Anda di halaman 1dari 15

TUGAS UTS

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UTS dari mata kuliah Materi PAI I

Dosen pengampu mata kuliah : Dr. R. Dedi Supriatna, M.Ag.

Disusun Oleh :

Nomor Ujian : 2223.02110.4.2

Nama : Neli Fathimah

NIM : 2112.2294

Jurusan / Semester : PAI. 2. IV

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) AL-MASTHURIYAH

KABUPATEN SUKABUMI

2023
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Satuan Pendidikan : Madrasah Aliyah Al-Masthuriyah


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil
Materi Pokok : Sumber Hukum Islam
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (6 x 45 menit)
Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya


Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap
KI 2 : sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
KI 3 : pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
KI 4 : pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara
efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

A. KOMPETENSI DASAR dan INDIKATOR:


NO KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
1 1.3 Meyakini al-Qur’an, Hadis dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
2 2.3 Menunjukkan perilaku ikhlas - Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat beribadah
dan taat beribadah sebagai sebagai implemantasi pemahaman terhadap
implemantasi pemahaman kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai
terhadap kedudukan al-Qur’an, sumber hukum Islam
hadis, dan ijtihad sebagai
sumber hukum Islam
3 3.3 Menganalisis kedudukan al- - Mengidentifikasi Makna kedudukan al-Qur’an, hadis,
Qur’an, hadis, dan ijtihad dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
sebagai sumber hukum Islam - Menjelaskan Kedudukan dan fungsi Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad.
4 4.3 Mendeskripsikan macam- - Menyebutkan macam-macam sumber hukum Islam
macam sumber hukum Islam - Menjelaskan manfaat Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad
- Menjelaskan Hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie
B. TUJUAN PEMBELAJARAN:
Peserta didik diharapkan mampu:
Pertemuan Pertama:
1. Terbiasa membaca Al-Qur’an dengan meyakini bahwa al-Qur’an, Hadis dan ijtihad
sebagai sumber hukum Islam
2. Menunjukkan perilaku ikhlas dan taat beribadah sebagai implemantasi
pemahaman terhadap kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber
hukum Islam.
3. Mengidentifikasi Makna al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
4. Menjelaskan Kedudukan dan fungsi Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad.
Pertemuan Kedua
1. Mempersentasikan macam-macam sumber hukum Islam
2. Mendiskusikan manfaat Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
Islam.
3. Menjelaskan Hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie beserta contohnya yang ada
dilingkungan masyarakat yang berkaitan dengan hukum-hukum tersebut.

C. MATERI PEMBELAJARAN:
Pertemuan Pertama:
1. Makna kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum Islam
2. Menjelaskan Kedudukan dan fungsi Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad

Pertemuan Kedua:
1. Macam-macam sumber hukum Islam
2. Manfaat Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
3. Hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie.

D. METODE PEMBELAJARAN:
1. Model Pembelajaran Kontekstual
2. Presentasi, diskusi
3. Observasi dan Tanya Jawab
E. SUMBER BELAJAR
1. Kitab al-Qur’anul Karim dan terjemahnya, Depag RI
2. Buku LKS siswa PAI SMK kelas X semester 1
3. Buku paket PAI dan Budi Pekerti SMA/MA/SMK/MAK kelas 1, Kemendigbud RI,
Jakarta; 2015
4. Artikel dan sumber belajar lainnya yang relevan
F. MEDIA PEMBELAJARAN
1. Media
a. Video Pembelajaran
b. Lingkungan
2. Alat
a. Handphone
b. Benda Asli

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN


1. Pertemuan 1
a. Pendahuluan (15 menit)
1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin
oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat.
2) Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan Al-Quran surah ayat
pilihan yang dipimpin oleh salah seorang peserta didik.
3) Guru memperhatikan kesiapan diri peserta didik dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kehadiran, kerapian pakaian, posisi, dan tempat
duduk peserta didik.
4) Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
5) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
b. Kegiatan inti (90 menit)
1) Mengamati:
Siswa membaca dan mencermati teks yang menyajikan materi tentang
Makna kedudukan al-Qur’an, hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum
Islam
2) Menanya:
Mengajukan pertanyaan tentang Kedudukan dan fungsi Al-Quran, Hadits,
dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
3) Mengeksplorasi:
Siswa membuat skema makna kedudukan Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad
sebagai sumber hukum Islam
4) Mengasosiasi:
Siswa membuat skema tentang kedudukan dan fungsi Al-Quran, Hadits, dan
Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
5) Mengkomunikasikan:
Siswa mendemonstrasikan di depan kelas kedudukan dan fungsi Al-Quran,
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
c. Penutup (15 menit)
1) Guru melakukan post test terhadap pemahaman peserta didik selama proses
pembelajaran.
2) Guru bersama-sama para peserta didik melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4) Guru memberikan tugas mandiri kepada peserta didik berkaitan dengan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
5) Guru bersama-sama para peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
a. Pertemuan 2
a. Pendahuluan (15 menit )
1) Guru membuka pembelajaran dengan salam dan berdoa bersama dipimpin
oleh seorang peserta didik dengan penuh khidmat.
2) Guru memulai pembelajaran dengan pembacaan Al-Quran surah dan ayat
pilihan yang dipimpin oleh salah seorang peserta didik.
3) Guru memperhatikan kesiapan diri peserta didik dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kehadiran, kerapian pakaian, posisi, dan tempat
duduk peserta didik.
4) Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan secara komunikatif
yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
5) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai.
b. Kegiatan inti (90 menit)
1) Mengamati:
Siswa mempersentasikan materi tentang macam-macam sumber hukum
Islam, manfaat Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
dan hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie sebagai sumber hukum Islam.
2) Menanya:
Guru dan siswa melakukan proses tanya jawab untuk membahas materi
tentang macam-macam sumber hukum Islam, manfaat Al-Quran, Hadits,
dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan hukum Taklifi dan Hukum
Wad’ie sebagai sumber hukum Islam
3) Mengumpulkan informasi (Mengeksplorasi):
Mengumpulkan informasi dari lingkungan masyarakat tentang contoh dari
hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie sebagai sumber hukum Islam
4) Mengasosiasi
Siswa membuat penalaran macam-macam sumber hukum Islam, manfaat
Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan hukum
Taklifi dan Hukum Wad’ie sebagai sumber hukum Islam
5) Mengkomunikasikan:
Siswa mendiskusikan hasil temuan macam-macam sumber hukum Islam,
manfaat Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam dan
hukum Taklifi dan Hukum Wad’ie sebagai sumber hukum Islam beserta
contohnya yang ada dilingkungan masyarakat.
c. Penutup (15 menit)
1) Guru melakukan post test terhadap pemahaman peserta didik selama proses
pembelajaran.
2) Guru bersama-sama para peserta didik melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
3) Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya.
4) Guru bersama-sama para peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa.
H. Penilaian
Format Penilaian kognitif
1. Lembar Kerja
Nama Peserta Didik : …………………………..
Kelas/Semester : …………………………..
Sikap yang dinilai : Pengetahuan Kognitif

Lengkapilah table di bawah ini dengan jawaban yang benar!


Sumber Dalil
No Makna/Penjelasan
Hukum Islam (Al-Qur’an/Hadits)
1 Al-Qur’an
2 Al Hadits
3 Ijtihad

2. Pengetahuan
a. Teknik Penilaian : Tes Tulis
b. Bentuk Instrumen : Lembar penilaian Tes Tulis (Uraian)
c. Kisi-kisi :
No. Indikator Butir Instrumen
Dapat menjelaskan makna al-Qur’an, Jelaskan menurut bahasa dan istilah makna
1. hadis, dan ijtihad sebagai sumber hukum al-Qur’an, hadits, dan ijtihad sebagai sumber
Islam hukum Islam!
Dapat menjelaskan kedudukan dan fungsi Al- Jelaskan kedudukan dan fungsi Al-Quran,
2. Quran, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum
hukum Islam Islam!
Dapat menyebutkan acam-macam sumber Sebutkan acam-macam sumber hukum
3.
hukum Islam Islam!
Dapat menyebutkan hubungan dan manfaat Sebutkan hubungan dan manfaat Al-
4. Al-Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai Qur’an, Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber
sumber hukum Islam hukum Islam!
Dapat menjelaskan hukum Taklifi dan Jelaskan hukum Taklifi dan Hukum
5.
Hukum Wad’ie beserta contohnya Wad’ie beserta contohnya!
Instrumen: Terlampir
Subang, 02 Agustus 2017
Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran PAI
Wakasek. Bag. Kurikulum

Ade Trisno, S.Pd, M.Mpd Eis Komala Sari

Mengetahui,
Kepala Sekolah SMK Pertiwi

Hilma Rahayu, S.Pd, M.Pd


NIP.197206232003122003
Uraian Materi
Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam Pertama dan Utama

Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat dinamis, benar, dan
mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an dapat berlaku di mana saja, kapan
saja, dan kepada siapa saja, karena Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk umat tertentu
dan juga tidak hanya berlaku pada satu zaman. Benar artinya Al-Qur’an mengandung
kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya. Mutlak artinya Al-
Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan terbantahkan. Bahkan kejadian
kejadian yang akhir-akhir mi muncul semakin membuktikan tentang kebenaran Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.
Secara bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan yang membacanya termasuk ibadah.

1. Isi dan Kandungan Al-Qur’an, meliputi lima hal sebagai berikut:

Tauhid (pengesaan Allah Swt)

‫ك ِمن َّرسُو ٍل ِإاَّل نُو ِح ٓى ِإلَ ْي ِه َأنَّ ۥهُ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإٓاَّل َأن َ۠ا فَٱ ْعبُدُو ِن‬
َ ِ‫َو َمٓا َأرْ َس ْلنَا ِمن قَ ْبل‬

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (Al-Anbiya Ayat 25)

Ibadah (aktivitas yang menghidupkan tauhid)

۟ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ ۚ َوما تُقَ ِّد ُم‬


ِ َ‫وا َأِلنفُ ِس ُكم ِّم ْن خَ ي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِعن َد ٱهَّلل ِ ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
‫صي ٌر‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬
َ

Artinya: Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Baqarah: 110)

Janji dan ancaman

Janji

َ‫وقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْد ُعوْ نِ ْٓي اَ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم ۗاِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْستَ ْكبِرُوْ نَ ع َْن ِعبَا َدتِ ْي َسيَ ْد ُخلُوْ نَ َجهَنَّ َم دَا ِخ ِر ْين‬ 
َ
Dan Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gafir [40] Ayat 60).

Ancaman

َ ِ‫ٱلَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ٱل ِّربَ ٰو ۟ا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم ٱلَّ ِذى يَتَ َخبَّطُهُ ٱل َّش ْي ٰطَنُ ِمنَ ْٱل َمسِّ ۚ ٰ َذل‬
‫ك بَِأنَّهُ ْم قَالُ ٓو ۟ا ِإنَّ َما ْٱلبَ ْي ُع ِم ْث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ۟ا ۗ َوَأ َح َّل‬
ٓ
‫ار ۖ هُ ْم‬ِ َّ‫ك َأصْ ٰ َحبُ ٱلن‬ َ ‫ٱهَّلل ُ ْٱلبَ ْي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۟ا ۚ فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِِّۦه فَٱنتَهَ ٰى فَلَ ۥهُ َما َسلَفَ َوَأ ْم ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل ِ ۖ َو َم ْن عَا َد فَُأ ۟و ٰلَِئ‬
َ‫فِيهَا ٰ َخلِ ُدون‬ 

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari
Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.  (Q.S Al-Baqarah: 275)

Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

Al-Qur’an banyak berisi prinsip prinsip dan aturan-aturan hukum. Diantara prinsip dan
aturan hukum tadi, ada yang mengatur hubungan dengan Tuhan (hablum minAllah Swt),
ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia (hablum minannas).

Kisah dan cerita (kisah-kisah tentang orang-orang shalih dan ingkar atau membangkang).

2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an

Kedudukan Al-Qur’an dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah sebagai sumber
hukum yang pertama dan utama. Al-Qur’an langsung berasal dan Allah Swt. Meskipun
serba ringkas, Al-Qur’an sudah memuat beraneka ragam hal tentang kehidupan, baik yang
menyangkut urusan dunia maupun berhubungan dengan kehidupan di akhirat.

Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman kehidupan serta petunjuk bagi umat manusia.
Himpunan firman Allah Swt ini berisi ajaran-ajaran pokok yang harus dipedomani segenap
umat manusia yang mengandung berbagai aturan, baik itu perintah maupun larangan yang
ditujukan untuk kemaslahatan serta kemanfaatan umat manusia. AI-Qur’an menjelaskan
cara berhubungan dengan Allah Swt (hablum minAllah Swt) dan juga menjelaskan
pedoman berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).

Al-Hadits sebagai Sumber Kedua

Menurut bahasa, Al-Hadits mempunyai beberapa arti, yaitu :jaded berarti baru; qorib
berarti dekat; khabar berarti berita. Menurut istilah Al-Hadits ialah segala berita yang
bersumber dan Nabi Muhammad saw. balk berupa ucapan, perbuatan maupun pengakuan
(taqrir) Nabi Muhammad saw. Allah Swt mewajibkan agar kita mentaati hokum hukum
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. dan perilaku yang dicontohkan oleh beliau.

1. Kedudukan dan Fungsi Al-Hadits

Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Semua
persoalan hukum pertama-tama dikembalikan kepada Al-Qur’an. Apabila tidak ditemukan
dasar hukumnya dalam Al-Qur’an, maka dicari dalam Al-Hadits. Adapun fungsi Al-Hadits
mencakup tiga hal, yaitu:

Sebagai pengukuh/penguat dan hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an.

Sebagai penjelasan dan hal-hal yang sudah disebutkan Al Qur’an.

Sebagai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicanakan dalam Al-Qur’an.

2. Macam Hadits

Ditinjau dan segi banyak atau sedikitnya jumlah orang yang meriwayatkan (sanad), Hadits
terbagi menjadi dua, yaitu Hadits mutawatir dan Hadits ahad.

a. Hadits Mutawatir (berurutan/berlanjut)

Hadits mutawatir merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh segolongan orang yang
menurut kebiasaan tidak mungkin berbuat dusta. Bahkan adayangberpendapat bahwa
tingkat kebenaran Hadits mutawatir sebanding dengan Al-Qun’an. Dengan kata lain,
Hadits mutawatir juga shahih dan dapat dijadikan dasar hukum (hujjah). Adapun syarat-
syarat sebuah Hadits mutawatir adalah sebagai berikut:
1) Mereka yang meriwayatkan dan tingkat pertama harus benar-benar mengetahui yang
diberitakan dengan penglihatan/pendengaran (bukan dengan penyelidikan/perhitungan-
perhitungan akal).

2) Terdapat jumlah bilangan yang sah pada tiap-tiap tingkatan, yaitu jumlah yang menurut
adat kebiasaan tidak mungkin untuk berdusta.

3) Jumlah bilangan orang yang meriwayatkan tidak ada batas tertentu, tetapi yang
terpenting adalah adanya pengetahuan pasti dan kabar yang diperoleh, juga kepuasan jiwa
pada orang-orang yang menerimanya (tidak bersengketa mengenai kabar itu).

Contoh hadits mutawatir

َ ِ ‫ح ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬


‫صلَّى‬ َ ‫صي ٍن ع َْن َأبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫و َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ُعبَ ْي ٍد ْال ُغبَ ِريُّ َح َّدثَنَا َأبُو ع ََوانَةَ ع َْن َأبِي َح‬
‫ْأ‬
ِ َّ‫ي ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّو َم ْق َع َدهُ ِم ْن الن‬
‫ار‬ َ ‫ َم ْن َك َذ‬ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ َ‫ب َعل‬

Artinya: “Barangsiapa berdusta atas diriku secara sengaja, hendaklah dia bersiap-siap
menempati tempatnya di neraka,”.

b. Hadits Ahad

Hadits ahad merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang, akan tetapi tidak
mencapai derajat mutawatir. Dilihat dan segi banyak atau sedikitnya orang yang
meriwayatkan, Hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu :

Hadits masyhur, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang/lebih.

Hadits aziz, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh dua orang pada satu tingkatan,
walaupun sesudah itu diriwayatkan banyak orang.

Hadits gharib, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh orang perseorangan.

Contoh Hadits masyhur

‫ﻋﻦ ﺍﻠﺑﺭﺍﺀ ﺑﻦ ﻋﺎﺯﺏ ﻭﻋﻦ ﺃﺒﻴﻪ ﺭﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻘﺎﻞ ﺍﻤﺭﻨﺎ ﺭﺴﻮﻞ ﺍﷲ ﺼﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻳﻪ ﻮﺴﻠﻢ ﺒﺎﺘﺒﺎﻉ ﺍﻠﺠﻨﺎﺌﺯ ﻮﻋﻳﺎﺪﺓ‬
‫ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻟﺑﺧﺎﺮﻯ‬  .‫ ﻮاﺟﺎﺒﺔ ﺍﻠﺪﺍﻋﻰ ﻮﻨﺼﺭﺍﻟﻤﻆﻟﻮﻢ‬٬‫ﺍﻠﻤﺭﻳﺽ ﻮﺗﺸﻤﻳﺖ ﺍﻠﻌﺎﻄﻰ‬
Artinya :

Al-Bara’ ibnu A’zib dari bapaknya r.a. berkata Rasulullah saw. memerintahkan kami
mengikuti jenazah, mengunjungi orang sakit, mendoakan orang bersin dan memenuhi
undangan, dan menolong orang yang teraniaya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Contoh Hadits aziz

‫ ﻻ ﻴﺆﻤﻥ ﺃﺤﺩﻜﻡ ﺤﺘﻰ ﺃﻜﻮﻥ ﺍﺤﺏ ﺍﻠﻴﻪ ﻤﻥ ﻨﻔﺳﻪ ﻮﻭﺍﻠﺪﻩ ﻮﻭﻠﺪﻩ ﻮﺍﻠﻨﺎﺲ‬: ‫ﻋﻦ ﺍﻨﺲ ﺮﺿﻲ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻠﻨﺒﻲ ﺼﻟﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺴﻟﻢ‬
)‫ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ ﻮﻤﺳﻠﻡ‬ ‫(ﺮﻮﺍﻩ‬ .‫ﺍﺠﻤﻌﻴﻦ‬

Artinya :

Dari Anas r.a. dari Nabi saw. : Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga aku
lebih dicintai dari pada dirinya, orang tuanya, anaknya dan semua manusia.” (HR
Bukhari dan Muslim)

Contoh Hadits gharib

‫ ﻘﺎﻝ ﺍﻹﻴﻤﺎﻦ ﺑﻀﻊ ﻭﺴﺗﻭﻦ ﺷﺑﻌﺔ ﻭﺍﻠﺤﻳﺎﺀ ﺷﺑﻌﺔ ﻤﻦ‬، ‫ﻋﻥ ﺍﺒﻰ ﻫﺭﻴﺭﺓ ﺭﻀﻰﺍﷲ ﻋﻨﻪ ﻋﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺼﻠﻰﺍﷲ ﻋﻟﻴﻪ ﻭﺴﻠﻢ‬
‫ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ‬ .‫ﺍﻹﻳﻤﺎﻦ‬

Artinya :

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw. telah bersabda, iman itu bercabang-cabang menjadi
60 cabang dan malu itu salah satu cabang dari iman.” (HR. Bukhari)

Dari segi mutu periwayatan, Hadits ahad dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Hadits sahih, merupakan Hadits yang periwayatannya (sanad) tidak terputus dan awal
sampai akhir dan diriwayatkan oleh orang-orang yang adil dan teliti. Periwayatan Hadits
tersebut juga tidak ada keganjilan dan kecacatan. Hadits sahih ini bisa dijadikan
hujjah/dasar hukum.

Contoh hadis shahih

‫اذاكاتوثالثة فال يتنا جى اثنان دون‬ :‫حد ثنا عبدهللا بن يوسف اخيرنامالك عن نافع عن عبد هللا ان رسول هللا صر قال‬
‫ مسلم‬ ‫رواه‬  ‫الثالث‬ 
Artinya : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, (ia berkata) telah
mengabarkan kepada kami, Malik, dari Nafi, dari Abdullah bahwa Rasulullah saw.
bersabda: Apabila mereka itu bertiga orang, janganlah dua orang (dari antaranya)
berbisik-bisikan dengan tidak sama yang ketiganya (H.R. Muslim)

2) Hadits hasan, merupakan Hadits yang tidak terputus periwayatannya serta diriwayatkan
orang-orang adil, tetapi kurang teliti (meskipun tidak mengandung keganjilan dan
kecacatan). Hadits hasan ini juga bisa dijadikan sebagai hujjah/pegangan.

Contoh hadis hasan

‫قال الترمذى حد ثنا احمد بن منيع حدثنا هشيم عن يزيدين ابى زياد عن عيد الر حمن بن ابن ليل عن البراء بن عازب‬
‫ الترمذي‬ ‫رواه‬ . ‫حقا على المسلمين ان يغتسلوايوم الحمعة‬ :‫ قال رسول هللا ص‬:‫قال‬

Artinya : (Kata Turmudzi) “telah menceritakan kepada kami, Ahmad bin Mani’, telah
menceritakan kepada kami Husyaim, dari Yazid bin Abi zi-yad, dari Abdurrahman bin Abi
Laila, dari al-Bara’ bin Azid, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya
satu kewajiban atas orang-orang Islam adalah mandi pada hari jum’at” (HR. at-Tirmizi)

3) Hadits dlaif/Hadits yang lemah, merupakan Hadits yang kurang dan tingkatan Hadits
hasan.

Contoh hadis Dhaif

ِّ ‫ ال‬, ‫لِ ُك ِّل َش ْي ٍء زَ َكاةٌ َو َز َكاةُ ْال َج َس ِد الصَّوْ ُم‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ ‫صيَا ُم نِصْ فُ ال‬
‫صب ِْر‬ َ ِ ‫ع َْن َأبِي ه َُر ْي َرةَ قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ 

Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan, “Rasûlullâh


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Segala sesuatu itu ada zakatnya. Zakat badan
adalah puasa. Puasa itu separuh kesabaran.” [HR. Ibnu Mâjah, no. 1745 lewat jalur
Musa bin Ubaidah dari Jumhân dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu]

Ijtihad sebagai Metode Penetapan hukum Islam

Kata Ijtihad berasal dan kata ijtahada, yajtahidu, ijtihadan, yang berarti mengerahkan
segala kemampuan. Orang yang berijtihad dinamakan mujtahid. ijtihad secara istilah
berarti usaha sungguh-sungguh yang dilakukan untuk mencapai putusan hukum yang
belum ada dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
1. Dasar-dasar Ijtihad

Ijtihad sebagai sumber hukum Islam didasarkan pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Allah
Swt, berfirman:

ِ َ‫ك ٱهَّلل ُ ۚ َواَل تَ ُكن لِّ ْل َخٓاِئنِينَ خ‬


‫صي ًم‬ َ ‫اس بِ َمٓا َأ َر ٰى‬ َ َ‫ك ْٱل ِك ٰت‬
ِّ ‫ب بِ ْٱل َح‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ ٱلن‬ َ ‫ِإنَّٓا َأن َز ْلنَٓا ِإلَ ْي‬

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,


supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat. (QS. An-Nisa: 105)

Dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah saw.,
bersabda:

“Apabila hakim akan mengadili lalu ia berjtihad, kemudian dapat mencapai kebenaran,
maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia berjtihad dan tidak mencapai kebenaran, maka
ia mendapat satu pahala.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

2. Macam-macam Ijtihad

Yusuf al-Qardawi membagi ijtihad menjadi dua yaitu ijtihad iintiqa’i/tarjihi dan ijtihad
insya’i.

a. Ijtihad intiqa’i/Tarjihi

Merupakan ijtihad yang dilakukan oleh seseoang atau kelompok untuk memilih pendapat
ahli fikih terdahulu dalam masalah tertentu, dengan menyeleksi pendapat mana yang lebih
kuat dalilnya dan lebih relevan untuk kondisi terkini.

b. Ijtihad Insya’i (Ijtihad Kreatif atau Ijtihad Kolektif)

Ijtihad ini dilakukan dengan cara mengambil konklusi (kesimpulan) hukum baru dalam
suatu permasalahan yang belum pernah dikemukakan oleh ulama fikih terdahulu. Pendapat
baru yang dimaksud pun sama sekali berbeda dengan pendapat yang dahulu, sebab telah
diupayakan berbagai pemahaman dan penelitian baru secara menyeluruh yang melibatkan
berbagal ahli (ilmu pengetahuan) yang terkait. Ali HasbAllah Swt, menyebut jenis ijtihad
ini sebagai ijtihad kolektif (jama’i).
Wahbah az-Zuhaili menambahkan perlunya penghayatan mendalam terhadap maqasid asy-
syari’ah (tujuan syari’at dalam menetapkan hukum) di kalangan orang-orang yang terlibat
dalam ijtihad insya’i. Tanpa penghayatan ini, hasil ijtihad akan melenceng dan tidak sesual
dengan tujuan syari’at itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai