pada akhir 2015, tidak lebih
di Bali tahun 2003, dan telah sepakat untuk dari 15 bulan lagi dari sekarang,hampir tidak
pemberlakuannya pada tahun 2015. ada waktu lagi untuk bersiap-siap.

Gambar 1

59 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Untuk menghadapi keadaan ini, industri Masyarakat Ekonomi ASEAN akan berlaku efektif
konstruksi nasional harus secepatnya pada tahun 2016 adalah suatu kenyataan yang
melakukan langkah yang cepat dan tepat harus dihadapi oleh industri konstruksi nasional,
baik untuk mengatasi masalah dalam jangka kemungkinan besar akan merubah peta pasar
panjang ataupun masalah jangka pendek. nasional secara signifikan, pasar tunggal ASEAN
adalah pasar dan basis produksi tunggal ASEAN
Dalam jangka pendek sebaiknya secepat terdiri dari 5 element inti yaitu: (i) aliran bebas
mungkin dibentuk lembaga untuk menghadapi barang (ii) aliran bebas jasa; (iii) aliran bebas
masalah yang boleh dipandang sebagai kondisi investasi; (iv) aliran modal yang lebih bebas;
darurat bila dilihat dari kondisi saat ini, dengan dan (v) aliran bebas tenaga kerja terampil.Selain
membentuk semacam lembaga Ad-Hoc untuk itu, pasar dan basis produksi tunggal termasuk
mengatasi masalah-masalah yang timbul dua komponen utama, yakni prioritas integrasi
berkaitan dengan berlakunya Masyarakat sektor makanandanpertanian dan kehutanan.
Ekonomi ASEAN (MEA).
Di dalamperjanjian pasar tunggal ASEAN yang
Mengapa memasuki pasar Internasional akan berdampak terhadap industri konstruksi
Indonesia adalah pasar konstruksi terbesar nasional adalah tentang sistem standar,
di ASEAN dengan nilai USD 183.800.000.000 jaminan mutu, akreditasi dan pengukuran yang
ditahun 2012 dan pertumbuhan 4.5% pertahun, dianggap mendorong peningkatan efisiensi dan

Tabel 1

Keluaran Konstruksi tahun 2012


Negara Pertumbuhan 2013-2018
dalam USD

Indonesia 183.800.000.000 4,50%


Malaysia 17.600.000.000 4,50%
Philipnes 13.100.000.000 2,50%
Singapore 20.400.000.000 3,50%
Thailand 30.300.000.000 3,40%
Vietnam 18.500.000.000 6,70%

nilai pasar ASEAN sendiri kurang lebih USD meningkatkan cost effectiveness dari produksi
100.000.000.000,-. dalam antar region dan export, semua itu
akan di harmonisasi melalui penerapan ASEAN
Pengalaman yang panjang dari Industri Policy Guideline on Standards and Conformance
Konstruksi nasional sejak adanya proyek-proyek dengan transparansi yang lebih besar.
besar pada zaman kolonial, yang diteruskan
sejak berkembangnya pembangunan pada Hal yang akan dilakukan adalah tindakan
masa orde lama sampai sekarang dengan harmonisasi standar, pertautan teknis
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan prosedur asesmen kepatuhan,
pengalaman tersebut seharusnya dapat mengembangkan Mutual Recoqnizition
dikapitalisasi dan dimanfaatkan untuk Arrangement, meningkatkan prasarana teknis
menciptakan nilai tambah dan daya saing dan kompetensinya dalam kalibrasi dan
nasional. Sudah sewajarnya Kontraktor Nasional laboratorium pengujian, inspeksi, sertifikasi dan
Indonesia dapat menguasai pasar konstruksi akreditasi yang diterima secara internasional,
domestik dan menyebar keseluruh ASEAN. serta mengembangkan keterbukaan dalam

60
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

penerapan standar. Aliran bebas jasa merupakan akan bertambah pesat, baik karena program
unsur penting dalam mengejawantahkan pembangunan ekonomi nasional, baik meliputi
Masyarakat Ekonomi ASEAN. bidang prasarana seperti pelabuhan udara,
pelabuhan, jalan kereta api, jalan raya pusat
Sektor konstruksi termasuk sektor jasa dan pembangkit, jaringan pipa gas dan lain-lain,
tenaga kerja terampil yang akan mengalami selain itu juga akan terdapat pembangunan
aliran bebas, tentu akan berdampak persaingan konstruksi prasarana kerja sama didalam
usaha yang lebih keras, perang harga dan negara-negara ASEAN. Dengan adanya pasar
pergeseran ekonomi terbayang dibenak banyak tunggal ASEAN ini dan berdasarkan perjanjian
orang, tapi kenyataannya banyak perusahaan pasar tunggal ASEAN akan lebih memudahkan
nasional yang tidak mempunyai kelebihan daya pelaku konstruksi dari negara ASEAN masuk ke
saing dalam arena perdagangan bebas. Semua Indonesia, tapi sebaliknya juga pelaku industri
negara ASEAN sedang menyiapkan akan tetapi konstruksi nasional dapat menyebar keseluruh
banyak kurang menyadari bahwa waktunya ASEAN. Dalam hal volume pembangunan
sangat sempit. Indonesia tetap yang terbesar dilingkungan
negara ASEAN.
Agar dapat memenuhi kondisi tersebut
pemahaman kita tentang industri konstruksi Apa saja kebutuhan manusia harus dipenuhi
dan struktur serta pembagian tugas diantara melalui kegiatan konstruksi. Kebutuhan akan
pelaku harus pula diharmonisasi, karena hal perumahan, perumahan untuk memenuhi
ini akan berdampak terhadap tenaga kerja kebutuhan tempat tinggal, gedung non
yang harus sesuai dengan proses produksi perumahan, sarana untuk menunjang kegiatan
dalam industri konstruksi, sehingga klasifikasi manusia lainnya dalam menjalani kehidupannya,
sertifikasi seharusnya juga diharmonisasikan prasaranafasilitas yang diperlukan untuk
dengan negara-negara ASEAN lainnya. menyediakan sarana transportasi, penyediaan
air bersih, tenaga listrik, dan komunikasi, sarana
Karena akan efektifnya pasar tunggal ASEAN, produksibangunan, sarana produksi untuk
kita bisa tanpa sadar telah memasuki pasar memproduksi segala kebutuhan manusia.
internasional, walaupun seandainya kita tidak
siap, suka tidak suka mau tidak mau kita telah Kegiatan Konstruksi
berada didalam pasar internasional. Kegiatan untuk memasarkan dan menyedia­
kan sarana atau fasilitas tadi antara lain sebagai
Apa Industri Konstruksi itu? berikut:
Sebelum membahas tentang industri konstruksi Pengembangan dan Pemasaran
sebaiknya kita bahas terlebih dahulu apa Yaitu kegiatan dalam mengidentifikasi ke­
industri konstruksi itu dan apa ruang lingkupnya butuh­an dan bagaimana memenuhi kebutuhan
serta batasannya. tersebut dengan mengorganisasikan pen­
danaan, penyediaan lahan, membangun dan
Industri konstruksi adalah kegiatan untuk memasarkan produk konstruksi kepada yang
memenuhi kebutuhan manusia akan fasilitas memerlukan,kegiatan ini dapat dilakukan oleh
agar dapat melakukan kegiatan sosial, ekonomi, pemerintah atau badan usaha atau kerja sama
rekreasi dan lain lain berupa fasilitas yang diantara keduanya.
terbangun, sehingga kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi. Perencana-A/E
Dalam menterjemahkan kebutuhan akan
Pertumbuhan pembangunan diperkirakan bangunan tersebut dalam bentuk gagasan dan

61 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

gambar serta persyaratan yang kemudian dapat Jenis Bangunan Gedung


direalisasikan. Gedung yang akan digunakan sebagai tempat
tinggal atau keperluan perdagangan, rekreasi,
Pengintegrasi atau Project Management perkantoran, rumah sakit, sarana pendidikan
Kegiatan konstruksi melibatkan banyak dan lain lain yang berupa bangunan perumahan
pihak dan banyak tahap sehingga diperlukan atau non perumahan, dapat berupa gedung
perhatian khusus terhadap proses merea­ bertingkat atau gedung tinggi atau gedung
lisasi­
kan kebutuhan, gagasan menjadi dengan tingkat terbatas.
kenyataan yang bertugas untuk mengelola
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan Pekerjaan Konstruksi
semua elemen yang membentuk bangunan Pekerjaan konstruksi dapat dibagi-bagi menurut
utuh sesuai dengan fungsinya. teknologi pengerjaan dan pelaksanaannya
yaitu:
Pelaksana/Produksi-Konstruksi Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Fondasi, Pekerjaan
Dari gambar dan persyaratan yang telah Struktur, Pekerjaan Exterior, Pekerjaan Interior,
dibuat, untuk merealisasikannya menjadi Pekerjaan Peralatan Mekanikal dan Elektrikal,
bangunan perlu pekerjaan riil dilapangan untuk Pekerjaan PemasanganSarana Produksi, dan
mengerjakannya sesuai dengan bidang-bidang pertamanan serta lainnya.
pekerjaan yang berbeda-beda.
Pengguna Jasa
Supply Konsumen dari jasa ini dapat dikelompokkan
Hasil produksi nyata dari kegiatan konstruksi menjadi Pemerintah, Badan Usaha, Kerja Sama
adalah fasilitas terbangun sesuai desain yang Badan Usaha dan Pemerintah, dan perseorangan
dibuat untuk memenuhi kebutuhan manusia pribadi.
agar dapat melakukan kegiatannya sehari hari
berupa fasilitas yang utuh dan berfungsi sesuai Para Pelaku dan Strateginya
kebutuhannya. Para pelaku jasa konstruksi dapat dikelompokkan
menjadi:
Fasilitas bangunan sebagai satu kesatuan utuh
sistem yang berfungsi Pelaku:
Jenis Bangunan dengan kategori Pekerjaan (1) A/E
Berat Perusahaan Konsultan Arsitek atau
Misalnya jalan pelabuhan, jalan kereta api, Engineering yang menerjemahkan
lapangan terbang, bendunganuntuk keperluan keinginan pemilik proyek kedalam gambar
irigasi, atau untuk mengembangkan listrik dan spesifikasi sehingga bisa direalisasikan
tenaga air, pipa-pipa penyaluran minyak dan menjadi bangunan
gas, kawat untuk transmisi dan lain-lain. (2) Kontraktor
Perusahaan yang dipilih pemilik proyek
Jenis Bangunan sebagai Sarana untuk merealisasikan gambar yang telah
Industri Proses dibuat Arsitek
Sarana untuk memproduksi kebutuhan (3) Subkontraktor
manusia dari sumber alam atau bahan mentah Perusahaan yang dipilih oleh kontraktor
yang diproses menjadi bahan antara dan bahan untuk mengerjakan bagian dari pekerjaan
jadi untuk dimanfaatkan oleh konsumen yang konstruksi yang dipercayakan kepadanya,
memerlukan. biasanya subkontraktor adalah kontraktor

62
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

yang mempunyai keahlian tertentu dalam secara internasional, seperti digambarkan pada
pekerjaan konstruksi tabel 1.
(4) Supplier dan Industri Bahan bangunan
Perusahaan yang menyediakan keperluan Tuntutan Pasar
material atau peralatan yang akan Negara-negara ASEAN mempunyai tingkat
digunakan atau dipasang dalam suatu kemajuanekonomi yang berbeda diantara
proyek konstruksi negara negara ASEAN,yakni Singapura,
Malaysia, Thailand, Indonesia, Philipina, Laos,
Strategi Struktur dan Persaingan Pelaku: Burma, Vietnam, Kamboja, Timor Leste.
(1) Strategi
Para pelaku usaha konstruksi akan Ini tentu berkonsekuensi bahwa setiap negara
menetapkan strategi perusahaan sesuai akan mempunyai kebutuhan spesifik tertentu
dengan persepsinya tentang usaha dan tuntutan yang berbeda akan jasa jasa
konstruksi dan lingkungan usahanya, konstruksi, hal ini harus menjadi pertimbangan
jangkauan pemikiran masa depan, bidang bagi para pelaku usaha konstruksi.
dan cakupan usaha yang dipilih dengan
pilihan strategi tentang cakupan usahanya Subkontraktor dan Supplier
adalah pilihan yang didorong oleh tingkat Dengan adanya pasar tunggal ASEAN para
keekonomian menurut pertimbangannya, kontraktor umum akan mempunyai kesempatan
yakni akan memilih economy of scope, yaitu yang lebih lebar dalam memilih supplier dan
akan lebih ekonomis bila memberikan subkontraktorspesialis yang berasal dari negara-
cakupan jasa yang lebar, atau economy negara ASEAN didalam pasar tunggal.
of scale yaitu akan memilih cakupan yang
sempit atau tunggal. Produsen bahan bangunan
(2) Struktur Bahan material curah alami di Indonesia
Struktur industri berkaitan dengan melimpah ruah termasuk yang sudah diproses
penyebaran perusahaan besar dan kecil menjadi semen, besi beton dan besi konstruksi.
serta perusahaan yang memberikan Indonesia bahkan belum dapat memenuhi
pelayanan umum atau spesialis, struktur kebutuhan didalam negeri.
industri akan terbentuk karena pilihan
strategis para pelaku usahanya. Bahan atau peralatan yang tersedia di rak (off the
(3) Persaingan shelf), masih tetap banyak yang harus diimpor.
Struktur akan menentukan kerasnya tingkat Beberapa yang umum sudah diproduksi didalam
persaingan didalam industri itu. negeri, akan tetapi yang sedikit canggih dan
mewah masih harus diimport dari luar negeri.
Gambaran Industri Konstruksi Pasca
MEA Equipment yang harus didesain terlebih dahulu
Permintaan Pasar Konstruksi yang cukup kompleks masih banyak yang harus
Besar Pasar diimport dari luar ASEAN, misalnya pompa-
Dengan pasar tunggal ASEAN maka volume pompa besar dan kompresor, turbin, terutama
pasar sebagai satu kesatuan pasar tunggal yang disebut rotating equipment dan lain-lain,
patut diduga akan menjadi besar, dan tetap akan tetapi peralatan yang statis seperti vessel,
yang paling besar adalah peluang dari proyek- pressure vessel sudah dapat dibuat di Indonesia
proyek konstruksi di Indonesia, yang akan dan negara ASEAN lainnya.
sangat menarik bagi para pengusaha dari
negara lain sesama negara ASEAN maupun

63 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Subkontraktor Spesialis Standar Peraturan berusaha


Basis pilihan kontraktor spesilais menjadi lebih Yang paling berpengaruh terhadap pemben­
luas, tentu ini menguntungkan bagi negara tukan struktur industri adalah peraturan yang
yang sudah mengembangkan jasa kontraktor mempengaruhi ekonomi biaya transaksi dan
spesialis dan juga menguntungkan bagi pemilik hambatan masuk industri, karena semuanya itu
proyek karena kemungkinan mendapatkan akan menjadi pertimbangan bagi para pelaku
kontraktor spesialis yang bermutu dan usaha.
pengalaman menjadi lebih terbuka.
Standar Teknis
Strategi, Struktur, Persaingan Standar teknis dan mutu yang harus diterapkan
Strategi para pelaku secara konsisten akan mempengaruhi produk­
Dalam kaitan dengan berlakunya pasar tunggal tivitas dan mutu dalam industri, termasuk
ASEAN, strategi yang umum dilaksanakan oleh dalam perlindungan kepada keselamatan
perusahaan konstruksi nasional Indonesia publik, peraturan-peraturan dibidang teknik
harus diubah, yakni harus mempertimbangkan bisa termasuk.
kemampuan sumberdaya internalnya dan (1) cara pelaksanaan
terbukanya pasar tunggal ASEAN akan memilih prosedur kerja, proses kerja, penerapan dan
strategi yang cenderung memilih economy of pengendalian mutu.
scope atau economy of scale. (2) tenaga kerja
persyaratan keterampilan dan keahlian para
Struktur Industri pekerja dan para ahli yang bekerja dibidang
Kondisi pada saat ini di Indonesia cenderung konstruksi.
berkembang strategi yang membentuk struktur (3) material
usaha yang diisi oleh perusahaan generalis, baik persyaratan mutu material.
perusahaan besar maupun perusahaan kecil.
Berlakunya pasar Tunggal ASEAN
Dengan berlakunya pasar tunggal ASEAN hal Dengan berlakunya pasar ASEAN akan menjadi
ini harus ditinjau kembali untuk menyesuaikan mubazir, bahkan potensi pasar negara sendiri
dengan tuntutan pasar yang pasti akan berubah. dapat tergerus oleh pelaku usaha dari negara
ASEAN lain, bila para pelaku usaha nasional kita
Persaingan tidak menanggapi dan tidak ada ketertarikan
Kondisi persaingan saat ini secara umum saat untuk memanfaatkan pasar tunggal ASEAN,
ini masih didominasi oleh pemikiran bagaimana yang akhirnya akan terjadi ayam mati
menciptakan ongkos tambah dari pada usaha dilumbung padi.
menciptakan nilai tambah.
Minat Keluar Negeri
Dalam hal ini belum dapat dikatakan telah Minat untuk menjadi pelaku usaha bertaraf
terjadi persaingan yang sehat secara nasional. internasional dapat didorong oleh faktor-faktor
berikut:

Peraturan dan standar Portofolio tidak memenuhi tujuan perusahaan


Peraturan dan standar yang diperlakukan dalam Seperti, antara lain:
industri konstruksi akan mempengaruhi daya (1) Kejenuhan pasar domestik
saing para pelaku dibidang industri konstruksi Realitanya pasar dalam negeri saat ini
di suatu negara. belum jenuh dan peluang usaha masih
sangat banyak, tentu ini menghambat

64
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

minat untuk melangkahkan kaki ke pasar 3. memaksimalkan deviden;


negara lain. 4. mengamankan viabilitas perusahaan;
(2) Penurunan permintaan 5. mengamankan kelangsungan hidup
Permintaan domestik akan jasa perusahaan;
konstruksimasih sangat meningkat, maka 6. memberikan kelangsungan pekerjaan;
dampaknya akan sama dengan butir 1. 7. pengembangan karir dan kepuasan kerja;
(3) Tekanan kompetitif dari perusahaan lain 8. membangun dan memelihara gengsi
bisa saja perusahaan konstruksi nasional perusahaan;
mempunyai pesaing yang sangat kuat 9. mempertahankan kemerdekaan dan
didalam negeri dan mempunyai peluang otonomi perusahaan;
diluar negeri akan berpikir untuk masuk 10. memfasilitasi pertumbuhan perusahaan;
kedalam pasar konstruksi negara lain. 11. berkontribusi terhadap lapangan kerja dan
pembangunan ekonomi daerah operasi;
Kekuatan dana 12. meningkatkan atau meminimalkan
Mempunyai akumulasi dana yang cukup, kerusakan lingkungan di daerah operasi.
sehingga dirasa perlu untuk melebarkan sayap
untuk mencari peluang dinegara lain. Pertimbangan
Hal hal yang menjadi pertimbangan perusahaan
Mengharapkan keuntungan lebih tinggi: konstruksi dalam memasuki pasar internasional
(1) Peluang internasional cukup menarik antara lain ialah:
Daya tarik peluang yang menarik dari pasar • Stabilitas politik negara tuan rumah;
konstruksi dinegara lain dan diperhitungkan • Potensi pertumbuhan ekonomi negara
akan memberikan tingkat keuntungan tuan rumah;
yang lebih besar dari pada pasar didalam • Tingkat kompetisi asing yang ada dan
negeri. potensi di negara tuan rumah;
(2) Produk dicari dipasar internasional • Tingkat kompetisi asli;
Perusahaan mempunyai diferensiasi produk • Ukuran proyek potensial;
yang banyak diperlukan di negara ASEAN • Pertumbuhan historis dan potensi pasar;
lainnya. • Potensi untuk proyek-proyek masa depan;
(3) Kerjasama didalam negeri kurang • Kaitan dengan negara asal;
menguntungkan dibanding dengan luar • Keterbukaan pasar;
negeri • Sinergi Bahasa.
Bila kerja sama diluar negeri lebih
menguntungkan, misalnya adanya dorong Risiko
ekspor oleh pemerintah. Apabila suatu perusahaan akan memutuskan
(4) Daya tarik pasar dalam negeri menurun untuk memilih memasuki pasar internasional
Menurunnya daya tarik pasar konstruksi harus memperhitungkan risiko yang tidak biasa
didalam negeri, karena persaingan yang terjadi, bila hanya bekerja dalam lingkungan
dianggap kurang sehatmisalnya. domestik, risiko itu antara lain, ialah:
• Risiko peraturan yang berlaku
Tujuan • Risiko repatriasi keuntungan
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang • Risiko komunikasi dengan para pemangku
berbeda-beda dalam memutuskan untuk kepentingan
masuk kedalam pasar internasional, antara lain: • Risiko transportasi
1. memaksimalkan nilai perusahaan; • Risiko dibidang tenaga kerja dan
2. memaksimalkan keuntungan; perburuhan

65 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

• Masalah hukum Teori Strategi Daya saing


• Korupsi Strategi
• Penundaan persetujuan Adalah langkah-langkah yang harus dilakukan
• Penyitaan untuk menetapkan investasi yang diperlukan
• Keandalan pemberi tugas dalam keahlian dan peralatan, untuk dapat
• Nilai tukar bertahan secara berkelanjutan didalam suatu
• Penyesuaian tarif pasar sasaran, dalam jangka panjang.

Hambatan Sasaran Strategi


Beberapa hal yang menghambat minat Misi
masuknya perusahaan nasional keluar negeri: Misi adalah mendefinisikan nilai tambah apa
• Meningkatnya persaingan yang akan diberikan kepada pelanggan atau
• Meningkatnya keanekaragaman akan diperlukan pelanggan, what busines we are
• Meningkatnya kerumitan in.
• Hambatan dalam penyiapan kegiatan
• Persyaratan tentang staf lokal Visi
• Persyaratan keluar masuk tenaga kerja Menggambarkan bagaimana kondisi
• Persyaratan kewarganegaraan perusahaan dimasa mendatang sesuai jangkau
• Akreditasi dan lisensi rencana strategis.
• Kehadiran di negara bersangkutan
(commercial present) Arah Strategi
• Pembatasan kerja sama dengan perusahaan Karena strategi dimaksudkan untuk dapat
lokal memproduksi nilai tambah sesuai yang
• Kebijakan pengadaan pemerintah dibutuhkan oleh pelanggan, sehingga
• Pembatasan nilai fee perusahaan dapat mencapai harapan yang
dijabarkan dalam tujuannya, maka agar dapat
Persyaratan dioperasionalisasikan perlu diketahui:
Bagi perusahaan yang berminat untuk • Posisi Sekarang
masuk pasar global tentu harus memenuhi • Posisi yang diinginkan
syarat bahwa ia akan dapat mengatasi risiko
danmeretas hambatan, tentu saja dapat Sehingga langkah menuju posisi yang
didorong dan difasilitasi oleh pemerintah, untuk diinginkan dapat dicapai, menjawab pertanyaan
memanfaatkan peluang yang terbuka maupun apa yang harus diubah agar masa depan yang
yang belum terbuka. inginkan dapat tercapai.

Kemampuan kompetitif yang diperlukan Teori –teori Managemen Strategi


Kemampuan daya saing yang diperlukan Mutakhir
harus dibina dan dibangun bersama secara Sejak tahun 1980 pandangan pilihan strategi
nasional. Dayasaing adalah produktifitas yang perusahaan cenderung berubah dari pandangan
tinggi dengan mutu yang tinggi atau diterima bagaimana menguasai pasar berangsur-angsur
oleh pasar, dengan memanfaatkan asset atau berubah bagaimana menciptakan nilai tambah
faktor produksi yang dimiliki, yakni teknologi, bagi pelanggandan bagaimana memberikan
sumberdaya manusia,peralatan, material, pelayanan yang memuaskan pelanggan.
dan kemampuan untuk dipercaya oleh calon Beberapa pemikir strategi daya saing adalah
pemberi tugas. Michael Porter yang banyak menjabarkan teori
strategi daya saing yang menjadi acuan banyak

66
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

perusahaan, termasuk menyumbangkan (2) Best Solution


pemikiran tentang strategi daya saing negara Setelah itu tidak hanya memberikan produk
dan daya saing industri (dengan teori klaster atau jasa yang terbaik bagi pelanggan, akan
industri), kemudian Barney mengkompilasikan tetapi harus bisa memecahkan persoalan
pemikiran tentang pentingnya faktor yang dihadapi pelanggan.
sumberdaya dalam peningkatan daya saing,
kemudian Arnoldo Hax, menyarankan strategi (3) Lock In
lock in. Setelah tahap itu dicapai maka harus
membuat pelanggan terikat dengan
Porter Strategy Generic kebutuhan jasa dan produk yang kita
Michael porter memberikan tiga pilihan berikan dan bersama pelanggan dapat
strategis sebagi berikut, yang kemudian diikuti memberikan nilai tambah yang tinggi
oleh banyak perusahaan dengan menerapkan kepada konsumen terakhir.
perusahan harus memilih Core Business
tertentu. Pilihan generik strategi daya saing Kerangka teori yang disarankan
adalah: Kerangka Daya saing Nasional Porter
(1) Harga Murah Dalam melakukan analisis bagaimana
(2) Pasar Khusus memenangkan persaingan dalam pasar tunggal
(3) Produk Terdiferensiasi ASEAN disarankan untuk menggunakan
kerangka berpikir berlian Porter.
J. Barney
J Barney mengkompilasikan pendapat bahwa Teori berbasis sumberdaya Barney
aliran startegi daya saing dapat dikelompokkan Kemudian dalam tingkat perusahaan disarankan
menjadi dua, yakni yang berangkat dari potensi untuk memanfaatkan aset yang dimiliki sebaik
pasar terlebih dahulu dan yang lain adalah mungkin untuk menghasilkan nilai tambah
berangkat dari kemampuan sumberdaya. yang paling bermanfaat bagi pelanggan.
(1) Industrial Organization
Memposisikan diri dalam pasar Teori Lock in Arnoldo Hax
(2) Resource Base Kemudian pola pikir Arnoldo Hax digunakan
Mengembangkan produk atau jasa untuk menjaga hubungan jangka
berdasarkan: VRIO (Valuable, Rare, panjang dengan pelanggan, membangun
Inimitable, dan Organized) artinya produk ketergantungan pelanggan kepada perusahaan.
atau jasa perusahaan harus memberikan
nilai tambah yang tinggi bagi pelanggan, Menyusun Strategi Daya Saing
jarang yang bisa melakukan, tidak dapat Industri Konstruksi dalam mengha-
atau sulit ditiru, kemudian harus teroganisir dapi pasar tunggal ASEAN
dengan baik. Saran dalam penyusunan strategi industri
konstruksi dalam menghadapi pasar tunggal
Arnoldo Hax ASEAN diusulkan untuk menggunakan
Arnolodo Hax menyarankan sasaran ultimate kerangka “Berlian Nasional Porter” yakni kondisi
dari usaha haruslah menjadi partner yang tak faktor, strategi struktur dan kompetisi, industri
terpisahkan, melalui langkah-langkah: pendukung dan kondisi permintaan pelanggan.
Secara nasional para pemeran dalam industri
(1) Best Product konstruksi nasional ini harus bersatu padu
Dapat menghasilkan jasa atau produk menyusun strategi untuk meningkatkan
terbaik. produktivitas yang gilirannya akan

67 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Keunggulan spesifik perusahaan


Keunggulan basis sistem Keunggulan/kelemahan
Keunggulan spesifik tim negara setempat

Keunggulan/kelemahan
negara asal
Pemerintah

Strategi, Struktur
dan Persaingan
perusahaan

Kondisi Kondisi
Faktor Permintaan

Kesempatan
Industri
Pendukung

Keunggulan spesifik negara

Gambar 2

meningkatkan daya saing industri. Berdasarkan pengaturan teknis dan standar pelaksanaan
urutan logika bahwa yang menentukan daya yang mengatur mutu pekerjaan dan pengaturan
saing industri adalah produktivitas industri, strategi usaha yang akan mangerahkan
maka seharusnya, struktur industri konstruksi para pelaku dalam menentukan strateginya,
diusahakan dan disiapkan agar mempunyai sehingga produktivitas yang menghasilkan
struktur yang ideal, artinya jumlah perusahaan hasil kerja bermutu akan menjamin tingginya
spesialis yang mengejar economy of scale dan daya saing.
perusahaan yang mengarah pada economy of
scope, menjadi seimbang, demikian perusahaan Faktor Pengaturan Teknis dan Standar
besar dan kecil juga seimbang. Struktur industri Pelaksanaan
yang seimbang dapat dicapai yang menentukan Dengan berlakunya peraturan standar teknis
adalah strategi para pelaku usaha konstruksi, dan pelaksanaan tentu akan mengacu kepada
strategi pelaku usaha konstruksi ditentukan standar global atau standar yang disusun
oleh lingkungan usaha dan wawasan para berdasarkan kesepakatan diantara negara-
pelaku usaha konstruksi. Maka kebijakan yang negara anggota ASEAN yang tergabung dalam
disusun oleh penanggung jawab mengatur pasar tunggal ASEAN, sesuai dengan yang
industri harus disusun kearah itu. dijelaskan pada bagian pendahuluan salah satu
tujuan pasar tunggal adalah standarisasi dan
Kondisi faktor harmonisasi, maka industri konstruksi nasional
Kondisi faktor yang sangat dominan dalam harus segera menyusun standar nasional yang
mempengaruhi strategi para pelaku adalah kompatibel dengan standar pasar tunggal

68
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Tinggi Economy of Scale Economy of Scope


Cenderung Besar Cenderung Besar
Hambatan
Masuk Industri

Rendah Economy of Scale Economy of Scope


Cenderung Kecil Cenderung Kecil

Rendah Tinggi
Ekonomi Biaya Transaksi

Gambar 3

ASEAN. Termasuk dalam pengaturan standar pandangannya pendek akan memilih


kompetensi keahlian dan keterampilan yang economy of scope.
jelas bagi para tenaga kerja yang berkecimpung (4) Kondisi Faktor yang mengarahkan Strategi
dibidang konstruksi. Adalah penanggung-jawab pembentuk struktur Industri
pembina industri yang bertanggung jawab Transaction Cost Economy
atas penetapan kompetensi jabatan dibidang Tinggi, bila ekonomi biaya transaksi
industri konstruksi. Sehingga bisa melakukan tinggi maka perusahaan akan cenderung
harmonisasi dengan negara pasar tunggal memilih strategi economy of scope untuk
ASEAN dalam Mutual Recognition Arrangement. menurunkan biaya transaksi.
Faktor Pengaturan Usaha Konstruksi
(1) Entry Barrier
Rendah, sebaliknya bila biaya transaksi
Bagaimana tingkat kesulitan dalam rendah, perusahaan cenderung untuk
memasuki industri, bisa secara alami memilih meng-outsource pekerjaan yang
maupun secara buatan, berupa peraturan. bagi perusahaan tidak memberikan nilai
(2) Transaction Cost Economy tambah tinggi.
Tingkat tingginya biaya dalam melakukan
transaksi diluar biaya produksi langsung Entry Barrier
misalnya transportasi, proses hukum dalam Tinggi, bila entry barrier tinggi maka akan
bertransaksi termasuk biaya-biaya yang sulit bagi pemain baru untuk masuk, maka
dikeluarkan dalam melakukan transaksi berusahayang sudah berada dalam industri
usaha. tertentu akan semakin membesar.
(3) Jangkauan Pandangan Pelaku Rendah, bila entry barrier rendah maka akan
Semakin jauh jangkuan pandangan banyak pemain baru yang masuk, maka
pelaku akan cenderung memilih strategi perusahaan dalam industri tertentu akan
economy of scale, sebaliknya bila jangkauan cenderung banyak tetapi kecil-kecil.

69 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Pilihan meningkatkan kemampuan menciptakan nilai



TCE-Rendah & EB Rendah: maka akan tambah secara optimal dan masih banyak yang
terjadi pemilihan strategi economy of scale melakukan bisnis seperti sedia kala dan seolah-
yang akan mengarah kepada spesialisasi olah tidak terjadi apa apa, mungkin masih
dan banyak perusahaan kecil. dihinggap syndroma katak rebus, air yang
memanas secara bertahap dirasakan sebagai
TCE-Tinggi & EB Rendah: maka akan terjadi suatu kenyamanan dan tanpa disadari ternyata
pemilihan strategi economy of scope yang air sudah mendidih dan merebus tubuhnya
akan mengarah kepada pelayananmulti tanpa disadari.
jasa atau tergeneralisasi dan akan banyak
perusahaan kecil. Struktur
Struktur industri saat ini masih didominasi
TCE-Rendah &EB Tinggi: maka akan terjadi oleh perusahaan-perusahaan yang menganut
pemilihan strategi economy of scale yang strategi yang didorong oleh ekonomi ruang
akan mengarah kepada perusahaandengan lingkup yang menganggap segala bisa dan
pelayanan tunggal atau terspesialisasi dan hanya melihat dari sisi keuntungan yang didapat,
akan banyak perusahaan besar. tapi tidak melihat nilai tambah yang diciptakan
atau kemanfaatannya bagi pelanggan atau

TCE-Tinggi & EB Rendah: maka akan produktivitas sumberdaya yang digunakannya.
terjadi pemilihan strategi economy of scope
yang akan mengarah kepada perusahaan Persaingan
dengan multijasa atau tergeneralisasi dan Persaingan pada umumnya sebagian besar
akan banyak perusahaan besar. masih didorong dengan harga murah, atau
bagaimana kedekatan dengan para pengambil
Kondisi permintaan keputusan kurang memperhatikan mutu dan
Peluang dalam pasar tunggal ASEAN adalah keselamatan kerja, karena peraturan yang
meningkatnya transaksi antar negara dan sudah baiktidak secara konsisten diterapkan
meningkatnya permintaan produksi antar dan ada pula peraturan yang seharusnya ada
negara yang dapat meningkatkan tingkat tetapi belum dibuat.
ekonomi ASEAN dan diikuti meningkatnya
permintaan akan jasa konstruksi, selain Kecuali untuk proyek industri yang nilai tambah
meningkat secara jumlah akan diikuti pula yang dapat diciptakan dapat diukur secara
dengan meningkatnya tuntutan akan mutu. langsung dampaknya terhadap profitabilitas
usaha pelanggan.
Maka kedua hal tersebut harus menjadi
perhatian yang sungguh-sungguh bagi para Kondisi Industri Pendukung
pengatur industri konstruksi dan pelaku usaha Karena kecenderunganuntuk menerapkan
konstruksi, agar industri konstruksi nasional pola pikir economy of scope, maka usaha-usaha
tidak terhapus dari peta usaha di pasar tunggal kontraktor spesialis belum terlalu berkembang,
ASEAN, bahkan bisa berjaya di seluruh ASEAN. kondisi ini harus menjadi perhatian bersama.
Untuk material curah konstruksi sudah cukup
Kondisi Persaingan berkembang, akan tetapi untuk baja struktur
Strategi dan baja mekanikal masih harus dikembangkan.
Kalau dilihat kondisi sekarang para pelaku
usaha konstruksi belum menyiapkan diri secara Peluang/Kesempatan
strategis dan bersungguh-sungguh bagaimana Peluang dan kesempatan yang ada harus dilihat

70
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

dengan jeli secara spesifik masing-masing Bidang Usaha Konstruksi yang dipilih
perusahaan apakah terdapat celah peluang Developer/Sponsor
yang dapat dimasuki didalam pasar tunggal Kalau kegiatan ini masuk dalam bidang
ASEAN ini. industri konstruksi sebenarnya mereka punya
peran yang sangat dominan,orientasi mereka
Dukungan pemerintah bagaimana reputasi dan kualitas bangunan
Dukungan pemerintah dan pengelola sektor yang dijual dapat cepat laku dipasarkan,
industri konstruksi harus memfasilitasi dan mereka tentu tidak terlalu peduli siapa yang
turut mengarahkan para pelaku industri mengerjakan proyek apakah asing atau
dan mensosialisasikan dampak berlakunya nasional, yang penting dapat menghasilkan
pasar tunggal ASEAN tehadap pelaku usaha bangunan yang cepat dapat dipasarkan.
konstruksi Indonesia, jangan sampai terkena
sindroma katak rebus. Engineering/Arsitektur
Pekerjaankonsultan designer, pada umumnya
Strategi Individual Perusahaan sudah jelas kemampuan apa yang harus
Strategi industri konstruksi harus diikuti oleh dikembangkan.
strategi individu perusahaan, saat ini kebanyakan
masih memilih sebagai kontraktor umum Kontraktor Utama/Manajemen
yang dapat mengerjakan semua pekerjaan, Pada bidang ini belum jelas benar bagi
walaupun semuanya disubkontraktorkan, dan kebanyakan para pelaku kompetensi apa yang
subkontraktornya pun masih mengarah ke dapat memberikan nilai tambah maksimal
kontraktor spesialis melainkan tergantung apa dibidang ini.
pekerjaan yang ada. Dengan pengarahan dan
pengaturan diharapkan para pelaku usaha akan Kompetensi yang seharusnya dibangun
memilih bidang-bidang usaha berikut ini: disini adalah kemampuan dalam mengelola,
mengintegrasikan dan mengkoordinasikan

Investasi Profitabilitas

Portfolio
(kapasitas
Training terpasang)

Komunikasi
Ketrampilan Karyawan Reputasi

Proyek
Budaya Mutu
Esprit de Corps;
loyalitas
Resposnive terhadap
Motivasi kebutuhan pelanggan
Tenaga Kerja
Hubungan bisnis yang
fleksible dengan pelanggan

Gambar 4

71 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

semua kegiatan konstruksi, kemampuan dengan kemampuannya tersebut, yang dengan


manajemen proyek, dan kemampuan marketing sendirinya ia akan mendapatkan posisi pasar
jasa konstruksi. tertentu dalam pasar secara keseluruhan,
dengan proses yang digambarkan diatas maka
Kontraktor Pelaksana tujuan tersebut dapat tercapai.
Kontraktor pelaksana yang berlaku sebagai
kontraktor spesialis belum terlalu berkembang Kinerja Perusahaan
bila daya saing secara seluruh industri Kinerja perusahaan perusahaan tadi ditentukan
konstruksi yang dibicarakan bidang usaha ini oleh aset perusahaan, baik menurut teori
harus diperkuat. produksi maupunberdasarkan teori Resources
Base.
Pilihan arah strategi
Secara umum pemasaran dibidang usaha Sumberdaya ini yang harus diorganisasikan
konstruksi adalah pada saat mereka menger­ sehingga dapat menghasilkan produk atau jasa
jakan pekerjaan konstruksi dengan benar, hal ini yang memenuhi syarat valuable, rare, inimitable
akan didapat bila didukung oleh karyawan yang dan organized.
kompeten, sehingga meningkatkkan reputasi
perusahaan, reputasi akan memicu diperolehnya Berdasarkan strategi yang disarankan maka
proyek baru sehingga kapasitas terpasangnya perusahaan harus mengembangkan faktor
dapat habis terpakai, dan memberikan keuntungan produksinya berupa teknologi, metoda, dan
kepada perusahaan, keuntungan ini sebagaian asetnya.
dibelanjakan untuk melakukan peningkatan
kompetensi karyawan dan meningkatkan budaya Proses usaha
perusahaan dalam hal mutu dan cepat tanggap Proses usaha dan proses usaha yang efisiensi,
atas kebutuhan pelanggan dan meningkatkan efektif, dan produktif
motivasi kerja, serta investasi untuk meningkatkan
komunikasi baik dengan pelanggan maupun Asset
dengan para calon partner dan supplier. (1) Intelektual
Asset relasional
Pada dasarnya pemasaran jasa konstruksi Adalah aset hubungan dengan pelanggan,
dilakukan pada waktu melaksanakan proyek, calon pelanggan dan hubungan dengan
apabila selalu memuaskan pelanggannya pada partner, supplier vendor subkontraktor.
waktu mengerjakan proyek yang dipercayakan Asset Organisasional
kepadanya, maka untuk mendapatkan proyek Termasuk disini proses usaha dan
berikutnya pasti dapat diperoleh dengan lebih pembagian tugas internal organisasi
mudah. perusahaan, patent, merk dagang dan lain
lain.
Resource Base View
Kompetensi/kepercayaan, pilihan stra­
tegi Asset Sumber daya manusia
berdasarkan resource base yaitu mening­kat­kan Profesionalisme sumberdaya manusia,
kemampuan sumberdaya dan mengembangkan budayanya, etos kerjanya.
diferensiasi usaha yang berbasis produk yang
bernilai tinggi tetapi jarang bisa diproduksi (2) Fisik
orang lain, susah ditiru dan perusahaan dapat Sarana
mengerjakan secara terorganisasi dengan baik, Sarana kerja, sarana komunikasi, sarana
kemudian baru mencari pasar yang sesuai produksi dan lain-lain.

72
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

Dana Saran
Dana yang disediakan untuk modal kerja. Untuk menghadapi pasar tunggal ASEAN
Industri Konstruksi nasional harus segera
Lima Kekuatan Pembentuk Strategi menanggapinya dengan cepat, misalnya
Langkah yang harus diambil perusahaan untuk dengan membentuk suatu organisasi AdHoc
memenangi persaingan adalah bagaimana Task Force yang diberi wewenang tertentu
memanfaatkan: dan dibentuk dengan kerja sama antara
Kementerian PU dan Lembaga Pengembangan
Pelanggan Jasa Konstruksi Nasional dengan tugas:
Kekuatan tawar pelanggan, dalam menghadapi 1. Mengidentifikasikan dampak dari
pelanggan internasional banyak hal yang harus perubahan berlakunya pasar tunggal
diatasi, salah satunya adalah apa yang disebut ASEAN dari segi peraturan dan perubahan
liability of origin, yakni karena perusahaan dari komposisi pasar, serta perubahan moda
negara yang dianggap kurang berkembang kompetisi dengan mengidentifikasikan
akan kurang dipercaya oleh pelanggan semua peraturan yang berlaku di seluruh
internasional dibanding dengan perusahaan ASEAN dan yang berlaku di masing-masing
dari negara maju. negara ASEAN tentang penyelenggaraan
kegiatan konstruksi, mengidentifikasikan
Dalam hal ini kemampuan untuk meyakinkan ancaman dan peluang pasar konstruksi.
pelanggan bahwa perusahaan Indonesia dapat 2. Menganalisis dampak dari perubahan-
berkinerja sama atau lebih baik dari perusahaan perubahan tadi, secara kualitatif maupun
global manapun. kuantitatif, analisis individual negara-
negara sasaran, analisis risiko termasuk
Supplier/Partner ketidakpahaman tentang peraturan yang
Kekuatan tawar supplier, sebenarnya dengan berlaku disuatu negara, risiko bahasa, risiko
semakin luas cakupan pasar tunggal maka pendanaan, risiko hukum dan fiskal.
akan makin besar kemungkinan pilihan-pilihan 3. Menyusun langkah-langkah yang
supplier/partner/maupun subkontraktor. diperlukan untuk mengatasi dampak
negatif dan memanfaatkan dampak positif
Sustitute risiko dari perubahan ini dan melakukan
Kemampuan mengatasi adanya produk atau intelijen daya saing posisi strategis, agar
jasa pengganti, masing masing jasa atau dapat berhasil didalam pasar tunggal
produk mempunyai produk jasa alternatif yang ASEAN.
berbeda-beda. 4. Jangka pendek, mensosialisasikan
perubahan ke pasar tunggal ASEAN dan
Pemain Baru dampaknya kepada para pemangku
Kemampuan menahan laju arus masuknya kepentingan dalam industri konstruksi,
para pemain baru yang dapat meningkatkan berlaku sebagai fasilitator pembentukan
persaingan dan menurunkan keuntungan, dan kerja sama sinergi antara para pelaku usaha
menghambat investasi untuk meningkatkan konstruksi untuk mempertahankan pasar
kemampuan. nasional dan membuka peluang pasar di
negara lain anggota ASEAN, memfasilitasi
Pesaing pemasaran bersama didalam konteks pasar
Mengatasi strategi pesaing, bila strategi tunggal ASEAN, memfasilitasi pendanaan
resource base view diterapkan maka persaingan konstruksi untuk meraih pasar diluar negeri,
akan berkurang. menstandarkan proses penyelanggaraan

73 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Memenangkan Persaingan di Pasar ASEAN dan Global

konstruksi diantara pemangku kepentingan yakni lembaga yang diberi wewenang menata
konstruksi untuk memudahkan kerja sama industri konstruksi.
dalam waktu yang singkat.
5. Jangka panjang, mengidentifikasi peraturan Daya saing dan sinergi dapat ditingkatkan
tentangentry barrier dan ekonomi biaya dengan kebijakan industri yang tepat, yaitu
transaksi (transaction cost economy) yang kebijakan yang mendorong terjadinya struktur
dapat mendorong terjadinya struktur industri yang efisien, dengan menata dan
industri yang sehat, produktif dan berdaya mengatur ekonomi biaya transaksi dengan
saing tinggi, dan mendorong perusahaan meminimumkan biaya transaksi, entry barrier
konstruksi nasional untuk masuk kedalam diatur sedemikian rupa sehingga dapat
pasar ASEAN tidak hanya membatasi diri mendorong terjadinya ukuran perusahaan
dalam pasar domestik saja. yang tepat yang mengisi sektor industri. Kedua
hal tersebut diyakini menjadi kunci pilihan bagi
Kesimpulan para pelaku industri, sehingga membentuk
Dalam menghadapi pasar tunggal ASEAN yang suatu struktur industri yang sehat dengan daya
sudah akan berlaku tidak lama lagi, perlu kerja saing yang kuat.
sama yang erat antara pemangku kepentingan
industri konstruksi nasional, untuk bersama Selain itu edukasi, internalisasi, dan advokasi
menyadari betapa serius perubahan yang dilakukan untuk para pelaku industri konstruksi
akan berlaku dan langkah cepat apa yang bisa agar mereka dapat meyakini bahwa bila
dilakukan dalam menghadapi kondisi baru mereka berpikir dengan jangka yang lebih
nantinya. panjang akan meningkatkan daya saing dan
memperkokoh struktur industri.
Daya saing harus dapat dicapai dengan
produktivitas tinggi dengan mutu hasil produksi Sebaiknya pemikiran yang telah dikembangkan
yang dapat memenuhi tuntutan para pemberi bersama selama ini segera diimplementasikan
tugas. dengan memanfaatkan metoda manajemen
proyek yang modern, agar usaha kita selama
Sinergi antar pemangku kepentingan industri bertahun-tahun terakhir ini tidak mubazir
konstruksi nasional memerlukan pemandu demikian saja.

DAFTAR PUSTAKA
Arnoldo Hax, Majluf, The strategy concept and Process, Prentice hall, 1996
Arnoldo Hax, Wilde, DL II. “Delta Project, discovering new sources of profitability in a networked economy,
Palgrave 2001
Asean Secretariat, DECLARATION ON THE ASEAN ECONOMIC COMMUNITY BLUEPRINT, Asean Secretariat,
2008
Barney, JB, Clark, DN, Resource Based Theory, Creating and sustaining competitive advantage, Oxford
University Press, 2007
Langford, David, Steven, Male, Strategic Managementin Construction, Blackwell Science. 2001
Low Sui Pheng, Marketing Theories And Concepts For The International Construction Industry : A Study Of
Their Applicability At The Global, National And Corporate Perspectives, Bartlett School of Architecture
and Planning University College London, 1990
Porter,M., Competitives Strategy, Technique for analysing, Industries and Competitors, The Free Press, 1980

74
SAMBUTAN

BAB 2

2
KONSEPSI DALAM
KONSOLIDASI
KONSTRUKSI INDONESIA

75 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)


Ina Hagniningtyas Krisnamurthi
Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN, Kementerian Luar Negeri

Integrasi ASEAN melalui pembentukan Komunitas ASEAN dimaksudkan untuk


menciptakan kawasan Asia Tenggara yang menjamin keamanan bersama,
stabilitas bersama (common security), dan kesejahteraan bersama (common
prosperity) di tengah dinamika dan konstelasi kawasan dan global. Komunitas
ASEAN yang terdiri dari 3 Pilar, yaitu Pilar Politik-Keamanan, Pilar Ekonomi (ASEAN
Economic Community/KEA), dan Pilar Sosial Budaya diarahkan untuk mencapai
tujuan tersebut dan masing-masing pilar merupakan suatu kesatuan dan saling
memperkuat (enforcing) satu sama lain.

Komitmen para Kepala Negara ASEAN untuk mewujudkan Komunitas


ASEAN 2015 merupakan respons strategis ASEAN terhadap kepentingan
nasional masing-masing negara anggota ASEAN termasuk dalam
menghadapi perkembangan dan dinamika kawasan dan global agar
ASEAN tetap relevan, baik ke dalam maupun ke luar, terutama dengan
pergeseran peta kekuatan politik dan ekonomi dunia ke kawasan Asia
Pasifik.

Di tengah kompleksitas, dinamika, tantangan dan peluang yang disajikan


oleh arsitektur kerja sama regional dan global saat ini, keberadaan
ASEAN yang semakin kohesif sangat penting. Selain itu, ASEAN yang
semakin terintegrasi diharapkan dapat menjadi kawasan yang berdaya
saing, atraktif, memiliki pembangunan merata, dan kontributif bagi
upaya penciptaan stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan kawasan
yang pada gilirannya dapat berkontribusi bagi stabilitas, perdamaian,
dan kesejahteraan negara anggotanya.
Sejak awal pembentukannya pada tahun 1967 para pemimpin ASEAN
telah memutuskan untuk mentransformasi ASEAN dari wilayah yang
mengalami konflik menjadi kawasan yang stabil, makmur dan berdaya
saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata.

Sehubungan dengan hal itu, integrasi ekonomi melalui KEA dipandang


penting guna meningkatkan daya tawar, daya saing, dan daya tarik
ASEAN seiring dengan meningkatnya ekonomi RRT dan India, serta

76
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

berbagai proliferasi Free Trade Agreements (FTAs) hingga ASEAN Trade in Goods Agreement/
di kawasan. Pada tahun 2007, para Pemimpin ATIGA (2009) dan ASEAN Comprehensive
ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Investment Agreement/ACIA (2009). Sementara
KEA yang semula tahun 2020 menjadi tahun itu tahun 2003 dipandang sebagai titik
2015. Percepatan tersebut dilatarbelakangi kulminasi, pernyataan politik para Pemimpin
oleh adanya kecenderungan penurunan biaya ASEAN, guna menegaskan komitmen dalam
produksi di ASEAN yang diperkirakan dapat mengintegrasikan ASEAN secara komprehensif
mencapai 20%, peningkatan kemampuan dalam 3 pilar, termasuk KEA.
daya saing kawasan ASEAN, dan penyelarasan
pencapaian Millenium Development Goals Untuk dapat memberikan manfaat yang lebih
2015. kepada masyarakat, KEA memiliki empat
karakterisik utama, yaitu pasar tunggal dan basis
KEA merupakan integrasi ekonomi yang produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing
dilakukan secara gradual dan telah berlangsung tinggi, dan kawasan dengan pembangunan
hampir empat dasawarsa, dimulai dari ekonomi yang merata, serta kawasan yang
pengesahan Preferential Tariff Arrangement/ terintegrasi penuh dengan ekonomi global.
PTA (1977), kemudian Common Effective Melalui KEA, ASEAN diharapkan memiliki
Preferential Tariff ASEAN FTA/CEPT- AFTA (1992), dinamika pembangunan yang lebih tinggi

77 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

dan terintegrasi, pengentasan masyarakat Ahead but High Hopes Remain for ASEAN
dari kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi and KEA Beyond 2015 memperlihatkan tren
untuk mencapai kemakmuran yang merata dan positif dalam periode 1990—2011, yaitu kelas
berkelanjutan. menengah naik dari 15% menjadi 37%, angka
kemiskinan menurun dari 45% menjadi 14%
KEA yang ditargetkan pada akhir tahun 2015 dan kesenjangan kemiskinan turun dari 14% ke
selain menjadi tonggak penting integrasi juga 3%.
memiliki potensi luar biasa dalam menentukan Berdasarkan ASEAN Economic Community
postur ASEAN mendatang. Keberagaman tingkat (AEC) Scorecard per Desember 2013, capaian
pembangunan ASEAN, mulai dari majunya Indonesia tercatat sebesar 84,1%, di atas capaian
ekonomi Singapura hingga negara seperti rata-rata ASEAN sebesar 81,7%. Menurut kajian
Myanmar dan Laos, dapat menjadi potensi The Impact of AFTA oleh Economic Research
sinergis perpindahan modal dan teknologi Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Indonesia
ke negara yang unggul dalam jumlah tenaga menunjukkan peningkatan share dalam total
kerja dan sumber daya alam. Potensi tersebut perdagangan di ASEAN selama periode tahun
disadari akan memberikan kontribusi positif 1990—2010, yaitu untuk ekspor meningkat dari
bagi perekonomian ASEAN dan masyarakatnya. 2,1% menjadi 19% dan untuk impor dari 3,1%
menjadi 16,2%.
ASEAN saat ini merupakan kekuatan ekonomi
ketiga terbesar di Asia, setelah RRT dan India. Selain itu, AEC Chartbook 2012 menunjukkan
Tahun 2012, total PDB ASEAN tercatat sebesar bahwa Indonesia merupakan negara penerima
US$2,3 triliun (2012) dan rata-rata pertumbuhan FDI terbesar ke-2 di ASEAN setelah Singapura,
ekonomi dalam periode 15 tahun berada di dengan porsi sebesar 13,1% pada tahun 2011.
angka 6%. Total PDB ASEAN adalah 3% dari total Data juga menunjukkan bahwa PDB per Kapita
PDB dunia, capaian tersebut setara dengan 30% ASEAN meningkat menjadi USD 3.601 pada
dari RRT atau 25% lebih besar dari India. tahun 2011, tiga kali lipat dibandingkan tahun
1990 yang tercatat sebesar USD 965. Sementara
Prospek ekonomi kawasan akan meningkat itu PDB per kapita Indonesia pada tahun 2011
dengan langkah integrasi yang menargetkan tercatat sebesar USD 3.563. Selain itu, Indonesia
pembentukan pasar tunggal dan basis tercatat berada di peringkat ke-4 di ASEAN
produksi, termasuk peningkatan aliran tenaga (dengan persentase 9,4%) dari total wisatawan
kerja dan modal ke kawasan, serta memajukan asing yang berkunjung ke ASEAN.
konektivitas lebih tinggi dengan kekuatan
ekonomi lainnya, seperti, RRT, Jepang, Korea KEA 2015 bukan merupakan suatu event,
Selatan, India, Australia, dan Selandia Baru yang melainkan sebuah proses (community building)
ditempuh melalui ASEAN Plus One FTA. Lebih yang akan terus berlangsung pasca 2015 dan
lanjut, dalam mengantisipasi dinamika ekonomi selanjutnya. Laporan AEC Council pada April
kawasan dan global, ASEAN juga bersepakat 2013 mengidentifikasi beberapa tantangan
untuk mengkonsolidasikan ASEAN Plus One utama menuju pembentukan KEA 2015, yaitu
FTA tersebut ke dalam Regional Comprehensive implementasi komitmen secara tepat waktu,
Economic Partnership (RCEP) yang saat ini efektivitas komunikasi dengan kalangan dunia
telah memasuki pembahasan dan negosiasi usaha dan masyarakat umum, dan pelambatan
rancangan agreement RCEP. perekonomian global.

Hasil kajian Economic Research Institute of Terkait hal tersebut, AEC Council
ASEAN and East Asia (ERIA) berjudul Challenges merekomendasikan beberapa hal, yaitu

78
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

Diharapkan kelompok kerja dapat menghasilkan


kerangka landasan yang konstruktif bagi proses
integrasi ekonomi ASEAN untuk periode
sepuluh tahun kedepan. Kelompok kerja akan
bekerja berdasarkan hasil kajian ERIA mengenai
“Moving ASEAN and KEA Beyond 2015” dan kajian
dari S. Rajaratnam School of International Studies
(RSIS)/Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS)
mengenai “Vision Paper on the KEA Beyond 2015”.
memastikan implementasi langkah-langkah
prioritas menuju pembentukan KEA 2015, Mengenai tingkat pemahaman masyarakat
melakukan upaya pemasyarakatan mengenai Indonesia, hasil Surveys on ASEAN Community
integrasi ekonomi ASEAN secara terencana dan Building Effort 2012 yang dilakukan oleh
berkaitan antara tataran nasional dan regional Sekretariat ASEAN dan Japan-ASEAN Integration
serta strategi guna mengkomunikasikan secara Fund (JAIF) di sepuluh negara anggota ASEAN
efektif tujuan dan capaian yang diraih, dan menjelaskan data-data bahwa 81% masyarakat
melakukan langkah antisipatif untuk mengelola ASEAN telah mengetahui keberadaan ASEAN.
risiko yang muncul akibat adanya saling Namun demikian, 76% di antaranya masih
ketergantungan dan globalisasi, termasuk kurang memiliki pemahaman dasar mengenai
melalui langkah-langkah koordinatif antara ASEAN dan 55% dari kalangan bisnis ASEAN
seluruh pembuat kebijakan lintas kawasan dan telah memiliki pemahaman dasar mengenai
peningkatan kerja sama dengan negara mitra ASEAN, sementara 15% lainnya sudah memiliki
wicara. pemahaman dasar yang baik tentang ASEAN.

Para Menteri Ekonomi ASEAN menegaskan Sementara itu, Survei ASEAN Business Advisory
bahwa target 2015 bukan merupakan Committee tahun 2012: 60% pebisnis di AMS
batas akhir untuk menyelesaikan semua memiliki pengetahuan mengenai ASEAN
inisiatif dalam merealisasikan KEA. Untuk itu Free Trade Agreement; 45% pebisnis melihat
pembahasan isu ASEAN pasca 2015, harus daya tarik ASEAN sebagai suatu wilayah
lebih diperluas dan diperkuat khususnya dalam ekonomi yang terintegrasi. Selanjutnya hasil
aspek single market and production base guna survei Journal of Current South East Asian
mencapai kesinambungan pembangunan Affairs 2011 di Indonesia, menyatakan 80%
ekonomi regional yang berkelanjutan, serta memandang ASEAN penting dan relevan;
meningkatkan peran ASEAN di Asia Timur dan 42% belum mengetahui Komunitas ASEAN;
ekonomi global. 88% mendukung terbentuknya KEA; 78%
memandang KEA akan memberikan manfaat
Para Menteri Ekonomi ASEAN juga mendukung bagi ekonomi Indonesia.
rencana pembentukan Working Group
(Kelompok Kerja) untuk membahas dan Sebagai negara terbesar di ASEAN dalam hal
mengembangkan draft kerangka kerja untuk luas wilayah maupun jumlah penduduk serta
meningkatkan integrasi ekonomi ASEAN dengan berbagai potensi ekonomi termasuk
sepuluh tahun mendatang (AEC 2016-2025) sumber daya alam maupun manusia, diharapkan
yang telah disahkan oleh para Kepala Negara Indonesia dapat memanfaatkan berbagai
ASEAN mengenai ASEAN Community’s Post 2015 peluang dan mengatasi semua tantangan untuk
Vision pada KTT ASEAN di Bandar Seri Begawan, menjadi pemenang dalam KEA 2015.
Brunei Darussalam tahun 2013 lalu.

79 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

Pengaturan Perdagangan
pada Sektor Konstruksi
di Asean Dan Global
Akhmad Suraji
Ketua KK Manajemen Konstruksi & Infrastruktur Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas
Anita Tambing
Kepala Bidang Pasar dan Daya Saing, Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, BP Konstruksi,
Kementerian PU
RM. Dudi Suryo Bintoro
Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, BP Konstruksi, Kementerian PU

Indonesia akan menjadi pasar konstruksi terbesar (70%) di Asean (BMI, 2013)
dan terbesar kedua di Asia (ENR Singapore, 2004). Para pelaku usaha di bidang
jasa konstruksi dan jasa profesional di Indonesia akan menghadapi persaingan
yang semakin tinggi karena akan banyak perusahaan asing (commercial
presence) dan mobilitas individu arsitek dan insinyur (movement of natural
persons). Tulisan ini membahas liberalisasi perdagangan di sektor konstruksi di
tingkat regional ASEAN. Bahan tulisan ini bersumber dari pengkajian kebutuhan
regulasi domestik yang dilakukan oleh Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi
BP Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum (2013). Tulisan ini diharapkan
memberikan pengetahuan tentang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) 2015 menandai diberlakukannya liberalisasi perdagangan di tingkat
regional Asean. Perdagangan di sektor konstruksi mencakup perdagangan
jasa konsultan dan jasa kontraktor. Dalam sektor ini, professional engineering
services (CPC 867) maupun construction services (CPC 51) merupakan salah
satu komoditi bidang jasa dari liberalisasi perdagangan. Lingkup professional
engineering services (CPC 867) terdiri dari: (i) architectural services (CPC 8671);
(ii) engineering services (CPC 8672); (iii) integrated engineering services (CPC
8673); (iv) urban planning and landscape architectural services (CPC 8674); (v)
engineering related scientific and technical consulting services (CPC 8675) dan;
(vi) technical testic and analysis services (CPC 8676).

80
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

www.sayercivil.com
PENGANTAR LIBERALISASI PERDAGANGAN DI SEKTOR
Lingkup construction services terdiri dari: (i) KONSTRUKSI
pre-erection work at construction site (CPC 511); Liberalisasi perdagangan adalah pengaturan
(ii) construction work for buildings (CPC 512); (iii) perdagangan antarnegara dalam rangka
construction work for civil engineering (CPC 513); menciptakan perdagangan yang efisien dan
(iv) assembly and erection of prefabricated (CPC persaingan yang sehat. Pengaturan tersebut
514); (v) special trade construction work (CPC meliputi pembatasan (persyaratan) terhadap
515); (vi) installation work (CPC 516); (vii) building akses pasar (Market Access Limitations),
completion and finishing work (CPC 517); dan pembatasan (persyaratan) perlakuan nasional
(viii) renting services related to equipment for (National Treatment Limitations) serta
construction or demolition of buildings or civil pembatasan-pembatasan tertentu lainnya yang
engineering works with operator (CPC 518). harus dipenuhi oleh badan usaha asing sebelum
melakukan usaha di negara tujuan.
Kedua jenis layanan tersebut akan sangat
dibutuhkan oleh Indonesia. Indonesia akan Liberalisasi perdagangan dilakukan melalui 4
membangun infrastruktur dan properti hingga (empat) modalitas yang terdiri dari: (i) Moda
2025 mencapai hampir 2500 IDR Triliun (MP3EI, 1 – Pemasokan Jasa Lintas Batas Negara (Cross
2012). Border Supply), yaitu pemasokan jasa lintas batas
negara, dimana pengguna maupun penyedia

81 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

jasa tetap berada di negara masing-masing, untuk berpartisipasi dalam proses pengadaan
misalnya melalui internet, pos, dan lain-lain; (ii) jasa konstruksi dalam rangka mengembangkan
Moda 2 – Konsumsi ke Luar Negeri (Consumption kapasitasnya.
Abroad), yaitu pengguna jasa (konsumen)
menggunakan jasa ke luar negeri, misalnya Sejak tahun 1994, melalui Undang-Undang
bersekolah di luar negeri, berobat di luar Nomor 7 tahun 1994, Indonesia telah meratifikasi
negeri, berpariwisata ke luar negeri, dan lain- World Trade Organization (WTO) dan melalui
lain; (iii) Moda 3 – Hadirnya Perusahaan Asing Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995
(Commercial Presence), yaitu hadirnya badan telah meratifikasi ASEAN Framework Agreement
usaha asing untuk memasok jasa di wilayah on Services (AFAS). Bahkan pada tahun 2007,
suatu negara; dan (iv) Moda 4 – Hadirnya Tenaga Indonesia beserta 9 (sembilan) negara anggota
Kerja Asing (Presence of Natural Person), yaitu ASEAN lainnya telah menandatangani ASEAN
kehadiran tenaga kerja asing untuk memasok Charter (Piagam ASEAN) dan ASEAN Economic
jasa di wilayah suatu negara. Community Blueprint (Cetak Biru Komunitas
Ekonomi ASEAN) yang akan menyatukan
Salah satu persyaratan yang ditetapkan ASEAN menjadi satu komunitas, termasuk
Indonesia dalam perdagangan jasa konstruksi komunitas ekonomi yang di dalamnya terdapat
adalah, bahwa badan usaha jasa konstruksi perdagangan jasa.
asing yang akan melakukan usaha di Indonesia
harus membentuk kerjasama Joint Venture (JV) Sesuai dengan mandat dalam General
atau Joint Operation (JO) dengan badan usaha Agreement on Trade in Services (GATS), setiap
jasa konstruksi nasional kualifikasi besar. Melalui negara anggota WTO, diwajibkan membuat
Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 peraturan dalam negeri (Domestic Regulation)
yang merupakan peraturan pelaksanaan dari sesuai dengan norma dan standar aturan WTO.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Domestic Regulation tersebut penting dan
Penanaman Modal, Indonesia memberi peluang diperlukan dalam rangka mengakomodasi
lebih luas kepada pelaku usaha asing untuk liberalisasi perdagangan jasa. Pengaturan
memiliki porsi permodalan hingga 67% untuk tersebut meliputi pembatasan (persyaratan)
jasa pelaksanaan konstruksi dan 55% untuk terhadap akses pasar (Market Access Limitations),
jasa konsultansi konstruksi dalam membentuk pembatasan (persyaratan) perlakuan nasional
badan usaha patungan (JV) untuk bidang usaha (National Treatment Limitations) serta
non-kecil. pembatasan-pembatasan tertentu lainnya yang
harus dipenuhi oleh badan usaha asing sebelum
Proteksi terhadap pasar konstruksi domestik melakukan usaha di negara tujuan.
seperti yang diharapkan oleh para pelaku jasa
konstruksi nasional tidak selamanya menjadi Kerangka liberalisasi perdagangan
solusi yang tepat dalam mengurangi disparitas bidang jasa tingkat regional Asean (AFAS
pasar domestik, terutama apabila kesempatan ASEAN) dikembangkan sebagai upaya: (1)
yang ada tidak dimanfaatkan dengan baik meningkatkan kerjasama dalam bidang jasa
oleh pelaku jasa konstruksi nasional untuk di antara negara anggota yang bertujuan
mengembangkan kapasitasnya. Sebaliknya, untuk meningkatkan tingkat efisiensi dan
penerapan persyaratan akses pasar yang terlalu kompetitif dalam penyelenggaraan jasa-jasa
tinggi dalam penyelenggaraan pekerjaan sekaligus untuk memperluas kapasitas produksi
konstruksi domestik juga menjadi penghalang serta penyediaan dan pendistribusian dari
(barrier) bagi pelaku jasa konstruksi nasional pelayanan dan penyelenggaraan jasa, baik

82
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

dalam lingkup regional ASEAN maupun di luar kurang dari 51% pada tahun 2008, dan 70%
ASEAN; (2) menghilangkan atau mengurangi pada tahun 2010 untuk 4 (empat) prioritas
batasan mendasar dalam penyelenggaraan sektor jasa, tidak kurang dari 49% pada 2008,
perdagangan jasa-jasa; (3) dalam rangka 51% pada tahun 2010, dan 70% pada tahun
liberalisasi dari perdagangan jasa-jasa dengan 2013 untuk logistik jasa, dan tidak kurang dari
memperluas tingkat dan taraf kebebasan di atas 49% pada 2008, 51% pada tahun 2010, dan
kesepakatan yang telah dibuat berdasarkan 70% pada tahun 2015 untuk sektor-sektor
GATS dengan tujuan bersama mewujudkan lainnya, dan progresif menghapus Mode 3
area pasar bebas dalam perdagangan jasa-jasa. keterbatasan akses pasar lainnya pada tahun
Bentuk upaya aktif yang dituntut dari seluruh 2015; mengatur parameter liberalisasi untuk
negara anggota ASEAN terkait dengan AFAS keterbatasan nasional pengobatan, Mode 4
ini adalah diantaranya untuk: (a) establishing dan keterbatasan dalam komitmen horisontal
or improving infrastructural facilities, (b) untuk setiap putaran pada tahun 2009; jadwal
joint production, marketing, and purchasing komitmen sesuai dengan parameter yang
arrangements, (c) research and development, dan disepakati untuk keterbatasan perlakuan
(d) exchange of information. nasional Mode 4 dan keterbatasan dalam
komitmen horisontal ditetapkan pada tahun
Dalam memfasilitasi arus bebas jasa pada tahun 2009; melengkapi penyusunan inventarisasi
2015, ASEAN juga bekerja menuju pengakuan hambatan untuk layanan pada bulan Agustus
profesional kualifikasi dengan maksud 2008; memungkinkan fleksibilitas keseluruhan,
untuk memfasilitasi liberalisasi perdagangan 2 (dua) yang meliputi sub-sektor benar-benar
jasa di wilayah ASEAN dengan tindakan: (i) dikeluarkan dari liberalisasi dan sub-sektor di
penghapusan substansial semua pembatasan mana tidak semua parameter yang disepakati
perdagangan jasa untuk 4 (empat) sektor liberalisasi mode pasokan terpenuhi, dalam
jasa prioritas, transportasi udara, e-ASEAN, penjadwalan komitmen liberalisasi.
kesehatan dan pariwisata pada tahun 2010,
serta sektor jasa prioritas kelima, jasa logistik, Penjadwalan komitmen liberalisasi di setiap
tahun 2013; (ii) penghapusan substansial putaran akan disesuaikan dengan fleksibilitas
semua pembatasan perdagangan jasa untuk berikut kemungkinan penangkapan di
semua sektor jasa lainnya pada tahun 2015; babak berikutnya jika negara anggota tidak
(iii) melakukan liberalisasi melalui putaran mampu memenuhi parameter komitmen
berturut-turut setiap dua tahun hingga 2015, yang ditetapkan untuk putaran sebelumnya;
yaitu 2008, 2010, 2012, 2014, dan 2015; (iv) memungkinkan untuk mengganti sub-sektor
mentargetkan untuk menjadwalkan jumlah yang telah disepakati yang akan diliberalisasi
minimum sub-sektor baru untuk setiap putaran: dalam putaran tetapi yang negara anggota tidak
10 sub-sektor pada tahun 2008, 15 tahun 2010, mampu membuat komitmen dengan sub-sektor
20 tahun 2012, 20 pada 2014, dan 7 tahun 2015, di luar disepakati sub-sektor, dan liberalisasi
berdasarkan GATS W/120; (v) jadwal komitmen melalui rumus ASEAN Minus X; melengkapi
untuk setiap putaran sesuai dengan parameter pengaturan saling pengakuan (MRA) saat ini
tidak ada pembatasan untuk Mode 1 dan 2, sedang negosiasi, yaitu jasa arsitektur, jasa
dengan pengecualian karena alasan peraturan akuntansi, survei kualifikasi, praktisi medis
bonafide (seperti keamanan publik) yang sesuai pada tahun 2008, dan praktisi gigi pada tahun
dengan kesepakatan seluruh negara anggota 2009; melaksanakan MRAs secepatnya sesuai
berdasarkan kasus per kasus; memungkinkan dengan ketentuan masing-masing MRA;
untuk penyertaan modal asing (ASEAN) tidak mengidentifikasi dan mengembangkan MRA

83 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

untuk jasa profesional lainnya pada tahun 2012 kewajiban bagi Indonesia untuk menerapkan dan
akan selesai pada tahun 2015; dan memperkuat mengadopsi ketentuan multilateral dan regional
pengembangan sumber daya manusia dan tersebut dalam regulasi nasional. Hal yang perlu
pembangunan kapasitas di bidang jasa. menjadi perhatian utama lebih kepada kesiapan
infrastruktur nasional dan kesiapan bersaing
PENGATURAN PERDAGANGAN DI SEKTOR secara kompetitif dari pengusaha jasa konstruksi
KONSTRUKSI DI INDONESIA Indonesia.
Proses regulasi awal tentang jasa konstruksi telah
dirintis dalam beberapa aturan perundangan Regulasi dasar yang telah dibuat oleh
yang cukup bisa digunakan sebagai langkah pemerintah Indonesia telah meliputi semua
persiapan awal untuk memasuki regulasi aspek yang utama dalam perdagangan jasa
lebih lanjut tentang liberalisasi perdagangan konstruksi. Namun terkait dengan proses
jasa konstruksi tersebut. Pengaturan nasional liberalisasi perdagangan jasa konstruksi
tentang jasa konstruksi ditegaskan dalam tersebut, ada beberapa hal yang layak dan
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999. Disusul perlu menjadi pokok kajian lebih lanjut,
kemudian dengan beberapa aturan pelaksanaan yaitu: (a) Kesiapan Pengusaha Jasa Konstruksi
yang meliputi Peraturan Pemerintah Nomor Nasional, (b) Mekanisme Penawaran Usaha Jasa
28 tahun 2000 dan perubahannya Peraturan Konstruksi, (c) Permasalahan Otonomi Daerah,
Pemerintah No. 4 tahun 2010 tentang Usaha (d) Risiko, Sengketa, dan Tanggung Jawab, (e)
dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Kontrak Kerja Jasa Konstruksi, dan (f ) Aspek
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 2000 Pembinaan.
dan perubahannya Peraturan Pemerintah No.
59 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Jasa Peraturan domestik Indonesia sebagai
Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor implementasi komitmen liberalisasi
30 tahun 2000 tentang Penyelenggaraan perdagangan jasa konstruksi meliputi:
Pembinaan Jasa Konstruksi. Empat peraturan (i) Undang-Undang No. 7 Tahun 1994
dasar ini cukup menjadi landasan kebijakan tentang Ratifikasi WTO. Undang-Undang
pemerintah. ini mengesahkan Agreement Establishing
The World Trade Organization (Persetujuan
Secara umum pengaturan jasa konstruksi Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
nasional telah memasukan aspek-aspek trade in beserta Lampiran 1, 2 dan 3. Persetujuan
services dari GATS dan WTO, dan juga ketentuan tersebut, yang salinan naskah aslinya dalam
yang ada dalam AFAS tidak menimbulkan bahasa lnggris serta terjemahannya dalam
suatu pertentangan dengan regulasi nasional. bahasa Indonesia dilampirkan, sebagai bagian
Ketentuan dalam AFAS merupakan sebuah yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang
kerangka dasar yang menjadi acuan dalam ini. Undang-Undang No. 18 Tahun 1999 tentang
liberalisasi perdagangan jasa konstruksi di wilayah Jasa Konstruksi pada pasal 8 menyatakan bahwa
ASEAN. Kerangka dasar AFAS tidak memberikan Badan Usaha (nasional maupun asing) yang
sebuah ketentuan yang menyimpang dari akan melakukan usaha jasa konstruksi harus: (a)
regulasi nasional. Terlepas dari permasalahan Memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha
tersebut, Indonesia sebagai negara berdaulat di bidang jasa konstruksi (IUJK); (b) Memiliki
memiliki kebebasan untuk menerapkan regulasi sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan
tersendiri. Batasan yang ada dalam hal ini adalah jasa konstruksi (SBU). Selanjutnya Pasal 9,
bahwa Indonesia telah mengikatkan diri dalam Undanng-Undang No. 18/1999 menyatakan
GATS maupun AFAS, sehingga menjadi suatu bahwa tenaga kerja konstruksi (nasional

84
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

maupun asing) harus memiliki sertifikat keahlian di Bidang Penanaman Modal sebagai peraturan
(SKA) dan/atau keterampilan (SKT). Pasal 5, Ayat pelaksanaan atas Undang-Undang No. 25/2007
(4), Undang-Undang No. 18/1999 mengatur tentang Penanaman Modal.
bahwa pekerjaan konstruksi yang berisiko besar
dan/atau berteknologi tinggi dan/atau berbiaya Pengaturan dalam negeri menyatakan
besar hanya dapat dilakukan oleh badan usaha bahwa: (a) Bidang Usaha Jasa Konstruksi (Jasa
yang berbentuk perseroan terbatas atau badan Pelaksanaan Konstruksi) yang menggunakan
usaha asing yang dipersamakan. Pasal 9, Ayat teknologi sederhana dan/atau Resiko Rendah
(5) Peraturan Pemerintah No. 4/2010 mengatur dan/atau Nilai Pekerjaan s/d Rp. 1.000.000.000,-
bahwa untuk pekerjaan konstruksi yang berisiko dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil,
tinggi dan atau yang berteknologi tinggi Menengah dan Koperasi; (b) Kepemilikan
dan atau yang berbiaya besar hanya dapat modal asing (FEP) Bidang Usaha Pengusahaan
dilakukan oleh badan usaha yang berbentuk Air Minum dibatasi maksimal sebesar 95%; (c)
perseroan terbatas atau badan usaha asing Kepemilikan modal asing (FEP) Bidang Usaha
yang dipersamakan. Pasal 3, Ayat (5), Peraturan Pengusahaan Jalan Tol dibatasi sebesar 95%; (d)
Pemerintah No. 29/2000 mengatur bahwa dalam Kepemilikan modal asing (FEP) Bidang Usaha
pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau Jasa Konstruksi (Jasa Pelaksanaan Konstruksi)
pemilihan langsung penyedia jasa, pengguna yang menggunakan Teknologi Tinggi dan/atau
jasa harus mengikutsertakan sekurang- Risiko Tinggi dan/atau Nilai Pekerjaan lebih dari
kurangnya 1 (satu) perusahaan nasional. Rp. 1.000.000.000,- dibatasi maksimal sebesar
Peraturan Presiden No.36 Tahun 2010 mengatur 67%; (e) Kepemilikan modal asing (FEP) Bidang
tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Usaha Jasa Bisnis/Jasa Konsultansi Konstruksi:
Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Jasa Arsitektur Pertamanan dibatasi maksimal

85 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

sebesar 55%; (f ) Kepemilikan modal asing sektor jasa dimana negara tersebut telah
(FEP) Bidang Usaha Jasa Bisnis/Jasa Konsultansi membuat komitmen secara penuh untuk akses
Konstruksi dibatasi maksimal sebesar 55%. pasar dan perlakuan nasional. Pengaturan
berkaitan dengan kegiatan usaha mencakup
KEBUTUHAN PENGATURAN DOMESTIK penyelenggaraan kegiatan usaha jasa yang
UNTUK PERDAGANGAN DI SEKTOR bersangkutan, pengaturan mengenai kualifikasi,
KONSTRUKSI standar, perizinan, dan public service obligations.
WTO/GATS secara tegas mengakui hak tiap
negara anggota untuk mengatur (right to Kebutuhan pengaturan dalam negeri
regulate) penyediaan jasa dalam wilayahnya. mencakup: (i) penyusunan regulasi baru, (ii)
Pengaturan jasa melalui regulasi domestik pemutakhiran regulasi yang sudah ada, dan
dimaksudkan untuk mengejar tujuan kebijakan (iii) menghapus regulasi yang sudah ada.
nasional atau memenuhi (public policy objective) Ketiga kebutuhan tersebut dalam konteks
yaitu antara lain perlindungan konsumen, market access dan national treatment dalam
penciptaan lapangan kerja, pengurangan kategori: (a) pengaturan lisensi, (b) pengaturan
dampak terhadap lingkungan (environment), kualifikasi, (c) pengaturan standarisasi dan, (d)
menjamin/memastikan kualitas jasa yang pengaturan transparansi. Berdasarkan hasil
diberikan, akses yang sama dan adil pada focus group discussion ketiga aspek kebutuhan
pelayanan jasa, pencegahan dominasi pasar pengaturan tersebut menunjukan bahwa
dan perilaku anti kompetisi, mengatasi Indonesia memerlukan pengaturan dalam
‘market failures’ dan stabilitas ekonomi makro. negeri yang lebih lengkap dan progresif dengan
Setiap negara bebas untuk mengejar policy tujuan meningkatkan kualitas layanan (quality
objectives tersebut termasuk terhadap sektor- of services) di bidang jasa konsultansi dan jasa

86
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

konstruksi dengan pertimbangan kepentingan melakukan perbaikan permohonan. Dalam


nasional, yaitu: (i) pengamanan pasar dalam melakukan penilaian, anggota diminta
negeri, (ii) penguatan daya saing global, dan untuk mempertimbangkan pengalaman
(iii) penguatan ekspor dan ketiga kepentingan profesional, keanggotaan pada organisasi
nasional tersebut untuk mendorong stabilitas profesi sebagai tambahan atas kualifikasi
dan pertumbuhan di sektor konstruksi. akademis yang dimiliki pemohon. Dalam
persyaratan ini juga diatur tentang
Perhatian utama pada ‘transparency, qualification, persyaratan residensi dan biaya administrasi
standards and licensing’ sangat krusial bagi yang harus dibayar oleh pemasok jasa
kegiatan usaha dari pelaku usaha. Transparansi untuk memperoleh ijin adalah biaya yang
berkaitan dengan publikasi dan perolehan wajar.
semua regulasi di bidang perdagangan jasa. c. Qualification Procedure. Ketentuan tentang
Kualifikasi berkaitan dengan kompetensi/ qualification procedure harus sederhana dan
kemampuan untuk menyediakan/supply jasa. apabila dimungkinkan pemohon hanya
Standar teknis berkaitan dengan karakteristik berurusan dengan satu otoritas. Setiap
dari jasa. Perizinan berkaitan dengan persyaratan penilaian dan atau ujian yang harus diikuti
substantif untuk penyediaan/supply jasa. Pokok oleh pemohon dilakukan dalam interval
isu strategis dalam pengaturan domestik dalam waktu yang wajar dan proses permohonan
perdagangan di sektor konstruksi mencakup diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu
antara lain: lama.
a. Licensing Requirement. Klausula penting d. Technical Standard. Penerapan technical
dalam licensing requirement adalah standard harus secara transparan dan
tentang persyaratan residensi. Klausula berdasarkan kriteria objektif. Technical
ini menetapkan apabila ada persyaratan standard tersebut harus diberitahukan
residensi untuk mendapat lisensi, maka kepada seluruh masyarakat. Untuk
persyaratan tersebut harus sekecil sektor jasa yang telah memiliki standar
mungkin dapat digunakan sebagai alat internasional, negara anggota diminta
untuk menghambat usaha. Salah satu cara agar menggunakan standar internasional
terpenting untuk masuk ke pasar adalah tersebut sebagian atau seluruhnya.
prosedur perizinan (licensing procedure). e. Transparansi mencakup: (i) publikasi
Licensing requirement dan licensing peraturan, (ii) enquiry and respond
procedure dimaksudkan untuk menjamin mechanism, dan (iii) prior comment.
tersedianya pemasok jasa yang berkualitas Memberikan kesempatan kepada se­ tiap
melalui mekanisme perizinan. Proses pihak yang berkentingan untuk mem­
perizinan harus tidak digunakan sebagai berikan masukan atas setiap rancang­ an
alat menghambat masuk ke pasar. ketentuan yang akan meng­atur qualification
requirement, qualification procedures, licensing
b. Qualification Requirement. Setiap ketentuan requirement, licensing procedure, dan technical
yang mengatur tentang qualification standard. Komentar yang diberikan tersebut
requirement harus transparan, relevan dan diharapkan tercermin secara substantif dalam
bukan merupakan hambatan terselubung ketentuan yang dikeluarkan.
terhadap pemasok jasa. Para pihak diminta
untuk memberikan kesempatan kepada Dalam hal pengaturan lisensi, Indonesia
pemasok jasa yang permohonannya ditolak membutuhkan: (i) pemutakhiran lisensi dengan
untuk mengetahui alasan penolakan penambahan ketentuan tentang kepemilikan
dan memberikan kesempatan untuk saham asing dan kepengurusan dalam

87 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

Badan Usaha, dengan substansi pengaturan: date setiap saat; (iii) pemutakhiran regulasi yang
maksimum kepemilikan saham asing; jumlah lebih memudahkan Badan Usaha Jasa Konstruksi
jabatan yang dipegang orang asing, dan masa Asing dalam mengajukan registrasi melalui
berlaku registrasi; (ii) penghapusan regulasi- sistem elektronik; (iv) penerbitan regulasi yang
regulasi perijinan dengan melalui banyak pintu/ memudahkan pemantauan proses registrasi
instansi-instansi yang dapat memperlambat Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing secara online
proses perijinan, dan (iii) penerbitan regulasi yang dapat di up date setiap saat.
perijinan satu pintu dan penerbitan regulasi
batasan waktu proses perijinan; (iv) regulasi baru HARMONISASI PENGATURAN DOMESTIK
tentang Badan Usaha Integrated Engineering UNTUK SEKTOR KONSTRUKSI DI
Services, dengan substansi pengaturan INDONESIA
persyaratan dan lingkup usaha Integrated (1) Harmonisasi peraturan dan perundangan
Engineering Services. dalam negeri terkait implementasi
liberalisasi perdagangan jasa konstruksi
Dalam hal pengaturan kualifikasi, Indonesia mempunyai peranan penting, selain
membutuhkan: (i) penerbitan regulasi tentang berfungsi membentuk peraturan
kualifikasi dan registrasi insinyur/arsitek asing perundang-undangan yang saling terkait
dan Badan Usaha Asing (konstruksi), dengan dan tergantung serta membentuk suatu
substansi pengaturan pedoman kualifikasi; kebulatan yang utuh, harmonisasi vertikal
persyaratan dan prosedur registrasi, masa berfungsi sebagai tindakan preventif
berlaku registrasi; (ii) penerbitan regulasi tentang guna mencegah terjadinya judicial review
kualifikasi, klasifikasi, dan penanggungjawab suatu peraturan perundang-undangan.
perusahaan PJBU-PJT-PJB, dengan substansi Harmonisasi peraturan dan perundangan
pengaturan pedoman kualifikasi, pedoman perlu disinkronkan dari level paling atas,
klasifikasi, persyaratan dan prosedur registrasi, yaitu Undang-Undang sampai dengan level
dan masa berlaku registrasi; (iii) penerbitan peraturan daerah.
regulasi prosedur registrasi satu pintu; dan (2) Melakukan penyelarasan (harmonisasi)
(iv) penerbitan regulasi batasan waktu proses antara peraturan perundangan yang ada
registrasi. di tingkat nasional, maupun penyelarasan
dengan praktik-praktik, baik pengaturan
Dalam hal pengaturan standarisasi, Indonesia yang diterapkan oleh berbagai negara
membutuhkan: (i) penyesuaian standar teknis anggota ASEAN. Harmonisasi ini akan
nasional dengan standar teknis internasional menghasilkan sistem pengaturan
untuk setiap jenis pekerjaan jasa konsultansi, (ii) lapangan usaha yang terkonsolidasi dan
pencabutan regulasi tentang standar teknis yang menghindarkan tumpang tindih, sekaligus
sudah tidak sesuai, dan (iii) penerbitan regulasi juga akan setara dengan praktik-praktik di
yang melengkapi standar teknis yang diperlukan berbagai negara anggota ASEAN lainnya.
untuk setiap jenis pekerjaan jasa konsultansi (3) Merasionalisasi klasifikasi dan sub­ klasi­
fikasi
dan jasa konstruksi. Dalam hal pengaturan bidang usaha, baik dari segi struktur maupun
transparansi, Indonesia membutuhkan: (i) jumlahnya, sehingga tidak memberatkan para
pemutakhiran regulasi yang lebih memudahkan pelaku usaha jasa konstruksi. Rasionalisasi
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing dalam tersebut dilakukan dengan penyederhanaan
mengajukan perijinan melalui sistem elektronik, klasifi­
kasi, dengan membagi klasifikasi
(ii) penerbitan regulasi yang memudahkan bidang usaha hanya bangunan umum
pemantauan proses perijinan Badan Usaha Jasa (gedung, bangunan infrastruktur sipil),
Konstruksi Asing secara online yang dapat di up spesialis (yang menggabungkan mekanikal-

88
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

elektrikal dan jasa pelaksanaan lainnya), informasi dengan akurat. Hal ini tentunya
serta ketrampilan tertentu (untuk orang tidak saja terbatas pada informasi mengenai
perorangan). Penyederhanaan ini akan peluang usaha (proyek-proyek) tetapi
memudahkan proses registrasi dari para juga semua informasi yang menyangkut
pelaku jasa konstruksi, sehingga menurunkan penyelenggaraan konstruksi, seperti
biaya transaksi administrasinya. informasi mengenai pasokan sumber
(4) Menyederhanakan proses sertifikasi badan daya dan lainnya. Untuk mendukung
usaha, registrasi, dan lisensi (perijinan) menjadi ini, diperlukan adanya suatu entitas
satu proses dan satu atap. Proses sertifikasi yang khusus berfungsi menyediakan
badan usaha dihilangkan, penetapan klasifikasi fasilitas informasi ini secara konsisten dan
dan kualifikasi menjadi bagian dari proses berkesinambungan.
registrasi, sehingga akan menghasilkan hanya (8) Memberikan keberpihakan kepada pelaku
satu sertifikat, yaitu sertifikat/tanda registrasi industri konstruksi skala kecil menengah
yang juga sekaligus akan berfungsi sebagai dengan cara melindungi pasar mereka
sertifikat lisensi atau ijin usaha jasa konstruksi. dari persaingan dengan pelaku industri
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi konstruksi yang lebih kuat atau besar
Propinsi dalam menerbitkan sertifikat registrasi dengan pelarangan kontraktor besar,
yang sudah berfungsi sebagai ijin usaha baik langsung maupun melalui anak
jasa konstruksi harus berkoordinasi dengan perusahaannya, untuk memasuki pasar
Pemerintah Kabupaten/Kota sebagai pemberi yang diperuntukan bagi kontraktor dengan
ijin usaha. kualifikasi kecil dan menengah. Kebijakan
(5) Mengembangkan mekanisme paperless ini harus diberlakukan hanya dalam waktu
registration process, sebagai alternatif terbatas sehingga terbentuk badan-badan
dari proses registrasi berbasis dokumen usaha yang benar-benar kuat dan mandiri
tercetak yang berlangsung selama ini, sebelum siap bersaing.
melalui pemanfaatan proses registrasi (9) Perekaman atas para arsitek dan insinyur
secara elektronik (web based), yang juga profesional yang keluar atas melibatkan
akan meningkatkan transparansi dan pemberi kerja (project owner), pemilik
meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang perusahaan, dan partner kerja sebagai
melanggar kode etik atau hukum, misalnya cross-check pelaksanaan di lapangan.
penyuapan atau korupsi. Pembentukan sistem pelaporan TKA oleh
(6) Menegakan kepastian hukum dalam BUJK asing, nasional, pemberi kerja (project
pengaturan bidang usaha jasa konstruksi owner), dan pemilik perusahaan untuk
dengan meminimalisir perubahan-perubahan meningkatkan koordinasi dan kontrol
dalam peraturan perundangannya. Oleh dengan pencatatan yang baik.
karena itu, dalam proses penyempurnaan
kebijakan, perlu dikaji dahulu secara
mendalam permasalahan-permasalahan yang PENUTUP
ada dan memastikan konsistensi (baik secara Pengaturan dalam negeri (domestic regulation)
vertikal maupun horizontal) dari produk- dalam hal lisensi, kualifikasi, standar teknis,
produk hukum yang akan dihasilkan. dan transparansi diperlukan untuk menjamin
(7) Perluasan akses pasar dapat diwujudkan kualitas layanan dan kualitas produk dari
melalui penerapan kebijakan kesetaraan industri konstruksi. Dalam rangka itu, Indonesia
informasi yang dapat menjamin bahwa perlu melakukan transformasi industri
semua pelaku usaha akan mempunyai konstruksi secara radikal tetapi dilakukan secara
peluang yang sama untuk memperoleh bertahap. Pelajaran transformasi tersebut

89 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA)

dapat diambil dari negara maju seperti Inggris enhancing the professionalism of the industry,
(Rethinking Construction), Australia (Building for (ii) raising the skills level, (iii) improving industry
Growth), Singapore (Reinventing Construction) practices and techniques, (iv) adopting an
untuk meningkatkan produktivitas (daya saing) integrated approach to construction, (v) developing
industri konstruksi. Pelajaran dari reinventing and external wing, and (vi) a collective championing
construction, transformasi konstruksi dibutuh­ effort for the construction industry. Enam langkah
kan untuk menuju “a knowledge and high yang dilakukan Malaysia mencakup mencakup
value added industry” dengan: (i) a professional, 6 (enam) strategic thrust, sebagai berikut: (i)
productive, and progressive industry, (ii) a integrating the construction industry and its
knowledge workforce, (iii) superior capabilities value chain to enhance efficiency and improve
through synergistic partnerships, (iv) integrated productivity, (ii) benefiting from globalisation, (iii)
process for high build ability, (v) contributor strive for environment-friendly and sustainable
to wealth through cost competitiveness, (vi) construction processes and resource management,
construction expertise as an export industry. (iv) embedding intelligence to construction
output, (v) achieving flexibility in both output and
Dalam rangka mencapai hasil yang diinginkan production processes to meet customers needs, and
tersebut, diperlukan 6 (enam) langkah strategis (vi) construction entrepreneurs will increasingly be
yang dilakukan Singapore untuk membangun required to provide total solutions.
industri konstruksi yang berdayasaing yaitu: (i)

DAFTAR PUSTAKA
Barrett, P. (2005) Revaluing Construction: A Global CIB Agenda. Publication 305, International
Council for Research and Innovation in Building. Rotterdam, The Netherlands.
Bon, R (2000), Economic Structure and Maturity (Collected Papers in Input-Output Modelling
and Application, Ashgate Publishing Company, UK
Bon, R. (1988), Direct and indirect resource utilization by the construction sector: the case of USA
since World War II, Habitat International, 12, 49-74.
Carassus, J (ed) (2004) The Construction Sector System Approach: An International Framework,
Report by CIB W055-W065 Construction Industry Comparative Analysis, Project Group, CIB
Publication.
Egan, J. (1998) Rethinking Construction: The report of the Construction Task Force to the Deputy
Prime Minister, John Prescott, on the scope for improving the quality and efficiency of UK
construction. London: Department of the Environment, Transport and the Regions.
Field, B and Ofori, G (1988), Construction and Economic Development, Third World Planning
Review,
Henriod, (1984), The Construction Industry Issues and Strategis in Developing Countries, World
Bank Publication, Geneva.
Kumaraswamy, M., Lizarralde, G., Ofori, G., Styles,P., and Suraji, A., (2007) Industry-Level
Perspective of Revaluing Construction: Focus On Developing Countries, CIB World Congress,
South Africa, 14-15 May.
Suraji, A (Eds) (2007) Konstruksi Indonesia 2030: Kenyamanan Lingkungan Terbangun:
Menciptakan Nilai Tambah Secara Berkelanjutan Dengan Sinergi, Profesionalisme dan

90
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Neraca Perdagangan
di Sektor Konstruksi
Hendy Sulistiowati
Direktur Eksekutif Departemen Statistik, Bank Indonesia

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, sektor konstruksi mengalami


perkembangan yang cukup menggembirakan. Di sisi eksternal, jasa konstruksi
Indonesia memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian Indonesia.
Hal ini ditunjukan oleh kinerja jasa konstruksi Indonesia dalam sepuluh tahun
terakhir yang secara umum cukup baik. Dalam kurun waktu tersebut, ekspor jasa
konstruksi terus meningkat seiring dengan banyaknya kegiatan konstruksi dan
instalasi yang dikerjakan oleh perusahaan konstruksi Indonesia di luar negeri.
Demikian pula di sisi impor jasa konstruksi, juga menunjukan peningkatan yang
mengindikasikan berkembangnya kegiatan konstruksi di dalam negeri untuk
menopang pertumbuhan sektor riil.

Perkembangan Ekspor dan Impor Jasa Konstruksi Indonesia


Dalam periode tahun 2004-2007, ekspor jasa konstruksi Indonesia relatif
stabil, kemudian meningkat cukup tinggi pada tahun 2008 dan kembali
melemah hingga tahun 2010 sebagai imbas krisis perekonomian global. Pada
tahun 2010, ekspor jasa konstruksi Indonesia tercatat sebesar USD 520 juta,
kemudian terus meningkat hingga tahun 2012 menjadi USD 863 juta. Pada
tahun 2013 ekspor jasa konstruksi sedikit mengalami penurunan, namun
masih berada di atas rata-rata ekspor sepuluh tahun terakhir. Beberapa
kegiatan ekspor jasa konstruksi yang dilakukan diantaranya pembangunan
proyek jalan, gedung dan kantor, instalasi mesin pabrik dan pertambangan
di luar negeri, pembangunan gedung kedutaan asing di Indonesia dengan
jangka waktu proyek kurang dari satu tahun (lihat boks).

Sementara itu dari sisi impor, meski sempat mengalami penurunan pada
tahun 2010 dan 2011, nilai impor jasa konstruksi terus meningkat mulai tahun
2012 hingga tahun 2013. Impor jasa konstruksi tercatat sebesar USD 497 juta
pada tahun 2011, kemudian naik menjadi USD 632 juta pada tahun 2012 dan
kembali meningkat menjadi USD 853 juta pada tahun 2013. Naiknya nilai impor
jasa konstruksi menunjukan meningkatnya kegiatan konstruksi di Indonesia,

91 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Grafik 1. Perkembangan Ekspor Jasa Konstruksi Indonesia

Sumber: Bank Indonesia


baik dalam pembangunan pabrik/gedung jasa konstruksi Indonesia mengalami net
maupun infrastruktur pendukung. Kondisi ini defisit sebesar USD 5 juta, dimana pada tahun
mengindikasikan tumbuhnya kegiatan bisnis di sebelumnya tercatat net surplus USD 231 juta.
sektor riil. Namun demikian, net transaksi jasa konstruksi
cenderung bergerak ke arah yang positif dalam
Dengan perkembangan ekspor dan impor sepuluh tahun terakhir, sehingga terdapat
jasa konstruksi tersebut, pada tahun 2013 potensi untuk terus surplus.
Grafik 2. Perkembangan Impor Jasa Konstruksi Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

92
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Peranan jasa konstruksi dalam neraca jasa Meningkatnya kegiatan konstruksi di Indonesia
(services account) relatif masih cukup kecil. akan memberikan dampak yang positif
Meski demikian, dibandingkan komponen terhadap perkembangan industri lain, seperti
jasa lainnya, jasa konstruksi merupakan satu- industri baja, semen, beton. Sejalan dengan itu,
satunya komponen jasa yang mengalami penyerapan tenaga kerja profesional Indonesia
perbaikan kinerja dalam lima tahun terakhir. di bidang konstruksi juga akan semakin
Dibandingkan dengan komponen jasa lainnya, meningkat. Peningkatan ini pada akhirnya
jasa konstruksi dapat memberikan kontribusi diharapkan dapat meningkatkan kinerja ekspor
positif terhadap neraca jasa meski nilainya jasa sehingga bisa mengurangi defisit neraca
masih relatif sedikit. Sementara, jasa lainnya jasa.
secara umum memberikan kontribusi negatif
terhadap neraca jasa yang dari tahun ke tahun Perkembangan jasa konstruksi Indonesia tidak
selalu mengalami defisit. terlepas dari peran pembiayaan,1 baik yang
berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ekspor jasa konstruksi pada tahun 2013 memberi Peran perbankan domestik dalam mendukung
kontribusi sekitar 3,8% terhadap total ekspor jasa. pembiayaan sektor konstruksi Indonesia cukup
Nilai tersebut sedikit meningkat dibandingkan besar dibanding sumber pembiayaan luar negeri.
dengan tahun 2004 yang hanya 3,7%. Di sisi Dalam sepuluh tahun terkhir, sumber pembiayaan
lain, kontribusi impor jasa konstruksi menurun sektor konstruksi yang berasal dari perbankan
dari 3,3% di tahun 2004 menjadi 2,5% terhadap domestik tumbuh cukup signifikan. Sementara,
total impor jasa. Kondisi ini menjadi tantangan pembiayaan sektor konstruksi yang berasal dari

Grafik 3. Trend Net Jasa Kontsruksi & Net Neraca Jasa

Sumber: Bank Indonesia

sekaligus peluang bagi industri konstruksi utang luar negeri relatif tetap dan cenderung
Indonesia untuk berkiprah lebih banyak dalam menurun dalam beberapa tahun terakhir.
memberikan jasa konstruksi di luar negeri. Penurunan ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti meningkatnya kemampuan

1. Pinjaman sektor konstruksi meliputi juga pinjaman pembangunan rumah tinggal, flat/apartemen, dan rumah toko/rumah kantor.
Data mencakup pinjaman untuk proyek konstruksi di Indonesia dan luar negeri. Nilai ULN dikonversi ke dalam rupiah dengan
menggunakan rata-rata kurs rupiah terhadap USD pada tahun yang bersangkutan.

93 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

pembiayaan internal perusahaan, bertambahnya 2009 yang tercatat net surplus sebesar USD36
alokasi kredit perbankan domestik ke sektor juta. Net defisit yang terjadi pada tahun 2013
konstruksi, dan faktor risiko utang luar negeri. terutama disumbang dari jasa konstruksi
Malaysia yang mengalami net defisit cukup
Posisi Jasa Konstruksi Indonesia besar.
diantara Negara ASEAN Lainnya Posisi ekspor jasa konstruksi Indonesia diantara
Perkembangan jasa konstruksi lima negara empat negara ASEAN lainnya berada pada
ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, urutan ketiga setelah Singapura dan Malaysia,
Thailand dan Philipina), baik dari sisi ekspor disusul kemudian oleh Thailand dan Philipina.

Grafik 4. Pembiayaan Sektor Konstruksi Indonesia


miliar Rp
450,000
400,000
350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
-
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Utang Luar Negeri Bank Domestik

Sumber: Bank Indonesia

maupun impor menunjukkan arah yang Posisi tersebut secara konsisten bertahan sejak
semakin meningkat dalam lima tahun terakhir. tahun 2009 hingga tahun 2013. Singapura
Gabungan ekspor lima negara ASEAN tersebut menduduki urutan pertama dengan nilai
mencapai USD 4,5 miliar pada tahun 2013 ekspor jasa konstruksi sebesar USD 1,7 miliar
atau meningkat 46% dibanding lima tahun dan Malaysia pada urutan kedua dengan
sebelumnya. nilai ekspor sebesar USD 1,1 miliar. Tingginya
ekspor jasa konstruksi Singapura dan Malaysia
Seiring dengan kenaikan ekspor, impor juga menunjukan bahwa kapasitas dan ekspansi
meningkat bahkan pertumbuhannya lebih bisnis perusahaan konstruksi di kedua negara
tinggi dibanding ekspor. Pada tahun 2013, impor tersebut cukup besar.
tercatat sebesar USD 4,9 miliar atau naik 61%
dari nilai impor tahun 2009. Hal ini menunjukan Dari sisi impor, posisi Indonesia sempat berada
bahwa kegiatan konstruksi di lima negara pada urutan ketiga pada tahun 2010-2012,
ASEAN tersebut tidak sepenuhnya dilakukan kemudian naik menjadi urutan kedua di tahun
oleh perusahaan konstruksi domestik dan peran 2013. Hal ini sejalan dengan perkembangan
perusahaan konstruksi asing di masing-masing ekonomi Indonesia yang relatif cukup baik di
negara ASEAN masih cukup signifikan. kawasan ASEAN.

Berdasarkan perkembangan ekspor impor di Malaysia mencatat impor jasa konstruksi


lima negara ASEAN, terdapat net defisit jasa tertinggi diantara empat negara ASEAN lainnya,
konstruksi sebesar USD 419 juta pada tahun dengan nilai sebesar USD 2,5 miliar pada tahun
2013. Nilai ini lebih rendah dibanding tahun 2013. Dengan pencapaian tersebut, Malaysia

94
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Grafik 5. Perkembangan Ekspor Impor Jasa Konstruksi ASEAN-5

Sumber: Balance of Payments masing-masing negara, diolah

Grafik 6. Perkembangan Ekspor Grafik 7. Pangsa Ekspor


Jasa Konstruksi ASEAN-5 Jasa Konstruksi ASEAN-5

Juta USD 2009 3%


19%
2,000
34%

28%
1,500
15%

1,000
2013
2%
19%
500
38%

23%
0
2009 2010 2011 2012 2013 18%
Indonesia Malaysia Thailand Singapura Philipina

Sumber: Balance of Payments masing-masing negara, diolah

95 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Grafik 8. Perkembangan Impor Grafik 9. Pangsa Impor


Jasa Konstruksi ASEAN-5 Jasa Konstruksi ASEAN-5
Juta USD
2,500 2009 1%
14% 26%

2,000
26%
34%
1,500

1,000 2013 2%
16% 17%
500
14%
50%
0
2009 2010 2011 2012 2013
Indonesia Malaysia Thailand Singapura Philipina

Sumber: Balance of Payments masing-masing negara, diolah

sekaligus merupakan negara dengan net defisit USD 897 juta. Sementara itu, Philipina menjadi
jasa konstruksi tertinggi diantara empat negara negara dengan catatan ekspor dan impor yang
ASEAN lainnya, yaitu sebesar USD 1,4 miliar paling rendah dan relatif kurang berkembang
pada tahun 2013. Sedangkan Singapura menjadi kontribusinya dibandingkan dengan empat
negara dengan net surplus terbesar mencapai negara ASEAN lainnya.

JASA KONSTRUKSI DALAM NERACA PEMBAYARAN


Neraca Pembayaran (balance of payments) merupakan catatan mengenai seluruh transaksi
antara penduduk suatu negara (resident) dengan penduduk negara lain (nonresident) pada
periode waktu tertentu. Pengertian penduduk disini meliputi perorangan dan badan atau
lembaga yang berdomisili di suatu negara sekurang-kurangnya satu tahun, yang pusat
kegiatan ekonominya berada di negara tersebut.1

Neraca pembayaran disusun antara lain untuk mengetahui peranan sektor eksternal dalam
perekonomian, aliran sumber daya antar negara, struktur ekonomi dan perdagangan,
kebutuhan pembiayaan luar negeri dan perubahan cadangan devisa, serta untuk penyusunan
statistik pendapatan nasional. Dengan tersedianya data neraca pembayaran yang lengkap dan
akurat maka perumusan kebijakan terutama dibidang ekonomi dan moneter dapat dilakukan
secara lebih efektif.

Sebagaimana negara lainnya, penyusunan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengacu pada
standar internasional, yaitu Balance of Payments Manual 6th edition (BPM6) yang diterbitkan
oleh International Monetary Fund. Berdasarkan manual tersebut, semua transaksi antara
penduduk dengan bukan penduduk di catat dalam dua kelompok besar, yaitu transaksi

96
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

berjalan (current account) dan transaksi modal & keuangan (capital & financial account). Jasa
konstruksi merupakan salah satu komponen neraca jasa (services account) pada transaksi
berjalan.

Jasa konstruksi yang dicatat dalam neraca pembayaran adalah pekerjaan proyek konstruksi
oleh bukan penduduk antara lain pembangunan, renovasi, perbaikan dan perluasan
bangunan, rekayasa konstruksi, dan managemen proyek konstruksi, dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun. Apabila jangka waktu proyek konstruksi tersebut lebih dari satu tahun
(multiyears) dalam neraca pembayaran dicatat sebagai investasi langsung (direct investment)
pada transaksi modal dan keuangan.

Dalam NPI, ekspor jasa konstruksi merupakan penerimaan dari hasil pekerjaan proyek
konstruksi oleh perusahaan konstruksi Indonesia di luar negeri. Sebaliknya, impor jasa
konstruksi Indonesia adalah pembayaran kepada perusahaan konstruksi di luar negeri yang
mengerjakan proyek konstruksi di Indonesia. Proyek konstruksi di Indonesia yang dikerjakan
oleh cabang perusahaan konstruksi asing, perusahaan penanaman modal asing (PMA) atau
joint venture perusahaan konstruksi asing yang berkedudukan di Indonesia merupakan
transaksi antara penduduk dengan penduduk sehingga tidak dicatat dalam NPI (lihat bagan
di bawah).

Gambar 1. Bagan Ekspor Impor Jasa Konstruksi

Kedubes/Konsulat
Perusahaan Konstruksi Non-Resident Indonesia di LN
Proyek
Konstruksi
Local Joint
Company Venture I < 1 tahun H
j > 1 tahun G

Proyek
Konstruksi

K < 1 tahun f
Luar Negeri
L > 1 tahun E
Batas
Negara

Indonesia
Kedubes/Konsulat
Asing/ Organisasi Perusahaan KonstruksiResident
Internasional
Proyek
Konstruksi Perusahaan Perusahaan Joint
PMA Lokal Venture
M < 1 tahun A
N > 1 tahun B

Proyek
Konstruksi

o < 1 tahun C
P > 1 tahun D

1. Tidak termasuk kedutaan negara asing dan organisasi internasional, baik diplomat, staf kedutaan/organisasi maupun
institusinya. Teritori kedutaan termasuk teritori negara dari kedutaan tersebut.

97 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
NERACA PERDAGANGAN DI SEKTOR KONSTRUKSI

Keterangan:
1. Kegiatan konstruksi yang dicatat dalam neraca pembayaran sebagai jasa konstruksi
meliputi proyek A dan F (ekspor) serta proyek I dan O (impor).
2. Kegiatan konstruksi yang dicatat dalam neraca pembayaran tapi bukan sebagai jasa
konstruksi meliputi proyek B, E, J dan P (direct invesment).
3. Kegiatan konstruksi yang tidak dicatat dalam neraca pembayaran meliputi proyek C, D,
G dan H (transaksi antar penduduk) serta proyek K, L, M dan N (transaksi antar bukan
penduduk).

Sumber data ekspor dan impor jasa konstruksi NPI berasal dari laporan lalu lintas devisa yang
disampaikan oleh perusahaan-perusahaan kepada Bank Indonesia, baik perusahaan konstruksi
yang mengerjakan proyek konstruksi di luar negeri maupun perusahaan-perusahaan yang
menggunakan jasa perusahaan konstruksi dari luar negeri. Selain itu, data jasa konstruksi
tersebut diperkuat pula oleh data dan informasi mengenai aliran dana pembayaran proyek
konstruksi tersebut yang disampaikan oleh bank-bank kepada Bank Indonesia.

Mengingat kompleksitas pencatatan jasa konstruksi sesuai BPM sebagaimana disebutkan di


atas, maka data jasa konstruksi di neraca pembayaran perlu dicermati agar analisis mengenai
perkembangan datanya akurat. Di samping itu, peran perusahaan konstruksi asing yang
cukup besar dalam bisnis konstruksi di Indonesia dapat lebih dicermati. Guna mendukung
analisis tersebut Bank Indonesia tertantang untuk dapat lebih meningkatkan kualitas jasa
konstruksi Indonesia. Untuk itu, kendala-kendala yang dihadapi sebagaimana terjadi di banyak
negara terutama terkait masalah kelengkapan data dan informasi kegiatan konstruksi yang
dibutuhkan secara detail perlu diatasi.

98
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Peran Sektor Konstruksi Dalam


Perekonomian Indonesia
Buyung Airlangga
Direktur Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik
Etjih Tasriah
Kepala Seksi Neraca Pertambangan, Energi dan Konstruksi, BPS
Dian Permanasari
Staff di Direktorat Neraca Produksi, BPS

Indonesia merupakan negara berkembang yang cukup menjadi perhitungan


dunia internasional karena pertumbuhan ekonominya yang tinggi. Sejak
tahun 2007, Indonesia selalu menjaga laju pertumbuhan ekonominya di atas
enam persen per tahun, kecuali di tahun 2009 pertumbuhan ekonomi hanya
mencapai lima persen. Ini merupakan pencapaian yang relatif bagus bagi
perekonomian nasional karena di tahun yang sama banyak negara-negara di
dunia justru mengalami pertumbuhan negatif sebagai akibat krisis keuangan
yang dialami oleh negara Amerika Serikat.

8.00
7.00
6.00

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

pdb pdb tanpa Migas

99 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

1. PEREKONOMIAN INDONESIA sebagai sarana pendukung sektor


Meskipun di tengah berbagai krisis jasa kesehatan. Demikian juga
ekonomi dan keuangan yang dialami oleh dengan sektor jasa lainnya misalnya,
berbagai belahan dunia, laju pertumbuhan jasa transportasi, perhotelan, atau
ekonomi Indonesia terus mengalami telekomunikasi. Semua sektor
peningkatan sejak tahun 2001. Bergerak jasa tersebut tidak dapat tumbuh
dari titik 3,64 persen, ekonomi negara ini berkembang tanpa adanya kegiatan
semakin tumbuh dan hampir mencapai sektor konstruksi yang dapat
dua kali lipat dalam waktu enam tahun. menyediakan infrastruktur.
Laju pertumbuhan di atas enam ini terus
bertahan hingga tahun 2012. Meskipun Selain sebagai penyedia infrastruktur
sempat mengalami penurunan tajam bagi pengembangan sektor lainnya,
di tahun 2009, namun ini tak lepas dari pembangunan sektor konstruksi juga
pengaruh eksternal, yaitu krisis ekonomi mampu meningkatkan permintaan
dunia yang berasal dari negeri Paman Sam. setiap input yang digunakan didalam
proses produksi sektor konstruksi
1. 1.
KONTRIBUSI SEKTOR KONSTRUKSI ini. Input sektor konstruksi ini dapat
DALAM PEREKONOMIAN berupa input antara yang akan habis
Baik di negara berkembang maupun dalam proses produksi ataupun
negara maju, sektor konstruksi input primer yang merupakan faktor
merupakan sektor yang memiliki peran produksi. Contohnya, peningkatan
penting bagi pembangunan sosial pembangunan sektor konstruksi akan
ekonomi suatu wilayah. Dinamika meningkatkan permintaan semen,
kegiatan sektor ini dapat memberikan bahan galian, dan juga tenaga kerja.
dampak yang besar terhadap dinamika
di sektor lain. Sektor konstruksi
merupakan sektor yang memiliki peran Selain melalui dampak yang diberikan
dalam menyediakan infrastruktur bagi terhadap sektor lain, kontribusi
perekonomian nasional. Misalnya sektor konstruksi juga dapat dilihat
pembangunan irigasi yang merupakan melalui share yang diberikan sektor
bagian dari sektor konstruksi memiliki ini terhadap total Produk Domestik
dampak terhadap pertumbuhan sektor Bruto. Kontribusi sektor konstruksi
pertanian. Demikian halnya dengan terhadap perekonomian di Indonesia
pembangunan pabrik atau gedung dapat dilihat pada Tabel 3.1. yang berisi
perkantoran akan memiliki dampak kontribusi dari masing-masing sektor
positif terhadap perkembangan sektor usaha terhadap total Produk Domestik
industri manufaktur. Bruto Indonesia selama tiga tahun ke
belakang.
Di sektor jasa, sektor konstruksi
juga memiliki peranan penting. Di sini terlihat bahwa, sektor konstruksi
Pertumbuhan sektor jasa tak bisa di Indonesia ternyata memberikan
dilepaskan dengan ketersediaan kontribusi yang cukup besar bagi
infrastruktur dari hasil kegiatan sektor perekonomian Indonesia. Pada tahun
konstruksi. Misalnya pembangunan 2012, Sektor Konstruksi memberikan
sekolah sebagai sarana pendidikan, sumbangan sebesar 10,45 persen
atau pembangunan rumah sakit bagi total PDB Indonesia. Angka ini

100
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 1.
Kontribusi Lapangan Usaha Terhadap PDB Tahun 2010-2012 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011 2012

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 15.29 14.70 14.44


2. PertambangandanPenggalian 11.16 11.85 11.78
3. IndustriPengolahan 24.80 24.33 23.94
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.76 0.77 0.79
5. Konstruksi 10.25 10.16 10.45
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.69 13.80 13.90
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6.57 6.62 6.66
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7.24 7.21 7.26
9. Jasa-jasa 10.24 10.56 10.78
PRODUK DOMESTIK BRUTO 100.0 100.0 100.0
PDB tanpa Migas 9217 91.58 92.97

meningkat dari 10,16 persen kontribusi dengan angka ini Indonesia masih
yang diberikan sektor konstruksi pada menjadi salah satu negara yang diakui
tahun sebelumnya. Di tahun 2011 dunia memiliki laju pertumbuhan
sendiri, kontribusi sektor konstruksi ini ekonomi tertinggi.
sempat menurun tipis dari angka 10,25 PDB sektor konstruksi sendiri terlihat
persen di tahun 2010. terus meningkat dari tahun ke tahun.
Pada harga konstan, PDB sektor
Sektor konstruksi merupakan salah satu konstruksi tahun 2010 tercatat sebesar
sektor yang memiliki perkembangan 150 triliun rupiah. Angka ini meningkat
distribusi yang positif terhadap menjadi 160 triliun rupiah di tahun
perekonomian Indonesia selain sektor 2011, dan meningkat sebesar 12 triliun
jasa-jasa, dan sektor pengangkutan di tahun berikutnya. Sehingga besar
dan komunikasi. Artinya, sektor- PDB sektor konstruksi atas dasar harga
sektor ini dari tahun ke tahun telah konstan di tahun 2012 ini menjadi 172
meningkatkan kontribusinya terhadap triliun rupiah.
perekonomian Indonesia.
PDB sektor konstruksi yang terus
1. 2.
LAJU PERTUMBUHAN SEKTOR tumbuh ini membuat sektor konstruksi
KONSTRUKSI memiliki laju pertumbuhan yang terus
Pertumbuha perekonomian meningkat. Dengan pertumbuhan
di Indonesia terus mengalami 7,5 persen, laju pertumbuhan sektor
peningkatan selama tahun 2010-2012. konstruksi berada pada urutan ketiga
Bahkan jika dibandingkan tahun 2000, terbesar setelah sektor pengangkutan
laju pertumbuhan PDB Indonesia pada dan komunikasi, dan sektor
tahun 2012 ini meningkat hampir perdagangan, hotel, dan restoran.
dua kali lipat menjadi 6,23 persen. Laju pertumbuhan ekonomi sektor
Meskipun angka ini masih di bawah konstruksi ini meningkat sebesar 0,9
angka pertumbuhan ekonomi yang persen jika dibandingkan dengan tahun
ditargetkan pemerintah, namun lalu. Sementara jika dibandingkan

101 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 1. PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2012,


Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2012
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan
(triliun rupiah) 2000 (triliun rupiah) Laju Sumber
Lapangan Usaha Pertumbuhan Pertumbuhan
2010 2011 2012 2010 2011 2012 2012 (%) 2012 (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 985.5 1091.4 1190.4 304.8 315.0 327.6 3.97 0.51
2. PertambangandanPenggalian 719.7 879.5 970.6 187.2 189.8 192.6 1.49 0.11
3. IndustriPengolahan 1599.1 1806.1 1972.9 597.1 633.8 670.1 5.73 1.47
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 49.1 56.8 65.1 18.1 18.9 20.1 6.40 0.05
5. Konstruksi 660.9 754.5 861.0 150.0 160.0 172.0 7.50 0.49
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 882.5 1024.0 1145.6 400.5 437.2 472.6 8.11 1.44
7. Pengangkutan dan Komunikasi 423.2 491.3 549.1 218.0 241.3 265.4 9.98 0.98
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 466.5 535.2 598.5 221.0 236.2 253.0 7.15 0.69
9. Jasa-jasa 660.4 784.0 888.7 217.8 232.5 244.7 5.24 0.49
PRODUK DOMESTIK BRUTO 6446.9 7422.8 8241.9 2314.5 2464.7 2618.8 6.23 6.23
PDB tanpa Migas 5942.0 6797.9 7604.8 2171.1 2322.8 2481.0 6.81 -

dengan tahun 2001, laju pertumbuhan 2. 1. STATUS PEKERJAAN UTAMA


konstruksi telah meningkat sebesar 2,9 Status pekerjaan adalah jenis
persen. kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit
Dengan laju pertumbuhan yang tinggi usaha/kegiatan. Mulai tahun 2001
di tahun 2012 ini, sektor konstruksi BPS membedakan status pekerjaan
menjadi penyumbang sumber menjadi tujuh kategori, yaitu berusaha
pertumbuhan PDB yang tinggi. Dari sendiri, berusaha dibantu buruh tidak
6,23 persen laju pertumbuhan PDB tetap/tidak dibayar, berusaha dibantu
tahun 2012 ini, sektor konstruksi telah buruh tetap/dibayar, buruh/karyawan,
berkontribusi sebesar 0,49 persen. pekerja bebas non pertanian, pekerja
bebas pertanian, dan pekerja tidak
2. ANALISIS TENAGA KERJA DI SEKTOR dibayar. Namun studi ini menggunakan
KONSTRUKSI enam kategori status pekerjaan, yaitu
Seiring pertumbuhan penduduk yang dengan menggabungkan kategori
semakin meningkat, jumlah tenaga kerja pekerja bebas non pertanian dan
dari tahun ke tahun pun mengalami pekerja bebas pertanian menjadi satu.
peningkatan. Dari Hasil Survei Tenaga kerja Penggabungan ini dilakukan dengan
Indonesia, pada tahun 2012 tercatat bahwa asumsi bahwa pekerja bebas yang
terdapat sekitar 110 juta jiwa penduduk bekerja di sektor konstruksi otomatis
usia 15 tahun ke atas berstatus sebagai bukanlah pekerja bebas pertanian,
pekerja, baik bekerja di sektor konstruksi demikian juga sebaliknya.
maupun lainnya. Jumlah ini meningkat
sekitar satu persen dibandingkan dengan Berdasarkan status pekerjaan, sebagian
jumlah pekerja tahun sebelumnya. besar tenaga kerja di Indonesia bekerja

102
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

kepada orang lain atau dengan kata dipegang oleh pekerja bebas. Hal
lain berstatus sebagai buruh/karyawan. ini karena sebagai salah satu sektor
Persentase tenaga kerja yang berstatus yang dikenal padat karya ini, sektor
sebagai buruh/karyawan ini mencapai konstruksi banyak memerlukan pekerja
36,36 persen di tahun 2012 ini. Nilai tukang harian. Pekerja bebas di sektor
ini meningkat jika dibandingkan konstruksi ini mencapai angka yang
dengan tahun lalu, yaitu 34,44 cukup fantastis, yaitu mencapai 51,63
persen. Sementara itu, tenaga kerja persen. Angka ini sangat jauh jika
yang berstatus berusaha sendiri atau dibandingkan dengan persentase
berusaha dibantu oleh buruh tidak pekerja bebas pada seluruh sektor
tetap/buruh tidak dibayar, masing- perekonomian, yaitu satu per sepuluh
masing sekitar 16 persen. Selain itu, kali dari persentase pekerja bebas
tenaga kerja yang berstatus pekerja sektor konstruksi. Angka ini juga
tidak dibayar juga mencapai angka lebih tinggi dibandingkan dengan
sekitar 16 persen. Persentase terendah persentase pekerja bebas sektor
adalah tenaga kerja dengan status konstruksi pada tahun sebelumnya,
berusaha dibantu buruh tetap/buruh yaitu 48,94 persen. Sementara itu,
dibayar yang hanya mencapai 3,50 persentase pekerja bebas untuk total
persen. sektor perekonomian hanyalah sebesar
10, 42 persen.
Berbeda dengan tenaga kerja pada
umumnya, pada sektor konstruksi Selain pekerja bebas, pekerja dengan
status pekerjaan terbanyak justru status buruh atau karyawan juga

Tabel 2. 1.
Tenaga Kerja 15 Tahun Ke Atas
Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun 2012 (%)

Berusaha Berusaha
dibantu dibantu
Sektor Lapangan Usaha Berusaha buruh buruh Buruh/ Pekerja Pekerja
tidak
sendiri tidak tetap/ tetap/ karyawan bebas dibayar
Buruh tidak buruh
dibayar dibayar

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 12,13 30,87 3,09 8,52 13,73 31,65
2. PertambangandanPenggalian 14,47 4,39 4,12 52,09 20,76 4,17
3. IndustriPengolahan 9,97 9,05 4,00 62,60 5,01 9,37
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 12,37 1,87 1,99 75,14 5,33 3,31
5. Konstruksi 3,09 1,20 4,23 39,44 51,63 0,42
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 31,86 18,73 5,11 27,69 1,70 14,92
7. Pengangkutan dan Komunikasi 44,02 1,96 2,70 42,41 7,98 0,93
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 7,29 2,58 2,99 84,52 1,42 1,20
9. Jasa-jasa 9,99 3,07 1,46 78,89 4,53 2,07
Semua Sektor 16,64 16,93 3,50 36,36 10,42 16,15

103 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

cukup besar pada sektor konstruksi. Tenaga kerja sektor konstruksi


Dengan persentase sebesar 39,44 dengan status berusaha dibantu
persen pekerja pada sektor konstruksi buruh tidak tetap atau buruh tidak
berstatus sebagai buruh atau karyawan. dibayar sangatlah sedikit. Ini konsisten
Nilai ini masih di atas persentase dengan persentase pekerja tidak di
buru atau karyawan pada total sektor bayar di sektor ini yang juga sangat
ekonomi yang bernilai 36,36 persen. kecil. Biasanya pekerja tidak dibayar
pada sektor konstruksi ini merupakan
Dalam hal distribusi status tenaga pekerja keluarga yang melakukan
kerja, sektor konstruksi terlihat berbeda pekerjaan demi membantu anggota
jika dibandingkan dengan kebanyakan keluarga lainnya. Persentase pekerja
sektor lainnya. Kecuali pada sektor tidak dibayar yang sangat kecil pada
pertanian, buruh atau karyawan selalu sektor konstruksi ini lebih disebabkan
memiliki persentase yang tinggi. karena sektor konstruksi biasanya
Bahkan ada lima sektor yang tenaga memerlukan tenaga fisik yang kuat.
kerjanya separuh lebih berstatus buruh Sehingga tidak semua anggota
atau karyawan. Sektor-sektor ini antara keluarga dapat membantu melakukan
lain sektor pertambangan, sektor pekerjaan ini, melainkan yang memiliki
industri, sektor listrik gas dan air bersih, fisik yang kuat. Ini berbeda dengan
sektor keuangan real estate dan jasa karakteristik pekerja tidak dibayar pada
keuangan, serta sektor jasa-jasa. sektor pertanian ataupun perdagangan
yang tidak terlalu memerlukan fisik
Sehingga jika dijumlahkan, persentase yang kuat, sehingga hampir semua
tenaga kerja yang bekerja sebagai anggota keluarga dapat membantu.
buruh/karyawan atau pekerja bebas
adalah sebesar 91,06 persen. Nilai yang 2. 2. STATUS PENDIDIKAN
tentu saja sangat menarik. Dengan melihat pendidikan tenaga
kerja yang bekerja pada suatu sektor
Tingginya persentase buruh atau ekonomi penting dilakukan untuk
karyawan baik tetap maupun melihat karakteristik tenaga kerja
pekerja bebas di sektor konstruksi ini pada sektor tersebut. Berkaitan
membuktikan bahwa sektor konstruksi dengan pembangunan ekonomi
merupakan sektor yang banyak yang pada akhirnya ditujukan
menyerap tenaga kerja. Lebih jauh lagi untuk meningkatkan kesejahteraan
hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk, data pendidikan tenaga
tenaga kerja yang berstatus berusaha kerja ini dapat memberikan banyak
dibantu buruh tetap atau dibayar. informasi.
Persentase tenaga kerja pada sektor
konstruksi yang berstatus berusaha Separuh lebih tenaga kerja di Indonesia
dibantu buruh tetap atau buruh dibayar ternyata masih berpendidikan Sekolah
berada pada posisi 4,23 persen. Meski Dasar ke bawah. Tepatnya 39,70
nilai ini terlihat kecil namun sebenarnya persen tenaga kerja di Indonesia baru
masih berada di atas persentase tenaga tamat Sekolah Dasar dan sederajat,
kerja yang berstatus sama pada total sedangkan 34,18 persen justru belum
sektor perekonomian. tamat Sekolah Dasar. Ini menunjukan

104
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 2. 2.
Tenaga Kerja 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2012 (%)

Tidak SD dan SMP dan SMA dan Diploma DIV/S1/


Sektor Lapangan Usaha Tamat Sederajat Sederajat Sederajat I-III S2/S3
SD

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 34,18 39,70 15,66 9,60 0,35 0,51
2. PertambangandanPenggalian 19,95 32,83 17,28 24,09 2,20 3,65
3. IndustriPengolahan 12,30 26,45 23,86 33,16 1,50 2,73
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 8,28 16,78 16,27 45,60 4,50 8,56
5. Konstruksi 14,15 37,41 24,53 20,10 0,91 2,91
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 13,24 25,30 21,51 34,03 2,34 3,59
7. Pengangkutan dan Komunikasi 11,18 26,91 22,69 31,38 2,96 4,88
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 2,60 6,60 9,51 44,43 9,88 26,98
9. Jasa-jasa 7,03 12,98 11,33 31,42 9,79 27,44
Semua Sektor 34,18 39,70 15,66 9,60 0,35 0,51

bahwa kebanyakan tenaga kerja sekitar 20,10 persen tenaga kerja


di Indonesia masih berpendidikan sektor konstruksi berpendidikan
kurang. SMA dan sederajat. Kedua angka
ini lebih tinggi jika dibandingkan
Kebanyakan tenaga kerja yang dengan persentase tenaga kerja
berpendidikan sekolah dasar ke bawah pada total sektor perekonomian
ini bekerja pada sektor pertanian. dengan level pendidikan yang sama.
Namun persentase tenaga kerja dengan Ini memperlihatkan bahwa sektor
pendidikan sekolah dasar ke bawah konstruksi ini lebih membutuhkan
yang bekerja pada sektor konstruksi tenaga kerja terampil dibandingkan
terbilang cukup tinggi juga. Terdapat dengan tenaga kerja yang terdidik.
37, 41 persen tenaga kerja sektor
konstruksi berpendidikan sekolah Kesimpulan tersebut di atas juga
dasar. Sementara 14,15 persen tenaga didukung oleh persentase tenaga kerja
kerja sektor ini belum tamat SD. Dari yang lulus pendidikan diploma ataupun
sini dapat ditarik kesimpulan bahwa sarjana yang tidak terlalu banyak
sektor konstruksi ini merupakan salah diserap pada sektor konstruksi. Sektor
satu sektor yang banyak menyerap konstruksi hanya menyerap 0,91 persen
tenaga kerja yang tidak terdidik. tenaga kerja yang berpendidikan
diploma dan menyerap 2,91 persen
Selain berpendidikan sekolah dasar ke tenaga kerja yang berpendidikan
bawah, persentase tenaga kerja pada sarjana ke atas. Meskipun nilai ini bisa
sektor konstruksi dengan pendidikan dibilang sangat kecil, namun masih
sekolah menengah baik pertama lebih tinggi jika dibandingkan dengan
maupun atas juga cukup tinggi. Ada persentase tenaga kerja dengan
sekitar 24,53 persen tenaga kerja pendidikan diploma atau sarjana pada
sektor konstruksi berpendidikan total sektor ekonomi.
SMP dan sederajat. Sementara,

105 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

2.3. STATUS KEGIATAN Tingginya persentase tenaga kerja


Berdasarkan status kegiatannya produksi, operasional, dan pekerja
ternyata tenaga kerja produksi, kasar tampak konsisten dengan
operasional, dan pekerja kasar besarnya persentase pekerja tidak
sangat mendominasi pada sektor terdidik pada sektor ini. Besarnya
konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari persentase pekerja tidak terdidik pada
gambar 3.3.3. yang menunjukan sektor konstruksi ini, sepertinya banyak
bahwa 91,99 persen tenaga kerja diserap sebagai tenaga produksi,
sektor konstruksi merupakan tenaga operasional, dan pekerja kasar. Ini juga
produksi, operasional alat angkutan, konsisten dengan besarnya persentase
dan pekerja kasar. Sementara sisanya pekerja bebas di sektor konstruksi ini.
tersebar sebagai tenaga kerja
profesional, kepemimpinan, dan juga 2.4. JAM KERJA
tata usaha. Persentase yang tinggi ini Menurut jam kerja, pekerja dapat

1.80% 1.89%
1.95%
0.49%
1.88%

n Tenaga profesional.
teknisi dan tenaga lain
ydbi
n Tenaga kepemimpinan
dan ketatalaksanaan
n Pejabat pelaksana,
tenaga tata usaha dan 91.99%
tenaga ybdi
n Tenaga usaha
penjualan

Gambar 3.
Tenaga Kerja 15 ke Atas yang Bekerja di Sektor Konstruksi Tahun 2012

tidak terlalu berbeda secara signifikan digolongkan menjadi pekerja penuh


jika dibandingkan dengan persentase waktu dan tidak penuh waktu. Pekerja
tenaga produksi, operasional alat tidak penuh ini adalah mereka yang
angkutan, dan pekerja kasar pada bekerja di bawah jam kerja normal, yaitu
tahun 2011 yang mencapai 91,75 kurang dari 35 jam per minggu. Pekerja
persen. tidak penuh ini juga dapat dipecah
lagi menjadi setengah pengangguran

106
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Tabel 2. 4.
Tenaga Kerja 15 Tahun Ke Atas Menurut
Jumlah Jam Kerja Pekerjaan Utama Tahun 2012 (%)

Rata-rata
Sektor Lapangan Usaha 0 *) 1-7 8 - 14 15 - 24 25 - 34 35 + Jam Kerja
Seminggu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2,90 2,43 9,93 25,13 23,11 36,51 34,09
2. PertambangandanPenggalian 3,64 0,63 1,95 7,02 10,43 76,33 46,04
3. IndustriPengolahan 1,56 0,55 2,14 6,08 8,50 81,17 43,97
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,57 0,80 0,65 3,69 8,67 83,61 44,19
5. Konstruksi 2,31 0,26 0,72 3,98 6,18 86,56 46,08
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,72 0,86 2,89 6,92 8,75 77,85 46,52
7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,00 0,45 1,50 4,96 8,82 82,27 45,56
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 2,76 1,13 1,41 3,57 5,22 85,91 42,42
9. Jasa-jasa 3,80 1,33 3,54 9,77 15,57 66,00 39,23
Semua Sektor 2,72 1,38 5,09 13,23 14,48 63,10 38,66

dan pekerja paruh waktu. Setengah rata-ratanya, tenaga kerja di Indonesia


pengangguran adalah mereka yang memiliki rata-rata jam kerja 38,66 jam
bekerja di bawah jam kerja normal dan dalam satu minggu.
masih mencari pekerjaan atau bersedia
menerima pekerjaan. Sementara pekerja Jam kerja sektor konstruksi sendiri
paruh waktu adalah mereka yang bekerja terbilang cukup tinggi. Sekitar 86,56
di bawah jam kerja normal namun tidak persen tenaga kerja pada sektor ini
mencari pekerjaan atau tidak menerima bekerja dengan jam kerja di atas
pekerjaan lain. jam kerja normal atau lebih dari 35
jam dalam seminggu. Hal ini cukup
Mengelompokkan tenaga kerja sektor mengejutkan mengingat sektor
konstruksi berdasarkan jam kerja konstruksi ini merupakan sektor
ini bertujuan untuk mengestimasi dengan persentase pekerja bebas yang
jumlah pekerja yang berstatus tinggi, yaitu mencapai 51, 63 persen.
setengah pengangguran di sektor Pekerja bebas sebenarnya merupakan
konstruksi ini. Distribusi setengah kelompok yang rawan dan berpotensi
pengangguran ini bisa mencerminkan setengah pengangguran karena
tingkat kesejahteraan pekerja di sektor mereka ini bekerja pada orang lain
konstruksi. atau majikan yang tidak tetap. Namun
ternyata pada jam kerja pada sektor
Berdasarkan jumlah jam kerjanya, konstruksi ini menyatakan sebaliknya.
sebagian besar pekerja di Indonesia
adalah pekerja penuh waktu. Ini Jika dilihat rata-rata jam kerja selama
dapat dilihat dari tabel 3.2.4. yang satu minggu, sektor konstruksi
menunjukan bahwa 63,10 persen termasuk sektor yang memiliki rata-
tenaga kerja di Indonesia bekerja di rata jam kerja yang tinggi meski
atas jam kerja normal atau lebih dari bukan yang tertinggi. Sektor yang
35 jam seminggu. Jika dilihat dari memiliki rata-rata jam kerja tertinggi

107 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Dengan demikian, UMKM sebenarnya tidak
Restoran, yaitu 46,52 jam seminggu. hanya identik dengan industri makanan
Sedangkan sektor konstruksi memiliki atau industri kerajinan saja, tetapi dapat
rata-rata jam kerja sebesar 46,08 jam bergerak di sektor perekonomian lainnya
dalam satu minggu. Ini merupakan termasuk sektor konstruksi. Survei BPS
rata-rata jam kerja teringgi kedua menunjukan bahwa lebih dari 90 persen
setelah sektor Perdagangan, Hotel, dan usaha di semua sektor perekonomian di
Restoran. Meski demikian, nilai ini jauh Indonesia berstatus usaha mikro, kecil dan
jika dibandingkan dengan rata-rata menengah, dan hanya sebagian kecil yang
jam kerja total sektor perekonomian berstatus usaha besar. Dari sembilan sektor
yang hanya mencapai 38,66 persen. usaha, sektor pertanian dan perdagangan
adalah sektor yang memiliki persentase
3. UMKM SEKTOR KONSTRUKSI UMKM paling besar. Meski demikian,
Kriteria UMKM diatur di dalam Undang- persentase UMKM di sektor konstruksi juga
Undang No. 20 tahun 2008 tentang UMKM. masih di atas 90 persen.
Berdasarkan undang-undang ini, kriteria
UMKM dipisahkan berdasarkan jumlah aset 3.1. Kontribusi UMKM Sektor Konstruksi
dan omset dari usaha atau perusahaan. Terhadap Perekonomian Indonesia
Usaha mikro adalah usaha dengan aset
tidak lebih dari Rp. 50 juta tidak termasuk Usaha mikro di sektor konstruksi adalah
tanah dan bangunan usaha. Sedangkan usaha dengan kontribusi terbesar
usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan kedua dalam hal penyerapan tenaga
antara Rp. 50 juta hingga Rp. 500 juta tidak kerja setelah sektor pengangkutan dan
termasuk tanah dan bangunan usaha. komunikasi. Dari total pekerja pada
Sementara, usaha menengah adalah usaha sektor konstruksi, 93,82 persennya
dengan kekayaan di atas kekayaan usaha diserap oleh usaha mikro.
kecil namun tidak melebihi Rp 10 Milyar.

Tabel 2. 2.
Tenaga Kerja 15 Tahun Ke Atas Menurut
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun 2012 (%)
2010
ENTERPRISE
Sektor Lapangan Usaha
Mikro Kecil Menengah Besar Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. P
ertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 11,93 0,03 1,08 0,68 13,72
2. PertambangandanPenggalian 1,01 0,08 0,23 9,84 11,15
3. IndustriPengolahan 3,18 2,45 3,00 18,41 27,05
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,01 0,06 0,81 0,88
5. Konstruksi 0,81 0,47 1,59 4,84 7,72
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,24 4,35 1,85 0,55 14,99
7. Pengangkutan dan Komunikasi 1,61 0,49 1,31 3,28 6,69
8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 0,82 0,82 3,24 2,84 7,73
9. Jasa-jasa 3,00 1,08 0,59 0,21 4,88
PRODUK DOMESTIK BRUTO 30,62 9,78 12,96 41,45 100,00

108
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Namun demikian, ternyata kontribusi dan sederajat. Para pekerja di tingkat


UMKM terhadap total PDB di Indonesia pendidikan ini diperkirakan mengisi
masih belum cukup besar. Artinya masih lowongan pekerjaan pada UMKM-UMKM
besar peluang bagi usaha berskala di sektor konstruksi. Pernyataan ini tentu
mikro hingga menengah ini untuk saja didukung oleh informasi yang
dikembangkan lagi. PDB untuk sektor menunjukan bahwa lebih dari sembilan
konstruksi sendiri, 66,7 persennya puluh persen tenaga kerja di Sektor
merupakan kontribusi dari industri Konstruksi diserap oleh usaha mikro.
besar. Padahal jumlah industri besar Dengan demikian pemberdayaan Sektor
sektor konstruksi sendiri tidak lebih Konstruksi dapat dilakukan dengan cara
dari 10 persen. Ini menunjukan bahwa meningkatkan kualitas sumber daya
usaha UMKM di sektor konstruksi masih manusia.
bergerak pada besaran proyek yang
relative kecil. Beberapa penelitian juga menunjukan
bahwa pada umumnya UMKM sektor
3.2. UMKM Konstruksi di Indonesia konstruksi ini bergerak pada proyek
Dalam waktu dekat, sektor konstruksi bangunan sipil dan hanya sedikit dari
yang berskala mikro hingga menengah mereka yang terlibat dalam pekerjaan
ini akan menghadapi tantangan yang proyek elektrikal dan mekanikal.
besar dengan dibukanya Kawasan Proyek elektrikal dan mekanikal
Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan memang memerlukan keahlian khusus
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Mau dibandingkan dengan proyek bidang
tidak mau, UMKM khususnya sektor bangunan sipil yang lebih memerlukan
konstruksi harus siap menghadapi tenaga dan otot. Sehingga peningkatan
persaingan dunia luar yang bisa kualitias sumber daya manusia di sini
saja memiliki modal lebih besar dan dapat dilakukan dengan memberikan
lebih professional. Untuk itu, sudah pelatihan-pelatihan ketrampilan khusus
selayaknya pemerintah memberi ini. Sehingga, UMKM Sektor Konstruksi
perhatian besar kepada UMKM Sektor tidak hanya akan bergerak di proyek
Konstruksi ini dalam mempersiapkan bangunan sipil, tetapi juga akan masuk
diri untuk menghadapi perdagangan ke proyek elektrikal dan mekanikal.
bebas ini.
Selain dapat melakukan ekspansi
Beberapa hal yang dapat dilakukan ke bidang konstruksi yang lain,
oleh pemerintah untuk meningkatkan peningkatan kualitas tenaga kerja ini
kemampuan UMKM Sektor Konstruksi akan meningkatkan profesionalisme
di Indonesia antara lain dengan tenaga kerja. Profesionalisme ini
meningkatkan sumber daya manusia penting demi menjaga kualitas
ataupun memberikan bantuan modal. produksi yang dihasilkan sehingga daya
saing perusahaan pun akan meningkat.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, Selain itu, sosialisasi tentang budaya
bahwa lebih dari lima puluh persen produksi yang berkualitas juga perlu
tenaga kerja di Sektor Konstruksi masih ditanamkan sehingga kepuasan
berpendidikan sekolah dasar dan dua konsumen pun akan terjaga.
puluh empat persen berpendidikan SMP

109 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PERAN SEKTOR KONSTRUKSI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pangsa pasar usaha konstruksi Sehingga kemudahan akses terhadap


yang berskala mikro, kecil ataupun pinjaman finansial perlu ditingkatkan
menengah kebanyakan melakukan demi meningkatkan daya saing usaha
proyek-proyek APBN ataupun APBD. mikro kecil dan menengah.
Hal ini diperkirakan karena kemampuan
finansial yang terbatas dari skala
usaha ini. Kemampuan finansial dapat
memberikan dampak yang besar
terhadap maju tidaknya suatu usaha.

110
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

Pasar Tunggal Asean, Ujian Pertama


Pemangku Kepentingan
Jasa Konstruksi Indonesia Memasuki Pasar Global

Jimmy Siswanto Juwana


Anggota Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional Periode 2011-2015

Sebentar lagi Pasar Tunggal Asean akan menjadi kenyataan, tepatnya mulai
tanggal 31 Desember 2015, namun masih ada banyak pekerjaan rumah yang
perlu diselesaikan, khususnya kesiapan penyedia jasa konstruksi Indonesia dalam
menghadapi fenomena Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Pendahuluan
Sejak dibentuknya Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) pada
tahun 1999, berbagai pasang surut telah dilalui, telah banyak biaya, waktu,
pikiran, dan energi yang terkuras. Sudah banyak yang telah dilakukan dan
dicapai, tetapi di lain pihak masih banyak pula hal-hal yang terkait dengan
peningkatan kuantitas dan kualitas pelaku jasa konstruksi, baik perusahaan
yang bergerak di bidang jasa konstruksi maupun tenaga kerja konstruksi,
tetap saja belum dapat sepenuhnya memenuhi harapan masyarakat jasa
konstruksi.

Kendala yang ada mulai dari masalah kelembagaan, implementasi tugas


pokok, sampai pada optimasi mutu layanan LPJK. Sebagian orang paham
atas kendala yang ada sebagai bagian dari dinamika perubahan yang terus
ada sejalan dengan perkembangan dunia industri konstruksi, tetapi ada
juga pihak-pihak yang tidak dapat mengerti mengapa lembaga yang sudah
hampir berusia 15 tahun belum dapat sepenuhnya lepas dari belenggu dan
kemelut masalah laten, masalah layanan sertifikasi dan registrasi badan usaha
dan tenaga kerja konstruksi.

Beberapa komitmen Indonesia untuk jasa konstruksi di berbagai fora


internasional, untuk bidang pekerjaan pra pemasangan pada bidang
konstruksi (Central Product Classification – CPC 511), pekerjaan konstruksi

Jimmy Siswanto Juwana


Lektor Kepala pada Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti. Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti, Jakarta, memiliki Diploma
Akta Mengajar V dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bandung, meraih gelar Master of Science in Architectural Engineering
dari Pennsylvania State University, Amerika Serikat dan kandidat Doktor di bidang Sustainable Development Management melalui
sandwich program Universitas Trisakti & Colorado State University pada tahun 2010. Menjabat Ketua Komite Kerjasama Luar
Negeri pada Kepenurusan LPJK Nasional periode 2010-2014, di samping tugasnya sebagai Staf Ahli Rektor Universitas Trisakti.

111 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

umum bangunan (CPC 5112), pelaksanaan Tinjauan terhadap Peran


konstruksi umum untuk teknik sipil (CPC 513), Perusahaan Jasa Konstruksi
konstruksi perdagangan khusus (CPC 515), Profil perusahaan jasa konstruksi di Indonesia
pekerjaan instalasi dan perakitan (CPC 514 & sebagian besar terdiri atas perusahan skala
516), pekerjaan penyelesaian dan penataan kecil dan menengah, sedang hanya sekitar lima
bangunan (CPC 517), dan jasa penyewaan terkait persen memiliki kualifikasi besar. Perusahaan
perlengkapan konstruksi atau penghancuran skala besar ini pada umumnya merupakan
bangunan atau pekerjaan rekayasa sipil Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D)
dengan operator (CPC 518). Demikian pula yang melaksanakan sebagian besar pekerjaan
untuk sektor jasa terkait konstruksi, seperti jasa konstruksi yang dibiayai oleh Anggaran
arsitektural (architectural services – CPC 8671), Pendapatan Biaya Negara/Daerah (APBN/D).
jasa keinsinyuran (engineering services – CPC Hal ini merupakan hal yang wajar karena
8672), dan jasa rekayasa terintegrasi (integrated BUMN/D bukan saja memiliki sumber daya
engineering services – CPC 8673). dan pengalaman yang lebih baik, tetapi juga
memperoleh dukungan dari institusi negara
Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengkritisi yang mempunyai kewajiban untuk melakukan
atau memperpanjang polemik yang ada, tetapi pembinaan, di samping institusi lain yang
hanya mencoba melakukan berbagai tinjauan secara khusus berkewajiban membina sektor
terhadap peran pemangku kepentingan konstruksi.
jasa konstruksi yang memberi imbas bagi
maju mundurnya kelembagaan yang tersirat Dengan kondisi seperti ini dapat dimaklumi
menyandang pengertian kewajiban dalam hanya sebagian kecil yang berpotensi untuk
pembinaan bidang industri konstruksi di mampu menembus pasar global, sedang
Indonesia. Meskipun hal ini tidak serta merta sebagian besar lain cukup puas jika dari
dan otomatis menentukan tingkat kehandalan tahun ke tahun memperoleh pekerjaan yang
dan profesionalisme pelaku jasa konstruksi, dapat menyambung hidup karyawan beserta
namun tetap diharapkan dapat memainkan keluarganya. Seyogyanya BUMN/D difokuskan
peran penting dalam percaturan industri untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi dalam skala lokal daerah, nasional, konstruksi yang tingkat kerumitannya tinggi
regional dan manca negara. dan memiliki nilai strategis bagi kepentingan
nasional, sedang pekerjaan-pekerjaan lain dapat
Namun perlu dipahami, bahwa kehadiran pelaku diserahkan kepada pihak swasta, termasuk
jasa konstruksi asing akan membuat sistem perusahaan dengan kualifikasi menengah dan
yang terkait penyelenggaraan jasa konstruksi kecil. Hal ini untuk menghindari agar perusahaan
menjadi semakin berkembang, mengakibatkan kecil dan menengah tidak merasa dimarjinalkan
semakin banyak kendala terhadap pilihan yang dan berkesempatan mendapat peluang untuk
dapat dilakukan. Selanjutnya, semakin terbatas tumbuh berkembang menjadi perusahaan yang
pilihan, semakin sempit jangkauan pandangan lebih besar dengan spesialisasi tertentu.
pihak-pihak yang terkait di dalamnya. Ini
merupakan pertanda menyempitnya ruang Perusahaan konstruksi yang melibatkan tenaga
pengembangan kultur sistem kognitif sebagai kerja cukup besar akan memberi peluang
proses pembentukan ikatan kultural secara bisnis usaha lainnya, sehingga dengan makin
cepat (Bale, 1995). meningkatnya aktivitas perusahaan konstruksi
akan memberikan efek ganda pada sektor lain

112
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

yang merupakan bagian rantai pasok yang Dengan kondisi seperti ini sangat sulit bagi
mendukung proses pekerjaan konstruksi. perusahaan dengan kualifikasi kecil menengah
Jika paradigma pembinaan perusahaan jasa untuk dapat bertahan di tengah serbuan
konstruksi kecil/menengah tidak mengalami badan usaha asing dan menikmati kehadiran
perubahan, maka bukan tidak mungkin akan MEA. Perusahaan besar harus mengambil
timbul kendala non teknis dengan hadirnya peran dalam membina perusahaan yang
penyedia jasa asing yang hanya mungkin lebih kecil untuk memperoleh pengalaman
bermitra dengan perusahaan dengan tingkat bagi peningkatan kemampuan teknis dan
kemampuan yang sama. manajerialnya, sehingga pada saatnya nanti
dapat memainkan peran yang lebih penting
Bagaimana mungkin sebagian besar perusahaan dan lebih besar dengan penuh tanggung jawab
jasa konstruksi dapat meningkatkan potensi, dan keyakinan diri.
kualitas dan pengembangan usaha, jika
perusahaan kecil/ menengah tersebut tidak Badan usaha, secara kelembagaan, perlu
diberi peluang untuk menikmati keuntungannya memperhatikan sistem-sistem yang ada di
secara wajar. Sebagian keuntungannya habis sekitarnya, tidak saja fokus pada fokus pada
untuk membayar modal kerja dengan tingkat masalah teknis, tetapi juga aspek sosial budaya,
bunga yang cukup tinggi, sebagian lagi politik dan legal, serta pertimbangan ekonomi
karena pagu anggaran yang diperolehnya dari (Accel Team, 2006).
perikatan sub kontrak hanya dinikmati oleh
perusahaan besar.

sistem sistem
EKONOMI TEKNIK

KELEMBAGAAN
BADAN USAHA

sistem
SOSIAL BUDAYA sistem POLITIK
DAN LEGAL

113 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

Organisasi dan Lingkungannya Mutual Recognition Arrangement (MRA)


Interaksi di antara berbagai sistem yang ada, dimungkinkan untuk memperoleh Asean
baik yang ada dalam internal badan usaha Architect (AA) untuk profesi arsitek dan Asean
maupun yang berada di sekitarnya dapat Chartered Professional Engineer (ACPE) untuk
mengidentifikasi arus pasokan material, dana, sebelas bidang keteknikan, namun jumlah
tenaga kerja, peralatan, informasi, komunikasi peminat masih kurang jumlahnya. Meskipun
dan hal-hal lain yang terkait dengan rantai proses untuk memperoleh AA dan ACPE
pasok. Selanjutnya, jika dimungkinkan dengan melalui Indonesia Monitoring Committee (IMC)
menambah frekuensi hubungan kerjasama yang cukup mudah dan sederhana, namun karena
secara matematik akan meningkatkan dampak informasi tentang manfaat sertifikat profesi
pada produktivitas, sekaligus memperoleh Asean ini belum tersosialisasi secara masif dan
gambaran yang lebih jelas tentang kondisi merata, pertumbuhan tenaga ahli Indonesia
pesaing dengan jaringan pemasoknya atau yang memiliki AA dan ACPE terbilang lamban,
hubungan antara badan usaha yang merupakan dibandingkan negara Asean lainnya, seperti
pesaing dengan pelanggannya. Malaysia, Singapura dan Vietnam.

Bale (1995) juga mengingatkan bahwa strategi Ada dugaan bahwa bidang usaha konstruksi
pengembangan usaha, terutama pada adanya bukan tempat yang langgeng bagi pilihan untuk
perubahan budaya dengan masuknya tenaga pengembangan karir yang berkelanjutan. Ini
asing ke Indonesia, tidak secara cepat dapat terlihat bahwa sebagian tenaga ahli yang bekerja
mengubah pola kerja, tetapi yang lebih penting di perusahaan jasa konstruksi sebagian besar
mengubah pola pikir, merubah paradigma merupakan karyawan lepas (freelancer), dan
pengelolaan organisasi yang tidak bertumpu hanya sedikit perusahaan jasa konstruksi yang
hanya pada tujuan yang nyata saja, tetapi pada memiliki karyawan tetap dengan kemungkinan
pengembangan sosial dengan memperhatikan jenjang karir yang jelas dan menjanjikan. Kondisi
hubungan antar manusia yang merupakan ini terlihat dengan menurunnya minat lulusan
elemen investasi yang sangat penting. sekolah menengah untuk melanjutkan studinya
di bidang teknologi pada perguruan tinggi,
Tinjauan terhadap Peran Tenaga Kerja Konstruksi dibandingkan dengan bidang kedokteran,
Apresiasi dan renumerasi bagi tenaga ekonomi/manajemen, dan hukum. Biaya kuliah
profesional lokal berbanding seperti bumi yang tinggi, dengan rata-rata masa studi yang
dengan langit dengan tenaga kerja asing. lebih lama serta ketidakpastian jenjang karir
Meskipun berdasarkan regulasi tenaga setelah lulus sarjana tentu saja mengurangi
kerja konstruksi lokal dimungkinkan untuk minat kebanyakan lulusan sekolah menengah.
memperoleh imbalan jasa yang besar, namun Tanpa insentif pemerintah, dikuatirkan pada
pada kenyataannya apresiasi yang diterima saat MEA sudah melewati tahap awal, Indonesia
berada jauh di bawah impian para tenaga kebanjiran tenaga ahli teknik dari negara-negara
profesional lokal. Hal ini bukan saja dikarenakan Asean, karena ketersediaan tenaga teknik
pagu anggaran untuk suatu pekerjaan terlalu Indonesia jumlahnya tidak sebanding dengan
kecil, tetapi karena ketentuan penerimaan yang peluang proyek yang ada, apalagi jika dikaitkan
cukup besar tidak sejalan dengan ketentuan dengan adanya Master Plan Percepatan dan
yang terkait dengan regulasi perpajakan. Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
(MP3EI).
Selanjutnya, selama lima tahun terakhir
tenaga ahli Indonesia yang memiliki Sertifikat Tenaga kerja tidak boleh cepat berpuas diri
Keahlian (SKA), berdasarkan ketentuan dengan hasil yang telah dicapainya, mereka

114
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

perlu secara terus menerus meningkatkan yang dilakukan. Pada perubahan yang akan
efisiensi dan produktivitas kerjanya, mampu terjadi dengan hadirnya pasar tunggal Asean di
untuk menjaga dan meningkatkan kinerjanya mana lebih banyak hal lazim digunakan, cepat,
tanpa melupakan kode etik dan tata laku tidak terduga serta lebih rumit dari sebelumnya,
profesinya. Dengan demikian tenaga kerja diperlukan pemikiran yang kritis dan tindakan
konstruksi Indonesia bukan saja mampu yang tepat, apapun alat dan metode yang
berperan aktif dalam kegiatan Master Plan digunakan (Bloack & Gregegersen, 2003)..
Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI), tetapi juga mampu Salah satu hal yang terpenting dalam perubahan
melakukan ekspansi ke manca negara sebagai perilaku tenaga kerja adalah adanya transparansi
dan kejujuran dalam
pengelolaan badan usaha.
Kedua aspek tadi akan
mendukung kredibilitas
dan akuntabilitas dalam
banyak kegiatan badan
usaha. Prinsip ini akan
menggerakkan akar rumput,
tenaga kerja konstruksi,
untuk berpartisipasi dan
berbagi untuk memperkaya
pengembangan kapasitas
ke arah proses yang
berkelanjutan. Tidak ada
lagi manipulasi data untuk
kepentingan yang berkuasa
yang tidak peduli tentang
semangat dan falsafah
perusahaan (Smith, 1995).

Tinjauan terhadap
Peran Masyarakat
Intelektual
Ilustrasi dibuat oleh: Ir. Indartoyo, MSA Saat ini seakan-akan ada
Tenaga Kerja Lokal vs Tenaga Kerja Asing jurang pemisah antara
masyarakat intelekual yang
tenaga kerja profesional. berada di lingkungan perguruan tinggi dengan
masyarakat jasa konstruksi yang menjadi
Hal praktis yang perlu diingat oleh tenaga pelaku dalam perencanaan, pengawasan
kerja adalah mengingat dan mencari kembali dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Para
dalam ingatan tanpa peduli berapa rumit dan pengelola pendidikan tinggi begitu asyiknya
komprehensif-nya model, kerangka kerja, teori dengan dunia akademik yang digelutinya
atau gagasan yang ada. Jika kemampuan untuk tanpa peduli apakah ilmu yang diberikan pada
mengingat dan mencari kembali pada saat mahasiswa cukup memadai untuk membekali
pekerjaan membutuhkannya, maka itu akan mereka setelah menjadi sarjana, sedang
berakhir pada perbedaan pada implementasi masyarakat jasa konstruksi begitu frustasi

115 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

memperoleh lulusan perguruan tinggi yang interdependensi, terlalu banyak perspektif,


tidak dapat secara langsung menyesuaikan diri terlalu banyak menggunakan istilah dan
dengan lingkungan pekerjaan dan profesi yang kata-kata yang sulit, dan terlalu banyak
dipilihnya. menggunakan referensi, sehingga sulit diikuti
oleh praktisi; bahasanya seakan-akan dalam
Masyarakat intelektual yang seyogyanya tataran para dewa dan tidak membumi.
menyiapkan tenaga kerja yang handal dan
profesional melalui serangkaian kurikulum Masyarakat intelektual perlu membuka diri
dan silabusnya, namun pada kenyataan dengan perkembangan yang dicapai oleh
mengabaikan kebutuhan pasar konstruksi institusi pendidikan lain dalam menyiapkan
sebagai bagian dari perencanaan substansi tenaga yang dibutuhkan oleh pasar tenaga
program studinya. Kurikulum yang kaku kerja, dengan merancang program studi,
tidak dapat mengakomodasi perkembangan kegiatan penelitian dan inovasi yang diperlukan
kebutuhan pasar yang berjalan begitu cepat bagi praktisi dunia konstruksi melalui temuan
karena tuntutan pasar global. Di lain pihak, teknologi tepat guna dengan memadukan
pengembangan kurikulum dilakukan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat hati-hati, karena dampaknya baru dengan potensi dan kearifan lokal.
terlihat 5-10 tahun kemudian, serta membawa
konsekuensi pada penyiapan sarana prasarana Tinjauan terhadap Peran Instansi
pendidikan yang investasinya tidak murah. Pemerintah
Banyak pihak masih beranggapan bahwa
Dari kondisi ini, terkesan bahwa masyarakat peran pembinaan jasa konstruksi hanya pada
intelektual tidak begitu paham akan apa itu Kementerian Pekerjaan Umum, karena selama
MEA, dan apa pula dampak Pasar Tunggal Asean ini kementerian ini identik dengan pekerjaan
bagi bisnis pendidikan tinggi, atau mungkin infrastruktur, dan pekerjaan infrastruktur
tidak peduli akan nasib lulusannya dalam dianggap mewakili pekerjaan konstruksi.
kancah persaingan global.
Hudson, Haas, dan Uddin (1997) menyatakan bahwa
Anggaran pendidikan yang menurut Adendum lingkup infrastruktur meliputi fasilitas transportasi,
Undang-Undang Dasar 1945 sebesar 20% dari sumber daya air dan limbah cair, pengelolaan
APBN, tidak memiliki dampak strategis bagi sampah, produksi energi dan distribusinya,
investasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang bangunan gedung (termasuk perumahan dan
memiliki keunggulan komparatif. permukiman), fasilitas rekreasi dan komunikasi.

Negara maju dengan tradisi akademis yang Dengan melihat lingkup infrastruktur, maka
cukup panjang tidak segan-segan untuk jelas bahwa Kementerian Pekerjaan Umum
mengubah pendekatan dalam menyiapkan saat ini hanya memiliki lingkup tanggung
SDM yang potensial. Teknologi tidak semata- jawab dan wewenang pada sebagian fasilitas
mata dijadikan keunggulan tetapi juga transportasi (jalan, jembatan dan terowongan
diperuntukkan untuk meningkatkan watak dan jalan), sumber daya air, dan bangunan gedung,
perilaku individu dalam menjalankan praktik sedang fasilitas kereta api, moda transportasi
profesionalnya. laut dan udara termasuk stasiun, pelabuhan
dan bandar udara menjadi ranah Kementerian
Masyarakat intelektual, sebagaimana Elfring Perhubungan, Pengolahan Limbah masuk
dan Volberda (2001) sering menggunakan dalam ranah Kementerian Lingkungan Hidup,
konsep yang terlalu banyak interkorelasi dan Energi dan distribusinya masuk ke dalam ranah

116
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dalam konteks ini, aparat pemerintah sebagai unsur
fasilitas rekreasi mungkin masuk ke dalam ranah layanan publik perlu lebih membuka diri dan lebih
Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif, peka terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat,
dan Komunikasi merupakan bagian dari ranah dan melalui jaringan organisasi di pusat dan di
Kementerian Komunikasi dan Informasi. daerah dapat melakukan pembinaan dengan target
capaian kinerja yang terukur bagi kepentingan
Dengan tersebarnya pekerjaan konstruksi masyarakat, terutama dengan terbukanya berbagai
di beberapa kementerian, koordinasi antar sektor usaha sebagai konsekuensi MEA.
kementerian menjadi sangat penting agar
pembinaan semua sektor konstruksi dapat Setiap organisasi, termasuk kelembagaan
terbagi secara merata dan mendapat perhatian instansi pemerintah yang tidak memiliki
secara optimal dan proporsional. teknologi informasi yang efektif tidak akan
mampu untuk menjalankan kegiatannya yang
Pembinaan yang dimaksud bukan saja dalam merupakan tugas pokok dan fungsinya secara
penyiapan pranata yang terkait pembinaan efisien dan efektif, serta sulit bersaing dengan
badan usaha yang terkait dengan bidang layanan pihak negara Asean yang mungkin
kegiatan yang terkait, tetapi juga pembinaan lebih siap untuk memenangkan persaingan di
terhadap ketersediaan standar kompetensi pasar global di mana kemungkinan perubahan
kerja yang diperlukan untuk mendukung dapat muncul dalam sekejap. Keengganan
perkembangan dan kemajuan di masing- untuk mengganti teknik dan model layanan
masing bidang yang merupakan lingkup yang lama menjadi kendala untuk melakukan
tanggung jawab dan kewenangannya. intervensi ke pasar manca negara (Lawler &
Worley, 2006).
Di samping kementerian yang secara teknis
terkait langsung dengan bidangnya, koordinasi Bale (1995) juga menjelaskan jika budaya institusi
juga perlu melibatkan Kementerian Pendidikan sudah mulai stagnan dan kehilangan vitalitasnya
dan Kebudayaan, Kementerian Tenaga Kerja serta semangat untuk maju berkembang, sudah
dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan saatnya strategi lain diusulkan untuk suatu
Usaha Kecil/Menegah, Kementerian Keuangan, perubahan. Hal ini tidak dimaksudkan untuk
serta Kementerian BUMN, agar pembinaan melestarikan dan mengembangkan budaya
yang diperlukan untuk pelaku jasa konstruksi yang ada, tetapi untuk mentransformasi pada
dapat difasilitasi melalui kebijakan publik yang sesuatu yang lain. Usulan yang muncul dalam
komprehensif dan afirmatif. konteks merespons terhadap adanya krisis,
ketidakefisienan, dan penyakit budaya. Kondisi
Koordinasi dan kebijakan afirmatif ini hanya dapat dihentikan oleh suatu perubahan
diperlukan dalam menyiapkan regulasi lokal kerangka kerja dan struktur budaya. Untuk itu
(domestic regulation) yang secara cerdas dan diperlukan perubahan orientasi dan struktur
cermat yang ditujukan bagi ketahanan nasional budaya.
dan kepentingan masyarakat jasa konstruksi
di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Tinjauan terhadap Peran Perusahaan
Indonesia, tetapi juga tidak bertentangan Barang & Jasa Mitra Usaha Jasa
dengan komitmen dan kesepakatan yang telah Konstruksi
dilakukan oleh pemerintah dengan negara lain, Perusahan Barang & Jasa pendukung proses
baik dalam perjanjian internasional, regional, konstruksi, baik yang secara langsung merupakan
maupun kesepakatan bilateral dan multilateral. rantai pasok pelaksanaan konstruksi, maupun

117 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

yang keberadaannya secara tidak langsung gambar berikut ini (Azapagic, Perdan & Clift,
mempengaruhi laju perkembangan pasar 2004):
konstruksi, perlu secara bersama mendukung
ketersediaan barang dan jasa dengan disparitas Kepedulian pada aspek teknologi menunjukkan
biaya yang tidak fluktuatif. keahlian dan keunikan tenaga kerja, dimana
tenaga ahli dan terampil mengaplikasikan ilmu
Dalam konteks ini ada dua hal yang perlu pengetahuan yang dimilikinya. Kepedulian pada
mendapat perhatian dan dukungan berbagai aspek lingkungan menunjukkan kemampuan
pihak terkait, baik untuk mendukung dan daya dukung lahan untuk keberlanjutan
penyusunan kebijakan maupun yang menjaga kehidupan manusia baik berupa bahan maupun
implementasi pelaksanaan kebijakan tersebut. energi yang diperlukan oleh masyarakat, serta
kapasitas bumi untuk menampung orang
Pertama, kemampuan dan ketersediaan usaha berikut emisi, akibat proses produksi/aktivitas
manufaktur dan pemasok bahan bangunan dan dan limbah yang dihasilkan. Kepedulian pada
peralatan yang bertumpu pada potensi lokal. aspek sosial menunjukkan harapan masyarakat
Makin tinggi kandungan lokal, makin murah dan aspirasi agar dapat hidup dengan layak dan
biaya produksinya, dan dengan demikian akan memiliki kualitas kehidupan yang sama bagi
memberikan kemampuan untuk bersaing semua.
dengan produk-produk impor.
Tinjauan terhadap Peran Unsur
Kedua, kemampuan untuk mendistribusikan Organisasi Masyarakat
produk-produk lokal secara merata, dengan Mutu pekerjaan, mutu layanan, dan mutu
jaminan mutu sesuai standar, harga pasar yang produk hanya dapat terjaga jika masyarakat
stabil dengan perbedaan disparitas harga yang secara terus menerus memberikan perhatian
kecil, serta waktu pengiriman yang teratur. dan kepedulian tentang kinerja pelaku jasa
konstruksi. Perhatian dan kepedulian tersebut
Di samping kedua hal tersebut, untuk melindungi dapat dilakukan melalui kritik yang membangun
produk lokal, diperlukan kebijakan untuk dan pengawasan yang sehat.
memberlakukan insentif bagi penggunaan
produk lokal, dan penentuan bea masuk yang
tinggi bagi produk impor yang jenisnya sudah
dapat diproduksi di dalam negeri.

Selanjutnya, diharapkan para mitra usaha


jasa konstruksi secara bersama meningkatkan
jejaring kerja, membentuk aliansi strategis
dan membuat kelompok kerja berdasarkan
bidang yang spesifik untuk nantinya dapat
mengimbangi bidang-bidang pekerjaan yang
merupakan keunggulan dari perusahaan dan/
atau tenaga kerja dari negara anggota Asean.

Peran mitra usaha jasa konstruksi juga perlu


memperhatikan kepeduliannya terhadap aspek
keberlanjutan, sebagaimana terlihat pada
Tiga Dimensi Keberlanjutan

118
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

Organisasi masyarakat diharapkan perannya Kebijakan pemerintah yang afirmatif, didukung


sebagai pendukung kemajuan dan dengan program pendidikan pelatihan yang
perkembangan industri konstruksi dengan terkait langsung dengan kebutuhan pasar
selalu memberikan informasi tentang berbagai konstruksi, lalu diikuti dengan kesungguhan
indikasi praktik-praktik yang kurang terpuji oleh tenaga kerja konstruksi dan dikerjakan
dari para pemangku kepentingan. Organisasi oleh perusahaan konstruksi dengan mitra
masyarakat hendaknya menjadi mata, menjadi srategisnya yang menjunjung tinggi norma dan
telinga, dan menjadi mulut bagi keberlanjutan etika profesionalnya, serta selalu dikawal oleh
industri konstruksi nasional yang dapat organisasi masyarakat yang berpikiran objektif
dibanggakan. dan dewasa, akan merupakan satu kesatuan
yang bahu membahu dalam menghadapi
Menjadi mata untuk melihat hal-hal yang tantangan global, yang diawali dengan hadirnya
dapat disempurnakan, menjadi telinga untuk MEA tahun mendatang.
mendengar informasi yang dapat meningkatkan
keandalan dan daya saing pelaku jasa konstruksi, Kesatuan yang kompak ini akan mewujudkan
dan menjadi mulut untuk menginformasikan Indonesia Incorporated, berintikan dukungan
kemampuan dan prestasi pelaku jasa konstruksi penuh dari pemerintah berupa kebijakan
nasional. fiskal dan perbankan, dukungan masyarakat
intelektual berupa hasil penelitian dan
Organisasi masyarakat dapat merupakan metodologi kerja yang efektif dan efisien,
tekanan internal dan eksternal melalui tenaga kerja yang handal, profesional dan
komunikasi, teknologi informasi komputer, beretika, serta perusahaan yang produktif,
bio-teknologi, dan dapat berdampak pada memiliki komitmen dan karya yang bermutu
perubahan yang drastis dan cepat pada dunia serta memilki keunggulan komparatif, serta
usaha, termasuk usaha jasa konstruksi (Hor, masyarakat yang secara bersama melindungi
1995). usaha anak bangsa untuk dapat tumbuh tegak
dan berdiri dengan bangga berdampingan
Organisasi masyarakat yang merupakan dengan sesama negara Asean, dan secara
kelompok independen dan mandiri dapat bertahap namun pasti dapat lulus ujian untuk
memainkan peran sentral yang menjembatani menyongsong pasar global di tahun 2020.
semua kepentingan yang terlibat dalam
penyelenggaraan konstruksi. Organisasi Untuk itu semua pemangku kepentingan secara
masyarakat baik secara sendiri maupun bersama-sama melakukan perubahan di bidang
dengan bantuan media massa dapat menjadi industri, dengan munculnya pesaing baru, pemasok
kekuatan besar dalam mendorong kemajuan baru, pengabungan usaha baru; di bidang politik,
penyelenggaran konstruksi di Indonesia. dengan perubahan pemerintahan dan legislatif
yang baru serta regulasi baru; di bidang ekonomi
Penutup dengan adanya perubahan tingkat inflasi dan
Dari pembahasan di atas terlihat bahwa peran suku bunga, dan pengangguran; di bidang
dari pemangku kepentingan sangat besar sosial dengan pertumbuhan penduduk, perilaku
pengaruhnya bagi maju mundurnya sektor komunitas dan masyarakat, serta tata nilai baru;
konstruksi di Indonesia. Ini merupakan ujian dan di bidang teknologi dengan adanya terobosan
pertama dan apakah pelaku jasa konstruksi ilmu pengetahuan baru, produk-produk baru,
mampu melompati batu pertama yang bernama pemanfaatan teknologi baru (Feldman, 2006).
MEA.

119 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PASAR TUNGGAL ASEAN, UJIAN PERTAMA PEMANGKU KEPENTINGAN
JASA KONSTRUKSI INDONESIA MEMASUKI PASAR GLOBAL

jenjang karir-
profesionalisme

perusahaan petenaga
jasa kerja
konstruksi konstruksi

tk

angan lulusan-
peluang kerja- mb kriteria kurikulum
tempat kerja kerja
-penge -risettenaga
skkni pasar
du

ke omparati
k ngan

-
mpilan
/jasa
kriteria-biaya

ku

ungg

jaminan-komitmen
instansi masyarakat

barang
ulanf-
pemerintah intelektual

/ketera
so
Regulasi-
kritisi
sial

kan
hlian asi
ov
-in
kea o

batasan ok
pas

pas
kebijakan afirmatif- -alternati gagasan-
investasi rantai praktik nyata

perusahaan unsur
barang & jasa organisasi
mitra usaha masyarakat
jasa konstruksi

Produk lokal-
dukungan
konsumen

Indonesia Incorporated

Kehidupan manusia bagaikan suatu perjalanan, ia tidak dinilai dari rentang waktu yang dilalui, tetapi
dari perbuatan baik yang telah dilakukannya untuk sesama, untuk orang yang memberikan rasa peduli
dan berbagi, untuk orang yang bekerja dan membantu memberi solusi atas banyak permasalahan,
untuk orang yang dimarjinalkan dan tidak dihormati oleh karena sesuatu kondisi, dan untuk orang
yang tidak mendapatkan apresiasi yang selayaknya, serta untuk pemangku jasa konstruksi Indonesia
dalam menyongsong pasar tunggal Asean, pintu masuk pertama menuju pasar global… Actio recta
non erit, nisi recta fuerit voluntas – perbuatan yang benar tidak akan muncul tanpa ada niat yang baik
.. (Seneca – Filsuf Romawi, Tahun 4 SM – 65).

120
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Accel Team (2006); “Open Systems Approach to Organizational Development”, http:// www. Accell-team.
com, diakses tanggal 30 Juli 2012.
Azapagic A., Perdan, S. & Clift, R. (2004); Sustainable Development in Practice – Case Studies for Engineers
and Scientists, John Wiley & Sons, Ltd., Southern Gate, Chichester.
Bate, P (1995); Strategies for Cultural Change. Butterworth Heinemann, Oxford.

Black, J.S dan Gregersen, H.B (2003); Leading Strategic Change – Breaking Through the Brain Barrier,
Prentice Hall, Upper Saddle River, NJ.

Hor, K.K. (1995); Applying Sun Tzu’s Art of War in Corporate Politics, Pelanduk Publications, Petaling Jaya.

Feldman, K. (2006),”Strategic Planning for Improved Organizational Performance”, http://www.


changeperform.com.au, diakses tanggal 24 Juni 2010.

Hudson, W.R., Haas, dan Uddin, W. (1997) Infrastructure Management; McGraw-Hill, New Yortk.

Lawler III, E.E. & Worley, C.G. (2006); Built to Change – How to Achieve Sustained Organizational Effectiveness,
Jossey-Bass, San Fransisco.

Smith, H. (1995); Rethinking America – Innovative Strategies and Partnerships in Business and Education,
Avon Books, New York.

Volberda, H.W. dan Elfring, T. (2001) Rethinking Strategy, Sage; London.

121 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Terobosan Kebijakan dan Konsolidasi


Para Pemangku Kepentingan
Untuk Masa Depan Tenaga Terampil Konstruksi Indonesia
Dr. Ir. Masrianto, MT
Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan
Konstruksi, Kementerian PU
Hasto Agoeng Sapoetro, S.ST, MT
Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan Konstruksi, Pusat Pembinaan Kompetensi dan
Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU
Dimas Bayu Susanto, ST
Staff di Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan
Konstruksi, Kementerian PU

Banyak sekali kebijakan yang telah diambil pemerintah terkait dengan pembinaan
pekerja konstruksi Indonesia (red: tenaga terampil konstruksi). Pelatihan yang dianggap
sebagai mainstream untuk membina para pekerja ini telah diselenggarakan sejak 3 (tiga)
dekade terakhir. Mestinya hari ini kita sudah banyak memetik hasil dari peningkatan
kualitas para pekerja dan dampaknya terhadap pembangunan infrastruktur. Namun,
tetap saja berita miring mengenai kualitas infrastruktur kita masih acap kali terdengar. Isu
mengenai kegagalan konstruksi, kecelakaan kerja konstruksi, operasi dan pemeliharaan
yang tidak optimal masih menghiasi headline nasional. Kambing hitamnya adalah kinerja
konsultan perencana maupun pengawas, kontraktor dan bahkan pengguna jasa yang
dituding tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya. Ujungnya adalah persoalan
human resources yang tidak terkelola dengan baik. Pemerintah dihadang persoalan
pelik ketika kapasitas yang dimiliki tidak sebanding dengan kebutuhan yang ada.
Jumlah SDM konstruksi yang mencapai 6,9 juta, dengan komposisi pekerja yang belum
bersertifikat sekitar 6,5 juta (BPS, 2013) cukup menyulitkan pemerintah untuk mencari
formula terbaik bagi pembinaan SDM konstruksi. Persoalannya kemudian tidak hanya
berhenti pada isu supply and demand saja, tetapi koordinasi lintas sektoral yang rentan
dan mengalami fragmentasi. Tarik ulur kebijakan sertifikasi, terkendalanya program
GNPK 2010-2014, kelembagaan jasa konstruksi yang masih perlu adaptasi dan persoalan
beban pembiayaan yang tak kunjung selesai menambah daftar panjang pekerjaan
rumah kita. Pada akhirnya, kita semua sepakat bahwa jangan sampai tenaga terampil
kepentingannya terabaikan. Dibutuhkan terobosan kebijakan dan konsolidasi para
pemangku kepentingan untuk memecahkan kebuntuan ini.

Kata kunci: pekerja konstruksi, pelatihan, pemangku kepentingan, terobosan

122
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

PENDAHULUAN konstruksi pun banyak, dan selalu dalam setiap


Indonesia bersama 9 negara ASEAN lainnya pembangunan infrastruktur mampu memicu
akan memasuki ASEAN Economic Community bangkitan ekonomi masyarakat sekitar proyek.
(AEC) pada akhir tahun 2015. Diharapkan hal ini Adanya program Masterplan Percepatan dan
akan memperkuat daya tawar ASEAN terhadap Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
APEC (Asia Pacifik Economic Community), NAFTA (MP3EI) telah menjadi katalisator perkembangan
(North America Free Trade Area), ASEAN + 1 dunia konstruksi Indonesia. Total investasi yang
(China, Korea, Jepang, Australia dan New Zeland) diperlukan untuk MP3EI mencapai Rp 4.000
dan kerjasama regional lainnya. Daya saing dan Trilyun sampai dengan tahun 2025. Sedangkan
produktivitas dibutuhkan sebagai imunisasi kebutuhan infrastruktur sebagai pendukung
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN ini. mencapai lebih dari Rp 1.700 Trilyun dimana
Salah satu kunci untuk menggerakkan ekonomi sebagian besar akan diselesaikan pada kurun
(key for-factor driven economic) dalam rangka waktu 2010-2014 ini.
mempertahankan daya saing dan produktivitas
adalah berkembangnya infrastruktur dengan Griifin R. dalam Business (2006) menyatakan
baik, disamping berfungsinya lembaga-lembaga bahwa tenaga kerja (SDM) adalah salah satu
publik dan swasta, stabilitas lingkungan makro unsur penting yang menentukan kelancaran dan
ekonomi, dan tenaga kerja yang sehat dengan keberlanjutan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
minimum mendapatkan pendidikan dasar bangunan. Secara umum, saat ini ada lima hal
(WEF, 2014). yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu
tenaga kerja (labor), modal (capital), sumber
Infrastruktur adalah motor pertumbuhan daya fisik (physical resources), kewirausahaan
ekonomi. Infrastruktur di Indonesia tumbuh (entrepreneurship), dan sumber daya informasi
dengan pesat mencapai 6,54% per tahun, (information resources). Manusia adalah faktor
melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia produksi utama yang menentukan kemakmuran
5,21% per tahun dan menjadi sektor primadona suatu bangsa. Alasannya, alam (tanah) tidak ada
setelah jasa pengangkutan dan komunikasi artinya kalau tidak ada sumber daya manusia
yang tumbuh 10,23% per tahun (tabel 1). yang mengolahnya. Alokasi sumber daya manusia
Keterkaitan industri hulu (backward linkage) yang efektif merupakan syarat yang dibutuhkan
dan industri hilir (forward linkage) sektor (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi

Tabel 1. Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (%)


Triwulan I-2014
No Lapangan Usaha terhadap
Triwulan I-2013

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 3.30


2 Pertambangan dan Penggalian -0.38
3 Industri Pengolahan 5.16
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.52
5 Konstruksi 6.54
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.59
7 Pengangkutan dan Komunikasi 10.23
8 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 6.16
9 Jasa-Jasa 5.81
PDB 5.21
PDB Tanpa Migas 5.56
Sumber: Berita Resmi Statistik BPS, 5 Mei 2014

123 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

(Adam Smith, 1729-1790). Era perdagangan kebutuhan akan pelatihan, namun kemampuan
bebas yang diharapkan mampu mendorong pemerintah untuk mencukupinya masih
pertumbuhan ekonomi negara-negara dunia terbatas. Kondisi ini harus disadari oleh para
ketiga menuntut kualitas SDM yang handal. pemangku kepentingan, dimana pelatihan
Kompetensi SDM menjadi hal yang sangat konstruksi semestinya bukan hanya domain
diperhitungkan disini untuk daya saing antar Kementerian PU saja, tetapi keterlibatan
bangsa. kementerian/lembaga lain, pemerintah daerah
dan swasta sangat dibutuhkan.
Maslow (dalam Siagian, 1981) menyebutkan
5 tingkatan kebutuhan SDM, yaitu: (1) Seiring perjalanan waktu, pelaksanaan
Kebutuhan Fisiologis atau Physiological Needs, pembangunan SDM konstruksi dirasa masih
(2) Kebutuhan Keamanan atau Safety Needs, belum memenuhi gap antara permintaan dan
(3) Kebutuhan sosial atau Social Needs, (4) penyediaan serta belum menjawab tuntas
Kebutuhan Prestise atau Esteem Needs, (5) seluruh persoalan terkait SDM konstruksi.
Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja atau Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN
Self Actualization. Sehingga, menciptakan sebentar lagi akan tiba, sehingga seluruh
tenaga kerja konstruksi yang kompeten dapat stakeholder perlu melakukan percepatan dan
dilakukan dengan pelatihan/pendidikan dan perluasan pembangunan SDM konstruksi
uji kompetensi dengan mengacu kepada Indonesia untuk mengejar ketertinggalan
standar kompetensi yang telah ditetapkan. dengan berbagai terobosan-terobosan
Disparitas antara kompetensi yang dibutuhkan kebijakan. Terobosan kebijakan tersebut perlu
di lapangan dengan kompetensi yang didukung dengan kelembagaan yang solid dan
dimiliki oleh seorang tenaga kerja diharapkan law enforcement yang kuat. Tulisan ini hadir
dapat diselesaikan dengan pelatihan. untuk mengkaji bagaimana kondisi terkini
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui tenaga terampil konstruksi kita, bagaimana
Badan Pembinaan Konstruksi (BP Konstruksi) program-program pembinaan yang selama ini
menunjuk Pusat Pembinaan Kompetensi dan berjalan, dan solusi seperti apa yang dibutuhkan
Pelatihan Konstruksi (PusbinKPK) sebagai unit untuk masa depan tenaga terampil konstruksi
kerja yang menjadi motor penggerak program- Indonesia.
program pelatihan bagi SDM konstruksi
(non Aparatur Sipil Negara). Masalah muncul PROBLEMATIKA TENAGA TERAMPIL
manakala kebutuhan tenaga kerja konstruksi KONSTRUKSI INDONESIA
semakin meningkat seiring naiknya investasi Tenaga kerja konstruksi adalah setiap orang
infrastruktur (demand), disisi lain penyediaan yang mampu melakukan pekerjaan guna
tenaga kerja yang kompeten dan kompetitif menghasilkan barang dan jasa baik memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kebutuhan sendiri maupun masyarakat dalam
dan permintaan pasar luar negeri mengalami bidang konstruksi. Sedangkan tenaga terampil
banyak keterbatasan (supply). Selama rentang dalam terminologi yang dikenal di dunia jasa
2006-2010, pertumbuhan rata-rata nilai konstruksi adalah tenaga kerja yang tugasnya
konstruksi adalah 23% dan pertumbuhan meliputi pelaksanaan operasional terkait
rata-rata tenaga kerjanya 7,29% atau setara dengan keterampilan yang dimilikinya. Tenaga
dengan 400 ribu orang per tahun. Sedangkan terampil akan lebih banyak menggunakan
kapasitas pelatihan konstruksi per tahun yang kemampuan motorik-nya dalam melaksanakan
mampu diselenggarakan pemerintah adalah tugas dan cenderung lebih banyak terjun
±15.000 orang (Renstra/RPJMN) atau 75 ribu langsung di lapangan.
orang dalam 5 tahun. Artinya, begitu banyak

124
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Tabel 2. Tenaga kerja terampil untuk proyek EPC pada fase konstruksi

No Kategori Tugas

1 Laborers Sebagai helper/buruh yang tugasnya membantu tukang


2 Operator Equipment Operator alat berat
3 Oilers Pekerjaan yang berhubungan dengan lubrikasi alat-alat, pipa, dan pemeliharaan
4 Carpenters Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan kayu
5 Cement Finishers Tukang cor atau pekerjaan yang berhubungan dengan beton
6 Teamters Supir truk atau mobil besar lainnya
7 Iron Workers Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan besi baja misalnya pemasangan dan pengelasan
8 Pipefitters Melakukan pekerjaan mendesain, merakit, fabrikasi, memelihara dan sistem perbaikan pipa mekanik
9 Electricians Melakukan pekerjaan mendesain, merakit, fabricates, memelihara tentang listrik
10 Boilermakers Melakukan pekerjaan fabrikasi baja dan plat sejenisnya
11 Millwrights Melakukan pekerjaan pemasangan, pemeliharaan, peningkatan, dan fabrikasi mesin dan
peralatan sesuai dengan blueprint/drawing
12 Pipewelders Melakukan pekerjaan pemasangan dan memeriksa pipa besi/baja
13 Insulator Melakukan pekerjaan pemasangan insulasi pada alat, pipa, ataupun mesin
14 Painters Melakukan pekerjaan pengecatan bangunan/alat/mesin
15 Foreman Melakukan pengawasan pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja terampil (mandor)
16 Rigger Melakukan pekerjaan sebagai pemberi aba-aba untuk operator alat berat
(Sumber: Yuni Asril Sani, 2012)

Ketika kita merujuk kepada Perpres. Nomor 8 penelitiannya mengenai perbandingan biaya
Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja
Indonesia (KKNI) maka yang dikategorikan terdidik dan tidak terdidik dalam siklus proyek
tenaga terampil konstruksi adalah jenjang 1 konstruksi, ditemukan bahwa pengeluaran untuk
sampai dengan jenjang 3 (operator) dan jenjang biaya buruh yang tidak terdidik merupakan biaya
4 sampai dengan jenjang 6 (teknisi/analis). terbesar dalam siklus operasional (Nur’aman,
Tingkat pendidikannya dari SD hingga maksimal 2000).
sarjana terapan (D4) atau sarjana (S1). Tabel 2,
memberikan contoh tenaga kerja terampil untuk Berbicara mengenai penyerapan tenaga kerja,
proyek EPC pada fase konstruksi. Buruh konstruksi maka sektor konstruksi menempati urutan kelima
mencakup mandor, tukang dan pembantu terbesar, setelah sektor pertanian, perkebunan,
tukang, merupakan sumber daya yang penting kehutanan, perburuan dan perikanan (34,55%),
dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Hal ini sektor perdagangan, rumah makan dan
dapat dilihat dari tingginya penggunaan tenaga akomodasi (21,84%), sektor jasa kemasyarakatan,
kerja tidak ahli (buruh) dalam suatu daur hidup sosial dan perorangan (15,64%), dan sektor
proyek (project life cycle) terutama pada tahap industri (13,02%).
produksi, dibandingkan dengan penggunaan
tenaga ahli (Shtub, 1994). Menurut Sthub (1994), Jumlah tenaga kerja konstruksi kita dari masa
dalam suatu siklus proyek, masalah tenaga kerja ke masa semakin meningkat. Tahun 2004 BPS
tidak terdidik membutuhkan dana tertinggi mencatat penduduk usia 15 tahun ke atas yang
dalam tahapan perencanaan dan produksi bekerja pada lapangan usaha konstruksi adalah
dibandingkan dengan pengeluaran untuk 4,6 juta orang. Kemudian meningkat selama
biaya tenaga terdidik maupun material. Dalam satu dekade, di tahun 2014 menjadi 7,2 juta

125 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Keterangan:
n 1. Pertanian, Perkebunan,
15.64% Kehutanan, Perburuan
2.70% dan Perikanan
4.51% 34.55% n 2. Pertambangan dan Penggalian
n 3. Industri
n 4. Listrik, Gas dan Air
n 5. Konstruksi
21.84%
n 6. Perdagangan, Rumah Makan
dan Jasa Akomodasi
n 7. Transportasi, Pergudangan

1.37%
13.02%
6.10% dan Komunikasi
n 8. Lembaga Keuangan, Real Estate,
Usaha Persewaan dan
Jasa Perusahaan
n 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial
0.26%
dan Perorangan

Gambar 1. Komposisi tenaga kerja Indonesia tahun 2014 menurut lapangan usaha utama
(Sumber: BPS, 2014)

8000
X 1000

7.212
7000 6.870 6.970
Jumlah tenaga kerja konstruksi

6.325
6000
5.436 5.485
5.123 5.382
5000 4.766

4000

3000

2000

1000

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
TAHUN
Gambar 2. Pertumbuhan Tenaga Kerja Konstruksi Indonesia
(Sumber: Survey Angkatan Kerja Nasional/Sakernas BPS 2006-2014)

126
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

orang. Pertumbuhan tenaga kerja konstruksi konstruksi dalam jumlah besar baik untuk
dari tahun ke tahun secara detail ini dapat kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.
dilihat pada gambar 1 (data yang dijadikan Sejarah PusbinKPK dimulai pada akhir tahun
sampel merupakan data pada pengambilan 1979, dimana dibentuk CDME (Construction
bulan Agustus, kecuali tahun 2014 pada bulan Development for Middle East) atau PPJKTT (Proyek
Februari). Pengembangan Jasa Konstruksi Timur Tengah),
sebuah proyek untuk mengirimkan tenaga kerja
Meningkatnya jumlah tenaga kerja konstruksi kita ke Timur Tengah karena begitu banyaknya
tersebut tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya kontrak kerja yang ditawarkan negara-negara
investasi bidang infrastruktur sebagaimana Timur Tengah, untuk pembangunan gedung-
telah disinggung sebelumnya. Ejohwomu gedung dan jalan/jembatan. Kerjasama dengan
(2007) dalam disertasinya meneliti berdasarkan Timur Tengah dan kawasan ASEAN masih
pengalamannya di Inggris, bahwa ketersediaan terus berlanjut hingga hari ini. Kontraktor-
tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor di kontraktor kita mendapatkan banyak proyek
bawah ini: infrastruktur di Libya, Aljazair, Saudi Arabia, Uni
a. Penurunan jumlah tenaga kerja yang dilatih Emirat Arab, Myanmar, Malaysia, Timor Leste,
b. Perubahan pasar konstruksi dan kebutuhan Brunei Darussalam dan lain-lain. Tenaga kerja
keterampilan konstruksi kita, khususnya tenaga terampil
c. Pengelolaan teknologi baru banyak disenangi di luar negeri karena tidak
d. Pertumbuhan spesialisasi kerja dalam hal mudah mengeluh atau menuntut, pekerja keras,
ini subkontraktor pembelajar yang baik, mampu beradaptasi
e. Siklus alami dari pasar konstruksi dengan iklim, dan di beberapa tempat karena
f. Perkembangan kecenderungan hasil yang faktor kesamaan agama. Kekuatan jumlah
difokuskan pada pendanaan. tenaga terampil konstruksi Indonesia inilah
yang barangkali membuat MEA 2015 belum
Jumlah tenaga kerja konstruksi yang demikian mengakomodasi tenaga terampil konstruksi
banyak ini menjadi modal yang cukup sebagai bagian program Mutual Recognition
membanggakan bagi bangsa ini untuk Arrangements (MRA), baru sebatas pada insinyur
mendukung pembangunan infrastruktur dan Sipil (ACPE) dan Arsitek (AA).
memenuhi permintaan dalam dan luar negeri.
Kita tidak akan kekurangan tenaga kerja Jumlah tenaga kerja konstruksi yang besar
dari sisi kuantitas. Bisa dibayangkan, negara bukan tanpa persoalan. Jika menggunakan
tetangga Malaysia saja banyak menggunakan pendekatan kajian yang dilakukan PusbinKPK,
jasa tenaga kerja Indonesia, khususnya tenaga maka komposisi tenaga kerja konstruksi di
kerja terampil konstruksi. Jumlah tenaga tahun 2013 terdiri dari: tenaga ahli 4%, tenaga
kerja konstruksi Indonesia di Malaysia untuk terampil 20% dan tenaga tidak terampil
kategori general workers mencapai 250 ribu 76%. Tenaga ahli yang bersertifikat hanya
orang (56% dari total keseluruhan tenaga 46.705 orang atau 6.48% dari total tenaga ahli
kerja konstruksi asing di Malaysia). Perjalanan konstruksi, sedangkan tenaga terampil yang
PusbinKPK pun tidak terlepas dari ekspor bersertifikat hanya 78.272 orang atau 3.62%
tenaga kerja konstruksi. Setelah booming dari total tenaga terampil konstruksi (LPJKN-
minyak tahun 1973, negara-negara penghasil BPS, 2013). Artinya, sebagian besar dari tenaga
minyak mendapat sejumlah dana cukup besar ahli dan terampil Indonesia belum bersertifikat.
untuk membangun infrastruktur, antara lain Belum lagi pekerjaan rumah untuk melatih
Indonesia dan negara-negara Timur Tengah, tenaga tidak terampil yang merupakan porsi
sehingga muncul kebutuhan tenaga kerja paling besar dari profil angkatan kerja di sektor

127 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

konstruksi. Sebagaimana amanat UU Nomor Menjadi insinyur atau arsitek (red: tenaga
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi setiap ahli) ada sekolahnya, yaitu fakultas teknik di
tenaga kerja konstruksi yang bekerja di sektor setiap universitas yang jumlahnya menjamur
konstruksi wajib bersertifikat, baik keahlian di seluruh negeri dengan tingkat persaingan
maupun keterampilan, baik sebagai perencana, tinggi. Tetapi dominasi lulusan fakultas teknik
pelaksana maupun pengawas. Filosofi dari justru tidak bekerja di sektor konstruksi,
hadirnya pasal 9 dalam UU No 18 Tahun 1999 melainkan di sektor perdagangan, keuangan
ini adalah untuk meningkatkan daya saing dan jasa. Sedangkan, menjadi tukang, atau
perusahaan dan daya saing SDM konstruksi. menjadi tenaga terampil konstruksi jarang bisa
Daya saing perusahaan dengan adanya tenaga kita temukan atau bahkan tidak ada sekolahnya.
kerja bersertifikat diharapkan akan semakin SMK jurusan teknik bangunan yang jumlahnya
meningkat, BUJK menjadi credible untuk mencapai 595 (433 negeri dan 162 swasta)
3.28%
1.67%
1.12%

21.07%

Keterangan:
n 1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD
n 2. SD atau sederajat
48.60%
n 3. SMP atau sederajat
n 4. SMU atau sederajat
24.27%
n 5. D1 - D3
n 6. D4/S1/S2/S3

Gambar 3. Komposisi tenaga kerja konstruksi Indonesia tahun 2014 menurut pendidikan
(Sumber: BPS, 2014 dengan pengolahan)

mengerjakan proyek infrastruktur karena pun mengalami kemerosotan jumlah peminat


tenaga kerjanya telah terjamin kualitasnya. (Kemendikbud, 2014). Ketiadaan sertifikat dan
rendahnya tingkat pendidikan menjadi titik
Problematika lain selain sertifikasi adalah kritis dari kualitas SDM konstruksi, khususnya
tingkat pendidikan dari tenaga kerja konstruksi tenaga terampil. Ini berpengaruh kepada sikap
kita. Sebagian besar tenaga kerja konstruksi kita kerja (attitude), kedisiplinan dan produktivitas
adalah berpendidikan SD dan SMP, biasanya tenaga kerja. Berbicara produktivitas, 43,29%
hal ini terjadi pada tenaga terampil dan tidak tenaga kerja kita produktivitasnya rendah
terampil. Hal ini bukan tanpa alasan, manakala dengan rata-rata jam kerja 0-44 jam per minggu.
institusi pendidikan kita memiliki ragam Faktor produktivitas ini dipengaruhi oleh
keterbatasan. banyak hal, diantaranya faktor absensi pekerja,
faktor tingkat keterampilan dan pelatihan

128
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

1.09%

6.05% 6.05% 8.68% 44


%
1. 3.18
%
Keterangan:
8.54% 5.30% n 1. Kurang dari 5 jam/minggu
7.62% n 2. 5-9 jam/minggu
n 3. 10-14 jam/minggu
n 4. 15-19 jam/minggu
n 5. 20-24 jam/minggu
15.97% n 6. 25-34 jam/minggu
36.08% n 7. 35-44 jam/minggu
n 8. 45-54 jam/minggu
n 9. 55-59 jam/minggu
n 10. 60-74 jam/minggu
n 11. 75 jam lebih/minggu

Gambar 4. Produktivitas tenaga kerja konstruksi Indonesia tahun 2014 yang diukur dari rata-rata jam
kerja dalam seminggu
(Sumber: BPS, 2014 dengan pengolahan)

tenaga kerja, faktor kerja lembur, faktor imbalan merupakan tenaga tetap. Mereka adalah tenaga
dan kompensasi, faktor penghargaan terhadap lepas atau tenaga yang dikontrak per proyek
pekerja, faktor keselamatan pekerja dan faktor saja, dan mendapatkan upah harian maupun
kontrol dan pengawasan jam kerja (Daniel, borongan. Rata-rata pekerjaan mereka adalah
2009). Produktivitas inilah yang paling signifikan di sektor pertanian, dimana pada sektor inilah
mempengaruhi kinerja proyek konstruksi, perpindahan lapangan pekerjaan tenaga
khususnya dari sisi waktu penyelesaian proyek. kerja konstruksi mendapat rangking paling
tinggi (0,9). Ketika lahan belum produktif atau
Variabel permasalahan rendahnya produktivitas belum memasuki masa panen dan saat proyek
serta minimnya pengetahuan dan kemampuan bangunan/konstruksi dimulai (Juli-Desember),
teknik SDM termasuk dalam kategori faktor SDM. para tenaga kerja yang rata-rata dari masyarakat
Sumber daya manusia merupakan elemen yang pedesaan berpindah ke kota menjadi buruh
sangat penting dalam satu perusahaan. Karena bangunan.
kegagalan mengelola sumber daya manusia
dapat mengakibatkan timbulnya gangguan Problematika lainnya adalah mengenai
dalam pencapaian tujuan dalam organisasi, baik penghargaan (remunerasi) dan perlindungan
dalam kinerja, profit, maupun kelangsungan (asuransi) SDM Konstruksi Indonesia yang
hidup organisasi itu sendiri (Martoyo, 2002). masih sangat rendah dibanding dengan profesi
Sumber daya manusia mungkin merupakan hukum dan keuangan. Penghargaan terhadap
kelemahan utama dari semua kelemahan yang sarjana teknik pemula berkisar antara Rp.
ada, sehingga jika permasalahan-permasalahan 2-3 Juta/Bulan dan jauh dibanding dengan
SDM tersebut tidak diperbaiki, maka hal ini akan penghargaan sarjana ekonomi/keuangan
berdampak negatif terhadap produktivitas, atau perbangkan yang mencapai kisaran Rp.
efisiensi dan daya saing industri konstruksi 5-7 Juta/bulan. Tenaga terampil konstruksi
nasional (Dayatno, 2003). biasanya dihargai atas dasar kerja harian oleh
seorang mandor borong (bos borong) suatu
Pada sisi lain, kita menghadapi kenyataan bangunan. Remunerasi tenaga terampil/tukang
bahwa rata-rata tenaga terampil kita bukan konstruksi di pulau Jawa dapat dilihat pada

129 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Tabel 3. Perpindahan Lapangan Pekerjaan Sektor Konstruksi (%) 2011–2012


2012 Lapangan Pekerjaan
2011
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 37.6 0.5 1.3 0.0 1.2 1.6 0.5 0.1 0.7

2 0.4 1.2 0.1 0.0 0.1 0.1 0.1 0.0 0.0


Lapangan Pekerjaan

3 1.0 0.1 6.7 0.0 0.3 0.7 0.2 0.1 0.4

4 0.0 0.0 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

5 0.9 0.1 0.3 0.0 3.5 0.3 0.2 0.1 0.2

6 1.2 0.1 0.8 0.0 0.3 14.0 0.3 0.2 0.6

7 0.4 0.1 0.1 0.0 0.2 0.4 2.9 0.1 0.2

8 0.1 0.0 0.1 0.0 0.1 0.2 0.1 1.0 0.3

9 0.6 0.0 0.4 0.0 0.2 0.6 0.2 0.2 13.4


(Sumber: BPS, 2013)
Keterangan:
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 6. Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi
2. Pertambangan dan Penggalian 7. Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
3. Industri 8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan
4. Listrik, Gas dan Air Jasa Perusahaan
5. Konstruksi 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan

tabel 4. Mengenai asuransi, sebenarnya telah Tabel 4.


Rata-rata upah Tukang Bangunan
terbit Keptusan Menakertrans Nomor: KEP-196/ Harian di Pulau Jawa tahun 2013 (Sumber: BPS,
MEN/1999 tentang Penyelenggaraan Program 2013)
Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi Tenaga Kerja
Harian Lepas, Borongan dan Perjanjian Kerja STRATEGI DAN KEBIJAKAN KE DEPAN
Waktu Tertentu Pada Sektor Jasa Konstruksi. Mengatasi berbagai problematika di atas,
Namun kebanyakan para pekerja kita tidak pemerintah melalui Pusat Pembinaan Kom­
mengetahui bahwa ada asuransi pekerja pe­tensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pem­
konstruksi yang dikelola melalui BPJS. Bahkan binaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum
beberapa kontraktor tidak mengikutsertakan melakukan berbagai macam program untuk
atau mengasuransikan para pekerjanya ke pembinaan kompetensi tenaga terampil kons­
BPJS. Hal ini penting bagi para pekerja untuk truksi. Dimulai dengan penyusunan bakuan
memahami kontrak kerja terlebih dahulu, kompetensi (SKKNI, KPBK, MUK dan Modul) untuk
dan bagi pemerintah untuk menindak tegas tenaga terampil. Saat ini PusbinKPK memiliki 26
oknum kontraktor yang tidak melindungi para jabatan kerja bidang keterampilan konstruksi,
pekerjanya dengan asuransi, apalagi untuk baik pelaksana lapang­an, mandor, tukang, juru/
pekerjaan yang beresiko tinggi (high risk). teknisi dan operator alat berat yang SKKNI dan

130
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Tabel 2. Tenaga kerja terampil untuk proyek EPC pada fase konstruksi
Range Upah (Rp)
Jenis Pekerjaan Satuan
Terendah Tertinggi
1 2 3 4
1 Mandor orang/hari 44.000 143.221
2 Tukang Gali orang/hari 37.500 143.221
3 Kepala Tukang Batu orang/hari 57.000 126.598
4 Tukang Batu orang/hari 47.000 109.960
5 Kepala Tukang Kayu orang/hari 57.000 126.598
6 Tukang Kayu orang/hari 50.000 109.960
7 Kepala Tukang Besi orang/hari 57.000 126.598
8. Tukang Besi Terampil orang/hari 49.500 109.960
9 Kepala Tukang Cat orang/hari 57.000 126.598
10 Tukang Cat Terampil orang/hari 45.000 109.960
11 Pembantu Tukang/Kenek orang/hari 38.000 93.351
(Sumber: BPS, 2013)

Modulnya siap untuk digunakan. Kemudian yang semula menunggu bola (red: peserta)
sepanjang rentang waktu 2010-2014, PusbinKPK menjadi menjemput bola. Pelatihan tidak harus
melalui dana APBN menyelenggarakan pelatihan bergantung pada model pelatihan konvensional
keteram­pilan sebanyak 1.269 angkatan (untuk yang berbentuk pertemuan regular di kelas
2014 masih on going). dengan instruktur selama beberapa hari.
Pelatihan dikembangkan menjadi pelatihan
Delivery system dari penyelenggaraan jarak jauh (distance learning) untuk tenaga ahli.
pelatihan mulai diperbaiki, dari yang semula Sedangkan untuk tenaga terampil digunakan
konvensional menjadi lebih inovatif dan dari pelatihan konstruksi keliling dengan memakai

Tabel 5. Target, Pencapaian dan Backlog Renstra dan RPJMN Pusbin KPK Tahun 2010-2014
Renstra Capaian Total Capaian
No. kegiatan/output utama Satuan 2010-
2014 % %
(revisi 2010 2011 2012 2013 Rencana 2010-
2014 2014 terhadap terhadap
RPJMN Renstra
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
pembinaan kompetensi dan pelatihan konstruksi
1 Jumlah penyelenggaraan pelatihan keahlian angkatan 215 7 30 16 34 145 232 22.94 107.91
konstruksi
2 Jumlah Kegiatan pelatihan keterampilan tukang angkatan 650 61 130 152 306 620 1269 27.22 195.23
teknisi peralatan dan perbengkelan jasa konstruksi
3 Jumlah Penyelenggaraan pelatihan untuk calon 62 4 8 8 54 10 84
pelatih (TOT) dan asesor tenaga ahli konstruksi
orang/ 40 135.48
4 Jumlah Penyelenggaraan pelatihan untuk calon angkatan 0 0 0 0 0 0 0
pelatih (TOT) dan asesor teknisi dan keterampilan
konstruksi
5 Jumlah Kerjasama pelatihan/sertifikasi angkatan 150 0 37 10 77 68 192 0 128.00
keterampilan konstruksi dengan SMK dan institusi
6 Jumlah Kerjasama pelatihan/sertifikasi angkatan 55 0 22 0 18 27 67 0 121.82
keterampilan konstruksi dengan institusi diklat
swasta/masyarakat jasa konstruksi

(Sumber: Pusbin KPK, 2014)


Keterangan:
• Konversi angkatan ke orang dengan formula rata-rata 1 angkatan = 25 orang

131 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

MTU (Mobile Training Unit). MTU menjangkau membina tenaga kerja konstruksi akan terus
tenaga kerja terampil konstruksi di kantong- stagnan jika hanya bertumpu pada peran
kantong tenaga kerja maupun di lokasi proyek. dan kiprah PusbinKPK saja. PusbinKPK adalah
Hal ini untuk menjembatani kesulitan peserta salah satu bagian kecil dari unsur pemerintah
mengikuti pelatihan dikarenakan jadwal proyek yang itupun masih jauh dari harapan ideal.
yang cukup padat dan akses lokasi pelatihan Setidaknya, penulis menilai ada tiga hal penting
yang kadang jauh dari tempat domisili maupun untuk bisa menjadi tumpuan perumusan
tempat proyek. Tujuh unit MTU telah dibuat strategi dan kebijakan masa depan bagi tenaga
pada tahun anggaran 2013 dan telah diserahkan terampil konstruksi, yaitu perlunya terobosan
kepada 7 (tujuh) pemerintah propinsi, yaitu kebijakan, perlunya konsolidasi para pemangku
Jambi, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Kalimantan kepentingan dan perlunya law enforcement dari
Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua. Tahun pemerintah. Ketiga hal ini sering kali luput dari
anggaran 2014, pengadaan MTU ditingkatkan perhatian kita, padahal ini menjadi prasyarat
menjadi 14 unit dan direncanakan progam keberhasilan pembangunan tenaga kerja
pelatihan MTU sebanyak 263 angkatan. konstruksi kita.
Targetnya seluruh propinsi bisa memiliki MTU
dan secara mandiri dapat mengoperasikan • Terobosan kebijakan
MTU untuk kepentingan tenaga terampil di Pertama, PusbinKPK harus mentransformasi
daerahnya masing-masing. diri menjadi organisasi modern dan profesional
dengan bertumpu pada core business membina
Berbagai upaya yang dilakukan di atas, SDM konstruksi. Tugas PusbinKPK sebagai
nampaknya belum sepenuhnya mampu pembina sebenarnya telah dijalankan sejak
memecahkan problematika tenaga kerja terampil tahun 2005 sering dengan perkembangan
Indonesia. Persoalan tenaga terampil konstruksi sejarah yang dilalui sebelumnya. Tinggal
ini rupanya tidak bisa dipandang dari satu sudut sekarang adalah penguatan posisi PusbinKPK
pandang saja, yaitu pemerintah, namun perlu sebagai center knowledge tenaga kerja
digali sudut pandang pemangku kepentingan konstruksi dan penguatan perannya dalam
lainnya terlebih masyarakat. Pekerjaan rumah pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan.

CDME
BSP Pusbinlat Puslatjakons Pusbin KPK
Perbinikon

Pusbinal
Pengaturan
- Penerbitan regulasi
- Penerbitan SKKNI
- Penerbitan Modul
Pembina &
Pelaksana Pelaksana Pemberdayaan
Pelaksana
Teknis Teknis Pembina
Teknis - Pelatihan percontohan
Pelatihan Pelatihan Pelatihan - Pembentukan dan
pembinaan lembaga
diklat derah
- Penyetaraan
kompetensi

Pengawasan
- Monev
1979 - 1985 1985 - 1995 1995 - 2005 2005 - saat ini - Pengendalian
pelaksanaan pelatihan

Gambar 5. Pergeseran peran institusi Pusbin KPK, ditinjau dari aspek historis 1979-2014

132
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

Balai pelatihan konstruksi yang dimiliki penyusunan kontrak kerja yang jelas dan terukur
PusbinKPK adalah etalase, yang memajang serta capacity building secara berkelanjutan
produk pelatihan percontohan sehingga dapat bagi aparat internal dapat digulirkan untuk
diduplikasi oleh para pemangku kepentingan. memenuhi kebutuhan ini. Harapannya
Saat ini PusbinKPK memiliki 7 (tujuh) balai, dengan perbaikan manajemen operasional ini
yaitu Balai Peningkatan Keahlian Konstruksi berimplikasi pada kualitas penyelenggaraan
di Jakarta, Balai Pelatihan Konstruksi di Aceh, pelatihan yang semakin meningkat. Instruktur,
Jakarta, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, dan modul, SKKNI, sarana dan prasarana pelatihan
Jayapura. Tiga diantara balai-balai tersebut harus dipastikan dalam kondisi ultimate untuk
(Aceh, Jakarta, dan Jayapura) memiliki gedung memberikan pelayanan secara prima kepada
workshop dengan peralatan pelatihan yang masyarakat.

Pusat 2013
kEBIJAKAN

Manajemen Perencanaan

Balai/Satker

LPJK
Pelaksana Pelatihan (panitia) Ass.
Obs D. Uji Peserta CD Inst Prof Pusat

Kebijakan
2015
Pusat
Balai/Satker
kEBIJAKAN 2014
Manajemen Perencanaan
Manajemen Perencanaan
Propinsi
Balai/Satker
Koordinasi
Observer/ Perencana CD/
Koordinasi Monitor Instruktur
Observer/ Perencana CD/ Pelaksana
Monitor Pelaksana Instruktur

Indiklat
Propinsi
LPJK Ass.
LPJK Ass. Prof
Pelaksana Pelatih
Pelaksana Pelatih Prof
D. Uji Peserta
D. Uji Peserta

KSO Full APBN Swadana


KSO Full APBN Swadana

Gambar 6. Perubahan paradigma pelaksanaan pelatihan konstruksi (sumber: hasil Kajian Penyusunan
Kebijakan dan Strategi Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Pusbin KPK, 2013)

cukup memadai. Balai harus menjadi lesson Pembinaan instruktur secara terus menerus
learn center, yang menuntut tidak hanya melalui optimalisasi peran IALKI (Ikatan Instruktur
memainkan fungsi sebagai unit pelaksana dan Asesor Pelatihan Konstruksi Indonesia)
teknis saja, tetapi juga memainkan peran sangat diperlukan. Kerjasama dengan BUMN-
manajemen dan perencanaan. Tentu, kondisi BUMN karya untuk mendatangkan instruktur
ini akan menuntut dukungan finansial dan berpengalaman, regenerasi instruktur dengan
dukungan SDM (Aparatur Sipil Negara) yang TOT, penyegaran (up grading) instruktur dengan
kompeten. Perbaikan sistem perekrutan, pelatihan-pelatihan dan pendataan instruktur.

133 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

SKKNI dan modul juga perlu dievaluasi, mana yang secara mandiri melalui paguyuban, dimana
masih layak dan mana yang perlu dilakukan revisi. mereka dapat berkumpul, menuangkan ide
Penentuan revisi dan pembuatan SKKNI baru dan aspirasinya serta menjadi tempat untuk
harus berdasarkan kebutuhan pelaku industri meningkatkan kesejahteraan bersama. Bentuk
konstruksi. Kemasan SKKNI dan modul sudah paguyuban bisa dikombinasi dengan koperasi,
sepatutnya lebih menarik dan mempermudah dimana mereka dapat melakukan simpan
peserta untuk memahaminya, disamping secara pinjam dan menjadi tempat rujukan bagi para
substansi perlu dipertajam lagi muatan teknisnya. vendor, sub-kontraktor, kontraktor maupun
masyarakat untuk merekrut tenaga kerja
Penentuan jabatan kerja yang akan dilatih juga yang dibutuhkan. Pendekatan bottom up ini
harus diperhatikan, jabatan kerja yang dilatih diharapkan dapat menjadi solusi ditengah
adalah jabatan-jabatan kerja kunci dalam sulitnya pembinaan SDM konstruksi menjadi
proyek pekerjaan konstruksi seperti Pengawas, prioritas pembangunan di daerah. Pemerintah
Pelaksana, dan Mandor. Khusus untuk mandor, dapat membantu pendanaan untuk training
selain diberikan pelatihan keterampilan juga for trainers ataupun management of training
diberikan pelatihan training of trainer sehingga kepada paguyuban tersebut, khususnya
diharapkan mandor akan memberikan multiplier pada jenis keterampilan yang khusus/langka
effect terhadap tukang-tukang yang berada di dan berisiko tinggi, sehingga tercipta efek
bawahnya. multiplikasi.

Kedua, pembentukan paguyuban pekerja Ketiga, penciptaan sistem informasi tenaga kerja
konstruksi khusus tenaga terampil di daerah. konstruksi yang terintegrasi. Terintegrasi yang
Sebagaimana kita tahu, bahwa asosiasi profesi dimaksud disini adalah sebuah sistem yang tidak
untuk tenaga ahli menjamur di Indonesia ini, hanya menampilkan database profil tenaga
tercatat tidak kurang dari 45 organisasi. Namun, kerja konstruksi terkait, tetapi juga terintegrasi
untuk asosiasi tenaga terampil, sangat jarang dengan database pelatihan, database sertifikasi
kita temukan. Tenaga terampil yang merupakan dan database jaringan bursa kerja. Tentu sistem
komposisi terbesar tenaga kerja konstruksi ini dikelola lintas sektoral, seperti Kementerian PU,
seolah terabaikan kepentingan dan aspirasinya Kementerian Nakertrans, LPJKN, BNSP, BNP2TKI,
karena mereka tidak memiliki wadah untuk BPS dan para pemangku kepentingan lainnya.
komunitasnya. Tim Pembina Jasa Konstruksi Sehingga sistem informasi terintegrasi nasional ini
Daerah (TPJKD) telah dibentuk oleh pemerintah menghapuskan sistem informasi yang dibangun
di seluruh propinsi. Namun banyak TPJKD masing-masing lembaga yang sifatnya parsial
yang belum berjalan optimal menjalankan dan tidak memiliki dampak signifikan bagi arus
tugas tanggung jawab dan fungsinya dengan informasi pekerja konstruksi.
beragam kendala. Tentu ini menjadi pemikiran
kita bersama, bagaimana agar fungsi-fungsi Keempat, perlu ada upaya masif, sistematis
pembinaan SDM konstruksi mampu terus dan terstruktur (MST) dari para pemangku
berjalan tanpa harus ada ketergantungan kepentingan untuk peningkatan pengakuan
dengan keaktifan lembaga berwenang semisal (sertifikasi), penghargaan (remunerasi) dan
TPJKD tadi. Pembinaan tenaga terampil di daerah perlindungan (asuransi) bagi tenaga kerja
tidak bisa menunggu legalisasi kelembagaan konstruksi, khususnya tenaga kerja terampil.
dan serangkaian formalitas dan aktivitas Tenaga kerja terampil secara ekonomi memiliki
prosedural dari lembaga-lembaga struktural keterbatasan finansial, sehingga kebutuhan
pemerintah. Masyarakat atau tenaga kerja mereka untuk peningkatan kompetesi,
konstruksi level terampil harus diberdayakan peningkatan pendapatan dan perlindungan

134
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

kerjanya perlu didukung peran pemerintah Nakertrans, Kemendikbud, BNSP, BNP2TKI,


dan para pemangku kepentingan. Beberapa hal BPJS, BUMN Karya, Asosiasi Perusahaan,
yang dapat dilakukan terkait dengan sertifikasi Asosiasi Profesi, Pemda Propinsi/
adalah kaji ulang terkait dengan sasaran Kabupaten/Kota, BPS, dan lain-lain.
sertifikasi, penyederhanaan proses sertifikasi,
penetapan biaya sertifikasi yang terjangkau Sebenarnya pada tahun 2009 telah
(khusus tenaga terampil didukung melalui ditandatangani Pakta Komitmen Pembina
APBN/APBD), penyederhanaan sistem klasifikasi Konstruksi Nasional dan LPJK, tentang
dan kualifikasi serta harmonisasi secara lintas Agenda Konstruksi Indonesia 2010-2030,
sektoral, serta pengawasan proses sertifikasi. oleh Kementerian PU dan berbagai instansi
Terkait dengan remunerasi dapat dilakukan terkait seperti Bappenas, Kemendikbud,
hal-hal sebagai berikut: prioritas APBN/APBD Kementerian ESDM, Kementerian Dalam
untuk pembinaan tenaga kerja konstruksi dan Negeri, LPJKN, Kementerian BUMN,
peningkatan remunerasi secara bertahap seiring Kementerian Perdagangan, Kementerian
dengan peningkatan kompetensi tenaga kerja. Perhubungan, Kementerian Perindustrian
Diperlukan kajian mengenai ketersediaan dan dan Kementerian Nakertrans. Salah satu
kebutuhan terhadap berbagai jenis keahlian implementasi dari pakta komitmen
dan keterampilan konstruksi secara berkala tersebut adalah dengan dicanangkannya
dan lintas daerah. Kajian-kajian yang demikian Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi
dapat menjadi dasar dalam penetapan acuan 2010-2014, yang bertujuan untuk memacu
remunerasi yang layak yang dapat dijadikan upaya percepatan peningkatan kualitas
dasar dalam penganggaran proyek serta SDM Konstruksi Indonesia. Namun dalam
menunjang pengembangan kompetensi SDM perjalanannya pelaksanaan GNPK kurang
konstruksi oleh perusahaan. Terkait dengan optimal, dimana konsolidasi yang ada masih
asuransi atau perlindungan, kerjasama dengan sangat lemah, masing-masing lembaga
BPJS secara masif perlu dilakukan. Setiap berjalan sendiri-sendiri dan terfragmentasi.
kontrak kerja diwajibkan menyertakan asuransi Akibatnya tumpang tindih kebijakan dan
tenaga kerja konstruksi. Masyarakat dan pekerja kegiatan sering terjadi di lapangan. Untuk
perlu diberikan pemahaman akan pentingnya konsolidasi lintas sektoral ini masif, maka
asuransi ini dan perlu dibangun kesadaran dibutuhkan payung hukum yang kuat,
untuk memanfaatkan hak-hak nya melalui dipimpin dengan leadership yang kuat baik
asuransi. secara posisi maupun pengaruhnya, agenda
dan program yang jelas serta koordinasi
• Konsolidasi para pemangku lintas sektoral yang berkelanjutan.
kepentingan
Konsolidasi para pemangku kepentingan • Law Enforcement
menjadi kunci utama dalam mendorong Perlu law enforcement dari pemerintah
berbagai kebijakan tersebut di atas. terhadap pembinaan SDM konstruksi.
Pengembangan dan pembinaan tenaga Perlu adanya insentif dan disinsentif
terampil tidak bisa diselesaikan oleh bagi perusahaan dan para pekerjanya.
Kementerian PU saja, tetapi membutuhkan Penghargaan bagi perusahaan yang
sinergi dan peran seluruh pemangku menggunakan tenaga kerja bersertifikat dan
kepentingan. Setidaknya ada beberapa melakukan peningkatan kapasitas tenaga
kementerian/lembaga yang terkait kerjanya melalui program pelatihan. Sanksi
dengan tenaga terampil konstruksi, yaitu: keras dapat berupa denda, penambahan
Kementerian PU, LPJKN, Kementerian pajak bahkan pembatalan kontrak bagi

135 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
TEROBOSAN KEBIJAKAN DAN KONSOLIDASI PARA PEMANGKU KEPENTINGAN
UNTUK MASA DEPAN TENAGA TERAMPIL KONSTRUKSI INDONESIA

perusahaan yang tidak menggunakan Peraturan disini merupakan turunan


tenaga kerja bersertifikat dan tidak mau dari pelaksanaan UU No 18 tahun 1999
melakukan peningkatan kapasitas tenaga tentang Jasa Konstruksi. Sedangkan
kerjanya. Kadang orang enggan bersertifikat lembaga pengawasan yang independen
kompetensi, karena merasa dengan dibentuk untuk memberikan penilaian
atau tanpa sertifikat kompetensi tidak dan pengawasan terhadap pelaksanaan
berpengaruh apapun terhadap kinerjanya. aturan secara teknis. Lembaga pengawasan
Sertifikat kompetensi dikeluarkan benar- ini terkoordinasi dengan pemangku
benar kepada mereka yang kompeten kepentingan yang terkait.
sebagai bukti pengakuan. Law enforcement
juga perlu diterapkan dalam pelaksanaan PENUTUP
pengadaan barang dan jasa. Praktek yang Semua usulan perbaikan di atas, tidak akan
selama ini terjadi, justru proses pengadaan ada artinya jika para pemangku kepentingan
barang dan jasa merupakan pintu pertama tidak berkoordinasi dan berkolaborasi dalam
terjadinya penyimpangan penggunaan sebuah aksi nyata yang terintegrasi dan masif
tenaga kerja konstruksi tidak bersertifikat. secara nasional. LPJK, Kementerian PU, asosiasi
Penilaian pengadaan barang dan jasa yang profesi, asosiasi perusahaan, Pemerintah Daerah,
mengandalkan dokumen portofolio menjadi Kementerian/Lembaga terkait lainnya harus
peluang oknum yang tidak bertanggung duduk bersama, melakukan harmonisasi dan
jawab untuk membuat sertifikat yang tidak membagi tugas sesuai fungsi dan peran masing-
sesuai prosedur dan daftar pengalaman masing. Semoga gagasan perbaikan ini dapat
palsu. Untuk menegakkan law enforcement menjadi kunci peningkatan harkat dan martabat
ini setidaknya dibutuhkan 2 perangkat, tenaga kerja terampil konstruksi Indonesia.
yaitu peraturan dan lembaga pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Daniel. (2009). Tesis: Faktor-Faktor Produktivitas Tenaga Kerja Outsourching Tenaga Kontrak yang
Mempengaruhi Kinerja Waktu Proyek Konstruksi. Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Dayatno, I. (2003) Kesiapan Industri Konstruksi Nasional Sumber Daya Manusia. Jakarta: Proceeding
Seminar Nasional Peran Jasa Industri Konstruksi Era Otonomi Daerah dan AFTA/AFAS.
Ejohwomu, Obuks Augustine. (2007). Disertasi: Modelling The Supply and Demand for Construction and
building Services Skills in The Black Country. University of Wolverhampton for The Degree of Doctor
of Philosophy.
Griffin R. (2006). Business. New Jersey: Pearson Education.
Martoyo. (2002) Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Kesai, Panani; Merati, GW; Wirahadikusumah, RD; Orixahadi, D; Oerip, I; Suhendro, B.; Soekirno, P. (2013).
Laporan Kelompok Kerja 4, Peningkatan Kompetensi SDM Konstruksi. Jakarta: BP Konstruksi-
Kementerian PU.
Pusbin KPK. (2010). Gerakan Nasional Pelatihan Konstruksi (GNPK) 2010-2014. Jakarta: BP Konstruksi-
Kementerian PU.
Pusbin KPK. (2013). Kajian Penyusunan Kebijakan dan Strategi Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi. Jakarta: BP Konstruksi-Kementerian PU.
Sani, YA. (2012). Tesis: Kebutuhan dan Ketersediaan Tenaga Kerja Terampil pada Studi Kasus Konstruksi
Proyek X di Kabuoaten Morowali, Sulawesi Tengah. Depok: Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

136
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Pengaturan Profesi
Keinsinyuran Indonesia
Istanto Oerip-PII
Chairman of Membership Committee, Persatuan Insinyur Indonesia

[Professional engineers have the challenges and opportunities


to be leader in creating a better life in the future]
1. KONSEPSI PENGATURAN KEINSINYURAN INDONESIA
Tanggal 22 Maret 2014 yang lalu, Undang-Undang Keinsinyuran telah disahkan
setelah lebih dari 15 tahun diperjuangkan. Undang-Undang No.11 tahun 2014
tentang Keinsinyuran terdiri dari 56 pasal yang terangkum dalam 15 bab.

Dengan UU ini memang para insinyur akan memperoleh perlindungan,


sepanjang melakukan kegiatannya berdasar kode etik dan standar
keinsinyuran. Namun yang utama adalah agar insinyur memberi untuk
keselamatan masyarakat dan lingkungan, untuk kemajuan peradaban
bangsa dengan terus belajar mengembangkan keilmuannya. Dan
mengupayakan inovasi dan nilai tambah dalam kegiatan Keinsinyuran
secara berkesinambungan.

Perumusan UU Keinsinyuran dilatarbelakangi oleh enam hal. Pertama,terjadinya


berbagai masalah kecelakaan dan penurunan kualitas lingkungan akibat
pembangunan yang tidak mengindahkan standar atau malpraktik.

LANDASAN
Keinsinyuran Indonesia kompetisi global berbasis iptek
Perkembangan n Kompetisi makin berbasis pengembangan
n Insinyur gelar akademis sejak 1920-an (a.l. Ir. iptek, peningkatan standar dan SDM
Sukarno) berkualitas
n Tahun 70-an gelar insinyur (siap kerja) n Daya saing berbasis peningkatan
penciptaan nilai tambah, inovasi dan
menjadi ST (siap magang) efisiensi
n Tahun 2013 insinyur elar akademis diperoleh n Menghadapi perpindahan SDM berkualitas
melalui program profesi insinyur (UU DIKTI) n Tanpa nilai tambah, Indonesia menjadi
n Disiplin ilmu teknik tumbuh berkembang pasar saja dan neraca kerja nilai tambah
akan di ambil negara lain
sesuai kebutuhan
n Bidang kerja luas dan tersebar
n Kesetaraan internasional professional
Engineer (FE) diakui melalui MRA on uu rpjpn 2005-2025: indonesia yang Mandiri,
Engineering Services Maju, Adil dan Makmur
n Mandiri mampu mewujudkan kehidupan sejajr
bangsa maju lain dengan kemampuan sendiri
Situasi n Kunci: Kemampuan berdaya saing global, dan
n Peringkat pengembangan riset dan teknologi ketersediaan SDM berkualitas yang mampu
rendah
n Jumlah insinyur profesional rendah, tenaga
memenuhi kebutuhan pembangunan
iptek
asing akan memenuhinya
n Kesenjangan SDM teknik uuD 45
n Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan
n Penghargaan insinyur lebih rendah dibanding
dan teknologi untuk kemajuan peradaban dan
insinyur asing, banyak yang kerja ke LN kesejahteraan - Ps 31
n Sulit bersaing tanpa Professional Indemnity n Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
Pembangunan
Insurance dalamnya di kuasai Negara dan dipergunakan untuk Nasional
sebesar besarnya kemakmuran rakyat - Ps 33 (makin
n Penanganan MRA tidak maksimal
besar dengan nilai tambah)

Gambar 1. Landasan

137 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Kedua, kekhawatiran bahwa pertumbuh­ sungguh-sungguh menguasai teknologi­nya.


an Indonesia tidak cukup untuk lepas Yang terjadi adalah investasi berproduksi,
dari jebakan pendapatan menengah dioperasikan dan terpelihara untuk
(middle income trap) yang syaratnya menghasilkan keuntungan. Pada posisi
adalah kemampuan inovasi teknologi. ini insinyur lebih sebagai operator dan
Pertumbuhan yang selama ini ditunjang bukan perancang. Untuk maju dan man­diri
ekspor bahan mentah kini mulai dirubah diperlukan insinyur pengembang teknologi.
dengan pembangunan industri pengolahan Tentu nilai tambahnya lebih besar bila tidak
agar tercipta nilai tambah di dalam negeri. berbasis pembelian lisensi. Situasinya belum
adanya keberpihakan pada kemampuan
Ketiga, dengan proses nilai tambah ini akan rancangan insinyur Indonesia.
makin banyak diperlukan insinyur mengatasi
kekurangan dibanding negara yang sedang Keenam, berkaitan dengan situasi pen­didikan
tumbuh lainnya. di negara kita. Jumlah insinyur kurang dari 1%
jumlah angkatan kerja, sedangkan 72% hanya
Keempat, pengembangan inovasi dan berpendidikan dasar (SD dan SMP). Dengan
penciptaan nilai tambah umumnya kesen­jang­an ini seyogyanya insinyur dapat
bertumpu pada berjalannya mekanisme ber­peran dalam bentuk bakti masyarakat me­
kerjasama perguruan tinggi, industri dan lakukan transfer keilmuan yang dimilikinya.
pemerintah (triple helix) yang di Indonesia
dirasa belum maksimal. 2. PERATURAN PERUNDANGAN TENTANG
KEINSINYURAN INDONESIA
Kelima, sebagai dampak bahwa mayo­ Dengan latar belakang dan penekanan
ritas industri kita berbasis pembelian keselamatan masyarakat, jaminan mutu,
lisensi maka kita sesungguhnya kita tidak dan kompetensi, profesionalitas layanan

Sumber: Economist Pocket World in Figure 2014, WEF-GCR 2013


Gambar 2. Lepas dari Middle Income Trap

138
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

profesi Insinyur menjadi sangat utama, dan pengelolaan sumber daya alam; (e)
dan hulunya adalah standar profesi pertanian dan hasil pertanian; (f ) teknologi
keinsinyuran yang terdiri atas: (1) standar kelautan dan perkapalan; dan (g) aeronotika
layanan Insinyur; (2) standar kompetensi dan astronotika. Dalam rumpun disiplin
Insinyur; dan (3)standar Program Profesi teknis industri tercakup misalnya disiplin
Insinyur. teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia,
teknik fisika dan teknik industri. Disiplin
Bila standar ketiga menjadi rujukan teknis dapat berkembang, bertambah atau
awal berprofesi insinyur, maka standar berkurang sesuai dengan perkembangan
kompetensi (kedua) merupakan rumusan teknologi.
sikap kerja, pengetahuan, dan keterampilan
kerja yang relevan dengan kegiatan Sedangkan bidang kerjanya adalah: (a)
keinsinyuran, dan standar layanan (kesatu) pendidikan dan pelatihan teknik/teknologi; (b)
adalah tolok ukur efisiensi, efektivitas, penelitian, pengembangan, pengkajian, dan
dan syarat mutu yang digunakan sebagai komersialisasi; (c) konsultansi, rancang bangun,
pedoman dalam kegiatan keinsinyuran. dan konstruksi; (d) teknik dan manajemen
industri, manufaktur, pengolahan, dan proses
UU menyatakan bahwa yang termasuk produk; (e) ekplorasi dan eksploitasi sumber
dalam keinsinyuran meliputi mereka yang: daya mineral; (f) penggalian, penanaman,
(1) telah mengikuti pendidikan tinggi di peningkatan, dan pemuliaan sumber daya
antara 7 rumpun disiplin teknis, dan (2) alami; dan (g) pembangunan, pembentukan,
karirnya dijalani di antara 7 bidang kerja. pengoperasian, dan pemeliharaan aset.
Yang terakhir dimaksudkan mereka yang
Disiplin teknisnya meliputi: (a) kebumian mengabdikan karirnya di pemerintahan atau
dan energi; (b) rekayasa sipil dan lingkungan parlemen.
terbangun; (c) industri; (d) konservasi

Gambar 3. Insinyur dalam UU Keinsinyuran

139 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

3. SURAT TANDA REGISTRASI INSINYUR Seorang ST baru tidak harus langsung


Ini dimulai saat pendidikan tinggi mengikuti PPI. Untuk menjadi insinyur
teknik 4 tahun diselesaikan dan berhak dapat melalui cara dan jalur lain. UU ini
menyandang gelar akademik sarjana teknik menyediakan: (1) jalur ST berpengalaman
(ST). Untuk menekuni profesi insinyur kerja, (2) jalur penyetaraan dan (3) jalur
seorang ST dapat langsung mengikuti pengakuan pembelajaran lampau.
Program Profesi Insinyur (PPI). Program ini
dirancang bersama oleh perguruan tinggi, Seorang ST dapat saja memilih bekerja
kementerian yang terkait, PII dan kalangan memupuk pengalamannya sendiri dan
industri. Perguruan tinggi atas persetujuan setelah merasa cukup dapat mengikuti uji
kementerian dapat menyelenggarakan profesi untuk lulus menjadi insinyur. Mereka
PPI dengan materi berdasar kebutuhan yang lulus pendidikan teknik non ST, misalnya
kementerian sesuai tren pekerjaan sarjana sains dan sarjana pendidikan teknik,
keinsinyuran dan fasilitas magang di yang memiliki pengalaman tahunan bekerja
industri yang dinaunginya. Dengan di keteknikan dapat juga mengikuti program
mengikuti program ini akan diperoleh profesi menjadi insinyur melalui jalur
kesempatan magang sesuai kebutuhan program penyetaraan. Selain itu mereka
nyata di lapangan. Lulus dari program ini yang telah memiliki rekam jejak pengalaman
akan menjadi siap kerja dan berprofesi serta bertahun-tahun bekerja di keteknikan,
memperoleh gelar profesi Insinyur. Di lain berbekal pendidikan teknik non formal,
pihak, perguruan tinggi dan industri akan dapat diakui sebagai insinyur melalui jalur
mendapat manfaat dari proses kerjasama rekognisi pembelajaran lampau. Sementara
ini sebagai embrio kegiatan triple helix. itu setiap orang yang telah mendapatkan

Gambar 4. Mendorong Kerjasama Triple Helix

140
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

gelar Insinyur sebelum Undang-Undang insinyur. Setiap Insinyur, ST, sarjana teknik
ini berlaku tetap berhak menggunakan terapan yang telah memiliki Sertifikat
gelarnya. Insinyur Profesional (SIP) berhak memiliki
STRI dan harus menyesuaikan dengan UU
PII diberi tugas mencatat tumbuhnya ini paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung
sumber daya insinyur baik jumlah, asal sejak UU ini diundangkan.
pendidikan dan disiplin tekniknya. Data
ini sangat penting guna mengetahui Mengingat tuntutan tanggung jawabnya
perkembangan keinsinyuran dan sebagai dan teknologi yang selalu berkembang,
bahan evaluasi pendidikan tinggi teknik. setiap pemilik STRI diwajibkan
melakukan pemutakhiran keilmuan dan
Setelah menjadi insinyur, bekerja dapat pengabdiannya, dengan melaksanakan
memupuk kompetensi dari tugas-tugas Pengembangan Keprofesian Berkelan­
yang dilakukannya, yang dicatat dalam jut­
an (PKB). PKB merupakan syarat
buku rekam jejak (log-book). Namun untuk untuk perpanjangan STRI. Pemilik STRI
menangani pekerjaan dengan tanggung harus menunjukkan bahwa mereka
jawab penuh atas resiko keselamatan dan selalu: (1) memelihara kompetensi dan
keamanan masyarakat serta keberlanjutan profesionalitasnya dengan belajar terus
lingkungan, mereka harus memiliki Surat menerus, serta (2) mengembangkan
Tanda Registrasi Insinyur (STRI). STRI tanggung jawab sosialnya pada lingkungan
diterbitkan oleh PII, berlaku selama 5 profesi dan masyarakat di sekitarnya,
tahun, dan untuk memperolehnya mereka antara lain melaksanakan secara berkala
harus memiliki Sertifikat Kompetensi transfer keinsinyuran dengan darma bakti
Insinyur melalui proses uji kompetensi yang masyarakat yang bersifat sukarela.
dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi

Gambar 5. Peta Jalan Membangun Profesionalisme

141 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Standar PKB dibuat oleh Dewan Insinyur 5. Kelembagaan


Indonesia sesuai dengan perkembangan Sejatinya lembaga Dewan Insinyur
kemajuan ilmu pengetahuan. Sedangkan Indonesia (DII) yang bertanggungjawab
PII ditugasi untuk melakukan pemantauan kepada presiden, merumuskan kebijakan
dan penilaian atas pelaksanaannya. penyelenggaraan dan pengawasan
pelaksanaan Praktik Keinsinyuran.
4. INSINYUR ASING Wujudnya tertuang dalam tugas mulai
Dalam liberalisasi perdagangan global, dari: (1) kebijakan sistem registrasi Insinyur;
dengan salah satu moda perdagangannya (2) mengusulkan standar Program Profesi
(mode of supply) pergerakan SDM Insinyur; (3) standar PKB; (4) pengawasan
(Movement of natural person) dan pelaksanaan Praktik Keinsinyuran oleh PII;
pemberlakuan Asean Economic Community (5) kebijakan sistem Uji Kompetensi; (6)
(AEC) tahun 2015, yang membebaskan standar kompetensi Insinyur; (7) melakukan
lintas batas jasa keinsinyuran, kehadiran perjanjian kerja sama Keinsinyuran
insinyur asing merupakan keniscayaan. UU internasional; dan (8) mengesahkan
ini tidak menghalangi masuknya insinyur perjanjian kerja sama Keinsinyuran
asing sepanjang memenuhi 2 hal yaitu: (1) internasional yang dilakukan PII.
memang diperlukan untuk pembangunan
nasional, misalnya karena kekurangan Dalam menjalankan tugasnya tersebut DII
atau keahliannya belum dimiliki, sesuai mempunyai wewenang: (1) mengesahkan
ketetapan pemerintah melalui kementerian sistem registrasi Insinyur; (2) mengesahkan
terkait, dan (2) insinyur asing tersebut harus sistem Uji Kompetensi; (3) melakukan
ter-registrasi sebagai insinyur profesional pencatatan terhadap Insinyur yang dikenai
di negara asalnya dan telah mempunyai sanksi karena melanggar ketentuan kode
perjanjian saling pengakuan (Mutual etik Insinyur; dan (4) membuat peraturan
Recognition Agreement) berupa bilateral, pelaksanaan mengenai fungsi, tugas, dan
plurilateral, ataupun multilateral. kewenangan Dewan Insinyur Indonesia.

Selanjutnya untuk bekerja di Indonesia Anggota DII terdiri dari dari unsur:
insinyur asing tetap harus mendapatkan Pemerintah; industri; perguruan tinggi;
surat izin kerja tenaga kerja asing sesuai PII; dan Pemanfaat Keinsinyuran dengan
ketentuan yang ada, kecuali mereka jumlah minimum 5 orang yang ditetapkan
yang menangani bencana, melalui oleh Presiden atas usul Menteri dengan
pemberitahuan. Izin kerja dapat diterbitkan masa tugas 5 tahun dan dapat diangkat
bila telah memiliki Surat Tanda Registrasi sekali lagi.
Insinyur (STRI) dari PII berdasarkan: (1) surat
tanda registrasi atau sertifikat kompetensi Bila DII adalah perumus kebijakan,
Insinyur dari negaranya atau (2) melakukan untuk pelaksanaannya menjadi tugas
langkah uji kompetensi sehingga PII, organisasi insinyur yang didirikan
memperoleh Surat Kompetensi Insinyur. pada tahun 1952. PII adalah organisasi
wadah berhimpunnya Insinyur Indonesia
Sebagai konsekuensi bekerja di Indonesia, dengan tugas melaksanakan: (1)
insinyur asing wajib melakukan alih pelayanan keinsinyuran sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang standar; (2) Program Profesi Insinyur
pengawasannya dilaksanakan oleh Dewan bersama dengan perguruan tinggi; (3)
Insinyur. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan;

142
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Gambar 6. Kelembagaan: Dewan Insinyur

(4) pengendalian dan pengawasan Dalam melaksanakan tugasnya, PII


kewajiban insinyur; (5) registrasi Insinyur; mempunyai wewenang: (1) menyatakan
(6) penetapan, penerapan, dan penegakan pemenuhan syarat registrasi Insinyur
kode etik Insinyur; (7) menjalin perjanjian sesuai kualifikasinya; (2) menerbitkan dan
kerja sama Keinsinyuran internasional; dan mencabut STRI; (3) menyatakan pemenuhan
(8) advokasi bagi insinyur. syarat PKB; (4) menyatakan pelanggaran
kode etik Insinyur berdasarkan investigasi;
Dalam tugas menegakan kode etik Insinyur, (5) menjatuhkan sanksi terhadap Insinyur
PII membentuk majelis kehormatan etik yang tidak memenuhi standar Keinsinyuran;
dimana struktur, fungsi, dan tugasnya diatur (6) menjatuhkan sanksi terhadap insinyur
dalam AD-ART PII. Penyusunan kode etik, yang melanggar kode etik Insinyur; (7)
sebagai pedoman dan landasan tingkah memberikan akreditasi keprofesian pada
laku Insinyur dalam melaksanakan praktik himpunan keahlian Keinsinyuran; dan
keinsinyuran, menjadi tugas PII. Selain itu (8) melakukan perjanjian kerja sama
PII bertugas membina anggotanya agar Keinsinyuran internasional.
menerapkan norma, standar, prosedur, dan
manual yang ditetapkan pemerintah.

Gambar 7. Persatuan Insinyur Indonesia

143 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut perekayasaan; (4) agar industri melakukan


kekuasaan tertinggi organisasi PII penelitian dan pengembangan nilai
ditentukan kongres. Kongres PII memilih tambah; (5) agar Insinyur inovatif
pimpinan PII dan program kerjanya, menciptakan nilai tambah; (6) pengawasan
sedangkan struktur, tata kerja, dan atas penyelenggaraan Keinsinyuran;
rekrutmen pengurus PII diatur dalam (7) remunerasi jasa Keinsinyuran yang
AD-ART PII. AD- ART PII akan disesuaikan berkeadilan; (8) agar produksi dalam negeri
dengan UU ini dengan persetujuan dari berdaya saing dari jasa Keinsinyuran;
Menteri paling lambat 2 (dua) tahun (9) meningkatkan peran Insinyur dalam
terhitung sejak UU ini diundangkan. pembangunan nasional; dan (10) sosialisasi
untuk menarik minat generasi muda
6. Pembinaan Pemerintah menjadi Insinyur.
Dalam UU ini pemerintah berperan
melakukan pembinaan Keinsinyuran. Dalam rangka pembinaan Pemerintah dapat
Tanggung jawab pembinaan tersebut melakukan audit kinerja Keinsinyuran. Audit
dilakukan oleh Menteri (dalam hal ini pada intinya adalah untuk menghindarkan
Kemdikbud) dan menteri lain yang terkait. terjadinya resiko yang tidak diharapkan.
Pembinaannya berupa: (1) pengembangan Setiap Insinyur atau Insinyur Asing
kapasitas Keinsinyuran; (2) pemberdayaan yang melaksanakan tugas profesi tanpa
Keinsinyuran; (3) peningkatan kemampuan memenuhi standar Keinsinyuran sehingga

Gambar 8. Pembinaan Pemerintah

144
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Gambar 9. Sanksi dalam UU Keinsinyuran

mengakibatkan resiko keselamatan dan Misi BAN-PT meliputi: (1) Mengembang­


keamanan masyarakat akan dikenai sanksi kan sistem akreditasi nasional pen­
dan dapat dipidana penjara maupun denda. didikan tinggi, (2) Melaksanakan akre­
Selain itu setiap orang bukan Insinyur yang ditasi perguruan tinggi di Indonesia secara
menjalankan Praktik Keinsinyuran seolah handal, dan (3) Melaksanakan pen­jaminan
insinyur, apalagi bila mengakibatkan mutu lembaga akreditasi mandiri.
terjadinya resiko keselamatan masyarakat
akan dipidana penjara hingga 10 (sepuluh) Beberapa penyempurnaan pengaturan yang
tahun. terdapat dalam Undang-Undang No.12 Tahun
2012 Tentang Pendidikan Tinggi, antara
7. Konsepsi akreditasi lembaga lain: (1) akreditasi semula sukarela menjadi
mandiri untuk pendidikan wajib, (2) akreditasi program studi menjadi
keinsinyuran akreditasi program studi dan akreditasi insitusi
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi perguruan tinggi, (3) penjaminan mutu
(BAN-PT) memiliki visi menjadi lembaga internal semula sukarela menjadi wajib, dan
akreditasi yang bermartabat, kredibel, dan (4) akreditasi program studi dan akreditasi
akuntabel serta menjadi rujukan nasional institusi semula tunggal oleh BAN-PT, menjadi
dan internasional dalam mendukung BAN-PT untuk akreditasi institusi dan lembaga
terwujudnya sistem pendidikan tinggi yang akreditasi mandiri program studi (LAM-PS)
unggul dan berkarakter. untuk akreditasi program studi.

145 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

Pembentukan LAM-PS berdasarkan Pemrakarsa Pendiri LAM-PS:


Undang-Undang No.12 Tahun 2012 Tentang 1. Pemrakarsa berdirinya LAM-PS dari
Pendidikan Tinggi, Pasal 18: unsur masyarakat harus berbentuk
1. LAM-PS dibentuk oleh Pemerintah atau badan hukum dan bersifat nirlaba;
masyarakat. (draft Permendikbud)
2. LAM-PS dibentuk berdasarkan cabang 2. Dalam upaya mendapatkan rekomen­
ilmu atau beberapa cabang ilmu dasi BAN-PT, Pemrakarsa wajib meli­
serumpun yang dibina oleh suatu batkan stakeholders yang terkait
program studi. de­ngan akreditasi LAM yang ingin
3. Bagi setiap cabang ilmu atau beberapa didirikan;
cabang ilmu serumpun yang dibina oleh 3. Asosiasi yang dapat menjadi Pem­rakarsa
1 (satu) program studi hanya boleh ada 1 antara lain: asosiasi profesi, asosiasi
(satu) LAM-PS. institusi pendidikan tinggi, dan asosiasi
4. LAM-PS sebagaimana dimaksud program studi yang akan diakreditasi.
pada ayat (2) dapat dibentuk di
setiap wilayah kerja lembaga layanan 8. Peraturan Pelaksanaan
pendidikan tinggi oleh LAM-PS yang UU Keinsinyuran ini masih perlu dilengkapi
berkedudukan di Ibu Kota Negara, dengan peraturan pelaksanaan yang
untuk melakukan akreditasi program harus ditetapkan paling lama 2 (dua)
studi di wilayah tersebut. tahun terhitung sejak UU ini diundangkan.
Kelengkapannya meliputi Peraturan
Selanjutnya disebutkan dalam Pasal 95: Pemerintah (PP), tentang: (1) Cakupan
“Sebelum terbentuknya lembaga akreditasi keinsinyuran, (2) Program Profesi Insinyur,
mandiri, akreditasi program studi dilakukan (3) Registrasi Insinyur, (4) Insinyur Asing,
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan dan (5) Pembinaan Keinsinyuran. Selain
Tinggi.” itu perlu disiapkan pula ketetapan Menteri

Gambar 10. Lembaga Akreditasi Mandiri

146
PENGATURAN PROFESI KEINSINYURAN INDONESIA

yang menyangkut Standar layanan insinyur, dari peran insinyur di industri, berputarnya
Standar Program Profesi Insinyur, dan mekanisme kerja­sama triple helix dan
Pengusulan Dewan Insinyur Indonesia. transfer teknologi pada masyarakat, (3)
tumbuhnya ke­kuatan SDM keinsinyuran dari
Khusus Dewan Insinyur Indonesia harus pe­ningkatan minat dan multi jalur menjadi
dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun insinyur serta keberpihakan nasional yang
terhitung sejak UU ini diundangkan. meningkat, dan (4) terjelmanya sistem
keinsinyuran yang bertata kelola baik (good
9. Kemanfaatan UU IR governance) dimana insinyur akan selalu
Dengan UU Keinsinyuran ini diharapkan berusaha meningkatkan ke­ mampuannya.
akan muncul pondasi kuatnya minat Dengan iklim ini di­ ha­rap­
kan penguatan
menjadi insinyur dengan iklim: (1) kemandirian dari inovasi dan daya saing
masyarakat akan makin terlindungi dari global yang berbasis IPTEK meningkat
standar keamanan yang meningkat, (2) akan memajukan Indonesia.
lebih banyak inovasi teknologi diaplikasikan

Gambar 11. Iklim yang diharapkan muncul

147 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Aliansi Pelaku Usaha


Untuk Ekspor Konstruksi
Ir.Yaya Supriyatna, M.Eng.Sc
Kepala Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, Badan Pembinaan Konstruksi,
Kementerian PU
Ellis Sumarna
Kepala Sub Bidang Pendukungan Usaha, Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan,
Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian PU

Gerbang era globalisasi dunia telah terbuka yang ditandai dengan menipisnya
batas-batas wilayah antar negara di dunia dalam segala aspek sumber
daya. Sebagaimana telah disiratkan dalam berbagai perjanjian Organisasi
Perdagangan Dunia (WTO) yang berawal dari perjanjian perdagangan
multilateral (GATT) maupun kesepakatan pelaksanaan wilayah perdagangan
bebas di ASEAN (AFTA) bagi negara-negara kawasan ASEAN. Memudarnya
batas-batas ini tentu membuat arus lintas beragam sumber daya antar negara
menjadi kian mudah dan murah. Sebuah negara yang tidak memiliki suatu
sumber daya kini dapat memperolehnya dari negara lain.

Pendahuluan
Era globalisasi ditandai dengan terjadinya perdagangan bebas.
Pada era ini setiap pelaku usaha dituntut untuk lebih meningkatkan
keunggulan kompetitifnya bila ingin tetap eksis dalam pasar global.
Tidak terkecuali para pelaku usaha jasa konstruksi di Indonesia harus
mempersiapkan diri dengan baik karena di kawasan ASEAN pun akan
segera diberlakukan AFTA pada tahun 2015. Untuk mempersiapkan
hal itu, akan dilakukan penyetaraan segala bentuk regulasi bagi pelaku
bisnis agar mereka dapat bermain di pasar global dengan kompetitif.
Segala bentuk penyetaraan regulasi tersebut dimaksudkan untuk
dapat menciptakan perlakuan dan kesempatan yang sama dengan
menghilangkan berbagai bentuk hambatan perdagangan, baik
berupa hambatan tarif (tariff barrier) maupun hambatan non-tariff
(non-tariff barrier).

Ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN lainnya sudah cukup


besar jika dilihat dari kacamata perdagangan, yaitu kurang lebih 99
persen tarif yang diberlakukan sudah di bawah lima persen atau
bahkan nol persen. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi,

148
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

menyatakan bahwa kita sudah bersaing di di Indonesia, dan sisanya sebesar 20%
bidang perdagangan. Namun, persaingan diperebutkan oleh 87% Badan Usaha Jasa
tersebut belum terjadi di sektor jasa, terutama Konstruksi kualifikasi kecil.
jasa profesi yang masih dalam proses untuk
bernegosiasi mengenai standar profesi. Dari sekitar 104 ribu kontraktor di Indonesia
hampir semuanya memperebutkan 40%
Dalam rangka menghadapi liberasi pangsa pasar jasa konstruksi nasional
perdagangan, Indonesia perlu meningkatkan yang umumnya disediakan pemerintah
ekspor konstruksi, tetapi tentu saja tanpa (APBN dan APBD). Sedangkan 60% pasar
mengesampingkan pasar dalam negeri yang jasa konstruksi Indonesia lainnya, disinyalir
memang jumlahnya juga besar. Selain agar justru dikuasai oleh kontraktor asing
badan usaha Indonesia mempunyai banyak terutama di sektor migas. Sementara itu
pengalaman pada saat diberlakukan liberasi permintaan keterlibatan badan usaha/
perdagangan oleh World Trade Organization tenaga kerja konstruksi Indonesia di luar
(WTO), kebijakan tersebut juga dapat negeri terus meningkat.
menambah market share usaha kostruksi.
Peningkatan ekspor tersebut sangat mungkin Potensi pertumbuhan pasar konstruksi
dilakukan, mengingat kontraktor Indonesia Indonesia ke depan diprediksi masih cukup
sudah masuk ke berbagai negara, antara lain tinggi. Badan Perencanaan Pembangunan
Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Saudi Arabia, Nasional (Bappenas) memperkirakan bahwa
Libya, dan Aljazair. 1 kebutuhan investasi infrastruktur prioritas
Indonesia pada RPJMN 3 tahun 2015 –
1. Pengembangan Usaha Konstruksi 2019 mencapai lebih kurang Rp. 5.452 T
di Pasar Global (Dedy S Priatna, 2014). Kebutuhan investasi
Pertumbuhan pasar konstruksi yang sangat infrastruktur terbesar terdapat pada sektor
pesat membuat banyak pelaku usaha Ketenagalistrikan (1080 T), Jalan Raya (851
yang tertarik untuk terjun melakukan T) dan Sumber Daya Air (845 T). Terkait
bisnis di sektor konstruksi. Sampai dengan sumber pembiayaan infrastruktur
dengan pertengahan tahun 2014, jumlah 2015 – 2019, Bappenas memproyeksikan
Perusahaan Konstruksi mencakup lebih pembiayaan yang bersumber dari APBN
dari 104.4412 perusahaan konstruksi, dari dan APBD sebesar 22%, kontribusi BUMN
jumlah tersebut 12% Badan Usaha Jasa sebesar 6%, melalui mekanisme KPS sebesar
Konstruksi kualifikasi besar dan menengah 20% serta dari Off Balance Sheet sebesar 2%.
menguasai 80% pangsa pasar konstruksi

Tabel 2.1.1 Jumlah Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional

No Kualifikasi Konsultan Kontraktor


Jumlah % Jumlah %

1 Besar 290 7 1.045 1


2 Menengah 165 4 12.893 12
3 Kecil 3.687 89 90.503 87
TOTAL 4.142 104.441

Sumber: LPJKN

1 Mochammad Natsir (BP Konstruksi, 2013)


2 Sumber Data LPJKN sampai dengan Bulan Juni 2014

149 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Dibalik peluang pertumbuhan pasar jawab penting dalam mendorong para


konstruksi nasional tersebut, adalah hal yang pelaku usaha konstruksi nasional untuk
penting untuk menyelaraskan pertumbuhan berekspansi ke luar negeri.
tersebut dengan persentase penguasaan
pasar konstruksi di pasar global. Era pasar Sebagai salah satu bentuk dukungan
global atau sering disebut dengan liberalisasi pemerintah kepada pelaku usaha konstruksi
jasa konstruksi menyiratkan terbukanya nasional untuk melakukan ekspansi pasar
peluang pasar di dalam dan di luar negeri, ke luar negeri dilakukan market intelligent
maka peningkatan daya saing industri yaitu untuk mengetahui informasi dan
konstruksi nasional menjadi agenda yang data pasar yang ada di negara-negara yang
mendesak untuk terus ditingkatkan dalam akan dijadikan sasaran ekspansi. Informasi
usaha menjaga penguasaan pasar konstruksi yang didapat berupa: (1) proyek-proyek
Indonesia. yang akan dilaksanakan di negara yang
bersangkutan, dan (2) peraturan-peraturan
Berkaca pada laporan World Economic Forum investasi yang berlaku di negara tersebut.
tentang “The Global Competitiveness Report” Selain itu, market intelligent secara tidak
dimana di dalamnya memperlihatkan langsung menjadi salah satu media promosi
indeks daya saing dari negara-negara di pasar konstruksi Indonesia di luar negeri.
dunia, dalam kurun waktu 2012 ke 2013
peringkat daya saing Indonesia telah Dalam rangka mendorong peningkatan
meningkat 12 poin, dari peringkat 50 pada ekspor jasa konstruksi, BP Konstruksi telah
tahun 2012 menjadi peringkat 38 pada melakukan pemetaan pasar konstruksi
tahun 2013, dan pada tahun 2014 peringkat potensial untuk pelaku usaha konstruksi
daya saing Indonesia naik 4 poin menjadi nasional. Hasil pemetaan menunjukan
peringkat 34. Indeks daya saing tersebut bahwa kawasan tujuan ekspansi meliputi:
diukur terhadap 12 pilar dimana salah Timur Tengah (Arab Saudi, Uni Emirat
satunya adalah infrastruktur. Daya saing Arab, Oman, dan Qatar), Afrika (Aljazair,
infrastruktur Indonesia pada tahun 2013 Libya, dan Afrika Selatan), Asia dan Oseania
menempati peringkat 61 dari 144 negara, (India, Malaysia, Myanmar, Filipina, Brunei
sementara pada tahun sebelumnya, World Darussalam, Timor Leste, Papua Nugini,
Economic Forum menempatkan Indonesia dan Australia). Teridentifikasinya kawasan
pada peringkat 78. Meskipun telah berhasil potensial diharapkan menumbuhkan
meningkatkan daya saingnya akan tetapi semangat bagi pelaku usaha konstruksi
dalam lingkup regional Asia Tenggara, daya nasional yang belum go-international untuk
saing infrastruktur Indonesia tersebut hanya melakukan ekspansi pasar.
menjadi peringkat 5 di bawah Singapura,
Malaysia, Thailand, dan Brunei Darussalam. Hasil identifikasi tersebut telah berhasil
membuka jalan bagi pelaku usaha jasa
Potensi pasar konstruksi Indonesia diketahui konstruksi Indonesia untuk mengerjakan
mencapai 35 persen atau bernilai 500 proyek di luar negeri. Berikut adalah data
triliun rupiah dari nilai industri konstruksi pelaku usaha konstruksi nasional yang
di ASEAN. Dengan potensi ini, Indonesia melaksanakan proyek di luar negeri:
memiliki kemampuan lebih yang tidak 1. PT. Waskita Karya, Tbk (Persero),
dimiliki oleh negara-negara ASEAN lainnya. melaksanakan 4 proyek di Negara Uni
Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini BP Emirat Arab selama periode 2007 –
Konstruksi, memiliki peran dan tanggung 2008 dengan total nilai proyek Rp. 1,1

150
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Triliun, 5 proyek di Negara Arab Saudi Multistructure, dan PT.Duta Graha


(KSA) selama periode 2009 – 2013 Indah melaksanakan 6 proyek di Libya
dengan total nilai proyek Rp. 887 dengan total nilai proyek USD 1.1 Miliar.
Milyar, dan 1 proyek di Negara Timor 8. PT. Daya Mulia Turangga, melaksanakan
Leste periode tahun 2012 dengan nilai proyek di Timor Leste dengan nilai
proyek USD67 Juta. proyek USD 3.2 Juta; PT. Pandaman
2. PT. Adhi Karya, Tbk (Persero), Putra Utama, melaksanakan 1 proyek
melaksanakan 1 proyek di Negara Qatar di Timor Leste dengan nilai proyek
dengan nilai proyek Rp. 750 Milyar, 2 USD 6 Juta; PT. Warisilia Indonesia,
Proyek di Negara Oman periode 2007- melaksanakan 1 proyek di Timor Leste
2012 dengan total nilai proyek Rp. 1.2 dengan nilai proyek USD 6 Juta; PT.
Triliun dan 1 proyek di India periode Sasmito, telah melaksanakan 1 proyek
2007-2012 dengan nilai proyek USD di Timor Leste dengan nilai proyek USD
61.4 juta. 3.96 Juta; PT. Duta Graha, melaksanakan
3. PT. Wijaya Karya, Tbk (Persero), 1 proyek di Timor Leste dengan nilai
melaksanakan 1 proyek di Negara Uni proyek USD 6.31 Juta; PT. Bimavi, juga
Emirat Arab nilai proyek Rp. 100 Miliar, telah melaksanakan 1 proyek di Timor
2 proyek di Aljazair dengan total nilai Leste dan; PT. Bhakti Timor Karya, telah
proyek Rp. 400 Miliar, dan 6 proyek melaksanakan 1 proyek di Timor Leste
di Timor Leste selama periode 2012 dengan nilai proyek USD 3 Juta.
dengan total nilai proyek USD 261.7 9. PT. Multi Structure, melaksanakan 1
Juta. proyek di Arab Saudi periode 2007 –
4. PT. PP, Tbk (Persero), melaksanakan 1 2010.
proyek di Afrika Selatan pada periode 10. PT. Nusa Konstruksi Enjinering
2012 dengan nilai proyek USD 21 Juta, melaksanakan 1 proyek di Timor Leste
5 Proyek di Timor Leste pada periode pada periode 2013.
2012-2013 dengan total nilai USD 92 11. PT. Totalindo Eka Persada,
Juta, 4 proyek di Arab Saudi periode melaksanakan proyek di Uni Emirat
2005-2013, dan 1 proyek masing- Arab pada periode 2009-2011.
masing di Qatar dan Malaysia. 12. PT. IKPT, telah melaksanakan 1 proyek
5. PT. Hutama Karya, Tbk (Persero), di Australia pada periode 2009-2010,
melaksanakan 1 Proyek di Malaysia dan
periode 1990-1993 dengan nilai 13. PT. Tripatra Engineers and Contructors
proyek MYR 52 Juta, 1 proyek di Filipina (TPEC), melaksanakan 1 proyel di Iraq
periode 1995-1997 nilai proyek USD periode 2009 dengan nilai proyek USD
376 Juta, 1 proyek di Brunai Darusalam 1.1 Juta.
periode 2012-2013 nilai proyek Rp. 79
Miliar dan 1 proyek di Papua Nugini 2. Fasilitasi dan Dukungan
periode 2002-2003 dengan nilai proyek Pemerintah Bagi Pengembangan
Rp. 98 Miliar. Usaha
6. PT. Brantas Abipraya, telah Sektor jasa konstruksi menjadi salah satu
melaksanakan 1 proyek di Timor Leste unggulan Indonesia saat berlangsungnya
dengan nilai proyek USD 2.5 Juta pasar tunggal ASEAN pasca diberlakukannya
periode 2012. Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun depan.
7. PT. Citra Megah Karya Gemilang Berdasarkan pengalaman melaksanakan
bekerjasama dengan PT. IKPT, PT. pekerjaan konstruksi di berbagai negara

151 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

di Timur Tengah, Afrika, Timor Leste, dan • Pengembangan Business Network,


negara ASEAN lainnya, badan usaha • Pengembangan Diplomasi Konstruksi
dan tenaga kerja konstruksi Indonesia Antar Pemerintah,
diharapkan akan mampu memenangkan • Pengembangan Market Intelligent
persaingan dengan badan usaha dan Berkesinambungan,
tenaga kerja konstruksi dari negara ASEAN • Pengembangan Indonesia Incorpora­ted
lainnya. untuk ekspor konstruksi.

Pemerintah dalam hal ini BP Konstruksi Pemerintah juga berupaya untuk


berkomitmen mendorong dan mem­fasilitasi peningkatan kapasitas pelaku usaha jasa
perluasan akses pasar konstruksi di pasar konstruksi melalui pemberdayaan ataupun
global melalui pengurangan hambatan akses pelatihan yang meliputi pemberdayaan
pasar di negara tujuan, promosi kemampuan peningkatan manajemen dan kinerja
pelaku konstruksi nasional, diplomasi bisnis, BUJK, ajang penghargaan Kinerja Proyek
fasilitasi akses permodalan dan penjaminan, Konstruksi Indonesia serta pelatihan tenaga
perjanjian penghindaran pajak ganda, serta kerja konstruksi lainnya.
informasi pemetaan pasar dan lingkungan Selain itu dalam menghadapi MEA atau KEA
usaha di negara tujuan. (Komunitas Ekonomi ASEAN), pemerintah
mempersiapkan informasi untuk para pelaku
DR. Akhmad Suraji mengungkapkan, usaha yang memberikan gambaran jelas
upaya yang dapat mengembangkan usaha tentang peluang-peluang apa saja yang bisa
konstruksi di pasar global ialah: digarap setelah diberlakukan MEA, seperti

Gambar 2.2.1 Konsepsi: Indonesia Incorporated


(Sumber: DR. Akhmad Suraji)

152
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Directory Of Reliable Partner yang didukung konsultan (Permen PU No.5 tahun 2011).
oleh bukti pengalaman pekerjaan perusahaan
konstruksi nasional di Luar Negeri maupun di Dengan demikian, masuk tidaknya BUJKA
Dalam Negeri. Sistem informasi yang telah ke Indonesia tergantung pada kesiapan dan
terbentuk (SIPJAKI, SIKI, dan SISDI) terus daya saing BUJKN. Kementerian PU dalam hal
dikembangkan dalam rangka mendukung ini BP Konstruksi telah melakukan sinergi, dan
para perusahaan konstruksi nasional untuk integrasi kesiapan dalam menghadapi Pasar
mencari informasi terkait ekspor konstruksi. Tunggal ASEAN dengan memperbaiki dan
membenahi sistem dan mekanisme industri
3. Peningkatan Kapasitas Perusahaan konstruksi, misalnya memperbaiki sistem
di Dalam Negeri kontrak, tender, dan efisiensi kerja. Kesiapan
Pada dasarnya Indonesia memiliki potensi itu menjadi perhatian utama.
sangat besar untuk bermain di pasar global,
dimana Indonesia saat ini menguasai pasar Upaya lain dari pemerintah terkait
konstruksi dengan nilai lebih dari Rp 500 peningkatan kapasitas usaha konstruksi di
triliun dari total pangsa pasar konstruksi dalam negeri ialah dalam bentuk pembinaan
Asia Tenggara sebesar Rp 1.600 triliun. badan usaha jasa konstruksi, yaitu
Hanya, penguasaan pasar tersebut belum pembekalan dalam konteks pengem­bangan
didukung sepenuhnya oleh sumber daya sumber daya manusia (SDM Kons­ truksi).
manusia dengan keahlian yang tersertifikasi, Adapun pembinaan yang telah dilaksanakan
standarisasi dan mekanisme tender usaha oleh Pemerintah antara lain:
dan jasa konstruksi, maupun pasokan 1. Pemberdayaan PJT Badan Usaha Jasa
material dan peralatan konstruksi. Konstruksi Kualifikasi Kecil sampai
dengan pertengahan tahun 2014
Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan sebanyak 7.146 PJT (database sampai
nilai tambah agar daya saing semakin dengan bulan Agustus 2014) yang telah
kompetitif. Peningkatan daya saing tersebut mengikuti pemberdayaan. Dan Jumlah
dapat ditunjang dengan pembentukan Trainer PJT hasil dari ToT sampai dengan
regulasi dan kebijakan persaingan Tahun 2014 sebanyak 287 orang tersebar
pembangunan infrastruktur, sertifikasi pelaku di 33 Provinsi.3
industri dan jasa konstruksi, serta peningkatan 2. Pemberdayaan Peningkatan Mana­
keahlian dan keterampilan (spesialis dan jemen dan Kinerja Badan Usaha Jasa
generalis). Konstruksi Kualifikasi Non Kecil, sampai
dengan pertengahan tahun 2014
Meskipun ASEAN akan menjadi pasar tunggal, sebanyak 1.493 PJT yang telah mengikuti
namun bukan berarti bisa bebas tanpa aturan. pemberdayaan.4
Untuk melakukan usaha jasa konstruksi,
Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA), Untuk meningkatkan daya saing sektor jasa
harus bekerjasama dengan Badan Usaha Jasa konstruksi nasional dan juga mendorong
Konstruksi Nasional (BUJKN) yang berkualifikasi pembangunan infrastruktur yang lebih
Besar dalam bentuk joint operation (JO) atau mandiri Pemerintah melaksanakan Peng­
joint venture (JV) dengan penyertaan modal har­gaan Kinerja Proyek Konstruksi yang ber­
asing saat ini dibatasi maksimal sebesar 55 tujuan mendorong kinerja Badan Usaha
persen untuk kontraktor dan 51 persen untuk Jasa Konstruksi agar dapat me­ wu­
judkan

3 Sumber Database Bidang Pengembangan Usaha-PPUK


4 Sumber Database Bidang Pengembangan Usaha-PPUK

153 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Konstruksi Indonesia yang inovatif dan terhadap daya industri. Organisasi-organisasi


berdaya saing dalam mendukung pem­ pendukung industri ini turut memberikan
bangunan infrastruktur yang berkelanjutan. kontribusi terhadap daya saing, sehingga
daya saing merupakan hasil dari interaksi
4. Peningkatan Kapasitas Perusahaan beragam komponen yang berkepentingan
di Luar Negeri terhadap industri tersebut.
Daya saing suatu negara berhubungan
erat dengan daya saing industri yang ada Industri konstruksi nasional saat ini tengah
di negara tersebut, termasuk diantaranya menghadapi tuntutan dan tekanan yang
adalah industri konstruksi. Tantangan bagi semakin besar. Globalisasi dan keuangan
industri konstruksi adalah menciptakan dunia telah mendorong terjadinya
kondisi agar dapat tercapai pertumbuhan peningkatan kerjasama dalam lingkup
produktivitas yang tinggi yang mampu regional dan global, dengan skema-skema
meng­ geser keunggulan komparatif menj­ liberalisasi ekonomi termasuk perdagangan
adi keunggulan kompetitif. Daya saing jasa konstruksi baik dalam konteks GATS-
industri menunjukkan sejauh mana bisnis WTO atau AFAS-ASEAN. Skema liberalisasi
suatu industri menawarkan pertumbuhan perdagangan jasa konstruksi tersebut, disatu
potensial dengan memberikan tingkat ROI sisi akan memberikan peluang yang lebih
yang tinggi dibandingkan industri lain. besar bagi pelaku usaha jasa konstruksi
Konsep daya saing industri ini juga dapat nasional, khususnya penyedia jasa konstruksi
didefinisikan sebagai kemampuan kolektif nasional untuk dapat memasuki pasar jasa
dari perusahaan-perusahaan yang bergerak konstruksi internasional. Di sisi lain, dapat juga
dalam bidang yang sejenis untuk bersaing menjadi ancaman bagi penyedia jasa nasional
secara internasional. Sedangkan daya saing karena penyedia jasa dari luar negeri akan
yang paling sempit cakupannya, yaitu daya mulai masuk kedalam pasar jasa konstruksi
saing perusahaan didefinisikan sebagai nasional. Sampai dengan akhir tahun 2014
kemampuan perusahaan untuk mendesain, terlihat peningkatan jumlah badan usaha jasa
memproduksi dan memasar­kan produk atau konstruksi asing yang cukup signifikan.
jasa secara lebih baik dibanding pesaing
dengan pertimbangan harga maupun non- Peningkatan jumlah badan usaha asing
harga. tersebut dapat menjadi tantangan ataupun
peluang bagi Badan Usaha Jasa Konstruksi
Daya saing industri sangat dipengaruhi Nasional. Namun kenyataannya hal tersebut
oleh kinerja individual perusahaan yang belum diikuti dengan peningkatan kinerja
bergerak di dalamnya. Industri yang tidak badan usaha jasa konstruksi nasional. Hal
banyak memiliki perusahaan dengan daya tersebut dapat dilihat pada mutu produk,
saing tinggi, tidak akan mampu bertahan ketepatan waktu pelaksanaan dan efisiensi
dalam jangka panjang. Kinerja industri tidak pemanfaatan sumber daya manusia, modal
lain merupakan akumulasi outcome dari dan teknologi dalam penyelenggaraan jasa
strategi (strategy) dan tindakan (action) konstruksi yang belum sesuai dengan yang
dari individual perusahaan yang bergerak diharapkan. Untuk menjawab tantangan
dalam suatu industri. Namun hal ini tidak tersebut, maka diperlukan suatu pengaturan
berarti bahwa peran organisasi non- dan pemberdayaan manajerial usaha
bisnis, misalnya lembaga pendidikan dan jasa konstruksi nasional yang bertujuan
pelatihan, pemerintah, institusi penelitian, meningkatkan kemampuan manajemen dan
dan organisasi buruh tidak berpengaruh peningkatan kinerja suatu badan usaha jasa

154
ALIANSI PELAKU USAHA UNTUK EKSPOR KONSTRUKSI

Tabel 2.4.1 Jumlah Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing

Sumber: Database IUJK Asing (Bidang Regulasi dan Perizinan)


konstruksi, sehingga dapat melaksanakan Kebijakan afirmatif yang diterapkan
proses konstruksi secara optimal dan adalah produk government to
menghasilkan produk yang lebih berkualitas. government (G-to-G) yang memudah­kan
pemerintah Indonesia dalam melakukan
Beberapa strategi yang dapat dikembangkan pengiriman SDM Konstruk­ si terkait
berdasarkan kondisi yang terkait dengan dengan pelaksanaan proyek konstruksi
peningkatan kapasitas Badan Usaha Jasa di Luar Negeri. Diperlukan kebijakan
Konstruksi Nasional di Luar Negeri diantaranya strategis yang mempercepat proses
adalah pengiriman SDM konstruksi. Termasuk
• Pelatihan khusus bagi SDM Konstruksi dalam kebijakan yang ber­kaitan dengan
Indonesia visa, imigrasi, dan tax.
Gagasan ini bertujuan menciptakan • Penyediaan Skema atau Pola Kerjasama
SDM konstruksi Indonesia yang mam­pu Pola kerjasama yang dibangun peme­
bersaing dengan SDM kons­ truksi luar rintah Indonesia dapat berupa kerja­sama
negeri. Dengan dilaku­kannya pelatihan dengan pemerintah setempat di luar
konstruksi yang meng­gunakan standar negeri, atau kerjasama langsung (direct
pelatihan inter­ nasional diharapkan cooperation) dengan perusahaan asing
SDM Konstruksi Indonesia di luar negeri di luar negeri. Dengan adanya kerjasama
tidak hanya unggul dalam hal kuantitas, ini diharapkan BUJK Nasional mampu
namun juga unggul dalam kualitasnya. mengadaptasi pelaksanaan proyek dan
• Kebijakan afirmatif untuk birokrasi juga mampu bersaing dengan BUJK
pengiriman SDM Konstruksi asing di luar negeri.

155 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Pengembangan Industri
Bahan Bangunan Dan Peralatan
Achdiat Atmawinata
Staff Ahli Bidang Penguatan Struktur Industri, Kementerian Perindustrian

Lapangan usaha pada sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang baik


pada tahun 2012 dan 2013. Pada tahun 2012 pertumbuhan sektor konstruksi
menunjukan kenaikan dari kuartal satu ke kuartal lainnya dimana pertumbuhan
pada kuartal satu, dua, tiga, dan empat berturut-turut adalah 7,21% ; 7,32%;
7,65%; dan 7,79%.

1 Pendahuluan
Namun angka pertumbuhan ini turun pada kuartal pertama 2013 menjadi
6,75%. Pada kuartal kedua pertumbuhan sektor konstruksi menurun menjadi
6,62% lalu turun lagi menjadi 6,24% pada kuartal ketiga. Kendati mengalami
penurunan di tahun 2013, angka pertumbuhan sektor konstruksi sejak tahun
2012 masih di atas angka pertumbuhan PDB Indonesia secara kesuluruhan.

Pertumbuhan sektor konstruksi harus didukung oleh pertumbuhan sektor


industri terutama sektor industri bahan bangunan dan alat. Hal ini harus dilakukan
sebagai upaya pemenuhan permintaan kebutuhan sektor konstruksi, sehingga
angka impor barang konstruksi dapat ditekan.

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

156
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Secara umum kinerja sektor industri relatif dibanding tahun 2011, dimana
meningkat semenjak tahun 2009. Hal ini pertumbuhan PDB industri non migas
dapat dilihat dari tren pertumbuhan PDB sebesar 6,42%. Penurunan tren juga terjadi
(Produk Domestik Bruto) industri non di tahun 2013, dimana pertumbuhan PDB
migas yang selalu mengalami peningkatan industri non migas pada tahun ini sebesar
semenjak tahun 2009. Pada tahun 2010 6,1%. Walaupun demikian pertumbuhan
terjadi pertumbuhan PDB industri non PDB industri non migas pada tahun 2011
migas sebesar 5,12%. Angka ini merupakan dan 2012 masih lebih besar dibandingkan
pertumbuhan yang signifikan jika pertumbuhan PDB ekonomi.
dibandingkan pertumbuhan PDB industri
non migas tahun 2009 yang hanya sebesar Selain menunjukan tren pertumbuhan
2,56%. yang positif dalam lima tahun terakhir,
sektor industri non migas memiliki
Pada tahun 2011 pertumbuhan PDB kontribusi terbesar terhadap nilai PDB
industri non migas mengalami peningkatan total. Pada tahun 2013 sektor industri non
dibanding tahun 2009, yaitu sebesar migas menyumbang 20,76% dari total PDB
6,74%. Kemudian pada tahun ini juga, Indonesia.
pertumbuhan PDB industri non migas
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Tiga besar sektor penyumbang industri
PDB ekonomi. non migas adalah makanan, minuman,
dan tembakau; alat angkutan, mesin,
Pertumbuhan PDB industri non migas dan peralatannya; serta pupuk, kimia,
pada tahun 2012 mengalami penurunan dan barang dari karet. Pada tahun 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR INDUSTRI NON-MIGAS


INDONESIA S.D. TAHUN 2013

sumber : data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

157 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

kontributor industri pengolahan non-migas


terhadap pdb nasional Tahun 2013

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

NILAI PDB SEKTORAL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PDB NASIONAL

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

makanan, minuman, dan tembakau tahun 2014 tentang Perindustrian. Undang-


menyumbang 35,76% dari total pendapatan Undang ini sebagai revisi Undang-Undang
industri non migas; alat angkutan, mesin, Nomor 5 tahun 1984.
dan peralatannya menyumbang 28,10%;
serta pupuk, kimia, dan barang dari karet Di dalam Undang-Undang ini terdapat
menyumbang 28,10%. amanat untuk membuat 1 Undang-Undang
Sebuah prestasi tentunya bagi sektor tentang lembaga pembiayaan, 17 Peraturan
industri non migas karena sumbangsihnya Pemerintah, 5 Peraturan Presiden, dan 14
yang besar terhadap PDB Indonesia. Peraturan Menteri. Pembuatan peraturan-
Untuk meningkatkan prestasi ini untuk peraturan ini diselesaikan paling lama dua
menjadikan Indonesia sebagai negara tahun terhitung dari saat Undang-Undang
industri tangguh di tahun 2025, maka Nomor 3 tahun 2014 disahkan.
diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 3

158
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

PERAN TIAP CABANG INDUSTRI TERHADAP PDB SEKTOR INDUSTRI

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

Perlu digarisbawahi bahwa Undang-Undang Disamping ekspor, ketika hilirisasi digalakan


ini merupakan milik Indonesia bukan hanya semaksimal mungkin maka akan semakin
Kementerian Perindustrian. Undang-Undang banyak jenis barang yang dapat dihasilkan
ini mendukung proses hilirisasi yang akan di dalam negeri. Hal ini dapat mengurangi
memberikan penam­ bah­an value added ketergantungan impor barang jadi.
pada suatu barang. Apabila barang tersebut
diekspor, maka negara akan mendapat devisa 2 Industri Bahan Bangunan dan
yang lebih besar dibanding dengan menjual Peralatan
barang mentah. Apabila berbicara tentang konstruksi, peran

Sumber: Kemenperin tahun 2014

159 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

160
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

sektor industri adalah sebagai penyuplai 2.1 Industri Baja


bahan baku dan material sektor konstruksi. Beberapa hal yang mendorong
Pertumbuhan sektor konstruksi memiliki pertumbuhan industri baja nasional:
pengertian terjadinya kenaikan permintaan • Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
bahan bangunan serta peralatan konstruksi. stabil
Peningkatan permintaan ini harus dapat • Perlunya infrastruktur dalam
difasilitasi oleh industri bahan bangunan dan mendukung pertumbuhan ekonomi
peralatan sehingga impor komoditi sejenis dimana baja merupakan komponen
dapat ditekan. yang sangat penting dalam
pembangunan infrastruktur
Industri bahan bangunan dapat dibagi • Produk besi-baja sebagian besar telah
menjadi enam industri, yaitu industri baja, diproduksi dalam negeri dengan
alumunium, industri semen, industri cat, kualitas sesuai standar internasional
industri keramik, dan industri kaca. Selain • Produk besi-baja telah banyak
industri-industri tersebut terdapat industri diberlakukan SNI secara wajib
peralatan berat yang juga memiliki peran • Adanya kewajiban penggunaan
dalam mendukung sektor konstruksi. produk-produk dalam negeri
dalam pengadaan barang dan jasa
Pada sub bab berikut akan dijelaskan pemerintah dalam Perpres 70/2012
perkembangan industri-industri pendu­
kung sektor konstruksi.

Sumber : Kemenperin.2014. Peningkatan Kapasitas Industri Material dan Peralatan Konstruksi. Persentasi disajikan dalam Musyawarah
Nasional XIII, Bali, 20 Januari 2014

161 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Berikut lampiran produksi industri baja


selama lima tahun terakhir:

Sumber : Kemenperin.2014. Peningkatan Kapasitas Industri Material dan Peralatan Konstruksi. Persentasi disajikan
dalam Musyawarah Nasional XIII, Bali, 20 Januari 2014

2.2 Industri Alumunium


Berikut terlampir data produksi industri nilai produksi tersebut masih lebih rendah
alumunium lima tahun terakhir: dibanding nilai konsumsi. Selain itu jumlah
Berdasarkan grafik di atas, secara kese­luruhan ekspor aluminum secara keseluruhan masih
konsumsi aluminium mengalami kenaikan lebih kecil apabila dibandingkan dengan nilai
dari tahun ke tahunnya. Jumlah produksi impor.
aluminium juga mengalami kenaik­an, namun

162
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

(dalam ton)

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

163 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

2.3 Industri Semen


Kebutuhan semen selalu mengalami Berikut merupakan data daftar perusahaan
peningkatan dalam lima tahun terakhir. semen di Indonesia beserta dengan
Walaupun kapasitas dan produksi semen kapasitas dan kepemilikan sahamnya.
telah ditingkatkan, namun jumlah ini belum
mampu memenuhi kebutuhan semen
pada tahun 2013 sehingga impor semen
meningkat drastis apabila dibandingkan
tahun sebelumnya.

PRODUKSI DAN KEBUTUHAN SEMEN (DALAM RIBU TON)

Tahun Kapasitas Produksi Kebutuhan Ekspor Impor

2009 45,89 38 39,05 1,219 1,383


2010 51,58 37,843 40,778 763 1,283
2011 52,94 45,438 47,999 228 1,009
2012 57,87 53,254 54,969 115 654
2013 60,996 57,739 60,54 178 2,517
Sumber: Direktorat Jenderal BIM Kemenperin tahun 2014

DAFTAR PERUSAHAAN SEMEN DI INDONESIA


Kapasitas (Ribu
No. Perusahaan Kepemilikan Saham (%)
Ton)
1 PT. SEMEN PADANG (SP) 6.300 51.01 Pemerintah R.I.
2 PT. SEMEN GRESIK, Tbk. (SG) 11.300 24.90 Blue Valley Holdings Pte. Ltd.
3 PT. SEMEN TONASA (ST) 6.700 24.09 Masyarakat
77.33 Holcim
4 PT. HOLCIM INDONESIA, Tbk. (HI) 8.700
22.67 Masyarakat
51.00 Birchwood Omnia, Ltd.
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,
5 18.600 13.00 PT. Mekar Perkasa
Tbk. (ITP)
36.00 Masyarakat
6 PT. SEMEN BATURAJA (SB) 2.000 100.00 Pemerintah (BUMN)
88.00 Lafarge Cement
7 PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA (LCI) 1.600
12.00 Masyarakat
8 PT. SEMEN KUPANG (SK) 396 100.00 PT. Sarana Agra Gemilang
9 PT. SEMEN BOSOWA MAROS (SBM) 5.400 100.00 Swasta Nasional
Total 60.996
Sumber: Direktorat Jenderal BIM Kemenperin tahun 2014

2.4 Industri Cat


Pada tahun 2012 produksi cat nasional harus dipenuhi dari impor. Produksi cat
mencapai sekitar 544,5 ton/tahun, setiap tahunnya ditargetkan tumbuh
padahal konsumsi dalam negeri sedikitnya hingga 8%. Pertumbuhan itu cukup realistis
mencapai 566,1 ton/tahun. Akibatnya, karena seiring dengan meningkatnya
masih terjadi defisit sekitar 21,6 ton yang konsumsi di sektor infrastruktur.

164
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

PERKEMBANGAN INDUSTRI CAT (ribu ton)


Uraian 2009 2010 2011 2012

Produksi 424,2 432,6 488 544,5


Impor 36,6 41,7 44,7 45,1
Kapasitas 763 788,5 788,5 788,5
Kebutuhan 444,4 451,5 508,8 566,1

Sumber: data BPS tahun 2013 diolah Kemenperin

2.5 Industri Keramik industri ini menggunakan bahan tambang


Pada tahun 1980-an industri keramik yang tidak dapat diperbarui. Yang terakhir,
mulai tampak bersamaan dengan dibutuhkan kreativitas desain produk yang
dioperasikannya pabrik manufaktur ubin berkelanjutan mengikuti tuntutan pasar.
dan genteng. Lokasi industri keramik
sebagian besar berada di Sumatera Utara, Untuk prospek pengembangan industri
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, keramik di Indonesia masih terbuka
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa mengingat tersedianya potensi sumber
Timur. daya alam dan manusia yang cukup.
Selain itu, kesempatan untuk memenuhi
Industri ini memiliki beberapa kriteria kebutuhan keramik dalam negeri dan
yang pertama adalah padat energi global masih terbuka. Adapun tantangan
dimana industri keramik memerlukan yang dihadapi pada industri ini adalah
o
suhu pembakaran hingga 1300 C. maraknya keramik yang berasal dari Cina,
Kedua, industri ini membutuhkan tenaga ketatnya persaingan internasional, serta
kerja dalam jumlah yang besar dimana tuntutan mutu dan desain yang tinggi dari
terdapat sekitar 200.000 tenaga kerja yang konsumen.
berkecimpung di bidang ini. Kemudian

JENIS PRODUK KERAMIK

165 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

JENIS PRODUK KERAMIK

Sumber: data Direktorat Industri Kimia Hilir tahun 2014

Akibat tantangan di atas maka pemerintah 4. Penerapan SNI wajib


mengeluarkan kebijakan, yaitu: 5. Peningkatan peran Balai Besar Keramik
1. Penguatan struktur industri keramik dan B4T
2. Penguatan daya saing 6. Penerapan konversi energi dan
3. Penguasaan pasar dalam negeri peningkatan efisiensi
4. Perluasan pasar ekspor 7. Pengembangan kemampuan SDM
5. Peningkatan kompetensi sumber daya 8. Pengaturan yang mengutamakan
manusia penggunaan produksi dalam negeri

Kemudian tindak lanjut pemerintah Industri keramik masih memiliki prospek


terhadap kebijakan-kebijakan di atas untuk berkembang. Namun, dukungan dari
adalah: pihak Pemerintah sangat dibutuhkan untuk
1. Promosi investasi bahan baku dan fine meningkatkan daya saing industri keramik
ceramic nasional.
2. Penciptaan iklim usaha yang kondusif
3. Peningkatan nilai tambah

166
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Sumber: data Direktorat Industri Kimia Hilir tahun 2014

2.6 Industri Kaca 2.7 Industri Alat Berat Konstruksi


Terdapat 44 perusahaan besar yang
Berdasarkan datadi bawah ini, kebutuhan berkecimpung pada alat berat konstruksi.
kaca bertambah setiap tahunnya. Perusahaan ini bergerak dari bidang
Penambahan kebutuhan kaca ini tidak komponen hingga perakitan. Sebagian
didukung dengan penambahan kapasitas besar dari perusahaan alat berat yang
produksi industri kaca sehingga jumlah ada berkecimpung pada fabrikasi atau
produksi kaca masih belum mampu pembuatan part.
memenuhi kebutuhan yang ada.

Data perkembangan industri kaca selama lima tahun terakhir


2013
No Uraian 2009 2010 2011 2012
(prognosa)
1 Produksi (ribu ton) 1.317 1.343 1.370 1.398 1.439
2 Impor (ribu ton) 59,7 89,9 103,8 95,7 104,1
3 Kapasitas (ribu ton) 1.550 1.550 1.550 1.550 1.550
4 Kebutuhan (ribu ton) 1.363,20 1.408,20 1.445,30 1.496,40 1.531,20
Sumber: Direktorat Jenderal BIM Kemenperin tahun 2014

167 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Perusahaan Alat Berat

sumber: data HINABI tahun 2014

sumber: data HINABI tahun 2014

sumber: data HINABI tahun 2014

Menurut data di atas, sebagian perusahaan Kapasitas produksi yang ada belum cukup
alat berat konstruksi bergerak di bidang untuk memenuhi permintaan pasar dalam
fabrikasi komponen. Kemudian di urutan negeri. Sehingga impor alat berat harus
kedua terdapat perusahaan manufaktur. dilakukan untuk memenuhi permintaan
dalam negeri.

168
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

sumber: data HINABI tahun 2014

3 Menghadapi Persaingan di Pasar


ASEAN dan Global
Apabila kita berbicara tentang perindustrian modal, dan tenaga kerja. Tentunya Indonesia
(baik industri pendukung konstruksi atau yang memiliki 240 juta penduduk akan
industri lainnya) dan perkembangannya, menjadi sasaran pasar bagi bangsa-bangsa
kedua hal tersebut tidak akan lepas dari ASEAN lainnya.
pengaruh pasar global. Tantangan terdekat
yang akan Indonesia hadapi adalah Dalam hubungannya dengan sektor
Masyarakat Ekonomi ASEAN. industri, pemerintah telah melakukan
berbagai persiapan untuk membendung
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) serangan-serangan asing. Beberapa
merupakan tantangan sekaligus peluang langkah pemerintah untuk mendukung
yang harus disiasati pada tahun 2015 perkembangan industri menghadapi MEA
mendatang. Ketika MEA dimulai maka akan antara lain, adalah:
terjadi aliran bebas mulai dari barang, jasa,

169 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

KEBIJAKAN SEKTOR INDUSTRI MENGHADAPI MEA

Sumber : data Dirjen KII Kemenperin tahun 2014

Kemudian langkah lain yang diambil produk dalam negeri, yaitu pada pasal 85
pemerintah untuk menghadapai sampai dengan pasal 90.
persaingan global khususnya untuk
memenangkan persaingan di dalam negeri, Perhitungan nilai TKDN mengacu kepada:
maka dilakukan beberapa langkah: 1. Peraturan Menteri Perindustrian
Republik Indonesia Nomor 15/M-IND/
3.1 Tingkat Komponen Dalam Negeri PER/2/2011 tentang Pedoman
(TKDN) Penggunaan Produk Dalam Negeri
Langkah ini merupakan pengaman Dalam Pengadaan Barang/Jasa
atau barrier untuk mengamankan pasar Pemerintah
domestik. Dasar hukum dari langkah ini 2. Peraturan Menteri Perindustrian
adalah Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun Republik Indonesia Nomor 16/M-IND/
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa PER/2/2011 tentang Ketentuan dan
Pemerintah Pasal 97. TKDN didefinisikan Tata Cara Penghitungan Tingkat
sebagai besarnya komponen dalam negeri Komponen Dalam Negeri
pada barang, jasa, dan gabungan barang
dan jasa. Sebagai catatan semakin banyak industri
pendukung dalam negeri, maka nilai TKDN
Melalui peraturan ini diharapkan mampu produk tersebut akan meningkat.
meningkatkan pertumbuhan industri dan
kemandirian bangsa. Di dalam UU Nomor 3 Kementerian Perindustrian mengeluarkan
tahun 2014 tentang Perindustrian terdapat buku daftar inventarisasi barang atau jasa
beberapa amanah tentang penggunaan produksi dalam negeri sebagai acuan bagi

170
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Cara Perhitungan TKDN

Sumber: Kemenperin tahun 2014

penyedia atau pengguna barang dalam Indonesia menempati peringkat ke-5 di


pelaksanaan lelang. Buku ini diperbarui ASEAN (APO Productivity Databook, 2013).
setiap tahun dan dievaluasi setiap dua Kemudian untuk masalah upah minimum
tahun. pekerja, Indonesia menempati negara
dengan upah buruh nomor tiga di ASEAN
3.2. Standar Kompetensi Kerja Nasional (Jetro, 2013).
(SKKNI)
Sektor industri mampu menyerap tenaga Untuk mempersiapkan tenaga kerja
kerja sebanyak 14,8 juta atau 13,43 % Indonesia sehingga dapat bersaing dengan
dari jumlah total tenaga kerja Indonesia. para pendatang, pemerintah membuat­
Lalu dilihat dari produktivitas pekerjanya, kan standar sehingga kualitas pekerja

Sumber: Kemenperin tahun 2014

171 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Sumber: APO Productivity Databook 2013

Indonesia meningkat serta sebagai alat untuk 3.3 Standar Nasional Indonesia (SNI)
memprioritaskan pekerja Indonesia untuk Dari data SNI yang dirilis oleh BSN hingga
mendapatkan kerja di tanah sendiri. Standar 4 April 2014 terdapat 9.817 total SNI. Lalu
tersebut dinamakan SKKNI. untuk sektor industri terdapat 4.156 SNI
sukarela dan hanya terdapat 94 SNI wajib.

Sumber: data Dirjen KII Kemenperin tahun 2014

172
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

Jumlah SNI paling banyak dihasilkan di c Persaingan usaha yang sehat;


bidang teknologi bahan dengan jumlah SNI d Peningkatan daya saing; dan/atau
sebanyak 2.804 SNI. Kemudian pada bidang e Peningkatan efisiensi dan kinerja
konstruksi terdapat 922 SNI atau sekitar 9% Industri.
dari total SNI yang ada.
Menteri Perindustrian telah menunjuk
Tujuan pemberlakuan SNI secara wajib 34 Lembaga Sertifikasi Produk dan 60
bidang industri: Laboratorium Uji dalam negeri dan
a Keamanan, kesehatan, dan keselamat­an 25 Laboratorium Uji luar negeri yang
manusia, hewan, dan tumbuhan; terakreditasi untuk melaksanakan penilaian
b Pelestarian fungsi lingkungan hidup; kesesuaian.

DATA SNI

Sumber: data SNI BSN per 4 April 2014

173 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PENGEMBANGAN INDUSTRI BAHAN BANGUNAN DAN PERALATAN

174
SAMBUTAN

BAB 3
INOVASI UNTUK
KONSOLIDASI
KONSTRUKSI INDONESIA

175 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Restrukturisasi
Industri Konstruksi Nasional1
Akhmad Suraji
Ketua KK MKI Jurusan Teknis Sipil Universitas Andalas
Rizal Z Tamin
Head of Construction Engineering & Management Research Group, ITB
Mochammad Natsir
Direktur Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PU

Industri konstruksi bukan industri bahan bangunan, tetapi industri konstruksi


didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi produksi yang mengolah bahan
alam dan atau bahan hasil pabrikan melalui suatu sistem rancang bangun
dan perekayaan tertentu menjadi suatu bangunan baik properti maupun
infrastruktur
A. PENGANTAR
(1) Tujuan paket kebijakan restrukturisasi industri konstruksi nasional
adalah mewujudkan industri konstruksi nasional yang kokoh,
handal dan berdayasaing tinggi. Industri konstruksi yang demikian
tersebut melibatkan para pelaku (people) yang memiliki kapasitas,
kapabilitas dan dayasaing tinggi, dan mampu menyelenggarakan
konstruksi (process) sepanjang siklus hidup dari aset terbangun
(life cycle of built asset development) secara efisien, efektif, inovatif,
dan produktif sehingga menghasilkan bangunan baik infrastruktur
maupun properti seperti jalan, jembatan, pelabuhan laut, bandar
udara, gedung, pembangkit listrik, jaringan transmisi, jaringan
telekomunikasi, pabrik, bendung, bendungan dan jaringan irigasi
yang berkualitas, bermanfaat dan berkelanjutan yang membentuk
lingkungan terbangun yang nyaman (the finest built environment)
dengan nilai tambah bagi kesejahteraan, keadaban, dan kedaulatan
bangsa Indonesia kini dan masa mendatang.

(2) CIB (2009) menyatakan bahwa konstruksi adalah sebuah proses


transformasi dari berbagai input material menjadi suatu bentuk
konstruksi yang mendukung kegiatan manusia dimana didalam
konstruksi terdapat proses yang melibatkan pihak-pihak seperti
kontraktor, konsul­
tan, material supplier, plant supplier, transport
supplier, tenaga kerja, asuransi, per­bank­an dan lain-lain baik untuk
pem­bangun­an baru, rehabilitasi atau­pun penambahan. Selanjutnya,

1 Kontibutor Tim Pokja 1 RIK : Mochammad Natsir, Rizal Z Tamin, Akhmad Suraji, Hari G Soeparto, Djamaluddin Abubakar

176
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Undang-Undang tentang Construction maupun infrastruktur (Suraji, 2012).


Industry Council (CIC) Hong Kong Selanjutnya, industri konstruksi selalu
menyebutkan bahwa “the construction melibatkan para pelaku (people),
industry means the industry in which proses penyelenggaraan (process)
construction operations are carried dan produk hasil penyelenggaraan
out”. Ministry of Works, Tanzania (2003) (product) (Suraji ed, 2007). Industri
menyatakan bahwa “the construction konstruksi membutuhkan rantai
industry is a sector of the economy pasok yang mencakup: (i) pemasok
that transforms various resources into bahan bangunan yang menyediakan
constructed physical economic and social bahan dasar, (ii) fabrikator yang
infrastructure necessary for socio-economic menyediakan peralatan berat, seperti
development. It embraces the process by crane dan buldoser, (iii) produsen
which the said physical infrastructure are produk komponen bangunan, (iv)
planned, designed, procured, constructed operator lapangan yang membangun
or produced, altered, repaired, maintained, bersama-sama komponen dan bahan,
and demolished. The industry comprises (v) manajer proyek dan surveyor yang
of organizations and persons who include mengkoordinir keseluruhan perakitan,
companies, firms and individuals working (vii) pengembang yang memulai proyek
as consultants, main contractors and sub- baru dan mengkoordinasikan kegiatan,
contractors, material and component (viii) manajer fasilitas yang mengelola
producers, plant and equipment suppliers, dan memelihara properti, (ix) penyedia
builders and merchants. The industry barang komplementer dan layanan
has a close relationship with clients and seperti pembongkaran, pembuangan
financiers. The government is involved in dan pembersihan (Soeparto, 2012:
the industry as purchaser (client), financier, adapted from Manseau and Seaden,
regulator and operator. 2001:3-4).

(3) Undang-Undang No 5 Tahun 1984 (4) Seri lokakarya nasional (2012) tentang
Tentang Perindustrian menyatakan membangun struktur industri
bahwa industri adalah kegiatan konstruksi nasional yang kokoh,
ekonomi yang mengolah bahan handal dan berdayasaing dengan
mentah, bahan baku, barang setengah memperluas kesempatan usaha oleh
jadi, dan atau barang jadi menjadi kerjasama Gapensi, LPJKN dan BP
barang dengan nilai yang lebih tinggi Konstruksi Kementerian Pekerjaan
untuk penggunaannya termasuk Umum telah menghasilkan dokumen
kegiatan rancang bangun dan arahan kebijakan (policy brief ) dan
perekayasaan. Berdasarkan pengertian consolidated position paper kepada
industri dan juga industri konstruksi Pemerintah tentang kebutuhan
tersebut di atas maka industri restrukturisasi sistem industri
konstruksi dapat dikonsepsikan secara konstruksi nasional (Suraji & Pribadi ed,
sederhana sebagai kegiatan ekonomi 2012). Dokumen tersebut mengungkap
produksi yang mengolah bahan alam bahwa industri konstruksi masih
dan atau bahan hasil pabrikan melalui memiliki problematika struktural, yakni
suatu sistem rancang bangun dan bahwa good governance di industri
perekayaan tertentu menjadi suatu konstruksi nasional masih belum
bangunan baik sebagai properti terjadi. Indikasi menunjukan sebagian

177 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

dari pasar konstruksi terdistorsi memberi pinjaman tanpa bunga


oleh persaingan semu, terjadinya kepada kontraktor utama (loan
“brokerage” atau “rent seeking”, serta without interest), dan bahkan terjadi
diduga bermunculan kontraktor semu integrasi vertikal oleh kontraktor besar.
(shadow players) akibat transaksi yang Selanjutnya, persaingan usaha berbasis
dipengaruhi kepentingan pelaku rantai pasok juga belum terjadi.
politik, sedangkan di sebagian pasar
konstruksi lainnya terjadi persaingan (7) Industri konstruksi nasional mengalami
mencekik leher (cut throat competition) fragmentasi rantai pasok, diduga karena
dan penawaran tidak logis. Distorsi ketidak-paduan regulasi dan kebijakan
pasar konstruksi telah menyebabkan inter industri konstruksi dan antar
biaya transaksi ekonomi tinggi dan industri material/bahan konstruksi,
merendahkan dayasaing, industri peralatan konstruksi serta
kebijakan di bidang SDM Konstruksi.
(5) Disamping itu, industri konstruksi Partnership dan supply chain dengan
nasional mengalami ketimpangan prinsip kooperasi, kolaborasi dan
antara struktur usaha dan struktur kompetisi berbasis rantai pasok
pasar. Jumlah kontraktor mencapai konstruksi belum terjadi. Kebijakan
182.800 dengan proporsi 13% nasional bahwa semua yang bekerja di
kontraktor non-kecil yang diduga industri konstruksi harus bersertifikat
menguasai 80% pangsa pasar dan 87% dan menjadi persyaratan dalam proses
kontraktor kecil yang diduga hanya pelelangan telah menjadi hambatan
menguasai 20% pangsa pasar. Kondisi masuk (entry barriers) yang berlebihan
ini menyebabkan persaingan yang (overly regulated), menambah biaya
tidak sehat. Permasalahan lain yang transaksi ekonomi yang memberatkan
terungkap adalah terjadi dominasi bagi pelaku usaha di industri konstruksi,
kontraktor besar, seperti BUMN, Swasta khususnya kontraktor kecil dan
Nasional dan Swasta Asing di berbagai menengah. Disamping itu, ketentuan
daerah dan para kontraktor kecil masih atas jenis, bentuk dan bidang usaha di
memiliki kelemahan terhadap akses sektor konstruksi belum sepenuhnya
permodalan, SDM, dan teknologi. mengikuti Klasifikasi Baku Lapangan
Usaha Indonesia (KBLI) dan belum
(6) Konsentrasi usaha di sektor konstruksi responsif terhadap pekerjaan dalam
masih didominasi oleh generalis tahapan penyelenggaraan aset
bercirikan kontraktor dengan banyak terbangun (life cycle of built asset
bidang usaha, sangat sedikit spesialis. development).
Banyak muncul kontraktor yang kurang
atau tidak profesional atau bahkan B. PILIHAN KEBIJAKAN
“semu”. Disamping itu, model usaha (1) Industri konstruksi yang kokoh, andal
subleting, sub­contracting masih belum dan berdayasaing dikonsepsikan
mem­ber­daya­kan kontraktor kecil, sebagai industri konstruksi yang
bahkan dirasakan terjadi eksploitasi mampu untuk: (i) memberikan nilai
subkontraktor oleh kontraktor utama tambah berkelanjutan; (ii) beradaptasi
baik dalam arti akses, perikatan, porsi terhadap perubahan eksternal baik
subkontrak, dan jaminan pembayaran nasional maupun global; (iii) menjadi
dan bahkan terjadi subkontraktor pelaku utama atau tuan rumah di negeri

178
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

sendiri, dan (iv) menciptakan peluang C.


KONSEPSI STRUKTUR INDUSTRI
berperan di aras global. Sebagai KONSTRUKSI
prasyarat dasar dalam membangun (1) Arsitektur industri konstruksi yang
industri konstruksi yang kokoh, andal produktif memiliki: (i) kesetimbangan
dan berdayasaing, maka pemangku jumlah antara perusahaan besar,
kepentingan industri konstruksi perlu menengah dan kecil; (ii) kesetim­
membangun nilai, etika dan kapasitas banga­ n antara perusahaan umum
profesional penyelenggara konstruksi (generalisation) dan khusus
(klien, owner, pemilik, pengelola (specialisation); dan memiliki fasilitas
proyek), pelaku usaha (konsultan, yang sedikit menganggur (minimum
kontraktor, pemasok material, vendor idle facilities). Disamping itu, rantai
peralatan, dan pemasok lainnya) dan pasok konstruksi memiliki rantai
regulator industri konstruksi. vertikal dan horisontal. Rantai vertikal
meliputi: tugas (task), proses, operasi/
(2)
Restrukturisasi sistem dilakukan aktifitas, proyek, bisnis/corporate dan
melalui melalui 5 (lima) strategic thrusts industri. Sedangkan rantai horizontal
berikut: (i) menata ulang struktur meliputi perencanaan, perancangan,
pasar (jenis, lingkup dan besaran) dan pembuatan, instalasi, pengujian,
struktur usaha (firm size, concentration, pengoperasian, pemeliharaan, peng­­
product differention); (ii) memperbesar ubah­ an dan pembongkaran. Jika
pangsa pasar konstruksi nasional dan ditinjau dari kluster teknologi konstruksi
global dengan terbukanya lapangan maka industri konstruksi memiliki
usaha baru di dalam negeri maupun teknologi earthwork, substructure,
luar negeri melalui dukungan foundation, structure dan floor, building
Pemerintah; (iii) memperkenalkan envelope, finishing dan installation
sistem manajemen rantai pasok (piping, mechanical equipments
terintegrasi berbasis koopetisi dan electrical cabling). Selanjutnya,
(kooperasi dan kompetisi) untuk gambar di bawah ini menunjukan
menjamin peningkatan nilai tambah arsitektur industri konstruksi (Soeparto,
dari penyelenggaraan konstruksi 2012). Arsitektur industri konstruksi ini
dan model persaingan di industri menggambarkan elemen-elemen dari
konstruksi didorong berbasis kekuatan sistem rancang bangun dan rantai nilai
rantai pasok; dan (iv) mengembangkan secara horisontal dan sedangkan secara
kebijakan keberpihakan (affirmative vertikal menggambarkan elemen-
policy) terhadap kontraktor kecil di elemen aktifitas dan sumber daya.
daerah, agar berkembang menjadi
kontraktor spesialis yang memiliki (2) Struktur dan karakteristik industri
kapasitas permodalan, kompetensi konstruksi berbeda dengan industri
SDM dan kapabilitas teknologi; serta lainnya. Industri konstruksi memiliki
(v) menata ulang kerangka hukum lingkup (boundaries): (a) on site activities,
dan tata kelembagaan serta instrumen (b) manufacturer of construction
kebijakan untuk sertifikasi badan usaha, materials, dan (c) professional service
sertifikasi profesi dan keterampilan, seperti architecture, engineering,
akses pasar (entry barrier) serta sistem surveying, project management, building
transaksi dan perikatan. control, building control and permit.

179 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Gambar 1. Arsitektur Industri Konstruksi

Industri konstruksi memiliki rantai nilai korporasi maupun individu serta


(value chain) mulai dari extractive natural masyarakat) dan kerjasama pemerintah
materials, chemical & manufacturing dan swasta.
industry, industrialisation and advanced
pre-fabrication, whole sale and retail, (3) Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
preffered relationship of supply-demand, Indonesia (KBLI) (BPS, 2009) membagi
dan collaboration among stakeholders. industri konstruksi menjadi: (i)
Disamping itu, industri konstruksi konstruksi bangunan gedung, (ii)
juga memiliki karakteristik kompetisi konstruksi bangunan sipil dan (iii)
(competition). Gambar 2 berikut ini konstruksi khusus. Selanjutnya
menunjukkan sistem produksi dalam konstruksi gedung diklasifikasikan
industri konstruksi. Dalam gambar ke dalam kelompok fungsi gedung
ini, klien dari industri konstruksi seperti misalnya gedung tempat
adalah pemerintah, swasta (termasuk tinggal, gedung perkantoran dan

180
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Gambar 2. Sistem Produksi dalam Industri Konstruksi

gedung kesehatan dan hanya satu Product Classification) dan termasuk ke


kelompok sebagai aktivitas yaitu dalam perdagangan bidang jasa (GATS).
pemasangan bangunan konstruksi Organisasi ini membagi aktivitas atau
prefabrikasi. Sedangkan konstruksi kegiatan tersebut sebagai layanan
bangunan sipil juga diklasifikasikan konstruksi (construction services) dan
ke dalam fungsi bangunan seperti layanan profesional (professional
jalan, jalan rel, terowongan dan irigasi services). Selanjutnya, Tabel 2 di bawah
dan klasifikasi berdasarkan aktivitas ini menunjukan klasifikasi layanan
seperti pemasangan bangunan konstruksi dan Tabel 3 menunjukan
konstruksi prefabrikasi. Demikian juga, klasifikasi layanan profesional.
konstruksi khusus mencakup klasifikasi
berdasarkan aktifitas dan sebagian Pada Tabel 2 tersebut di atas, pada
lagi berdasarkan fungsi bangunan. prinsipnya 8 (delapan) layanan
Tabel 1 di bawah ini menunjukan konstruksi dikategorikan menjadi 3
struktur klasifikasi industri konstruksi bagian, yaitu: (i) konstruksi gedung,
berdasarkan KBLI (BPS, 2009). (ii) konstruksi rekayasa sipil, dan (iii)
konstruksi khusus yang terdiri dari pra-
(4) WTO (World Trade Organisation) pemasangan di lapangan, perakitan
menggunakan struktur klasifikasi dan pemasangan pracetak, pekerjaan
dari industri konstruksi berdasarkan instalasi, pekerjaan penyelesaian,
aktivitas atau kegiatan yang persewaan peralatan konstruksi dan
menghasilkan suatu produk dan pekerjaan khusus lainnya.
selanjutnya disebut CPC (Central

181 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Tabel 1 KBLI – Jenis Konstruksi

JENIS KONSTRUKSI
KONSTRUKSI BANGUNAN KONSTRUKSI BANGUNAN SIPIL (F42) KONSTRUKSI KHUSUS (F43)
GEDUNG (F14)

410 Konstruksi Gedung 4211 Konstruksi Jalan & Rel Kereta Api 431 Pembongkaran dan Penyiapan Lahan
4101 Konstruksi Gedung 42111 Konstruksi Jalan Raya 4311 Pembongkaran
41011 Konstruksi Gedung Tempat 42112 Konstruksi Jembatan & Jalan Layang 43110 Pembongkaran
41012 Tinggal 42113 Konstruksi Landasan Pacu Pesawat 4312 Penyiapan Lahan
Konstruksi Gedung Perkantoran Terbang
41013 Konstruksi Gedung Industri 42114 Konstruksi Jalan Kereta Api & Jembatan 43120 Penyiapan Lahan
Kereta Api
41014 Konstruksi Gedung Perbelanjaan 42115 Konstruksi Terowongan 432 Instalasi Sistem Kelistrikan, Air (Pipa)
Konstruksi Gedung Kesehatan & Instalasi Konstruksi Lainnya
41015 Konstruksi Gedung Pendidikan 4212 Pemasangan Bangunan Konstruksi 4321 Instalasi Sistem Kelistrikan
Prafabrikasi untuk Konstruksi Jalan
& Rel Kereta Api
41016 Konstruksi Gedung Penginapan 42120 Pemasangan Bangunan Konstruksi 43211 Instalasi Listrik
Prafabrikasi untuk Konstruksi Jalan
Konstruksi Gedung Tempat & Rel Kereta Api
41017 Hiburan 422 Konstruksi Jaringan Saluran untuk 43212 Instalasi Telekomunikasi
Irigasi, Komunikasi & Limbah
41018 Konstruksi Gedung Lainnya 4221 Konstruksi Jaringan Saluran untuk 43213 Instalasi Navigasi Laut & Sungai
Pemasangan Bangunan Irigasi, Komunikasi & Limbah
41019 Konstruksi 42211 Konstruksi Jaringan Saluran Irigasi 43214 Instalasi Navigasi Udara
41021 Prafabrikasi untuk Konstruksi 42212 Konstruksi Bangunan Pengolahan, 43215 Instalasi Sinyal & Telekomunikasi
Gedung Penyaluran dan Penampungan Air Kereta Api
Minum, Air Limbah & Drainase
42213 Konstruksi Bangunan Elektrikal 43216 Instalasi Sinyal & Rambu-Rambu Jalan Raya
42214 Konstruksi Telekomunikasi Sarana 43217 Instalasi Elektronika
Bantu Navigasi Laut & Rambu Sungai
42215 Konstruksi Telekomunikasi Navigasi Udara 4322 Instalasi Air (Pipa), Pemanas dan
Pendingin
42216 Konstruksi Sinyal & Telekomunikasi 43221 Instalasi Air (Pipa)
Kereta Api
42217 Konstruksi Sentral Telekomunikasi 43222 Instalasi Pemanas & Geothermal
42218 Pembuatan/Pengeboran Sumur Air Tanah 43223 Instalasi Minyak dan Gas
42219 Konstruksi Jaringan Saluran Elektrikal 43222 Instalasi Pendingin & Ventilasi Udara
& Telekomunikasi Lainnya
4222 Pemasangan Bangunan Konstruksi 4329 Instalasi Konstruksi Lainnya
Prafabrikasi untuk Konstruksi Jaringan
Saluran Irigasi, Komunikasi & Limbah
42220 Pemasangan Bangunan Konstruksi 43291 Instalasi Mekanikal
Prafabrikasi untuk Konstruksi Jaringan
Saluran Irigasi, Komunikasi & Limbah
429 Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya 43292 Instalasi Meteorologi, Klimatologi & Geofisika
4291 Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya 43299 Instalasi Konstruksi Lainnya YTDL
42911 Konstruksi Bangunan Prasarana 433 Penyelesaian Konstruksi Bangunan
Sumber Daya Air
42912 Konstruksi Bangunan Pelabuhan dan 4330 Penyelesaian Konstruksi Bangunan
Dermaga
42913 Konstruksi Bangunan Pengolahan & 43301 Pekerjaan Pemasangan Kaca & Alumunium
Penampungan Barang Minyak & Gas
42914 Pengerukan 43302 Pekerjaan Lantai, Dinding Peralatan Saniter &
Plafon
42919 Konstruksi Bangunan Sipil Lainnya YTDL 43303 Pengecatan
4292 Pemasangan Bangunan Konstruksi 43304 Dekorasi Interior
Prafabrikasi untuk Konstruksi Bangunan
Sipil Lainnya
42920 Pemasangan Bangunan Konstruksi 43305 Dekorasi Interior
Prafabrikasi untuk Konstruksi
Bangunan Sipil Lainnya
43309 Penyelesaian Bangunan Konstruksi
Lainnya
439 Konstruksi Khusus Lainnya
4390 Konstruksi Khusus Lainnya
43901 Pemasangan Pondasi & Pilar
43902 Pemasangan Perancah (Steiger)
43903 Pemasangan Atap/Roof Covering
43904 Pemasangan Kerangka Baja
43905 Penyewaan Alat Konstruksi dengan Operator
43909 Konstruksi Khusus Lainnya YTDL

182
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

(5) Negara-Negara Teluk (GCC) membagi Tabel 3 Klasifikasi


industri konstruksi berdasarkan Layanan Profesional (CPC 867)
lingkup kegiatan, yaitu: (a) Real estate
n 8671 Architectural Services
developer, (b) Project manager, (c)
n 8672 Engineering Services
Property consultants, (d) Contractor, (e)
n 8673 Integrated Engineering Services
Sub-contractor (MEP), dan (f) Building
n 8674 Urban Planning and Landscape
materials and services suppliers. Inggris
dan negara Eropa lainnya membagi Architectural Services
n 8675 Engineering Related Scientific
industri konstruksi menjadi: (a)
Residential Building, (b) Non-Residential and Technical Consulting
Building, dan (c) Civil Engineering. Services
n 8676 Technical Testing and Analysis
Services
Tabel 2 Klasifikasi
Layanan Konstruksi (CPC 51)

n 511 Pre-erection Work at


Construction Sites trade contractors. Building, developing &
n 512 Construction Work for Buildings
general contracting dibedakan ke dalam:
n 513 Construction Work for Civil
(a) residential and (b) non-residential
Engineering building. Sedangkan konstruksi berat
n 514 Asembly and Erection of
(heavy construction) prinsipnya sama
Prefabricated dengan civil engineering, sedangkan
n 515 Special Trade construction Work
special trade contractors merupakan the
n 516 Installation Work
installation and finishing sector.
n 517 Building Completion and
Finishing Work (6)
New Zealand mendefinisikan
n 518 Renting Service related to
sektor konstruksi dan layanan
equipment for construction or yang terkait konstruksi. Negara ini
demolition of buildings or civil mengklasifikasikan sektor konstruksi
engineering works, with operator berdasarkan aktivitas dan layanan.
Berdasarkan aktivitas, konstruksi
mencakup konstruksi gedung tempat
Selanjutnya, Hong Kong membagi
tinggal dan non tempat tinggal serta
industri konstruksi berdasarkan jenis
konstruksi rekayasa sipil dan konstruksi
klien, jenis bangunan dan ditambah
berat. Kemudian berdasarkan layanan
dengan aktivitas perbaikan dan
meliputi layanan penyiapan lahan,
pemeliharaan sebagai berikut: (i)
layanan struktur gedung, layanan
private building; (ii) public building; (iii)
instalasi gedung, layanan akhir gedung
civil engineering; and (iv) repair and
dan layanan lainnya. Sedangkan
maintenance. Sedangkan, Amerika
layanan terkait konstruksi terdiri dari
membagi industri konstruksi menjadi
arsitektur, rekayasa dan teknik lainnya
3 (tiga) sektor utama: (i) building,
serta penyediaan material bangunan.
developing & general contracting, (ii)
heavy construction, dan (iii) special

183 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Gambar 3 Klasifikasi Industri Konstruksi di New Zealand

(7) Di Inggris, konsepsi ukuran dari besar (>250). Tabel 4 di bawah ini
perusahaan dalam suatu industri menggambarkan proporsi perusahaan
konstruksi ditentukan berdasarkan di industri konstruksi berdasarkan
jumlah karyawan (employment band) ukuran usaha dalam satuan jumlah
dengan pembagian micro (1 -9), kecil karyawan.
(10 – 49), menengah (50 – 249) dan

Tabel 4 Ukuran Perusahaan di Sektor Konstruksi

184
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

D. RESTRUKTURISASI INDUSTRI Keempat tentang Perekonomian


KONSTRUKSI Nasional dan Kesejahteraan Sosial,
(1) Landasan Kebijakan Pasal 33 Ayat (4) menyatakan
a. Landasan filosofis dari kebijakan ini bahwa“ perekonomian nasional
adalah bahwa industri konstruksi diselenggarakan berdasar atas
menghasilkan produk berupa demokrasi ekonomi dengan
aset fisik suatu bangunan baik prinsip kebersamaan, efisiensi
infrastruktur maupun properti berkeadilan, berkelanjutan,
dengan usia sangat panjang (long berwawasan lingkungan,
lasting artefact) yang membentuk kemandirian, serta dengan
lingkungan terbangun dan menjaga keseimbangan kemajuan
memiliki manfaat dan dampak dan kesatuan ekonomi nasional”.
terhadap perekonomian, sosial Selanjutnya, Pasal 33 Ayat (5)
dan lingkungan, UUD 1945 menyatakan bahwa
b. Landasan sosiologis dari kebijakan “ketentuan lebih lanjut mengenai
ini adalah bahwa industri pelaksanaan pasal ini diatur dalam
konstruksi melibatkan berbagai undang-undang”. Sebagai suatu
pihak yang saling terkait satu sama sektor ekonomi, penyelenggaraan
lainnya dengan membentuk rantai konstruksi harus dijamin
nilai yang diharapkan selalu kokoh, berdasarkan prinsip-prinsip pasal
handal dan berdayasaing dalam 33 Ayat (4) UUD 1945 ini.
menyelenggarakan konstruksi baik f. Landasan yuridis lainnya dari
bangunan gedung, sipil maupun kebijakan ini adalah bahwa
khusus sehingga menghasilkan kualifikasi dari industri konstruksi
bangunan yang berkualitas, sama dengan industri lainnya
bermanfaat dan berkelanjutan, terdiri dari pelbagai usaha
c. Landasan ekonomis dari kebijakan (establishments) dengan skala
ini adalah bahwa industri mikro, kecil dan menengah yang
konstruksi menggunakan berbagai diatur dalam Undang-Undang
sumberdaya dalam proses Nomor 20 Tahun 2008 Tentang
produksi dari hulu hingga hilir dan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah
juga melibatkan aktivitas layanan didasarkan pada kekayaan bersih
lainnya seperti layanan rancang (net worth),
bangun dan rekayasa serta layanan g. Landasan yuridis lainnya dari
penyediaan material dan pabrikasi kebijakan ini adalah bahwa Undang-
material serta peralatan, Undang 18 Tahun 1999 Bagian
d. Landasan politis dari kebijakan ini Keempat pasal 12 menyatakan
adalah bahwa industri konstruksi konstruksi: (1) usaha jasa konstruksi
nasional akan menghadapi dikembangkan untuk mewujudkan
persaingan dengan industri struktur usaha yang kokoh dan
konstruksi negara-negara lain baik efisien melalui kemitraan yang
di tingkat regional (MEA 2015) sinergis antara usaha yang besar,
maupun global (WTO 2020), menengah, dan kecil serta antara
e. Landasan yuridis dari kebijakan ini usaha yang bersifat umum, spesialis,
adalah bahwa Undang-Undang dan keterampilan tertentu; (2)
Dasar 1945 Bab XIV Perubahan usaha perencanaan konstruksi

185 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

dan pengawasan konstruksi (4) Lingkup Kebijakan


dikembangkan ke arah usaha Kebijakan ini mencakup:
yang bersifat umum dan spesialis; (i) Restrukturisasi lapangan usaha
(3) usaha pelaksanaan konstruksi konstruksi,
dikembangkan ke arah: (a) usaha (ii) Restrukturisasi skala usaha
yang bersifat umum dan spesialis; konstruksi,
(b) usaha orang perseorangan yang (iii) Restrukturisasi konsentrasi usaha
berketerampilan kerja. konstruksi,
(iv) Restrukturisasi kepemilikan usaha
(2) Maksud dan Tujuan Kebijakan konstruksi.
Maksud kebijakan ini adalah
membentuk industri konstruksi yang (5) Konsepsi Kebijakan
kokoh, handal dan berdayasaing. a. Simplifikasi Kategori Lapangan
Sedangkan tujuan kebijakan ini adalah Usaha
menstrukturkan ulang lapangan Kompatibilitas antara struktur
usaha dan menentukan ulang struktur industri konstruksi nasional dan
usaha di sektor konstruksi agar terjadi struktur pasar konstruksi domestik.
kesesuaian antara struktur pasar dan Struktur industri konstruksi
struktur industri serta memberikan disusun berdasarkan ukuran
kesempatan yang luas bagi pelaku perusahaan, produk layanan, dan
usaha di sektor konstruksi. konsentrasi. Sedangkan struktur
(3) Sasaran Kebijakan pasar konstruksi domestik disusun
Sasaran kebijakan ini adalah berdasarkan besaran (nilai) pasar,
perusahaan konstruksi atau sebutan jenis pasar dan segmen pasar.
lain yang usahanya memproduksi
suatu bangunan melalui suatu sistem
penyelenggaraan proyek tertentu.

Gambar 4. Model Struktur Pasar dan Industri

186
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Gambar 5 di bawah ini CPC. Model ini menjelaskan tentang


mendeskripsikan model struktur keterkaitan antara perusahaan,
lapangan usaha di sektor konstruksi aktivitasnya dan produk atau
berdasarkan klasifikasi ISIC/KBLI dan keluaran layanannya.

STRUKTUR LAPANGAN USAHA

Gambar 5. Model Struktur Lapangan Usaha di Sektor Konstruksi

Berdasarkan model tersebut di atas Dari 3 (tiga) jenis lapangan usaha


maka lapangan usaha di sektor utama tersebut di atas, selanjutnya
konstruksi dibedakan menjadi 3 masing-masing diklasifikasikan
(tiga) jenis lapangan usaha yaitu: seperti Tabel 5 berikut ini.
(1) Konstruksi Gedung,
(2) Konstruksi Sipil,
(3) Konstruksi Khusus.

187 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Tabel 5. Pembagian Lapangan Usaha di Sektor Konstruksi

Gambar 6. Konsepsi Struktur Lapangan Usaha di Sektor Konstruksi

188
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

b. Rekondisi Kriteria Kualifikasi Skala (iii)


Usaha menengah adalah
Usaha usaha ekonomi produktif yang
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 berdiri sendiri, yang dilakukan
tentang Usaha Mikro Kecil, definisi oleh orang perorangan atau
skala usaha adalah sebagai berikut: badan usaha yang bukan
(i) Usaha mikro adalah usaha merupakan anak perusahaan
produktif milik orang atau cabang perusahaan yang
perorangan dan/atau badan dimiliki, dikuasai, atau menjadi
usaha perorangan yang bagian baik langsung maupun
memenuhi kriteria usaha mikro tidak langsung dengan usaha
sebagaimana diatur dalam kecil atau usaha besar dengan
undang-undang ini. jumlah kekayaan bersih atau
(ii) Usaha kecil adalah usaha hasil penjualan tahunan
ekonomi produktif yang berdiri sebagaimana diatur dalam
sendiri, yang dilakukan oleh undang-undang ini.
orang perorangan atau badan (iv) Usaha besar adalah usaha
usaha yang bukan merupakan ekonomi produktif yang
anak perusahaan atau bukan dilakukan oleh badan usaha
cabang perusahaan yang dengan jumlah kekayaan
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bersih atau hasil penjualan
bagian baik langsung maupun tahunan lebih besar dari usaha
tidak langsung dari usaha menengah, yang meliputi usaha
menengah atau usaha besar nasional milik negara atau
yang memenuhi kriteria usaha swasta, usaha patungan, dan
kecil sebagaimana dimaksud usaha asing yang melakukan
dalam undang-undang ini. kegiatan ekonomi di indonesia.

Gambar 6. Konsepsi Struktur Skala Usaha di Sektor Konstruksi

189 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

Gambar 7. Kriteria Skala Perusahaan di Sektor Konstruksi

c. Redefinisi Kategori Konsentrasi dalam rantai pasok kons­ truksi.


Usaha Perusahaan generalis harus memiliki
Struktur konsentrasi usaha kemampuan pemasar­an (marketing),
konstruksi terdiri dari usaha umum rekayasa (engineering), manajemen
(generalis) dan usaha khusus pro­yek (project management) dan
(spesialis). Perusahaan konstruksi pembiayaan (financing). Sedang­
generalis adalah perusahaan kan perusahaan kons­truksi spesialis
yang bertanggungjawab mewu­ adalah per­usaha­an konstruksi yang
jud­kan bangunan gedung dan bertanggungjawab menyelesai­kan
atau bangunan sipil de­ ngan pelaksanaan sebagian pekerja­ an
merencanakan seluruh pe­
ker­ konstruksi sesuai dengan kekhususan
jaan konstruksi dan mengen­ da­ keahlian dalam teknologi konstruksi
likan seluruh pihak yang terlibat tertentu.

Gambar 8. Model Struktur Konsentrasi Usaha di Sektor Konstruksi

190
Restrukturisasi Industri Konstruksi Nasional

d. Reformulasi Kategori Kepemilikan right) dan didirikan sesuai


Usaha dengan peraturan perundang-
Tujuan restrukturisasi kepemilikan undangan serta bekerja dan
usaha ini adalah memberikan berkedudukan dalam wilayah
kebijakan afirmatif yang tepat bagi Negara Kesatuan Republik
perusahaan-perusahaan Indonesia Indonesia.
atau dalam negeri. Kepemilikan (iii) Perusahaan dalam negeri atau
usaha dapat bervariasi berdasarkan domestik adalah badan usaha
penguasaan saham dan hak suara milik negara atau badan usaha
dalam menentukan kebijakan milik swasta yang kepemilikan
dalam perusahaan. Gambar 9 sahamnya lebih dari 50% (lima
menunjukan kriteria kepemilikan puluh persen) dimiliki oleh
usaha. perusahaan asing atau warga

Gambar 9. Struktur Kepemilikan Usaha di Sektor Konstruksi

Selanjutnya, jenis perusahaan negara asing dan didirikan


tersebut di atas didefiniskan sesuai dengan peraturan
sebagai berikut: perundang-undangan serta
(i) Perusahaan Indonesia adalah bekerja dan berkedudukan
badan usaha milik negara, dalam wilayah Negara
badan usaha milik daerah, Kesatuan Republik Indonesia.
dan badan usaha milik swasta (iv)
Perusahaan asing adalah
yang kepemilikan saham badan usaha yang didirikan
seluruhnya oleh orang dan berbadan hukum di luar
Indonesia, wilayah Negara Kesatuan
(ii) Perusahaan nasional adalah Republik Indonesia dan
badan usaha milik negara, wajib mematuhi peraturan
badan usaha milik daerah, perundangan-undangan yang
dan badan usaha swasta berlaku di Republik Indonesia.
yang kepemilikan sahamnya
lebih dari 50% (lima puluh REFERENSI
persen) dimiliki oleh badan (1) CIB (2009) Revaluing Construction in
usaha milik negara, badan Developing Countries,
usaha milik daerah dan/ (2) Suraji, A & Pribadi K Suryanto (2012)
atau perseorangan warga Membangun Industri Konstruksi,
negara indonesia, yang (3) CIC (2005) Construction Industry Council
memiliki hak suara (voting Hong Kong,

191 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

Membangun Keunggulan Bersaing


untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

Muhammad Sapri Pamulu, Ph.D.


Manager Strategi PT Wiratman, Jakarta.

Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki keunggulan bersaing apabila dapat


melakukan sesuatu dengan hasil kinerja yang lebih baik dari pada perusahaan
pesaing. Hal ini bisa dilihat antara lain dari indikator keuangan dimana
perusahaan yang unggul bersaing akan mempunyai profitabilitas lebih besar
dari pada keuntungan rata-rata dari perusahaan yang bergerak pada industri
yang sama. Mengapa suatu perusahaan dapat mengungguli perusahaan
lainnya dan apa saja yang menjadi sumber keunggulannya merupakan
pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam kajian pengelolaan strategi. Tulisan
ini dimaksudkan untuk menggambarkan faktor-faktor apa saja dari strategi
bersaing perusahaan konstruksi dalam mencapai keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan sumberdaya (Resource
Based, Barney 1991) dan kapabilitas dinamik (Dynamic Capability, Teece 1997).
Keunggulan Bersaing
Secara umum terdapat 2 (dua) pendekatan utama bagaimana memandang
suatu strategi organisasi bisnis dalam mencapai keunggulan bersaing, yaitu
Pertama, Pendekatan dari luar ke dalam (outside-in) yang dikembangkan oleh
Porter (1980) yang juga dikenal sebagai teori posisi atau pendekatan pasar.
Kiat usaha itu intinya adalah mencari posisi yang tepat dalam suatu sektor
industri. Lalu, proses penentuan kiat memilih industri yang berdaya tarik
tinggi dan cakupan pasar, kemudian diikuti dengan memilih posisi yang tepat
dan rangkaian nilai yang mendukung posisi yang diambil. Kedua, Kiat dari
dalam ke luar (inside-out) dimana kiat dimulai dengan memetakan sumber
daya yang dimiliki lalu kemudian menentukan industri dan strategi apa yang
akan dipilih. Pendekatan sumber daya yang diteorikan oleh Barney (1991) ini
mensyaratkan adanya nilai, kelangkaan, tak tertirukan dan terorganisasi untuk
dapat memiliki keunggulan dan kinerja yang lestari.

Barney (2008) justru mengkategorikan 3 (tiga) resep jawaban dalam


menjawab pertanyaan kenapa suatu perusahaan bisa mengungguli

192
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

perusahaan-perusahaan lainnya?, yaitu resep dapat langsung ditiru dan akhirnya profitabilitas
pertama, jangan membuat kesalahan. Kedua, akan menurun. Oleh karena itu, perbedaan
jika menguasai pasar, manfaatkan dan jagalah sumberdaya merupakan inti yang sangat penting
dengan bijak. Ketiga, tiru apa yang dapat bagi kesinambungan keunggulan bersaing.
bersaing dan eksploitasi asset yang unik untuk
unggul. Resep terakhir ini dikategorikan sebagai Menurut Barney (1991), sumberdaya dan
resep Kapabilitas dengan teori RBV (Resource kapabilitas perusahaan dapat di bagi atas:
Based View) dan DCV (Dynamic Capability View). 1. Sumberdaya berwujud (Tangible Asset) yang
merupakan aset yang dapat dilihat dan
Resource Based View (RBV) dihitung. Sumberdaya ini mudah untuk
Pendekatan ini percaya bahwa keunggulan diidentifikasi serta dievaluasi. Termasuk
bersaing suatu perusahaan ditentukan oleh kedalam sumberdaya ini adalah sumberdaya
karakteristik yang ada didalam perusahaan keuangan, sumberdaya organisasi, sumber-
itu sendiri, yaitu sumber daya dan kapabilitas. daya fisik/ peralatan dan sumberdaya teknologi.
Menurut perspektif RBV, perbedaan dalam Sumberdaya berwujud sulit ditiru oleh pesaing
kinerja perusahaan lebih disebabkan oleh dan memiliki daya tahan yang lama sehingga

Tabel 1 Pendekatan-Pendekatan Keunggulan Bersaing (Barney, 2008)

No Approach Key Authors Theory Managerial Prescription

1 Mistake Williamson (1975; 1985), Transactions cost;


Jensen and Meckling (1976), Agency theory; Don’t make mistakes!
Kogut (1991) Real options
2
Market Power Saphiro (1986) Game theory: SCP models If you have market power, use it
Porter (1980; 1985) and protect it wisely
3
Capabilities Barney (1986; 1991); Resource-base Imitate what you can to gain
Teece (1997) Dynamic capabilities competitive parity; Exploit your
unique assets to gain advantage

faktor keunikan sumberdaya dan kapabilitas banyak perusahaan yang menggunakannya


perusahaan dan bukan karena karakteristik dalam membentuk keunggulan bersaing.
struktur industri. 2. Sumberdaya tidak berwujud (Intangible
Asset) yang merupakan aset yang dapat
Dasar pemikiran RBV adalah bahwa pada dasarnya dirasakan manfaatnya tetapi tidak
perusahaan berbeda karena masing-masing berwujud. Ada 3 (tiga) tipe sumberdaya
perusahaan memiliki sejumlah sumberdaya yang tergolong dalam sumberdaya tidak
tertentu yang bersifat unik. Oleh karena banyak berwujud, yaitu: sumberdaya manusia,
sumberdaya yang tidak dapat diperoleh dengan inovasi dan reputasi.
segera dan seketika, maka pilihan strategi 3. Kapabilitas organisasi, meliputi: kapasitas
perusahaan dibatasi oleh jumlah sumberdaya perusahaan untuk mengelola sumberdaya
yang tersedia pada saat itu dan oleh kecepatan berwujud maupun tidak berwujud secara
perusahaan dalam memperoleh sumberdaya terpadu dengan menggunakan proses
baru. Tanpa adanya keragaman dan tingkat organisasi untuk mencapai hasil yang
perubahan sumberdaya antar perusahaan, maka diharapkan, misal: produk/jasa atau
tiap perusahaan dapat memilih strategi manapun teknologi konstruksi yang inovatif.
yang diinginkan sehingga strategi yang berhasil

193 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

Analisis RBV dapat dilakukan dengan 5 (lima) pendapatan yang lebih tinggi, kemampuan
tahapan, yaitu: (1) Mengidentifikasi sumberdaya perusahaan dapat membuat beban biaya
dari perusahaan dan kemudian mempelajari menjadi semakin rendah, atau bahkan
kekuatan dan kelemahan diban­ ding dengan kombinasi antara keduanya.
pesaing, (2) Menentukan ka­pa­bilitas perusahaan
yang unggul, (3) Me­ mas­­tikan potensi dari Rare, sebagai karakteristik kemampuan
sumberdaya dan kapa­ bilitas perusahaan yang perusahaan tentang apakah sumber daya
memiliki keung­ gulan daya saing, (4) Memilih dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan
sebuah industri yang menarik, dan (5) Memilih itu jarang atau bahkan tidak dimiliki oleh
strategi yang paling memungkinkan perusahaan perusahaan lainnya. Dengan kondisi demikian
meman­ faat­
kan sumberdaya dan kapabilitasnya maka perusahaan dapat menguasai pasar di
ber­kait­­an dengan peluang-peluang lingkungan segmen yang dikuasainya. Penguasaan pasar
eksternal. yang dimaksud bukan monopoli pasar, tetapi
lebih pada kemampuan perusahaan yang
Berdasarkan pendekatan berbasis RBV, sulit ditemui di tempat-tempat lain dan tidak
keunggulan bersaing bagi suatu perusahaan dapat diperoleh dengan mudah. Perusahaan-
amat ditentukan oleh karakteristik sumber daya perusahaan yang melayani niche market
dan kapabilitas yang ada di dalam perusahaan. biasanya memiliki karakter seperti ini.
Pendekatan sumber daya ini mensyaratkan

Resources Competitive Advantage Performance

Resource / Capabilities: Competitive Implications: Economic Performance:


• Valuable? • Competitive • Below Normal
• Rare? Disadvantage • Normal
• Costly to imitate? • Competitive Parity • Above Normal
• Exploited by • Temporary • Above Normal
organisation Competitive Advantage
• Sustained
Competitive Advantage

Gambar 1 The RBV-VRIO Framework (Barney, 1991)

adanya 4 (empat) karakteristik sumber daya Inimitable, adalah karakteristik sumberdaya


dan kapabilitas yang memiliki nilai, kelangkaan, dan kapabilitas perusahaan yang tidak dapat
tak tertirukan dan terorganisasi untuk dapat ditiru oleh perusahaan pesaing dengan baik
memiliki keunggulan bersaing yang lestari. dan sempurna. Hal ini berarti kemampuan
Barney (1991) mempopulerkan karakteristik ini perusahaan tidak dapat ditiru dan digandakan
dengan singkatan VRIO (Valuable, Rare, Inimitate, kecuali dengan suatu upaya dan biaya yang luar
Organization). biasa besar sehingga dapat membuat krisis bagi
perusahaan yang ingin menirunya. Demikian
Value, sebagai karakteristik kemampuan pula dimaksudkan bahwa sumberdaya dan
perusahaan untuk dapat menghasilkan kapabilitas perusahaan menjadi tidak dapat

194
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

tergantikan (tersubtitusi) secara sempurna dan yang seharusnya untuk beradaptasi, menyatu-
pada akhirnya menciptakan suatu barrier to padukan, dan mengkonfigurasi ulang sumber
entry yang sulit ditembus oleh pesaing lainnya. daya dan kompetensinya agar dapat merespon
perubahan lingkungan.
Organization adalah karakteristik organisasi
perusahaan yang dapat membangun insentif, Ada 6 (enam) elemen utama dari pendekatan ini.
struktur, dan budaya organisasi yang selaras Pertama, konsep kapabilitas sebagai kemampuan
sehingga mampu memberikan dukungan atau kapasitas yang menekankan peran kritis dari
bagi orang-orang yang berada di dalamnya manajemen strategi. Kedua, kapabilitas berperan
untuk mengeksploitasi sumberdaya yang ada, untuk mengintegrasi atau mengkoordinasikan,
dan bahkan mampu menciptakan kapabilitas- mengembangkan dan mengkonfigurasi ulang
kapabilitas baru yang belum ada sebelumnya, kompetensi internal dan ekternal. Ketiga,
sehingga dapat memberikan keunggulan kapabilitas dinamis berfokus pada konteks
bersaing yang luar biasa bagi perusahaan eksternal, yaitu perubahan lingkungan yang
dan juga menciptakan barrier to entry yang cepat. Keempat, kapabilitas dinamis itu secara
tidak dapat teramati dengan jelas oleh tipikal terbentuk, pembentukan dan evolusinya
perusahaan-perusahaan pesaing, karena letak tertanam dalam proses-proses organisasi yang
keunggulannya terletak di dalam organisasinya, ditentukan oleh posisi asset dan jalur evolusi
ada pada sistem dan orang-orang yang terlibat organisasi. Kelima, kapabilitas dinamis adalah
didalamnya. heterogen dalam organisasi karena tergantung
pada proses, posisi asset yang unik dan jalur
Dynamic Capability View/Kapabilitas evolusi organisasi. Terakhir, keenam, kiat
Dinamis (DCV) ini menganggap bahwa keunggulan lestari
Berbeda dengan kedua pendekatan strategi merupakan dampak langsung, bukan tidak
bersaing sebelumnya, Pendekatan Kapabilitas langsung.
Dinamis justru menjembatani keduanya dengan
memandang bahwa keunggulan yang lestari Selanjutnya, dalam Tabel berikut, terdapat
dapat diperoleh jika organisasi memiliki kapasitas 3 (tiga) kapabilitas – Sensing, Seizing dan
untuk terus menerus melakukan penyesuaian Transforming – yang merupakan jantung
dan rekonfigurasi sumber dayanya secara proses dari kapabilitas dinamis yang kemudian
kombinasi menyeluruh, baik internal/eksternal diuraikan menjadi 12 (dua belas) proses-proses
maupun tangible/intangible, untuk merespons yang disyaratkan agar perusahaan dapat
perubahan pasar atau teknologi yang cepat. mencapai keunggulan yang superior dan
Pemosisian pun dapat dilakukan baik dengan kinerja yang lestari.
kiat dari dalam maupun dari luar.
Kapabilitas Sensing merujuk kepada sistem
Dari kata kunci “kapabilitas dinamis” yang analisis dan kapasitas tersendiri untuk belajar,
diperkenalkan oleh Teece (1997) ini maka memindai, menyaring, membentuk dan
tentu saja dapat dengan mudah dimaknai mengkalibrasi peluang-peluang. Mengerti dan
dari pengertian masing-masing kata, yaitu mamahami bentuk peluang dan ancaman (Sense)
“kapabilitas” dan “dinamis”. Dinamis merujuk dapat dilakukan melalui proses-proses penelitian
pada pengertian lingkungan bisnis yang dan pengembangan (R&D) internal dan pemilihan
berubah-ubah yang menuntut kapasitas teknologi baru, proses memanfaatkan pemasok
untuk selalu memperbaharui kompetensi dan inovasi komplementor dalam perusahaan,
dan tanggapan yang inovatif. Sedangkan proses mengikuti perkembangan ilmu
kapabilitas merujuk kepada cara organisasi pengetahuan eksogen dan teknologi eksogen

195 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

Table 2 Dynamic Capabilities Framework (Teece, 2007)

Dynamic Foundations Micro-foundations

Sensing Analytical systems (and individual Processes to direct internal R&D and select new technologies
capabilities) to learn and to Processes to tap supplier and complementor innovation
sense, filter, shape, and calibrate
Processes to tap developments in exogenous science and
opportunities.
technology
Processes to identify target market segments, changing
customer needs and customer innovation
Delineating the customer solution and the business model
Seizing Enterprise structures, procedures,
designs, and incentives for seizing Selecting decision-making protocols
opportunities Selecting enterprise boundaries to manage complements and
“control”
Building loyalty and commitment
Transforming/ Continuous alignment and Decentralization and near decomposability
Managing Threats realignment of specific tangible Governance
and intangible assets Cospecialization
Knowledge management

dalam perusahaan, dan proses mengidentifikasi Keunggulan Perusahaan Konstruksi


target segmen pasar, perubahan kebutuhan Berbagai studi telah dilakukan tentang
pelanggan, dan inovasi pelanggan. sumber-sumber keunggulan perusahaan
konstruksi dengan pendekatan RBV dan DCV.
Kapabilitas Seizing merujuk kepada struktur, Langford and Male (1991) memulai menelisik
prosedur, rancangan, dan insentif perusahaan apa saja faktor-faktor internal yang menjadi
dalam menangkap peluang. Menangkap sumber keunggulan bersaing perusahaan
peluang dilakukan dengan mendeskripsikan konstruksi dengan merujuk ke Kay yang
solusi pelanggan dan model bisnis perusahaan, menilai bahwa struktur organisasi, reputasi
memilih batas pengelolaan komplemen dan dan inovasi merupakan sumber keunggulan
pengendalian perusahaan, memilih protocol bagi perusahaan konstruksi. Ada banyak
pengambilan keputusan dan membangun riset serupa sejak itu termasuk oleh Chew,
loyalitas dan komitmen perusahaan. Yan & Cheah (2008); Green dkk. (2008) dan
Wethyavivorn, dkk (2009). Dalam studi tentang
Kapabilitas Transforming mengaju sumber keunggulan perusahaan konstruksi di
kepada penyelarasan dan rekonfigurasi Thailand misalnya, Wethyavivorn, dkk (2009)
berkesinambungan dari asset berwujud dan tak menemukan 3 (tiga) asset yang paling strategis
berwujud tertentu. Rekonfigurasi dilaksanakan yang memacu daya saing tinggi, yaitu reputasi
dengan menganalisis struktur desentralisasi istimewa, daya tawar yang kuat, dan stabilitas
perusahaan, tata kelola dalam perusahaan, keuangan. Studi lainnya di China (Cheah dkk,
cospecialization dalam perusahaan, dan 2007)., “guanxi” (hubungan baik dan koneksi),
knowledge management dalam perusahaan. kapabilitas teknologi dan inovasi dan kapabilitas
keuangan merupakan asset penentu terpenting
Perusahaan membutuhkan ketiga kapabilitas untuk dapat unggul bersaing. Strategi bersaing
tersebut di atas untuk dapat secara simultan yang dapat ditempuh terkait adalah strategi
mencapai dan mempertahankan keunggulan. differensiasi dan diversifikasi produk dan pasar.

196
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

Green dkk. (2008) dalam studinya tentang pengetahuan atau modal intelektual, yaitu SDM
bagaimana perusahaan-perusahaan konstruksi dan Sistem.
di Inggris dapat bertahan secara jangka panjang
juga menemukan hal serupa bahwa reputasi Salah satu perusahaan konstruksi terbaik
dan hubungan baik merupakan asset kunci. di Indonesia, PT Wijaya Karya (WIKA)
Tbk. mengimplementasikan Knowledge
Analisis terkini yang dipaparkan oleh Management System (KMS) yang dapat
Kementerian “Business Innovation & Skills” diakses secara online sesuai dengan
Inggris (2013) menyatakan bahwa sumber prosedur manajemen akses. Sistem ini
daya manusia (SDM) beserta pengetahuan dan memungkinkanWIKA untuk mengambil dan
keterampilannya (termasuk management skills), membangun budaya sharing knowledge secara
akses pembiayaan, dan kapabilitas berinovasi efektif dari SDM WIKA sehingga pengetahuan
dan rantai pasok merupakan faktor-faktor kunci tetap tersimpan dan terbarukan dengan baik
bagi perusahaan konstruksi di pasar konstruksi dalam organisasi. WIKA menetapkan availability
global. knowledge sebagai KPI atau indikator kinerja
utama dalam WIKA SCORECARD. Pada tahun
Dari riset penulis tentang 100 perusahaan 2006, WIKA memperoleh penghargaan sebagai
konstruksi besar di Indonesia yang dipaparkan salah satu dari 10 (sepuluh) terbaik Most
dalam buku Strategic Management Practices in Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award
The Construction Industry (2012), ditemukan 2006 dari 67 perusahaan yang terseleksi. MAKE
bahwa proses-proses kapabilitas dinamik yang Award adalah penghargaan yang diberikan
terkait dengan terkelolanya pengetahuan dan kepada perusahaan yang telah menghargai
inovasi serta terbangunnya komitmen dan pengetahuan yang dimilikinya sebagai
loyalitas merupakan sumber keunggulan bagi intellectual capital dan mempunyai sistem
perusahaan-perusahaan konstruksi di Indonesia untuk mengelola pengetahuan yang ada di
untuk unggul dan berkinerja lestari. Jika dalamnya.
ditelaah dari tipikal sumberdaya dan kapabilitas,
maka reputasi merupakan sumber keunggulan Penutup
bersaing terpenting bagi perusahaan konstruksi Berdasarkan pembahasan di atas tentang
di Indonesia, dan justru inovasi sebagai keunggulan bersaing untuk perusahaan
komplemen teknologi jutsru kurang mendapat konstruksi, maka dapat disampaikan beberapa
perhatian bagi pelaku. Pelaku konstruksi besar catatan sebagai berikut:
di Indonesia pada umumnya mengandalkan • Membangun reputasi pelaku konstruksi
reputasinya dalam bersaing sebagaimana juga untuk memacu keunggulan bersaing dalam
hubungan baik yang dimiliki (IBIS-World, 2006). meningkatkan kapasitas manajemen untuk
berdaya saing tinggi dan dapat menjadi titik
Dari berbagai studi diatas, sumberdaya dan awal dari proses inovasi bisnis dalam industri
kapabilitas tak berwujud (intangible assets) konstruksi. Kegiatan nyata bisa dilakukan
menjadi sumber keunggulan utama bagi dengan memberikan “penghargaan
perusahaan-perusahaan konstruksi untuk tahunan” terhadap perusahaan konstruksi
mencapai dan mempertahankan daya baik kontraktor maupun konsultan baik di
saing yang berkelanjutan. Hal ini sekaligus tingkat nasional di semua klasifikasi bidang
menandakan pentingnya untuk membangun usaha/kegiatan konstruksi.
dan memperbaharui kapabilitas dinamis • Meningkatkan aksesibilitas informasi dan
dengan berfokus kepada elemen inti dari asset teknologi melalui database pengetahuan

197 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Membangun Keunggulan Bersaing untuk Perusahaan Konstruksi,
Suatu Pendekatan Sumberdaya dan Kapabilitas

dan database pasar terutama di sektor media untuk meningkatkan kapasitas para
swasta untuk dapat menjadi wahana pelaku konstruksi terutama usaha kecil dan
yang akan mendorong inovasi bisnis dan menengah (UKM) yang dominan dalam
teknologi terutama di sektor konstruksi industri konstruksi.
swasta dan di luar sektor ke-pu-an termasuk
minerba dan migas. Ini juga dapat meliputi Berbagai studi dan kasus WIKA yang dipaparkan
database pelaku konstruksi dalam rantai singkat dalam tulisan ini dapat menjadi model
pasok. praktis untuk diadopsi oleh perusahaan-
• Meningkatkan kapasitas SDM melalui perusahaan konstruksi nasional dalam upaya
program pembelajaran bisnis dan teknis meningkatkan keunggulan bersaing untuk
secara berkala dan berkelanjutan melalui mencapai daya saing usaha yang berkelanjutan
inkubator industri konstruksi sebagai di masa mendatang.

Referensi
Barney, J. (1991). Firm Resources and Sustained Competitive Advantage, Journal of Management, 17(1),
99-120.
Barney, J. B. (2008). So, why do some firms outperform others? Zur 70. Wissenschaftlichen Jahrestagung
des Verbands der Hochschullehrer für Betriebswirtschaft e. V., Mai 2008. Berlin: Freie Universitat.
Chew, D., Yan, S., & Cheah, C.Y.J. (2008). Core capability and competitive strategy for construction SMEs in
China. Chinese Management Studies, 2(3), 203-214.
Department for Business, Innovation and Skills (2013) UK Construction: An economic analysis of the sector.
Green, S., Larsen, G. D., & Kao, C. C. (2008). Competitive strategy revisited: Contested concepts and dynamic
capabilities. Construction Management and Economics, 26(1): 63-78.
IBIS World, D. (2006). Construction of buildings in Indonesia. Jakarta, Indonesia: PT Dataindo Into Swakarsa.
Langford, D., & Male, S. (1991). Strategic management in construction. Hants, London: Gower.
Porter, M. (1980) Competitive Strategy: Techniques for Analysis Industries and Competitors. New York: Free
Press
Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi (2010) Pengikatan pengelolaan kontrak kerja konstruksi dalam
mendukung daya saing konstruksi industri nasional. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum RI
Teece, D. J. (2007). Explicating dynamic capabilities: the nature and microfoundations of (sustainable)
enterprise performance. Strategic Management Journal, 28(13), 1319-1350.
Teece, D. J., Pisano, G., & Shuen, A. (1997). Dynamic Capabilities and Strategic Management. Strategic
Management Journal, 18(7), 509–533.
Wethyavivorn, P., Charoenngam, C., & Teerajegul, W. (2009). Strategic assets driving organisational
capabilities of Thai construction firms. Journal of Construction Engineering and Management,
135(11), 1222-1231.

198
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

Keunggulan UMKM
di Sektor Konstruksi1
Biemo W Soemardi
Lektor Kepala Program Studi Teknik Sipil, FTSL, ITB

Industri konstruksi merupakan sektor ekonomi yang menjadi mesin penggerak


utama bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di Indonesia sendiri, peran
strategis industri konstruksi dalam pembangunan ekonomi nasional antara lain
tercermin dari besar sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto, yang di
tahun 2013 mencapai 10%, yang menempatkannya pada posisi ke enam dari
dari sembilan sektor utama penyumbang PDB nasional (BPS, 2014a). Selain
itu, menurut BPS (2014b), dalam tahun yang sama sektor konstruksi ini juga
mampu menyerap 6,35 juta tenaga kerja (sekitar 5,6% dari tenaga kerja nasional).
Bahkan pada Triwulan keempat 2013, sektor konstruksi merupakan sektor
dengan pertumbuhan ketiga tertinggi, mencapai angka 6,57% atau 0,43% pada
pertumbuhan PDB (BPS, 2014a).

Industri Konstruksi dalam Sektor Ekonomi Nasional


Meskipun hanya menyumbang 0,43% terhadap pertumbuhan PDB, peran sektor
konstruksi sebagai penggerak pertumbuhan di sektor-sektor lainnya tidak dapat
dianggap remeh. Angka-angka indikatif ini tentunya diharapkan akan semakin
meningkat, yang mana antara lain tercermin dari meningkatnya anggaran sektor
konstruksi dari Rp 330 trilun di tahun 2012 menjadi Rp 400 triliun di tahun 2013
(Sudarto, 2013). Sebagai penyumbang produk domestik bruto yang signifikan
bagi negara, keluaran (output) sektor konstruksi juga merupakan masukan
(input) bagi sektor-sektor perekonomian lainnya sehingga menjadikannya peran
vital dalam penentu perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
lainnya.

Meskipun konstruksi berkonsentrasi pada jasa, sebagai bagian dari sistem


sektor ekonomi nasional sektor ini tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor
produksi barang lainnya, yang merupakan suatu rantai pasok ekonomi
nasional dari hulu ke hilir. Sebagaimana tampak pada tabel 1. sektor konstruksi
merupakan bagian dari lapangan usaha nasional yang memberikan konstribusi
cukup berarti pada pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional. Di satu sisi,

1. Makalah ini merupakan pengembangan dari dokumen laporan POKJA-3 Pemberdayaan Usaha Konstruksi Skala Kecil dan
Menengah – Kementerian Pekerjaan Umum, 2013

199 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

walau bukan yang terbesar, secara langsung dan besar tersebut sebenarnya terkandung potensi
tidak langsung sektor konstruksi berperan dalam keunggulan yang mampu menjadi penggerak
kontribusi pada PDB nasional (sektor pertanian, dan penciptaan atmosphere usaha konstruksi
real estate dsb.), sementara di sisi lainnya tidak yang kondusif. Jumlah besar proporsi usaha
dapat dipungkiri bahwa kinerja ekonomi sektor konstruksi kecil dan menengah (UKKM) yang saat
ini juga akan sangat dipengaruhi oleh sektor- ini lebih merupakan beban perlu diubah struktur
sektor lainnya. Keberada­ an dan kinerja sektor- dan orientasinya menjadi struktur baru yang jauh
sektor industri pengolahan (manufakturing) lebih kokoh dan produktif.
dan perdagangan tentunya juga terkait dengan
pertumbuhan di sektor konstruksi, sebagaimana Struktur Usaha Konstruksi Nasional
tercermin dari kontribusi nilai tambah bruto dan Industri Konstruksi merupakan suatu industri
derajat kepekaan yang semakin meningkat dari yang kompleks, yang tercermin dalam suatu
tahun ke tahunnya. sistem pasokan-permintaan (supply-demand
system), yang tersusun dari berbagai entitas
Keterkaitan sektor konstruksi dengan sektor- pelaku dan pemangku kepentingan. Dilihat dari
sektor ekonomi lainnya sekali lagi menegaskan sisi pasokan, industri ini mencakup berbagai
bahwa sistem tataniaga yang berlaku di sektor ini jenis usaha penyediaan barang dan jasa, mulai
merupakan bagian dari sistem tataniaga nasional, dari hulu hingga ke hilir; mulai dari perencanaan,
yang secara umum dapat dikelompokan menjadi pengolahan dan pasokan bahan, hingga
sistem tataniaga produksi hulu (misalnya pelaksanaan konstruksi. Dari kesemua sektor
pertambangan), sistem tataniaga proses usaha tersebut, jenis usaha yang paling dominan
(misalnya manufaktur) dan sistem perdagangan perannya adalah jasa pelaksanaan konstruksi.
yang mengatur mekanisme transaksi antara
penyedia barang/jasa dengan pengguna barang/ Dalam industri ini, jasa pelaksanaan konstruksi,
jasa. berdasarkan ukurannya, mempunyai bentuk
struktur piramida dengan jumlah pelaku
Banyak yang beranggapan bahwa jumlah dan usahanya sangat didominasi kontraktor kecil
struktur usaha konstruksi kecil dan menengah dan menengah, yang menempati bagian dasar
yang ada saat ini merupakan beban yang dari piramida tersebut. Di balik struktur piramida
menghambat pertumbuhan industri konstruksi ini sebenarnya posisi dan peran pelaku usaha
nasional yang sehat. Namun dibalik jumlah konstruksi bukan sepenuhnya terpisah-pisah.

Tabel 1. Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 serta Laju dan Sumber
Pertumbuhan Tahun 2013 (BPS, 2014a)
Atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usaha (Triliun Rupiah) Laju Pertumbuhan Sumber Pertumbuhan

2011 2012 2012 2012 2012


1. Pertanian, Peternakan, 1.091,40 1.193,50 1.193,50 3,54 0,45
Kehutanan & Perikanan
2. Pertambangan & Penggalian 877,00 970,80 970,80 1,34 0,10
3. Industri Pengolahan 1.806,10 1.972,50 1.972,50 5,56 1,42
4. Listrik, Gas & Air Bersih 55,90 62,20 62,20 5,58 0,04
5. Konstruksi 753,60 844,10 844,10 6,57 0,43
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.023,70 1.148,70 1.148,70 5,93 1,07
7. Pengangkutan dan Komunikasi 491,30 549,10 549,10 10,19 1,03
8. Keuangan, Real Estate & 535,20 598,50 598,50 7,56 0,73
Jasa Perusahaan
9. Jasa-jasa 785,00 890,00 890,00 5,46 0,51
Produk Domestik Bruto 7.419,20 8.229,40 8.229,40 5,78 5,78

200
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

Justru sebaliknya, pada sebagian pekerjaan perusahaan kontraktor menjadi kualifikasi


atau proyek konstruksi terjalin kerjasama antara Perorangan, Usaha Kecil, Menengah dan Besar,
kontraktor-kontraktor dari berbagai ukuran atau berdasarkan ukuran kekayaan bersih dan
kualifikasi, melalui mekanisme sub-kontraktor pengalaman kerja.
atau bentuk kemitraan lainnya.
Berdasarkan kualifikasi tersebut jumlah pasti
Meskipun piramida tersebut merupakan bentuk kontraktor kecil dan menengah yang ada
yang wajar dari suatu struktur pelaku industri, sulit diketahui. Berbagai sumber dengan
termasuk industri konstruksi bentuk dan proporsi berbagai mekanisme menghasilkan jumlah
jumlah pelakunya akan mempengaruhi sehat- yang berbeda-beda pula. Husaini (2013)
tidaknya industri tersebut. Tidak saja jumlah menyebutkan bahwa saat ini ada 117.042
pelakunya yang sangat besar, masalah lain kontraktor yang terdaftar di Indonesia, dimana
bagi industri konstruksi nasional adalah bahwa hanya 0,8% atau 941 kontraktor masuk kategori
diyakini kalau sebagian besar dari mereka besar, dan sisanya merupakan kontraktor
merupakan perusahaan-perusahaan yang menengah (11.002 – 9,5%) dan kecil (105.099
tidak atau kurang mempunyai kemampuan. – 89,8%). Data lain dihimpun dari LPJKN (2014),
Sebagaimana dinyatakan oleh Ofori (2013), terdapat 141.665 kontraktor yang terdaftar
kontraktor menengah dan kecil ini berkontribusi di Indonesia, dimana hanya 0,74% atau 1.043
pada buruknya nama industri konstruksi, karena kontraktor masuk kategori besar, dan sisanya
umumnya mereka merupakan perusahaan- merupakan kontraktor menengah (14.155 –
perusahaan yang rapuh dan penuh gejolak, dan 10%) dan kecil (126.467 – 89,26%).
kurang komitmennya pada konstruksi, serta Struktur seperti ini bukanlah hal yang tidak
lemah kinerjanya dalam memberikan layanan umum. Proporsi yang tidak jauh berbeda

Tabel 2. Proporsi Jumlah Usaha Konstruksi (Kontraktor) di Indonesia (BPS, 2013)


Wilayah Perorangan Kecil Menengah Besar Total
Jawa 2,317 21% 38,693 34% 3,610 38% 1,569 46% 43,872 35%
Luar Jawa 8,673 79% 74,122 66% 5,911 62% 1,834 54% 81,867 65%
Total 10,990 112,815 9,521 3,403 125,739
(90%) (8%) (3%)

dan hasil kerjanya. juga dijumpai di negara Malaysia dan Jepang.


Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1,
Di Indonesia sendiri, proposi jumlah usaha di Malaysia pada tahun 2012, Kontraktor Kecil
konstruksi (kontraktor) cenderung berbentuk (Grade 1 s.d. 3) jumlahnya mencapai 79,36% dan
piramida yang gemuk di bawah, yang didominasi Kontraktor Menengah (Grade 4 dan 5) mencapai
oleh usaha kecil yang mencapai 90% dari total 10,5%, sedangkan Kontraktor Besar (Grade 6 dan
populasi kontraktor di Indonesia. 7) mencapai 10,14% dari 67.823 kontraktor yang
teregistrasi.
Kualifikasi usaha jasa pelaksanaan konstruksi
diatur menurut Peraturan Lembaga LPJK No. Sementara di Jepang dengan struktur kontraktor
10 Tahun 2013 tentang Registrasi Usaha Jasa sebagaimana tersaji dalam Tabel 3, dengan jelas
Pelaksana Konstruksi (pengganti Peraturan terlihat bahwa Kontraktor Kecil dan Menengah
Lembaga LPJK No. 2 Tahun 2011 dan Peraturan juga sangat mendominasi sektor konstruksi
Lembaga LPJK No. 2 Tahun 2013) yang membagi negara tersebut.

201 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

Jumlah Kontraktor berdasarkan Grade

16
66 5213
4178
2945

n G1
9455
35923 n G2.
n G3.
n G4
8443 n G5
n G6
n G7

Gambar 1. Proporsi Jumlah Kontraktor di Malaysia berdasarkan Grade (CIBD Malaysia, 2012)

Tabel 3. Jumlah dan Struktur Komposisi Kontraktor di Jepang (RICE, 2013)


2009 2010 2011 2012 2013
Tahun
(000) % total (000) % total (000) % total (000) % total (000) % total
Jumlah kontraktor terdaftar (total) 509 100% 513 100% 499 100% 484 100% 470 100%
Jumlah kontraktor terdaftar (total)
Kepemilikan tunggal 106.1 20.8% 107.9 21.0% 102.4 20.5% 97.0 20.0% 91.8 19.5%
Korporasi dengan modal 4.3 0.8% 5.8 1.1% 7.2 1.4% 8.4 1.7% 9.7 2.1%
kurang dari ¥3 juta
Korporasi dengan modal 187.2 36.8% 189.7 37.0% 186.2 37.3% 181.9 37.6% 178.2 37.9%
antara ¥3 juta hingga ¥10 juta
Korporasi dengan modal 130.2 25.6% 129.0 25.1% 123.6 24.8% 118.4 24.5% 113.5 24.1%
antara ¥10 juta hingga ¥20 juta
Korporasi dengan modal 75.3 14.8% 74.9 14.8% 73.6 14.8% 72.3 14.8% 71.0 14.8%
antara ¥20 juta hingga ¥100 juta
Korporasi dengan modal 4.5 0.9% 4.4 0.9% 4.4 0.9% 4.3 0.9% 4.2 0.9%
antara ¥100 juta hingga ¥1 miliar
Korporasi dengan modal 1.1 0.2% 1.1 0.2% 1.0 0.2% 1.0 0.2% 1.0 0.2%
antara ¥1 miliar hingga ¥10 miliar
Korporasi dengan modal lebih 0.4 0.1% 0.2 0.1% 0.2 0.1% 0.4 0.1% 0.4 0.1%
dari ¥ 10 miliar

Struktur yang sedikit berbeda ditunjukan langsung menggambarkan proporsi kontraktor


oleh Korea Selatan, dimana jumlah kontraktor kelas kecil dan menengah, dapat dipahami
spesialis jumlahnya mencapai tiga kali jumlah bahwa kontraktor-kontraktor non-generalis
kontraktor generalis. Meskipun tidak secara merupakan representasi kontraktor non-besar.

202
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

Tabel 4. Jumlah dan Struktur Komposisi Kontraktor di Korea (KRIHS, 2013)


2013
Tipe 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
(Bulan 8)
Kontraktor Generalis 13.202 12.914 12.842 12.590 12.321 11.956 11.545 11.304 11.058
Kontraktor Spesialis 35.547 35.040 36.422 37.106 37.914 38.426 38.100 37.605 37.542
Kontraktor Peralatan 5.505 5.387 5.478 5.768 5.994 6.151 6.330 6.463 6.619
Total 54.254 53.341 54.742 55.464 56.229 56.533 55.975 55.372 55.219

Satu perkiraaan menyatakan bahwa kontraktor- khususnya dalam menghadapi persaingan


kontraktor menengah dan kecil yang jumlahnya dalam pasar bebas internasional, maka posisi
sangat besar ini hanya memperebutkan 15% dan peran kontraktor menengah dan kecil
dari keseluruhan pangsa pasar konstruksi yang harus ditingkatkan, antara lain melalui berbagai
ada. Akibatnya tentu saja terjadi persaingan kebijakan pemberdayaan usaha konstruksi kecil
yang sangat tinggi, dan mungkin tidak sehat, dan menengah.
yang berakibat pada kualitas layanan jasa
konstruksi yang buruk. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2000 Jo
Peraturan Pemerintah Nomor 04 tahun 2010 Jo
Dari uraian di atas jelas harus diakui bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 92 tahun 2010,
kontraktor menengah dan kecil merupakan bagian memberikan landasan hukum bagi jenis, bentuk
yang tidak dapat dilepaskan dari keseluruhan dan bidang usaha jasa konstruksi. Dua perubahan
struktur industri konstruksi nasional sehingga yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukan
keberadaannya sangat vital. Dinamika dan peran adanya perhatian pemerintah terhadap
sektor konstruksi nasional tidak dapat dilepaskan pentingnya regulasi yang kondusif terhadap
dari perangkat kebijakan yang telah ditetapkan, pendirian dan pengembangan badan usaha jasa
baik di tataran nasional maupun tataran lokal/ konstruksi yang sehat dan bertanggungjawab
daerah. (akuntabel). Perubahan ini juga dapat dimaknai
sebagai upaya agar sektor konstruksi nasional
Usaha konstruksi (kontraktor) kecil dan lebih tanggap dan kompatibel dengan sistem
menengah (UKKM) mempunyai potensi sebagai dan bidang-bidang usaha internasional. Bersama
penggerak ekonomi konstruksi daerah. Di dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun
daerah, keberadaan kontraktor-kontraktor 2000, perangkat regulasi usaha jasa konstruksi
lokal dengan kualifikasi menengah dan kecil dipertegas fungsinya dalam melindungi
ini jumlahnya sangat dominan, sehingga kepentingan masyarakat dalam bentuk
penetrasi pasar di daerahnya juga akan sangat ketentuan persyaratan izin usaha konstruksi.
besar. Meski demikian, jumlah pelaku lokal saja Di daerah adanya pratek-praktek perlindungan
tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan terhadap pelaku jasa konstruksi lokal merupakan
layanan konstruksi di daerah tanpa disertai bentuk kebijakan keberpihakan pemerintah
kemampuan dan kapasitas professional yang daerah terhadap pengusaha lokal untuk
memadai, sehingga peningkatan kemampuan meningkatkan kemampuannya, melalui jaminan
UKKM di daerah harus ditingkatkan melalui terhadap akses pasar.
program-program pemberdayaan yang efektif.
Terlepas dari berbagai kebijakan di atas, harus
Merujuk pada berbagai kondisi dan tantangan diakui bahwa berbagai kebijakan dan regulasi
yang dihadapi industri konstruksi nasional, tersebut belum mampu memberdayakan

203 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

usaha konstruksi menengah dan kecil serta yang menurut Ofori akan memberikan dampak
menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi merugikan bagi UKKM, antara lain, tetapi tak
mereka, baik di pusat maupun di daerah. terbatas pada:
• Rendahnya kemampuan tawar penyedia
Posisi Usaha Konstruksi Kecil dan jasa (kontraktor) dalam merumuskan
Menengah dalam Industri Konstruksi kebutuhan, karena pada dasarnya
Nasional konstruksi bersifat demand oriented, yang
Sebagaimana dengan industri lainnya, sebagai mana pasarnya sangat dipengaruhi oleh
bagian dari mata rantai sektor ekonomi nasional, kehendak klien.
usaha konstruksi kecil dan menengah (UKKM) • Sifat proyek dengan waktu yang
merupakan sektor yang sangat penting bagi terbatas, yang mempunyai konsekuensi
ekonomi konstruksi, dan adanya UKKM yang diskontinyuitas.
sehat dan efisien menjadi suatu kebutuhan • Bagaimana mekanisme pendanaan,
mutlak. Adanya struktur usaha yang lebih dimana pembayaran hanya dilakukan
berimbang, yang lebih mampu menciptakan terhadap pekerjaan yang telah selesai,
sinergi antara berbagai kualifikasi kontraktor, dengan pengecualian adanya mekanisme
tentunya akan membantu terciptanya iklim pembayaran uang muka.
usaha konstruksi yang lebih kondusif dan pelaku • Kebijakan dan regulasi yang belum
usaha yang lebih kompetitif dan produktif. sepenuhnya mampu menciptakan iklim
Untuk menciptakan iklim usaha seperti itu yang kondusif dan memberdayakan pelaku
maka industri konstruksi nasional harus mampu konstruksi karena masih terlalu banyaknya
mengenai diri dan tanggap terhadap kebutuhan proses birokrasi administrasi yang panjang;
usaha konstruksi menengah dan kecil tersebut. khususnya dalam hal perijinan.

Sebagai upaya mewujudkan sasaran di atas, Apa yang disinyalir oleh Ofori tersebut tentu
kiranya pendapat Ofori (2013) tentang UKMK pada dasarnya dapat diterima, tetapi untuk
perlu disimak. Menurutnya, kebutuhan UKM di dapat merumuskan kebijakan yang efektif
industri konstruksi sama pentingnya dengan apa dan akurat bagi usaha konstruksi menengah
yang dibutuhkan oleh UKM lainnya di berbagai dan kecil nasional tentunya pemahaman yang
sektor ekonomi, yakni mencakup: akses terhadap lebih akurat mengenai profil UKMK nasional.
pasar, kesempatan kerja, akses terhadap Sayangnya, informasi mengenai hal tersebut
sumberdaya dan keuangan, kesempatan untuk sangat terbatas, kalau tidak mau dikatakan tidak
mengembangkan kemampuan teknis dan ada.
manajerial, dan kesempatan untuk membentuk
kerjasama yang saling menguntungkan dengan Informasi tentang sosok pelaku usaha jasa
mitra kerja potensial di dalam industri konstruksi konstruksi berkualifikasi menengah dan kecil
dan industri-industri lain yang relevan, seperti hanya sebatas pada gambaran jumlah pelaku
manufatur dan pasokan sumberdaya. usaha yang diperoleh dari proses registrasi, baik
pada asosiasi terkait atau pada LPJKN dan LPJKD.
Lebih lanjut Ofori juga mengingatkan bahwa Informasi selanjutnya sangat minim, baik yang
upaya memberdayakan UKKM juga hendaknya menyangkut aspek pengelolaan usaha (bisnis
memperhatikan kekhasan UKKM dan bagaimana dan manajemen), maupun kapasitas teknisnya.
kekhasan tersebut (dalam konteks ukuran Sementara itu banyak dugaan tentang lemahnya
kapasitas) dapat menyesuaikan diri dengan kemampuan professional UKMK nasional dan
karakteristik pekerjaan-pekerjaan (proyek) masih terjadinya praktek-praktek usaha yang
konstruksi. Beberapa karakteristik konstruksi tidak sehat. Dalam berbagai kesempatan kerap

204
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

dikemukakan dugaan banyak perusahaan Profil umum responden UKMK:


konstruksi “papan nama” yang berfungsi hanya • Dari data berdirinya perusahaan, terlihat
sebagai brooker untuk memperoleh proyek, bahwa perusahaan mampu bertahan
tanggungjawab pekerjaannya ke pihak lain. cukup lama (tahun berdiri bervariasi, 1972
Tetapi dugaan ini tidak pernah disertai dengan – 2012), namun tampak bahwa perusahaan
fakta-fakta empiris. responden yang berdiri di tahun 2000-an
cukup dominan dalam hal jumlah yang
Sejauh ini informasi mengenai profil kelompok mewakili responden.
usaha konstruksi ini diperoleh melalui laporan • 92% berbentuk CV, 8% berbentuk PT.
BPS, yang secara berkala telah mencoba Perusahaan berbentuk PT dominan di DKI
memberikan gambaran statistik sektor Jakarta.
konstruksi nasional. Tetapi karena keterbatasan • Hampir seluruhnya (97%) merupakan
dalam satu dan lain hal, informasi yang berhasil perusahaan independen, 2 perusahaan
dihimpun oleh BPS pun belum sepenuhnya memiliki cabang atau anak perusahaan,
mampu menggambarkan dinamika industri dan 4 perusahaan merupakan anak/cabang
konstruksi nasional. Hal ini terjadi karena perusahaan lain.
rancangan instrumen surveynya tidak
melibatkan stakeholders konstruksi, tetapi lebih Kepemilikan perusahaan dan perijinan
merupakan inisiatif BPS. • Sebagian besar merupakan perusahaan
milik perorangan (75%), sisanya merupakan
Upaya untuk memperoleh profil usaha konstruksi perusahaan keluarga (18%) dan patungan
menengah dan kecil dilakukan melalui (7%).
survey terbatas yang melibatkan sejumlah • Pemilik perusahaan terlibat dalam
responden. Meskipun tidak dimaksudkan pengelolaan perusahaan. Hal ini
untuk memperoleh gambaran yang lengkap digambarkan oleh 83% responden.
melalui pengambilan sample yang besar, • 21% dari perusahaan responden memiliki
survey terbatas diharapkan dapat memberikan perusahaan lain di bidang konstruksi, baik
gambaran tentang bagaimana karakteristik dan dengan grade sama ataupun berbeda.
kondisi serta tahap pengembangan kontraktor- 8.5% dari perusahaan responden memiliki
kontraktor kualifikasi menengah dan kecil ini. perusahaan lain yang bergerak di luar
bidang konstruksi.
Profil Usaha Konstruksi Kecil dan • Seluruh responden memiliki SBU dan
Menengah di Indonesia SIUJK, yang diperoleh sesuai dengan waktu
Suatu survey terbatas terhadap anggota berdirinya perusahaan.
GAPENSI telah dilakukan di tahun 2013, yang • Proses perijinan rata-rata memerlukan
melibatkan 135 pengusaha konstruksi di waktu 1 – 3 bulan, dengan biaya yang
lima propinsi; DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa dikeluarkan sangat bervariasi dari Rp.
Tengah, Bali, dan Kalimantan Timur. Survey ini 200.000,00 hingga Rp. 30.000.000,00.
bertujuan untuk memperoleh gambaran umum Variasi biaya tampak dari perbedaan
mengenai profil dan praktek usaha konstruksi daerah maupun dari grade dan kualifikasi
berkualifikasi menengah dan kecil. Proporsi perusahaan.
responden adalah 28% grade-2, 28% grade-3,
39% grade-4, dan 6% grade-5. Ringkasan hasil Organisasi perusahaan
survey adalah sebagai berikut: • Hanya sekitar separuh dari perusahaan
responden memiliki struktur organisasi
yang terdefinisi (terdapat pembagian

205 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

divisi) (53%), yang umumnya adalah divisi Rp. 8.000.000.000,00


administrasi, keuangan, pelaksanaan - Aset: Rp. 25.000.000,00 –
(proyek), dan teknik. Namun 49% nya masih Rp. 17.000.000.000,00
terdapat posisi yang dirangkap untuk • Pagu pinjaman: Rp. 100.000.000,00 – Rp.
beberapa divisi. 5.000.000.000,00
• Besarnya omset perusahaan
Profil sumberdaya manusia bervariasi sesuai gred perusahaan dan
• Usia rata-rata karyawan adalah 25 – 35 memperlihatkan kecenderungan yang
tahun, dengan tingkat pendidikan terendah hampir sama untuk seluruh responden,
rata-rata SLTA, dan tingkat pendidikan meningkat dalam 5 tahun terakhir (2008 –
tertinggi rata-rata S1. 2012), dengan kisaran omset rata-rata Rp.
• Jumlah rata-rata karyawan perusahaan 50.000.000,00 – Rp. 20.000.000.000,00.
berkisar antara 5 – 20 orang, dengan jumlah • Tingkat keuntungan perusahaan bervariasi
karyawan tetap rata-rata <5 orang (71%) antara 5% - 75% (rata-rata 5% – 10%),
dan 5 – 10 orang (29%). dengan besar overhead 1% - 50% (rata-rata
• Hasil survey memperlihatkan tingkat 5% -10%).
loyalitas yang cukup tinggi dari karyawan,
rata-rata lama bekerja pada perusahaan Profil sumberdaya teknologi dan peralatan
cukup lama (bervariasi sesuai lama usia • Dalam melaksanakan pekerjaan dan operasi
perusahaan). usahanya, rata-rata perusahaan melakukan
• Sebagian besar perusahaan responden sewa dalam memenuhi kebutuhan
menyatakan bahwa hanya sebagian saja peralatan (56%), sisanya memiliki peralatan
memiliki tenaga ahli PJT dan PJB (80% milik sendiri.
perusahaan responden), sementara 20% • Nilai peralatan yang dimiliki perusahaan
lainnya tidak memiliki tenaga ahli PJT dan sangat bervariasi namun sesuai dengan
PJB. gred perusahaan, berkisar mulai Rp.
• Dari tenaga ahli yang dimiliki perusahaan, 3.000.000,00 – Rp. 2.350.000.000,00.
80% dari responden menyatakan bahwa • Nilai sewa peralatan menunjukan
bidang keahlian tenaga ahli yang ada kecenderungan yang sama seperti nilai
hanya sebagian saja yang sesuai dengan pemilikan peralatan, bervariasi antara Rp.
posisinya. 2.000.000,00 – Rp. 1.975.000.000,00.
• Sebagian besar perusahaan (83%)
melakukan upaya peningkatan kapasitas Lingkup pekerjaan yang ditangani
karyawan dengan berbagai cara seperti • 76% dari proyek yang ditangani merupakan
melalui training dan seminar, namun proyek Pemerintah, sisanya adalah proyek
sebagian besar upaya peningkatan Swasta, Perorangan, dan campuran
kapasitas karyawan dilakukan secara (masing-masing sekitar 8%).
pribadi oleh karyawan sendiri. • Nilai proyek rata-rata yang ditangani sangat
bervariasi, berkisar antara Rp. 10.000.000,00
Profil keuangan perusahaan – Rp. 8.000.000.000,00.
• Modal, aset, dan pagu pinjaman yang • 56% perusahaan menangani rata-rata
dimiliki perusahaan bervariasi sesuai <3 proyek pertahun, 37% menangani
dengan gred dan kualifikasi perusahaan, 3 – 5 proyek pertahun, dan 7% sisanya
dengan kisaran sbb: menangani 5 – 10 proyek pertahun.
- Modal: Rp. 20.000.000,00 – • Bidang pekerjaan yang paling banyak
ditangani adalah bidang Sipil dan Arsitektur;

206
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

dengan jenis pekerjaan konstruksi Gedung profil kapasitas dan kompetensi usaha
dan Jalan, disusul dengan Bangunan Air konstruksi menengah dan kecil. Meskipun
dan Irigasi. belum dapat diverifikasi kebenaran dan
• Lokasi proyek yang banyak ditangani akurasinya, sedikit banyak informasi yang
adalah di dalam kabupaten/kota, sebagian dihimpun dapat menggambarkan profil dan
kecil menangani proyek-proyek dalam kondisi usaha yang dihadapi dan dijalankan
lingkup wilayah provinsi. oleh kontraktor-kontraktor tersebut.
Melengkapi survey tersebut, responden juga
Mekanisme memperoleh pekerjaan diminta untuk memberikan pendapat
• Informasi mengenai proyek sebagian besar tentang apa yang mereka rasakan dalam
diperoleh melalui website atau LPSE (45%). kegiatan usaha mereka. Hasilnya terangkum
• Perusahaan memperoleh proyek melalui sebagai berikut:
pelelangan umum (58%), sisanya diperoleh • 52% perusahaan menilai capaian
melalui penunjukkan langsung (36%) dan perusahaan 3 tahun terakhir adalah
menjadi subkontraktor. cukup, 35% menilai baik, dan 12% menilai
• Biaya yang diperlukan untuk capaiannya buruk.
mempersiapkan dan memperoleh proyek • Bila dibandingkan dengan kinerja rata-
cukup bervariasi, namun rata-rata berkisar rata perusahaan pesaing, 79% menilai
5% - 20% dari nilai proyek kinerjanya sama, 20% lainnya menilai
kinerjanya lebih baik.
Mekanisme pemasaran • Sebagian besar (62%) responden
• Sebagian besar perusahaan menyatakan bahwa terdapat situasi atau
memperkenalkan perusahaan dengan kondisi yang menghambat operasi dan
cara menghubungi calon pengguna jasa. keberlangsungan usahanya.
Sebagian lainnya melalui brosur/company • Kendala modal dan akses pendanaan
profile dan menjalin hubungan baik menempati urutan tertinggi, diikuti dengan
dengan pengguna jasa dan kontraktor kendala regulasi dan perijinan serta tenaga
utama. Hanya sedikit saja yang melakukan ahli/terampil. Ketersediaan material dan
promosi melalui website dan cara-cara lain. peralatan juga menjadi kendala untuk
• 31% dari responden mempunyai alokasi beberapa perusahaan.
khusus untuk kegiatan marketing atau • Masukan yang disampaikan perusahaan
promosi, 69% sisanya tidak mengalokasikan untuk menghadapi hambatan antara
anggaran khusus untuk kegiatan promosi lain adalah mempermudah birokrasi dan
perusahaan. proses perijinan, peraturan yang memihak
• Alokasi untuk marketing atau promosi UKKM, proteksi perusahaan lokal, akses
bervariasi, berkisar antara Rp. 1.000.000,00 pendanaan/permodalan, serta mengurangi
– Rp. 182.000.000,00. praktek-praktek non-profesional.
• Beberapa cara atau upaya khusus yang • Dalam tujuan peningkatan kemampuan
dilakukan perusahaan dalam rangka teknis dan manajerial, perusahaan kontraktor
membangun loyalitas dan komitmen UKKM memerlukan bantuan pelatihan,
pengguna jasa antara lain melalui komunikasi, khususnya administrasi kontrak, keuangan,
kualitas hasil pekerjaan yang baik, tepat administrasi proyek, dan teknis.
waktu, sesuai spesifikasi dan kontrak.
Hal-hal yang terungkap di atas, tentunya masih
Hasil survey terbatas yang disajikan di atas dapat diargumentasikan karena sifatnya sangat
setidaknya dapat dijadikan rujukan tentang subjektif terhadap responden yang mewakili

207 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

badan usaha. Tetapi secara umum gambaran tidak tetap), pemilik dan manajer, serta mitra
yang diperoleh menegaskan kembali apa kerjasama dalam kegiatan-kegiatan regular.
yang telah diungkap oleh Ofori bahwa UKKM Staff headcount dihitung dalam jumlah orang
memegang peran penting dalam industri yang terlibat dalam satu tahun. Annual turnover
konstruksi, khususnya di daerah, dan meskipun digunakan untuk menilai kapasitas keuangan
diakui telah mampu menangani berbagai perusahaan, di luar pajak-pajak, sedang
tantangan usaha di sektor ini, umumnya annual balance sheet menggambarkan asset
para pelaku ini mengakui adanya kebutuhan perusahaan dalam tahun yang bersangkutan.
akan iklim usaha yang lebih baik melalui
upaya meningkatan kapasitas lembaga dan Dengan memperhitungkan headcount, maka
kemudahan birokrasi. kapasitas usaha dalam konteks kemampuan
profesionalismenya menjadi lebih nyata, di
Restukturisasi dan Revitalisasi mana pengusahan yang hanya mengandalkan
Usaha Konstruksi Kecil dan kemampuan keuangan semata dan berpraktek
Menengah sebagai brooker tidak akan termasuk dalam
Salah satu isu penting yang belum memperoleh kategori kecil dan menengah.
jawaban dalam memandang dan memposisikan
UKM sebagai modal utama penggerak industri Terakhir, perlu juga diperhatikan perumusan
konstruksi. Dalam merumuskan UKM, apa yang kualifikasi usaha jasa konstruksi menjadi dua
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 kelompok saja, kecil dan non-kecil atau besar
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan dan non-besar, yang konsekuensinya adalah
Menengah (UMKM), tampaknya sudah sejalan bahwa UKKM menjadi satu kategori saja.
dengan perumusan klasifikasi usaha konstruksi
yang dilakukan oleh LPJK, tetapi apa yang Kembali pada rumusan UKM oleh European
dirumuskan dalam kriteria tersebut hanya Commission - EC, selain penerapan tiga kriteria
mencerminkan aspek kekuatan keuangan saja, tersebut, struktur UKM di negara-negara Eropa
sementar aspek-aspek penting lainnya tidak tersebut juga dirumuskan dalam konteks
tercermin di dalamnya. Secara khusus, usaha kerjasama antara badan usaha, yakni: 1) badan
seperti jasa pelaksanaan konstruksi tidak saja usaha mandiri (autonomous enterprises), 2)
mengandalkan modal ekonomi saja tetapi badan usaha kemitraan (partner enterprises), dan
yang lebih penting adalah modal teknologi 3) badan usaha terkait (linked enterprises). Bentuk-
dan kemampuan manajerial. Hal ini tercermin bentuk badan usaha seperti ini memberikan
dalam asset sumberdaya manusia, sehingga peluang untuk melakukan restrukturisasi UKM
penilaian atau kualifikasi UKKM seharusnya juga agar menjadi lebih efisien.
mencerminkan kekuatan SDM yang dimilikinya.
Adanya pembedaan ini selajutnya dapat
Sebagai rujukan, negara-negara di Eropa digunakan sebagai landasan pemberikan insentif
yang tergabung dalam European Commission bagi UKKM. Dalam bangunan yang dirumuskan
menggunakan tiga kriteria untuk merumuskan oleh EC tersebut, usaha konstruksi kecil dan
UKM: 1) staff headcount, 2) annual turnover, menengah yang merupakan autonomous
dan 3) annual balance sheet, serta menetapkan enterprises akan memperoleh insentif yang
batasan-batasan (threshold) untuk menetapkan diberikan kepada UKKM, sementara linked
kategorinya. Staff headcount memperhitungkan enterprises yang pada dasarnya merupakan
jumlah SDM sebagai ukuran kekuatan UKM, salah satu wujud kepemilikan yang sama pada
yang meliputi: semua pegawai tetap, orang beberapa perusahaan tidak akan memperoleh
yang bekerja di bawah/untuk perusahaan (staff insentif yang sama. Pembedaan perlakuan

208
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

ini akan mengurangi dorongan (discouraging) ditingkatkan. Upaya memberdayakan UKKM


praktek-praktek pendirian badan usaha dapat dilakukan dengan mentransformasikan
ganda yang sebenarnya masing-masing tidak struktur usaha saat ini menjadi bentuk dengan
mempunyai kapasitas dan kompetensi ynag proporsi dan bentuk-bentuk entitas baru yang
cukup. lebih efektif.

Berdasarkan uraian di muka, sekali lagi ditegaskan Restrukturisasi industri konstruksi tidak dapat
pentingnya UKKM sebagai bagian dari struktur semata dilakukan melalui perampingan jumlah
industri konstruksi nasional. Sementara berbagai pelaku yang mengarah pada suatu jumlah
upaya telah dilakukan oleh berbagai pihak ideal. Sementara jumlah idealnya belum dapat
untuk meningkatkan peran dan kapasitas UKKM dirumuskan, bagaimana mekanisme menuju
ini, beberapa hal dirasakan masih perlu untuk ke arah jumlah ideal itupun masih sulit utuk

Gambar 2. Mekanisme Restrukturisasi Usaha Konstruksi Kecil dan Menengah

209 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

diwujudkan. Meskipun saat ini dirasa jumlah Sebagai alternatif, mekanisme restukturisasi
pelaku UKKM masih belum seimbang dengan UKKM dapat dilakukan dengan merujuk
porsi pasarnya, perampingan jumlah tidak pada model yang diusulkan oleh European
dapat dilakukan secara frontal dengan jalan Commission (2003). Gambar di sebelah
kebijakan pembatasan sepihak melalui otoritas menjelaskan tiga bentuk alternatif transformasi
pemerintah, tetapi harus melalui mekanisme dari usaha kecil. Entitas UKKM yang umumnya
natural dimana kemampuan tatakelola usaha bersifat generalis dapat meningkatkan
yang baik dari pelaku konstruksi yang menjadi kapasitasnya melalui: a) tetap menjadi entitas
mekanisme seleksi yang efektif dalam bentuk usaha mandiri yang berorientasi spesialis, b)
persaingan yang sehat. menjalin kemitraan dengan entitas UKKM
lain, atau membentuk entitas yang lebih kuat
Restruktusasi industri konstruksi yang melibatkan melalui merger. Bentuk-bentuk alternatif
UKKM dapat dilakukan melalui program-program transformasi ini akan menjadi bagian dari rantai
reorientasi peran dan fungsi UKKM. UKKM yang pasok konstruksi, yang mengisi segmen pasar
semula sebagian besar merupakan general yang selama ini belum terisi dan/atau bersaing
dengan kapasitas terbatas, hendaknya didorong mengerubuti pada segmen yang sama.

Gambar 3. Model Transaksi Penyedia-Pengguna Jasa Konstruksi

menjadi entitas-entitas usaha spesialis. Hal ini Jika struktur baru sudah terbentuk, maka mekanis
dapat dilakukan melalui program-program pasar interaksi antara penyedia dan pengguna
capacity building, sebagaimana disinggung jasa konstruksi akan menjadi lebih variatif.
di butir 3 di atas. Meski demikian tidak semua
UKMK harus berubah menjadi spesialis yang akan Struktur ini berpotensi mengurangi jumlah
bermitra dengan kontraktor yang kualifikasinya UKKM, sementara masing-masing entitas
berbeda, tetapi sebagai UKMK tetap menjadi UKKM hasil transformasi juga akan mempunyai
generalis dengan kapasitas dan kompetensi pasar dan fokus yang lebih tajam. Dalam
yang meningkat. konteks kewilayahan, pada setiap wilayah

210
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

Gambar 4. Model Klaster Struktur Usaha Konstruksi Kecil dan Menengah

dapat dibentuk klaster-klaster dengan strukur yang diberikan baik oleh kalangan usaha
serupa sehingga mengurangi kepadatan pasar sendiri, asosiasi profesi maupun oleh LPJK.
dan potensi atmosphere persaingan yang (c) Pembinaan dan pengaturan yang lebih baik
tidak kondusif. Sistem klaster seperti ini akan dan berimbang tentang sistem hubungan
memperkuat sistem konstruksi di daerah secara kerja (kontrak) antara kontraktor utama
berkesinambungan (sustainable). dengan sub kontraktor, termasuk kontrak
untuk kontraktor spesialis. Kontraktor-
Selain struktur usaha, kualitas UKKM juga harus kontraktor besar, dapat memanfaatkan
ditingkatkan. Harus ada upaya pemberdayaan dana corporate social responsibility – CSR
UKKM melalui program-program peningkatan membiayai inisiatif pembinaan ini. Meski
kapasitas (capacity building), baik dalam demikian tetap harus dirumuskan secara
tataran individual (penguatan SDM dalam adil dan terbuka bagi siapa saja yang dapat
kapasitas teknis dan manajerial), maupun dibina.
tataran perusahaan (good business governance). (d) Penilaian kinerja kontraktor daerah
Program peningkatan kapasitas dapat dilakukan seharusnya menjadi rujukan bagi
melalui berbagai pilihan mekanisme: pembinaan, dan direkomendasikan hal ini
(a) Pembinaan konsorsium (relevan dengan untuk dilakukan oleh LPJKP.
model sistem rantai pasok usulan Pokja-2), (e) Penerapan kebijakan keberpihakan
dalam bentuk joint operation atau penyatuan kepada UKMK lokal, khususnya di daerah
badan usaha atau merger. Namun bentuk untuk meningkatan kapasitas dan
dan mekanisme joint operation atau merger kompetensi UKMK lokal. Tetapi hal ini tidak
seharusnya dilakukan untuk perusahaan yang dimaksudkan untuk menjadi kebijakan
setara, tidak dengan klasifikasi yang berbeda yang permanen, tetapi secara berangsur-
sehingga diperoleh sinergi yang baik. Selain angsur keberpihakan tersebut dikurangi
itu harus diperhatikan juga formalitas dari seiring dengan meningkatnya kapasitas
hubungan-hubungan tersebut dalam bentuk dan kompetensi pengusaha konstruksi
ikatan formalnya (kontrak). menengah dan kecil di daerah.
(b) Pemberian fasilitas peningkatan capacity (f) Masalah akses kepada permodalan dapat
building Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil diatasi dengan memberikan fasili­tas bantuan

211 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Keunggulan UMKM di Sektor Konstruksi

permodalan melalui pem­ben­tukan lembaga memasukan ukuran SDM sebagai tambahan


perbankan khusus untuk konstruksi. Bank terhadap kriteria kemampuan keuangan.
konstruksi ini akan memberikan fasilitas kredit Terakhir, semua catatan dan usulan di atas
dengan ke­ ten­ tuan dan mekanisme yang tentunya harus dilandasi pada fakta yang akurat,
sesuai de­ngan sifat usaha jasa konstruksi, sehingga proses penghimpunan data dan
yang tidak dimiiliki oleh bank-bank komersial informasi yang terkait dengan keberadaan, profil
lainnya. dan kinerja UKMK menjadi suatu keharusan.
Dalam kaitan dengan hal tersebut pemerintah
Sebelum dirumuskan lebih lanjut, terkait dan stakeholder lainnya dapat memanfaatkan
dengan restrukturisasi industri konstruksi, perlu mekanisme dan jaringan pengumpulan data
dicapai kesepahaman dan kesepakatan tentang yang telah dilakukan oleh Badan Pusat Statistik.
penggolongan usaha konstruksi, apakah tetap Untuk itu maka industri konstruksi harus dapat
mengacu pada kualifikasi LPJK atau membaginya merumuskan dan menyampaikan kepada BPS
menjadi kategori kecil dan non kecil, termasuk data dan informasi apa yang diharapkan dari
perumusan kriterianya. Diusulkan untuk survey dan sensus yang dilakukan oleh BPS.

Daftar Rujukan
Badan Pusat Statistik, (2013), Konstruksi Dalam Angka, 2013. Jakarta
Badan Pusat Statistik, (2014a), Berita Resmi Statistik No.16/02/Th. XVII, 5 Februari 2014. Jakarta
Badan Pusat Statistik, (2014b), Tabel Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan
Pekerjaan Utama. www.bps.go.id. diakses 25 September 2014.
Construction Industry Development Board Malaysia (CIDB Malaysia), (2012), 2012 Annual Report. www.
cidb.gov.my. diakses 25 September 2014.
European Commission, (2003), The New SME Definition,
Husaini, H.W. (2013), Indonesia Construction Industry Overlook. Proceedings of International Seminar
on Optimization of Heavy Equipment for Road Construction. Construction Development Agency,
Ministry of Public Works. Jakarta.
Korea Research Institute for Human Settlements – KRIHS, (2013), Country Report: Economy and
Construction Industry in Korea. Asia Construct 2013. Jakarta.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, (2013), Peraturan Lembaga No. 10 Tahun 2013 tentang
Registrasi Usaha Jasa Pelaksana Konstruksi. Jakarta.
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK), (2013), Statistik Badan Usaha. www.lpjk.net. diakses 25
September 2014
Ofori, G. (2013), Small And Medium-sized Construction Enterprise Development, Construction for
Development, IZIZA, http://www.isiza.co.za/current_issue/982388.htm. diakses 19 Agustus 2014
Research Institute of Construction and Economy - RICE (2013), Japan Country Report. Asia Construct 2013.
Jakarta.
Sudarto, (2013), “Pembangunan Infrastruktur Topang Industri Konstruksi” tertanggal 5 April 2013. www.
neraca.co.id. diakses 25 September 2014.
.

212
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Keunggulan Material Dan


Peralatan Konstruksi
Ir. RM. Dudi Suryo Bintoro, MM
Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya investasi, BP Konstruksi, Kementerian PU
Ir. Rusli, MT
Kepala Bidang Material & Peralatan Konstruksi, PusbinSDI BP Konstruksi Kementerian PU
Ir. Akhmad Suraji, MT.,PhD
Ketua KK MKI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Andalas & Sekretaris
Komite Litbang LPJKN

Pembinaan konstruksi kedepan tentu menghadapi tantangan semakin besar


untuk menjadikan industri konstruksi nasional produktif, inovatif, dan kompetitif
dalam menghasilkan infrastruktur yang berkualitas, bermanfaat dan berkelanjutan.
Disamping menghadapi pemberlakuan MEA 2015, Indonesia juga menghadapi
kebutuhan kegiatan pembangunan infrastruktur besar-besaran (MP3EI, 2012)
dalam suatu masa transisi demokratisasi, desentralisasi, dan globalisasi serta
perubahan lingkungan yang semakin besar. Oleh karena itu, pembinaan konstruksi
perlu memperhatikan pengembangan industri konstruksi yang memiliki sumber
daya manusia yang berkompeten, ketersediaan teknologi rancang bangun
dan perekayasaan dan teknologi, termasuk peralatan, untuk penyelenggaraan
konstruksi, pembiayaan (financing) dan proses business atau sistem manajemen
yang handal untuk mengolah bahan alam dan atau bahan-bahan pabrikan
menjadi suatu produk bangunan berupa infrastruktur dan properti.

PENGANTAR
Kedepan, pembinaan konstruksi setidaknya menghadapi tantangan bahwa
Indonesia memerlukan infrastruktur lebih banyak, lebih berkualitas, lebih
bermanfaat seperti jalan, jembatan, bendung, bendungan, gedung, rumah,
bandara, pelabuhan, pembangkit listrik, jaringan telekomunikasi, jaringan
sanitasi, jaringan air minum, jaringan air limbah, dan lainnya (Dikun 2012, Suraji,
2012). Berdasarkan rancangan teknokratif RPJMN III, Bappenas memperkirakan
investasi infrastruktur pada 2015 – 2019 sebesar 4.886 T (Priatna, 2014). Artinya,
Indonesia harus mampu secara efektif (300 hari/tahun) dengan memproduksi
infrastruktur senilai 3,257 T/hari. Dengan kata lain, Indonesia harus memiliki
industri konstruksi yang mampu mengolah setiap hari bahan alam dan atau
bahan pabrikan menjadi infrastruktur senilai 3,257 T (Suraji, 2014). Pertanyaan
selanjutnya adalah bagaimana menjamin ketersediaan dan pasokan bahan

213 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

alam (misalnya pasir, batu, kayu) dan atau bahan konsolidasi industri konstruksi kedepan untuk
pabrikan (misalnya semen, baja, asphalt) untuk menghadapi pemberlakuan MEA 2015 dan
diolah dengan peralatan konstruksi oleh suatu pembangunan infrastruktur.
industri konstruksi menjadi produk bangunan.

Kedepan, pembinaan konstruksi perlu Permasalahan Material dan


memiliki perspektif baru (rethinking & revaluing Peralatan Konstruksi di Indonesia
construction) bahwa konsolidasi konstruksi Penyelenggaraan konstruksi untuk
tidak hanya seputar layanan jasa perencanaan, menghasilkan infrastruktur memerlukan
layanan jasa pelaksanaan, dan layanan jasa ketersediaan dan pasokan sumber daya
pengawasan pekerjaan konstruksi (UU 18 material dan peralatan yang memadai baik
Tahun 1999) tetapi mengkonsolidasikan seluruh kualitas maupun kuantitas. Permasalahan yang
rantai pasok konstruksi termasuk material dan dihadapi adalah ketimpangan ketersediaan dan
peralatan sebagai bagian dari elemen industri pasokan material dan peralatan antar wilayah di
konstruksi (Suraji, 2012, CIB, 2009; CIC, 2010; Indonesia khususnya di wilayah timur. Industri
UU No.5 Tahun 1984). Industri konstruksi ini bahan bangunan seperti semen dan baja serta
melibatkan rantai pasok konstruksi, yaitu pabrikan atau vendor peralatan masih terpusat di
konsultan (arsitek, insinyur, managemen Pulau Jawa dan kota besar lainnya. Problematika
proyek, quantity surveyor), kontraktor utama, rantai pasok material dan peralatan konstruksi
subkontraktor spesialis, tenaga kerja, vendor/ tidak hanya terkait kapasitas produksi tetapi
suppliers material dan peralatan, distributor dan juga distribusi. Permasalahan yang terjadi
pabrikator (London, 2006). Di banyak negara, mencakup antara lain kelangkaan material
konstruksi tidak hanya dipandang sebagai usaha (over demand, demand in case), kelambatan
jasa, atau tender dalam perspektif pengadaan distribusi material (kerusakan jalan/jembatan)
barang/jasa atau bahkan pekerjaan tukang saja dan akibatnya menjadikan proyek konstruksi
tetapi sistem meso ekonomi dan bahkan suatu terlambat dan terhambat.
kluster perekonomian dari life cycle of built asset
development (Carracus, 2004, Scottish, 2004, dan Permasalahan lain adalah ketidak-merataan dan
Barret, 2005). keterbatasan peralatan konstruksi seperti AMP
atau CBP di suatu wilayah dan keterbatasan
Tujuan tulisan ini adalah membahas inovasi persediaan dan dukungan perusahaan rental
yang diperlukan untuk mengkonsolidasi rantai peralatan serta fluktuasi harga yang tinggi
pasok material dan peralatan konstruksi bagi yang dipicu oleh bangkitan permintaan
keberhasilan penyelenggaraan konstruksi yang yang bersamaan dari pelaksanaan proyek
menghasilkan infrastruktur yang berkualitas, konstruksi khususnya pembangunan jalan oleh
bermanfaat dan berkelanjutan. Tulisan ini Pemerintah (Pusat & Daerah) pada perioda
membahas kondisi sampai saat ini tentang Mei – Desember setiap tahunnya. Kematangan
ketersediaan dan pasokan material dan sistem rantai pasok material dan peralatan
peralatan konstruksi serta perkiraan kebutuhan konstruksi tergantung dari struktur pasar
ketersediaan material dan peralatan konstruksi (monopoli, oligopoli, monopsoni, dll) kapasitas
di masa mendatang. Selanjutnya, tulisan industri bahan bangunan dan peralatan, serta
menjelaskan tentang inovasi pembinaan kapasitas Pemerintah (Pusat dan Daerah).
material dan peralatan konstruksi yang sedang Disisi lain, perkiraan kebutuhan material dan
dan akan dilakukan oleh Pusat Pembinaan peralatan konstruksi secara nasional untuk
Sumber Daya Investasi. Tulisan ini diharapkan masing-masing jenis infrastruktur belum
menjadi referensi dalam perumusan kebijakan terpetakan secara menyeluruh. Asosiasi Semen

214
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

n Jawa 56%
n Sumatera 21%
n Kalimantan 8%
n Sulawesi 7%
n Bali-Nustra 6%
n Maluku- Papua 2%

Gambar. 1 Pangsa Pasar Semen Tahun 2013 (Sumber: ASI)

Indonesia (ASI) menunjukkan 56% pasar semen Ketersediaan Material Semen


di Indonesia 56% masih berada di Pulau Jawa Semen merupakan salah satu material utama
disusul Sumatera 21% dan sisanya 23% di atau bahan bangunan yang sangat diperlukan
wilayah timur. dalam pembangunan infrastruktur. Material
ini memiliki proporsi sekitar 6,44% dari nilai
Ketersediaan Material dan pekerjaan konstruksi. Saat ini, kebutuhan
Peralatan Konstruksi semen di Indonesia sekitar 54,9 juta ton/tahun,
Dalam tulisan ini, material dan peralatan sedangkan kapasitas produksi semen nasional
konstruksi utama/major yang dibahas sekitar 64,5 juta ton/tahun, dengan utilitas/daya
ditentukan berdasarkan kriteria sebagai guna mencapai 85%/tahun. Bahan baku semen
berikut: (i) lingkup nasional, (ii) ketersediaan hampir seluruhnya dari dalam negeri. Harga
terbatas atau perlu waktu cukup lama untuk semen sangat tergantung pada komponen
meningkatkan ketersediaannya, (iii) digunakan energi produksi (40-60%) dan biaya logistik/
secara umum dalam kegiatan konstruksi, (iv) distribusi.
memiliki nilai tambah yang signifikan, (v) bagian
yang signifikan dalam penyelesaian kegiatan Tabel 1 menunjukan kapasitas industri semen
konstruksi dan (vi) fluktuasi harga menyebabkan dan rencana pengembangannya di Indonesia.
kerentanan terhadap ketidakseimbangan Secara umum, konsumsi bahan bangunan ini
sistem supply demand. Berdasarkan kriteria masih lebih rendah dari kapasitas produksi dari
tersebut, material dan peralatan utama/major industri semen nasional. Hampir semua industri
meliputi semen, baja, aspal, dan alat berat. semen nasional sejak tahun 2012 hingga 2016
Ketersediaan material pasir dan batu sering meningkatkan kapasitas produksi rata-rata 1000
menjadi masalah di suatu daerah, tetapi belum Ton/Tahun. PT. Semen Padang merencanakan
menjadi isu nasional. kenaikan produksi 2000 Ton/Tahun hingga
tahun 2016. Kemudian PT. Semen Gresik akan

215 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
(Sumber: ASI, 2013)
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Tabel. 1 Kapasitas Produksi Industri Semen Nasional & Rencana Pengembangan dan s/d Tahun 2016
Kapasitas Produk Industri Semen
Nama (Ton/Tahun)
No Perusahaan Shareholders
2012 2013 2014 2015 2016
1 Semen Padang 6300 6300 7200 7200 9250 s/d Th 2013 51,01%
2 Semen Gresik 11300 11300 12800 12800 15800 (Government)
3 Semen Tonasa 6550 6700 6700 7300 7300 48,99% (Public)
4 Holcim Indonesia 8700 8700 10400 10400 12100
5 Indocemen Tunggal Perkasa 18600 18600 201500 22500 24500
6 Semen Baturaja 1250 2000 2000 2000 3850 s/d Th 2013 76,24%
(Government)
23,77% (Public)
7 Lafarge Cemen Indonesia 1600 1600 1600 3200 3200
8 Semen Kupang 570 366 396 396 396 100% (Government)
9 Semen Bosowa Maros 3000 5400 5400 6500 6500
Sub Total (1) 57870 60996 66996 72296 82896
Industri Semen Baru
10 Jui Shin - - 1500 1500 1500
11 Anhui Conch - - - 1700 1700
12 Siam Cement - - - - 1700
13 Semindo Gemilang - - - 2500 2500
Sub Total (2) - - 1500 5700 10700
Total (1+2) 57870 60996 68496 77996 93596
Konsumsi Domestik 54969 58023 61500 62200 69100
(Sumber: ASI, 2013)

menaikan 3000 ton/tahun hingga tahun 2016. baja nasional. Penggunaan baja tersebut 40%
PT. Indocement dan Holcim akan menaikan untuk pekerjaan konstruksi infrastruktur dan
rata-rata 2000 ton/tahun. PT. Semen Kupang 38% pekerjaan konstruksi non infrastruktur.
tidak menaikan produksi dan PT. Semen Bosowa Penggunaan baja tulangan diperkirakan sekitar
hanya menaikan produksi 1000 ton/tahun 32% dari total penggunaan baja konstruksi.
hingga 2016. Kedua industri semen di wilayah Kebutuhan baja di Indonesia diperkirakan
timur ini diharapkan bisa mengatasi kebutuhan sekitar 13,3 juta ton, sedangkan kapasitas
semen yang semakin meningkat di wilayah produksi baja nasional sekitar 18,9 juta ton/
timur. Kehadiran industri semen seperti Jui Shin, tahun atau tingkat utilitas material baja adalah
Anhui Conch, Siam Cement, Semindo Gemilang 70%. Sampai saat ini, pasokan baja sangat
akan menambah ketersediaan dan pasokan tergantung pada impor yang mencapai sekitar
semen di Indonesia. 86%. Tantangan yang dihadapi oleh industri
konstruksi adalah katalog produk baja belum
Ketersediaan Material Baja terdiseminasi dengan baik, sehingga masih
Secara umum pada proyek konstruksi yang banyak yang kurang tepat penggunaannya dan
menggunakan struktur baja, nilai material baja adanya peredaran produk baja non-standar.
sekitar 11,24% dari nilai pekerjaan konstruksi. Tabel 2 berikut ini menunjukan kapasitas
Di Indonesia, penggunaan baja di bidang produksi baja nasional tahun 2013.
konstruksi sekitar 78% dari seluruh konsumsi

216
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Tabel. 2 Kapasitas Industri Baja Nasional Tahun 2013


No Kelompok Jumlah Perusahaan Kapasitas (Rb Ton)

1 Slab Baja 2 4.850


2 Billet 30 5.057
3 Besi Beton 30 3,67
4 Baja Profil 15 1,33
5 Batang Kawat Baja 10 1.560
6 HRC 2 2.200
7 Plate 5 1.920
8 Pipa Las Lurus/Spiral 29 2.243
9 Bj Las Spiral/ Warna 16 1.200
10 PC Wire 3 90
11 Light & Heavy H Beam 4 800
Sumber: IISIA (2013)

Ketersediaan Material Aspal hampir 85 ribu km/tahun. Jika ditambah


Secara umum, pekerjaan jalan memiliki dengan kebutuhan jaringan jalan provinsi dan
proporsi nilai material aspal sekitar 8,29% dari kabupaten/kota akan mencapai 500 ribu km/
nilai pekerjaan konstruksi. Kebutuhan aspal di tahun. Ketergantungan pasokan aspal impor
Indonesia mencapai hampir 1,25 juta ton (2011) mencapai 400 ribu ton/pertahun dan dengan
dan naik 1,35 juta ton (2012) serta akan tumbuh harga aspal minyak mencapai 5.5 juta per ton,
rata-rata 4% per tahun. Sedangkan kapasitas maka Indonesia akan memboroskan devisa
maksimal pasokan nasional dari produksi dalam negara hingga 2.2 triliun rupiah per tahun.
negeri (690) maupun impor hanya 200 ribu ton. Indonesia dapat memanfaatkan cadangan aspal
Kekurangan pasokan aspal mencapai 400 ribu alam di Buton yang diperkirakan hampir 700 juta
ton per tahun. Kapasitas produksi PT. Pertamina ton. Kapasitas pasokan aspal buton pada tahun
akan konstan pada angka 650.000 ton/tahun. 2011 hanya mencapai 40 ribu ton dengan rata-
Kondisi ini menyebabkan ketidakseimbangan rata peningkatan produksi 10 ribu ton/tahun.
(gap) antara demand dan supply masih Meskipun pemanfaatan aspal buton dengan
sangat besar atau kurang lebih 600 ton/ berbagai spesifikasi akan meningkatkan kualitas
tahun. Permasalahan kesenjangan tersebut jalan lebih tinggi, pendayagunaan aspal buton
dapat memberikan dampak yang sangat di dalam negeri masih rendah hanya 10 ribu ton
besar terhadap kuantitas, kualitas, dan waktu (2012). Tetapi ekspor aspal buton ke China oleh
dari penanganan jaringan jalan. Penanganan PT. BAI mencapai 5 ribu ton per bulan untuk
terhadap kesenjangan demand supply dari jenis BGA 5/20 dan tahun 2011 PT. Sarana Karya
material aspal tersebut dapat dilakukan dengan mengekspor 400 ribu ton untuk jenis curah.
impor dan industrialisasi aspal buton (asbuton). Pemerintah, melalui misalnya Instruksi Presiden
Indonesia menjadi salah satu negara yang perlu mewajibkan pemanfaatan aspal buton bagi
memiliki potensi aspal alam terbesar di dunia penanganan jaringan jalan nasional, jalan provinsi
(Gambar 2). dan kabupaten dengan target penggunaan 300
ribu ton (2014); 400 ribu ton (2015); 500 ribu
Permintaan aspal untuk memenuhi kebutuhan ton (2016); 600 ribu ton (2017) dan seterusnya
penanganan jaringan jalan nasional, jalan tol, bertambah 100 ribu ton/tahun hingga tahun
jalan lintas dan jalan strategis nasional mencapai 2025.

217 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Industrialisasi aspal buton sangat diperlukan. Ketersediaan Beton Pracetak


Sumber material aspal alam di Sulawesi sangat Beton pracetak menjadi salah satu pilihan
potensial dikembangkan sebagai industri aspal dari bahan atau komponen struktur suatu
nasional (Gambar 3). Industri aspal nasional bangunan misalnya gedung maupun jembatan.
dengan kapasitas produksi 500 ribu ton/tahun Industri beton pracetak di dalam negeri sudah
memerlukan 4 pabrik yang terdiri dari 2 pabrik berkembang. Permasalahan yang dihadapi adalah
full ekstrasi dan 2 pabrik semi ekstrasi. Investasi distribusi ke daerah-daerah yang sulit dijangkau.
satu pabrik semi ekstrasi dengan kapasitas 100 Salah satu inovasi yang perlu dilakukan adalah
ribu ton/tahun adalah Rp. 300 milyar dan satu memproduksi beton pracetak dengan dimensi
pabrik full ekstrasi 150 ribu ton/tahun adalah yang mudah dalam pengangkutan. Keunggulan
Rp. 400 milyar. Investasi pabrik tersebut akan beton pracetak di sektor konstruksi adalah
memberikan IRR 27% – 30% dengan COGS semi jaminan kualitas dan tidak banyak material tersisa
ekstrasi (Rp. 5.000) dan COGS full ekstrasi (Rp. serta sampah pada konstruksi. Hal ini juga dapat
5.100) dan payback period 3.5 tahun. Kapasitas mengoptimalkan pendayagunaan material
produksi 500 ribu ton/tahun dari 4 pabrik cetakan (formwork) dan material semen dengan
tersebut akan memerlukan jaminan bahan baku teknologi cast in situ. Penggunaan beton pracetak
2 juta ton/tahun. juga sangat sesuai pada daerah seperti Kalimantan
yang tidak mempunyai bahan galian pasir dan

Gambar 2 Negara Penghasil Aspal Alam Gambar 3 Lokasi Aspal Alam di P Buton

Pusjatan Balitbang, Kementerian PU agregat dan memenuhi spesifikasi teknis beton


mengembangkan teknologi pengelolaan mutu tinggi. Keunggulan penggunaan pracetak
asbuton (teknologi butiran, semi ekstraksi, meliputi sebagai berikut ini: (i) efisiensi biaya
dan full ekstraksi). Dapat dilihat pada gambar pekerjaan konstruksi karena waktu pelaksanaan
1. negara penghasil aspal alam, dan gambar. 2 yang lebih cepat, (ii) mutu lebih terjamin, (iii)
peta lokasi aspal alam di Pulau Buton. mempunyai keandalan terhadap beban gempa,
(iv) waktu pekerjaan yang lebih singkat, dan (iv)
optimalisasi ruang.

218
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

n Jawa 56%
n Sumatera 21%
n Kalimantan 8%
n Sulawesi 7%
n Bali-Nustra 6%
n Maluku- Papua 2%

Teknologi Pracetak C-Plus Teknologi Pracetak n-panel

Teknologi Pracetak T-Cap Sambungan Pelat Penjepit

Gambar 4. Inovasi teknologi Pracetak


(Sumber: AP3I)

pracetak yang mempunyai spesialisasi di bidang


Kementerian PU juga sudah banyak
tertentu, misalnya tiang pancang, sheet pile,
menghasilkan berbagai macam inovasi dalam
hollow core, beton ringan, facade, infrastruktur
penggunaan pracetak (Gambar 4). Teknologi
pengairan, dan drainase. Lokasi terpusat di
beton pracetak yang dikembangkan oleh
Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Kapasitas
Balitbang Kementerian PU meliputi teknologi
produksi industri beton pracetak tertentu seperti
konstruksi sebagai berikut ini: (i) Sistem
sambungan Pracetak C-Plus, (ii) Sistem Pracetak
n-panel, (iii) Sistem Pracetak T-Cap, (iv) Sistem Identifikasi Beton Pracetak
Pracetak BOX, dan (v) Sistem Pelat Penjepit. n3 n10 n20 nrest

Industri Beton Pracetak di Indonesia telah 25%
33%
berkembang pesat. Ada 3 industri pracetak multi
produk yang menjadi pemimpin pasar, dengan 14%
menguasai sekitar 33% pasar atau sekitar Rp
29%
8 trilyun/tahun. Lokasi produksi terpusat di 9
pabrik di seluruh Indonesia meliputi Jabodetabek,
Surabaya, Sumatera Utara, Lampung, Bogor,
Majalengka, Boyolali, Pasuruan dan Sulawesi
Selatan. Selanjutnya, ada sekitar 10 industri Gambar 7 Identifikasi Pemasok Material Beton Pracetak
(Sumber: AP3I)

219 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Tabel. 3 Perkiraan Kapasitas Produksi Nasional Industri Beton Pracetak 2014

(Sumber: AP3I)

ini sekitar Rp 7 trilliun/tahun (29%). Ada sekitar


20 industri pracetak yang mempunyai spesialisasi
untuk membangun gedung. Perusahaan-
perusahaan ini mempunyai kemampuan untuk
membuat tempat produksi di dekat lokasi proyek Ketersediaan Alat Berat Nasional
bangunan gedung. Kapasitas produksi industri
ini sekitar Rp 3 trilliun/tahun (14%). Di samping 3%
6%
4%
2%

itu, beberapa industri pracetak “non formal” yang 5%


9%
secara sporadik dibentuk untuk melayani proyek-
proyek khusus, seperti facad, U Ditch, Kanstein,
Box Culvert (25%).
71%
Ketersediaan Alat Berat Konstruksi
Kebutuhan alat berat mencapai 16,07% dari
nilai pekerjaan konstruksi. Kebutuhan alat
berat nasional sebesar 106 ribu unit. Data n Sumatera
pasokan tahun 2009 – 2013 menunjukan bahwa n Jawa
kemampuan pasokan alat berat hanya sebesar 78 n DKI Jakarta
ribu unit oleh produsen alat berat Indonesia yang n Kalimantan
tergabung dalam HINABI (Asosiasi Industri Alat n Sulawesi
Berat Indonesia). Alat Berat sebagian diproduksi n Bali, NTT dan NTB
di dalam negeri dengan kandungan lokal 50%
n Maluku- Papua
tetapi bahan baku kandungan lokal masih
impor. Investasi pengadaan alat berat cukup Gambar 5. Ketersediaan Alat Berat Nasional
besar. Pemilihan alat berat mempunyai kriteria (Sumber: Balai SISDI)
antara lain kualitas, umur layanan, produktivitas,

220
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

Gambar 6 Pasar Alat Berat Konstruksi, Tambang dan Earthmoving


(Sumber: HINABI)
*) tidak termasuk road construction machinery

dan BOP yang layak. Perusahaan konstruksi infrastruktur perlu memiliki perhitungan
(kontraktor) lebih banyak menyediakan alat demand (permintaan) material dan peralatan
berat dengan cara sewa daripada membeli. Hal konstruksi setiap tahun. Pemerintah sebagai
ini karena 99% perusahaan konstruksi memiliki elemen utama dari sistem industri konstruksi
kategori kelompok menengah ke bawah. Oleh perlu melakukan terobosan kebijakan agar
karena itu, pengembangan sistem penyewaan kendala lapangan terkait material dan peralatan
alat berat sangat penting dalam mendukung para tidak terjadi seperti pekerjaan terlambat,
perusahaan konstruksi melaksanakan pekerjaan. bahkan putus kontrak, kualitas, harga mahal.
Tantangan lainnya dalah bahwa penyebaran alat Para pemasok material dan peralatan perlu
berat juga sangat tidak merata. Sekitar 70% alat menyiapkan strategi pemenuhan pasokan
berat berada di DKI Jakarta (Gambar 5). (supply) secara jangka panjang. Disisi lain,
industri peralatan konstruksi perlu mendorong
Perkuatan Rantai Pasok Material dan Peralatan kapasitas produksinya. Aspek penting
Konstruksi adalah semua pihak mensepakati kebutuhan
Pasokan material dan peralatan konstruksi, (demand) peralatan konstruksi yang di-update
khususnya semen, baja, aspal, dan alat berat setiap tahun. Perkuatan rantai pasok material
sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan dan peralatan konstruksi perlu melibatkan
konstruksi. Ketersediaan material dan alat berat produsen, distributor, vendor dan supplier serta
di berbagai lokasi atau wilayah di Indonesia para kontraktor hingga klien. Hasil forum diskusi
berbeda-beda. Para pelaku industri konstruksi, material dan peralatan di Yogyakarta tanggal 10
termasuk Pemerintah sebagai klien terbesar September 2014 menghasilkan rekomendasi
industri konstruksi di bidang pembangunan strategi perkuatan rantai pasok material

221 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KEUNGGULAN MATERIAL DAN PERALATAN KONSTRUKSI

dan peralatan konstruksi untuk mendukung konstruksi perlu diarahkan terintegrasi


kelancaran pembangunan infrastruktur secara nasional sebagai agregasi dari
kedepan adalah sebagai berikut: kontribusi semua pihak baik pemerintah
(1) Perencanaan pembangunan infrastruktur (pusat dan daerah), pelaku usaha di rantai
(what to build) perlu dilengkapi dengan pasok konstruksi (pusat dan daerah) dan
penyusunan program pengembangan para akademisi/peneliti.
industri konstruksi (how to build) termasuk (4) Para pelaku usaha dalam rantai pasok
program pemenuhan kebutuhan kapasitas konstruksi perlu didukung oleh ilmu
dan pasokan material dan peralatan pengetahuan dan teknologi yang
konstruksi terintegrasi dengan sistem dikembangkan bersama dengan para
logistik nasional. Inovasi material khusus akademisi/peneliti di perguruan tinggi
melalui R & D oleh kerjasama industri dan serta kebijakan memihak (affirmative policy)
perguruan tinggi serta didukung oleh oleh Pemerintah (pusat & daerah). Dengan
Pemerintah (Pusat & Daerah). R & D tersebut harapan, para pelaku usaha tersebut
diperlukan misalnya pengembangan dapat melakukan ekspansi investasi untuk
material untuk renovasi bangunan cagar pengembangan industri bahan bangunan
budaya maupun inovasi prefabrikasi (pabrik semen, pabrik baja, pabrik beton
material (beton) untuk mengatasi kondisi pracetak, dll) dan inovasi (R & D) serta
lokal, misalnya material infrastruktur yang persewaan peralatan konstruksi di berbagai
ekspos terhadap lingkungan dengan kadar wilayah berdasarkan analisis permintaan
garam tinggi. (demand analysis) sekaligus mendorong
(2) Pengembangan sistem kelembagaan penerapan industrialisasi sistem konstruksi,
(siapa melakukan apa) lintas pemerintah dan mendorong pemanfaatan asbuton dan
pusat dan daerah, lintas pengelola sektor industrialisasi produksi aspal buton bagi
pemerintahan dan lintas pelaku usaha upaya mengatasi kekurangan pasokan
dan masyarakat sangat diperlukan. aspal untuk pekerjaan jalan.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden/ (5) Kebijakan investasi infrastruktur secara
Instruksi Presiden diharapkan memperkuat nasional akan lebih didominasi alokasi dana
kerjasama antar pelaku rantai pasok untuk Indonesia bagian timur. Pemerintah
material dan peralatan konstruksi dan juga perlu mendorong pengembangan industri
pengembangan buffer stock (pergudangan bahan bangunan di wilayah timur Indonesia.
penyangga) kesetimbangan permintaan Disamping itu, Pemerintah perlu melakukan
– pemasokan material konstruksi dan penataan sistem logistik material dan
kelancaran jalur distribusi/logistik. peralatan konstruksi (MPK) agar mampu
(3) Pengembangan dan pemutakhiran data mendukung penyelenggaraan konstruksi
dan informasi dalam suatu sistem informasi untuk properti maupun infrastruktur
demand – supply material dan peralatan menjadi lebih efektif dan efisien.

222
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa
Konstruksi
(Referensi UU 18 dan UU 30 Tahun 1999 dan
FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised Edition)
Sarwono Hardjomuljadi, Dr, Ir, MSc, MSBA, MH, MDBF, ACPE, ACIArb1

Pembangunan infrastruktur/konstruksi adalah rangkaian kegiatan


perencanaan, pelaksanaan, beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
sipil, arsitektur, mekanikal elektrikal, dan tata lingkungan masing–masing
beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk
fisik.2 Pelaksanaan pembangunan infrastruktur/konstruksi, pada umumnya
dilaksanakan oleh penyedia jasa,3 melalui suatu proses pengadaan barang/
jasa yang dilakukan oleh pengguna jasa, 4 yang kemudian dilanjutkan dengan
penandatanganan suatu perjanjian kontrak kerja konstruksi,5 antara pengguna
jasa dan penyedia jasa.

LATAR BELAKANG
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang lazim dilakukan di Indonesia,
pelaksanaan pengawasan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pengguna
jasa dalam pelaksanaan pekerjaan, umumnya akan dibantu oleh penyedia jasa
pengawas konstruksi6 dengan suatu perjanjian jasa konsultansi pengawas
konstruksi.

1 Staf Khusus Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional
(LPJKN) membidangi Kontrak Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa, Lektor Kepala Hukum Kontrak Nasional dan Kontrak
Konstruksi Universitas Mercu Buana Jakarta, Universitas Tarumanagara Jakarta, Universitas Parahyangan Bandung, Uiversitas
Muhammadiyah Jakarta, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Affiliate Member, Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils (FIDIC), Geneva, www.fidic.org
Country Reresentative for Indonesia, dari Dispute Resolution Board Foundation (DRBF), Seattle, www.drb.org
Member Dispute Board Federation (DBF), Geneva, www.dbfederation,org
Associate Member, Chartered Institute of Arbitrators (CIArb), London, www,fidic.org
2 Undang Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 1 Ayat 2
3 Ibid, Pasal 1 ayat 4, Penyedia jasa adalah orang perseorangan atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa
konstruksi;
4 Ibid, Pasal 1 ayat 3, Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/
proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi;
5 Ibid, Pasal 1 ayat 5, Kontrak kerja konstruksi adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna
jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi;
6 Ibid, Pasal 1 ayat 11, Pengawas konstruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan
ahli yang profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.

223 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kedalam Bahasa Indonesia oleh penulis dengan
pada pembukaan Chief Executive Officer (CEO) lisensi dari FIDIC. Penggunaan standar kontrak
Summit 2013 di Denpasar, Bali menyatakan FIDIC Conditions of Contract for Design– Build –
pentingnya pembangunan infrastruktur dan Operate sedang dalam tahap uji coba di Indonesia.
pada kesempatan itu beliau mengundang Oleh karena itulah, pemahaman akan standar
perusahaan swasta asing untuk ikut kontrak ini, dan khususnya pemahaman akan
mengembangkan infrastruktur di Indonesia.7 bagaimana pengaturan penyelesaian sengketa
Pada kesempatan ini, Perdana Menteri Jepang menurut standar kontrak ini, merupakan
Shinzo Abe menawarkan Jepang akan ikut suatu keharusan, untuk kemudian dapat
menggarap proyek-proyek infrastruktur tersebut. disiapkan suatu peraturan perundangan yang
Apalagi dengan adanya globalisasi kedepan mendukungnya, utamanya untuk kepentingan
yang ditandai dengan dibukanya peluang nasional, karena jika tidak terdapat peraturan
bagi asing untuk bekerja di Indonesia, maka perundangan yang mendukung, maka para pihak
peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia yang berkontrak akan mencantumkan klausula-
bangsa Indonesia khususnya dalam bidang klausula tentang penyelesaian sengketa di luar
pengembangan infrastruktur khususnya bidang negeri, yang saat ini mulai menggejala, banyak
jasa konstruksi merupakan suatu keharusan. kontrak antara Institusi Pemerintah dan Badan
Penggunaan standar kontrak internasional Usaha Milik Negara (BUMN) dengan pihak swasta
akan berkembang dalam pelaksanaan proyek nasional, pelaksanaan penyelesaian sengketanya
infrastruktur khususnya bidang jasa konstruksi dilakukan di luar negeri.
di Indonesia. Proyek-proyek dengan pinjaman
pendanaan asing baik pendanaan konstruksi Masalah kontrak pekerjaan konstruksi menarik
Government to Government (G to G) maupun untuk dikaji, terutama yang pembangunannya
Business to Business (B to B) akan meningkat, didanai dengan pinjaman dari institusi luar
seiring dengan meningkatnya proyek-proyek negeri, baik multilateral seperti World Bank, Asian
yang biasanya menggunakan standar kontrak Development Bank (ADB), Islamic Development
internasional, dalam hal ini yang paling banyak Bank (IDB) dan sebagainya, maupun bilateral
dipakai adalah Federation Internationale des seperti Japan International Cooperation Agency
Ingenieurs-Conseils (FIDIC) Conditions of Contract (JICA), Australian Aids dan sebagainya, saat
yang cakupannya sangat luas, lebih dari 10 ini dalam Standard Bidding Document nya
standar kontrak telah banyak dipakai secara luas termasuk Conditions of Contract Multilateral
di lebih dari 100 negara di dunia. Di Indonesia Development Banks Harmonised Edition 2006,
standar kontrak FIDIC yang banyak dipakai dari Federation Internationale des Ingenieurs-
pada saat ini adalah FIDIC Conditions of Contract Conseils yang lebih dikenal dengan singkatan
for Construction, FIDIC Conditions of Contract for FIDIC.8 Dalam Conditions of Contract dari FIDIC
Engineering Procurement and Construction (EPC)/ ini terdapat suatu ketentuan pada klausula
Turnkey Project, FIDIC Conditions of Contract 209 yang secara rinci menentukan pengertian
for Plant and Design-Build, FIDIC Short Form of tentang klaim, prosedur penyampaian klaim,
Contract. Keempat buku ini sudah diterjemahkan sengketa dan prosedur penyelesaian sengketa,

7 Pidato Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan CEO Summit 2013 di Denpasar, Bali, Indonesia.
8 www.fidic.org
9 FIDIC atau International Federation of Consulting Engineers didirikan di Brussels pada tahun 1913.
FIDIC General Conditions of Contract MDB Harmonised Edition 2006, Klausula 20,
FIDIC Conditions of Contract MDB Harmonised Edition 2006 menyatakan bahwa tahapan penyelesaian sengketa adalah dimulai
dengan dispute board yang ditunjuk sejak dimulainya proyek dan berlanjut selama pelaksanaan proyek, dengan tugas pokok
mencegah terjadinya sengketa.

224
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

lengkap dengan ketentuan tahapan-tahapan salah satu pra syarat yang tercantum pada
kegiatan penyelesaian sengketa. Standard Bidding Document yang diterbitkan
oleh institusi pemberi pinjaman seperti World
Selain melalui litigasi, saat ini penyelesaian Bank, JICA, ADB dan yang lain, pada Klausula
sengketa yang dikenal di Indonesia adalah 20 mencantumkan dengan jelas tata urutan
arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa penyelesaian sengketa.
yang terdiri dari konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, penilaian ahli dan penyelesaian di Pada saat ini pelaksanaan pekerjaan konstruksi
pengadilan, seperti dinyatakan dalam Pasal 1 dari di Indonesia dilaksanakan oleh penyedia jasa
Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang kontraktor dengan didasari suatu kontrak kerja
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.10 konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia
Sedangkan Undang Undang Nomor 18 tahun jasa kontraktor. Kontrak kerja konstruksi yang
1999 tentang Jasa Konstruksi secara spesifik dilaksanakan dengan menggunakan pendanaan
menyatakan bahwa penyelesaian sengketa dari pinjaman luar negeri, seperti World Bank,
dapat dilakukan melalui pengadilan atau di luar JICA, ADB dan sebagainya, direkomendasikan
pengadilan.11 untuk menggunakan standar kontrak dari FIDIC
yang dimasukkan sebagai salah satu bagian dari
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Standard Bidding Document institusi pemberi
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pinjaman tersebut. Standar dokumen kontrak
kurang memberikan penjelasan menyangkut dari FIDIC ini mencantumkan di dalamnya
Alternatif Penyelesaian Sengketa, karena dalam Klausula 20 tentang Klaim dan Penyelesaian
Undang Undang tersebut hanya dua pasal Sengketa. Dalam Klausula 20 tersebut dijelaskan
yang memuat tentang Alternatif Penyelesaian tata urutan penyelesaian sengketa dan pilihan
Sengketa, selebihnya adalah tentang arbitrase. cara penyelesaian sengketa.
Kondisi ini mengakibatkan penggunaan
alternatif penyelesaian sengketa di luar arbitrase Sengketa kontrak konstruksi akan selalu terjadi
yang sebenarnya bisa lebih cepat, murah dan dalam perjalanan suatu kontrak, meskipun
tidak mengakibatkan memburuknya hubungan sengketa ini bukan merupakan sesuatu yang
antara kedua pihak yang bersengketa, saat direncanakan, karena masing-masing pihak
ini diragukan efektivitasnya, sehingga para akan mempertahankan agar pihaknya tidak
pihak enggan menggunakannya dan kurang merugi. Kontraktor sebagai salah satu pihak
berminat, sehingga penggunaan alternatif mempunyai tugas untuk menyelesaikan
penyelesaian sengketa ini di samping cepat, pekerjaan sesuai kontrak, tentunya dengan
murah dan menjaga hubungan baik, relatif tujuan mendapatkan keuntungan yang sudah
tidak berkembang secara luas, baru akhir- akhir diperhitungkan sebelumnya, sedang pihak
ini Dispute Board sebagai salah satu bentuk pengguna jasa akan bertahan agar biaya yang
alternatif penyelesaian sengketa mulai banyak telah disepakati dalam kontrak, sebagai harga
dipergunakan pada proyek-proyek dengan kontrak, sedapat mungkin tidak terlampaui.
pendanaan dari pinjaman luar negeri, dimana
penggunaan FIDIC Conditions of Contract Penyelesaian sengketa tidak hanya dapat
for Construction yang saat ini merupakan diselesaikan dengan mengajukannya ke forum

10 Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 Angka 10. Alternatif
Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.
11 Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, Pasal 3
12 Erman Suparman, Arbitrase dan Dilema Penegakan Keadilan, Fikahati Aneska, 2012, Jakarta, h.17.

225 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

pengadilan, melainkan terdapat aneka ragam A. Perbedaan Kontrak Konstruksi


cara yang dapat ditempuh masyarakat untuk dengan Kontrak Jasa Lainnya
menyelesaikan sengketa.12 Adalah merupakan Sebelum memasuki pembahasan mengenai
hal yang wajar jika terdapat pendapat yang sengketa kontrak konstruksi, perlu dipahami
berbeda antara dua pihak dalam kontrak terlebih dahulu apakah perbedaan kontrak
konstruksi, adalah sangat alamiah jika dua pihak konstruksi dengan kontrak jasa lainnya, apa
mempunyai tujuan, nilai dan kebutuhan yang yang menjadi penyebab terjadinya sengketa
berbeda, hanya saja ini akan menjadi masalah kontrak konstruksi juga perlu dipahami secara
jika perbedaan pendapat ini berkembang lebih mendalam, karena untuk menangani
menjadi sengketa. Oleh karena itu jika terjadi penyelesaian sengketa konstruksi dengan
sengketa pada proyek konstruksi, hal ini tidak baik, diperlukan pemahaman yang mendasar
boleh diabaikan, karena akan menyebabkan mengenai “kontrak konstruksi” dan “klaim dari
terjadinya kerugian yang besar yang berdampak para pihak”.
buruk berupa terhentinya kegiatan konstruksi
menyebabkan terjadinya suatu penghentian Dalam pelaksanaan pembangunan fisik bidang
kegiatan pekerjaan konstruksi yang akan infrastruktur, maka pelaksanaan pembangunan
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Oleh dilaksanakan oleh pihak lain dengan dilandasi
karena itu penanganan penyelesaian sengketa oleh suatu kontrak konstruksi, yang akan
harus dilaksanakan sesegera mungkin dengan dibahas secara lebih rinci di bawah ini. Pada
memanfaatkan pihak ketiga yang kompeten perjalanan suatu kontrak konstruksi, perbedaan
(qualified professional). antara kondisi di lapangan dengan apa yang
diperjanjikan dalam kontrak, adalah suatu
MATERI DAN DISKUSI keniscayaan karena suatu pekerjaan konstruksi
Didasari latar belakang di atas, maka penulis merupakan pekerjaan yang mempunyai
merumuskan permasalahan sebagai berikut: kompleksitas yang tinggi. Perbedaan ini dapat
1. Apakah aturan terkait alternatif penyelesaian diselesaikan secara damai di lapangan atau
sengketa yang terdapat dalam Undang yang sekarang terjadi adalah disampaikannya
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang suatu klaim oleh penyedia jasa kontraktor
Jasa Konstruksi dan Undang Undang kepada pengguna jasa, dengan alasan untuk
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase mengurangi terjadinya kerugian.
dan Penyelesaian Sengketa sudah
mengakomodasi seluruh upaya penyelesaian Jika pengajuan klaim konstruksi oleh penyedia
sengketa kontrak konstruksi? jasa ini ditolak oleh pengguna jasa dengan alasan
2. Bagaimana tata urutan penyelesaian yang disampaikan dan kemudian penyedia
sengketa kontrak konstruksi yang diatur jasa menyampaikan ketidaksepakatannya atas
dalam FIDIC Conditions of Contract pendapat pengguna jasa, maka terjadilah suatu
Multilateral Development Bank (MDB) sengketa. Apakah itu kontrak konstruksi, klaim
Harmonised Edition? konstruksi dan sengketa konstruksi, serta cara
3. Apakah pilihan penyelesaian sengketa penyelesaian sengketa konstruksi di Indonesia
konstruksi yang paling sesuai untuk akan dibahas pada tulisan di bawah ini.
dilaksanakan di Indonesia?

13 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Pasal 1338, Prof. R.Soebekti, SH

226
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

B. Kontrak Konstruksi Kontrak konstruksi berbeda dari kontrak-


Kontrak adalah suatu perjanjian yang secara kontrak yang lain, menurut John Adriaanse: A
jelas menurut Pasal 1338 KUH Perdata13 variety of factors makes a construction contract
didefinisikan sebagai berikut: different from most other types of contracts. These
include the length of the project, its complexity,
”Semua perjanjian yang dibuat secara sah its size and the fact that the price agreed and the
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka amount of work done may change as it proceeds.18
yang membuatnya”;
Menurut Burgerliches Gesetzbuch (German
Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali Civil Code-BGB) dan juga Verdingungsordung
selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau fur Bauleistungen (Construction Contract
karena alasan-alasan yang oleh undang-undang Procedurses-VOB)19, kontrak konstruksi
dinyatakan cukup untuk itu; merupakan suatu kontrak yang khusus yang
Suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan dikenal sebagai “Werkvertrag”20 dimana pihak
itikad baik. penyedia jasa harus melakukan sesuatu sesuai
dengan yang diperjanjikan dan pihak pengguna
Semua sistem hukum di dunia menganut prinsip jasa memberi imbalan pembayaran untuk
pacta sunt servanda, yang menurut Black’s Law itu. Terdapat dua kriteria yang membedakan
Dictionary14 adalah: Agreement must be kept, Werkvertrag dengan kontrak yang lain adalah:
the rule that agreements and stipulations, those pertama kontrak bukan merupakan perjanjian
contained in treaties, must be observed. sederhana yang merupakan pertukaran antara
barang dan uang, tetapi pihak penyedia
Definisi kontrak secara umum dan kontrak jasa harus memberikan layanan jasa berupa
konstruksi secara khusus, menurut beberapa “membuat sesuatu” dengan kinerja yang
referensi adalah: Black’s Law Dictionary: An akan dinilai sukses atau tidaknya berdasarkan
agreement between two or more parties creating kriteria yang telah disepakati kedua belah
obligations that are enforceable or otherwise pihak sebelumnya; kedua pihak pengguna
recognisable at law.15 jasa dengan menilai layak diterima atau
tidak layak diterima sesuai persyaratan yang
Martin and Law: Contract is a legally binding telah disepakati sebelumnya dan kemudian
agreement. Agreement arises as a result of menyetujui atau tidak menyetujui hasil kerja
“offer and acceptance”, but a number of other tersebut.
requirements must be satisfied for an agreement
to be legally binding.16 Kontrak konstruksi di Jepang dikenal sebagai
Kensetsu Koji no Ukeoi Keiyaku (Contract for
Chow: Contract is a legally binding agreement Construction Works) yang merupakan bagian
formed when one party accepts an offer made by dari Construction Business Act untuk pertama
another and which fulfills the conditions.17 kalinya pada tahun 1949, dimana sejak saat ini
persyaratan kontrak yang adil dan berimbang

14 Brian A.Garner: Black’s Law Dictionary, West Group, Seventh Edition , 1999
15 Ibid,
16 Elizabeth A Martin and Jonathan Law: “Oxford Dictionary of Law”, Oxford University Press, 2006
17 Chow Kok Fong : Construction Contracts Dictionary”, Sweet & Maxwell Asia, 2006
18 John Adriaanse, Construction Contract Law: The Essentials, 2010,
19 Wolfgang Rosener, Gerhard Dorner: An Analysis of International Construction Contracts, 2005, Kluwer Law International, The
Netherlands, h 89
20Ibid, h.90

227 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

mendorong berkembangnya industri konstruksi b. Conditions of Contract for Engineering


di Jepang. Construction Business Act ini juga Procurement and Construction/Turnkey
merekomendasikan adanya standar kontrak Edition 1999;
konstruksi untuk proyek pekerjaan umum di c. Conditions of Contract for Plant and Design-
Jepang. Build Edition 1999;
d. Short Form of Contract Edition 1999.
Di Jepang saat ini dikenal dua standar kontrak
yang banyak dipakai, yaitu: pertama Koji Tiga dari empat standar di atas, telah
Ukeoi Keiyaku Yakkan (General Conditions of diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
Contract or Construction Works) yang untuk oleh Sarwono Hardjomuljadi et al pada tahun
pertamakalinya dipublikasikan pada tahun 2008, yaitu Persyaratan Umum Kontrak untuk
1923 yang versi terbarunya yaitu tahun 2000 Pelaksanaan Konstruksi yang dikenal sebagai
banyak dipengaruhi oleh American Institute Red/Pink Book, Persyaratan Umum Kontrak
of Architect - AIA Conditions of Contract Proyek EPC/Turnkey yang dikenal sebagai Silver
tahun 2000, sedangkan standar kontrak yang Book dan Kontrak Ringkas yang dikenal sebagai
kedua adalah Kokyo Kensetsu Koji no Hyojun Green Book.
Ukeoi Keiyaku Yakkan (Standard Form of C. Klaim Konstruksi
Agreement and General Conditions of Contract Pengertian
for Public Construction Works) yang diterbitkan Definisi Klaim menurut Black’s Law Dictionary
pertamakalinya pada tahun 1950 dan yang adalah “a demand for money, property or legal
terakhir adalah Edisi ke 8 tahun 1995. Suatu remedy to which one asserts a right”.21
hal yang sangat menarik adalah pada standar-
standar Jepang tersebut, banyak digunakan Selama ini istilah klaim pada pelaksanaan
kata Kyogi (mutual consultation), suatu adat proyek konstruksi seolah menjadi momok atau
budaya timur yang banyak dikritisi sebagai sesuatu yang diharamkan bagi pihak pengguna
standar yang tidak bersifat internasional. jasa/pemilik proyek, sebaliknya di pihak
Konsep court-connected mediation (“chotei”) penyedia jasa/kontraktor terkadang merupakan
saat ini merupakan suatu pilihan yang banyak suatu upaya untuk mendapatkan keuntungan
dipakai. Terminologi chotei mempunyai banyak tambahan, atau bahkan sejak awal sudah
arti, diantaranya adalah: (1) institusi atau termasuk dalam strategi untuk mendapatkan
keseluruhan sistem court-connected mediation, proyek. Definisi dari klaim yang paling sederhana
(2) tata cara court-connected mediation, (3) dan mudah dimengerti adalah: suatu tindakan
kegiatan mediasi itu sendiri, (4) substansi seseorang untuk meminta sesuatu, dimana hak
kesepakatan atau kompromi yang dibuat secara seseorang tersebut telah hilang sebelumnya,
tertulis, (5) the “meeting of the minds’ in making karena yang bersangkutan beranggapan
agreement. mempunyai hak untuk mendapatkannya
kembali. (The action of demanding something,
Standar Conditions of Contract dari FIDIC which one lost beforehand, because of one’s
(Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils right to recover it).22 Sebagai contoh sederhana
atau International Federation of Consulting adalah seseorang yang mempergunakan jasa
Engineers) yang banyak dipakai di Indonesia angkutan udara akan menyerahkan bagasinya
adalah: kepada perusahaan penerbangan untuk
a. Conditions of Contract for Construction selanjutnya mengklaim kembali bagasinya
MDB Harmonised Edition 2006; (baggage claim) pada saat sampai ditempat

21 Brian A. Garner: Black’s Law Dictionary, Eight Edition, Thomson West, USA, 2004, h 264

228
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

tujuan penerbangan. berdampak juga pada kepentingan Pengguna


Jasa (Employer), yaitu masalah kualitas
Dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, pekerjaan, yang bagi Pengguna Jasa tidak kalah
klaim yang diajukan oleh kontraktor dapat pentingnya dari masalah waktu dan biaya.
dikategorikan menjadi 3 (tiga) kelompok besar, Kualitas pekerjaan mungkin akan menurun,
yaitu: karena jika pihak kontraktor gagal untuk
mengajukan klaim akibat adanya tambahan
Klaim Konstruksi akibat perubahan waktu pengeluaran aktual, maka sulit dihindari atau
pelaksanaan dapat dipastikan kontraktor akan mencari
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh Konsultan peluang dari sisi kualitas.23
(Engineer)/Pengguna Jasa (Employer) dan
Kontraktor adalah penyelesaian proyek sesuai Untuk mencapai target dalam pasar konstruksi
jadwal (tepat waktu) dan dalam batas anggaran internasional masa kini di mana semua pihak
(budget) yang diperkirakan pada saat tender yang berkepentingan selalu menginginkan
oleh kedua belah pihak yaitu Enjinir (Engineer)/ penyelesaian pekerjaan secara tepat waktu dan
Pengguna Jasa (Employer) dan Kontraktor. Dalam dalam batas anggaran (budget) sebagaimana
prakteknya, manajemen konstruksi dalam arti diperkirakan pada saat tender, semua jenis
sempit dapat diartikan sebagai manajemen kontrak konstruksi akan menyertakan rincian
klaim konstruksi, yang meliputi: jadwal pekerjaan dan tanggal penyelesaian
a. Manajemen jadwal konstruksi, dalam arti pekerjaan. Jadwal ini sangat penting terutama
sempit, manajemen keterlambatan dalam pada kontrak bidang industri konstruksi yang
konstruksi; kompleks dan yang bukan merupakan tujuan
b. Manajemen biaya konstruksi, dalam arti akhir tetapi sebagai sarana untuk dioperasikan
sempit, manajemen klaim pekerjaan agar mendapat pemasukan keuangan, sebagai
konstruksi. contoh proyek Jalan Tol, Pusat Listrik, Pabrik,
bahkan pembangunan Apartment, karena
Yang pertama berarti manajemen jadwal waktu kelambatan waktu penyelesaian satu hari saja
pelaksanaan (schedule management) dan yang mengakibatkan kerugian operasi yang tidak
kedua berarti manajemen biaya (financial kecil.
management). Sebagai tambahan, pengertian
dari manajemen ini adalah bahwa kepiawaian Klaim Konstruksi Akibat Perintah Perubahan
untuk memanajemeni kedua hal ini dalam (variation order)
pelaksanaan konstruksi benar-benar diperlukan Perintah perubahan (variation order) pada suatu
untuk melindungi kepentingan kontraktor, dan proyek konstruksi biasanya diterbitkan oleh
apabila kontraktor tidak memiliki kemampuan Enjinir, atas nama pengguna jasa. Pada setiap
manajemen di atas, kontraktor sama sekali proyek konstruksi, hampir pasti akan terjadi
tidak akan pernah berhasil melindungi suatu perubahan pekerjaan, dimana kontraktor
kepentingannya terlebih pada proyek-proyek harus mengubah metode kerja, yang biasanya
internasional, karena manajemen konstruksi akan disampaikan oleh Enjinir dalam bentuk
tidak memerlukan kemampuan manajemen perintah perubahan (variation order). Terdapat
jenis lain selain dua hal yang disebutkan di atas. berbagai jenis perubahan pekerjaan yang
Jika kontraktor tidak mempunyai kemampuan terjadi karena alasan-alasan sebagai berikut:
untuk itu, maka secara tidak langsung akan 1) Kesalahan atau ketidaktelitian rancangan

22 Sarwono Hardjomuljadi et al, Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, Polagrade, Jakarta, 2006
23 Ibid

229 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

dan desain (perencanaan); 1) Modifikasi yang dipakai tidak boleh


2) Perubahan spesifikasi; merubah kontrak secara fundamental;
3) Perubahan desain; 2) Kontraktor diberikan hak untuk melakukan
4) Penambahan atau pengurangan pekerjaan; perubahan biaya bila modifikasi tersebut
5) Perubahan situasi dan kondisi untuk mempengaruhi biaya atau jadual waktu
pelaksanaan pekerjaan; atau kedua-duanya, secara total atau
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu sebagian.
penyelesaian dari metoda atau cara
pelaksanaan pekerjaan; Klaim Konstruksi Akibat Unforeseeable Physical
7) Karena hal-hal lain. Conditions
Istilah “Unforeseeable Physical Conditions (UPC)”
Kontraktor selalu diminta untuk melaksanakan atau keadaan fisik yang tidak dapat diduga
bermacam pekerjaan yang sudah dimengerti sebelumnya, adalah istilah kontraktual yang
dan diperkirakan olehnya pada tahap tender secara khusus digunakan pada kontrak yang
dan dari dokumen-dokumen tender pada saat menggunakan FIDIC CC for Construction
kontraktor tersebut telah memasuki tahap MDB Harmonised Edition 2006 seperti halnya
pelaksanaan proyek di lapangan, namun istilah Different Site Conditions (DSC) pada AIA
demikian perubahan-perubahan hampir dapat Contract & SF 23 A Contract, Adverse Physical
dipastikan akan terjadi, oleh karena itulah Conditions (APC) pada FIDIC CC edisi terdahulu,
seperti dinyatakan dimuka, kontrak konstruksi Latent Conditions pada Australian Standard AS
adalah suatu kontrak yang bersifat dinamis, 4000 dan sebagainya.
tidak sama dengan kontrak-kontrak lain. Unforeseeable Physical Conditions bukanlah
penyebab klaim, tetapi lebih sebagai jalan
Perubahan (variations) dapat diartikan sebagai masuk secara legal bagi penyampaian suatu
perubahan kontrak yang menjabarkan pekerjaan klaim. 25
yang telah disyaratkan untuk dikerjakan atau
dapat berupa pekerjaan ekstra (extra works) Dalam pengertian physical site conditions,
melibatkan tambahan item pekerjaan yang keadaan lapangan yang sesungguhnya
tidak termasuk pada kontrak awal (original). dijumpai pada pelaksanaan kadang-kadang
Baik perubahan-perubahan (variations) maupun berbeda sama sekali dengan kondisi yang
tambahan-tambahan yang melibatkan item diperkirakan (terlihat) pada tahap tender atau
pekerjaan yang tidak terdapat pada kontrak dokumen Information to Tenderer. Apabila
asli (extra) adalah modifikasi dari kontrak asli keadaan ini terjadi, maka secara kontraktual
(original). umumnya diberikan peluang untuk mengatur
penentuan tanggung jawab atas keterlambatan
Bagaimanapun juga Enjinir (Engineer)/ dan tambahan biaya.
Pengguna Jasa (Employer) mempunyai hak
untuk melakukan perubahan-perubahan Sebagai tambahan, keadaan di bawah
kontrak (change order atau variation order), permukaan tanah dan keadaan lapangan yang
tetapi dibatasi oleh dua kondisi yang disebutkan tidak diketahui merupakan resiko signifikan
di bawah ini24 : yang terdapat pada semua proyek konstruksi

24 Sarwono Hardjomuljadi et al: Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract, Polagrade, Jakarta, 2006.
25 Sarwono Hardjomuljadi: Challenge and Problem Solving in using Federation Internationale des Ingenieurs-Conseils FIDIC MDB 2006:
From Commencement to Termination of the Works, Paper presented at FIDIC World Centenary Conference, Barcelona, Spain,
September 2013

230
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

dan di samping itu, resiko ini menjadi berlipat konstruksi, tentang sengketa kontrak konstruksi
ganda ketika beberapa kontrak internasional adalah seperti dinyatakan oleh Chow, Kok
menekankan kepada kontraktor untuk Fong29: ”....difference in position over a matter
melakukan penyelidikan kondisi lapangan which is submitted for determination by a tribunal.
secara cermat sebelum memasukkan A dispute does crystallise where a party merely
penawaran (tender). Persyaratan ini akan requests another party for more information to
memindahkan tanggung jawab dari Enjinir explain the items featured in a matter or to allow
(Engineer)/Pengguna Jasa (Employer) apabila more time for a more careful consideration of
ditemukan masalah Unforeseeable Physical the matter”. Pendapat lain dari Kumaraswam30:
Conditions (UPC) yang tidak terduga yang disputes developed from conflict; ”serious
tentunya akan berdampak pada peningkatan disagreement and argument about something
harga penawaran kontraktor. important” dan “a serious difference between two
or more beliefs, ideas or interests”
Klausula kontrak yang menentukan penyesuaian
harga dan/atau waktu pelaksanaan apabila Apakah yang dimaksud dengan sengketa
masalah yang tidak tampak itu ditemukan, akan kontrak konstruksi, menurut Oxford Dictionary
meringankan kerja Enjinir (Engineer)/Pengguna of Law: Dispute is a misunderstanding
Jasa (Employer) dalam mengurangi biaya tak between two parties, either contractual or non
terduga (contingency costs) yang dimasukan contractual.
Kontraktor dalam perhitungan tender untuk
mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak Dengan demikian sengketa dapat dirumuskan
terduga. Klausula seperti itu didasarkan pada sebagai suatu keadaan yang menempatkan suatu
asumsi bahwa apabila Kontraktor dapat pihak yang ingin memaksakan kehendaknya
memperoleh penyesuaian biaya dan/atau waktu kepada pihak lain yang menentang kehendak
pelaksanaan ketika menemui Unforeseeable tersebut dan mengadakan perlawanan. Jadi
Physical Conditions (UPC), sehingga tidaklah sebenarnya sengketa dapat terjadi karena
perlu untuk menaikkan harga penawaran (harga adanya perbedaan persepsi tentang sah atau
tender) untuk proteksi diri.26 tidaknya suatu klaim konstruksi dan/atau jumlah
dari klaim tersebut. Terdapat suatu kondisi tidak
Sengketa dan Penyelesaiannya sehat, yaitu pihak kontraktor memperbesar
Umum jumlah klaim yang diajukan sebagai upaya
Sengketa atau dispute menurut Black’s Law untuk menutupi kerugian akibat harga kontrak
Dictionary adalah: “a conflict or controversy”,27 yang rendah, akibat penawaran yang diajukan
sedang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sangat rendah dan hanya bertujuan untuk
adalah “Pertentangan atau konflik, konflik berarti memenangkan proyek.
adanya oposisi atau pertentangan antara orang-
orang, kelompok-kelompok, atau organisasi- Sengketa dianggap telah terjadi, setelah dilalui
organisasi terhadap satu obyek permasalahan”.28 suatu proses sebagai berikut:
1. Kontraktor menyampaikan klaim tambahan
Beberapa pendapat pakar dalam bidang biaya, perpanjangan waktu atau hal lain;

26 Sarwono Hardjomuljadi: The answer to the need of a fair and balanced Conditions of Contract, Paper presented at FIDIC World
Annual Conference, Seoul, September 2012
27 Brian A. Garner: Black’s Law Dictionary, Eight Edition, Thomson West, USA, 2004, h 505
28 Kamus Besar Bahasa Indonesia
29Chow, Kok Fong : “Construction Contracts Dictionary”, Sweet & Maxwell Asia, 2006, h 116
30 Mohan Kumaraswamy (1997): “Conflict, claims and disputes in construction”, Blackwell Science, h 96

231 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

2. Enjinir/Pengguna Jasa menolak klaim Alternatif Penyelesaian Sengketa sesuai Undang


dengan disertai alasan penolakan; Undang 30 Tahun 1999 Pasal 1 Ayat 10 yaitu
3. Kontraktor menyatakan tidak sependapat konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau
dengan alasan penolakan klaim oleh penilaian ahli masih belum populer, karena
enjinir/pengguna jasa. menurut pandangan para pihak mempunyai
kelemahan dari sudut pandang kepastian
Setelah ketiga tahapan di atas, barulah secara hukum. Pengertian Alternatif Penyelesaian
resmi telah terjadi suatu kondisi sengketa Sengketa menurut Undang Undang Nomor
kontrak konstruksi. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Penyelesaian Sengketa sangat informal seperti
Dalam menyelesaikan sengketa kontrak Alternatif Penyelesaian Sengketa mempunyai
konstruksi, dapat ditempuh berbagai cara. karakteristik: a. privat, sukarela dan konsensual,
Di Indonesia penyelesaian sengketa terbagi b. kooperatif dan tidak bermusuhan, c. fleksibel
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: (1) litigasi dan (2) dan tidak formal, d. kreatif, e. melibatkan
non-litigasi. Litigasi adalah bentuk penyelesaian partisipasi aktif dari para pihak, f. bertujuan
sengketa dalam acara persidangan di peradilan untuk mempertahankan hubungan baik.31
umum. Sedangkan non-litigasi adalah bentuk
penyelesaian sengketa di luar peradilan umum. Khusus untuk kegiatan kontrak kerja konstruksi,
Non-litigasi menurut Undang Undang Nomor maka Undang Undang 18 Tahun 1999 Pasal 36
30 Tahun 1999 terbagi menjadi 2 (dua), yaitu: ayat 1 jo Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
(1) arbitrase dan (2) alternatif penyelesaian 2000 yang telah diubah dengan Peraturan
sengketa. Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 pasal 49
menyatakan bahwa penyelesaian sengketa di
Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang luar pengadilan adalah yang pertama mediasi
arbitrase dan Penyelesaian Sengketa berisi dan konsiliasi yang dapat dibantu penilai ahli
82 pasal, namun ketentuan yang mengatur dan yang kedua arbitrase32. Dinyatakan juga
alternatif penyelesaian sengketa sangat sedikit dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
yaitu 3 ketentuan, Pasal 1 butir 10, Pasal 6 2000, pada Pasal 52 bahwa kesepakatan tertulis
dan Pasal 52, dengan catatan Pasal 1 hanya melalui pasal 49 ayat (1) a butir 1 bersifat final
menyebut pengertian dan metoda-metodanya, dan mengikat para pihak untuk dilaksanakan
sedangkan Pasal 52 tidak secara khusus dengan itikad baik, sedang pada pasal 53
mengatur alternatif penyelesaian sengketa ayat (2) bahwa penyelesaian sengketa yang
tetapi lebih pada fungsi lain arbitrase yang tidak menggunakan pasal 49 ayat (1) b, putusan
sekedar lembaga ajudikasi. arbitrase bersifat final dan mengikat.

Di Indonesia, penyelesaian sengketa konstruksi Beberapa bentuk alternatif penyelesaian
umumnya dilakukan melalui peradilan sengketa yang dikenal dan tercantum pada
umum dan arbitrase. Untuk sengketa kontrak Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
konstruksi, peradilan umum dipilih oleh para Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, sebagai
pihak yang terikat kontrak dengan kategori berikut:
kontrak skala kecil, sedang yang termasuk
kategori skala besar umumnya ke arbitrase.

31 Khotibul Umam, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan, Yogyakarta.Pustaka Yustisia, Cetakan ke 1, h 24-43
32 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 Pasal 49 ayat 1
33 Brian Garner: Black’s Law Dictionary, Eight Edition, Thomson West, USA, h. 112
34 Lukman Ali et al : Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1995, h 55

232
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Gambar 01 Dispute Resolution of Construction Contracts in Indonesia


(Sarwono Hardjomuljadi: Dipresentasikan pada Annual Conference of Dispute Resolution Board Foundation Singapore, May 16-17, 2014)

Arbitrase atau majelis arbitrase, yang dikenal juga sebagai


Definisi arbitrase menurut Black’s Law Dictionary pengadilan swasta. Suatu metode penyelesaian
adalah: “A method of dispute resolution involving sengketa yang melibatkan satu atau lebih
one or more neutral third parties who are usually pihak ketiga yang netral yang melaksanakan
agreed to by disputing parties and whose decision “arbitration hearing”, sesuai dengan aturan dan
is binding”.33 prosedur yang spesifik, untuk menentukan
siapa yang salah dan siapa yang benar, yang
Arbitrase menurut Kamus Besar Bahasa putusannya bersifat final dan mengikat (final
Indonesia adalah usaha perantara dalam and binding). Badan arbitrase yang paling
meleraikan sengketa; peradilan wasit 34. dikenal di Indonesia adalah Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI), dimana khusus
Arbitrase adalah suatu metode penyelesaian untuk masalah konstruksi telah didirikan pada
sengketa yang dilaksanakan oleh arbiter ad-hoc tanggal 19 Agustus 2014, Badan Arbitrase dan

35 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, Pasal 11: (1) Adanya suatu perjanjian
arbitrase tertulis meniadakan hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang termuat
dalam perjanjiannya ke Pengadilan Negeri.

233 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Alternatif Penyelesaian Konstruksi (BADAPSKI). lembaga arbitrase atau dikenal sebagai akta
Putusan arbitrase mengikat adalah suatu cara kompromis yaitu suatu perjanjian arbitrase
penyelesaian sengketa dimana arbiter atau yang dibuat oleh para pihak. 37
panel arbiter melaksanakan “hearing” dengan
maksud untuk memutuskan pihak atau para Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999
pihak menerima putusan (award) arbitrase yang memberi dasar hukum bagi prosedur arbitrase
mengikat para pihak. di Indonesia. Definisi arbitrase menurut Undang
Undang tersebut adalah: cara penyelesaian
Kelebihan arbitrase dibanding dengan suatu sengketa perdata di luar peradilan umum
peradilan umum adalah: a) adanya jaminan yang didasarkan pada perjanjian arbitrase
kerahasiaan sengketa para pihak, b). prosedur yang dibuat secara tertulis oleh para pihak
lebih sederhana, c). para pihak bebas memilih yang bersengketa.38 Dalam pasal 5 dinyatakan
arbiter yang menurut keyakinannya mempunyai bahwa yang dicakup dalam penyelesaan
kompetensi, pengalaman yang cukup atas sengketa melalui arbitrase adalah: sengketa di
substansi permasalahan yang disengketakan, bidang perdagangan dan mengenai hak yang
d). jujur dan netral, e). para pihak dapat menurut hukum dan peraturan perundang-
menentukan pilihan hukum dan tempat undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
pelaksanaan arbitrase, f ). putusan arbiter yang bersengketa. Sengketa yang tidak dapat
merupakan putusan final yang mengikat para diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
pihak dan dalam kaitannya dengan pengadilan yang menurut peraturan perundang-undangan
umum terdapat ketentuan yang menyatakan tidak dapat diadakan perdamaian.39
masalah yang sudah diputuskan di arbitrase
tidak dapat diajukan lagi ke pengadilan negeri.35 Dalam hal para pihak memilih penyelesaian
sengketa melalui arbitrase setelah sengketa
Pelaksanaan penyelesaian sengketa melalui terjadi, persetujuan mengenai hal tersebut
arbitrase harus sudah diperjanjikan sebelumnya harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis
oleh para pihak, dengan suatu perjanjian dalam yang ditandatangani oleh para pihak.40 Dalam
bentuk a). pactum de compromittendo, yaitu hal para pihak tidak dapat menandatangani
para pihak telah mencantumkan dalam kontrak, perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud
bahwa dalam hal terjadi sengketa dikemudian dalam ayat (1), perjanjian tertulis tersebut harus
hari akan diselesaikan melalui suatu lembaga dibuat dalam bentuk akta notaris41. Perjanjian
arbitrase,36 atau para pihak juga dapat membuat tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan menyepakati bahwa sengketa yang sudah dan ayat (2) harus memuat42:
atau akan terjadi akan diselesaikan melalui

36 Ibid, Pasal 4 ayat (2)


Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dimuat dalam suatu
dokumen yang ditandatangani oleh para pihak.
37 Ibid, Pasal 1 ayat 3.
38 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, Pasal 1 ayat 1.
39 Ibid, Pasal 5
40 Ibid, Pasal 9 ayat 1.
41 Ibid, pasal 9 Ayat 2
42 Ibid, pasal 9 ayat 3
43 Undang Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa, Pasal 13
(1) Dalam hal para pihak tidak dapat mencapai kesepakatan mengenai pemilihan arbiter atau tidak ada ketentuan yang dibuat
mengenai pengangkatan arbiter, Ketua Pengadilan Negeri menunjuk arbiter atau majelis arbitrase.
(2) Dalam suatu arbitrase ad–hoc bagi setiap ketidaksepakatan dalam penunjukan seorang atau beberapa arbiter, para pihak
dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk menunjuk seorang arbiter atau lebih dalam rangka
penyelesaian sengketa para pihak.

234
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

a. masalah yang dipersengketakan; Badan arbitrase yang bersifat khusus, untuk


b. nama lengkap dan tempat tinggal para bidang konstruksi BADAPSKI (Badan Arbitrase
pihak; dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
c. nama lengkap dan tempat tinggal arbiter Konstruksi Indonesia) telah didirikan pada
atau majelis arbitrase; tanggal 19 Agustus 2014. Badan ini khusus
d. tempat arbiter atau majelis arbitrase akan menangani sengketa dalam bidang konstruksi,
mengambil keputusan; baik layanan arbitrase maupun layanan
e. nama lengkap sekretaris; alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan
f. jangka waktu penyelesaian sengketa; Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
g. pernyataan kesediaan dari arbiter; dan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
h. pernyataan kesediaan dari pihak yang
bersengketa untuk menanggung segala Dewan Sengketa (Dispute Board/DB):
biaya yang diperlukan untuk penyelesaian a. Konsep dan sejarah
sengketa melalui arbitrase. Kontrak konstruksi adalah tipikal kontrak yang
belum lengkap karena tidaklah mungkin untuk
Ketentuan penunjukan arbiter baik mengemukakan semua kemungkinan yang
kelembagaan ataupun ad hoc, juga dinyatakan mungkin maupun tidak mungkin terjadi selama
secara jelas dalam Undang Undang Nomor pelaksanaan konstruksi. Untuk menghadapi
30 Tahun 1999 bahwa pelaksanaan arbitrase segala kemungkinan, bentuk kontrak konstruksi
dapat terdiri dari seorang arbiter (single panel) yang paling standar mengatur tentang:
atau tiga orang (panel of arbitrators). Dalam hal a. Pembagian resiko;
para pihak gagal atau tidak dapat mencapai b. Variasi (perubahan);
kesepakatan dalam penunjukan arbiter, maka c. Penanganan sengketa.
Ketua Pengadilan Negeri akan menunjuk arbiter
atau majelis arbitrase.43 Perbedaan pendapat dari para pihak dalam
menginterpretasikan dokumen kontrak
Badan Arbitrase seringkali berkembang menjadi sengketa yang
Di Indonesia terdapat banyak pusat/badan serius. Jika para pihak gagal menyelesaikan
arbitrase yang dapat dikategorikan menjadi sengketa melalui negosiasi, mereka dapat
dua, yaitu: Pertama adalah pusat arbitrase maju ke arbitrase atau litigasi (pengadilan).
dengan jurisdiksi yang bersifat umum dan yang Setiap pihak ingin menghindari arbitrase
kedua yang bersifat khusus atau lebih dikenal maupun litigasi karena mereka paham bahwa
sebagai ’specialised arbitration”. arbitrase dan/atau litigasi memakan waktu dan
memerlukan biaya yang cukup besar. Apalagi,
Badan arbitrase tertua dengan jurisdiksi yang dalam proses arbitrase dan litigasi, hubungan
bersifat umum adalah BANI (Badan Arbitrase antara para pihak memburuk dan proyek tidak
Nasional Indonesia) yang didirikan oleh Kamar berhasil diselesaikan (dan salah satu pihak
dagang dan Industri Indonesia di tahun 1977. akhirnya akan kehilangan muka).
BANI mempunyai kantor pusat di Jakarta dan
beberapa cabang. BANI menangani sengketa Cara terbaik untuk memecahkan ketidaksetujuan
domestik dan juga internasional. Pengajuan adalah menghindarinya menjadi sengketa
penyelesaian sengketa ke BANI harus dilakukan resmi. Tugas utama DB adalah menghindari
secara tertulis, seperti dituliskan di muka, harus ketidaksetujuan menjadi sengketa. Membuat
mempunyai “pactum de compromittendo” atau keputusan atau ”rekomendasi” adalah tugas
adanya ”akta kompromis”. sekunder DB.

235 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Suatu DB terdiri atas tiga (atau satu, tergantung pada tahun1975 pada pelaksanaan
pada ukuran dan kompleksitas proyek) pengeboran kedua Eisenhower Tunnel di
anggota yang berpengalaman dan memiliki Colorado. Ini merupakan keberhasilan yang
pengetahuan tentang jenis konstruksi, menggembirakan. DRB (Dispute Review Board)
interpretasi dokumen kontrak, proses DB dan menyidangkan 3 kali selama pelaksanaan dan
benar-benar independen dan tidak memihak. rekomendasi DRB diterima. Para pihak merasa
Suatu DB dibentuk pada permulaan suatu puas pada akhir proyek. Pada tahun1980
proyek dan kepada anggota DB harus diberikan Bank Dunia mengajukan suatu DB (kemudian
Dokumen Kontrak seperti Persyaratan Kontrak, disebut ”Claims Board”) pada proyek El Cajon
Gambar, Spesifikasi dan Program Kerja sehingga di Honduras, yang juga berhasil. Pada tahun
para Anggota menjadi terbiasa dengan proyek. 1995 Standar Dokumen Penawaran Bank Dunia
DB mengunjungi lapangan secara teratur, mempublikasikan persyaratan FIDIC yang
katakanlah tiga bulanan, untuk bertemu dimodifikasi yang menghilangkan ketentuan
dengan orang lapangan dan mengamati ”Engineer’s Decision” dan mengalihkan tugas ini
kemajuan dan permasalahan proyek, jika ada. Di kepada DB.
antara kunjungan-kunjungan lapangan, Enjinir
atau para Pihak mengirimkan Laporan Bulanan b. DRB, DAB dan CDB
Kemajuan Proyek, Pemberitahuan Klaim dan Terdapat tiga jenis utama DB, Dispute Review
korespondensi penting lainnya kepada anggota Board (DRB), Dispute Adjudication Board (DAB)
DB agar anggota DB tetap terinformasikan. dan Combined Dispute Board (CDB).

DB merupakan bagian dari tim pelaksanaan 1) DRB


yang membantu para pihak menghindari DRB telah digunakan secara luas di AS selama
sengketa dan menyelesaikan sengketa melalui tiga dekade dan merupakan bentuk yang
negosiasi yang bersifat kekeluargaan. Jika para dominan di sana. Secara internasional, Bank
pihak gagal menyelesaikan sengketa, sengketa Dunia juga menetapkan DRB pada Januari
dirujuk ke DB untuk dimintakan penetapannya. 1995 dan edisi berikutnya dari Standard
Karena anggota DB sudah terbiasa dengan Bidding Document, Procurement of Works,
dokumen kontrak dan pelaksanaan di lapangan dan melanjutkan penggunaannya hingga
serta kemajuan proyek, tidak dibutuhkan edisi Mei 2000 ketika mengadopsi DAB. DRB
waktu yang lama untuk mempertimbangkan terus digunakan di bawah International
suatu sengketa. Meskipun jika penetapan Chamber of Commerce (ICC) Dispute
ditolak oleh satu atau kedua pihak, ini akan Board Rules. DRB mengeluarkan suatu
menjadi dasar bagi negosiasi selanjutnya Rekomendasi. Masing-masing pihak bisa
dalam suasana kekeluargaan. Jadi, manfaat dari menyatakan ketidakpuasannya terhadap
DB adalah pencegahan terjadinya sengketa Rekomendasi dengan mengeluarkan suatu
dan penyelesaian sengketa secara dini tanpa pemberitahuan kemudian para pihak boleh
menyimpan sikap permusuhan. melanjutkan negosiasi atau salah satu pihak
dapat meminta bantuan arbitrase atau
Konsep DB dibentuk pada waktu penggunaan pergi ke pengadilan (biasanya arbitrase
”dewan penasihat gabungan yang terdiri paling banyak digunakan dalam transaksi
dari 4 orang” pada proyek Boundary Dam dagang internasional). Jika tidak ada pihak
dan Underground Powerhouse Complex pada yang menyatakan ketidakpuasannya dalam
pertengahan tahun 1960-an di negara bagian suatu jangka waktu tertentu, Rekomendasi
Washington dan industri terowongan pertama menjadi mengikat. Dikatakan bahwa
yang menggunakan DRB berlangsung Rekomendasi DRB tidak ”mendikte” para

236
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

pihak dan oleh karenanya, mungkin Kejadian apa saja yang membutuhkan
menjadi dasar bagi penyelesaian secara keputusan segera?
kekeluargaan tanpa merusak hubungan - Salah satu pihak bisa bangkrut kalau tidak
baik antara para pihak. segera menerima pembayaran;
- Salah satu pihak ingin agar pihak lain
2) DAB menghentikan penggunaan keahliannya
DAB mengeluarkan suatu keputusan dalam secara ilegal atau tidak sesuai dengan
kaitannya dengan sengketa, yang mengikat perjanjian lisensi mengingat kerusakan
para pihak begitu dikeluarkan. Ini merupakan sulit diubah lagi jika penerapannya harus
bentuk DB yang paling umum digunakan menunggu proses arbitrase yang panjang;
dalam kontrak konstruksi internasional. - Salah satu pihak mengalami ketakutan
Para pihak harus menaatinya tanpa kecuali bahwa pihak lain akan segera menarik
meski salah satu pihak menyatakan jaminan pelaksanaan dalam jumlah
ketidakpuasannya. Tergantung pada besar, hingga kerugian yang amat besar
ketentuan tentang DAB pada persyaratan dalam waktu dekat dari pihak yang telah
kontrak, para pihak dapat menegosiasikan memberikan jaminan.
masalah, atau pihak yang berkeberatan
dapat segera meminta arbitrase. Meskipun Untuk memutuskan apakah akan menggunakan
berkeberatan, keputusan DAB tetap pendekatan DAB atau pendekatan DRB, Sub
mengikat hingga dan kecuali para pihak Article 6.3 Peraturan ICC mengatur bahwa CDB
menyetujui sebaliknya atau sidang arbitrase harus mempertimbangkan, tidak terbatas pada,
memutuskan berbeda. Beberapa orang faktor-faktor berikut ini:
mempertanyakan apakah DAB memadai • Apakah, dengan pertimbangan
untuk proyek internasional dengan budaya kepentingan situasi atau pertimbangan
bisnis multibangsa. Baik FIDIC CC 1999 lainnya, suatu Keputusan akan memfasilitasi
maupun FIDIC MDB, mengatur mengenai kinerja suatu Kontrak atau menghindari
DAB meskipun DAB disederhanakan kerugian mendasar terhadap pihak
penyebutannya menjadi DB dalam MDB manapun;
Edition. • Apakah suatu Keputusan akan mencegah
gangguan terhadap Kontrak, dan
3) CDB • Apakah suatu Keputusan diperlukan untuk
CDB adalah Dewan unik yang mengamankan bukti-bukti.
diperkenalkan oleh ICC pada tahun 2004.
Sesuai dengan namanya, ini merupakan Di bawah Peraturan ICC, bilamana salah satu
suatu proses gabungan antara DRB dan pihak meminta keputusan DAB dan pihak
DAB. Tujuan dari bentuk baru ini adalah yang lain menolak, CDB memiliki kuasa untuk
untuk menggabungkan keuntungan dari menentukan apakah referensi harus dibuat
kedua jenis DB, yaitu DRB dan DAB; DRB dalam kedudukannya sebagai DRB atau DAB.
menerbitkan suatu rekomendasi sedangkan Peraturan tidak berbicara mengenai batas
DAB menerbitkan suatu keputusan. waktu bagi Dewan untuk menentukan proses
yang mana yang akan digunakan, apakah DRB
CDB normalnya beroperasi sebagai DRB. atau DAB, tetapi diperkirakan pada permulaan
Akan tetapi, salah satu pihak kadang- prosedur sengketa resmi.
kadang membutuhkan suatu keputusan
yang harus segera dipenuhi meskipun Harus dicatat bahwa Peraturan ICC tentang
mereka berniat maju ke arbitrase. DB cukup memadai untuk segala jenis kontrak

237 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

jangka panjang seperti perjanjian lisensi, sebagai Enjinir bukan merupakan dasar dari
perjanjian agen tunggal, dan sebagainya, suatu klaim, bagaimanapun juga ia berada
karena Peraturan ICC ”berdiri sendiri”. Dalam dalam posisi tidak nyaman untuk memberikan
kenyataannya, dilaporkan bahwa sebagian kecil pertimbangan di antara para pihak:
kontrak dalam industri IT mengadopsi CDB. ICC 1. Klien yang dihargainya, Pengguna Jasa,
juga telah mengadopsinya untuk penyelesaian yang ia harapkan akan memberikan
sengketa di bawah ICC Model Form untuk pekerjaan lagi di waktu mendatang;
Proyek-Proyek Utama. 2. Kontraktor, yang jika klaimnya berhasil,
akan mengakibatkan keterlambatan
c. Keputusan Enjinir dan DAB dalam FIDIC atau biaya bagi klien yang dihargainya,
Conditions of Contract Pengguna Jasa.
Enjinir, dinyatakan dalam FIDIC Conditions of
Contract sampai dengan Edisi 4 tahun 1987, Untuk mengatasi dilema ini, FIDIC pada tahun
memainkan peran ganda; di satu pihak ia 1999 merestrukturisasi semua FIDIC Conditions
bertindak atas nama dan mewakili Pengguna of Contract, menjadi FIDIC Conditions of
Jasa untuk menata kontrak dan mengawasi Contract for Construction (Red Book) FIDIC
Pekerjaan, dan di lain pihak, ia mengesahkan Conditions of Contract for Plant, Design-
kemajuan pekerjaan, harga satuan dari Bulid (Yellow Book) dan FIDIC Conditions of
perubahan pekerjaan dan mengevaluasi Contract for EPC/Turnkey (Silver Book), dengan
klaim sebagai profesional yang netral (quasi- menggantikan Keputusan Enjinir (Engineer’s
adjudicator). Enjinir diminta untuk membuat decision) menjadi proses penyelesaian sengketa
”Keputusan Enjinir” (engineer’s decision) untuk melalui DAB. Dalam FIDIC Conditions of
sengketa antara Kontraktor dan Enjinir/Wakil Contract for Construction dalam perjalanannya
Enjinir atau Pengguna Jasa. Jadi ia diharapkan berkembang menjadi FIDIC Conditions of
untuk memfasilitasi penyelesaian sengketa Contract for Construction MDB Harmonised
secara efektif. Edition yang di endorse oleh World Bank, ADB
dsb.
Seringkali didapati dalam pelaksanaan kontrak
FIDIC bahwa peran Enjinir yang disebut d. Membentuk dan mengoperasikan DB
belakangan tidak berfungsi secara baik dan suatu 1) Waktu
sengketa berlanjut ke arbitrase. Ini disebabkan Seringkali terjadi kasus dimana
karena Enjinir dipekerjakan oleh Pengguna pembebasan tanah untuk Tapak
Jasa selama proyek mulai dari konsultan yang konstruksi belum selesai, jalan masuk
melakukan studi kelayakan, perencanaan, ke Tapak belum diperoleh, Gambar-
penyiapan dokumen lelang dan evaluasi gambar untuk pelaksanaan belum
penawaran untuk menentukan pemenang. Dapat disampaikan kepada Kontraktor secara
dipahami bahwa sangatlah sulit bagi Enjinir tepat waktu, mobilisasi peralatan
untuk memainkan peran ganda secara baik; tidak konstruksi belum selesai menjelang
hanya ia harus bersikap obyektif mengevaluasi tanggal yang ditetapkan dan seterusnya.
kemungkinan kesalahan dalam tahap Jadi, masalah-masalah dan kesulitan-
perencanaan, tetapi juga menyeimbangkan kesulitan sering terjadi sejak permulaan
tugasnya secara ”netral atau tidak berpihak” suatu proyek yang berakibat buruk
(menurut FIDIC Conditions of Contract for pada kemajuan pekerjaan dan mungkin
Engineering Works Edisi 4) ketika bertindak terhadap keseluruhan proyek. Tujuan
sebagai Enjinir, ia harus menilai tindakannya atau dari sebuah DB adalah untuk mencegah
ketidakbertindakannya. Meskipun perannya timbulnya sengketa resmi dengan

238
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

cara menyelesaikan ketidaksepakatan sengketa.


sebelum berkembang menjadi sengketa
resmi, jika timbul. Oleh karena itu, Setiap anggota DB menjamin bahwa
jelaslah bahwa suatu DB harus dibentuk ia memenuhi ketentuan selama
pada permulaan suatu proyek untuk berlangsungnya kontrak dan akan
memenuhi tujuannya. Maka, FIDIC 1999 memberitahukan setiap perubahan yang
Yellow Book dan Silver Book mengatur mungkin timbul.
suatu DB ”ad-hoc”, yang dibentuk
setelah munculnya suatu sengketa. 3) Pemilihan anggota DB
Dari sudut pandang kami, DB ”ad-hoc” Menurut FIDIC Conditions of
kehilangan nilai utama dari konsep Contract MDB Harmonised Edition
suatu DB. 2006 Pink Book, setiap pihak harus
menominasikan seorang anggota
2) Kualifikasi anggota DB untuk disetujui oleh pihak lainnya.
FIDIC CC, ICC Dispute Board Rules dan Para pihak harus mengkonsultasikan
DRBF Manual menyebutkan kualifikasi kedua anggota yang terpilih dan harus
atau kelengkapan yang hampir sama menyetujui anggota ketiga yang akan
yang dibutuhkan oleh anggota DB. menjadi Ketua. Sebagai tambahan
Berikut ini adalah yang tercantum terhadap atribut yang disebutkan di
dalam DRBF (Dispute Resolution Board atas, Ketua harus memiliki kemampuan
Foundation) Manual. untuk mengadakan rapat yang efektif
dalam situasi yang sulit.
Ketika mencalonkan anggota Dewan
yang prospektif, para pihak harus Dimana dapat dijumpai anggota DB
mengenali atribut yang diperlukan, yang qualified? Jika diminta, DRBF,
yaitu: saat ini Country Representative untuk
- Obyektivitas, netralitas, Indonesia atau BADAPSKI (Badan
ketidakberpihakan dan tidak Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
berat sebelah dan bebas dari Sengketa Konstruksi Indonesia), dapat
konflik kepentingan selama merekomendasikan anggota DB.
berlangsungnya kontrak;
- Dedikasi kepada tujuan dan 4) Biaya DB
prinsip-prinsip proses DRB. Biaya untuk proses DB terdiri atas 2 (dua)
bagian, yang satunya adalah remunerasi
Sebagai tambahan dari atribut di dan pengeluaran sewajarnya dari
atas, para pihak harus mengevaluasi anggota DB dan biaya ini harus dibagi
pengalaman dan kualifikasi dari rata di antara para pihak. Remunerasi
anggota yang prospektif untuk proyek terdiri atas Monthly Retainer (gaji
tertentu, yang berkaitan dengan: bulanan) dan Daily Fee (biaya harian).
- Interpretasi dokumen kontrak;
- Penyelesaian sengketa konstruksi; Berdasarkan Persyaratan Umum
- Jenis konstruksi yang pernah Perjanjian DB dari FIDIC Red Book,
ditangani; Retainer Fee per bulan kalender harus
- Metode konstruksi khusus yang dianggap sebagai pembayaran penuh
digunakan; atas:
- Bidang pekerjaan yang rawan - Siap berdasarkan pemberitahuan

239 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

28 hari untuk seluruh kunjungan mendapatkan pendapat ahli, jika perlu, biaya
lapangan dan sidang-sidang; perjalanan dan akomodasi staf perusahaan
- Menjadi dan tetap terbiasa dengan dan para ahli yang ikut serta atau menghadiri
seluruh perkembangan proyek sidang atau rapat di Lapangan (biasanya,
dan menjaga arsip terkait; penasihat hukum tidak ikut serta dalam sidang
- Seluruh pengeluaran untuk urusan DB). Pengguna Jasa harus membayar biaya
kantor dan overhead termasuk serupa untuk keikutsertaannya dalam proses,
jasa sekretaris, fotokopi dan alat- termasuk Enjinir, yang secara tipikal memiliki
alat kantor yang dibutuhkan sesuai keterlibatan yang besar, termasuk membuat
dengan tugas. konsep gugatan tertulis dari Pengguna Jasa,
mendapatkan pendapat ahli dan membantu
Daily fee harus dianggap sebagai dalam setiap sidang.
pembayaran penuh atas:
- Setiap hari atau bagian dari hari Seringkali, meskipun kontrak meminta
hingga maksimum dua hari waktu adanya DB, para pihak memandang bahwa
perjalanan untuk setiap arah untuk DB itu ”sangat mahal” dan karena tidak terjadi
perjalanan dari tempat tinggal ketidaksepakatan pada permulaan kontrak
Anggota dan Lapangan, atau (para pihak baru saja ”menikah”) oleh karena
lokasi lain dari rapat-rapat dengan itu mereka menunda pembentukan DB dan
Anggota yang lain; mengatakan, ”Kami akan membentuk DN
- Setiap hari kerja pada saat apabila kami menemui sengketa yang tidak
kunjungan lapangan, sidang- dapat kami selesaikan melalui diskusi secara
sidang atau penyiapan keputusan; kekeluargaan” atau mereka akan membentuk
- Setiap hari yang dihabiskan untuk DB tetapi meminta DB melakukan kunjungan
membaca gugatan dalam rangka lapangan setahun sekali dan bukan tiga bulan
persiapan sidang. sekali, sehingga mereka dapat ”menghemat
biaya”. Sikap ini mencerminkan kurangnya
Kontraktor juga secara tipikal akan pengalaman menggunakan DB dan kurangnya
menyediakan transportasi lokal ke Lapangan, pengertian bahwa sebuah DB yang dibentuk
dan jika lokasi Lapangan terpencil, Kontraktor dan dipelihara secara baik merupakan
akan menyediakan akomodasi dan makanan penghematan paling berharga yang bisa
bagi DB, yang biayanya dibagi rata dengan mereka peroleh.
Pengguna Jasa. Penggantian biaya dari
Pengguna Jasa secara tipikal diselesaikan Apa yang terjadi apabila tidak ada DB? Secara
dengan memasukkannya dalam tagihan tipikal, ketika klaim berubah menjadi sengketa
bulanan berikutnya, atau jika terdapat tahapan yang serius, baik Kontraktor maupun Enjinir
pembayaran, dengan tagihan terpisah. mulai bertukar dokumen klaim yang rumit, yang
khusus disiapkan dengan bantuan konsultan
Bagian lain adalah biaya yang dikeluarkan seperti perusahaan konsultan klaim, ahli analisis
oleh masing-masing pihak. Kontraktor harus keterlambatan, spesialis seperti ahli geologi
mengeluarkan biaya untuk perjalanan dan atau geofisik, konsultan QS, dan pengacara (baik
akomodasi untuk staf perusahaan yang ikut pengacara terkenal di dunia maupun pengacara
serta dalam kunjungan Lapangan. Jika harus setempat dari negara tempat berlangsungnya
melakukan rujukan dan mengadakan sidang, kontrak). Kesemuanya ini adalah ”pembantu”
Kontraktor harus membayar seluruh biaya yang mahal. Mereka yang digunakan oleh Enjinir
untuk penyiapan position paper, biaya untuk tentu saja akhirnya dibayar oleh Pengguna Jasa.

240
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Dari pengalaman proyek serupa di tempat lain,


Penyiapan dokumen-dokumen ini memakan DB akan mewaspadai hal-hal yang beresiko dan
waktu dan lebih mahal ketimbang uang. bermasalah. DB memiliki pengalaman untuk
Dokumen-dokumen ini pastinya harus dikaji membantu para pihak untuk menghindari
oleh manajemen para pihak. Rapat-rapat untuk konflik dan ketika ketidaksepakatan muncul,
mengkaji dan mendiskusikan dokumen dari membimbing para pihak sehingga penyelesaian
kedua belah pihak harus diadakan, berminggu- secara kekeluargaan dapat tercapai tanpa
minggu, berbulan-bulan, karena para pihak meningkatkan ketidaksepakatan menjadi
berjuang untuk menang supaya tidak perlu sengketa resmi. DB yang paling berhasil
mengeluarkan biaya dan keterlambatan karena adalah yang tidak pernah berurusan dengan
arbitrase. Secara tipikal, perjuangan akan terus tuntutan resmi secara tertulis dan mengadakan
berlanjut bahkan ketika pelaksanaan pekerjaan sidang. Malahan, dengan hanya menggunakan
telah selesai. Pengguna Jasa harus menahan staf tulisan yang sudah ada dari orang-orang yang
Enjinir bekerja lebih lama ketimbang bila klaim menangani kontrak dari hari ke hari dan diskusi
sudah diselesaikan menjelang berakhirnya secara informal, mereka dapat membimbing
pelaksanaan. Kontraktor juga mengalami hal para pihak kepada penyelesaian yang dapat
serupa, bukannya melepaskan seluruh stafnya ke diterima oleh kedua belah pihak. Secara tipikal,
proyek lain, Kontraktor harus menahan staf inti hanya staf manajemen Lapangan yang terlibat
Lapangan yang terlibat dan jika perkampungan dengan DB dan tidak diperlukan keterlibatan
proyek sudah dimobilisasi, Kontraktor harus manajemen senior dari para pihak untuk
mencari ruang kantor dan menyewa tempat mencapai penyelesaian atas ketidaksepakatan
tinggal bagi staf yang menangani klaim. di Lapangan.
Mungkin beberapa jika bukan semua ahli yang
menangani para pihak dalam menyiapkan Jika untuk beberapa alasan, suatu
dokumen klaim akan terlibat dalam rapat- ketidaksepakatan khusus tidak terhindarkan
rapat ini. Dalam penyiapan dokumen, jika para menjadi sebuah sengketa resmi, DB akan
ahli berasal dari negara lain, biaya transportasi diputuskan untuk mengambil keputusannya
dan akomodasi harus disediakan untuk secepatnya dan akan mengontrol pembuatan
hadir pada rapat-rapat. Lebih lanjut lagi, jika dokumen seminimal mungkin, mengadakan
akhirnya berhasil dicapai penyelesaian secara sidang sesingkat mungkin untuk memberikan
kekeluargaan, sejumlah besar manajemen pendapat seadil mungkin kepada para pihak,
senior harus terikat pada proses negosiasi. dan kemudian akan menyiapkan keputusan
Kadang-kadang, perlu mempekerjakan seorang dalam suatu batas waktu tertentu dimana
mediator untuk membantu para pihak dan mereka terikat kontrak kepada kedua belah
menghindari arbitrase. Jelaslah, bahwa sangat pihak. Mereka akan mencari pendapat
sulit untuk menganggarkan biaya-biaya ini. aklamasi dan meski tidak sepenuhnya diterima
Sebaliknya, sebuah DB dapat direncanakan dan oleh kedua belah pihak, seringkali sudah
dianggarkan sejak permulaan. membentuk dasar bagi diskusi dan negosiasi
lebih lanjut dan mengarah pada suatu
Marilah kita melihat apa yang terjadi apabila penyelesaian tanpa salah satu pihak memulai
sebuah DB dibentuk sejak awal dan beroperasi arbitrase. Secara tipikal dalam kontrak-kontrak
dengan baik. DB akan terbiasa dengan kontrak dengan DB, seluruh ketidaksepakatan yang
sejak awal dan dari kunjungan Lapangan muncul selama pelaksanaan akan diselesaikan
ditambah dengan membaca laporan tertulis menjelang pelaksanaan selesai. Jelaslah bahwa
yang diterima di antara kunjungan Lapangan, biaya sebuah DB lebih hemat dibanding
DB akan terbiasa dengan kemajuan pekerjaan. dengan pertempuran tradisional pada akhir

241 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

Gambar 02 Pilihan Penyelesaian Sengketa Konstruksi


Sarwono Hardjomuljadi: dipresentasikan pada FIDIC World Centenial Conference, Barcelona, Spain. 16-18 September 2013

kontrak dengan dokumen kontrak yang tebal dan Program Kerja sehingga para Anggota
(dan juga dokumen jawaban atas klaim) yang menjadi terbiasa dengan proyek. Dispute
berlarut-larut selama berbulan-bulan setelah Board mengunjungi lapangan secara teratur,
pelaksanaan selesai. katakanlah tiga bulanan, untuk bertemu
dengan orang lapangan dan mengamati
Penggunaan Dispute Board yang menggunakan kemajuan dan permasalahan proyek, jika ada. Di
seorang ahli dalam bidang konstruksi yang antara kunjungan-kunjungan lapangan, Enjinir
mempunyai pemahaman keilmuan hukum, (Engineer) atau para Pihak mengirimkan Laporan
masih jarang dan belum dikenal secara luas Bulanan Kemajuan Proyek, Pemberitahuan
di Indonesia. Suatu Dispute Board terdiri Klaim dan korespondensi penting lainnya
atas tiga (atau satu, tergantung pada ukuran kepada anggota Disputen Board agar anggota
dan kompleksitas proyek) anggota yang tetap terinformasikan.
berpengalaman dan memiliki pengetahuan
tentang jenis konstruksi, interpretasi dokumen Dispute Board merupakan bagian dari
kontrak, tata laksana Dispute Board dan benar- tim pelaksana proyek yang membantu
benar independen dan tidak memihak. Suatu para pihak menghindari sengketa dan
Dispute Board dibentuk pada permulaan suatu
proyek dan kepada anggota Dispute Board
harus diberikan Dokumen Kontrak seperti
Persyaratan Kontrak, Gambar, Spesifikasi

44 Pardieck AM, ‘Virtuous Ways and Beautiful Customs: The Role of Alternative Dispute Resolution in Japan’,1997.

242
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

menyelesaikan sengketa melalui negosiasi tentang Jasa Konstruksi dan Undang Undang
yang bersifat kekeluargaan, karena Dispute Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Board sudah mengikuti proses sejak awal Penyelesaian Sengketa sudah mengakomodasi
kontrak ditandatangani. Jika para pihak gagal seluruh upaya penyelesaian sengketa kontrak
menyelesaikan sengketa, sengketa dirujuk ke konstruksi.
Dispute Board untuk dimintakan penetapannya.
Karena anggota Dispute Board sudah terbiasa Penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
dengan dokumen kontrak dan pelaksanaan yang diatur dalam FIDIC Conditions of
di lapangan serta kemajuan proyek, tidak Contract Multilateral Development Bank
dibutuhkan waktu yang lama untuk (MDB) Harmonised Edition, mempunyai tata
mempertimbangkan suatu sengketa. Meskipun urutan proses penyelesaian yang dimulai
jika penetapan ditolak oleh satu atau kedua dari Keputusan Enjinir (Engineer’s decision),
pihak, ini akan menjadi dasar bagi negosiasi kemudian Dewan Sengketa (Dispute Board) dan
selanjutnya dalam suasana kekeluargaan. Jadi, Arbitrase.
manfaat dari Dispute Board adalah pencegahan
terjadinya sengketa dan/atau penyelesaian Pilihan penyelesaian sengketa yang
sengketa secara dini. Dispute Board di Indonesia diselenggarakan melalui pihak ketiga, melalui
sebenarnya sudah mempunyai dasar hukum, ini proses litigasi ataupun proses lain dimana para
dapat dilihat pada: Pasal 1851 KUH Perdata dan pihak tidak ikut berpartisipasi dalam proses
Pasal 1858 KUH Perdata. pembuatan putusan, biasanya akan berlanjut,
Berdasarkan kuesioner yang disampaikan pada bahkan dengan adanya Putusan Mahkamah
Pengguna Jasa 25, Enjinir 15, Kontraktor 25 Konstitusi bahwa pengajuan keberatan atas
putusan dalam bentuk Peninjauan Kembali
Metode penyelesaian sengketa di Jepang adalah dapat diajukan berkali-kali. Keputusan
arbitrase (“chusai”), penyelesaian di pengadilan Mahkamah Agung yang bersifat final dan
(“wakai”) dan court-connected mediation mengikatpun, secara hukum masih dibenarkan
(“chotei”) . Di Jepang court-connected mediator untuk disanggah dan dilanjutkan proses
tidak harus seorang lawyer. Persyaratan utama hukumnya melalui peninjauan kembali.
yang harus dipenuhi adalah mediator harus
berumur antara 40 sampai 70 tahun, mempunyai Penggunaan opsi Dispute Board yang
pengetahuan dan pengalaman terkait dengan memberikan rekomendasi dalam Penyelesaian
substansi permasalahan.44 Hingga saat ini, Sengketa di Indonesia sesuai dengan Budaya
penyelesaian sengketa konstruksi di Jepang Indonesia, yang merupakan bagian dari Budaya
dilaksanakan dengan menjaga “harmonious Timur, yaitu penyelesaian sengketa diselesaikan
relationships” dan tidak membuat salah oleh para pihak yang bersengketa dan bukan
satu pihak hilang muka. Penyelesaian selalu oleh pihak ketiga. Kesepakatan yang dibuat
diharapkan win-win solution dan bukan win- oleh dua pihak yang bersengketa, justru akan
loose solution. final dan mengikat tanpa adanya sanggahan
dari para pihak.
KESIMPULAN
Alternatif penyelesaian sengketa yang terdapat
dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999

243 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Dispute Board,
Pilihan Penyelesaian Pra Sengketa Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA
Adriaanse , John, 2010. Construction Contract Law: The Essential.
Ali, Lukman, 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta, Balai Pustaka.
Chow, Kok Fong, 2006. Construction Contracts Dictionary. Sweet & Maxwell Asia.
FIDIC General Conditions of Contract MDB Harmonised Edition 2006.
Garner, Brian A., 2004. Black’s Law Dictionary, Eight Edition. USA: Thomson West.
Hardjomuljadi, Sarwono, 2006. Strategi Klaim Konstruksi Berdasarkan FIDIC Conditions of Contract.
Jakarta: Polagrade.
Hardjomuljadi, Sarwono, 2013. “Challenge and Problem Solving in using FIDIC MDB:
From Commencement to Termination of the Works”, Paper presented at FIDIC World Centenary Conference,
Barcelona, Spain.
Hardjomuljadi, Sarwono, 2012. “The Answer to The Need of A Fair and Balanced Conditions of Contract”,
Paper presented at FIDIC World Annual Conference, Seoul.
Kumaraswamy, Mohan, 1997. Conflict, Claims and Disputes in Construction. Blackwell Science
Martin, Elizabeth A and Jonathan Law, 2006. Oxford Dictionary of Law. Oxford: Oxford University Press.
Pardieck, AM, 1997. Virtuous Ways and Beautiful Customs: The Role of Alternative Dispute Resolution in
Japan. 11 Temp. Int’l & Comp. L. J. 31.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000.
Pidato Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono pada pembukaan CEO Summit 2013 di Denpasar, Bali,
Indonesia.
Rosener, Wolfgang and Gerhard Dorner, 2005. An Analysis of International Construction Contracts.
Amsterdam, Kluwer Law International, The Netherlands.
Soebekti, SH, Prof.R. Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Pasal 1338.
Suparman, Erman, 2012. Arbitrase dan Dilema Penegakan Keadilan. Jakarta: Fikahati Aneska
Umam, Khotibul, Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Yogyakarta: Pustaka Yustisia, Cetakan ke 1.
Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
www.fidic.org

244
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

Sistem Penyelenggaraan
Konstruksi Non-Konvensional
Ir. Agus Rahardjo, Dipl. HE
Kepala Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi,
Kementerian Pekerjaan Umum

Ir. Suwanto, MM.


Kepala Bidang Pemilihan Penyedia Barang dan Jasa, Pusat Pembinaan Penyelenggaraan
Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum.

Pekerjaan Konstruksi Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) adalah


pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan
atau pembuatan wujud fisik lainnya untuk mencapai atau mempertahankan
suatu kinerja tertentu yang ditetapkan dalam periode waktu tertentu, meliputi
pekerjaan desain, konstruksi, operasional, pemeliharaan,dan/atau pengawasan.

Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional


salah satunya adalah Kontrak Berbasis Kinerja
(Performance Based Contract)
Bahwa jasa konstruksi mempunyai peranan strategis dalam pembangunan
nasional sehingga perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Penyedia Jasa,
Pengguna Jasa, maupun masyarakat guna menumbuhkan pemahaman dan
kesadaran akan tugas dan fungsi serta hak dan kewajiban masing-masing dan
meningkatkan kemampuan dalam mewujudkan tertib usaha jasa konstruksi,
tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, dan tertib pemanfaatan hasil
pekerjaan konstruksi.

Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan


Barang/Jasa Pemerintah, kontrak pengadaan peker­ jaan terintegrasi adalah
kontrak pengadaan pekerjaan konstruksi yang bersifat kompleks dengan
menggabungkan kegiatan peren­canaan, pelaksanaan, operasional, pemelihara­
an dan/atau pengawasan. Salah satu model kontrak pengadaan pekerjaan
terintegrasi adalah kontrak berbasis kinerja (Performance Based Contract).
Performance Based Contract merupakan kontrak pengadaan barang/jasa
atas dicapainya suatu tingkat pelayanan tertentu yang biasanya merupakan
penggabungan paket pekerjaan seperti peren­ca­naan, pelaksanaan, operasional,
pemelihara­an dan/atau pengawasan yang biasanya dilakukan terpisah.

Proses pengadaan barang/jasa pada umumnya memerlukan waktu yang


cukup lama. Hal ini memungkinkan berdampak pada tertundanya penanganan

245 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

infrastruktur khususnya pada kegiatan pekerjaan baik melalui sistem kerja yang efektif, efisien dan
pemeliharaan yang pada dasarnya harus optimal. Dengan begitu tugas pemerintah lebih
berlangsung sepanjang tahun. Keterlambatan ringan dan bisa lebih efisien dalam menggunakan
ini (umumnya pada kontrak tahun tunggal) sumber daya.
mengakibatkan bertambahnya tingkat
kerusakan konstruksi yang mengakibatkan akan Berdasarkan pertimbangan diatas dan sebagai
meningkatnya biaya yang diperlukan. Penyedia salah satu alternatif dalam pengelolaan dan
akan membangun infrastruktur yang benar- pemeliharaan infrastruktur ke-PU-an, maka
benar berkualitas, sebab kalau tidak berkualitas, ketentuan mengenai Standar dan Pedoman
penyedia akan menanggung biaya pemeliharaan Pengadaan Barang/Jasa pekerjaan konstruksi
yang tinggi. Sekali membangun dan sedikit biaya berbasis kinerja perlu ditetapkan dalam
dan waktu perbaikan adalah yang dituju, baik oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum.
Pengguna Jasa maupun oleh Penyedia Jasa.
Perbandingan Kontrak Konvensional dengan
Kontrak Berbasis Kinerja ini diterapkan agar Kontrak Berbasis Kinerja.
penanganan pemeliharaan menghasilkan tingkat Untuk mengetahui keunggulan dan kekurang­an
pelayanan infrastruktur sebagaimana yang dari kontrak berbasis kinerja, maka per­bandingan
diinginkan dalam jangka waktu yang lebih lama. karakteristik antara kontrak kon­ven­sional dengan
Selain itu bentuk kontrak berbasis kinerja ini juga kontrak berbasis kinerja diperbandingkan dari
mengantisipasi adanya risiko-risiko yang terjadi berbagai aspek seperti tabel 1.
selama ini berada di pihak pengguna jasa dialihkan
ke pihak penyedia jasa. Pelaksanaan Pemilihan Penyedia
Pekerjaan Konstruksi Kontrak
Karena Kontrak Berbasis Kinerja berorientasi pada Berbasis Kinerja Secara Full
hasil kinerja, maka pengendalian volume, mutu e-Procurement
dan waktu konstruksi menjadi tanggungjawab Kemajuan teknologi informasi lebih
kontraktor. Kontraktor sendiri yang harus berinovasi mempermudah dan mempercepat proses
menghasilkan konstruksi dengan kinerja yang pengadaan barang/jasa, karena Penyedia Jasa

Tabel 1. Perbandingan Karakteristik antara Kontrak konvensional dan Kontrak Berbasis Kinerja
No Aspek Kontrak Konvensional Kontrak Berbasis Kinerja

1 Risiko Risiko sebagian besar ditanggung Risiko sebagian besar ditanggung Penyedia Jasa
Pengguna Jasa
2 Orientasi Kerja Berorientasi pada spesifikasi, volume, Berorientasi pada output dan outcome
metode dan mutu pekerjaan
3 Pengawas Diperlukan konsultan pengawas dari Pengawas diperlukan dan diadakan internal Penyedia
Pengguna Jasa Jasa
4 Inovasi Kerja Penyedia Jasa dipacu bekerja sesuai Memacu Penyedia Jasa berinovasi dengan teknologi,
metode dan spesifikasi yang telah lebih efisien dan efektif serta mendorong Penyedia
ditentukan dalam kontrak Jasa untuk meningkatkan, manajemen, teknologi
dan sumber dayanya, serta mendorong tumbuhnya
Penyedia Spesialis.
5 Peran Selain tugas-tugas pengaturan dan Pemerintah selaku pembina hanya memusatkan
Pemerintah penyusunan kebijakan, pemerintah selaku perhatian pada tugas-tugas pengaturan dan
Pengguna Jasa masih terlibat perhatiannya penyusunan kebijakan, seperti menyusun indikator
dalam hampir seluruh aspek konstruksi kinerja hasil akhir dan tidak lagi mengawasi secara
seperti perencanaan, pengawasan, volume, langsung spesifikasi dan metode kerja Penyedia Jasa.
biaya, mutu dan waktu.
6 Anggaran Kontrak diselenggarakan dalam satu tahun Kontrak diselenggarakan untuk tahun jamak, sehingga
anggaran, sehingga dana untuk tahun dana untuk tahun berikutnya jelas dan pasti.
berikutnya belum pasti.

246
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

tidak perlu lagi datang ke Kantor Kelompok Kerja dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/
ULP untuk melihat, mendaftar dan mengikuti Jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria
proses pelelangan tetapi cukup melakukannya tertentu berdasarkan ketentuan dan
secara on-line di website pelelangan secara prosedur yang jelas;
elektronik. Sesuai Undang-Undang Nomor 11 5) Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi harus dilakukan melalui persaingan yang
Elektronik, perlu pemanfaatan teknologi sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia
informasi agar pemilihan penyedia barang/ Barang/Jasa yang setara dan memenuhi
jasa lebih meningkatkan transparansi, efisensi, persyaratan, sehingga dapat diperoleh
efektivitas, persaingan sehat dan akuntabilitas barang/jasa yang ditawarkan secara
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kompetitif dan tidak ada intervensi yang
korupsi, kolusi, dan nepotisme sesuai dengan mengganggu terciptanya mekanisme pasar
pencanangan wilayah bebas korupsi di dalam pengadaan barang/jasa;
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum. 6) Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan
perlakuan yang sama bagi semua calon
Full e-Procurement adalah proses pemilihan Penyedia Barang/Jasa dan tidak mengarah
penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan untuk memberi keuntungan kepada pihak
cara memasukkan dokumen (file) penawaran tertentu, dengan tetap memperhatikan
melalui system e-Procurement, sepanjang tidak kepentingan nasional;
bertentangan dengan peraturan perundang- 7) Akuntabel, berarti harus sesuai dengan
undangan, sedangkan penjelasan dokumen aturan dan ketentuan yang terkait dengan
lelang masih dilakukan secara tatap muka pengadaan barang/jasa sehingga dapat
antara Penguna Jasa dengan Penyedia Jasa. dipertanggungjawabkan;

Prinsip pemilihan penyedia barang/jasa secara Penerapan Pemilihan Penyedia Pekerjaan


elektronik sebagaimana diatur dalam Peraturan Konstruksi Kontrak Berbasis Kinerja Secara Full
Presiden No. 54 Tahun 2010 yaitu: e-Procurement, dengan ketentuan sebagai
1) Efisien, berarti pengadaan barang/jasa berikut:
harus diusahakan dengan menggunakan (a). Kelompok Kerja ULP wajib meng-unggah
dana dan daya yang minimum untuk (upload) dokumen pemilihan dalam sistem
mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu pemilihan secara elektronik di website: www.
yang ditetapkan atau menggunakan dana pu.go.id dan Penyedia Jasa wajib mengunduh
yang telah ditetapkan untuk mencapai (download) untuk mengikuti pemilihan
hasil dan sasaran dengan kualitas yang Penyedia pekerjaan konstruksi kontrak
maksimum; berbasis kinerja;
2) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa (b). Pada prinsipnya data penawaran (termasuk
harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran data kualifikasi) dari peserta pemilihan
yang telah ditetapkan serta memberikan disampaikan secara elektronik dan
manfaat yang sebesar-besarnya; penyerahan dokumen asli (hardcopy) hanya
3) Transparan, berarti semua ketentuan dan dilakukan terhadap penawaran yang akan
informasi mengenai pengadaan barang/ diusulkan sebagai calon pemenang dan/
jasa bersifat jelas dan dapat diketahui atau pemenang cadangan oleh Kelompok
secara luas oleh Penyedia Barang/Jasa Kerja ULP;
yang berminat serta oleh masyarakat pada (c). Substansi yang akan dievaluasi (kualifikasi,
umumnya; administrasi, teknis dan harga) yang
4) Terbuka, berarti pengadaan barang/jasa disampaikan secara elektronik wajib

247 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

ditetapkan oleh Kelompok Kerja ULP dalam yang waktu modifikasinya paling akhir.
dokumen pemilihan; Dokumen elektronik yang dimaksud adalah
(d). Apabila dalam verifikasi dokumen dokumen administrasi, teknis, harga serta
elektronik dengan dokumen asli yang akan dokumen kualifikasi, sesuai data dan syarat-
diusulkan Kelompok Kerja ULP sebagai syarat yang tercantum dalam dokumen
calon pemenang dan/atau pemenang pemilihan.
cadangan terjadi perbedaan, maka (i). Dokumen elektronik yang rusak (sesudah
penawaran tersebut tidak gugur, dan data mendapat klarifikasi dari LPSE) akibat
yang digunakan adalah data dokumen kesalahan pengiriman dokumen oleh
elektronik. Sedangkan untuk kebenaran Penyedia Jasa, yang mengakibatkan
dokumen kualifikasi akan dilakukan dokumen tersebut tidak dapat dilakukan
pembuktian kualifikasi berdasarkan evaluasi oleh Kelompok Kerja ULP, maka
dokumen asli atau copy yang telah dokumen elektronik tersebut dinyatakan
dilegalisir oleh yang berwenang; tidak memenuhi syarat.
(e). Jaminan Penawaran asli bagi Penyedia jasa (j). Rencana Umum Pengadaan dan
yang akan mengikuti pemilihan Penyedia Pengumuman Pengadaan yang sudah
pekerjaan konstruksi kontrak berbasis diinformasikan pada website www.pu.go.
kinerja secara elektronik wajib diterima id, selanjutnya oleh LPSE akan di link
Kelompok Kerja ULP sebelum batas waktu dengan Portal Pengadaan Nasional atau
pemasukan penawaran berakhir, sesuai www.inaproc.lkpp.go.id
dengan peraturan perundang-undangan; (k). Apabila terjadi hambatan teknis terkait
(f ). Pembukaan dokumen penawaran dengan sistem pengadaan secara elektronik,
disaksikan oleh wakil peserta dan berita sehingga Kelompok Kerja ULP tidak
acara ditandatangani oleh Kelompok dapat mengunggah (upload) dokumen
Kerja ULP dan 2 orang saksi sesuai dengan pengadaan secara utuh, maka segera
peraturan perundang-undangan. memberitahukan/menghubungi LPSE
(g). Data yang digunakan Kelompok Kerja ULP untuk diadakan perubahan/penyesuaian
dalam evaluasi penawaran – termasuk jadual dengan memperhatikan alokasi
dokumen kualifikasi – dari Penyedia Jasa waktu yang cukup.
adalah data yang di-unggah (upload) pada
sistem pemilihan secara elektronik, sesuai Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi
dengan data syarat-syarat yang tertulis Kontrak Berbasis Kinerja Direkomendasikan
dalam dokumen pemilihan; Menggunakan:
(h). Jika pada suatu paket pekerjaan setelah 1. Prakualifikasi, Dua Sampul, Evaluasi Sistem
seluruh proses ekstraksi berhasil dan Nilai, Kontrak Gabungan Lumpsum dan
terdapat lebih dari satu dokumen Harga Satuan digunakan pelelangan umum
elektronik yang tidak rusak, berbeda isinya dan/atau pelelangan terbatas; atau
dan tidak saling melengkapi serta tidak ada 2. Prakualifikasi, Dua Tahap, Evaluasi Sistem
keterangan penggantian dokumen, maka Gugur Ambang Batas, Kontrak Gabungan
dokumen yang digunakan untuk evaluasi Lumpsum dan Harga Satuan digunakan
adalah dokumen yang diupload paling pelelangan umum dan/atau pelelangan
akhir. Tetapi jika waktu uploadnya sama terbatas.
maka yang digunakan adalah dokumen

248
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

Bagan Alir Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Kontrak Berbasis Kinerja Secara
Elektronik (Full e-Procurement):

249 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

250
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

251 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Sistem Penyelenggaraan Konstruksi Non-Konvensional

Waktu Pelaksanaan Kontrak Berbasis Kinerja

No Uraian Kegiatan Jadual Kegiatan

1 Perencanaan

2 Pelaksanaan Fisik

3 Pemeliharaan, sesuai kontrak, minimal > 6 bulan

4 Layanan Kinerja Konstruksi, sesuai kontrak

Cara Pembayaran Kontrak Berbasis Kinerja

No Uraian Kegiatan Cara Pembayaran

1 Perencanaan Berdasarkan tahapan produk

2 Pelaksanaan Fisik Berdasarkan hasil pengukuran bersama

3 Pemeliharaan, sesuai kontrak, minimal > 6 bulan

4 Layanan Kinerja Konstruksi, sesuai kontrak Dilaksanakan Per-Periodik

252
SAMBUTAN

BAB 4
PRAKTIK KONSOLIDASI
KONSTRUKSI INDONESIA

253 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Pembelajaran Ekspor Konstruksi


Ke Aljazair
Tam Jianto, ST, MM.
Manajer Divisi Luar Negeri, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau yang dikenal dengan WIKA merupakan
perusahaan hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij enBouwbedijf Vis en Co atau NV Vis
en Co, pada 11 Maret 1960. WIKA terus berinovasi, secara perlahan WIKA
berubah menjadi perusahaan infrastruktur yang terintegrasi. Pertumbuhan
berkesinambungan WIKA yang telah berdiri lebih dari 40 tahun merupakan
suatu cerita sukses yang merefleksikan komitmen tinggi dan usaha kerja keras.

Sejalan dengan Visi WIKA yaitu “Menjadi salah satu perusahaan terbaik di bidang
Engineering Procurement dan Construction (EPC) dan Investasi terintegrasi di Asia
Tenggara” dan Misi WIKA khususnya “Ekspansi Strategis Keluar Negeri”, WIKA terus
mengembangkan sayapnya tidak hanya pada pasar domestik tetapi juga pasar luar
negeri. Strategi Pasar Selektif yang dilakukan oleh WIKA merujuk pada pasar yang
terpilih. Strategi WIKA untuk pasar domestik adalah dengan memilih proyek yang
berasal dari Pemerintah yang telah disesuaikan dengan anggaran Pemerintah dan
dari perusahaan swasta yang dinilai menguntungkan. Untuk pasar luar negeri, WIKA
memfokuskan diri pada pasar yang sudah dikuasai.

Sejak awal tahun 2007 WIKA telah memulai ekspansi bisnis konstruksi ke luar negeri
dimulai dari pengiriman beberapa engineer Wika ke proyek Metro Dubai UAE
bersamaan dengan pengiriman tim manajemen proyek dan ratusan pekerja untuk
mengerjakan proyek East West Motorway Aljazair. Ekspansi bisnis konstruksi ke luar
negeri ini merupakan langkah awal perusahaan milik negara ini untuk berani berkiprah,
bersaing dan berkembang di luar negeri, dan sekaligus merupakan perwujudan Misi dan
Visi WIKA. Hingga saat ini WIKA sudah mengerjakan proyek di beberapa negara seperti
Aljazair, Libya, Dubai, Brunei Darussalam, Timor Leste dan mulai mengembangkan
ekspansi ke Myanmar, Serawak Malaysia, dan Arab Saudi.

Sebagai salah satu perusahaan konstruksi Indonesia yang saat itu belum memiliki
pengalaman untuk berkiprah dan bersaing di luar negeri, kebijakan untuk melakukan
ekspansi bisnis konstruksi ke Aljazair ini awalnya sempat menjadi isu hangat di
dalam internal manajemen perusahaan Wika dan terjadi diskusi serta perdebatan
yang cukup panjang antara yang pro dan yang kontra mengenai perlu atau tidaknya

254
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis ke yang prudent, gradual, dan safe tersebut, Wika
luar negeri terutama ke negara Aljazair. Belajar membuka diri dan melakukan aktivitas pemasaran
dari pengalaman buruk dan kegagalan yang luar negeri secara aktif untuk mendapatkan
dialami oleh perusahaan-perusahaan lain yang peluang bekerja sama dengan mitra-mitra luar
telah lebih dulu melakukan ekspansi bisnis negeri baik yang telah dikenal sebelumnya
konstruksi ke luar negeri, untuk memastikan maupun calon mitra baru. Misi pemasaran ini
bahwa ekspansi bisnis Wika ke luar negeri akan membuahkan hasil pertama kalinya ketika di akhir
bisa berjalan dengan baik dan terhindar dari tahun 2006 dalam waktu yang hampir bersamaan
risiko kegagalan yang sama, maka perusahaan Wika mendapatkan respon dari perusahaan
menentukan kebijakan dalam melakukan kontruksi spesialis pekerjaan baja dari Singapura
ekspansi bisnis di suatu negara asing, yaitu bernama Yongnam Engineering Construction
melalui strategi masuk dan perolehan proyek (YNEC) untuk bekerja sama mengerjakan proyek
secara prudent, strategi pengembangan bisnis Metro Dubai UAE, dan respon dari sebuah
secara gradual, dan strategi keluar yang safe. perusahaan konstruksi ternama dari Jepang
yang sudah menjadi mitra baik Wika sejak lama,
Melalui kebijakan strategi ekspansi ke luar negeri bernama Kajima Corporation, untuk bekerja
yang mengedepankan langkah hati-hati, terukur, sama mengerjakan proyek di Aljazair. Kajima
dan aman ini perusahaan sangat selektif dalam Corporation memberikan kesempatan kepada
hal memilih dan menentukan jenis proyek dengan Wika untuk menawarkan harga satuan pekerjaan
memperhatikan keandalan pemiliknya, mitra asing struktur jembatan dan pekerjaan beton lain,
yang terpercaya, bentuk legal entitas perusahaan dan memberikan tawaran kepada Wika untuk
yang tepat, dan bentuk persaingan yang aman bergabung menjadi subkontraktor dari COJAAL
dalam mendapatkan proyek. Selain itu perusahaan pada proyek east-west motorway Algeria.
juga memiliki kebijakan khusus dalam memilih Tawaran tersebut tentu saja direspon positif oleh
dan menentukan negara strategis yang menjadi manajemen Wika karena memenuhi hampir
sasaran ekspansi bisnis, serta kebijakan untuk semua unsur yang menjadi persyaratan yang
menghindari persyaratan-persyaratan proyek ditentukan dalam kebijakan Wika untuk ekspansi
dan peraturan yang memberatkan perusahaan bisnis ke luar negeri diantaranya: pemilik proyek
untuk menarik diri bilamana terjadi kejadian- adalah pemerintah, kontraktor utama adalah
kejadian yang menyebabkan kerugian fatal bagi perusahaan ternama dan bereputasi baik serta
perusahaan seperti misalnya keterlambatan sudah sejak lama dikenal oleh Wika, posisi Wika
pembayaran oleh pemilik, dominasi power oleh sebagai subkontraktor dengan kontrak harga
pemilik, dan perselisihan-perselisihan masalah satuan upah pekerjaan disertai dengan cara
pelaksanaan pekerjaan yang berlarut-larut pembayaran yang menguntungkan dan aman
sehingga berpotensi menimbulkan dampak bagi Wika, serta hal-hal lain yang risikonya bisa
kerugian besar pada perusahaan. Dalam hal ini dimitigasi dengan biaya yang rendah.
pemilihan owner proyek pemerintah atau owner
swasta terpercaya, mitra atau partner yang sudah COJAAL (Consortium Japonais pour l’Autoroute
dikenal dan bisa diandalkan, pemilihan status legal Algerienne) merupakan konsorsium dari lima
perusahaan sebagai perusahaan asing melalui perusahaan konstruksi ternama dari Jepang
bentuk usaha tetap (permanent establishment), (Kajima, Taisei, Hazama, Nizimatshu, dan Itocu)
masuk sebagai subkontraktor melalui proses yang menjadi kontraktor utama untuk pengerjaan
penawaran dan negosiasi harga, serta pemilihan proyek east-west motorway Algeria sepanjang
bentuk kontrak unit price merupakan bentuk 399 km. Proyek tersebut merupakan bagian
implementasi strategi awal ekspansi luar negeri dari proyek highway terbesar di dunia saat ini
yang dipersyaratkan dan diutamakan oleh Wika. yang sedang dibangun oleh pemerintah negara
Aljazair dengan panjang keseluruhan mencapai
4.1 Mencari Client dan Mendapatkan 1.216 km yang menghubungkan kota-kota di
Proyek Luar Negeri bagian utara negara tersebut dimulai dari kota
Melalui kebijakan-kebijakan ekspansi luar negeri Tlemcen yang merupakan perbatasan Aljazair

255 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

dengan Maroko sampai dengan kota El Tarft yang atas manajer peralatan dan staf peralatan,
merupakan perbatasan Aljazair dengan Tunisia. operator alat berat, mekanik, dan helper untuk
Proyek dengan biaya konstruksi sebesar US$ 11,2 kelancaran pengoperasian ratusan alat berat
milyar ini dalam pelaksanaan pembangunanya diantaranya untuk pekerjaan beton (batching
dibagi menjadi 3 bagian yaitu: bagian barat plant, agitator truck, concrete pump, wheel
sepanjang 359 km dan bagian tengah sepanjang loader, crane), pekerjaan pengaspalan (asphalt
169 km dikerjakan oleh konsorsium perusahaan mixing plant, dump truck, Tandem Roller, Tie
konstruksi dari Cina (CRCC & CITIC), bagian Roller, wheel loader, asphalt finisher), pekerjaan
tengah sepanjang 289 km merupakan jalan lama tanah (excavator, bulldozer, motor grader,
yang telah ada dan dibangun sebelumnya, dan dump truck), dan pekerjaan tambahan lain
bagian timur sepanjang 399 km dengan biaya (line marking, slipform concrete barrier, dll.).
konstruksi sebesar US$ 5 milyar dikerjakan oleh Keseluruhan pekerjaan dalam kontrak tersebut
konsorsium perusahaan konstruksi dari Jepang harus diselesaikan dalam waktu 29 bulan
(COJAAL). terhitung mulai 7 Juni 2007 sampai dengan 10
Oktober 2009.
Setelah memenangkan persaingan melalui
proses tender terbatas yang diikuti oleh 4.2. Mendirikan Status Legal Entitas
beberapa kontraktor rekanan perusahaan- Perusahaan di Aljazair
perusahaan anggota COJAAL baik yang berasal Setelah Wika ditetapkan menjadi pemenang
dari Indonesia maupun dari negara lain, Wika tender subkontrak pekerjaan struktur
akhirnya berhasil terpilih sebagai salah satu jembatan dan mendapatkan kontrak pekerjaan
pemenang untuk mengerjakan pekerjaan sebagai subkontraktor dari kontraktor
struktur jembatan di area sepanjang 104 km yang utama (maincontractor), serta mendapatkan
dikerjakan oleh Kajima Corporation. Pekerjaan persetujuan sebagai subkontraktor
Wika diawali dengan menjadi subkontraktor
Kajima untuk mengerjakan pekerjaan struktur
utama yang terdiri atas 52 buah jembatan
beton, 10 buah road box culvert, dan 54 buah
drain box culvert. Untuk mendukung pekerjaan
tersebut dan termasuk di dalam kontrak
pekerjaan adalah Wika menyediakan pelayanan
dalam bentuk pengadaan pabrik beton
pracetak (precast concrete) termasuk tenaga
dan manajemen pengoperasiannya untuk
memproduksi 1.457 buah balok girder pratekan
(prestressed girder beam) berdimensi tinggi 120
cm panjang 27 m dan tinggi 150 cm panjang 33
m, dan memproduksi 3.656 buah pipa beton
bertulang (reinforced concrete pipe) diameter
1500 mm dengan teknologi mesin putar
(spinning machine) serta memproduksi beton
pracetak tambahan seperti barrier, cornice, U
ditch, dan cascade.
Selain pekerjaan utama tersebut, di dalam
kontrak pekerjaan Wika juga dipercaya
untuk memberikan pelayanan dalam bentuk
pengoperasian dan pemeliharaan peralatan- Gambar 1: Pekerjaan Jembatan
peralatan berat yang dipakai oleh COJAAL di
proyek tersebut. Untuk hal ini Wika menyiapkan
tim manajemen peralatan yang terdiri

256
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

(subcontractor approval) yang dikeluarkan oleh c. Usaha Patungan atau Joint Venture
pemilik proyek (owner), untuk bisa beroperasi (JV), merupakan bentuk perusahaan
sebagai perusahaan konstruksi yang sah di patungan yang dibentuk dari dua atau
Aljazair, maka Wika harus mengajukan dan lebih perusahaan dengan kepemilikan
mengurus status badan hukum perusahaan di saham maksimum 49% boleh dimiliki
Aljazair. Sebagai perusahaan asing yang memiliki oleh perusahaan asing. Perusahaan dalam
bentuk kepemilikan saham perusahaan sebagai bentuk JV ini memiliki status sebagai
perseroan terbatas, Wika memiliki beberapa perusahaan lokal, dan bisa digunakan
pilihan bentuk legal status perusahaan asing di untuk menjalankan lebih dari satu kegiatan
Aljazair yang bisa digunakan untuk melakukan bisnis yang berorientasi pada profit.
aktivitas bisnis konstruksi dan investasi d. Kerjasama operasi atau Konsorsium atau
diantaranya: Joint Operation (JO), merupakan bentuk
a. Kantor Cabang (Representative/Branch perusahaan patungan yang dibentuk dari
Office atau Bureau de Liaison), bisa dua atau lebih perusahaan baik perusahaan
digunakan untuk menjalankan fungsi lokal maupun asing, dengan kepemilikan
perwakilan kantor pusat namun tidak boleh saham yang lebih tinggi bagi perusahaan
dipakai untuk melakukan aktivitas bisnis yang memiliki kapabilitas lebih tinggi.
yang menghasilkan profit secara langsung. Perusahaan dalam bentuk JO ini memiliki
b. Bentuk Usaha Tetap (Permanent status sebagai perusahaan gabungan, dan
Establishment), merupakan bentuk hanya bisa digunakan untuk menjalankan
perusahaan asing yang beroperasi di satu kegiatan bisnis tertentu yang
Aljazair untuk suatu obyek bisnis yang berorientasi pada profit.
berorientasi untuk menghasilkan profit
dengan lama waktu beroperasi lebih dari
183 hari.

Gambar 2: Toolbox Meeting kepada Driver dan Operator Alat Berat

257 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Dari beberapa pilihan bentuk legal status sebagai bahasa komunikasi sehari-hari.
perusahaan asing di Aljazair tersebut pada Untuk bisa berkomunikasi dengan baik
tahap awal beroperasi Wika menentukan diperlukan penerjemah dan proses
pilihan untuk mendirikan Kantor Cabang pembelajaran penguasaan bahasa baik
(Representative Office) dan Bentuk Usaha bahasa Perancis, Arab, maupun bahasa
Tetap (Permanent Establishment). Kantor lokal Aljazair. Hal ini tidak mudah
Cabang digunakan sebagai perwakilan kantor dilakukan oleh orang Indonesia.
pusat untuk menjalankan aktivitas promosi, • Aljazair merupakan negara bekas
pemasaran, dan kegiatan bisnis lain yang jajahan Perancis, dan mayoritas
bersifat non direct profit. Sedangkan Bentuk masyarakatnya beragama Islam,
Usaha Tetap (Permanent Establishment) sehingga sosial dan budaya masyarakat
merupakan bentuk perseroan terbatas untuk di negara ini banyak dipengaruhi
mengelola pelaksanaan pekerjaan konstruksi oleh pengaruh Arab dan Perancis.
sebagai subkontraktor COJAAL, dan tidak boleh Karena mayoritas tenaga kerja
melakukan kegiatan bisnis lain. Pemilihan Indonesia adalah muslim, Wika tidak
kedua bentuk badan hukum perusahaan ini banyak mengalami kesulitan dalam
didasarkan pada kebijakan strategi perusahaan beradaptasi terhadap pengaruh sosial
yang mempertimbangkan langkah-lahkah yang dan budaya Arab, namun diperlukan
prudent, gradual, dan safe. proses dan waktu yang cukup lama
untuk bisa beradaptasi terhadap sosial
4.3 Kesulitan-Kesulitan yang dan budaya pengaruh Perancis.
Dihadapi di Saat Awal Beroperasi di • Perbedaan waktu 6 jam antara Jakarta
Aljazair dan Aljazair, serta perbedaan hari
Sebagai perusahaan konstruksi yang baru libur antara Indonesia dan Aljazair
eksis di Aljazair dan beroperasi di tempat yang merupakan hal yang harus disikapi
segalanya masih serba asing, perusahaan dengan baik agar proses komunikasi
dituntut untuk mampu secepatnya beradaptasi antara tim proyek di Aljazair dengan
dengan lingkungan bisnis Aljazair untuk kantor pusat Jakarta tetap bisa berjalan
mengatasi semua kesulitan dan kendala dalam lancar dan tidak terjadi kendala yang
menyelesaikan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan bisa menyebabkan terjadinya proses
yang dihadapi di saat-saat awal beroperasi pelaksanaan pekerjaan. Perbedaan
antara lain berkaitan dengan: bahasa, sosial lama waktu siang dan malam juga
& budaya, perbedaan waktu, cuaca ekstrim, terjadi pada musim panas dan musim
membangun jejaring, pengelolaan tenaga dingin sehingga memberikan dampak
kerja, regulasi pemerintah setempat, dan pada jam kerja dan jam istirahat,
masalah teknis dalam pengelolaan pekerjaan. terutama bilamana bulan Ramadhan
berada pada musim panas.
1. Perbedaan bahasa, sosial & budaya, dan
waktu 2. Menghadapi cuaca yang ekstrim
• Penggunaan bahasa Inggris tidak Dari letak geografisnya negara Aljazair
bisa diandalkan sebagai sarana terbagi menjadi tiga bagian wilayah yang
komunikasi di Aljazair. Hal ini selain memiliki karakteristik cuaca yang sangat
karena kebanyakan orang Aljazair berbeda. Bagian tengah dan selatan terdiri
tidak menguasai bahasa Inggris juga atas gurun Sahara sehingga lebih banyak
hanya sedikit orang Indonesia yang memiliki musim panas dengan suhu ekstrim
menguasai bahasa Inggris dengan baik. sampai 55oC dan tidak terjadi musim
Masyarakat setempat menggunakan dingin. Sedangkan bagian utara karena
bahasa Perancis sebagai bahasa bisnis, letak geografisnya yang berdekatan dengan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi benua Eropa, memiliki 4 musim yaitu musim
pemerintah, dan bahasa lokal Aljazair panas, gugur, dingin, dan semi.

258
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Gambar 3: Pekerja Indonesia bekerja di musim salju di Aljazair.

lebih panjang juga merupakan hal yang


Lokasi pekerjaan Wika berada di wilayah menimbulkan kesulitan dalam pengelolaan
bagian utara negara Aljazair yang memiliki pekerjaan.
empat musim. Cuaca panas ekstrim sampai
dengan 50oC terjadi selama 2 bulan pada Sebaliknya pada saat musim panas suhu di siang
setiap bulan Juli dan Agustus, dan cuaca hari bisa mencapai 52oC. Suhu ekstrim panas
dingin yang ekstrim sampai dengan -16oC ini terjadi antara pukul 11.00 sd 15.00. Waktu
terjadi selama 4 bulan mulai Nopember siang hari yang lebih panjang dan waktu malam
sampai Februari. Selebihnya terdiri atas 2 hari yang lebih pendek menyebabkan waktu
bulan cuaca biasa seperti Indonesia, dan 2 istirahat menjadi lebih singkat. Ditambahkan
bulan cuaca sejuk cenderung dingin. pula keberadaan bulan Ramadhan di tengah-
tengah musim panas menjadikan perlunya
Pada saat musim dingin suhu di siang perhatian yang serius dalam pengelolaan
hari di bawah 10oC dan berubah menjadi aktivitas pekerjaan.
ekstrim dingin sampai dengan di bawah
0oC ketika mendung, hujan, turun salju, dan 3. Mendapatkan pemasok sumber daya
waktu malam hari tiba. Kebiasaan orang Sebagai perusahaan asing yang masih baru
Indonesia berada di negara tropis dengan eksis di Aljazair dan belum dikenal oleh
suhu sekitar 30oC menjadikan kesulitan pelaku bisnis dan masyarakat setempat,
tinggi untuk bisa beradaptasi dengan suhu Wika awalnya mengalami banyak kesulitan
yang ekstrim dingin di musim tersebut. dalam mendapatkan pemasok material,
Pada tahun pertama menghadapi musim tenaga kerja, dan subkontraktor. Masih
dingin banyak sekali pekerja menderita sangat terbatasnya jejaring menjadi
sakit batuk, demam, dan pilek sehingga penyebab dibutuhkannya waktu
kegiatan produksi pekerjaan sangat untuk membangun rasa saling percaya
terganggu. Selain itu waktu siang hari diantara perusahaan dengan pemasok,
yang lebih pendek dan waktu malam yang subkontraktor, dan masyarakat. Tahap

259 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

awal beroperasi terjadi kesulitan untuk • Tenaga kerja tidak tahan menghadapi
mendapatkan sumber daya dengan kualitas cuaca panas dan cuaca dingin. Selain
dan harga bersaing, sehingga menimbulkan mudah terserang penyakit, juga
keterlambatan-keterlambatan dalam semangat kerja yang rendah pada saat
pengadaan sumber daya proyek yang cuaca ekstrim terutama ekstrim dingin.
berasal dari negara setempat. • Kecenderungan pekerja ingin pulang
karena rindu kampung halaman
4. Pengelolaan sumber daya manusia (home sick) dan tidak kuat untuk
Dalam pengelolaan sumber daya manusia menyelesaikan kontrak dua tahunan.
perusahaan menghadapi masalah-masalah • Etos kerja yang rendah.
yang berbeda antara mengelola tenaga Kurang disiplin dan cenderung
kerja yang berasal dari Indonesia dan menggantungkan semua urusan
mengelola tenaga kerja yang berasal dari kepada perusahaan yaitu banyak
Aljazair. Tenaga kerja Aljazair telah memiliki mengajukan tuntutan dan cenderung
kemampuan baik untuk beradaptasi mengurangi kewajiban.
terhadap kondisi alam dan lingkungan,
regulasi pemerintah, bahasa, dan sosial & 5. Penguasaan regulasi pemerintah setempat
budaya. Namun memiliki kekurangan dalam Selain terjadi perbedaan bahasa yang bisa
hal pengetahuan (knowledge), kemampuan menimbulkan perbedaan interpretasi dan
(skill), dan etos kerja kaitanya dengan budaya penerapan, juga secara khusus terjadi
dan tuntutan target kinerja perusahaan di banyak perbedaan antara regulasi-regulasi
bidang konstruksi. Selain kesulitan untuk pemerintah setempat dengan regulasi
mendapatkan tenaga-tenaga proyek pemerintah Indonesia. Disebabkan karena
yang memiliki keahlian dan kemampuan keterbatasan pemahaman dan penguasaan
teknis, perusahaan juga dihadapkan pada terhadap regulasi-regulasi pemerintah
permasalahan budaya tenaga kerja Aljazair setempat yang menggunakan bahasa
yang sulit untuk diajak bekerja lembur, Arab dan bahasa Perancis pada tahun awal
kurang disiplin, etos kerja yang rendah, beroperasi perusahaan sering menemui
dan kesulitan untuk berkomunikasi karena kasus-kasus yang berkaitan dengan regulasi
perbedaan bahasa. pemerintah dalam hal berikut:
Sebaliknya tenaga kerja Indonesia 1. Peraturan Perpajakan
kebanyakan memiliki kelebihan dalam Terjadi keterlambatan pelaporan pajak
hal pengetahuan, kemampuan teknis, yang disebabkan oleh ketidaktahuan
namun memiliki kekurangan dalam hal:
menyesuaikan diri dengan kondisi alam
dan lingkungan yang ekstrim, penguasaan
bahasa lokal, dan ketangguhan tinggal di
perantauan. Beberapa kesulitan awal yang
dihadapi perusahaan berkaitan dengan
tenaga kerja Indonesia antara lain:
• Beberapa tenaga kerja yang terkirim
tidak memenuhi persyaratan keahlian
yang dibutuhkan dan menderita
penyakit tertentu yang sebelumnya
tidak terdeteksi pada saat dilakukan tes
kesehatan (medical check up) sebelum
berangkat.
• Proses pengiriman tenaga kerja tidak
bisa memenuhi target waktu dan
jumlah yang ditentukan.
Gambar 4: Pekerja Indonesia siap diberangkatkan ke Aljazair

260
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

akan kewajiban memenuhi pelaporan 6. Masalah-masalah Teknis dalam pengelolaan


tersebut sehingga berdampak pada pekerjaan
pengenaan denda yang cukup besar. Pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan oleh
2. Peraturan Keuangan dan Perbankan Wika terletak pada area yang tersebar
(Regim Devisa) di sepanjang 104 km. Untuk mengelola
Beberapa orang terkena masalah di tenaga kerja Indonesia yang berjumlah
bandara saat membawa uang ketika lebih dari 500 orang ditambah dengan
keluar dari Aljazair karena pada saat tenaga kerja dari Aljazair yang jumlahnya
masuk tidak melakukan declare uang juga ratusan orang di area pekerjaan yang
ke bea cukai di bandara. letaknya berjauhan tersebut, pada tahap
Sistem perbankan masih belum online awal perusahaan menemui kesulitan-
dan cash basis dengan jumlah stok kesulitan berikut:
uang di bank yang masih terbatas. • Pengelolaan transportasi pekerja
Transaksi-transaksi pembayaran lebih Setiap pagi pekerja harus diantar ke
banyak dilakukan menggunakan uang lokasi pekerjaan dan dijemput pada
kas. sore atau malam harinya. Jarak lokasi
3. Regulasi Ketenagakerjaan pekerjaan yang saling berjauhan,
Proses pengurusan ijin kerja dari dinas kebutuhan jumlah pekerja dan waktu
tenaga kerja setempat memerlukan kerja perlokasi pekerjaan yang dinamis,
waktu yang sangat lama sehingga keterbatasan jumlah alat tranportasi,
menimbulkan keterlambatan dalam dan etos kerja sopir yang rendah
pengadaan tenaga kerja dari Indonesia. pada awalnya penyebab terjadinya
Beberapa aturan ketenagaan-kerjaan masalah-masalah transportasi pekerja
tidak bisa dipahami dengan baik yang berakibat keterlambatan-
sehingga menjadi celah dimanfaatkan keterlambatan aktivitas pekerjaan.
oleh tenaga kerja Aljazair untuk • Penyediaan dan distribusi makanan
mendapatkan keuntungan sepihak dan Hal-hal yang menjadi penyebab
merugikan perusahaan. terjadinya masalah pada transportasi
Proses rekruitmen tenaga kerja lokal pekerja sekaligus juga menjadi
Aljazair harus dilakukan melalui penyebab masalah pada penyediaan
dinas tenaga kerja setempat (ANEM) dan distribusi makanan. Meskipun
dan perusahaan akan dikenakan perusahaan telah menyiapkan kantin
denda bilamana terbukti melakukan beserta tukang masak dan petugas
perekrutan langsung tanpa melalui pengantar makanan serta jumlah
dinas tenaga kerja. Sementara proses kendaraan yang cukup, namun pada
ini memerlukan waktu yang lama. awalnya sering terjadi keterlambatan
4. Peraturan Keimigrasian dalam distribusi makanan yang juga
Proses mendapatkan visa kerja dan disebabkan oleh miskomunikasi antara
ijin tinggal memerlukan waktu yang pekerja di lapangan dengan petugas
lama sehingga menghambat proses kantin dan ketidakdisiplinan para
pelaksanaan pekerjaan. pekerja.
5. Regulasi Ekspor dan Impor • Pengamanan material dan alat di
Proses impor barang memerlukan waktu lapangan
yang lama sehingga menyebabkan Lokasi pekerjaan yang tersebar
keterlambatan pengadaan barang. menyebabkan kesulitan dalam hal
Keterbatasan pemahaman status pengamanan lokasi pekerjaan. Banyak
barang impor antara impor tetap terjadi kehilangan material dan alat-alat
(permanent) dan impor sementara proyek di awal pelaksanaan pekerjaan.
(temporary) menyebabkan dampak
biaya yang cukup besar.

261 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

4.4 Melaksanakan Proyek dan yang telah dimiliki oleh perusahaan Wika
Menjaga Keberhasilan diantaranya: sumber daya manusia yang
Untuk menyelesaikan kontrak pekerjaan unggul, sistem manajemen Wika yang baik
sebagai subkontraktor COJAAL yang terdiri atas (Sistem Manajemen Mutu, Sistem Manajemen
pekerjaan 52 buah struktur jembatan konstruksi Keselamatan Kesehatan Kerja & Lingkungan, 5R,
beton, 10 buah road box culvert, dan 54 buah Sistem Manajemen Pengamanan), pengalaman
drain box culvert ditambah dengan pengadaan manajemen konstruksi yang telah banyak, dan
dan pengoperasian pabrik beton pracetak semangat yang tinggi dari tim manajemen
(precast concrete) untuk memproduksi 1.457 Wika untuk melakukan perubahan-perubahan
buah balok girder pratekan (prestressed girder menjadikan proses adaptasi dan pembelajaran
beam) dan 3.656 buah pipa beton bertulang tersebut tidak harus dilalui terlalu lama. Pada
(reinforced concrete pipe) serta pengoperasian semester kedua telah banyak permasalahan-
dan pemeliharaan ratusan alat berat, pada permasalahan dan kesulitan-kesulitan yang
awalnya Wika melibatkan 525 tenaga kerja dari semula menjadi kendala perusahaan dan
Indonesia dan 200 tenaga kerja lokal Aljazair, menyebabkan keterlambatan proses produksi
termasuk di dalamnya 60 orang anggota bisa diselesaikan dengan baik, dan sekaligus
tim manajemen dari Indonesia dan 15 orang mulai ditemukan solusi-solusi pemecahan
karyawan dari lokal Aljazair. masalah-masalah yang inovatif sehingga kinerja
perusahaan secara bertahap mulai terlihat
Pada rentang waktu semester pertama keunggulannya.
menjalankan aktivitas bisnis konstruksi di
Aljazair, energi tim manajemen Wika masih Keluhan-keluhan dari pihak internal proyek
harus terkonsentrasi pada proses adaptasi mulai bisa diselesaikan dan dieliminasi dengan
dan pembelajaran untuk mengatasi kesulitan- keunggulan-keunggulan kinerja perusahaan
kesulitan yang berkaitan dengan administrasi yang mulai diakui oleh pelanggan dan
kontrak dan pelaksanaan pekerjaan, kondisi kontraktor utama diantaranya dalam bentuk
alam dengan cuaca ekstrim, lingkungan bisnis pengakuan atas meningkatnya produktivitas
baru, sosial & budaya, cara pengelolaan sumber dan kedisiplinan tenaga kerja, peningkatan
daya manusia, dan pemahaman terhadap mutu pekerjaan, dan tercapainya target-target
regulasi-regulasi pemerintah. Proses adaptasi waktu penyelesaian pekerjaan. Salah satu
dan pembelajaran ini melewati hambatan- contoh yang menyolok terhadap perbaikan
hambatan dan kesulitan-kesulitan yang produktivitas tenaga kerja Wika diantaranya
menyebabkan proses pelaksanaan pekerjaan adalah produktivitas pabrik beton pracetak
belum bisa berjalan lancar sehingga perusahaan yang bisa memproduksi 6 balok girder perhari
belum bisa menunjukkan kinerja yang unggul. sementara pabrik beton yang dimiliki oleh
Keluhan-keluhan sempat diterima oleh Wika perusahaan lain di Aljazair maksimum hanya
baik dari pihak internal proyek terhadap bisa memproduksi balok girder sejenis sejumlah
keterlambatan-keterlambatan pengadaan 2 buah balok girder perhari. Perbaikan kinerja ini
tenaga kerja dari Indonesia dan produktivitas berjalan seiring pula dengan terus menurunnya
tenaga kerja Indonesia dan tenaga kerja jumlah keluhan dari pihak eksternal dan
Aljazair, serta dari pihak eksternal proyek semakin meningkatnya pengakuan oleh pihak
misalnya terhadap keharusan menggunakan eksternal terhadap kepatuhan perusahaan
dan mengajari tenaga kerja lokal dalam jumlah terhadap regulasi pemerintah, kebersamaan
sesuai dengan kuota, serta keluhan-keluhan yang bisa terjalin sangat baik antara orang-
lain yang terutama disebabkan oleh proses orang Indonesia dengan orang Aljazair, budaya
birokrasi di Aljazair yang panjang dan lama perusahaan yang mencerminkan kinerja yang
serta keterbatasan pengetahuan Wika terhadap unggul dan akhirnya dalam waktu singkat
regulasi-regulasi pemerintah setempat. keunggulan-keunggulan tersebut dianggap
dan diakui mewakili keunggulan perusahaan
Namun demikian melalui kekuatan-kekuatan dan tenaga kerja Indonesia.

262
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Keunggulan-keunggulan kinerja yang terus konstruksi lain di Aljazair. Selama masa


ditunjukkan oleh Wika semakin mendapatkan pelaksanaan proyek sertifikat penghargaan K3L
apresiasi oleh pemilik proyek dan kontraktor beberapa kali didapatkan oleh Wika dari COJAAL
utama, sekaligus menjadikan Wika mendapatkan atas jasa personil Wika dalam implementasi K3L
tempat sebagai subkontraktor yang bisa diantaranya didapatkan oleh Manajer Proyek,
diandalkan oleh mereka. Pada pertengahan tahun Supervisor teladan, Safety Officer teladan, dan
kedua pemilik proyek menunjukkan apresiasinya kelompok pekerja teladan.
kepada Wika dengan menempatkan Wika sebagai
rujukan terbaik bagi perusahaan subkontraktor 4.5 Langkah-Langkah Perbaikan yang
COJAAL yang lain dalam hal kualitas, disiplin Dilakukan Perusahaan
kerja dan kepatuhan implementasi K3L, Dalam upaya menyelesaikan kesulitan-kesulitan
ketepatan waktu pelaksanaan, dan kebersamaan yang dihadapi saat awal mulai beroperasi di
dengan tenaga kerja lokal. Apresiasi ini sekaligus Aljazair, Perusahaan menggunakan kekuatan-
memancing respon positif kepada kontraktor kekuatan yang dimiliki yaitu sumber daya
utama untuk memberikan kepercayaan lebih manusia yang unggul, sistem manajemen Wika
kepada Wika untuk menerima pekerjaan tambah yang baik, dan pengalaman mengelola proyek
dan membantu menyelesaikan pekerjaan- konstruksi yang telah banyak, untuk melakukan
pekerjaan kritis yang sedang dikerjakan langkah-langkah perbaikan yang berkelanjutan
oleh COJAAL. Sebagai konsekuensinya Wika diantaranya melalui hal berikut:
mendapatkan pekerjaan tambah dengan nilai 1. Perbaikan pada proses rekrutmen dan
cukup besar mulai awal tahun 2009. Disamping pengiriman tenaga kerja
menyelesaikan pekerjaan utama sesuai kontrak Proses rekrutmen tenaga kerja dari
awal yang terletak di sepanjang area proyek 104 Indonesia dilakukan dengan melibatkan
km yaitu pekerjaan jembatan, drain box culvert jasa konsultan pengembangan sumber
dan road box culvert, serta pengoperasian dan daya manusia. Calon tenaga kerja
pemeliharaan alat berat, Wika mendapatkan di dapatkan melalui proses seleksi
tambahan pekerjaan serupa di area yang lain berdasarkan persyaratan diantaranya:
serta terlibat banyak pada pekerjaan tanah, • Memiliki keahlian, kemampuan, dan
pengaspalan, concrete barier, terowong, dan etos kerja yang baik
line marking yang terletak tersebar disepanjang • Telah dikenal atau mendapatkan
399 km. Nilai kontrak pekerjaan Wika naik 143% rekomendasi pihak internal.
dari kontrak semula 453 Milyar rupiah menjadi • Memiliki semangat yang tinggi, gigih
diatas 1 Triliun rupiah dengan waktu pelaksanaan dan tangguh
pekerjaan dari 29 bulan menjadi 48 bulan. Jumlah • Lulus tes kesehatan
tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung
penyelesaian proyek juga meningkat. Tercatat Setelah dinyatakan diterima dan lulus
total tenaga kerja Indonesia mencapai 1.500 dari persyaratan tersebut di atas sebelum
orang, dan tenaga kerja lokal Aljazair mencapai diberangkatkan ke Aljazair, kepada pekerja
500 orang. dilakukan pelatihan atau training dengan
dibantu oleh konsultan pengembangan
COJAAL sebagai kontraktor utama selain sumber daya manusia. Tujuan pelatihan
memberikan apresiasi langsung berupa ini terutama adalah untuk mempersiapkan
kepercayaan dan pekerjaan tambah, juga mental para pekerja sehingga memiliki
memberikan apresiasi dalam bentuk etos kerja yang baik sesuai dengan budaya
penghargaan-penghargaan kepada Wika perusahaan, memiliki semangat kerja yang
terutama atas konsistensi dan komitmen Wika tinggi, gigih, dan tangguh.
dalam mengimplementasikan sistem K3L
(Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan) Pelatihan serupa selain dilakukan di
di lingkungan proyek sehingga bisa menjadi dalam negeri untuk tenaga kerja sebelum
pelopor dan benchmark bagi perusahaan diberangkatkan, juga dilakukan di Aljazair

263 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Gambar 5: Proyek East-West Motorway Aljazair

untuk tenaga kerja yang sudah berada di proyek tersebut menjadi merasa senang dan
Aljazair dengan tujuan untuk meningkatkan nyaman untuk bekerja.
etos kerja, kepedulian, kerjasama, dan
ketangguhan. Keseluruhan pelatihan 4. Perbaikan manajemen pelaksanaan
tersebut dikemas dalam modul Overseas pekerjaan
Development Program (ODP). Belajar dari adanya permasalahan-
permasalahan yang dihadapi selama
2. Perbaikan dalam penyediaan dan distribusi pelaksanaan pekerjaan, perusahaan
makanan melakukan langkah-langkah perbaikan
Perusahaan membentuk organisasi kantin secara langsung diantaranya:
dengan pembagian tugas yang lebih jelas. • Peningkatan penguasaan bahasa
Untuk mememuhi standar gizi dan higienis Perancis dan bahasa Arab. Beberapa
makanan yang sesuai dengan kebutuhan pegawai perusahaan ditugaskan
di Aljazair, perusahaan melibatkan tim untuk pelatihan kedua bahasa
konsultan ahli gizi makanan selama dua tersebut, termasuk diantaranya adalah
bulan untuk memberikan pelatihan pengiriman tiga pegawai untuk belajar
langsung kepada tim kantin di Aljazair. bahasa Perancis dan tinggal di Paris
3. Perbaikan pengelolaan transportasi tenaga selama enam bulan.
kerja • Peningkatan pelayanan kesehatan
Dilakukan penambahan sarana tranportasi dengan menambah tenaga medis dari
berupa bus, dan kendaraan operasional Indonesia
lain. Penyelesaian masalah transportasi juga • Secara konsisten melakukan safety
dilakukan untuk memudahkan transportasi morning talk dan toolbox meeting yang
para sopir, mekanik, dan operator lokal semula dilakukan hanya sekali dalam
Aljazair dari kantor proyek sampai rumah sebulan diubah menjadi dilakukan
masing-masing sehingga para pegawai setiap pagi sebelum berangkat ke

264
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

lokasi pekerjaan. Melalui kegiatan ini kontraktor utama, pemilik proyek dan pihak lain
setiap hari terjadi komunikasi langsung yang telah terkait dengan pelaksanaan proyek
antara tim manajemen dengan para Wika, namun juga direspon positif oleh banyak
pekerja sehingga semua permasalahan pihak lain seperti pemasok, pelaku bisnis
dan solusi dalam pelaksanaan konstruksi, dan calon pelanggan dan instansi-
pekerjaan dikomunikasikan dengan instansi pemerintah. Pengembangan Jejaring
baik. Wika menjadi lebih mudah dengan banyaknya
• Rapat koordinasi dilakukan oleh pemasok yang datang menawarkan barang
tim manajemen setiap hari untuk ke Wika dan pelaku bisnis konstruksi lain yang
membahas dan mengambil keputusan- datang untuk menawarkan kerjasama dengan
keputusan strategis terhadap masalah- Wika, termasuk para pelaku bisnis konstruksi
masalah yang sedang dihadapi. dari negara selain Aljazair. Meskipun posisi Wika
Permasalahan-permasalahan yang di Aljazair telah dikenal dan cukup memiliki
berkaitan dengan tenaga kerja “brand image” yang baik namun Wika tetap
dibahas dan dievaluasi secara terus konsisten dengan kebijakan strategi ekspansi
menerus sehingga secara bertahap bisnis luar negerinya yang selektif dan tetap
ditemukan solusi-solusi tepat yang
bisa menciptakan rasa nyaman untuk
bekerja sehingga produktivitas tenaga
kerja terus meningkat.

4.6. Mengembangkan Jejaring untuk


Mendapatkan Mitra dan Pelanggan
Baru
Keunggulan kinerja yang ditunjukkan oleh Wika
ini ternyata tidak hanya direspon oleh pihak

Gambar 7: Penyediaan Makanan di Kantin

mengedepankan langkah prudent, gradual, dan


safe.

Kebijakan tersebut dipakai sebagai rujukan


dalam menentukan mitra dan pelanggan
selanjutnya. Untuk mengembangkan bisnis
konstruksi di Aljazair Wika memilih bekerja sama
dengan salah satu kontraktor lokal yang telah
dikenal dan memiliki kemampuan yang baik
untuk mengisi kekurangan dan kelemahan Wika
di Aljazair. Kerjasama tersebut dilakukan untuk
merebut peluang-peluang bisnis konstruksi
yang lebih besar dan meningkatkan status Wika
dari subkontraktor menjadi kontraktor utama.

Gambar 6: Tenaga Kerja mengikuti Outbond

265 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

Portofolio bisnis ditingkatkan dari infrastruktur


masuk ke bangunan gedung dan industri
beton dan secara bertahap kedepan akan
masuk ke bidang lain termasuk investasi. Proses
pemasaran untuk mendapatkan pelanggan
dilakukan secara aktif melalui bisnis meeting,
pameran, sponsorship dan melalui bantuan
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Aljazair.

4.7 Manfaat yang Diperoleh dari


Ekspor Konstruksi di Aljazair
Pengembangan bisnis konstruksi di Aljazair ini
memberikan manfaat yang banyak baik bagi
perusahaan, pemerintah kedua negara, dan
masyarakat Indonesia diantaranya:
1. Bagi perusahaan
• Mendapatkan profit
• Mendapatkan best practice manajemen
proyek di luar negeri
• Meningkatkan brand image
perusahaan
• Meningkatkan peluang bisnis
perusahaan
• Meningkatkan kinerja perusahaan
Gambar 8: Safety Morning Talk & Toolbox
Meeting

Gambar 9: Tim Manajemen Proyek Wika di Aljazair

266
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE ALJAZAIR

2. Bagi Pemerintah Indonesia 4. Bagi Masyarakat Indonesia


• Mendapatkan tambahan devisa • Mendapatkan peluang pekerjaan dan
• Meningkatkan peluang pekerjaan bagi penghasilan
warga negara Indonesia • Mendapatkan pengalaman pekerjaan
• Meningkatkan pendapatan pajak di luar negeri
negara • Menambah pengetahuan dan
• Mempererat hubungan bilateral ketrampilan
• Membuka peluang bisnis dan • Membantu terciptanya lintas budaya
kerjasama antar perusahaan (cross culture).
3. Bagi Pemerintah dan masyarakat Aljazair
• Meningkatkan peluang pekerjaan bagi 4.8 Menuju Perusahaan Konstruksi di
warga negara Aljazair Tingkat Regional
• Meningkatkan pendapatan pajak Berbekal dengan pengalaman di Aljazair
negara tersebut, perseroan kini mengembangkan
• Mendapatkan manfaat transfer sayap usahanya ke beberapa Negara yang
pengetahuan, teknologi, dan lintas prospektif. Negara yang saat ini ditangani
budaya (cross culture) mencakup ASEAN, Middle East dan Afrika.
• Meningkatkan hubungan bilateral

Gambar 10: Kebersamaan Pekerja Indonesia dan Pekerja Aljazair

267 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL

Gambar 11: Pegawai Aljazair Ikut Lomba


PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Pembelajaran Ekspor Konstruksi


Ke Timor Leste
Robin Hasiholan
General Manager Project PT. Pembangunan Perumahan

Proyek pembangunan Gedung Kementerian Keuangan ini merupakan


proyek pertama PT PP (Persero) Tbk di Timor-Leste yang sekaligus menjadi
proyek gedung terbesar dan tertinggi di Negara Timor-Leste. Melalui tender
internasional yang bersifat terbuka yang diikuti oleh beberapa kontraktor
asing ini, PT PP (Persero) Tbk keluar sebagai pemenang untuk melaksanakan
pembangunan proyek tersebut. Berbeda dengan kondisi bumi Timor Lorosae
(sebutan sebelum merdeka dari Pemerintah RI), Timor-Leste saat ini menjadi
negara yang sedang gencar melakukan pembangunan infrastruktur.

Berdiri diatas lahan seluas 20.516 m², Gedung Kementerian Keuangan ini
dibangun dengan konsep Green Building dengan rencana target meraih
predikat Gold. Gedung Kementerian Keuangan ini terdiri dari tiga bangunan
utama, yaitu Multifunction Building setinggi 2 lantai, Office Building dengan
ketinggian 12 lantai termasuk mezzanine, dan cafetaria building setinggi 2
lantai.

IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION


Sesuai komitmen perusahaan sebagai pelopor green construction oleh
karena itu pada setiap proyek mengimplementasikan green program yang
ada di lapangan termasuk pada proyek Gedung Kementerian Keuangan
Timor Leste. Implementasi Green construction yang dilakukan pada proyek
ini adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan pengujian kebisingan, pengujian getaran, pengujian air
sebelum keluar menuju saluran air.
2. Pemanfaatan limbah besi menjadi barang yang bisa digunakan seperti
rak sepatu, rak galon, dll.
3. Meminimalisir penggunaan kayu dengan penggunaan bekisting ramah
lingkungan.
4. Biopori pada lokasi proyek.
5. Dilakukan Zonasi untuk mengurangi trip kendaraan.
6. Pancang tidak menimbulkan polusi udara.

268
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Gambar 4.1 Implementasi Green Construction

INOVASI GREEN CONSTRUCTION biaya pelaksanaan. Untuk inovasi pemanfaatan


Pada proyek ini kami melakukan berbagai hollow sisa digunakan untuk kolom praktis dan
inovasi untuk mendukung program Green balok praktis. Yang terakhir adalah penggunaan
yang sedang digalakkan oleh PT PP (Persero) tiang pancang bekas yang memiliki keuntungan
Tbk sebagai pioner Green Kontraktor, yaitu mempermudah dalam pengeboran,
dalam upaya 3R (Reduce, Reuse, dan Recyle). mengurangi biaya operasional dan lebih cepat.
Inovasi yang ada pada proyek ini adalah
inovasi bekisting, inovasi pemanfataan IMPLEMENTASI GREEN BUILDING
hollow sisa, penggunaan tiang pancang sisa. Gedung Kementerian Keuangan Timor-Leste
Untuk inovasi bekisting pada proyek ini, kami merupakan Gedung Pertama di Timor-Leste
sedikit melakukan modifikasi pada profil baja yang dirancang dengan konsep Green Building.
yang dipakai dengan mempertimbangkan Sebagaimana kita ketahui secara umum green
pekerjaan permanen lainnya. Dalam hal ini building adalah dirancang, dibangun, dioperasikan,
akan sangat bermanfaat dalam mengurangi dan dipelihara dengan memperhatikan aspek

269 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup: Capping. Hasil tinjauan karakteristik kaca dari
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site menunjukan bahwa kaca tersebut mampu
Development) menyerap panas Ultraviolet sebesar 55%,
2. Efisiensi Energi dan Konservasi (Energy sehingga terjadi penghematan biaya pada
Effeciency & Conservation) penggunaan Air Conditioner dan juga memberi
3. Konservasi Air (Water Conservation) kenyamanan terhadap pengguna yang ada di
4. Sumber dan Siklus Material (Material dalam gedung.
Resources and Cycle)
5. Kualitas Udara & Kenyamanan Ruangan Teknologi sun shading menggunakan
(Indoor Health and Comfort) Aluminium Capping dan didesain khusus melalui
6. Manajemen Lingkungan Bangunan cetakan baru (New Dies) dari manufacture
(Bulding Environmental Management) Indalex. Aluminium Capping berfungsi untuk
Implementasi green building pada perencanaan memantulkan penetrasi sinar matahari yang
bangunan antara lain: akan masuk kedalam gedung. Berikut skematik
kombinasi kedua perangkat Kaca Laminated
SUN SHADING dan Aluminium Capping:
Gedung Kementerian Keuangan ini menjadi
gedung pertama di Timor-Leste yang SISTEM PENDINGIN
menerapkan penggunaan facade kaca UV Salah satu keunggulan Gedung Kementerian
Absorber Laminated Glass dan aluminium Keuangan Timor-Leste ini terletak pada sistem

Gambar 4.2 Skematik UV Absorber Laminated Glass dan Aluminium Caping

270
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

(AHU), pada flexible ducting yang menuju


ke Diffuser dipasang VAV (Variable Air Vent),
sehingga suhu masing-masing ruangan dapat
diatur melalui remote yang menghubungkan
ke VAV.

Bagian sistem pendingin yang lain adalah


menggunakan unit AC dengan teknologi
inverter. Keunggulan tipe pendingin Inverter
adalah sebagai berikut:

a. SISTEM PENDINGIN LEBIH CEPAT


AC inverter akan mendinginkan ruangan
meski kondisi suhu diluar ruangan tinggi.
Dengan teknologi Inverter, pendinginan
Gambar 4.3 Unit Chiller di Lantai Roof dapat dipertahankan meski suhu luar
pendingin. Mesin Chiller sebagai equipment ruangan mencapai 43o C.
utama pendingin pada gedung menggunakan b. SUARA MESIN KOMPRESOR LEBIH HALUS
sistem Variable Speed Drive (VSD). Dengan AC Inverter dapat mengoperasikan
penggunaan teknologi ini berarti jika suhu yang kompresor pada kecepatan rendah
dikehendaki di Air Handling Unit (AHU) yang sehingga suara menjadi lebih halus dan
bekerja di tiap lantai tercapai, maka Compressor menghasilkan efisiensi penggunaan daya
Chiller akan mati secara otomatis. Berikut yang tinggi dibanding AC konvensional.
visualisasi Chiller yang digunakan: Perbedaan antara AC konvensional dengan
AC inverter terlihat pada tabel berikut ini.
Sedangkan untuk pendingin di ruangan- c. LEBIH HEMAT ENERGI
ruangan yang berasal dari Air Handling Unit Teknologi Inverter merupakan sirkuit

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Kecepatan


Pendinginan AC Konvensional dengan AC Inverter

271 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Tabel 4.1 Perbandingan antara AC Inverter dan AC Konvensional

elektronik yang digunakan untuk intensitas cahaya lampu dapat diatur otomatis
mengubah voltase dari arus bolak-balik tergantung tingkat cahaya diluar. Berikut skema
AC ke arus searah DC, mampu mengontrol sistem penerangan tersebut dan visualisasi
beban induktif pada motor dan kompresor penerangan sebelum Motion Sensor dan Lux
serta mampu mengontrol konsumsi energi sensor diaktifkan dengan setelah diaktifkan.
yang dikeluarkan sesuai kondisi beban
pendinginan. SISTEM PENERANGAN AREA TAMAN DAN
JALAN
SISTEM PENERANGAN Sistem penerangan lain yang diterapkan lampu
Sistem Penerangan pada area koridor dan taman pada gedung ini menggunakan lampu
ruang kerja menggunakan Teknologi Motion LED Solar Cell, yaitu lampu yang menggunakan
Sensor dan Lux Sensor, sehingga bila dideteksi tenaga sinar matahari sebagai sumber tenaga.
tidak ada pergerakan orang maka lampu akan Berikut keunggulan Solar Cell:
mati dan sebaliknya akan menyala secara SISTEM PENGELOLAAN AIR HUJAN
otomatis bila ada pergerakan. Disamping itu, DAN AIR KOTOR

Gambar 4.5 Skema Sistem Penerangan Inteligent System

272
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Tabel 4.2 Perbandingan antara AC Inverter dan AC Konvensional

Keunggulan Keterangan

Ramah Lingkungan dan Tidak Tenaga surya tidak melepaskan karbondioksida, sulfur dioksida, nitrogen
Menimbulkan Polusi oksida atau merkuri ke atmosfir. Tidak membakar bahan bakar dan tidak
menghasilkan emisi.

Low Maintenance Sumber energi mengandalkan tenaga surya tanpa harus intensif mengecek
kondisi unit lampu.

Hemat Biaya Operasional Gedung Berbekal investasi awal, kelanjutan penggunaan tidak menambah tagihan
listrik operasional gedung.

Sistem pengelolaan air hujan


1. Passport
Pada sistem ini air hujan ditampung dalam
Pengurusan passport menjadi sulit
Ground Water Tank di area Basement dan
dikarenakan ketidaksesuaian data nama
dimanfaatkan sebagai sumber air perangkat
pekerja dan tanggal lahir pekerja pada 3
hydrant untuk mengoptimalkan bila pada
(tiga) syarat minimal pengurusan passport,
saat terjadi kebakaran. Selain itu juga dapat
yaitu KTP (Kartu Tanda Pengenal), KK (Kartu
mencegah banjir dan mengurangi pencemaran
Keluarga), dan Akte Kelahiran.
tanah. Gedung ini juga dilengkapi dengan
pemasangan sumur-sumur resapan di beberapa
2. Kecemburuan Sosial
tempat.
Kecemburuan sosial oleh warga lokal
terhadap jumlah pekerja Indonesia yang
Sistem pengelolaan air kotor
bekerja di proyek. Hal ini menyebabkan
Sistem pengelolaan air kotor menggunakan
jumlah tenaga kerja yang awalnya kita
Biotech STP yang mampu mengubah air
targetkan hanya 20% dari total jumlah
kotor menjadi air bersih dan digunakan untuk
seluruh tenaga kerja (sesuai dengan
penyiraman tanaman. Dengan sistem ini air
Local Development Statement) naik
yang masuk ke saluran drainase kota tidak
hingga hampir 50% atau sekitar 180
mengandung limbah yang dapat merusak
tenaga kerja. Selain itu para tenaga kerja
lingkungan.
lokal juga tak jarang melakukan aksi
demonstrasi untuk meminta kenaikan
PERMASALAHAN PROYEK DAN UPAYA
gaji berdasarkan peraturan yang mereka
PENYELESAIAN
yakini saat itu. Kebiasaan mereka dijadikan
Permasalahan tenaga kerja
sebagai peraturan yang sah dalam hal
Pengurusan tenaga kerja pada proyek dalam
ketenagakerjaan, hingga pada akhirnya
negeri dengan luar negeri sangatlah berbeda.
kami meminta pernyataan kepada pihak
Negara tujuan pengiriman bukanlah negara
pemilik proyek (Kementerian Keuangan
yang sudah aman dan mempunyai peraturan
Timor-Leste) untuk membuat peraturan
ketenagakerjaan serta keimigrasian yang sudah
ketenagakerjaan yang berlaku di Proyek ini.
mapan seperti pada negara-negara ASEAN pada
Adapun peraturan tersebut adalah seperti
umumnya. Permasalahan yang dialami adalah
gambar berikut ini:
sebagai berikut:

273 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Gambar 4.6 Peraturan Ketenagakerjaan di Timor Leste

. Pengurusan Visa Special Stay persyaratan pekerja tidak ikut terdaftar


Pengurusan ketenagakerjaan di Dili dalam visa kerja hanya untuk karyawan
tidaklah sama dengan pengurusan saja. Karena banyaknya persyaratan yang
ketenagakerjaan di Negara lain seperti harus dilengkapi dan hubungan baik PT PP
Arab Saudi, Malaysia dll. Khususnya di (Persero) Tbk dengan KBRI dan Pemerintah
proyek ini, sebelum membuat KTKLN kita Timor-Leste, maka pemerintah Timor-Leste
harus punya dulu yang namanya Visa Kerja. dan KBRI bersedia membantu memberikan
Syarat dalam membuat visa kerja adalah solusi agar proyek ini tetap berjalan, yakni
harus mendaftarkan perusahaan terlebih dengan memberikan “Special Stay” yang
dahulu di Timor-Leste dan itupun dengan berlaku hanya untuk proyek pembangunan

274
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Gedung Kementerian Keuangan saja, tidak pengiriman kayu sering mengalami kegagalan.
untuk proyek PT PP (Persero) Tbk lainnya. Dokumen yang harus dipenuhi adalah sebagai
berikut:
MASALAH SOSIAL DAN KEAMANAN 1. Endorsement dari Badan Revitalisasi
Ada beberapa masalah sosial dan keamanan Industri Kehutanan
yang terjadi di proyek ini yaitu: Surat Pengesahan untuk Export Produk
1. Keamanan Terganggu Industri Kehutanan yang dikeluarkan oleh
Petugas keamanan outsourcing terbaik Badan Revitalisasi Industri Kehutanan.
kurang mampu menjalankan tugasnya Outputnya adalah Nomor Pengesahan yang
dalam menjaga keamanan proyek. Hal ini harus dicantumkan dalam Permohonan
membuktikan bahwa kondisi keamanan Export Barang (PEB). Berlaku hanya untuk
didalam proyek sangat buruk. 1 (satu) PEB. Masa Berlaku 30 hari. Volume
2. Demonstrasi Warga Lokal harus sama atau lebih kecil dalam dokumen
Tingginya angka pengangguran di Dili PEB.
berdampak sampai ke proyek. Kerap kali 2. Endorsement dari Badan Revitalisasi
warga lokal datang berdemonstrasi ke Industri Kehutanan
proyek untuk mendapat pekerjaan. Hal Surat Ijin Export atau Surat Ijin Usaha
ini dirasakan mengancam keamanan dan Industri bagi Pabrik pengolah kayu yang
keselamatan tenaga kerja yang berasal dari dikeluarkan oleh Dirjen Perdagangan
Indonesia. Penanganan yang kami lakukan Luar Negeri – Kementerian Perdagangan.
adalah melaporkan setiap insiden kepada Perusahaan Pemohon harus mempunyai
pihak Owner. Dokumen Perijinan dari Departemen
3. Ancaman untuk Orang Indonesia Kehutanan untuk: Kayu Olahan, Panel kayu
Adanya kecemburuan sosial diantara sekunder, Veneer, Plywood dan LVL. Masa
tenaga kerja lokal terhadap tenaga kerja berlaku 1 (satu) tahun. ETPIK ini terdaftar
yang berasal dari Indonesia, membuat juga di:
tenaga kerja dari Indonesia ketakutan. 1. Dirjen Industri Agro, Kementerian
Oleh karena itu, tidak jarang tenaga kerja Perindustrian
Indonesia mendapat ancaman dari warga 2. Dirjen Bea Dan Cukai, Kementerian
lokal seperti pelemparan batu ke bedeng Keuangan
pekerja, ancaman untuk mogok bekerja 3. Biaya Pengurusan
dan lain sebagainya yang membuat tenaga Bagi Perusahaan yang sudah terdaftar tidak
kerja Indonesia merasa tidak nyaman dalam mengeluarkan biaya pengurusan dokumen
bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut, Tim eksport (sudah tercover dalam harga satuan
melaporkan kepada pihak owner yang pada kayu olahan), sedangkan bagi Perusahaan
akhirnya pihak owner meminta kepada Perantara yang tidak memiliki dokumen
kepala kepolisian di Timor-Leste untuk tersebut maka berpotensi menambah biaya
menempatkan personil menjaga keamanan pengurusan yaitu ± Rp 3 juta/container.
proyek. Apabila FAKO expired, maka Perusahaan
pengirim barang akan dikenai biaya senilai
KESULITAN PENGIRIMAN MATERIAL KAYU PPN Invoice dan ini akan berulang bila
Pengiriman kayu dan hasil kayu olahan terjadi keterlambatan pengiriman. Salah
(plywood) tidak semudah seperti di Indonesia, satu solusi yang ditawarkan Team Proyek
kompleksnya pengurusan dokumen ekspor adalah pada saat dokumen sudah siap
yang memiliki batas expired dengan schedule sementara Schedule Kapal meleset, maka
kapal ke Dili yang tidak tentu membuat harus segera diurus ke Bea Cukai sampai

275 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

terbitnya Nota Pelayanan Ekspor (NPE) untuk kondisi khusus tanaman mulai dapat diproses
menghindari Batasan Expired FAKO. Kondisi berawal dari pemberian Surat Rekomendasi
yang ideal adalah sebaiknya FAKO terbit dari Kementerian Keuangan lalu persetujuan
mendekati schedule Bongkar Muat Kapal dari Kementerian Pertanian, Kementerian
(dalam masa berlakunya FAKO). Disarankan Kehutanan, dan Badan Karantina Timor-Leste
menggunakan supplier kayu satu lokasi sehingga tanaman dapat diinspeksi oleh
dengan pelabuhan pengirim, sehingga bila Petugas Karantina di Perbatasan untuk diizinkan
terjadi Expired FAKO bisa diperpanjang di masuk dengan melalui prosedur perizinan
Dinas Kehutanan Setempat. dan pemeriksaan tanaman di perbatasan.
Berdasarkan evaluasi dilapangan proses
TANAMAN memakan waktu 2-3 bulan setelah itu baru
Lingkup pekerjaan Proyek Gedung Keuangan tanaman dapat lewat perbatasan.
Timor-Leste meliputi pekerjaan Landscape
dengan species tanaman lebih dari 20 jenis Permasalahan lain yang terjadi adalah dengan
dengan luasan landscape ± 5000 m². Dari survey adanya perlakuan pemeriksaan tanaman melalui
dilapangan menunjukan hampir seluruh species cara pembersihan tanah dari akar tanaman
yang diminta dalam kontrak tidak tersedia di mengingat tanah dari luar tidak diijinkan masuk
Timor-Leste sehingga harus dilakukan impor ke Timor-Leste dan penyemprotan pestisida
dari Indonesia. Namun berdasarkan dari Regulasi keseluruh bagian tanaman, hal ini menyebabkan
Karantina Timor-Leste menyebutkan bahwa tanaman yang dikirim mati hingga 50%.
impor tanaman hidup untuk kepentingan Disamping itu juga schedule inspeksi yang
pribadi, , dan organisasi tidak diijinkan oleh belum pasti, sementara tanaman sudah di atas
pemerintah Timor-Leste. truk di perbatasan yang membuat tanaman
banyak yang mati. Untuk penanganannya
Melalui keterlibatan Owner, akhirnya dengan diambil langkah sebagai berikut:

Pembersihan Akar dari Tanah Oleh Petugas Pemeriksaan Pestisida Pembersih Akar

Penyemprotan Pestisida Pemuatan tanaman dari Karantina ke Custom

Gambar 4.7 Foto Proses Pengiriman Tanaman di Perbatasan

276
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

1. Spare volume tanaman yang dikirim proyek (berkisar $730.000). Namun, nilai PPh
ditambahkan menjadi 35-45% Final Konstruksi dapat kembali ke 2% bila
2. Dibuat lahan Nursery diperbatasan baik sudah teregistrasi sebagai perusahaan di Timor-
di Atambua (Indonesia) maupun Mota Leste, sehingga diputuskan untuk mendirikan
Ain (Timor-Leste) untuk perawatan dan representatif PT PP (Persero) Tbk di Timor-Leste.
pembibitan tanaman sebelum inspeksi Proses pendirian perusahaan dapat dilihat pada
tanaman maupun setelah melalui Flow Chart Gambar 4.8.
perbatasan.
Dengan terdaftarnya PT PP (Persero) Tbk
PERMASALAHAN PERPAJAKAN di Timor-Leste, pengenaan Witholding Tax
Diawal pelaksanaan proyek Gedung (PPh Final Konstruksi) kembali ke 2% sudah
Kementerian Keuangan, PT PP (Persero) Tbk diterapkan hingga Interm Payment ke-14.
masih menjalankan proyek dengan status Proyek pembangunan Gedung Kementerian
sebagai Perusahaan Asing yang bekerja di Timor- Keuangan ini berhasil menjadi salah satu kinerja
Leste. Permasalahan muncul setelah pencairan terbaik di Timor Leste dengan mendapatkan
Interm Payment ke-3 dan ke-4, perusahaan beberapa testimoni yang baik diantaranya dari
dipotong pajak PPh Final sebesar 10% dari Uang Menteri BUMN Indonesia, dan penghargaan
Muka s.d Termin ke-4 tanpa pemberitahuan “1 Juta Jam Kerja Tanpa Kecelakaan” dari
apapun, lebih besar 8% dari perhitungan Kementerian Keuangan Timor-Leste.

Gambar 4.8 Flow Chart Pendirian Perusahaan

277 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Gambar 4.9 Testimonial oleh Menteri BUMN, Dahlan Iskan

278
PEMBELAJARAN EKSPOR KONSTRUKSI KE TIMOR LESTE

Gambar 4.10 Penghargaan 1 Juta Jam Kerja tanpa Kecelakaan

279 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KARAKTERISTIK PROYEK DI LUAR NEGERI

Karakteristik Proyek Di Luar Negeri


Gunadi
Branch Manager PT. Waskita Karya Malaysia

1. Orientasi Perusahaan Di Luar Alhamid) dengan pak Alwi Shihab


Negeri atau manajemen Waskita sangat baik
PT. Waskita Karya melakukan ekspansi dan akan sangat mendukung proses
ke luar negeri dengan orientasi sebagai keputusan manajemen yang ada
berikut : dibawahnya. Sehingga bila terdapat
• Mempertahankan pasar yang ada, saat masalah berat diharapkan tidak
ini pasar konstruksinya adalah dengan semua harus masuk ke wilayah hukum
menjadi subkon Bin Ladin. setempat atau kondisi-kondisi kontrak
• Mengharapkan pertumbuhan laba yang kaku. Pekerjaan Struktur pada
yang signifikan seiring dengan Perusahaan Saudi Bin Ladin Group
penjualan yang semakin tinggi. Company divisi PBAD.
• Meningkatkan kemampuan • Bin Ladin adalah penguasa 70% pangsa
manajemen dalam mengelola sumber pasar Proyek Pemerintah Arab Saudi
daya yang ada dengan nilai kontrak diatas 10 Milyar
• Membantu pemerintah dalam USD per tahun.
menyalurkan sumber tenaga (TKI) dan • Harga yang relatif lebih tinggi (2.5x)
meningkatkan devisa negara. dari harga Indonesia, sehingga dengan
• Menjadi Sub Kontraktor yang realible mengerjakan volume yang sama
di Timur Tengah dengan melaksanakan mendapat pendapatan usaha yang
pekerjaan full scope. 2,5x lebih besar.
• Menjadi MainCon dengan owner • Kontribusi untuk negara Indonesia
swasta. melalui pemanfaatan SDM dan TKI
yang semakin berpengalaman dan
2. Pasar Luar Negeri berkualitas.
Mengenai pasar luar negeri, saat • Dapat berkompetisi dengan bangsa
ini PT. Waskita Karya masih fokus lain melalui pekerjaan kostruksi.
mempertahankan dan meningkatkan • Masalah pembayaran termin selama
pasar di Timur Tengah dan dalam tahun ini relatif lancar, kecuali pembayaran
ini merencanakan untuk ekspansi ke retensi yang selalu dikaitkan dengan
Malaysia dan Timor Leste, berikut beberapa back to back, demikian halnya
hal yang terkait permasalahan marketing: dengan standar keberterimaan
• Saat ini, kebijakaan direksi menetapkan semua mengacu kepada persetujuan
bahwa pemasaran di Timur Tengah konsultan/engineer atau owner.
cukup dengan Bin Ladin, hal ini
terkait dengan kultur Timur Tengah 3. Proyek yang sudah dikerjakan
bahwa hubungan baik antar pimpinan Beberapa proyek yang sudah dan masih
atau pemilik usaha (Mr. Abu Bakr dikerjakan oleh PT. Waskita Karya:
• BURJ VIEW – DUBAI UEA (2007)
• LEGEND PLAZA – DUBAI UEA (2008)
• ABU DHABI FINANCIAL CENTRE –

280
KARAKTERISTIK PROYEK DI LUAR NEGERI

ABUDHADI UEA (2008) • Aplikasi Block Visa, adapun syarat–


• KING SAUD UNIVERSITY PROJECT – syarat pengajuannya adalah:
RIYADH KSA (2009 - 2010) o Kontrak
• KING ABDULLAH FINANCIAL CENTRE, o Bank Account
PARCEL 2.11 - RIYADH (2010) o Anggota KADIN Negara
• KING ABDULLAH FINANCIAL CENTRE, setempat
PARCEL 2.12 - RIYADH (2011) o Contractor Grade
• KING ABDULLAH FINANCIAL CENTRE, o Member Asosiasi
PARCEL 1.09 - RIYADH (2012) o Akomodasi
• KING ABDULLAH INCREASING MATAF b. Block Visa
CAPACITY – MEKKAH (2013-Now) Merupakan Visa yang nantinya akan
• DECK SLAB OF ELEVATED ROAD BRIDGES digunakan untuk mengirimkan TKI ke
KAIA – JEDDAH (2013-Now) negara yang dituju, visa tersebut harus
disetujui oleh:
4. Alur Proses Pekerjaan di Luar • Kontraktor
Negeri Dalam hal ini, kontraktor melakukan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan recruitment pekerja yang memiliki
dalam proses pekerjaan diluar negeri: skill yang dibutuhkan dan
a. Licence melakukan tanda tangan Kontrak
Penerbitan licence dilakukan oleh Kerja dengan Kontraktor dan PJTKI
negara/government setempat, setelah yang disetujui Depnaker.
perusahaan melengkapi syarat-syarat • PJTKI
yang telah ditentukan. Di PJTKI ada proses lanjutan bagi
Licence dipergunakan untuk: calon pekerja yang lolos test skill,
• Membuka rekening tabungan di antara lain: Medical Check Up,
negara setempat. Passport, Aplikasi KBSA, Depnaker,
• Tenancy Contract/Office. Ticket Trip & Insurance.
• Purchasing Agreement & • DEPNAKER
Procurement Activities. • Kedutaan Besar Negara yang dituju

281 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KARAKTERISTIK PROYEK DI LUAR NEGERI

Tambahan catatan, sesampainya TKI bidang HSE, Safety, Quality, QS, dan lain
tersebut di negara yang dituju ada lain.
beberapa cost tambahan yang harus • Untuk menuju Industri Konstruksi
disiapkan oleh Kontraktor yaitu: Internasional, maka Konsultan nasional
• Medical Check Up harus lebih aktif mengikuti tender-
• Pembuatan Iqoma (Saudi)/ tender internasional.
Working Permit ID
• Insurance sesuai negara setempat 6. Alasan PT. Waskita Karya saat ini
menjadi Subkon
c. Pelaksanaan Pekerjaan • Sesuai kualifikasi yang diberikan
Pada awal proses Pelaksanaan Proyek, Otoritas setempat (KSA dan UAE).
umumnya hampir sama dengan di • Tidak perlu tender dengan biaya yang
Indonesia yaitu membuat beberapa mahal, modal yang dikeluarkan relatif
Jaminan yang diterbitkan oleh Local kecil.
Bank: • Karakter client (main contractor) yang
• Performance Bond sudah diketahui.
• Bank Guarantee / Advance • Resiko pengadaan material, SDM, dan
Payment tenaga kerja kecil meskipun margin
• CAR / TP (Laba Kotor) juga rendah +/-10 %.
• Bila ingin meningkatkan laba dengan
d. Jenis Kontrak, umumnya menggunakan cara peningkatan volume penjualan
FIDIC yang telah dimodifikasi dan (PU).
disesuaikan dengan kondisi negara
setempat. 7. Alasan PT. Waskita Karya saat ini
e. Pada Pelaksanaan Proyek, Kontraktor hanya mengerjakan Pekerjaan
tetap menyiapkan hal – hal Struktur di Timur Tengah
sebagaimana umumnya proyek • Pekerjaan sudah 100% dikuasai,
berlangsung: dengan standar keberterimaan tinggi
• Drawing & Spesifikasi (Amerika – Eropa).
• Working Method • Sumber daya tersedia dan mudah
• Approval Material & Sample didapat dan tidak banyak pesaing
• Quality Plan pada pekerjaan ini.
• Safety Plan • Menyerap banyak tenaga kerja
• Traffic Management (membantu pemerintah mengurangi
• Schedule/Milestone (S Curve, pengangguran).
Manpower, Equipment, Material) • Suplai material utama (besi dan beton)
mengikuti kontrak main contractor
5. Hal-hal yang perlu dibantu sehingga harga stabil.
oleh Pemerintah Indonesia • Sudah banyak berinvestasi di peralatan
agar perusahaan nasional bisa formwork/scaffolding.
bersaing di dunia internasional
• Sertifikasi Engineer, Surveyor, Skill 8. Permasalahan dan Tantangan
Labour, Operator Alat-alat Berat yang dihadapi saat bekerja di
atau sejenis, dibuat dalam Standar Timur Tengah
Internasional dan dalam 2 bahasa a. Lingkungan Kerja
(Inggris dan Indonesia) • Bekerja pada cuaca yang tidak
• Bank-bank dibuat sedemikian rupa sama dengan di Indonesia suhu
sehingga bisa bersaing dalam segi berubah dari 5 – 45 derajat
pembiayaan dengan Bank Internasional celcius, kelembaban dari 10 – 70%.
• Mencetak engineer-engineer pada • Bekerja dilingkungan dengan

282
KARAKTERISTIK PROYEK DI LUAR NEGERI

aturan yang berbeda dan bekerja Proyek yang berjalan kosong


bersama bangsa lain seperti India, pekerja, diperlukan adanya re-
Philipina, Pakistan, Bangladesh, generasi pekerja yang tepat waktu.
Turki, Palestine, Jordan, Mesir dan Dimana perekrutan calon TKI ini
UK bahkan USA. berkesinambungan terus berjalan
• Standar kerja yang tinggi (proses, sebelum masa 2 tahun kontrak
hasil kerja, safety dll) sekelas Eropa berakhir.
– Amerika. • Re-generasi pekerja di kota-kota
Indonesia selalu di barengi dengan
b. Tenaga Kerja pemilihan satu mandor dalam satu
• Sampai dengan saat ini PT. Waskita kelompok (per 30 orang), agar
Karya masih mengandalkan komando kemimpinan di proyek
sumber tenaga kerja dari Indonesia bisa berjalan lancar.
(TKI) tujuannya adalah bahwa • Diberikan perangsang dengan
produktivitas kerja telah diketahui, menaikkan upah 10-15% bagi
asal usulnya jelas, mudah TKI lama untuk yang menyetujui
berkomunikasi dan membantu kontrak baru.
pemerintah dalam mendorong • Berkaitan dengan kontrak per 2
pemasukan devisa negara. Namun tahun pekerja, menimbulkan biaya
disisi lain penggunaan TKI ke tinggi untuk pengadaan blok Visa,
Timur Tengah kurang kompetitif working permit, biaya mobilisasi/
bila ditinjau dari letak geografis demobilisasi, sehingga diperlukan
dibanding tenaga kerja asal India, pemasaran yang handal agar tidak
Pakistan dan Bangladesh, sehingga ada idle proyek di suatu kurun
diperlukan biaya mobilisasi relatif waktu.
besar. • Karena TKI digaji bulanan,
• Latar belakang TKI juga memiliki pelaksana harus mampu
kultur yang berbeda-beda, seperti melakukan/memberikan komando
Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa langsung terhadap pekerja
Barat atau Lombok. Untuk TKI asal dibawah kendalinya untuk
Jawa Timur memang memiliki menjaga produktivitas kerja tetap
karakter lebih keras dibandingkan tinggi.
dengan yang berasal dari wilayah • Mewajibkan lembur (minimal 2
lainnya, walaupun demikian jam setiap hari)
mereka tetap terampil dan cekatan • Menerapkan sistem absen
dalam bekerja, guna menghindari yang ketat dan memberikan
dominasi salah satu kelompok, kesempatan untuk kerja borongan
dalam pemilihan asal TKI harus di dengan target.
mixed. • Manajemen proyek melakukan
• Penerapan peraturan sesuai evaluasi berkala dan menerapkan
peraturan yang berlaku di negara Merit dan Penalty bagi pekerja
setempat, agar terkondisikan secara konsisten setiap bulan.
pekerja bisa paham benar • Memberikan akomodasi,
peraturan yang berlaku. transportasi, pakaian/APD, dan
• Tenaga kerja yang selesai kontrak makanan yang baik serta gaji tepat
(dalam 2 tahun) ada yang waktu.
meneruskan dengan perjanjian
kontrak baru, ada yang tidak. c. Mess Karyawan & Labour Camp
Untuk menghindari kondisi • Mess karyawan harus dicari dimana

283 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
KARAKTERISTIK PROYEK DI LUAR NEGERI

area bukan merupakan family area, pengadaan dan kaku, oleh karena
karena umumnya masyarakat itu harus diyakini benar setiap
GCC sangat sensitif terhadap pembayaran cek mundur harus
masalah kebisingan dan gangguan mencukupi saldonya, karena bila
hunian bachelor atau warga tanpa sampai terjadi cek kosong bisa
membawa keluarga, karena bila dianggap penipuan dan subyek
ada tetangga melaporkan ke pihak hukum dan membahayakan Trade
kepolisian karena tidak senang License.
maka kontrak dapat saja diputus • Menyewa lahan kosong di Riyadh
dan harus segera pindah. Demikian sebagai tempat penyimpanan
juga dengan Labor Camp. material dan peralatan.
• Untuk Dubai dan Abu Dhabi lokasi
peruntukan labor camp sudah 9. Rencana Ke Depan
jelas sehingga aman dari klaim • Menguasai skup pekerjaan yang lebih
warga sekitar. Namun untuk KSA luas, tidak hanya sekedar pekerjaan
hal ini belum ada aturan yang baku Struktur, konsekuensinya Waskita juga
sehingga kita sendiri yang harus harus menyiapkan modal lebih besar
pilih-pilih lokasi yang aman dan untuk target jangka panjang sehingga
terukur waktu tempuh ke lokasi resiko yang dihadapi juga lebih besar.
proyek. Selain menyewa gedung • Apabila Waskita ingin menaikkan target
yang sudah ada dapat pula baik laba maupun penjualan, maka
dilakukan dengan menyewa tanah harus berani berinvestasi di bidang
terbuka menggunakan porta cabin peralatan, pembelian-pembelian
dengan menambah akses, instalasi material secara langsung
air listrik dan sewage.
• Di beberapa kontrak proyek, labor Bersamaan dengan keberanian
camp pekerja dan transportasi berinvestasi, Waskita juga harus mulai
disediakan oleh main contractor. melepaskan diri dari ketergantungan
SDM dari Indonesia dan ketergantungan
d. Pengadaan Material dan Peralatan pengadaan labour hanya dari TKI.
Proyek Pengadaan SDM dapat dilakukan
• Pengadaan material konstruksi dengan meng-hire dari sumber-sumber
seperti beton, besi dan yang ada secara internasional begitu
bekisting tidak sulit, hanya cara pula dengan labours seperti dari:
pembayarannya saja biasanya India, Philipina, Pakistan, Bangladesh
harus tepat waktu, atau dengan dan Nepal (negara-negara tersebut
pembayaran cek mundur dari merupakan supplier utama pekerja di
setiap tagihan. Timur Tengah).
• Peralatan baik alat berat maupun • Ekspansi ke negara-negara ASEAN dan
ringan untuk area GCC countries sekitarnya, dengan dasar pengalaman
masih terkonsentrasi di Dubai, di Timur Tengah.
sehingga pengadaan alat akan
lebih mudah pesan dari Dubai, Demikian yang dapat kami sampaikan terkait
namun untuk peralatan ringan Karakteristik Proyek di Luar Negeri berdasarkan
di GCC tidak sulit didapatkan. pengalaman PT. Waskita Karya.
Cara pembayaran sesuai kontrak

284
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

Pembelajaran Dari Pengembangan


Beton Pracetak Di Luar Negeri
Sila Agung Widyantoro
Bussiness Development Manager PT. Wijaya Karya Beton, Tbk
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. atau yang dikenal dengan WIKA merupakan salah
satu perusahaan BUMN konstruksi terkemuka di Indonesia. PT Wijaya Karya
(WIKA) terus berinovasi dan secara perlahan berubah menjadi perusahaan
EPC dan Investasi yang terintegrasi. Pertumbuhan berkesinambungan WIKA
yang telah berdiri sejak 54 tahun yang lalu merupakan suatu cerita sukses yang
merefleksikan komitmen tinggi dan usaha kerja keras.

Sejalan dengan Visi WIKA yaitu “Menjadi salah satu perusahaan terbaik
di bidang Engineering Procurement dan Construction (EPC) dan Investasi
terintegrasi di Asia Tenggara” dan Misi WIKA khususnya “Ekspansi Strategis
Keluar Negeri”, WIKA terus mengembangkan sayapnya tidak hanya pada pasar
domestik tetapi juga pasar luar negeri. Strategi Pasar Selektif yang dilakukan
oleh WIKA merujuk pada pasar yang terpilih. Untuk pasar luar negeri, WIKA
memfokuskan diri pada pasar yang sudah dikuasai.

Salah satu teknologi dan pasar yang sangat dikuasai WIKA adalah beton pra-
cetak yang dijalankan oleh salah satu anak perusahaannya yaitu PT Wijaya
Karya Beton (Persero) Tbk. (WIKA BETON). WIKA Beton yang telah berdiri
sejak 11 Maret 1997, merupakan perluasan WIKA di bidang industri beton
pracetak. WIKA telah memulai konsentrasi pada industri beton pracetak di
tahun 1977 dengan mengembangkan produk beton pracetak untuk teras
perumahan. Didirikan untuk mengantisipasi rencana pembangunan dan
proyek-proyek infrastruktur yang muncul.

WIKA Beton telah melakukan pengembangan produk seperti pre-stressed tiang


beton untuk jalur distribusi listrik dan tumpukan PC, kemu­dian diikuti oleh
produk lain, misalnya, saluran terbuka beton, beton tidur kereta api, jembatan
gelagar, turap, pipa, lembaran platform dan bangunan komponen yang telah
diterap­kan di berbagai macam proyek. Produk-produk tersebut muncul di
waktu yang tepat dan berhasil menjadi produk terkemuka di pasar.
Saat ini, WIKA Beton telah memiliki 8 pabrik di seluruh Indonesia, seperti
di Sumatera Utara, Lampung, Bogor, Karawang, Majalengka, Boyolali,
Pasuruan dan Sulawesi Selatan.

285 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

WIKA Beton pun telah menjadi produsen dan Indonesia yang dimiliki oleh 20 perusahaan
pemimpin pasar utama produk beton pra-cetak dengan total kapasitas produksi 5,2 juta ton
di Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan per tahun dan sekitar 89,3% total kapasitas
pada MARS Report, Januari 2014, sebagai didominasi oleh 9 perusahaan.
berikut: • WIKA Beton memiliki kapasitas produksi
• Terdapat 28% pabrik beton precast di

Produk WIKA Beton

Bussiness Development Manager PT. Wijaya Karya Beton, Tbk

286
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

terbesar yaitu 38,6% total kapasitas diharapkan dapat menjadi informasi bersama
produksi di Indonesia atau ekivalen dengan dalam konsolidasi industri konstruksi Indonesia
2 juta ton per tahun guna memanfaatkan peluang pasar ASEAN dan
• Market share WIKA Beton diperkirakan global.
42,7% pada tahun 2013
1. Pembelajaran Pengembangan Beton
Keunggulan produk beton pracetak yang utama Pracetak di Aljazair
dalam bidang konstruksi adalah kualitas yang Aljazair merupakan negara yang terletak
lebih baik, penyelesaian waktu konstruksi yang di benua Afrika bagian utara dan termasuk
lebih cepat dan biaya yang lebih kompetitif jazirah Arab, dimana sebagian besar
disamping beberapa keunggulan lainnya. wilayahnya berada di bagian selatan
Secara universal, penggunaan beton pracetak berupa padang pasir (gurun Sahara), dan
sangat beragam dan ada kaitannya dengan pada sisi timur berbatasan dengan negara
kebijakan, peraturan dan tingkat pemahaman Tunisia dan pada sisi barat berbatasan
pelaku konstruksi di suatu negara. Penggunaan dengan negara Maroko, sedangkan pada
material beton pracetak di beberapa Negara sisi utaranya adalah laut Mediterania yang
yang digunakan pada material konstruksi memisahkan dengan dataran Eropa. Aljazair
berkisar antara 15%-60%, tergantung dari merupakan negara bekas jajahan Perancis,
perkembangan infrastruktur dan aturan sehingga bahasa Perancis digunakan
penggunaan Beton Pracetak di negara tersebut. sebagai bahasa nasional disamping bahasa
Pengalaman pengembangan usaha dan Arab.
pengerjaan beton pracetak di luar negeri dapat
menambah kematangan perusahaan dalam Saat ini Aljazair sedang giat dalam
berbisnis konstruksi. melaksanakan pembangunan serta
meningkatkan fasilitas infrastruktur­
nya,
Ada beberapa mekanisme dalam dalam rangka mengejar ketertinggalan­
pengembangan bisnis beton pracetak di luar nya dibandingkan negara-negara
negeri diantaranya: tetangga, karena sebelumnya terhambat
- membangun pabrik beton pracetak di oleh terjadinya perang saudara, sehing­
lokasi pekerjaan. ga praktis baru memasuki tahap pem­
- Beton pracetak diproduksi di Indonesia bangunan pada sekitar akhir abad 20.
untuk selanjutnya diangkut ke lokasi proyek
melalui angkutan laut.

Negara-negara yang pernah bekerjasama dan


berkoordinasi dalam perencanaan, pengadaan
maupun pemasangan beton pracetak dengan
WIKA diantaranya adalah Aljazair, Australia,
Myanmar, Timor Leste. Variasi kerjasama maupun
koordinasinya cukup beragam sesuai dengan
keinginan masing-masing pelaku bisnisnya.
Pemerintah melalui perwakilannya di luar negeri
cukup aktif dalam menjembatani kerjasama
yang diinginkan. Pengalaman PT Wika Beton
Tbk. sebagai Anak Perusahaan PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk. dalam melakukan kerjasama bisnis Pembangunan Pabrik Beton
Pracetak

287 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

Pembangunan infrastruktur yang menjadi


prioritas pemerintahan Aljazair saat ini,
yaitu pembangunan jalan bebas hambatan
(Autoroute) yang mem­bentang dari timur
dan barat dan menjadi jalur lintas negara
yaitu Tunisia–Aljazair–Maroko sepanjang
927 kilometer.

Proses pembangunan Autoroute ini


dibagi-bagi menjadi beberapa paket
pekerjaan, dimana Paket Bagian Barat Section Camp Proyek Paket Bagian Timur
dan Tengah dikerjakan oleh konsorsium
kontraktor dari China, sedangkan untuk Democratique et Populaire Ministere des
Paket Bagian Timur (Lot Unique East) Travaux Publics – Agence Nationale des
dikerjakan oleh konsorsium kontraktor- Autoroutes) yang bertindak sebagai pemilik
kontraktor terkemuka dari Jepang yang proyek (owner), untuk melaksanakan
terdiri dari Kajima, Teken, Hazama, Taisei, pekerjaan-pekerjaan di area kerja dari
dan Nisimatsu. Konsorsium ini diberi Camp-2, yaitu meliputi:
nama COJAAL (Consortium Japonais Pour * Section-8 : 27,1 km
L’Autoroutes Algerienne), bertindak sebagai * Section-9 : 29,9 km
Main Contractor untuk mengerjakan proyek * Section-10 : 46,9 km
autoroute sepanjang 396 kilometer.
Dimana area tersebut berada di 3 wilayah
Paket Bagian Timur ini kemudian juga pemerintahan Aljazair, yaitu wilayah
dibagi lagi menjadi section-section yang Constantine, wilayah Mila, dan wilayah Setif.
lebih kecil (terdiri dari 12 section) dan Dan pusat manajemen Camp-2 berada di
dikelola oleh otoritas manajemen tersendiri kota kecil bernama Tadjenanet atau di area
(dinamakan: Camp), dimana pembagiannya lokasi proyek PK.120.
adalah sebagai berikut:
• Camp-1 : 65,4 km 1.1 LINGKUP PEKERJAAN WIKA BETON
(section : 11 & 12) 1.1.1
Pembangunan Pabrik Beton
• Camp-2 : 104,1 km Pracetak (25 m x 152 m)
(section : 8 – 9 – 10)
• Camp-3 : 13,1 km 1.1.2 Memproduksi Prestressed
(section : 5) Concrete Girder (1457 girder)
• Camp-4 : 9,0 km 1.1.3 Memproduksi Reinforced
(section : 4.2.2)
• Camp-5 & 6 : 80,3 km
(section : 3 – 4.1 & 4.2.1)
• Camp-7 : 124,1 km
(section : 1 & 2)

Pada proyek ini WIKA memperoleh


kepercayaan sebagai sub-kontraktor, baik Pembangunan Pabrik Beton
dari COJAAL maupun dari pemerintahan Pracetak
Aljazair (Republique Algerienne

288
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

Concrete Pipe (3656 pipa)

Mutu Beton RN-35 (fc’ = 35 Mpa)

Produksi T-Girder di Pabrik

Distribusi T-Girder ke Lokasi (menggunakan Boogie)

T-Girder terpasang

289 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

1.1.4 Memproduksi Beton Pracetak lainnya (Barrier, Cornise, U-Ditch, Circular Ditch, Cascade)

Mutu Beton RN-35 (fc’ = 35 Mpa) Produksi Pipa Beton

Stockyard & Distribusi Pipa Beton

Pipa Beton terpasang

290
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

1.1.5 Melaksanakan Pengawasan Mutu Bersama


Dalam hal pelaksanaan produksi T-Girder, selalu mendapatkan pe­ngawasan ketat dari

Barrier, Cornise, U-Ditch, Circular Ditch, Cascade

291 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

pihak owner (PU setempat) produsi pabrik beton pracetak,


maupun dari pihak main- selain membawa sejumlah per­
contractor (COJAAL), mulai dari sonil dari Indonesia untuk posisi
pekerjaan pembesian, pekerjaan tim manajemen serta se­ bagian
pre­ten­sioning, pembuatan beton, besar tenaga. Untuk mem­bangun
dan pengecoran hingga mutu kerjasama tim yang baik, tuntutan
beton saat pekerjaan detensioning terhadap kemampuan SDM tidak
dan mutu beton umur 28 hari, hanya yang bersifat teknis, tetapi
serta mutu produk secara ke­ se­ juga kemampuan berbahasa
luruhan. Kegiatan ini tidak terlalu asing menjadi salah satu hal
menjadi kendala, karena dengan yang penting dalam pemenuhan
berbekal pengalaman metode kompetensi SDM.
dan sistem inspeksi proses pro­ 1.1.7 Menjaga Hubungan Baik dan
duk­ si yang diterapkan secara Pemahaman Budaya Setempat
rutin di Indonesia, hal ini tidak
me­ nimbulkan perbedaan yang
berarti.

1.1.6 Mempersiapkan SDM Keper­ luan


Operasional yang Kompeten
Untuk pelaksanaan operasional

Pencapaian produksi
T-Girder yang ke-1000 sesuai
jadwal

Untuk memahami budaya


setempat, diperlukan upaya
pendekatan yang lebih
mendalam terhadap masyarakat
Perawatan dan Pengujian setempat, yang memiliki tingkat
Benda Uji Silinder Beton
resistensi yang cukup tinggi
khususnya terhadap warga
pendatang dari wilayah non-
jazirah Arab. Namun, bagi
bangsa Indonesia yang mayoritas
penduduknya adalah muslim,
lebih mudah untuk diterima
oleh masyarakat setempat
dibandingkan dari bangsa Asia
Timur lainnya.
Pemeriksaan oleh pemberi kerja saat 1.2.
Membangun Marketing dengan
pekerjaan stressing pada T-Girder

292
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

Kepercayaan 2. Pembelajaran Pengembangan Beton


Mutu beton pracetak tidak hanya Pracetak Di Australia
didapatkan dari mutu material Sekilas Mengenai Proyek Gorgon
penyusunnya, namun juga ditentukan dari Gorgon Project merupakan proyek
hal-hal lainnya yang menjadikan beton pembangunan LNG Plant terbesar di Australia
pracetak tersebut mempunyai mutu yang dimulai pada tahun 2011 dimana
yang baik, seperti mutu sumber daya mayoritas saham terbesar dipegang oleh
manusia, sumber daya cetakan dan alat Chevron Australia dan ENI SHELL. Proyek yang
produksi, serta sistem produksi yang tepat berlokasi di Barrow Island – Australia Bagian
guna (efektif & efisien). Hal ini menjadi Utara ini diperkirakan akan mampu melakukan
keunggulan dari Wika Beton dan telah kegiatan pengeboran LNG selama kurang lebih
mendapatkan apresiasi dari pihak-pihak 150 tahun. Proyek ini memiliki arti penting
luar. Hal ini menjadi marketing support untuk memenuhi kebutuhan gas dunia.
yang bernilai tanpa harus beriklan.
Proyek ini dikerjakan oleh Saipem – Leighton
Mendapatkan kepercayaan dari pihak Consortium (SLC) yang merupakan salah satu
asing apalagi dari negara asing tentulah perusahaan konstruksi fasilitas minyak dan gas
tidak mudah, namun hal ini dapat diraih terbesar di dunia. Dalam proyek ini Wika Beton
dengan kerja keras dan kerja cerdas dipercaya oleh Saipem – Leighton Consortium
yang sudah menjadi budaya bagi setiap dalam fabrikasi precast concrete slab untuk
insan Wika Beton yang memiliki sejarah jembatan penghubung (jetty) sepanjang 2.7 km
pengalaman panjang dalam industri antara kawasan kegiatan produksi di daratan
beton pracetak. Penghargaan dari dengan kawasan kegiatan pemuatan LNG di
pemberi kerja terhadap mutu produk lepas pantai. Wika Beton juga dipercaya dalam
serta pemenuhan jadwal produksi fabrikasi concrete precast slab untuk kebutuhan
menunjukan bahwa sistem yang marine structure seperti Loading Platform dan
dibangun dalam memproduksi beton Marine Operation Platform dengan jumlah
pracetak sudah sesuai dengan spesifikasi produk kurang lebih 1327 slab.
yang ditentukan. Hal ini memberikan
nilai positif bagi per­ usahaan untuk 2.1 Networking Menjadi Bagian Penting
mendapatkan peluang besar meraih dari Bisnis Beton Pracetak
proyek-proyek beton pracetak berikutnya. Awal mulanya WIKA Beton bisa menjadi
salah satu calon rekanan dari Saipem SA
1.3.Dukungan Stakeholder Menjadi Penting yang berkantor pusat di Paris – Prancis
Pemerintah Indonesia memberikan adalah melalui informasi yang mereka
respon positif terhadap keterlibatan dapat dari website WIKA Beton di internet.
pekerja konstruksi Indonesia di Negara Dalam hal ini peranan website yang dikelola
Aljazair, hal ini dibuktikan dengan ada­ dengan baik memiliki kedudukan sangat
nya kunjungan delegasi Indonesia yang penting dalam tahapan awal membangun
dipimpin oleh Menteri BUMN (yang networking dengan perusahaan-
saat itu masih dijabat oleh Bapak Sofyan perusahaan asing yang notabene wilayah
Djalil) ke lokasi pabrik dan proyek. Dan operasi mereka mencakup seluruh dunia.
selanjutnya ada kunjungan balasan
dari delegasi Aljazair ke Indonesia yang Setelah informasi umum mengenai WIKA
berkesempatan mengunjungi pabrik Beton mereka peroleh barulah Saipem
Wika Beton di Bogor. SA menerjunkan tim khusus untuk

293 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

berkomunikasi dengan tim dari WIKA sebuah perusahaan jika ingin membangun
Beton. Pada tahapan awal ini tim khusus ini networking internasional adalah
bekerja untuk dapat menggali sebanyak- kemampuan bahasa khususnya Bahasa
banyaknya informasi mengenai WIKA Beton Inggris. Dalam komunikasi langsung di
dan langsung cross check dengan situasi dalam kegiatan pelaksanaan produksi pasti
langsung melalui kunjungan ke salah membutuhkan kecakapan dalam Bahasa
satu Pabrik Wika Beton yaitu PPB Bogor. Inggris. Hal ini juga dibutuhkan dalam
Selanjutnya proses ini akan mencapai proses untuk memahami kontrak yang
tahapan yang lebih jauh sehingga dijadikan acuan pelaksanaan pekerjaan.
menghasilkan sebuah perjanjian kerjasama
untuk dapat bersama-sama menjadi kerja Dalam pelaksanaan produksi produk
menyukseskan Proyek Gorgon ini. precast untuk Proyek Gorgon melibatkan
banyak individu dari beberapa negara di
Networking ini akan bertambah dengan dunia. Baik engineer maupun supervisor
seiringnya keberhasilan kita dalam ada yang berasal dari Prancis, Inggris, Italia,
mengelola operasional dalam penyelesaian Yunani, Maroko, Aljazair, Filipina, India, dan
proyek. Hal ini menjadi nyata dikarenakan Indonesia yang terlibat di dalam proyek
dalam setiap tahapan proses fabrikasi yang ini. Perbedaan bangsa ini tentu saja akan
kita lakukan senantiasa ada tim dari owner menghasilkan perbedaan budaya antar
yang selalu ada dalam setiap tahapan individu serta perbedaan cara pandang
kerja kita. Mereka inilah yang nantinya atas sesuatu yang dianggap baik maupun
akan memberikan rekomendasi kepada yang kurang baik jika dilihat dari masing-
kontraktor-kontraktor internasional lainnya masing budaya dari individu yang terlibat
agar dapat menjajaki kerjasama dengan di dalamnya.
Wika Beton jika membutuhkan produk
precast. Dengan penguasaan budaya dari individu-
individu yang terlibat di dalamnya
2.2.
Penguasaan Bahasa Asing, maka diharapkan akan menghasilkan
Pemahaman Budaya & Etika satu sudut pandang yang sama dalam
Internasional Menjadi Hal Penting menyikapi perbedaan tersebut. Hal ini akan
Kompetensi dasar SDM yang harus dimiliki menghasilkan suasana yang kondusif serta

294
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

keberhasilan dalam menyelesaikan proyek. 2.4. Kontrak Pekerjaan Merupakan Awal


Proses
2.3 Penguasaan Teknologi Penting Dalam melaksanakan proyek-proyek di luar
untuk Pelayanan negeri hal yang harus menjadi perhatian
Dalam pelaksanaan produksi slab precast utama adalah mengenai dokumen kontrak.
untuk Proyek Gorgon ini banyak hal yang Sebelum kontrak ditandatangani maka
kami peroleh. Bercermin dari proyek ini, harus benar-benar diperhatikan setiap
maka dirasakan bahwa sebenarnya produk butir-butir yang tercantum di dalam
precast kita sudah dapat bersaing di pasar dokumen tersebut. Diharapkan bagian
internasional. Hal ini dibuktikan dengan legal dari perusahaan dapat melihat pasal
setiap tahapan pengetesan material demi pasal, sehingga tidak ada pasal yang
sampai dengan proses produksi telah akan bisa merugikan pada saat pelaksanaan
sesuai dengan persyaratan yang diminta nantinya terutama pada bagian sanksi
oleh pelanggan. Wika Beton diminta untuk dan denda. Kemungkinan terjadinya
dapat menerapkan Australian Standard/ perselisihan pada saat pelaksanaan telah
New Zealand Standard dalam setiap diatur di dalam kontrak dan disebutkan
prosesnya, hal ini dikarenakan oleh produk akan diselesaikan menurut hukum negara
precast yang kami produksi nantinya tertentu dan harus diselesaikan di negara
akan dipasang menjadi Jetty dan Marine tertentu tersebut. Hal ini dapat diartikan
Structure di Barrow Island - Australia. bahwa setiap bagian yang bertandatangan
di dalam kontrak harus taat dan patuh atas
Belajar dari pengalaman ini, para engineer hukum yang berlaku di negara yang telah
Wika Beton dituntut memiliki kemampuan ditentukan di dalam dokumen kontrak
untuk dapat menerapkan baik standar
perhitungan maupun standar pengujian
mengikuti negara mana yang akan menjadi
target pasarnya. Jika hal ini tidak dilakukan
maka akan sangat mungkin kita tidak akan
mampu bersaing di pasar beton pracetak
internasional.

Seiring dengan berjalannya waktu


serta ditambah beberapa pengalaman
memproduksi produk precast untuk
kebutuhan pasar luar negeri, maka secara
perlahan kepercayaan negara-negara di
dunia terhadap keunggulan produk Wika
Beton akan semakin meningkat. Tawaran
kerjasama dan terlibat di proyek-proyek
luar negeri semakin meningkat juga. Proses
inilah yang secara tidak langsung telah
mengantarkan Wika Beton menuju visinya
menjadi perusahaan precast terkemuka
baik tingkat nasional maupun untuk
kawasan Asia.
Inspeksi oleh engineer dari Saipem SA
(pelanggan) pada proses produksi

295 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

sesuai dengan rencana awal atau sesuai


dengan kesepakatan pada rapat mingguan.

Dalam proyek ini kami melakukan evaluasi


setiap hari atas pemenuhan schedule
yang telah disepakati bersama. Setiap
penyimpangan maupun kemungkinan
terjadinya penyimpangan dan
keterlambatan langsung akan dikoreksi
setiap hari. Hal selanjutnya yang harus
dikendalikan adalah cash flow. Manajemen

Safety, Health & Environment (SHE)


Procedure menjadi perhatian dalam
proses produksi

tersebut.

Standar yang diterapkan pada Proyek


Gorgon cukup tinggi khususnya terkait
penerapan SHE.

Kunci keberhasilan pelaksanaan proyek


adalah adanya pengendalian yang
meliputi pengendalian terhadap sumber
daya, schedule atau waktu, dan cash flow.
Ketiga faktor ini memiliki keterkaitan satu
dengan yang lain. Hal pertama yang harus
dikendalikan adalah sumber daya yang
ada. Dalam pelaksanaan Proyek Gorgon ini
sumber daya yang harus diseimbangkan
adalah sumber daya manusia (labour),
sumber daya cetakan, dan sumber material
untuk produksi. Setelah sumber daya ini
dapat dikendalikan dengan baik, maka
diharapkan bahwa schedule dapat berjalan Proses penumpukan dan perakitan
slab precast ke steel structure

296
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

yang baik pasti dapat mengendalikan juga menjadi keber­hasilan bagi bangsa ini.
antara apa yang telah diproduksi atau Kita telah membuktikan bahwa karya anak
dilaksanakan dengan pengakuan serah bangsa ini telah mengambil peranan penting
terima pekerjaan dari pelanggan. Hal ini dalam mensukseskan mega project pem­
akan berpengaruh terhadap pengendalian bangunan LNG Plant yang nantinya akan
modal kerja. mampu menghasilkan LNG selama kurang
lebih 150 tahun bagi masyarakat dunia.
2.5 Kepuasan Pelanggan Menjadi Cermin 2.6. Dukungan Stakeholder Menjadi
Pekerjaan Penting
Dari pencapaian yang kami peroleh dimana Dalam pengiriman produk precast untuk
bisa menyajikan nilai-nilai positif selama Proyek Gorgon ini ke Australia tidak
proyek berlangsung secara tidak langsung
berdampak positif dalam marketing Wika
Beton. Banyak perusahaan-perusahaan dari
luar negri yang menawarkan kerjasama dalam
produksi produk-produk precast. Keberhasilan
Wika Beton dalam Proyek Gorgon ini ternyata
juga menjadi pembicaraan di kalangan
kontraktor-kontraktor migas dari luar negeri.

Seiring dengan keberhasilan yang telah


dicapai maka kami sadar bahwa keberhasilan
Wika Beton dalam par­tisipasi pembangunan
di luar negeri bukan hanya menjadi
kesuksesan per­usahaan. Keberhasilan ini

Proses pengapalan produk ke


Australia

dikenakan VAT atau PPN sebesar 10%. Hal


ini dikarenakan pengiriman dilakukan dari
sebuah Kawasan Berikat di Lampung. Sesuai
dengan peraturan Pemerintah bahwa setiap
transaksi yang dilakukan di kawasan berikat
maka akan diberikan pembebasan atas VAT
atau PPN 10%.

Selama kami terlibat di dalam Proyek


Gorgon hal yang sangat diperhatikan oleh
Modul Roadway Slab selesai diinstall & Saipem sebagai pemberi kerja adalah
siap kirim ke Australia

297 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

kompetensi setiap personil yang terlibat Wika Holding juga Kementerian PU Myanmar,
di dalam proyek tersebut. Hal-hal yang mitra bisnis lokal (Myanmar) yang merupakan
menjadi perhatian mereka adalah sertifikasi perusahaan cukup ternama di Myanmar. Selain
yang dimiliki seseorang sesuai dengan pemahaman secara teknis tentang beton
tanggung jawab yang diemban dalam pracetak, pemahaman bahasa asing secara
proyek tersebut. aktif diperlukan untuk kemudahan komunikasi.
Pemahaman budaya Myanmar dan etika bisnis
Peranan pemerintah dalam menciptakan internasional menjadi hal yang cukup penting
standar pekerjaan skala internasional sebagai pembuka jalan melakukan komunikasi
kami harapkan bisa ditingkatkan. Dengan dengan berbagai level mitra bisnis.
memfasilitasi program-program pelatihan Pengenalan produk sebagai kegiatan awal
untuk memperoleh sertifikat keahlian, pemasaran menjadi kegiatan yang penting
maka pemerintah secara tidak langsung karena potensi pasar proyek konstruksi
telah mendorong perusahaan-perusahaan yang akan dan sudah berjalan lebih banyak
untuk dapat bersaing di skala internasional. menggunakan pola pelaksanaan konstruksi
Dengan demikian akan menambah cor ditempat. Perlu adanya sosialisasi untuk
kepercayaan perusahaan asing terhadap mengubah mindset dari cor ditempat menjadi
sumber daya manusia yang dimiliki oleh beton pracetak menjadi dominan. Namun

bangsa ini. demikian diskusi dengan masyarakat konstruksi


Myanmar menjadi menarik setelah melihat
3 Pembelajaran dari Pengembangan potensi proyek yang cukup banyak untuk dapat
Beton Pracetak Di Myanmar dibuat beton pracetak dan kesanggupan mitra
Negara dengan dukungan perekonomian di kerja lokal (Myanmar) untuk menyediakan
bidang pertanian, minyak dan gas ini memiliki fasilitas instalasi beton pracetak seperti
beberapa program reformasi di bidang sosial alat pancang, crane dengan kapasitas yang
ekonomi, diantaranya program pembangunan sesuai dengan kebutuhan untuk handling
infrastruktur. balok jembatan dan produk pracetak lainnya.
Networking Wika Beton di Myanmar selain Keyakinan bahwa produk beton pracetak

298
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

memiliki beberapa keunggulan dibanding cor


ditempat, menjadi modal yang cukup kuat
dalam membangun optimisme kesuksesan
pemasaran beton pracetak di Myanmar.
Langkah selanjutnya adalah membangun
kepercayaan bahwa kita mampu melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan dapat meyakinkan
bahwa keunggulan yang ada di Beton pracetak
memang terbukti seperti halnya beberapa
pekerjaan yang selama ini kita laksanakan.

Dukungan pemerintah terhadap kegiatan


ekspor fasilitas produksi material konstruksi
maupun jasa konstruksi sangat baik terbukti
dengan kehadiran Menteri terkait menyaksikan
penandatanganan MoU antara Wika dengan
mitra bisnis di Myanmar. Hal ini menjadi kunci
masuk kerjasama yang luas antara pengusaha
kedua belah pihak di sektor-sektor yang terkait
seperti perusahaan jasa konstruksi, perbankan,
dan lain lain.

4. WIKA Beton sebagai Pilot Project


Sebagai perusahaan yang menerapkan sistem
manajemen ISO 9000 sejak tahun 1995 hingga
saat ini, PT Wika Beton, Tbk. selalu konsisten dalam
menerapkan standar yang diyakini. Kepercayaan

299 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
PEMBELAJARAN DARI PENGEMBANGAN BETON PRACETAK DI LUAR NEGERI

Terpilih sebagai pilot project


Economic Benefits of Standards

pelanggan yang diterima membuktikan terus Indonesia dalam International Case Study
bertumbuhnya nilai penjualan dari tahun ke bersama-sama dengan 10 perusahaan lainnya
tahun. Bahkan dari pusat ISO di Switzerland yang yang mewakili negara masing-masing. Buku
beranggotakan 160 negara, memilih Wika Beton tersebut diharapkan dapat menjadi referensi
sebagai Pilot Project dalam Economic Benefits bagi perusahaan lain di seluruh dunia, dan dapat
of Standards sebagai perusahaan contoh dari di download dari website ISO.

300
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Kemitraan Penyelenggaraan
Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara
Ir. Akhmad Tito Karim, M.M.
Direktur Utama PT Jasamarga Bali Tol.

Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling banyak menerima
kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Setiap tahunnya,
tidak kurang 6 juta wisatawan membanjiri Bali. Jumlah tersebut selalu
meningkat dari tahun ke tahun. Pesatnya pertumbuhan industri pariwisata di
Bali membawa konsekuensi pada pesatnya pertumbuhan tingkat kepemilikan
kendaraan, baik roda dua maupun roda empat/lebih. Pertumbuhan alat
transportasi ini tidak seiring dengan penambahan jaringan jalan maupun
infrastruktur dasar yang lain.

Latar Belakang
Selama ini satu-satunya akses yang menghubungkan wilayah utara dan selatan Bali
hanyalah jalan By Pass Ngurah Rai. Jika akses ini terganggu, maka hubungan utara-
selatan Bali akan terputus. Memasuki tahun 2010, By Pass Ngurah Rai kondisinya sudah
sangat macet, terutama di persimpangan Dewaruci dan persimpangan sebidang
(pertigaan) ke arah bandara Ngurah Rai. Untuk menempuh jarak 10 kilometer saja
diperlukan waktu tidak kurang dari dua jam. Sekedar ilustrasi, dari Nusa Dua ke
Denpasar memerlukan waktu lebih dari tiga jam. Dari Sanur atau Nusa Dua ke airport
setidaknya harus mencadangkan waktu paling sedikit dua jam atau akan ketinggalan
pesawat.

Kemacetan di Bali tanpa disadari telah menyebabkan ekonomi biaya tinggi (high cost
economy), terutama konsumsi bahan bakar termasuk oli, pemakaian suku cadang dan
yang paling berharga adalah travel saving time mengingat tujuan wisatawan ke Bali
adalah untuk mengunjungi sebanyak mungkin lokasi-lokasi wisata. Kondisi kemacetan
di Bali tidak hanya dikeluhkan oleh wisatawan, namun pengusaha hotel, penyedia jasa
alat transportasi, sampai sopir taksi.

Berangkat dari kebutuhan prasarana transportasi itu, Pemerintah merencanakan


pembangunan jembatan yang menghubungkan pulau Serangan dengan Tanjung
Benoa sebagai salah satu solusi mengurai kemacetan. Rencana tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam Rencana Jaringan Jalan Nasional di Bali. Hanya saja rencana
tersebut gagal terealisasi mengingat beberapa hal, yaitu:

301 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

1. jembatan tersebut akan dibangun sesedikit mungkin menggunakan dana APBD


memotong alur jalur pelayaran (shipping maupun APBN.
line) dan jalur penerbangan (air line), Mengingat waktu yang sangat mendesak dan
padahal terdapat syarat teknis yang kebutuhan modal investasi yang cukup besar,
harus dipenuhi yaitu, untuk kepentingan sementara Pemerintah belum mengalokasikan
alur pelayaran disyaratkan ketinggian anggaran dalam APBN, maka ketersediaan
minimal > 45,4 meter LWS, sedangkan jalur modal yang siap dipakai berada BUMN, yang
penerbangan mensyaratkan ketinggian jika disinergikan akan menjadi kekuatan yang
maksimal 44,8 meter. Menteri Perhubungan sangat powerful. Pada tanggal 15 Oktober
menyatakan secara teknis teknis tidak 2010, PT Pengembangan Pariwisata Bali
dimungkinkan dibangun konstruksi (BTDC) atas nama Menteri BUMN Mustafa
jembatan karena akan saling mengganggu Abubakar, mengundang para Direksi BUMN
antara jalur penerbangan dan alur (Pelindo III, Jasa Marga, Angkasa Pura I) dalam
pelayaran, acara Pembukaan Fiesta Nusa Dua 2010, yang
2. secara finansial biaya investasi terlalu kebetulan waktunya bersamaan dengan hari
tinggi, sekitar Rp 5,8 triliun, dan sudah dua ulang tahun ke 61 Menteri BUMN. Hari itu
kali dilakukan tender investasi, tidak ada merupakan titik awal dimulainya rencana sinergi
peminat. BUMN yang selanjutnya secara kronologis dapat
dipaparkan sebagai berikut:
Kegagalan pembangunan jembatan Serangan- 1. 17 Oktober 2010, dalam pertemuan di
Tanjung Benoa membuat Pemerintah berpikir sebuah Restauran di Bandara Ngurah Rai,
keras bagaimana mewujudkan jalan alternatif Menteri BUMN merestui kesepakatan awal
dan meningkatkan fasilitas transportasi, namun 4 BUMN bersinergi membangun kerjasama
harus selesai dalam waktu maksimal 2 tahun usaha patungan untuk Pem­ba­ngunan Jalan
mengingat akhir tahun 2013 terdapat beberapa Tol Denpasar - Nusa Dua - Air Port (DNA)
acara penting tingkat internasional, salah sesuai usulan awal empat Direktur BUMN
satunya adalah KTT APEC dan Konferensi WTO masing-masing; Made Mandra (BTDC), Abdul
yang akan diselenggarakan di kawasan Nusa Hadi Hs. (Jasa Marga), Husein Latief (Pelindo
Dua. Pemerintah tentu tidak ingin kehilangan III) dan Robert Daniel Waloni (Angkasa Pura
muka di mata para pemimpin dunia, dan I).
oleh karena itu kebutuhan akan jalan baru 2. 27 Oktober 2010, BTDC mengundang para
harus diwujudkan. Di sisi lain, Pemerintah Direksi BUMN tersebut untuk Presentasi
juga menyadari adanya hambatan bahwa di Pemda Bali, agar Pemda mendukung
membangun/mengembangkan jalan baru rencana Jalan Tol tersebut. Sebelum rapat,
di atas tanah (at grade) di Bali selatan sulit diadakan peninjauan ke dalam perairan
dilaksanakan mengingat keterbatasan lahan, teluk Benoa.
harga tanah sangat mahal, dan terkendala 3. 18 November 2010, bertempat di kantor
dengan lingkungan, pelestarian budaya, adat- Kementerian BUMN Jakarta, dilakukan
istiadat, serta agama. Penandatanganan MoU Pembangunan
JalanTol DNA Bali oleh empat BUMN
Sinergi BUMN untuk Jalan Tol yaitu: PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT
Untuk keluar dari permasalahan di atas, Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)/
Pemerintah menginisiasi kemungkinan BTDC, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)/
dibangun jalan alternatif dengan konsep jalan Pelindo III, PT Angkasa Pura I (Persero).
tol, yaitu konsep pendanaan pembangunan Keempat BUMN tersebut sepakat
infrastruktur jalan/jembatan dengan tanpa atau membentuk konsorsium dan menunjuk

302
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Jasa Marga sebagai lead konsorsium dengan mengikuti tender investasi jalan tol,
pertimbangan Jasa Marga merupakan satu- 2. membentuk perusahaan patungan dengan
satunya BUMN yang paling berpengalaman nama PT Jasamarga Bali Tol, dengan porsi
di bidang pengusahaan jalan tol, dengan saham: Jasa Marga (60%), Pelindo III (20%),
garis besar kesepakatan: Angkasa Pura I (10%), Wika (5%), Adhi Karya
3.1. rencana Kerjasama Pengusahaan Jalan (2%), Hutama Karya (2), BTDC (1%).
Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa
meliputi: inventarisasi aset dan potensi, Komposisi Pemegang Saham tersebut kemudian
kajian-kajian komprehensif, studi berubah dengan masuknya Pemerintah
kelayakan, Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten
3.2. membentuk konsorsium mengikuti Badung, masing-masing menyetor Rp 100
tender investasi, milyar sehingga komposisi kepemilikan saham
3.3. membentuk perusahaan patungan. menjadi: Jasa Marga (55%), Pelindo III (17,58%),
4. 26 November 2010, Rapat Koordinasi di Pemerintah Provinsi Bali (8,01%), Pemerintah
kantor PT Angkasa Pura I di Bali antara Kabupaten Badung (8,01%), Angkasa Pura I
Pemerintah Pusat dan Daerah dan BUMN, (8%), BTDC (1%) (sekarang berubah namanya
dipimpin oleh Staf Khusus Wakil Presiden. menjadi ITDC), Adhi Karya (1%), Hutama Karya
5. 11 Januari 2011 Rapat Koordinasi di Jakarta (1),Wijaya Karya (0,4%).
dipimpin oleh Menko Perekonomian, Hatta
Rajasa, dihadiri oleh 7 menteri (Menteri Pada tahap konstruksi, jajaran Direksi PT
BUMN, Menteri PU, Menteri Perhubungan, Jasamarga Bali Tol terdiri dari: Ir. Akhmad Tito
Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Karim, M.M. sebagai Direktur Utama mewakili
Hidup, Menteri Keuangan dan PPN), Pejabat Jasa Marga, Ir. Wiwin Kwintadi Soeprapto
Daerah Bali, dan Konsorsium BUMN). sebagai Direktur Teknik dan Operasi mewakili
6. 20 Januari 2011, tinjauan Pejabat Pusat, Pelindo III, Drs. Ronny Haryanto sebagai Direktur
Daerah dan BUMN ke Kawasan Hutan Keuangan mewakili Jasa Marga. Sedangkan
Mangrove. jajaran Komisaris terdiri dari: Ir. Abdul Hadi Hs,
M.M. sebagai Komisaris Utama mewakili Jasa
Dalam rapat koordinasi di Kementerian Marga, Komisaris: Dr. A. Edy Hidayat Nurjaman,
Koordinator Perekonomian masih muncul S.E., M.M. mewakili Jasa Marga, Robert Daniel
beberapa alternatif yang kemudian Waloni mewakili Angkasa Pura I, Ir. I Wayan
mengerucut menjadi usulan Pembangunan Blayu Suarjaya mewakili Kontraktor Karya, Ir. I
Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa dengan Gusti Putu Nuriatha, M.M. mewakili Pemerintah
tujuan mengurai kemacetan di Bali selatan, Provinsi Bali, dan I Wayan Suambara, S.H., M.M.
mendukung pelaksanaan KTT APEC, dan mewakili Pemerintah Kabupaten Badung.
mendorong pertumbuhan ekonomi Bali. Lelang Investasi
Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa
Pada tanggal 27 April 2011, dibuat suatu sebelumnya tidak termasuk dalam rencana
Perjanjian Konsorsium tentang Kerjasama umum pengembangan jaringan jalan nasional.
Kemitraan BUMN. Pada saat ini sudah turut Keberadaannya lebih merupakan kebutuhan
bergabung tiga Kontraktor BUMN terkemuka, akan alternatif jalan yang diusulkan oleh investor
yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., PT Adhi (prakarsa), dalam hal ini konsorsium empat
Karya (Persero) Tbk., dan PT Hutama Karya BUMN. Jasa Marga, atas nama Konsorsium
(Persero). Salah satu kesepakatan penting dalam empat BUMN, melakukan studi kelayakan
perjanjian tersebut adalah: dan AMDAL. Hasil studi tersebut kemudian
1. menunjuk Jasa Marga sebagai leader untuk disampaikan kepada Menteri Pekerjaan Umum

303 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

yang kemudian diusulkan menjadi bagian Jalan Tol (BPJT) atas nama Pemerintah c.q.
dalam perubahan Peraturan Presiden No. Kementerian Pekerjaan Umum yang kemudian
45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dinotariskan dengan akta Nomor 10 tanggal
Kawasan Perkotaan SARBAGITA (Denpasar, 16 Desember 2011 oleh Rina Utami Djauhari,
Badung, Gianyar dan Tabanan). S.H., notaris di Jakarta, dengan masa hak
pengusahaan jalan tol selama 45 (empat puluh
Setelah menjadi bagian dari Rencana Tata Ruang lima) tahun yang berlaku efektif sejak tanggal
Kawasan Perkotaan SARBAGITA, Kementerian penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)
Pekerjaan Umum, c.q. Badan Pengatur Jalan atau terhitung mulai tanggal 10 September
Tol (BPJT) melakukan tender investasi yang 2012.
akhirnya dimenangkan konsorsium BUMN.
Dalam PPJT tersebut juga diatur ketentuan
Pada 2 Desember 2011, Konsorsium mengenai Kepemilikan Jalan Tol yang
memperoleh penetapan pemenang tender dari dinyatakan sebagai berikut:
Menteri Pekerjaan Umum melalui surat Nomor: Dengan tanpa mengurangi makna Hak
KU.03.01-Mn/620 setelah memenangkan tender Pengusahaan Jalan Tol yang diberikan oleh
investasi pengusahaan jalan tol Nusa Dua - Pemerintah kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT)
Ngurah Rai - Benoa. Pada Butir 3 surat Menteri sesuai PPJT, telah dimengerti sepenuhnya oleh
PU memerintahkan Konsorsium untuk: BUJT, dalam hal ini PT Jasamarga Bali Tol (JBT)
a. Membentuk Perusahaan Jalan Tol yang bahwa:
khusus dibentuk untuk menandatangani - Jalan Tol merupakan milik Pemerintah, maka
dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya oleh karenanya setelah masa ber­ akhirnya
sebagaimana diatur dalam Perjanjian pengusahaan atau pengakhiran Perjanjian
Pengusahaan Jalan Tol serta memperoleh oleh salah satu pihak sesuai ke­ tentuan
pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM perjanjian, JBT harus mengem­ balikan dan
dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan menyerahkan kembali kepada Pemerintah.
sejak tanggal surat penetapan, dan - Pemberian hak pengusahaan jalan tol
b. Menandatangani Perjanjian Pengusahaan kepada JBT tidak berarti sebagai ber­alih­
Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa nya hak milik atas Jalan Tol ke­pada JBT,
dalam waktu paling lama 4 (empat) bulan melainkan semala masa pengu­ sahaan,
sejak tanggal surat penetapan. JBT hanya memiliki hak untuk menguasai
seluruh tanah yang dibutuh­ kan bagi
Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol Pengusahaan Jalan Tol dan melaksanakan
(PPJT) Pengusahaan Jalan Tol sesuai ketentuan
PT Jasamarga Bali Tol telah terbentuk pada dalam Perjanjian dan peraturan perundang-
saat Konsorsium BUMN menerima penetapan undangan dan ketentuan yang berlaku.
pemenang tender dari Menteri PU tersebut, dan
telah memperoleh pengesahan dari Menteri Pendanaan
Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan PT Jasamarga Bali Tol (JBT) sebagai badan usaha
Nomor AHU-57740.AH.01.01, tanggal 25 memiliki core business pengusahaan jalan tol
November 2011. sebagaimana diatur sesuai Anggaran Dasarnya
adalah, berusaha dalam bidang pengusahaan
Berdasarkan hal tersebut, maka pada tanggal jalan tol Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa, yang
16 Desember 2011, ditandatangani Perjanjian meliputi pendanaan, perencanaan teknik,
Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) antara PT pelaksanaan konstruksi, pengoperasian dan
Jasamarga Bali Tol (JBT) dengan Badan Pengatur

304
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

pemeliharaan jalan tol, serta usaha-usaha Ketujuh Pemegang Saham menyetor dan
lainnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan menempatkan modalnya sebesar 30% atau Rp
peraturan perundang-undangan yang berlaku. 745 milyar yang merupakan ekuitas dari para
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut Pemegang Saham, sedangkan sisanya sebanyak
Perusahaan dapat melakukan kegiatan usaha 70% atau Rp 1,739 triliun harus didapatkan dari
sebagai berikut: pinjaman bank. Setelah jalan tol beroperasi,
a. Melakukan pekerjaan perencanaan. Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah
b. Membangun jalan dan jembatan, bangunan Kabupaten Badung secara resmi bergabung
pelengkap jalan, dan fasilitas jalan tol. sebagai Pemegang Saham dan masing-masing
c. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan tol, menyetor modal sebesar Rp 100 milyar yang
termasuk memungut dan menggunakan kelak menjadi saham agio.
uang tol.
d. Menggunakan ruang milik jalan untuk usaha Untuk mengatasi seluruh kendala dan tantangan
lain yang berkaitan dengan pengoperasian di atas, Direksi JBT melaksanakan seluruh
jalan tol, dengan tidak mengurangi kegiatan secara paralel, misalnya mencari
ketentuan peraturan perundang-undangan pendanaan dilakukan secara bersamaan sejak
yang berlaku dan/atau persetujuan pihak pre construction meeting (PCM), pada masa
yang berwenang. konstruksi dan pengadaan tanah.
e. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain
yang terkait atau menunjang kegiatan Dalam mencari pendanaan, JBT menempuh
usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf cara beauty-contest dan cenderung memilih
a, b, c, dan d. model bilateral. JBT juga menawarkan skema
pembiayaan dalam dua bentuk yaitu Kredit
Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI).
- Benoa menghadapi kendala dan tantangan
yang sangat kompleks, yaitu; KMK sangat diperlukan mengingat ketika
1. mencari sumber pendanaan, konstruksi sudah mulai berjalan, KI belum
2. keterbatasan waktu konstruksi (harus diperoleh. Oleh karena itu, untuk membayar
selesai paling lama 18 bulan), tagihan Kontraktor, JBT mencari pinjaman KMK
3. lokasi proyek di atas perairan pasang surut melalui Bank Permata untuk jangka waktu satu
yang ekstrim, tahun, dan akan dikembalikan ketika KI sudah
4. sebagian besar bahan baku harus bisa ditarik (draw down).
didatangkan dari luar Bali,
5. pengadaan lahan berbenturan dengan Fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) sesungguhnya
budaya dan kearifan lokal termasuk lebih merupakan bridging finance atau dana
kawasan hutan mangrove, talangan pembayaran tagihan Kontraktor
6. sumber daya organisasi yang baru terhadap proyek yang sudah berjalan pada
terbentuk. saat yang sama pencarian pinjaman Kredit
Investasi (KI) atau beauty contest masih sedang
Untuk mewujudkan jalan tol di atas perairan berlangsung.
tersebut diperlukan modal investasi sebesar
Rp 2,848 triliun. Dari modal sebesar itu, yang Penggunaan dan pencairan fasilitas KMK lebih
diperlukan untuk konstruksi sekitar Rp 1,7 lanjut dapat digambarkan sebagai berikut:
triliun, sisanya sekitar Rp 750 milyar untuk Untuk fasilitas Kredit Investasi (KI) terbilang
modal usaha. cukup besar. Dan karena alasan besarnya
pinjaman tersebut, maka tidak ada satu pun

305 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Verifikasi Teknis: Sesuai


Tagihan 1. Konsultan QA Pengesahan/Persetujuan:
Kontraktor 2. Project Manager Direktur Teknik dan Operasi

Tidak Sesuai

Verifikasi Adm & Keuangan


oleh GM Keuangan
Pembayaran Tagihan dibagi:
1. Bertahap-sesuai progres konstruksi (25%, 50%, 75%, 100%)
2. Sementara-setiap 2 minggu dengan minimal tagihan Rp. 5 Milyar
(paling lambat 12 hari sejak tagihan lengkap diterima)
Bank PERMATA

bank yang bersedia menutup pinjaman secara Tbk, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
bilateral, sehingga dicapai kesepakatan multi- dan PT Bank Pembangunan Daerah Bali, yang
lateral dengan model joint mandate lead terdiri:
arranger (JMLA) terdiri dari Bank Mandiri, BNI, a) fasilitas Kredit Investasi maksimal sebesar
BRI, BCA dan merangkul BTN dan BPD Bali Rp 1.622.000.000.000 atau maksimal 70%
sebagai anggota sindikasi. dari total biaya Proyek, dan
b) Fasilitas Kredit Investasi Interest During
Pinjaman Bank Construction (IDC) dengan maksimal
Berdasarkan Akta Perjanjian Kredit Sindikasi sebesar Rp 117.300.000.000 dengan
No. 79 tanggal 22 Juni 2012, dari Fathiah ketentuan sebagai berikut:
Helmi, SH., notaris di Jakarta, Perusahaan
memperoleh fasilitas Kredit Investasi (KI) Pola pembayaran tagihan kepada Kontraktor
Sindikasi Pembiayaan Proyek Jalan Tol Nusa maupun Konsultan adalah, setelah lolos
Dua - Ngurah Rai - Benoa dengan jumlah verifikasi dari Konsultan Pengawas Kredit (yang
maksimum kredit sebesar Rp 1.739.300.000.000 ditunjuk bank), JBT membayar sebesar 30% dari
dari bank Sindikasi yang terdiri PT Bank Mandiri total tagihan, dan bank sindikasi membayar
(Persero) Tbk, sebagai Agen Fasilitas, PT Bank 70% sesuai porsi masing-masing. Secara bagan
Negara Indonesia (Persero)Tbk, PT Bank Rakyat dapat digambarkan sebagai berikut:
Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Design and Build

• Tujuan Kredit:
- Fasilitas Kredit Investasi Untuk membiayai proyek investasi pembangunan jalan Tol Ruas Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa.
- Fasilitas Kredit Investasi Interest During Construction: untuk menampung atau menutupi beban bunga atas fasilitas kredit
investasi dan fasilitas kredit investasi Interest During Construction.
• Sifat Kredit:
Non Revolving
• Jangka Waktu:
Jangka waktu kredit adalah maksimum 15 (lima belas) tahun, dengan grass period selama 3 (tiga) tahun.
• Suku Bunga Kredit :
Suku bunga tetap selama 1 (satu) tahun sebesar 10% per tahun, selanjutnya dikenakan suku bunga sebesar bunga Deposito
ditambah marjin 5% per tahun.
• Jaminan:
- Hak Konsesi atas PPJT Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa diikat secara notarial berupa akta pengalihan Hak Pengelolaan Jalan
Tol (cessie) sebagai jaminan, termasuk didalamnya terdapat kuasa yang tidak dapat ditarik kembali kepada Para Kreditur untuk
menunjuk pihak ketiga sebagai operator jalan tol sebagaimana dimaksud dalam PPJT Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa tersebut,
- Seluruh tagihan dan pendapatan operasional dari Pengoperasian Jalan tol diikat secara fidusia dengan nilai penjaminan sebesar
Rp 2.484.780.000.000,-
- Rekening- rekening Perusahaan,
- Tagihan atas pendapatan dari hasil Klaim asuransi, bank garansi (dari Kontraktor) dan penggantian dana (kompensasi) dari
pemerintah, diikat secara fidusia dengan nilai penjaminan sebesar Rp 2.484.780.000.000.
- Seluruh jaminan tersebut merupakan Jaminan pari passu bagi para kreditur.

306
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Verifikasi Teknis: Sesuai


Tagihan 1. Konsultan QA Pengesahan/Persetujuan:
Kontraktor 2. Project Manager Direktur Teknik dan Operasi

Tidak Sesuai

Verifikasi Adm & Keuangan


oleh GM Keuangan

Tidak
Sesuai
Konsultan Pengawas Kredit

Sesuai

Agen Fasilitas
Sesuai

Bank Sindikasi
jbt (30%) (70%) (6 bank)
Pembayaran Tagihan dibagi:
1. Bertahap-sesuai progres konstruksi (25%, 50%, 75%, 100%)
2. Sementara-setiap 2 minggu dengan minimal tagihan Rp. 5 Milyar
(paling lambat 12 hari sejak tagihan lengkap diterima)
Agen Penampungan

Untuk menyiasati waktu konstruksi yang sangat material, metode kerja, serta hasil kerja
singkat, maka kontrak yang diberlakukan Kontraktor.
adalah design and build dengan pola
pembayaran lumpsum price dengan mengacu Dari sisi Pemerintah c.q. Kementerian Pekerjaan
pada fidic silver book. JBT selaku Pengguna Umum c.q. Badan Pengatur Jalan Tol juga
Jasa menyiapkan basic design, dan Kontraktor menunjuk Konsultan Pengendali Mutu
selaku Penyedia Jasa melaksanakan sendiri Independen (PMI). Tugas, lingkup, dan sasaran
kegiatan; membuat detail engineering design, pekerjaan Konsultan PMI adalah melakukan
konstruksi, pengawasan konstruksi dan mutu review terhadap dokumen Rencana Teknik
sampai dengan selesainya masa pemeliharaan Akhir (RTA), Rencana Mutu Konstruksi (RMK) dari
atau yang dikenal dengan masa cacat mutu Kontraktor dan Rencana Mutu Pengawasan dari
selama 1195 hari. Konsultan QA, serta memberikan rekomendasi
perbaikan RMK kepada BUJT melalui BPJT. Selain
Dalam pelaksanaan konstruksi, khususnya itu, Konsultan PMI juga melakukan pengawasan
pengawasan mutu, JBT menunjuk Konsultan pelaksanaan Rencana Mutu Kontraktor oleh
Quality Assurance yang bertanggung Kontraktor dan Rencana Mutu Pengawasan oleh
jawab melakukan pemeriksaan produk Konsultan QA, serta memberikan rekomendasi/
untuk menentukan pemenuhan standar teguran kepada BUJT melalui BPJT apabila
mutu, memperbaiki kegagalan mutu, terjadi ketidaksesuaian.
mengidentifikasi penyebab kegagalan, dan
mencegah berulangnya kegagalan mutu. Sistem dan struktur hubungan kerja antara
Dalam kesehariannya, Konsultan QA melakukan Pengguna Jasa (owner), Penyedia Jasa
pengawasan terhadap rencana mutu, pengujian (Kontraktor), Konsultan QA, dan Konsultan PMI

307 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

dapat digambarkan sebagai berikut: dalam waktu yang bersamaan.

Pelaksanaan konstruksi jalan tol Nusa Dua - Pengiriman Tiang Pancang dari Jawa ke Bali
Ngurah Rai - Benoa secara keseluruhan selesai Pelaksanaan konstruksinya sendiri diselesaikan
dalam waktu 16 (enam belas) bulan, dua bulan dalam kurun waktu empat belas bulan. Untuk
pertama digunakan untuk penyiapan lahan mencapai target waktu tersebut, proyek
baik untuk lokasi proyek maupun precast plant, pembangunan jalan tol dibagi menjadi empat
mobilisasi alat dan material, pemesanan tiang paket, dikerjakan oleh empat Kontraktor
pancang, pengurusan perijinan, serta finalisasi yang berbeda dalam waktu yang bersamaan
rencana teknik akhir (RTA). Semuanya dilakukan

308
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

(paralel) dengan mekanisme kerja secara Konstruksi Ramah Lingkungan


simultan. Misalnya, pada saat pemancangan Dr. Supartono, Visiting Specialist (Pekerjaan
berlangsung, di darat (precast plant) sudah Sipil Struktur) pada proyek Jalan Tol Nusa Dua
mulai diproduksi pile head maupun slab. - Ngurah Rai - Benoa, dalam buku Ternyata Kita
Demikian juga pembesian girder sepanjang Bisa - 100% Made in Indonesia menulis artikel
30 meter juga dilakukan. Kemudian pada bahwa proyek jalan tol di Bali berwawasan
saat erection slab dilaksanakan, persiapan lingkungan.
pengaspalan juga sudah berjalan. Dengan cara
seperti itu, maka pembangunan jalan tol bisa Dalam artikel tersebut, Dr. Supartono
selesai dua bulan lebih cepat dari jatah waktu menguraikan bahwa sebagaimana lazimnya
yang diberikan Pemerintah. Semua pekerjaan sebuah jalan/jembatan yang melintasi laut,
di lapangan disesuaikan dengan jadwal pasang- masalah lingkungan dapat menjadi suatu isu
surut yang ekstrim yang terjadi dua kali sehari. penting, khususnya bagaimana agar konstruksi
Sederhananya, pada saat air pasang, maka jalan/jembatan tersebut dapat direncanakan
penggeseran ponton besar dan pengiriman dengan cermat dan gangguan yang timbul
material ke tengah laut dilakukan. Seluruh pada ekosistem biota laut dapat dibatasi pada
pekerjaan dilaksanakan secara shift, 24 jam tingkat yang seminimal mungkin.
sehari.

309 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Pada sisi lain, garis pantai di kawasan tersebut pracetak agar pelaksanaan konstruksi dapat
banyak ditumbuhi tanaman bakau atau disebut lebih cepat, dan lingkungan proyek menjadi
juga mangrove. Dalam hal ini, ekosistem lebih bersih.
tanaman bakau bersifat khas, baik karena adanya g) Untuk perawatan beton yang dicor di
pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya tempat, proses curing beton dilakukan
aerasi tanah, ataupun juga karena salinitas dengan menggunakan curing compound
tanahnya yang tinggi, serta mengalami daur (tidak menggunakan air), sehingga lebih
penggenangan oleh pasang-surut air laut. Oleh hemat air.
sebab itu, dari aspek lingkungan, tanaman jenis
ini perlu dilindungi karena hanya sedikit jenis Penutup
tanaman yang dapat bertahan hidup di tempat Pembangunan jalan tol Nusa Dua - Ngurah
semacam itu, dan jenis-jenis ini kebanyakan Rai - Benoa, yang setelah diresmikan Presiden
bersifat khas tanaman bakau karena telah SBY berganti nama menjadi Jalan Tol Bali
melalui proses adaptasi dan evolusi. Mandara merupakan salah satu pembangunan
Menjadi dilema dan pilihan yang sulit, antara infrastruktur yang dapat menjadi model tanpa
kebutuhan pembangunan infrastruktur dan mengganggu keuangan negara (APBN/APBD).
usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan,
termasuk di dalamnya usaha untuk konservasi Model investasi secara konsorsium oleh sinergi
sumber daya alam. Dalam konteks tersebut di beberapa BUMN juga menjadi salah satu
atas, maka proyek Jalan Tol Nusa Dua – Benoa alternatif pilihan ketika proyek besar yang
telah dirancang dengan konsep struktur yang memiliki dampak sosial-ekonomi berskala
berwawasan ramah lingkungan, yaitu antara besar sangat mendesak dilaksanakan namun
lain: Pemerintah memiliki dana yang terbatas dan
a) Menggunakan sistem struktur pile slab. belum menganggarkan dalam APBN pada
b) Menggunakan semen PPC (dan juga PCC), tahun yang berjalan.
yaitu semen yang ramah lingkungan.
c) Menggunakan beton bermutu tinggi Jalan Tol Bali Mandara kini menjadi kebanggaan
agar dapat meningkatkan keawetan Bangsa Indonesia karena keseluruhan
struktur beton, dan dengan demikian konstruksinya, konsep sampai desain,
akan mengurangi eksploitasi sumber daya dikerjakan oleh putra-putri terbaik bangsa,
alam untuk mereparasi struktur beton di bahan baku serta sumber pendanaannya pun
kemudian hari. berasal dari dalam negeri. Seluruh Kontraktor
d) Mengurangi kadar semen di dalam adukan yang kebetulan BUMN juga melibatkan para
beton tanpa mengurangi kekuatan beton, tenaga ahli dalam negeri. Wika - Adhi - Hutama
yang berarti lebih hemat energi dalam JO mengerjakan Paket 1 dan Paket 3, Waskita
proses pengadaan material beton, serta Karya mengerjakan Paket 2 dan Paket 4.
juga mengurangi polusi dan emisi gas
rumah kaca CO2. Konsep design and build dengan pola
e) Menggunakan bahan limbah mineral pembayaran lumpsum price mengacu fidic
bersifat pozzolan, yaitu fly ash untuk silver book baru pertama kali diterapkan dalam
substitusi pengurangan kadar semen proyek pembangunan jalan tol di Indonesia.
di dalam adukan beton. Dalam hal ini, Konsep ini memungkinkan terjadinya
penggunaan bahan limbah berarti konvergensi antara desain, konstruksi, dan
membantu usaha konservasi sumber daya supervisi yang dilakukan secara paralel dan
alam. simultan. Konsep ini dinilai lebih efektif dan
f ) Menggunakan sistem struktur beton efisien dan lebih menjamin kepastian investasi.

310
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Komparasi Kontrak Konstruksi


Design and Build Unit Price (Konvensional)

K
Supervisi

on
ni
sa

st
ru
de

ks
i
desain Konstruksi
Supervisi
(audit mutu/QA)

Berbeda dengan kontrak konvensional berbasis ini berarti hemat energi dan sekaligus
unit price yang dilaksanakan secara series yaitu, mengurangi emisi gas rumah kaca CO2.
lelang konstruksi baru bisa dilaksanakan setelah Disamping itu, penggunaan bahan limbah
ada detail engineering design. Dari sisi waktu, berarti meningkatkan usaha konservasi
design and build bisa dilaksanakan lebih cepat sumber daya alam.
dibanding unit price. 4. Dengan teknik pencampuran yang tepat
guna, pengurangan kadar semen di dalam
CATATAN AKHIR beton tidak perlu mengurangi kekuatan
dan kinerja beton, malahan sebaliknya
1. Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai -
dapat meningkatkan nilai ekonomis dan
Benoa dirancang dengan menggunakan
memperbaiki kinerja beton khususnya untuk
konsep struktur beton yang berwawasan
keawetan beton (durability).
ramah lingkungan.
5. Penggunaan sistem struktur beton pracetak
2. Sistem struktur pile slab beton pracetak dipilih
di dalam proyek ini ternyata telah membuat
karena dapat meminimalkan gangguan pada
lingkungan tempat kerja konstruksi beton
ekosistem biota laut dan juga meminimalkan
menjadi lebih bersih.
gangguan lingkungan pada ekosistem
6. Penggunaan curing compound untuk proses
tanaman bakau (mangrove) di garis pantai.
curing beton pada proyek ini merupakan
Disamping itu, struktur pile slab dipilih karena
suatu usaha penghematan air di dalam
waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih
pekerjaan konstruksi beton.
cepat serta pengendalian mutu pelaksanaan
7. Penggunaan PPC (Portland Pozzolan
yang lebih terjamin.
Cement) dan/atau PCC (Portland Composite
3. Konsep beton yang ramah lingkungan dan
Cement) di dalam proyek ini merupakan pula
hemat energi telah pula diterapkan pada
suatu solusi untuk menuju pembangunan
proyek ini dengan mengurangi penggunaan
konstruksi beton yang berkelanjutan dan
semen portland di dalam beton, yang diganti
lebih ramah lingkungan.
dengan bahan limbah mineral bersifat
pozzolan yaitu abu terbang (fly ash). Tindakan

311 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

No DESCRIPTION UNIT

1 Titik Pancang points


Tiang Pancang unit (bar)
Total Panjang M
2 Slab (lantai jalan) pra cetak unit (panel)
3 Slab (lantai jalan) cor di tempat M 2
4 Pile Cap (beton penyangga) pra cetak unit
5 Pile Cap (beton penyangga) cor di tempat unit
6 Pier (pilar) pra cetak unit
7 Pier (pilar) cor di tempat unit
8 Pile Head (balok beton penyangga melintang) unit
9 Girden (balok beton penyangga membujur) unit
10 Railing (pagar besi pembatas) M
11 Besi tons
12 Total Beton M3
13 Aspal tons
14 Gerbang Tol unit
15 Gardu Tol unit

312
Kemitraan Penyelenggaraan Konstruksi Jalan Tol Bali Mandara

Kontraktor
total
SECTION 1 SECTION 2 SECTION 3 SECTION 4

3,108 3,328 3,791 3,764 13,991


7,150 8,750 8,176 9,759 33,835
55,152 84,156 84,488 101,891 325,687
4,635 3,661 3,375 2,345 14,016
- - 47,336 43,793 91,129
1,553 - - - 1,553
- 576 902 28 1,506
- 24 909 28 961
- - 322 28 350
- - 501 605 1,106
- 70 36 166 272
2,970 2,358 1,415 4,760 11,503
5,300 3,505 7,440 5,114 21,359
49,934 23,111 30,584 43,979 147,608
11,186 9,357 11,395 11,231 43,169
1 - 1 1 3
6 - 7 7 20

313 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Kemitraan Penyelenggaraan
Bandar Udara Kualanamu
Yusmar Anggadinata
Director of Cargo and Business Development PT. Angkasa Pura II
Bandar Udara Polonia – Medan yang telah beroperasi sejak tahun 1928
merupakan pintu gerbang daerah terbesar di Propinsi Sumatera Utara, bahkan
untuk wilayah Indonesia Bagian Barat. Keberadaannya yang terletak di tengah
kota Medan menyebabkan permasalahan tersendiri, dimana selain mengalami
keterbatasan operasional, juga sulit untuk dapat dikembangkan. Kondisi tersebut
menjadikan fasilitas yang tersedia sudah tidak mampu lagi menampung
kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat,
dengan peningkatan berkisar antara 5 sampai dengan 15% pertahunnya, baik
terhadap pemenuhan standar keamanan, keselamatan maupun kenyamanan
(Level of Services). Terlebih, karena persyaratan operasional kebandarudaraan
keberadaannya menghambat perkembangan Kota Medan

1. Latar Belakang Pembangunan Bandar Udara Kualanamu


Dengan berbagai pertimbangan tersebut Pemerintah Indonesia mulai tahun
1995 menginisiasi pemindahan Bandar Udara Polonia – Medan ke Desa
Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang. Berikut ilustrasi perbandingan fasilitas
yang ada di Bandar Udara Polonia dan Bandar Udara Baru Kualanamu:

Grafik 1.A. Perbandingan Kapasitas


Terminal Penumpang
Bandara Polonia, Bandara Kualanamu
dengan Pertumbuhan Penumpang

314
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Tabel 1.B. Perbandingan Fasilitas Bandar Udara Baru

2. Kemitraan Pembangunan
Inisiasi pembangunan Bandar Udara
Kualanamu dimulai dengan adanya
Keppres Nomor 76 Tahun 1994 tentang
Pembentukan Panitia Pemindahan Bandar
Udara Polonia Medan. Berbagai opsi
kemitraan telah dikaji termasuk kemitraan
dengan pihak swasta PT. Citra Lamtoro
Gung Persada yang ditangguhkan saat
terjadi krisis ekonomi di Indonesia melalui
Keppres Nomor 39 Tahun 1997 dan Keppres
Nomor 5 Tahun 1998.

Seiring dengan membaiknya perekonomian Gambar 2.A. Diagram Pola Pendanaan


Indonesia, pembangunan dilanjutkan
kembali melalui Keppres Nomor 15
Tahun 2002 dengan opsi berbeda, yaitu
melalui pola kemitraan berbagai instansi
pemerintah dan BUMN, yang proporsinya
dapat digambarkan sebagaimana diagram
berikut:

315 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Tabel 2.B : Mitra Kerja Pembangunan Bandar Udara Kualanamu

316
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Para stakeholder diatas diberi tanggung


jawab masing-masing oleh Pemerintah
untuk melaksanakan penganggaran dan
pembangunan sesuai dengan kewenangannya
masing-masing, dimana total biaya yang telah
diserap berkisar lebih dari 10 Trilyun Rupiah.

Struktur organisasi pembangunan Bandar


Udara Kualanamu dipimpin oleh Ketua Steering
Commitee (SC) dalam hal ini Direktur Jenderal
Perhubungan Udara yang beranggotakan para
Dirjen atau pejabat setingkat eselon-I pada
masing-masing Instansi/Kementerian terkait,
antara lain: Pemkab Deli Serdang, Pemprov
Sumut, Kementerian Pekerjaan Umum, PT
Angkasa Pura II, PT Pertamina, PT Jasa Marga, PT
PLN, PT KAI, PT Telkom, dan PDAM.

Diagram 2.C. Kemitraan Pembangunan

317 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

3. Kemitraan Penyelenggaraan Berbagai pihak terkait di atas yang


Operasional mempunyai tugas, kewenangan, dan
Penyelenggaraan Operasional Bandara tanggung jawab masing-masing saling
Kualanamu melibatkan kemitraan dan bersinergi dan berkoordinasi dalam
koordinasi berbagai unit kerja maupun penyelenggaraan bandar udara. Dimana
instansi terkait, antara lain: kenyamanan, keamanan, dan kehandalan
- Otorita Bandar Udara, yang merupakan pelayanan bagi seluruh pengguna jasa
perpanjangan tangan dari Kementerian transportasi udara akan sangat bergantung
Perhubungan dan berperan sebagai pada kerjasama yang baik antar instansi
koordinator serta pengawas dalam tersebut.
kegiatan penyelenggaraan operasional
kebandarudaraan;

Diagram 3.A. Kemitraan Penyelenggaraan Operasional

- PT Angkasa Pura II (Persero), merupakan 4. Antisipasi Program


BUMN yang bergerak dalam bidang Pengembangan Ke Depan
penyelenggaraan bandar udara; Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan
- Perum LPPNPI, merupakan satu- akan jasa transportasi udara yang
satunya badan pemerintah yang diberi melampaui kapasitas yang dibangun,
tanggung jawab dalam pemanduan maka PT Angkasa Pura II (Persero)
lalu lintas udara; sebagai penyelenggara bandar udara
- Ditjen Imigrasi, Ditjen Bea Cukai, dan telah menyusun program-program tahap
Karantina yang merupakan badan selanjutnya, sesuai dengan rencana induk
pemerintah dalam penyelenggaraan yang telah ditetapkan Pemerintah melalui
keimigrasian dan kepabeanan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor:
- Instansi lain terkait seperti airlines, KM 30 Tahun 2007 dan KM 61 Tahun 2007.
ground handling, security, kepolisian,
concessionaire, dsb. Dalam rencana induk tersebut, Bandar
Udara Kualanamu dibangun dalam 3 (tiga)
tahap pembangunan sebagaimana gambar
dan tabel berikut:

318
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Gambar 4.A. Skema Pentahapan Pembangunan Bandar Udara Kualanamu

Tabel 4.B. Pentahapan Pembangunan Bandar Udara Kualanamu

319 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Gambar 4.C. Rencana Pengembangan Terminal Penumpang

Gambar 4.D. Rencana Pengembangan Terminal Penumpang

Program-program pengembangan pelayanan bagi keberangkatan (take


selanjutnya selain guna mengantisipasi off) dan kedatangan (landing) pesawat
kebutuhan pengguna jasa transportasi udara, pelayanan penumpang dan
udara, juga berkewajiban untuk berperan penanganan kargo saja, akan tetapi
serta dalam pengembangan wilayah juga menjadi bagian yang terintegrasi
sehingga tercapai keseimbangan dengan pengembangan perindustrian,
lingkungan dan pembangunan yang perdagangan, logistik, komersial, dan
berkelanjutan (sustainable development). bisnis suatu wilayah. Hal ini dapat
Untuk itu selain mengembangkan fasilitas dilihat di beberapa kota dunia seperti
pokok bandar udara akan dikembangkan di Incheon Seoul, Pudong Shanghai,
pula tata ruang disekitar bandar udara Tokyo Jepang, Suvarnabhumi Thailand,
dengan konsep aerotropolis. Kuala Lumpur Malaysia, dan Schippol
Belanda. Oleh karena itu diharapkan
5. Peran Bandar Udara Dalam Indonesia juga dapat mengembangkan
Ekonomi Nasional Bandar Udaranya sebagai motor
• Paradigma Baru Peran Bandar Udara bagi pengembangan ekonomi
Pada saat ini Bandar Udara memiliki peran (perindustrian, perdagangan, logistik,
penting, tidak hanya untuk memasilitasi transportasi, komersial, dan bisnis)

320
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

nasional. Pada saat ini PT. Angkasa Pura II Hub, selanjutnya dikembangkan
(AP-2) telah membangun Bandar Udara menjadi sebuah kawasan yang lebih
baru di Sumatera Utara yang berlokasi besar dan lengkap yaitu Aero-City seperti
di Kualanamu Kabupaten Deli Serdang. yang telah dilaksanakan di beberapa
Jika dibandingkan dari keseluruhan negara modern baik di Asia, Eropa,
Bandar Udara yang berada dibawah dan Amerika. Selanjutnya di kemudian
pengelolaan AP-2, lalu dilakukan hari, pemerintah, pemerintah daerah,
pengamatan secara seksama maka AP-2 dan BUMN terkait, serta pelaku
Bandar Udara Kualanamu ini sangat usaha nasional lainnya dapat bekerja
memenuhi kriteria dan persyaratan sama melanjutkan pengembangan
untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan Aero-City tersebut menjadi
kota yang terintegrasi dengan wilayah sebuah Aerotropolis yang cakupannya
hinterland dekatnya, yaitu sebagai jauh lebih luas lagi yang mencakup
sebuah Aerotropolis. beberapa kota di sekitar Bandar Udara
tersebut. Keterkaitan antara Bandar
Ini merupakan kesempatan emas Udara dan logistik global serta tren
dan menjadi momentum besar, serta
sekaligus tantangan bagi AP-2 bersama Platform Daya Saing dibutuhkan,“
dengan Pemerintah untuk dapat agar kegiatan ekonomi nasional dapat
menjadikan Bandar Udara Kualanamu dilaksanakan diatas platform tersebut
sebagai Aerotropolis. Jalan untuk secara efektif, efisien, dan mempunyai
mewujudkan gagasan ini terbuka daya saing yang tinggi – apapun
lebar. Adapun tahapannya adalah: (i) industrinya, apapun produknya (barang,
komoditas & jasa) maka industri dan
Menyusun masterplan ekonomi, model
produk yang dihasilkannya akan kuat
bisnis dan peta peran stakeholder
”.bersaing dan menang di pasar global
yang terkait; (ii) Menyusun masterplan
kebutuhan infrastruktur pendukung;
(iii) Me-lobby dan sosialisasi kepada
pembuat kebijakan (Pemerintah dan pengembangan Bandar Udara dapat
Pemerintah Daerah) dan pelaku usaha dijelaskan oleh gambar 5.A.
nasional (termasuk BUMN terkait
dan pelaku usaha nasional lainnya) • Aerotropolis dan Platform Daya Saing
agar mendukung gagasan ini; (iv) Nasional
Menyiapkan Sumber Daya Manusia Pengembangan dan pengelolaan Bandar
yang nantinya mampu menangani Udara yang bersinergi dengan kawasan
bisnis, sarana dan prasarana yang industri, kawasan perdagangan, kawasan
berwawasan global; dan terakhir (v) logistik dan kawasan bisnis yang berada
Kesiapan untuk bermitra dengan para di luar Bandar Udara akan menciptakan
pelaku usaha global (multinational sistem logistik dan sistem bisnis yang
companies). sangat efisien, yang pada gilirannya
akan meningkatkan daya tarik kawasan
Untuk menuju Aerotropolis, diperlukan di sekeliling Bandar Udara sebagai
beberapa tahapan pembangunan dan tempat kegiatan investasi disektor bisnis,
pengembangan. Sebagai langkah awal komersial, perindustrian, perdagangan,
Bandar Udara akan dikembangkan transportasi, dan logistik. Selain itu, juga
sebagai International Aircargo Logistics akan meningkatkan daya saing produk-

321 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Gambar 5.A: Metamorfosa Fungsi dan Peran

produk barang dan jasa yang proses Hub, Aerocity, dan Aerotropolis di
perakitan /produksinya dilakukan di luar Pulau Jawa adalah penciptaan
lokasi di sekitar Bandar Udara. lapangan pekerjaan, keseimbangan
Dengan makin meningkatnya daya perdagangan dan kargo muatan,
tarik kawasan tersebut dan makin sistem logistik nasional menjadi lebih
meningkatnya kegiatan ekonomi efektif dan efisien, pengembangan
yang mencakup perindustrian, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
perdagangan, logistik, transportasi, yang baru, dan meningkatkan daya
konvensi, pertemuan, entertainment, saing nasional, serta membantu
pameran, komersial dan kegiatan pemerintah dalam menjawab dan
bisnis lainnya maka akan menciptakan mengambil manfaat atas pelaksanaan
ekosistem ekonomi yang saling open sky policy dan free trade
terkait di kawasan tersebut, dan pada agreement di kawasan ASEAN. Bagi
akhirnya kawasan Bandar Udara dan AP-2 sebagai pengelola Bandar Udara,
kawasan sekitarnya akan menciptakan pengembangan International Aircargo
suatu ekosistem yang dikenal sebagai Logistics Hub, Aerocity dan Aerotropolis
Economy of Speed atau dalam akan memberikan manfaat yang sangat
wujud fisiknya berupa sebuah kota besar karena memungkinkan adanya
Aerotropolis. penciptaan peluang-peluang baru
dalam pengembangan usaha-usaha
Dalam konteks persaingan antar baru yang sebelumnya tidak pernah
negara (free trade agreement), maka terpikirkan.
Aerotropolis dapat menjadi platform
daya saing nasional. Keuntungan •
Peta Peran Stakeholder dalam
bagi pemerintah dari pengembangan Pengembangan Aerotropolis
International Aircargo Logistics Pengembangan Aerotropolis

322
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

memerlukan kerjasama yang erat kepada pemerintah dan pemerintah


dalam bentuk kolaborasi antara daerah (Propinsi, Kabupaten, Kota)
pemerintah, pemerintah daerah, dan dengan harapan dapat dijadikan
pelaku usaha (BUMN dan Swasta referensi bagi penyusunan Rencana
Nasional). Untuk itu diperlukan sebuah Umum Tata Ruang (RUTR) dan
masterplan yang disusun dari hasil Rencana Detil Tata Ruang (RDTR).
masukan dan rekomendasi dari seluruh Konseptual model Aerotropolis dapat
pihak anggota pemangku kepentingan. divisualisasikan seperti pada gambar
Masterplan dapat diinisiasi oleh 5.B
pelaku usaha, dalam hal ini AP-2 yang
melakukan kolaborasi dengan mitra Peta peran BUMN dalam Aerotropolis
BUMN lainnya. Hasil dari masterplan dapat dipetakan dalam bentuk matriks
tersebut kemudian disosialisasikan sebagai berikut:

Gambar 5.B : Konseptual Aerotropolis

323 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

Tabel 5.C : Peran BUMN (dan swasta) dalam Aerotropolis

Roleplay Stakeholder / Pelaku Usaha

Land availability PTPN 2, BUMD, BUMN, Swasta


Developer PP, Wika, Waskita, HK, Swasta
Industrial Park KBN, KIM, SIER, Swasta
Property / Residential / CBD PTPN 2, PP, Wika, Waskita, HK, Swasta
Medical City PTPN 2, BUMN, BUMN, Swasta
Education Park AP2, Swasta
Logistics Park AP2, Pos, Garuda, BGR, Pelindo, Swasta
ICT Provider Telkom, Swasta
MICE/Trade PPI, Sarinah, Swasta
Non-Resident Inventory AP2
Transportation Garuda, Swasta
Airspace Management AirNav
Financial Support Mandiri, BNI, BRI, Swasta
Policies & Regulation Pemerintah, Pemprop, Pemkab, Pemko

Langkah strategis yang perlu dilakukan


untuk mewujudkan Aerotropolis adalah
dengan mendorong Kementerian
BUMN membentuk tim kecil yang terdiri
dari BUMN terkait, yang bertugas untuk
menyusun masukan bagi masterplan
Aerotropolis dan memetakan siapa
mengerjakan apa.

324
Kemitraan Penyelenggaraan Bandar Udara Kualanamu

325 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
SAMBUTAN

326
SAMBUTAN

BAB 5
Penutup

327 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

Penutup
Akhmad Suraji
Ketua Kelompok Keilmuan Manajemen Konstruksi & Infrastruktur
Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas

Konsolidasi konstruksi Indonesia merupakan keniscayaan agar pembangunan


infrastruktur lebih banyak, lebih cepat, lebih berkualitas, lebih bermanfaat
dan lebih berkelanjutan. Konsolidasi tersebut diperlukan untuk mengatasi
tantangan konstruksi Indonesia antara lain: (i) dayasaing masih rendah, (ii)
rantai pasok konstruksi masih lemah, (iii) kompetensi SDM masih kurang, (iv)
sistem kelembagaan belum mantap, (v) kesaling-hubungan antar peraturan
perundangan belum terjadi, dan (vi) program penyelenggaraan konstruksi
belum terintegrasi.

Konsolidasi konstruksi Indonesia juga dalam era pasar terbuka Asean pasca 2015.
diperlukan agar mampu merespon tantangan Harmonisasi ini membutuhkan komitmen yang
sekaligus peluang pasca pemberlakuan MEA kuat dari Pemerintah dan seluruh pemangku
2015. Asean akan menjadi pasar tunggal kepentingan konstruksi Indonesia.
dan basis produksi, kawasan ekonomi yang
berdaya saing tinggi, dan kawasan dengan Harmonisasi tersebut akan menjadi prasyarat
pembangunan ekonomi yang merata, serta dalam memenangkan persaingan Indonesia
kawasan yang terintegrasi penuh dengan di sektor konstruksi pasca MEA 2015.
ekonomi global. Konstruksi sebagai salah satu Memenangkan persaingan membutuhkan
sektor perekonomian perlu memiliki kesiagaan dayasaing yang harus dapat dicapai dengan
yang tinggi. Kesiagaan konstruksi Indonesia produktivitas tinggi dengan mutu hasil produksi
baik dari sisi kebijakan, pengadaan dan yang dapat memenuhi tuntutan publik.
penyelenggaraan, perusahaan dan SDM masih Dayasaing tersebut memerlukan sinergi antar
perlu ditingkatkan secara berkesinambungan. pemangku kepentingan industri konstruksi
Konsolidasi bagi peningkatan kesiagaan nasional. Sinergi ini memerlukan lembaga yang
tersebut memerlukan upaya atau proses diberi wewenang menata industri konstruksi.
harmonisasi. Harmonisasi mencakup Sinergi dan dayasaing memerlukan kebijakan
penyelarasan peraturan perundangan, sistem industri yang tepat bagi struktur industri yang
kelembagaan, dan penyelarasan praktik-praktik efisien, transparansi biaya transaksi, entry barrier
penyelenggaraan konstruksi beserta program- agar industri konstruksi sehat dan kuat. Sinergi
program pembangunan kapasitas nasional memerlukan program edukasi, internalisasi, dan
sedemikian sehingga konstruksi Indonesia advokasi.
menjadi kokoh dan andal serta siap bersaing

328
penutup

Konsolidasi perlu dilakukan melalui pendekatan nasional sangat besar seperti pembentukan
konsolidasi langsung, konsolidasi primer, dan GDP, GFCF, dan penyerapan tenaga kerja.
konsolidasi sekunder. Konsolidasi Langsung
menghilangkan semua permasalahan dan Konsolidasi konstruksi Indonesia akan
pemborosan yang sangat besar dan nyata mencerminkan salah satu bentuk Indonesia
ditemukan pada konstruksi Indonesia. Incorporated. Kesatuan yang kompak ini
Konsolidasi Primer menghilangkan berintikan dukungan penuh dari pemerintah,
permasalahan dan pemborosan yang dukungan masyarakat intelektual, tenaga kerja,
menghambat terjadinya kerjasama yang perusahaan serta masyarakat yang secara
sinergis antar anggota rantai pasok, baik dilihat bersama memperkuat dayasaing nasional.
pada tingkatan industri, perusahaan, dan Konsolidasi tersebut juga perlu dibarengi
proyek. Konsolidasi sekunder menghilangkan dengan praksis dengan pengembangan
kelemahan yang dimiliki oleh individual pihak- kompetensi SDM konstruksi, aliansi para pelaku
pihak yang ada pada rantai pasok konstruksi usaha dari keseluruhan rantai pasok konstruksi.
dan meningkatkan kekuatan serta kapasitasnya. Konsolidasi juga perlu dipercepat dengan
Konsolidasi konstruksi Indonesia dilakukan restrukturisasi industri konstruksi, meningkatkan
dengan batasan dan persyaratan yang keunggulan perusahaan konstruksi, keunggulan
melibatkan jenis dan struktur pasar konstruksi, ketersediaan material dan peralatan konstruksi,
perilaku antar pelaku industri konstruksi dan kehadiran UMKM konstruksi yang hebat,
menyeluruh serta partisipasi aktif. Konsolidasi tersedianya sistem penyelesaian sengketa dan
konstruksi tersebut diperlukan karena peran inovasi sistem penyelenggaraan konstruksi
atau kontribusi terhadap pembangunan yang cost-effectiveness /value for money.

329 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

Kontributor
Dr. Ir. Hari G. Soeparto, MT, MPU
Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung pada 1973, kemudian
memperoleh gelar Doktor dari Jurusan Manajemen Proyek, Pascasarjana Bidang Ilmu Teknik Universitas
Indonesia pada 2011. Sejak 2002, aktif di bidang akademis sebagai pengajar tidak tetap pada program
Pascasarjana Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia, serta pengajar tetap di Universitas 17 Agustus
1945 (UNTAG) Surabaya pada Program Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana. Aktif mengajar Kursus
Sertifikasi Profesi PII bidang Engineering, Procurement and Construction dan Manajemen Proyek. Dalam
bidang organisasi profesi, sebagai salah satu pendiri Project Management Institute Chapter Indonesia
dan sebagai salah satu pendiri dan Ketua Umum Ikatan Ahli Manajemen Proyek Indonesia (IAMPI).

Prof. Dr. Rizal. Z. Tamin


Pada 1974 menyelesaikan S1 Teknik Sipil di Institut Teknologi Bandung, kemudian melanjutkan
pendidikan S2 Teknik Lingkungan dan S3 Teknik Sipil di Ecole Nationale des Ponts et Chaussees (ENPC),
Paris. Profesor di bidang Teknik dan Manajemen Konstruksi ini menjabat sebagai Ketua Teknik Konstruksi
dan Kelompok Manajemen Peneliti, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung.
Berperan juga sebagai konsultan di LPJKN dan menjadi anggota di beberapa lembaga, seperti PII, HPJI,
dan HAMKI.

Ir. Akhmad Suraji, MT, MPU


Menyelesaikan studi S1 Teknik Sipil di Universitas Gadjah Mada (UGM), kemudian melanjutkan program
doktornya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Beliau kemudian meraih gelar S3 Building Engineering di
UMIST, Inggris. Pengajar pada Jurusan Teknik SIpil Universitas Andalas Padang, Program S2 Manajemen
Konstruksi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, serta Program Doktor Teknik Sipil Universitas
Dipenogoro Semarang. Pernah menjadi research fellow di Loughborough University, University of
Tokyo, University of Malaya dan visiting lecture di KMNITB Thailand. Pernah menjabat sebagai Anggota
Dewan Peneliti di Pustral UGM (2003-2007), Sekretaris LPJKN, serta konsultan di berbagai institusi, antara
lain: ILO, ADB, Bappenas, dan Kementerian PU.

Ir. Yaya Supriatna Sumadinata, M.Eng.Sc


Kepala Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan, Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum. Pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Material dan Peralatan Konstruksi, Kepala
Bidang Kompetensi dan Kurikulum Keahlian Konstruksi (2005 – 2011) dan sebagai Kepala Bidang Teknik
Pendidikan (2001). Menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung pada
1985, kemudian pada 1992 memperoleh gelar Master Jurusan Geoteknik dari University of New South
Wales di Australia.

Ir. Biemo W. Soemardi, MSE, Ph.D


Lektor Kepala pada Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, sekaligus sebagai Pengajar
Program S1, S2, dan S3 Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Selain itu, aktif dalam beberapa
Asosiasi Profesi, seperti American Society of Civil Engineers (ASCE), Association for The Advancement of

330
penutup

Cost Engineering (AACE International), Ikatan Ahli Pracetak Prategang Indonesia (IAPPI) dan Masyarakat
Transportasi Indonesia (MTI)/ Eastern Asia Society for Transportation Studies (EASTS). Lulusan
Sarjana Teknik Sipil ITB tahun 1985 ini merampungkan pendidikan Master of Science in Engineering
(Construction Engineering and Management) dan Master of Science in Engineering (Civil Engineering–
Construction Material) pada 1988 dan 1989 di University of Michigan, USA. Gelar Doctor of Philosophy
in Civil Engineering diperoleh tahun 1993 di University of Kentucky, USA.

Ir. Muhammad Abduh, MT, Ph.D


Lektor Kepala Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung. Aktif melakukan
riset di bidang Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, terutama pada bidang rantai pasok konstruksi,
operasi konstruksi, konstruksi ramping, simulasi dan penggunaan teknologi informasi pada konstruksi
dan manajemen infrastruktur. Mendapat gelar Ph.D pada tahun 2000 dari Purdue University, USA. Selama
lebih dari 10 tahun, aktif mengabdi dan mengembangkan sistem pengadaan di ITB, dan mendapat
amanah sebagai pimpinan Direktorat Logistik hingga tahun 2011. Saat ini, mengemban tugas sebagai
Kepala Laboratorium Manajemen dan Rekayasa Konstruksi, Fakultas Teknik Sipil dan Teknologi, ITB.

Ir. Muhammad Natsir, M.Sc


Direktur Pengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum.
Pernah menjabat sebagai Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Badan Pembinaan Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum. Sebelumnya sebagai Kepala Bagian Perencanaan, Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia. Pada 1984 menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik Sipil di
Institut Teknologi Bandung dan meraih gelar Master of Science pada 1992 dalam bidang Environmental
Science dari University of Manitoba, Kanada.

Tam Jianto, ST, MM


Manajer Divisi Luar Negeri PT. Wijaya Karya (Persero Tbk) ini aktif mengikuti berbagai seminar dan
pelatihan, diantaranya Seminar Perkembangan Terkini Perencanaan Beton, Couching Mentoring And
Counceling, Advance Course, dan Pelatihan Quantity Surveying yang diselenggarakan di UiTM Malaysia.
Selain itu, pernah menjadi pembicara tamu pada perkuliahan Program Teknik Sipil di Universitas
Dipenogoro. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di Universitas Dipenogoro, kemudian pada
tahun 2007 meraih gelar Magister Management dari Fakultas Ilmu Bisnis Universitas Gajah Mada.

Ir. Suwanto, MM
Meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari Universitas Brawijaya pada 1986, kemudian pada tahun 2000
berhasil menyelesaikan S2 Magister Manajemen di Universitas Krisnadwipayana Jakarta. Kepala Bidang
Pemilihan penyediaan Barang dan Jasa, Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum. Pernah berperan sebagai Ketua Tim Pengadaan Tanah Ruas Jalan Tol Cengkareng
– Batu Ceper – Kunciran dan Ketua Tim Penanganan Utilitas Jalan Tol Akses Tanjung Priok, Direktorat
Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Kota Kementerian Pekerjaan Umum, serta Kepala Bidang Sumber Daya
Investasi, Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi.

331 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

Ir. Anita Tambing, M.Eng


Saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Pasar dan Daya Saing (PSDI), Badan Pembinaan Konstruksi
Kementerian Pekerjaan Umum. Meraih gelar Sarjana Teknik Sipil pada tahun 1988 dari Universitas
Khatolik Parahyangan, kemudian berhasil menyelesaikan studi S2 Sanitary Engineering di IHE Delft,
Belanda. Seminar yang pernah diikuti diantaranya Seminar Peran Material dan Peralatan Konstruksi
dalam Meningkatkan Efisiensi Penyelenggaraan Infrastruktur Pekerjaan Umum di Provinsi Jambi.

Ir. Sila Agung Widyantoro, MBA


Merampungkan pendidikan S1 Teknik Sipil pada tahun 1987 di Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya, gelar MBA kemudian diraih pada tahun 1991 dari Institut Manajemen dan Bisnis Indonesia
Jakarta. Pernah beberapa kali menjadi Manager Wilayah, diantaranya di kota Makassar, Palembang, dan
Surabaya. Semenjak tahun 2011, menjabat sebagai Business Development Manager PT. Wijaya Karya
Beton Tbk hingga sekarang. Selain itu, aktif sebagi Ketua Umum Asosiasi Produsen Tiang Beton Pracetak
Indonesia (APTI).

Dr. Ir. Sarwono Hardjomuljadi, M.Sc, MSBA


Pengajar program Teknik Sipil di beberapa Perguruan Tinggi, diantaranya di Universitas Mercu Buana
Jakarta, Universitas Tarumanegara, Universitas Khatolik Parahyangan, Universitas Katolik Atmajaya
Yogyakarta, dan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Memperoleh gelar S2 Teknik Sipil dari Institut
Teknologi Bandung dan S2 Ilmu Hukum dari Universitas Tarumanegara, serta menyelesaikan program
Doktor di bidang Teknik Sipil di Universitas Tarumanegara. Saat ini masih aktif sebagai Staf Khusus Menteri
Pekerjaan Umum, Wakil Ketua III LPJKN, dan Sekretaris Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa Konstruksi Indonesia.

Muhammad Sapri Pamulu, M.Eng, Ph.D


Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik (Manajemen Konstruksi) di Universitas Hasanuddin Makassar,
kemudian meraih Master of Engineering di Victoria University of Technology Melbourne dan gelar
Doctor of Philosophy di Queensland University of Technology Brisbane, Australia. Pernah menjadi tutor
dan pengajar tamu, diantaranya di Universitas Hasanuddin, Universitas Indonesia, dan di Queensland
University of Technology. Saat ini mengemban tugas sebagai Strategy Manager PT. Wiratman &
Associates, Jakarta.

Ir. Rusli, MT
Mantan Kepala Sub Bagian Sumber Daya Peralatan Kementerian Pekerjaan Umum ini sekarang menjabat
sebagai Kepala Bidang Material dan Peralatan. Pernah aktif di beberapa diklat fungsional, seperti
Pengadaan Barang dan Jasa, SMM, TOT Support for HIV-AIDS, TOT Gempa, dan Pemeriksaan Bangunan.
Berhasil menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di kota kelahirannya Palembang dan S2 Teknik Jalan
di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

332
penutup

Robin Hasiholan, ST
Merampungkan pendidikan Sarjana Teknik Sipil di Universitas Sumatera Utara pada tahun 2002. Posisi
saat ini adalah sebagai General Manager Project di PT. PP Construction & Investment. Karirnyadi sebagai
Project Manager di bidang spesialisasi bangunan gedung dapat ditemui di banyak proyek besar,
diantaranya pada proyek Gedung Keuangan Timor Leste, Condotel De Vasa Surabaya, dan proyek yang
saat ini sedang berlangsung, yaitu proyek Izzara Apartment GTU Simatupang, serta beberapa proyek
gedung lainnya.

Dr. Ir. Masrianto, MT


Saat ini menjabat sebagai Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan
Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum. Pendidikan S1 diperoleh di Fakultas Teknik Sipil
Universitas Negeri Semarang, selanjutnya menempuh pendidikan S2 Jalan Raya di Institut Teknologi
Bandung, serta menyelesaikan program Magister Teknik dan Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan
di Universitas Dipenogoro, Semarang. Mantan Kepala Pusat Usaha dan Kelembagaan BP Konstruksi
KemenPU ini juga aktif di sebagai anggota di organisasi KORPRI, Himpunan Pengembangan Jalan
Indonesia (HPJI), dan The Road Engineering Association of Asia and Australia (REAAA).

D. Ir. Krishna S. Pribadi


Lektor Kepala sekaligus Dosen Tetap Kelompok Keahlian Manajemen dan Rekayasa Konstruksi Fakultas
Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Menyelesaikan program Diploma d’Etudes
Approfondie en Genie Civil di Institut Nationale des Sceinces Appliques dan Docteur-Ingenieur en Genie
Civil, Institut Nationale des Sciences Appliques di Lyon, Perancis. Saat ini aktif sebagai Peneliti di Pusat
Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB) Institut Teknologi Bandung, Ketua Umum Platform Nasional untuk
Pengurangan Resiko Bencana (PLANAS PRB), dan anggota Asian University Forum for Environment and
Disaster Management (AUEDM).

Ir. Jimmy Siswanto Juwana, MSAE


Saat ini masih mengemban tugas sebagai Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Pusat Himpunan
Ahli Perawatan Bangunan Indonesia (HAPBI) dan Ketua Tim Penguji Pelatihan Greenship Associate &
Greenship Professional (untuk Penilai Peringkat Gedung Hijau) Green Building Council Indonesia. Master
Sciences in Architectural Engineering The Pennsylvania State University , dan merupakan Kandidat
Doktor ‘Sustainable Development Management’ Universitas Trisakti – The Colorado State University,
Fort Collins – Amerika Serikat. Masih juga aktif sebagai dosen Program Magister Arsitektur dan Kepala
Praktikum Manajemen & Ekonomi Bangunan Jurusan Arsitektur, FTSP Universitas Trisakti.

Ir. Istanto Oerip


Saat ini memegang posisi penting di beberapa organisasi, diantaranya sebagai Direktur Eksekutif
Gabungan Perusahaan Nasional Rancang Bangun Indonesia (GAPENRI) dan Chairman of Membership
Committee di Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Vice Chairman of The Board di Yayasan Pengembangan

333 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

Teknologi Indonesia, serta menjadi Anggota Code of Ethnic Board Wilayah DKI Jakarta dan Anggota
Indonesia Institut for Corporate Directorship. Pendidikan Sarjana Arsitektur diraih tahun 1971 di Institut
Teknologi Bandung.

Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, SS, MA


Mantan Direktur Pedagangan, Perindustrian, Investasi, dan Hak Kekayaan Intelektual Direktorat Jenderal
Multilateral. Pendidikan S1 diperoleh dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia, kemudian meraih gelar
Master of Arts dari Faculty of International Studies Griffith University Brisbane, Australia. Sempat menjadi
Sekretaris Pertama Penerangan dan Sosial Budaya, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Brussel, Belgia.
Saat ini menjabat sebagai Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN, Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN.

Hendy Sulistiowati, SE, MAE


Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Gajah Mada tahun 1984, kemudian
melanjutkan ke jenjang S2 dan mendapat gelar Master of Applied Economic (MAE) dari University
of Michigan, Ann Arbor, USA pada tahun 1991. Saat ini menduduki posisi sebagai Direktur Eksekutif
Departemen Statistik Bank Indonesia.

Hasto Agoeng Sapoetro, S.ST, MT


Mendapatkan pendidikan Teknik Planologi di Akademik Teknik Pekerjaan Umum (ATPU) pada tahun
1989. Menyelesaikan program S1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota di Universitas Dipenogoro,
kemudian melanjutkan ke jenjang S2 Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota (MPWK) di
universitas yang sama. Saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang Pelatihan Keterampilan Konstruksi,
Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian
Pekerjaan Umum.

Ellis Sumarna, SE, MM


Meraih gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Trisakti, kemudian melanjutkan program Magister
Manajemen Keuangan di Universitas Indonesia. Saat ini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang
Pendukungan Usaha Pusat Pembinaan Usaha dan Kelembagaan Bidang Pengembangan Usaha, Badan
Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum.

Ir. R.M. Dudi Suryo Bintoro, MM


Sejak Juli 2014, menjabat sebagai Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi Badan
Penyelenggaraan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil
di Universitas Indonesia dan meraih gelar S2 Manajemen di Fakultas Ekonomi STIE IPWI Manajemen
Jakarta. Jabatan Fungsional yang diemban sejak Januari 2011 adalah sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi.

334
penutup

Dimas Bayu Susanto, ST


Staf Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian
Pekerjaan Umum. Menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Sipil di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
dan saat ini sedang menempuh jenjang S2 Magister Pengelolaan Sumber Daya Air (MPSDA) di Instituut
Teknologi Bandung. Pada tahun 2013, menjadi Ketua Kelompok Kerja II Satker Pusat Pembinaan
Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi.

Buyung Airlangga, M.Bus


Menyelesaikan studi S1 Ilmu Ekonomi di Universitas Indonesia, meraih Graduate Diploma Bidang
Bank dan Keuangan (Grad. Dip) dari Monash University Melbourne, Australia, kemudian melanjutkan
pendidikan Pascasarjana Bidang Bank dan Keuangan di University of Technology Sydney. Saat ini
menjabat sebagai Direktur Neraca Produksi Deputi Bidang Neraca dan Analisis Stastistik, Badan Pusat
Statistik.

Etjih Tasriah, SE, MPP


Menjabat sebagai Kepala Seksi Neraca Pertambangan, Energi dan Konstruksi, Badan Pusat Statistik. Aktif
sebagai Dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta. Menempuh pendidikan S1 Ekonomi di
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, kemudian pada tahun 2007 memperoleh gelar Master of Public
Policy di Graduate Institute for Policy Studies, Jepang.

Dian Permanasari, S.ST, MIDEC


Menyelesaikan pendidikan Diploma IV Statistik di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Jakarta. Setelah itu,
melanjutkan studi Graduate Diploma dan Master of International Development Economics di The
Australian National University, Australia. Mantan Kepala Seksi Statistik Produksi, Badan Pusat Statistik
Kota Bontang, saat ini menduduki posisi Staf di Direktorat Neraca Produksi, Badan Pusat Statistik.

Ir. Agus Rahardjo, Dipl. HE


Menjabat sebagai Kepala Pusat Pembinaan Penyelenggaraan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum.
Menyelesaikan studi S1 Teknik Sipil di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan melanjutkan ke jenjang
S2 River Engineering di IHE Delft, Belanda. Memperoleh penghargaan Satyalencana Pembangunan dari
pada tahun 2004.

Ir. Achdiat Atmawinata


Lulus dari pendidikan S1 Jurusan Teknik Mesin di Institut Teknologi Bandung pada 1978. Sempat
menduduki posisi Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka, Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Saat ini bertugas sebagai Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang
Penguatan Struktur Industri, Kementerian Perindustrian.

335 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

Ir. A.Tito Karim


Staf Utama Divisi Manajemen Operasi selaku Tenaga Perbantuan pada Anak Perusahaan. Mengenyam
pendidikan S1 Teknik Sipil di Universitas Sriwijaya, Palembang, dan melanjutkan program S2 Manajemen
Sumber Daya Manusia di IKOPIN, Bandung. Saat ini bertugas sebagai Direktur Utama Unit Kerja PT.
Jasamarga Bali Tol (Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa). Tahun 2014 ini, mendapat penghargaan Marketers
of The Year Bali 2014 dari MarkPlus Inc.

Ir. Yusmar Anggadinata, MBA


Memperoleh gelar S1 Ilmu Fisika pada tahun 1990 di Institut Teknologi Bandung, gelar S2 di bidang
Teknologi diperoleh tahun 1998 di institut yang sama. Saat ini menjabat sebagai Direktur Kargo dan
Pengembangan Usaha PT. Angkasa Pura II (Persero). Dalam bidang jasa konsultasi, diantaranya jasa
konsultasi untuk instansi pemerintah, badan usaha milik negara, sektor swasta, serta kebijakan dan
peraturan yang mungkin datang sebagai akibat dari pembangunan yang terkait dengan dinamika
ekonomi global, perdagangan, industri, logistik, dan transportasi.

336
penutup

337 KONSOLIDASI INDUSTRI KONSTRUKSI INDONESIA


GUNA MEMENANGKAN PASAR KONSTRUKSI ASEAN DAN GLOBAL
penutup

338
DITERBITKAN OLEH:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI
Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
Telp. (021) 72797847-72797848
http://bpksdm.pu.go.id

Hak Cipta © Kementerian Pekerjaan Umum


ISBN 978-602-17174-1-7

TIM PENYUSUN
Ir. Mochammad Natsir, M.Sc. (Ketua); Prof. DR. I Gede Widiadnyana Merati (Wakil Ketua);
Ir. RM Dudi Suryo Bintoro,MM (Sekretaris); Ir. Ackmad Suradji, MT, Ph.D; Dr. Ir. Krishna S.
Pribadi; Dr. Ir. Masrianto; Ir. Agus Rahardjo, Dipl. HE; Ir. Panani Kesai, M.Sc; Wahyu Triwidodo,
ST, M.Eng; Ir. Agita Widjajanto, M.Sc; Ir. Yaya Supriyatna, M.Eng.Sc; Ir. Anita Tambing, M.Eng;
Ir. Suwanto, MM; Firman Aksara, ST.; Fariroh, SE, M.Si; Indro Pantja Pramodo, ST,MT; Johar
Mitayani, S.IP; Gigih Adikusuma, ST; Ika Solichah Noviawati, SE; Farida Ery Murniasih, ST;
Andias Mintoharjo, ST; Bustanul Arifin, ST; Jeffry Alfanny, SE.

DESAIN SAMPUL & PENATA LETAK


dagu Komunika

Anda mungkin juga menyukai