LAPORAN STASE ANAK Fix
LAPORAN STASE ANAK Fix
Disusun Oleh :
ANGGIT SETIO NUGROHO, S.Kep
NIM. D002090
COVER ........................................................................................................
Disusun Oleh :
ANGGIT SETIO NUGROHO
NIM. D002090
Cerebral palsy lebih tepat dikatakan suatu gejala yang kompleks daripada suatu
penyakit yang spesifik. (Kuban, 1994) Cerebral palsy merupakan kelainan motorik
yang banyak ditemukan pada anak-anak. William Little yang pertamakali
mempublikasikan kelainan ini pada tahun 1843, menyebutnya dengan istilah “cerebral
diplegia”, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia neonatorum. (Soetjiningsih,
1995). Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang
menyebabkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif
sehingga mempengaruhi belajar mengajar.
Konsensus tentang definisi Cerebral palsy yang terbaru yaitu, Cerebral palsy
adalah suatu terminasi yang umum yang meliputi suatu kelompok kelainan yang
bersifat non-progresif, tetapi seringkali berubah dan menampakkan sindrom kelainan
gerakan sekunder, sebagai akibat kerusakan atau anomali pada susunan saraf pusat
diawal perkembangan sel–sel motorik. (Kuban, 1994; Soetjiningsih, 1995; Stanley,
2000).
Pada anak–anak, hubungan antara lesi pada sistem saraf pusat dan gangguan fungsi
dapat berubah. Abnormalitas pada tonus motorik atau gerakan yang terjadi pada
beberapa minggu atau beberapa bulan pertama kelahiran, secara teratur akan
meningkat selama tahun pertama kehidupan.
Namun setelah anak berusia lebih dari satu tahun, tonus motorik menjadi
berkurang, dimana kondisi ini terus berlanjut hingga akhirnya ia didiagnosa menderita
Cerebral palsy. (Kuban, 1994) Pada penelitian yang dilakukan oleh Collaborative
Perinatal Project menunjukkan bahwa hingga mereka berusia 7 tahun, hampir dua
pertiga dari anak–anak yang mengalami diplegia spastik dan setengah dari anak– anak
yang mengalami Cerebral palsy pada ulang tahun pertama mereka, tampak tumbuh
normal atau tidak menunjukkan tanda–tanda Cerebral palsy. Padahal dibalik itu semua,
secara relatif tanda–tanda motorik nonspesifik, seperti hipotonia, yang telah ada pada
minggu–minggu atau bulan–bulan pertama kehidupan, berkembang menjadi spastisitas
dan abnormalitas ekstrapiramidal, hingga mereka melalui usia satu atau dua tahun.
Anggapan bahwa myelinasi akson–akson dan pematangan neuron dalam ganglia
basalia, terjadi sebelum spastisitas, distonia dan athetosis, dapat dibuktikan.
Beberapa ahli menganjurkan bahwa diagnosis definitif Cerebral palsy sebaiknya
ditunda sampai anak berusia dua tahun. Jika dokter melakukan diagnosis sebelum akhir
tahun pertama, maka selanjutnya diagnosa ini harus diberitahukan pada keluarga
penderita sebagai suatu diagnosis yang bersifat sementara. (Kuban, 1994) Cerebral
palsy dapat diklasifikasikan berdasar keterlibatan alat gerak atau ekstremitas
(monoplegia, hemiplegia, diplegia dan quadriplegia), dan karakteristik disfungsi
neurologik (spastik, hipotonik, distonik, athetonik atau campuran).
a. Inkompatibilitas Rh.
b. Disseminated Intravascular Coagulation oleh karena kematian pranatal pada
salah satu bayi kembar (Soetjiningsih, 1994).
c. Maternal thyroid disorder.
d. Siklus menstruasi yang panjang.
e. Maternal mental retardation.
f. Maternal seizure disorder (Boosara, 2004).
2. Perinatal
a. Anoksia / hipoksia
Penyebab terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain injury.
Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya anoksia. Hal initerdapat pada
keadaan presentasi bayi abnormal, disproporsi sefalo–servik, partus lama,
plasenta previa, infeksi plasenta, partusmenggunakan instrumen tertentu dan
lahir dengan seksio caesar.(Anonim. 2002).
1. Prematuritas
2. Berat badan lahir rendah
3. Postmaturitas
4. Primipara
5. Antenatal care
6. Hiperbilirubinemia
Bentuk Cerebral Palsy yang sering terjadi adalah athetosis, hal ini
disebabkan karena frekuensi yang tinggi pada anak–anak yang lahir dengan
mengalami hiperbilirubinemia tanpa mendapatkan terapi yang diperlukan
untuk mencegah peningkatan konsentrasi unconjugatedbilirubin. Gejala–
gejala kernikterus yang terdapat pada bayi yang mengalami jaundice biasanya
tampak setelah hari kedua dan ketiga kelahiran. Anak menjadi lesu dan tidak
dapat menyusu dengan baik. Kadangkala juga terjadi demam dan tangisan
menjadi lemah. Sulitmendapatkan Reflek Moro dan tendon pada mereka, dan
gerakan otot secara umum menjadi berkurang. Setelah beberapa minggu,
tonus meningkat dan anak tampak mengekstensikan punggung dengan
opisthotonus dan diikuti dengan ekstensi ektremitas. (Swaiman, 1998).
5. Kelahiran sungsang
6. Partus lama
Partus lama yaitu persalinan kala I lebih dari 12 jam dan kala II
lebih dari 1 jam. Pada primigravida biasanya kala I sekitar 13 jam dan
kala II sekitar 1,5 jam. Sedangkan pada multigravida, kala I : 7 jam dan
kala II : 1/5 jam. Persalinan yang sukar dan lama meningkatkan risiko
terjadinya cedera mekanik dan hipoksia janin. (Wiknjosastro, 2002).
1. Spastik
a. Monoplegia
Pada monoplegia, hanya satu ekstremitas saja yang mengalami spastik.
Umumnya hal ini terjadi pada lengan / ekstremitas atas.
b. Diplegia
Spastik diplegia atau uncomplicated diplegia pada prematuritas. Hal ini
disebabkan oleh spastik yang menyerang traktus kortikospinal bilateral atau
lengan pada kedua sisi tubuh saja. Sedangkan sistem–sistem lain normal.
c. Hemiplegia
Spastis yang melibatkan traktus kortikospinal unilateral yang biasanya
menyerang ekstremitas atas/lengan atau menyerang lengan pada salah satu sisi
tubuh.
d. Triplegia
Spastik pada triplegia menyerang tiga buah ekstremitas. Umumnya
menyerang lengan pada kedua sisi tubuh dan salah satu kaki pada salah salah
satu sisi tubuh.
e. Quadriplegia
Spastis yang tidak hanya menyerang ekstremitas atas, tetapi juga ekstremitas
bawah dan juga terjadi keterbatasan (paucity) pada tungkai.
2. Ataksia
Kondisi ini melibatkan cerebelum dan yang berhubungan dengannya. Pada CP tipe
ini terjadi abnormalitas bentuk postur tubuh dan / atau disertai dengan
abnormalitas gerakan. Otak mengalami kehilangan koordinasi muskular sehingga
gerakan–gerakan yang dihasilkan mengalami kekuatan, irama dan akurasi yang
abnormal.
b. Diskinetik
Didominasi oleh abnormalitas bentuk atau gerakan–gerakan involunter, tidak
terkontrol, berulang–ulang dan kadangkala melakukan gerakan stereotype.
c. Atonik
Anak–anak penderita CP tipe atonik mengalami hipotonisitas dan kelemahan
pada kaki. Walaupun mengalami hipotonik namun lengan dapat menghasilkan
gerakan yang mendekati kekuatan dan koordinasi normal.
d. Campuran
Cerebral palsy campuran menunjukkan manifestasi spastik dan
ektrapiramidal, seringkali ditemukan adanya komponen ataksia.
a. Level 1 (ringan)
Anak dapat berjalan tanpa pembatasan/tanpa alat bantu, tidak memerlukan
pengawasan orangtua, cara berjalan cukup stabil, dapat bersekolah biasa,
aktifitas kehidupan sehari–hari 100 % dapat dilakukan sendiri.
b. Level 2 (sedang)
Anak berjalan dengan atau tanpa alat bantu, alat untuk ambulasi ialah brace,
tripod atau tongkat ketiak. Kaki / tungkai masih dapat berfungsi sebagai
pengontrol gaya berat badan. Sebagian besar aktifitas kehidupan sehari–hari
dapat dilakukan sendiri dan dapat bersekolah.
c. Level 3 (berat)
Mampu untuk makan dan minum sendiri, dapat duduk, merangkak atau
mengesot, dapat bergaul dengan teman–temannya sebaya dan aktif. Pengertian
kejiwaan dan rasa keindahan masih ada, aktifitas kehidupan sehari–hari perlu
bantuan, tetapi masih dapat bersekolah. Alat ambulasi yang tepat ialah kursi
roda.
d. Level 4 (berat sekali)
Tidak ada kemampuan untuk menggerakkan tangan atau kaki, kebutuhan
hidup yang vital (makan dan minum) tergantung pada orang lain. Tidak dapat
berkomunikasi, tidak dapat ambulasi, kontak kejiwaan dan rasa keindahan
tidak ada.
Gejala dapat berbeda pada setiap pemderita, dan dapat berubah pada seorang
penderita. Sebagian Cerebral Palsy sering juga menderita penyakit lain, termasuk
kejang atau gangguan mental.
Penderita Cerebral Palsy derajat berat akan mengakibatkan tidak dapat berjalan
dan membutuhkan perawatan intensif dalam jangka panjang, sedangkan Cerebral Palsy
derajat ringan mungkin hanya sedikit canggung dalam gerakan dan membutuhkan
bantuan yang tidak khusus. Cerebral Palsy bukan penyakit menular atau bersifat
herediter. Hingga saat ini, Cerebral Palsy tidak dapat dipulihkan, walau penelitian
ilmiah berlanjut untuk menemukan terapi yang lebih baik dan metode pencegahan.
Tetapi tumor, pembuluh darah, dan malformasi arteri jarang terlibat dalam
kompresi. Juga, kerusakan selubung myelin dapat menyebabkan nyeri trigeminal. Jenis
kerusakan biasanya terjadi sehubungan dengan multiple sclerosis. Biasanya, sinyal
yang berbeda berbaur bersama-sama, dan dengan demikian, otak dapat menafsirkan
sensasi yang disebabkan oleh sentuhan ringan seperti nyeri. Karena plak demielinasi
temuan umum pada otopsi pasien dengan multiple sclerosis, bahkan orang-orang yang
tidak memiliki neuralgia trigeminal, pertanyaan yang telah diajukan, apakah kerusakan
selubung mielin merupakan penyebab atau insidental menemukan pada pasien dengan
neuralgia trigeminal dan beberapa sclerosis. kecelakaan traumatis, gigi tidak berhasil,
dan berbagai infeksi dapat merusak saraf trigeminal.
Ini adalah hipotesis bahwa neuralgia trigeminal disebabkan oleh fokus abses dan
resorpsi tulang dengan iritasi saraf trigeminal di rahang atau mandibula. Virus
varicella, yang menyebabkan herpes zoster, kadang-kadang juga menyebabkan rasa
sakit di daerah trigeminal yang sangat sulit untuk mengobati.
Neuralgia Trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan sistem
persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang menjadi
etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami
pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya
saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus disebabkan oleh adanya
tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti meningioma, tumor epidermoid, atau
neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus karena sklerosis multipel. Ada sebagian
kasus yang tidak diketahui sebabnya. Menurut Fromm, neuralgia Trigeminal bisa
mempunyai penyebab perifer maupun sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf ini, apapun
penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi segmental pada nukleus/ inti
saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic action potential pada saraf Trigeminal.
Keadaan ini, yaitu discharge neuronal yang berlebihan dan pengurangan inhibisi,
mengakibatkan jalur sensorik yang hiperaktif. Bila tidak terbendung akhirnya akan
menimbulkan serangan nyeri. Aksi potensial antidromik ini dirasakan oleh pasien
sebagai serangan nyeri trigerminal yang paroksismal. Stimulus yang sederhana pada
daerah pencetus mengakibatkan terjadinya serangan nyeri.
Efek terapeutik yang efektif dari obat yang diketahui bekerja secara sentral
membuktikan adanya mekanisme sentral dari neuralgi. Tentang bagaimana multipel
sklerosis bisa disertai nyeri Trigeminal diingatkan akan adanya demyelinating plaques
pada tempat masuknya saraf, atau pada nukleus sensorik utama nervus trigeminus.
Pada nyeri Trigeminal pasca infeksi virus, misalnya pasca herpes, dianggap bahwa
lesi pada saraf akan mengaktifkan nociceptors yang berakibat terjadinya nyeri. Tentang
mengapa nyeri pasca herpes masih bertahan sampai waktu cukup lama dikatakan
karena setelah sembuh dan selama masa regenerasi masih tetap terbentuk zat pembawa
nyeri hingga kurun waktu yang berbeda.
Pada orang usia muda, waktu ini relatif singkat. Akan tetapi, pada usia lanjut nyeri bisa
berlangsung sangat lama. Pemberian antiviral yang cepat dan dalam dosis yang adekuat
akan sangat mempersingkat lamanya nyeri ini.
Nyeri bervariasi, tergantung pada jenis Trigeminal Neuralgia, dan dapat berkisar
dari yang tiba-tiba, berat, dan menusuk ke lebih konstan, sakit, sensasi terbakar.
Berkedip intens nyeri dapat dipicu oleh getaran atau kontak dengan pipi (seperti saat
mencukur, mencuci muka, atau memakai makeup), menyikat gigi, makan, minum,
berbicara, atau sedang terkena angin. Rasa sakit dapat mempengaruhi area kecil dari
wajah atau mungkin menyebar. Serangan nyeri jarang terjadi pada malam hari, ketika
individu yang terkena sedang tidur.
Tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia trigeminal. Pemeriksaan
radiologis seperti CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode laten
kedipan dan refleks rahang dikombinasikan dengan elketromiografi masseter dapat
digunakan untuk membedakan kasus-kasus simtomatik akibat gangguan struktural dari
kasus idiopatik.
a. Terapi Farmakologi
Karbamazepine
Oxykarbamazepin
Lamotrigine
Efek samping dapat berupa pusing, mual, penglihatan kabur dan ataksia. Sekitar 7-
10% pasien dapat terjadi ruam pada kulit selama terapi 4 - 8 minggu. Dapat
jugaterjadi kelainan berupa deskuamasi atau terkait gejala parah demam
ataulimfadenopati indikasi Stevens - Johnson sindrom yang
membutuhkan penghentian segera.
Phenitoin
Phenitoin berefek anti konvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP. Sifatanti
konvulsi obat ini berdasarkan pada penghambatan penjalaran rangsang darifokus
kebagian lain di otak. Penggunaan phenitoin harus hati-hati
dalammengkombinasikan dengan karbamazepine karena dapat menurunkan dan
kadang-kadang menaikkan kadar phenitoin dalam plasma, sebaiknya diikuti
dengan pengukuran kadar obat dalam plasma.
Baklofen
Baklofen memiliki durasi yang pendek sehingga penderita trigeminalneuralgia yang
berat membutuhkan dosis setiap 2-4 jam.
Gabapentin
Dosis yang dianjurkan 1200-3600 mg/hari. Obat ini hampir sama efektifnyadengan
karbamazepine tetapi efek sampingnya lebih sedikit. Dosis awal biasanya3x300
mg/hari dan ditambah hingga dosis maksimal. Reaksi merugikan palingsering
adalah somnolen, ataksia, Fatique dan nystagmus. Seperti semua obat, penghentian
secara cepat harus dihindari.
b. Terapi Pembedahan
Terapi farmakologik umumnya efektif akan tetapi ada juga pasien yang
tidak bereaksi atau timbul efek samping yang
tidak diinginkan maka diperlukan terapi pembedahan. Beberapa situasi yang
mengindikasikan untuk dilakukannya terapi pembedahan yaitu:
1. Ketika pengobatan farmakologik tidak menghasilkan penyembuhan yang berarti
2. Ketika pasien tidak dapat mentolerir pengobatandan gejala semakin memburuk
3. Adanya gambaran kelainan pembuluh darah pada MRI.
NOC
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam nutrisi kurang teratasi
dengan :
1. Asupan cairan IV
2. Asupan nutrisi parenteral
NIC
Intervensi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
2. Monitor adanya penurunan berat badan dan gula darah
3. Monitor lingkungan selama makan
4. Monitor intake dan output cairan
5. Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan suplemen makanan seperti NGT sehingga
intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan
6. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila lidah dan cavitas oral
2. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk bergerak (00092)
NOC
Domain : 3. Behavioral
Intervensi :
NOC
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam klien tidak
mengalami trauma dengan kriteria hasil:
Domain : 4. Safety
Intervensi :
Classes : E – Cardiopulmonary
Outcomes : 0406 Tissue Perfusion: Cerebral
Domain : 4. Safety
Intervensi :
Domain : 3. Behavioral
Intervensi :
Classes : J. Neurocognitive
Domain : 3. Behavioral
PENGKAJIAN
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama / Nama panggilan : Akifa
2. TTL : Tegal, 12-9-2018
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Ds. Bulakpacing - Dukuhwaru – Tegal
7. Tanggal masuk : 27 Desember 2020
8. Tanggal pengkajian : 7 Januari 2021
9. Diagnosa Medis : Cerebal Palsy
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. Nama : Fathudin
b. Usia : 47 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Ds. Bulakpacing - Dukuhwaru – Tegal
2. Ibu
a. Nama : St. Aminah
b. Usia : 36 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Ds. Bulakpacing - Dukuhwaru – Tegal
45
3
6
6
8 6
2
6
6
III. Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap) : ibu pasien mengatakan anaknya sudah
diimunisasi lengkap sejak bayi sampai umur 9 bulan.
V. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI : 22 bulan.
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : untuk selingan
2. Jumlah pemberian : 900 ml sehari
3. Cara pemberian : dengan dot.
2. Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triscep kanan / kiri : sedang
3. Sensori
Nyeri :+
Rangsang suhu : normal
Rasa raba : normal
Ekstremitas bawah
a. Motorik
Pergerakan kanan / kiri normal .
Kekuatan otot kanan / kiri sedang
Koordinasi gerak (+)
b. Refleks
Biceps kanan / kiri : normal
Triscep kanan / kiri : sedang
c. Sensori
Nyeri :+
Rangsang suhu : normal
Rasa raba : normal
X. Tes Diagnostik
- Laboratorium :
Leukosit : 9.7 gr % (N 5.5 – 15.5)
Eritrosit : 5.2 (N3.60 – 5.20)
Hematokrit : 43 (N35-43)
Hb : 14.8 gr % (N 12 – 16)
Trombosit : 340 (N 150-400)
DO : - Turgor sedang.
- Makan habis ¼ porsi
2
DS -Ibu pasien Gangguan Hambatan tumbuh
mengatakan neuromuskular kembang
: Perkembangan
anaknya terhambat
- Tentukan tingkat
3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan penkes pengetahuan orangtua
berhubungan dengan dalam waktu 1x15 menit pasien
diharapkan pengetahuan - Jelaskan patofisiologi
kurangnya informasi Anggit
keluarga bertambah dari penyakit dan
dengan kriteria hasil : bagaimana hal ini
- dapat menyatakan berhubungan dengan
kesadaran dan perubahan anatomi dan fisiologi,
pola hidup, dengan cara yang tepat
- mengidentifikasi - Gambarkan tanda dan
hubungan tanda dan gejala yang biasa
gejala. muncul pada penyakit
dengan cara yang tepat
- Gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
- Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
- Sediakan bagi
keluarga informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi dimasa
yang akan datang
- Berikan informasi
tertulis untuk orangtua
pasien
IMPLEMENTASI
No. TTD &
Hari / Respon Klien
Diagnosa Jam Implementasi Nama
Tanggal (DO & DS)
keperawatan Perawat
1 Rabu / 20 14.45 - Mengkaji adanya S : - Ibu pasien
Jan 2021 alergi makanan mengtakan
- Memonitor jumlah tidak ada
nutrisi dan alergi Anggit
kandungan kalori makanan
- Memonitor turgor O : - Tidak ada
kulit tanda alergi
- Mendorong makanan.
orangtua atau - Ibu pasien
anggota keluarga menyuapi
lain untuk pasien
menyuapi anak menggunaka
atau ada disaat n alat makan
makan sendiri
- Menggunakan alat - Turgor kulit
makan yang sedang
dikenalnya
- Menyajikan makan
sedikit tapi sering.
- Menyajikan porsi
kecil makanan dan
berikan setiap
porsi secara
terpisah
- Memonitor kadar
Hb, dan kadar Ht
- Mengkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
3 Kamis / 15.05
- Menentukan S : - Ibu pasien
7 Jan 2021 tingkat O : - dapat
pengetahuan menyatakan Anggit
orangtua pasien kesadaran
- Mengkaji dan
kebutuhan diet dan perubahan
jawab pertanyaan pola hidup
sesuai indikasi Pengetahuan
- Mendorong - keluarga
konsumsi makanan bertambah
tinggi serat dan
masukan cairan
adekuat
- Memberikan
informasi tertulis
untuk orang tua
pasien
EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN
No.Diagnosa Tanda
Hari/Tgl/Jam Perkembangan
Keperawatan Tanagan
Jum’at/ 22 1 S : - Ibu pasien mengatakan anaknya sdh mulai Anggit
Jan mau makan walaupun sedikit
- Ibu pasien mengatakan tahu anaknya
2021/14.45 mengalami kurang nutrisi.
O : - BB belum naik
- Turgor masih sedang
- mukosa bibir masih kering
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi.
3
Jum’at/22 Jan S:- Anggit
2021/15.05 O : Pengetahuan keluarga bertambah
A : Masalah teratasi
P:-
LAPORAN STASE ANAK
PROGRAM PROFESI NERS
DI RUANG PERISTI RSUD dr. SOESELO SLAWI
Disusun Oleh :
ANGGIT SETIO NUGROHO
NIM. D002090
1.PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 6 Januari 2021
Tanggal masuk : 6 Januari 2021
A. Biodata
Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : By. Ny. Nurhayati
2. Tempat tgl lahir/usia : Tegal/0 hari
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Alamat : Kambangan - Lebaksiu.
7. Tgl masuk : 6 Januari 2021 (jam 12.35 WIB)
8. Tgl pengkajian : 6 Januari 2021
9. Diagnosa medik : Neo Aterm
Status
0 1 2 1 mnt 5 mnt 10 mnt
b. Persalinan
Jenis persalinan : SC
Usia gestasi : 39 minggu
Keadaan umum ibu : Sedang
c. Kelahiran
Bayi lahir tanggal : 12.35 WIB
BBL : 3500 gram
Kondisi kesehatan : sedang
d. Alergi
Tidak ada
e. Pertumbuhan dan perkembangan : -
f. imunisasi :-
Tanda-tanda vital
Suhu : 36 0C.
HR :136x/menit
RR : 44x/menit
D. Pengkajian reflek :
moro reflek -, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek, rooting reflek,
sucking reflek +
E. Pengkajian fungsional
Kebutuhan oksigenasi : meningkat
Kebutuhan nutrisi dan cairan : meningkat
F. Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan labiratorium/radiologi, dll)
Tidak ada
G. Terapi saat ini
- Vit K inj
- Gentamicyn tetes mata
3 Jalan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih
efektif tindakan dari darah dan lendir segera setelah kepala
keperawatan bayi lahir.
selama 2x24 jam 2. Hisap lendir dengan menggunakan
pola nafas normal penghisap lender atau kateter pada sisi
dengan kriteria mulut atau hidung
hasil : 3. Miringkan bayi ke kanan untuk mencegah
- Tidak ada regurgitasi
obstruksi mukus 4. Bersihkan jalan nafas
- Tidak ada 5. Pertahankan
sianosis
IV. IMPLEMENTASI
HARI/
NO.DX
TGL/JAM TINDAKAN RESPON TTD
.KEP
Kamis / 7 1. - Mengkaji adanya bau atau cairan DS : -
Jan 2021 pada tali pusat. DO : - tali pusat kering
/15.03 - Melakukan perawatan pada tali - tidak ada tanda –
pusat dengan alcohol tanda infeksi
- Mengganti nouvel gauze pada tali
pusat setiap habis mandi
- Mengkaji adanya tanda-tanda
infeksi seperti peningkatan suhu
tubuh, kemerahan disekitar tali
pusat
Kamis / 3.
7 Jan - Membersihkan muka DS : -
2021 /15.55 dengan kasa/ kain bersih dari DO :- Muka bayi bersih
darah dan lender segera setelah - Mucus di
kepala bayi lahir. hidung masih
- Menghisap lender dengan tampak
menggunakan penghisap lender - O2 terpasang
atau kateter pada sisi mulut atau
hidung
- Memiringkan bayi ke kanan
untuk mencegah regurgitasi
- Membersihkan jalan nafas
- Mempertahankan suplai
oksigen adekuat
V. EVALUASI/CATATAN PERKEMBANGAN
Jum’at / 1. S:-
8 Jan 2021 O :Tidak terjadi infeksi pada tali pusat
/15.55 A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
Jum’at / 2. S:-
8 Jan 2020 O :Tidak terjadi hipotermi
/15.55 A : Masalah teratasi
P : Pertahankan
Jum’at / 8 3. S:-
Jan 2020 O :Masih ada sumbatan jalan nafas.
/15.55 A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
LAPORAN PELAKSANAAN SKRINING DENVER PADA An. A (2 THN)
PROGRAM PROFESI NERS
DI RUANG ANGGREK I RSUD dr. SOESELO SLAWI
Disusun Oleh :
ANGGIT SETIO NUGROHO
NIM. D002090
H. KESIMPULAN
Hanya ada 1 C pada 1 sektor : NORMAL