Anda di halaman 1dari 203

PERTEMUAN-7

SISTEM TIGA FASA

Mata Kuliah : Sistem Elektrik I


Disusun Oleh : Aris Sandi, S.ST., M.Eng
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa memahami pengertian rangkaian tiga fasa
• Mahasiswa memahami prinsip tiga fasa
• Mahasiswa mampu menentukan urutan fasa
OUTLINE
• Komponen rangkaian tiga fasa
• Sistem wye - wye
• Sistem wye seimbang
• Sistem terhubung delta
• Perhitungan daya tiga fasa
• Sistem per-unit
• Pengiriman daya sistem satu fasa dengan sistem tiga fasa
• Hubungan delta ()
MENGAPA LISTRIK AC ?

• Transmisi listrik harus menggunakan tegangan yang


sangat tinggi agar rugi-rugi rendah
• Untuk distribusi dan pemakaian tegangan diturunkan
kembali menggunakan trafo.
• Trafo bekerja untuk tegangan AC tidak bisa DC
MENGAPA TIGA FASA ?

• Daya sesaat yang dikirimkan ke beban akan


“melonjak tinggi”pada sistem 1 fasa. Pada Sistem
tiga fasa daya yang dikirimkan lebih “stabil/ steady”
(ingat mesin mobil dengan multi silinder)
• Untuk mengirimkan daya yang sama, ukuran
konduktor/ kabel dan komponen lainnya lebih kecil
dibanding dengan menggunakan 1 fasa.
• Daya listrik yang dibangkitkan pada pembangkit
adalah fasa banyak dengan frekuensi 50 Hz atau 60
Hz
LISTRIK DI INDONESIA

• Tegangan rms fasa = 220 V


• Tegangan fasa ke fasa (Line Voltage) = 380 V
• frekuensi 50 Hz

LISTRIK DI AMERIKA

• Tegangan rms fasa = 115 V


• frekuensi 60 Hz
SISTEM FASA TUNGGAL TIGA KAWAT
V an V1
I aA = =
IaA
Z1 Z1
a a A

Vbn V
V1 V1 Z1 I bB = = − 1 = − I aA
Z1 Z1
n InN
n N

V2 V1 Z1 I nN = −( I aA + I bB ) = 0
b IbB
b B

• Karena tidak ada arus, maka netral dapat dihilangkan dari rangkaian
karena tidak mempengaruhi KVL maupun KCL.
• Apabila garis aA maupun aB bukan konduktor sempurna tetapi
mempunyai impedansi yang sama Z2,arus netral InN tetap 0
• Bila beban tidak sama/ tidak seimbang, maka arus netral  0
SISTEM TIGA FASA wye - wye

a V an = V p 0
Vbn
b

Van Vbn Van


Vbn = V p  − 120
n n

Vcn Vcn = V p 120


Vcn

c
V an + Vbn + Vcn = 0

• Masing masing fasa mempunyai magnitude yang sama dan


mempunyai perbedaan fasa 120°
• Van dipilih secara sembarang sebagai fasor referensi. Urutan fasor
tegangan pada gambar di atas adalah positif (abc). Jika urutan
dibalik menjadi acb, maka urutannya adalah negatif. Urutan ini
hanya masalah pe-labelan/konvensi.
SISTEM TIGA FASA wye - wye
Vnb=-Vbn
Vac Vcn
Vab

V ab = V an + V nb = V p 0 + V p 60 o

Van
Vna=-Van 1 3
V ab = V p + V p ( + j )
2 2

Vnc=-Vcn 3 1
Vbn V ab = 3V p ( +j )
2 2

V ab = 3V p 30 o
Vbc

Vbc = 3V p  − 90o Vca = 3V p  − 210o

VL =
• Magnitude tegangan antar fasa (line voltage) 3V p

• Tegangan fasa di Indonesia :


• Vp = 220 V, maka tegangan antar fasa VL = 380 V
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA wye – wye seimbang
• Wye-wye : Sumber dan beban terhubung dengan struktur wye (Y)
• Seimbang/ balanced = Sumber mempunyai tegangan fasa yang sama dan beban tiap
fasa sama ZP
V
I aA = an
a
Zp
b B A

Vbn V an  − 120 o
Z
p
I bB = = = I aA  − 120 o
Zp Zp

p
Z
Van Vbn
n N
Vcn Van 120 o
Vcn Zp I cC = = = I aA 120 o
Zp Zp
C
c

− I nN = I aA + I bB + I cC = 0

• Arus netral = 0
I aA = I L  −  = I p  − 
• Arus saluran aA, bB dan cC adalah arus fasa Ip = IL
I bB = I L  −  − 120 o = I p  −  − 120 o

I cC = I L  −  + 120 o = I p  −  + 120 o
DAYA PADA SISTEM TIGA FASA wye – wye
seimbang
a

b B A

Zp
Zp
Van Vbn
n N

Vcn Zp

C
c

• Daya rata-rata pada masing-masing fasa


Pp = V p I p cos  = I 2p Re( Z p )

• Total daya yang dikirim ke beban :

P = 3 Pp
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM TIGA FASA
SISTEM PER-UNIT
SISTEM PER-UNIT
SISTEM PER-UNIT
SISTEM PER-UNIT
PENGIRIMAN DAYA SISTEM SATU FASA vs
SISTEM TIGA FASA
• SISTEM 1 FASA 3 KAWAT
• Karena seimbang, maka InN = 0

Arus pada aN :
a A V0 o
=
ZL
I aN
Z1 + Z L
V0 o Z1
Daya yang dikirimkan pada aN :
V 2 cos
n ZN N PaN = VaN I aN cos =
Z1 + Z L

V0 o
Z1
Daya total yang dikirimkan adalah :
b ZL B 2V 2 cos
Ptotal = PaN + PbN = 2 PaN =
Beban Z1 + Z L
PENGIRIMAN DAYA SISTEM SATU FASA vs
SISTEM TIGA FASA
• SISTEM 3 FASA
Karena seimbang, maka In’N’ = 0

Arus pada aN :
V 0 o

a’ A’ V0o
ZL Z3
I a'N ' =
Z3 + Z L

V − 120o Daya yang dikirimkan pada a’N’ :


b’ B’
N’
V 2 cos
ZL Z3
n
Pa ' N ' = Va ' N ' I a ' N ' cos =
ZN
Z3 + Z L
V + 120 o
c’ C’
ZL Z3
Daya total yang dikirimkan adalah :
c Vbn
Beban

3V 2 cos
Ptotal = Pa ' N ' + Pb ' N ' + Pc ' N ' = 3Pa ' N ' =
Z3 + Z L
PENGIRIMAN DAYA SISTEM SATU FASA vs
SISTEM TIGA FASA
• Untuk Tegangan, faktor daya dan daya yang dikirimkan sama antara sistem 1 fasa
dan sistem 3 fasa

Z3 + Z L 3
=
Z1 + Z L 2

Untuk daya yang dikirimkan sama, impedansi fasa untuk rangkaian 3


fasa Z3+ZL lebih besar daripada impedansi sistem satu fasa :
Karena tegangan yang digunakan sama, maka arus rms pada
sistem 1 fasa akan lebih besar daripada sistem 3 fasa
I aN V / Z1 + Z L 3
= =
I a'N ' V / Z3 + Z L 2
PENGIRIMAN DAYA SISTEM SATU FASA vs
SISTEM TIGA FASA

Rugi-rugi saluran total :

PL = 2 I aN Re( Z L )
2
• Sistem satu fasa : (*)
PL ' = 3 I a ' N ' Re( Z L )
2
• Sistem tiga fasa :
2
2 4
PL ' = 3  I aN Re(Z L ) = I aN Re(Z L )
2 2
(**)
3 3

Dengan membandingkan (*) dan (**), didapat : 3


PL =   PL '
2

Dengan tegangan, faktor daya dan daya yang dikirimkan sama, maka
sistem 3 fasa lebih efisien dibanding sistem 1 fasa karena rugi-rugi saluran
lebih kecil.
HUBUNGAN DELTA ()
a a A
b
Zp
A Zp B

b B Zp

Zp
Zp

Zp
c
C
c
C
Salah satu cara menhubungkan beban 3 fasa seimbang.
Sistem 3 kawat, tidak ada netral
Sumber tegangan juga bisa dihubungkan secara delta, tetapi jarang dilakukan
Sumber jarang dihubungkan secara  karena jika sumber tidak seimbang
secara sempurna akan menimbulkan arus yang berputar sepanjang
hubungan  yang akan menyebabkan panas pada generator.
Bentuk hubungan : Y - ,  - 
HUBUNGAN DELTA ()

Keuntungan hubungan delta :


• Beban dapat secara langsung diambil atau ditambahkan karena beban
langsung terhubung ke tegangan (Kalau pada bentuk Y salah satunya
terhubung ke netral)
• Arus fasa pada hubungan  lebih kecil dibanding hubungan Y untuk
daya yang sama.

Tegangan fasa  lebih tinggi daripada hubungan Y,


memerlukan instalasi lebih baik daripada hubungan Y.
Terimakasih 😊
PERTEMUAN-6
SISTEM SATU FASA

Mata Kuliah : Sistem Elektrik I


Disusun Oleh : Aris Sandi, S.ST., M.Eng
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa memahami pengertian rangkaian satu fasa
• Mahasiswa memahami prinsip satu fasa
• Mahasiswa mampu menentukan urutan fasa
OUTLINE
• Komponen rangkaian satu fasa
• 𝑉𝑟𝑚𝑠
• 𝐼𝑟𝑚𝑠
• Impedansi
• Sudut fasa
• Rangkaian kapasitif, induktif, dan reaktif
• Bilangan kompleks
• Daya sesaat
Terimakasih 😊
PERTEMUAN-4
FAKTOR DAYA

Mata Kuliah : Sistem Elektrik I


Disusun Oleh : Aris Sandi, S.ST., M.Eng
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa memahami daya semu, daya nyata, dan daya reaktif
• Mahasiswa mampu menghitung daya nyata pada kelistrikan rumah
tangga dari daya PLN.
OUTLINE
• Pengertian faktor daya
• Pengaruh nilai faktor daya
• Dampak perbaikan faktor daya terhadap drop tegangan
PENDAHULUAN
• Impedansi (Z) merupakan beban dalam rangkaian listrik sumber
AC.
• Impedansi terdiri dari dua komponen yaitu resistansi (R) dan
reaktansi (X).
• Komponen reaktansi terdiri dari reaktansi induktansi (𝑋𝐿 ) dan
reaktansi kapasitif (𝑋𝐶 ).
• Komponen-komponen tersebut menyebabkan terjadi pergeseran
sudut fasa antara tegangan dan arus.
PENDAHULUAN
Terdapat tiga jenis beban pada rangkaian listrik alternating current
(AC), antara lain resistive load, inductive load, dan capacitive load.
DEFINISI

• Daya memiliki arti sebagi energi per satuan waktu (Von Meier Alexander, 2006).
• Daya merupakan jumlah energi listrik yang digunakan untuk melakukan usaha di
dalam sistem tenaga listrik.
• Satuan untuk daya listrik umumnya adalah Watt.
• Daya pada suatu sistem tegangan bolak-balik (AC) dikenal dengan tiga macam
yaitu :
➢ Daya aktif (nyata) dengan simbol (P) satuannya adalah Watt (W)
➢ Daya reaktif dengan simbol (Q) satuannya adalah volt ampere reactive
(VAR)
➢ Daya semu dengan simbol (S) satuannya adalah volt ampere (VA)
DAYA AKTIF (P)

• Daya aktif adalah daya rata-rata yang sesuai dengan kekuatan sebenarnya
ditransmisikan atau dikonsumsi oleh beban (Von Meier Aleander, 2006).
• Daya aktif digunakan untuk mengoperasikan beban beban pada pelanggan listrik.

RUMUS :
P = V.I.cos ϴ (1 fasa)
P = V.I.cos ϴ. 𝟑 (3 fasa)
Dimana :
P = Daya aktif (watt)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
cos ϴ = Faktor daya
DAYA REAKTIF (Q)

• Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan
magnet (Von Meier Aleander, 2006). Dari pembentukan medan magnet maka
akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya
reaktif adalah trasnformator, motor, setrika, penanak nasi dan peralatan listrik
yang memiliki sifat induktif (memiliki komponen berupa lilitan) .
• Daya reaktif yang bertambah akan menyebabkan turunnya faktor daya listrik.
RUMUS :
P = V.I.sin ϴ (1 fasa)
P = V.I.sin ϴ. 𝟑 (3 fasa)
Dimana :
Q = Daya reaktif (VAR)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
DAYA SEMU (S)

• Daya semu adalah daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri antara
daya aktif dan daya reaktif atau daya yang dikeluarkan sumber AC atau diserap
oleh beban (Von Meier Aleander, 2006).
• Daya semu dihasilkan oleh generator pembangkit yang ditransmisikan ke
pelanggan listrik.

RUMUS :
P = V.I (1 fasa)
P = V.I. 𝟑 (3 fasa)
Dimana :
S = Daya semu (VA)
V = Tegangan (volt)
I = Arus (ampere)
ANALOGI DAYA
ANALOGI DAYA

Terdapat tiga poin yang mungkin terjadi pada kondisi ini

• Q > P, daya dari PLN tidak bisa


digunakan dengan maksimal.
• Q < P, daya dari PLN dapat
digunakan dengan maksimal.
• Q = P, daya dari PLN dapat
digunakan seutuhnya (hampir
jarang terjadi).
ANALOGI DAYA

• Air dalam torrent = Sumber listrik dari PLN (kVA)


• Air yang masuk ke ember = Daya nyata (Watt)
• Air yang tumpah = Daya reaktif (kVAR)
• Selang yang menghubungkan kran dan ember = kapasitor
FAKTOR DAYA

• Faktor daya adalah perbandingan antara daya aktif dengan daya semu (C.
Sankaran, 2002).
• Faktor daya merupakan nilai cosinus dari sudut pergeseran fasa.
• Nilai faktor daya berkisar 0,0 – 1,0.
• Contoh nilai faktor daya peralatan listrik antara lain :
➢ Mesin las : 0,3 – 0,5
➢ Lampu TL : 0,5 – 0,7
➢ Motor listrik : 0,8 – 0,9
➢ Lampu pijar : 1,0
FAKTOR DAYA UNITY

• Adalah kondisi dimana arus yang mengalir sefasa dengan tegangan


beban.
• Sudut fasanya 0° atau dikatakan tidak terjadi pergeseran fasa (cos ϴ = 1)
• Akan terjadi apabila beban bersifat resistif murni.
• Jumlah daya nyata yang dikonsumsi beban sama dengan daya semu.
FAKTOR DAYA LEADING

• Adalah kondisi dimana arus yang mengalir mendahului tegangan


beban.
• Disebabkan oleh beban kapasitansi yang memiliki nilai reaktansi
kapasitif (𝑋𝐶 ).
• Beban memberikan daya reaktif kepada sistem
FAKTOR DAYA LAGGING

• Adalah kondisi dimana arus yang mengalir tertinggal oleh tegangan


beban.
• Disebabkan oleh beban induktansi yang memiliki nilai reaktansi
induktif (𝑋𝐿 ).
• Beban menerima daya reaktif kepada sistem
SEGITIGA DAYA

Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan


hubungan matematika antara daya aktif, daya reaktif, dan daya
semu berdasarkan prinsip trigonometri.
SEGITIGA DAYA
SEGITIGA DAYA
SEGITIGA DAYA
CONTOH SOAL-1
CONTOH SOAL-2
CONTOH SOAL-3
Terimakasih 😊
PERTEMUAN-3
RANGKAIAN RLC

Mata Kuliah : Sistem Elektrik I


Disusun Oleh : Aris Sandi, S.ST., M.Eng
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa memahami konsep dasar rangkaian arus bolak-balik
• Rangkaian seri RL, RC, dan RLC
OUTLINE
• Konsep dasar rangkaian arus bolak-balik
• Rangkaian seri RL, RC, dan RLC
• Bilangan komplek
• Resonansi seri
• Daya arus bolak-balik
DEFINISI

Rangkaian RLC adalah rangkaian yang terdiri dari 3 buah


komponen listrik, yaitu Resistor (R), Induktor (L) dan
Kapasitor (C) yang disusun seri dan dihubungkan ke
sumber tegangan (V) secara seri maupun paralel.
R L C
DEFINISI Tuning

Memilih
frekuensi

Rangkaian
RLC

• Rangkaian arus bolak-balik adalah rangkaian yang menggunakan arus bolak-balik.


• Arus bolak-balik adalah arus listrik yang arah dan besarnya selalu berubah secara
periodik.
• Rangkaian arus bolak-balik memiliki hambatan yang disebut sebagai impedansi (Z).
• Impedansi adalah suatu kondisi dimana hambatan listrik dihasilkan dalam sebuah
rangkaian yang dilewati oleh arus bolak-balik.
• Terdapat 2 bagian pada impedansi yaitu nyata (terbentuk dari adanya hambatan listrik)
dan imajiner (terbentuk dari reaktansi).
• Di dalam impedansi, terdapat hambatan murni atau resistor (R), hambatan induktif (𝑋𝐿 )
oleh induktor, dan hambatan kapasitif (𝑋𝐶 ) oleh kapasitor.
ARUS AC PADA RESISTOR
Arus AC sebesar I yang melewati resistor akan muncul tegangan
seperti persamaan di bawah ini.

VR = IR
Besarnya arus yang melalui resistor sebanding dengan tegangan
yang dihasilkan. Artinya, jika arus yang masuk besar, tegangan
yang dihasilkan juga akan besar. Kondisi ini dikatakan bahwa arus
dan tegangannya sefase.

Diagram fasor
Susunan resistor Grafik sinusoidal antara
antara tegangan
tegangan dan arus
dan arus
ARUS AC PADA RESISTOR

Pada gambar di atas terlihat bahwa tegangan


dan arus bergerak dengan fase yang sama.
ARUS AC PADA INDUKTOR
Jika suatu induktor dilalui arus AC yang besarnya berubah setiap waktu, maka akan
dihasilkan tegangan induksi VL. Secara matematis, hubungan antara arus dan
tegangan induksi dirumuskan sebagai berikut 𝑑𝐼
𝑉𝐿 = 𝐿
𝑑𝑡
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa semakin besar perubahan arus setiap
waktu, semakin besar pula tegangan induksinya. Tegangan induksi akan muncul
setelah ada perubahan arus pada selang waktu tertentu. Dari kondisi tersebut, dapat
dikatakan bahwa jalannya arus tidak serentak dengan tegangan atau tegangan
tidak sefase dengan arus. Tegangan akan mendahului arus dengan beda sudut
fase 90°

Diagram fasor
Susunan induktor Grafik sinusoidal antara
antara tegangan
tegangan dan arus
dan arus
ARUS AC PADA INDUKTOR

Pada gambar di atas terlihat bahwa tegangan


mendahului arus dengan beda sudut fase
90° atau arus tertinggal tegangan sejauh 90°.
ARUS AC PADA KAPASITOR
Saat kapasitor dilalui Arus AC sebesar IC, akan muncul tegangan VC. Tegangan
kapasitor tersebut akan naik menjadi Vt secara perlahan. Secara matematis,
dirumuskan berikut. 1
𝑉𝐶 = ∫ 𝐼𝐶 dt
𝐶
Saat kapasitor dilalui arus, tegangan kapasitor akan naik. Sebaliknya, saat arus
diturunkan sampai ke titik nol, tegangan kapasitor akan turun secara perlahan.
Keadaan ini menunjukkan bahwa arus dan tegangan tidak berjalan secara
serempak. Artinya, arus dan tegangan tidak sefase. Arus akan mendahului
tegangan dengan beda sudut fase 90°.

Diagram fasor
Susunan kapasitor Grafik sinusoidal antara
antara tegangan
tegangan dan arus
dan arus
ARUS AC PADA KAPASITOR

Pada gambar di atas terlihat bahwa arus


mendahului tegangan dengan beda sudut fase
90° atau tegangan tertinggal arus sejauh 90°.
RUMUS UMUM RANGKAIAN SERI RLC
RANGKAIAN SERI R-L
VL V Jika gabungan seri antara resistor (R) dan
induktor (L) dipasang pada sumber tegangan
bolak-balik, maka tegangan induktor 𝑉𝐿
π
mendahului arus (I) dengan beda fase atau
 2
X (ωt) 90°, sedangkan tegangan resistor 𝑉𝑅
I VR
mempunyai fase yang sama dengan arus (I).

VR VL

R L


RANGKAIAN SERI R-L
VR = IR
Impedansi Z = R + XL
2 2
Hukum Ohm I
VL = IX L

V = VR + VL
2 2

Beda Potensial
V = IZ V = I R + XL 2 2

VL XL
Arah fasor tan  = tan  =
VR R
V V
Kuat arus I= I=
Z R 2 + X L2
Frekuensi resonansi
RANGKAIAN SERI R-C
I VR Jika gabungan seri antara resistor (R) dengan
 X (ωt) kapasitor (C) dipasang pada sumber tegangan
bolak-balik, maka tegangan kapasitor 𝑉𝐶
tertinggal oleh arus (I) dengan beda fase 90°,
sedangkan tegangan resistor 𝑉𝑅 mempunyai
VC V fase yang sama dengan arus (I).

VR VC

R C


RANGKAIAN SERI R-C
VR = IR
Impedansi Z = R2 + X C
2
Hukum Ohm I
VC = IX C

V = VR + VC
2 2

Beda Potensial
V = IZ V = I R2 + X C
2

VC XC
Arah fasor tan  = − tan  = −
VR R
V V
Kuat arus I= I=
Z R 2 + X C2
Frekuensi resonansi
RANGKAIAN SERI L-C
VL
Jika gabungan seri antara induktor (L) dan
V kapasitor (C) dipasang pada sumber tegangan
bolak-balik, maka tegangan induktor 𝑉𝐿
VL - VC
mendahului arus (I) dengan beda fase 90° dan
 tegangan kapasitor 𝑉𝐶 tertinggal oleh arus (I)
X (ωt)
I
dengan beda fase 90°.

VC
VL VC

L C


RANGKAIAN SERI L-C
VL = IX L
Hukum Ohm I Impedansi Z = X L − XC
VC = IX C

V = VL − VC
Beda Potensial
V = IZ V = I(X L − XC )

Arah fasor tan  = VL − VC tan  = I ( X L − X C )

V V
Kuat arus I= I=
Z (X L − XC )
Frekuensi resonansi
RANGKAIAN SERI R-L-C
Ketika gabungan seri antara resistor (R), induktor (L) dan
kapasitor (C) dihubungkan dengan sumber tegangan AC,
maka tegangan resistor 𝑉𝑅 mempunyai fase yang sama
dengan arus (I), tegangan induktor 𝑉𝐿 mendahului arus (I)
dengan beda fase 90°, dan tegangan kapasitor 𝑉𝐶
VL tertinggal oleh arus (I) dengan beda fase 90°.

V
VR VL VC
VL - VC
R L C

X (ωt)
I VR
V


VC
RANGKAIAN SERI R-L-C
VC = IX C
Hukum Ohm I VL = IX L Impedansi Z = R 2 + ( X L − X C )2
VC = IX C

V = VR + (VL − VC ) 2
2
Beda Potensial
V = IZ V = I R 2 + ( X L − X C )2
Arah fasor VL − VC X L − XC
tan  = tan  =
VR R
Kuat arus V V
I= I=
Z R 2 + ( X L − X C )2
Frekuensi resonansi
RESONANSI PADA RANGKAIAN SERI RLC
• Resonansi adalah suatu gejala yang terjadi pada suatu
rangkaian arus bolak-balik yang mengandung elemen
induktor (L) dan kapasitor (C).
• Terjadinya resonansi pada rangkaian seri RLC jika
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Reaktansi Induktif dan Reaktansi Kapasitif sama
besar (𝑋𝐿 = 𝑋𝑐 )
2. Impedansi = Hambatan resistor (Z=R)
3. Sudut fase = 0
RESONANSI PADA RANGKAIAN SERI RLC
V V
I= =
Kuat arus R 2 + ( X L − X C )2  1 
2

(RLC saat resonansi) R 2 +  L − 


 C 
T
1
Impedansi rangkaian Z = sin 2  =   d = R
2
sin
T 0
V
Kuat arus I=
rangkaian R2 + 0
Ketika frekuensi arus bolak-balik sama dengan resonansi, maka:
• Impedansi mencapai nilai min, Z=R V
• Kuat arus mencapai nilai max, I =
R
• Daya disipasi mencapai nilai max, P=I R 2
FREKUENSI RESONANSI

Menghitung besar frekuensi resonansi yang terjadi pada


rangkaian seri RLC dapat menggunakan rumus :

1
𝐹𝑟 =
2π 𝐿𝐶

𝐹𝑟 = Frekuensi Resonansi.
L = Induktansi Induktor.
C = Induktasi Kapasitor.
PENERAPAN RESONANSI
Rangkaian osilator
• Rangkaian yang menghasilkan getaran listrik
frekuensi radio untuk memancarkan suara ke
tempat yang jauh.
• Terdiri atas kumparan dengan induktansi (L)
yang dirangkai paralel dengan kapasitor
dengan kapasitas (C).
Rangkaian penala
• Rangkaian berfungsi memilih satu gelombang
radio dari sekian banyak gelombang pada
antena penerima radio.
• Terdiri atas sebuah kumparan dengan
induktansi (L) dan kapasitor variabel dengan
kapasitansi (C) yang dirangkai paralel.
SIFAT RANGKAIAN SERI RLC
Sifat rangkaian tergantung dari besar hambatan yang
dihasilkan oleh induktor dan kapasitor. Berikut merupakan sifat-
sifatnya :
1. Jika 𝑋𝐿 > 𝑋𝑐 maka rangkaian bersifat induktif dan V
mendahului I sebesar ϴ atau arus tertinggal oleh tegangan
dengan beda sudut fase -90°.
2. Jika 𝑋𝐿 < 𝑋𝑐 maka rangkaian bersifat kapasitif dan I
mendahului V sebesar ϴ atau arus mendahului tegangan
dengan beda sudut fase 90°.
3. Jika 𝑋𝐿 = 𝑋𝑐 maka rangkaian bersifat resistif dan V serta I
sefasa atau arus tertinggal oleh tekanan dengan beda
sudut fase.
CONTOH SOAL
1. Perhatikan gambar di bawah ini. Tentukan arus
maksimum dan sifat rangkaian tersebut!
CONTOH SOAL
2. Rangkaian RLC dihubungkan dengan tegangan arus bolak
balik. Jika induktansi pada rangkaian 10−3 H dan frekuensi
resonansinya 1.000 Hz. Tentukan kapasitansinya dengan
mengasumsikan π2 = 10 !
3. Rangkaian RLC dengan R = 30 ohm, L = 40 mH, dan C = 50
µF dihubungkan dengan sumber listrik. Tentukan frekuensi
resonansi pada rangkaian tersebut !
Terimakasih 😊
PERTEMUAN-2
HUKUM KIRCHOFF
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mengetahui dasar sistem elektrik
• Mahasiswa mengenal Hukum Kirchoff
• Mahasiswa mengetahui contoh kasus sistem elektrik di dunia nyata
• Mahasiswa mampu menghitung besaran arus pada tiap loop
rangkaian paralel
OUTLINE
• Hukum Kirchoff I dan II
• Contoh soal aplikasi hukum Kirchoff I dan II serta penjelasannya
Review Pertemuan-1
Review Pertemuan-1
Contoh cara menghitung kuat arus listrik dengan hukum ohm:

 Sebuah aki yang mempunyai tegangan 12 volt dipakai untuk menyalakan lampu
yang mempunyai hambatan 6 kΩ, berapa kuat arus yang mengalir pada lampu ?

 Penyelesaian:

Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada lampu … ampere.
Review Pertemuan-1
LATIHAN SOAL
Terdapat 4 resistor yang dirangkai seperti gambar berikut:
R1 = 100 Ohm
R2 = 100 Ohm
R3 = 200 Ohm
R4 = 100 Ohm
Berapakah nilai hambatan penggantinya (Rp)?
LATIHAN SOAL
Hukum I Kirchhoff
”Jumlah arus yang masuk ke titik
cabang suatu penghantar sama dengan
jumlah arus yang meninggalkan atau
keluar dari titik cabang penghantar
tersebut”

• Hukum pertama Kirchoff didasari oleh hukum konservasi


energi yang menyatakan bahwa dalam suatu rangkaian
tertutup, tegangan yang diperoleh dan tegangan yang
berkurang haruslah sama besar.
Hukum Kirchoff
• Tidak semua rangkaian bisa dianalisis hanya menggunakan
hukum Ohm, misalnya rangkaian berikut:

• Metoda lain untuk menganalisis rangkaian adalah menggunakan


hukum Kirchoff
Cont.
• Pada rangkaian di bawah, karena loop (kurva melingkar) searah
dengan arus, ketika loop melewati E maka terjadi pertambahan
potensial, namun saat melewati R yang terjadi penurunan
potensial karena adanya hambatan sehingga berlaku :

E −I R =0
Cont.
• Misalnya jika terdapat dua loop pada rangkaian seperti di bawah :

Maka pada loop 1 :

E - I1R1 - I2R2 - I1R3 = 0


pada loop 2 :
- I3R4 – I3R5 - I3R6 + I2R2 = 0

dengan : I1 = I2 + I3
i masuk i2 i keluar

i3
i1

Persamaannya dapat dituliskan:


Σi = 0 → ∑i masuk = ∑i keluar

i1 = i2 + i3
Hukum Kirchoff I (Kirchoff’s Current Law (KCL)
 Hukum Kirchoff I berlaku untuk Rangkaian Paralel pada suatu resistor, yang
berbunyi:

“jumlah kuat arus yang masuk pada titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus
yang keluar dari titik percabangan tersebut”.

 Secara matetatis dapat ditulis :


Imasuk = Ikeluar
 Secara skematik rangkaian bercabang terlihat sperti di bawah ini:
Ilustrasi penerapan Hukum Kirchoff I pada rangkaian Paralel
ITOTAL – (IR1 + IR2 + IR3) = 0
ITOTAL = (IR1 + IR2 + IR3)

Dimana:

; IRn = arus yang mengalir


pada beban Rn
 sehingga:

; IR1 = arus yang mengalir pada beban R1.

; IR2 = arus yang mengalir pada beban R2.

; IR3 = arus yang mengalir pada beban R3.


 Pada rangkaian paralel, tegangan yang jatuh pada masing-masing beban
sama dengan tegangan sumber.
VSUMBER=VR1=VR2=VR3
Contoh soal:
Contoh menghitung arus listrik bercabang:

Jika besar kuat arus I = 10 ampere, I1 = I3 = 3 ampere. Hitung besar kuat arus I2
?

Penyelesaian:

Diketahui: I = 10 A
I1 = I 3 = 3 A
Ditanyakan: I2 = ........ ?
Dijawab:
I1 = I 2 + I 3 + I 4
10 = 3 + I2 + 3
10 = 6 + I2
I2 = 4
Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada I2 adalah 4 ampere.
Contoh soal:
 Hitung arus I1, I2 dan I3 pada rangkaian berikut:
Diketahui:
R1 = 10 ohm, R2 = 20 ohm, R3 = 30 Ohm
Vdc = 10,8 V
Ditanya:
arus I1, I2 dan I3 = …?
Penyelesaian:
- Cari Rpengganti dulu
Contoh soal:
Vdc = 10,8 V ; RP = 5,4Ω
IT0TAL = Vdc / Rp
= 10,8V / 5,4Ω
= 2A
I1 = Vdc/R1
= 10,8 V / 10Ω
= 1,04 A

I2 = Vdc/R2
= 10,8 V / 20Ω
= 0,504 A

I3 = Vdc/R3
= 10,8 V / 30Ω
= 0,36 A
Hukum II Kirchhoff
Pada rangkaian tertutup jumlah
aljabar gaya gerak listrik (ggl) sumber
arus sama dengan jumlah aljabar
penurunan beda potensial (hasil
perkalian antara kuat arus dan
hambatan)”
Hukum II Kirchoff
• Kuat arus I yang masuk dalam suatu titik percabangan A
sama dengan arus yang keluar dari titik percabangan B :

• Berlaku:

I A = I B = I1 + I 2 + I3
Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:

ΣE + Σ(I.R) = 0

Keterangan :
E = ggl sumber arus dalam volt
I = kuat arus dalam ampere
R = hambatan dalam ohm
Jika pada rangkaian hanya ada satu
sumber tegangan maka:

E = I(R+r) Keterangan :

E = ggl sumber arus dalam volt


Atau dapat dituliskan : I = kuat arus dalam A
r = hambatan dalam sumber
E arus dalam ohm
I = ---------- R = hambatan luar atau
(R+r) penghambat dalam ohm
Sedangkan tegangan-tegangan
jepitnya adalah:

V=I.R

*Tegangan jepit merupakan


tegangan penggunaan di luar
sumber arus.
RANGKAIAN MAJEMUK

PENENTUAN TANDA PADA BESARAN


• Semua hambatan dihitung positif
• Tanda untuk sumber tegangan

negatif

positif
• Arus yang searah dengan penelusuran
loop dihitung positif, sedangkan yang
berlawanan dengan arah penelusuran
dihitung negatif.
• Jika hasil akhir perhitungan kuat arus
bernilai negatif maka kuat arus yang
sebenarnya merupakan kebalikan dari
arah yang ditetapkan.
Langkah-langkah

a. Titik cabang yang dianalisis


sebanyak (n-1) , n adalah jumlah
titik cabang pada suatu rangkaian
(misal ada dua titik, berarti yang
dianalisis hanya satu titik cabang)
b. Mengumpamakan arah arus dalam
rangkaian (dalam titik cabang
harus ada arus masuk dan arus
keluar)
c. Mengumpamakan arah arus dalam
loop.
Dengan hukum I kirchhoff maka
Σ I masuk = Σ I keluar, pada titik A

I = I 1 + I2

Dengan hukum II Kirchhoff

Σ E + Σ I.R = 0
loop I = ABFEA

-E1-E2+I2(R4+R2)-I1(R3+R1+R1+R2) = 0

loop 2= ADCBA

E3 + E2 - I(R5+R3) - I2(R4+R2) = 0

Dengan cara eliminasi dua persamaan


didapatkan besaran yang dicari
Hukum Kirchoff II (Kirchoff’s Voltage Law (KVL)
 Jumlah tegangan pada suatu lintasan tertutup sama dengan nol, atau
penjumlahan tegangan pada masing-masing komponen penyusunnya yang
membentuk satu lintasan tertutup akan bernilai sama dengan nol.
 Secara matematis :

 Perhatian:

1. Bila arus sesuai dengan arah lintasan tertutup yang diambil, maka I bertanda
positif (+).
2. Bila arah arus berlawanan dengan arah lintasan tertutup yang diambil, maka I
bertanda negatif (—).
3. Untuk gaya gerak listrik atau gglnya bila arah lintasan dari kutub positif ke kutub
negatif, maka ggl (E) bertanda positif (+).
4. Sedangkan pada saat arah lintasan dari kutub negatif ke kutub positif maka E
bertanda negatif (—).
Ilustrasi Hukum Kirchoff II (Kirchoff’s Voltage Law (KVL)

VSUMBER-(VR1+VR2+VR3)=0
VSUMBER=VR1+VR2+VR3

dimana:

VRn=I.Rn ; VRn = tegangan jatuh pada beban Rn

sehingga:
VR1=I.R1 ; VR1 = tegangan jatuh pada beban R1
VR2=I.R3 ; VR2 = tegangan jatuh pada beban R2
VR3=I.R3 ; VR3 = tegangan jatuh pada beban R3
 Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada masing-masing beban

 sama besarnya dengan arus pada rangkaian.


I = IR1 = IR2 = IR3
CONTOH SOAL 1 (KVL):
1. Diketahui : Gambar seperti di bawah :
R1 = 2 Ohm
R2 = 3 Ohm
E = 10 Ohm
Ditanya :
a. I =…?
b. VAB = … ?

Jawab :
Diambil lintasan seperti panah,
VAB + VBC + VCD + VDA = 0
I R1 + I R2 + 0 - E = 0
I ( 2 + 3) - 10 = 0
51 - 10 = 0
I=2A
VAB = I R1
VAB = 2 x 2 = 4 V
CONTOH SOAL 2 (KCL):
2. Diketahui : E1 = 4V ; E2 = 6V ; R1=2 Ω ;R2 = 3 Ω dan R4 = 4 Ω. Gambar seperti di bawah :

Lihat Lintasan II
VBE + VDE + VDC + VCB = 0
I3 R3 + 0 - E2 + I2 R2 = 0
(I1 + I2) R3 + I2 R2 - E2 = 0
I1 R3 + I2 R3 + I2 R2 - E2 = 0
I1 R3 + I2 (R2 + R3) - E2 = 0
I1 + 5I2 = 6 ...................................... (2)
(1) 3I1 + 4I2 = 4I x 1I --> 3I1 + 4I2 = 4
(2) I1 + 5I2 = 6I x 3I --> 3I1 + 15I2 = 18
Ditanya : ---------------------------------------------------- -
I1, I2, dan I3 ? 0 - 11I2 = 14
I2 = -14 : -11 = 1,27 A
Jawab :
Lihat Lintasan I Harga I2 dimasukkan persamaan (2)
VAB + VBE + VEF + VFA = 0 I1 + 5I2 = 6
I R1 + I R2 + 0 - E1 = 0 I1 + 5 (1,27) = 6
I R1 + ( I1 + I2 ) R3 - E1 = 0 I1 + 6,36 = 6
I R1 + I R2 + I R3 - E1 = 0
I1 ( R1 + R3) + I2 R3 - E1 = 0 I1 = -0,36 A
I1 ( 2 + 1 ) + 4 I 2 - 4 = 0
3I1 + 4 I2 = 4 ……………….. (1) Jadi I3 = I1 + I2 = 1,27 - 0,36 = 0,91 A
Contoh Soal
Sebuah rangkaian tertutup seperti gambar berikut ini.
Hitunglah:
a. Kuat arus pada rangkaian
b. Beda potensial antara titik A dan C
Contoh Soal

Perhatikan rangkaian tertutup


berikut ini :

Tentukan kuat arus yang


mengalir pada masing-masing
hambatan!
Terimakasih 😊
PERTEMUAN-1
HUKUM OHM
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mengetahui dasar sistem elektrik
• Mahasiswa mengenal Hukum Ohm
• Mahasiswa mengetahui contoh kasus sistem elektrik di dunia nyata
• Mahasiswa mampu menghitung besaran arus, tegangan, dan
hambatan
OUTLINE
• Rangkaian listrik, sumber tegangan, arus, dan hambatan
• Gaya gerak listrik (GGL)
• Hukum Ohm (teori dasar, aplikasi, dan contoh soal)
Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik (circuit)
adalah susunan komponen-komponen listrik seperti sumber tegangan
dan komponen listrik lainnya.
Suatu rangkaian listrik dapat berupa rangkaian sederhana yang terdiri atas satu lampu
yang terhubung dengan satu baterai, tetapi dapat juga berupa alat-alat elektronik yang
sangat rumit seperti TV atau komputer

I
V

+ -
Suatu rangkaian listrik sederhana
Sumber Tegangan
Adalah suatu peralatan yang dapat menghasilkan
medan listrik sehingga dapat menyebabkan muatan
bergerak megelilingi suatu rangkaian, seperti
baterai, aki, dinamo atau generator.
Batterai (A brief history)
Batterai Kaki Katak
• Pada akhir abad ke-18 Luigi Galvani (A
professor of anatomy at the University
of Bologna) menemukan bahwa kaki
katak yang baru dibedah yang digantung
pada cantelan tembaga kejang saat
sarafnya disentuh dengan pisau bedah
dari besi.
• Galvani menyimpulkan bahwa di dalam
tubuh katak ada fluida saraf elektrik dan
menyebabkan otot katak berkontraksi
(Animal Electricity)
Baterai Volta
• Pada tahun 1800 Alessandro Volta (Professor Fisika di University
of Pavia) menemukan bahwa arus terjadi bukan karena kaki
kodoknya, tetapi dihasilkan oleh kedua logam yang berbeda (yaitu
cantelan yang terbuat dari tembaga dan pisau yang terbuat dari
besi) yang berada dalam larutan (dalam hal ini ciaran dalam tubuh
katak).
-----> Metallic Electricity

• Volta kemudian mengganti tubuh katak dengan lemon, dengan


tetap menggunakan dua batang logam dari bahan yang sama, dan
menemukan peristiwa yang sama yaitu adanya aliran arus.

• Volta telah menemukan baterai pertama (---> baterai lemon).


Baterai Lemon
Lampu Menyala !!

Elektroda Besi

Elektroda Tembaga
Baterai Modern

PP3 (9 volt) battery

Baterai AAA Alkaline

Baterai Jam

Rechargable AA batteries
Baterai Mobil (Aki)
Struktur Baterai
Penutup atas logam
Pembungkus plastik
+

Elektroda tengah elektroda luar seng


karbon

Pasta
Elektrolit
elektroda
negatif bawah
Prinsip Kerja Baterai
• Baterai adalah suatu peralatan dimana energi kimia diubah langsung menjadi energi listrik.
Suatu baterai terdiri atas elektroda positif (kotoda) dan elektroda negatif (anoda). Kedua
elektroda tidak berhubungan langsung tetapi sama-sama tercelup ke dalam larutan
elektrolit cair atau padat.
• Setiap elektroda mempunyai tegangan, dan beda tegangan antara kedua elektroda disebut
tegangan terminal baterai.
• Tegangan yang dihasilkan oleh suatu baterai bergantung pada zat kimia yang digunakan di
dalamnya, yang mempunyai potensial elektrokimia yang berbeda. Arus disebabkan oleh
reaksi pelepasan dan penerimaan elektron pada ujung-ujung berbeda dari elektroda.
Pentingnya Sumber Tegangan dalam Rangkaian Listrik

- + +
++
 + 
E1 +
 E1  +  +
E1 e
+ I E2 - I E2
- -
I - -
- -
-

Bila dalam kawat terdapat medan Arus menyebabkan muatan Dalam waktu singkat E2 mempunyai
listrik E1 maka elektron akan terkumpul pada ujung-ujung besar yang sama dengan E1 sehingga
bergerak dan terjadi arus (I) kawat, menghasilkan medan medan total Etotal = 0 dan arus
listrik E2 dan menurunkan arus. berhenti mengalir.

Agar pada kawat tetap ada arus, maka muatan yang terkumpul pada ujung-ujung kawat
harus dialirkan. Untuk itu harus ada beda potensial antara ujung-ujung kawat tersebut.
Sesuatu peralatan yang dapat mengalirkan muatan dalam rangkaian disebut sumber
gaya gerak listrik (electromotive force source ) disingkat menjadi ggl (emf).
GGL dan Sumber GGL

V+
W

V-

• Ggl adalah gaya gerak listrik atau emf (electromovitive force)


• Sumber ggl: battery, generator listrik, solar cell, fuel cell,
• Ggl adalah sumber muatan dan sumber tegangan.
• Ggl bekerja memompa muatan dari terminal tegangan rendah ke tinggi.
+ -
▪ Simbol ggl dalam rangkaian:

• Simbol ggl dalam rangkaian:

▪ Satuan SI untuk ggl adalah Volt (V)


Bandingkan fungsi ggl dalam rangkaian
dengan fungsi pompa dalam saluran air
 
Fe E
- +
e
Sumber ggl

Aliran Arus

• Pada kawat penghantar aliran arus dari tegangan tinggi ke rendah.


• Di dalam GGL aliran arus dari tegangan tinggi ke rendah
• GGL membuat arus mengalir dari potensial rendah ke tinggi.
• GGL berfungsi sama seperti pompa dalam pipa; untuk membuat alir mengalir harus ada
beda tekanan antara dua ujung-ujung pipa.
• Sumber tegangan bekerja sebagai pompa muatan, menyediakan energi untuk mendorong
muatan mengitari rangkaian.
• Satuan untuk sumber tegangan adalah volt ( 1 V = 1 J/C ).
Hambatan Dalam Baterai
Skema sebuah Baterai
Sumber tegangan yang nyata, tidak berprilaku
ideal dalam rangkaian. Beda potensial antara
terminal sumber tegangan dalam rangkaian tidak
sama dengan ggl yang tertulis. Beda potensial
antara terminal sama dengan ggl hanya bila
rangkaian dalam keadaan terbuka. Hal ini dapat
terjadi karena sumber tegangan sendiri biasanya
memiliki hambatan dalam.

 : ggl baterai
Vout = Vab=  - Ir
I : hambatan dalam baterai
Vab : tegangan terminal
 – Ir = IR
atau
I =  / (R + r)

Vout  -I r 
I= =  I=
R R R+r

Vab =  hanya bila I = 0 ----> (Rangkaian terbuka)


Arus Listrik
• Pada listrik statis, kita selalu membahas muatan yang diam. Pada
listrik dinamik muatan dipandang bergerak pada suatu bahan
yang disebut konduktor.
• Muatan-muatan yang bergerak dalam konduktor disebut
elektron bebas (kecuali pada beberapa bahan di mana muatan
bebas merupakan muatan positif).
• Elektron bebas adalah elektron yang tidak terikat pada inti atom,
atau elektron yang letaknya jauh dari inti sehingga hanya
mendapatkan gaya tarik yang kecil saja.
• Elektron bebas ini kemudian, yang akan “mengalir” dalam bahan
(kawat) apabila ada perbedaan potensial diantara dua titik pada
kawat.
Cont.
• Arus listrik, menyerupai arus air di sungai, yang hanya akan
mengalir jika terdapat beda potensial gravitasi (beda ketinggian)
pada dua titik dalam sungai.
• Kuat arus listrik (I) didefinisikan sebagai : “Banyaknya muatan
yang mengalir dalam satu detik, sehingga secara matematis bisa
dirumuskan sebagai :

muatan (Coulomb) dQ
Kuat Arus ( I) = =
waktu (detik) dt

• Satuan dari kuat arus dalam sistem Internasional (SI) adalah


Ampere (A).
Cont.
• Arus bisa dihasilkan dari berbagai macam sumber, bahkan ada
hewan yang mampu menghasilkan arus listrik. Dalam elektronika
arus bisa ”dihasilkan” dari sumber tegangan (power supply).
• Arah dari arus listrik berlawanan dengan arah mengalirnya
elektron, ketentuan arah arus ini hanyalah merupakan sebuah
kesepakatan yang dilakukan sebelum diketahui bahwa penyebab
utama timbulnya arus listrik adalah partikel bermuatan negatif
(elektron bebas).

Arah Arah
E
arus elektron
Arah aliran arus
Jika baterai dihubungkan dengan ujung-ujung kawat tembaga, maka elektron dalam
tembaga akan ditarik ke sisi positif, mendapat tambahan energi di dalam baterai,
elektron ke luar dari kutub negatif baterai, kemudian elektron kembali mengalir dalam
kawat menuju kutub positif baterai. Demikian seterusnya sehingga elektron bergerak
mengitari loop terus menerus.

Aliran elektron (muatan negatif) ini disebut dengan arus listrik

tembaga

Arah gerak elektron dalam rangkaian


(ke luar dari kutub negatif baterai)

Baterai
+
Arah aliran arus
resistor
Arah gerak elektron dalam rangkaian
(ke luar dari kutub positif baterai)

Bateraiku
+

Elektron bergerak pada satu arah tetapi arus bergerak pada


arah lain (berlawanan dengan arah gerak elektron) melalui
kesepakatan (convention).
Laju muatan melewati daerah (A) didefenisikan sebagai arus I.
Jika total muatan yang lewat adalah (ΔQ) dalam waktu (t) maka kuat arus :

Q
I =
t
Satuan SI untuk arus adalah ampere (A):

1A=1C/1s
After André-Marie Ampère, (1775-1836)
Berapa cepat arus mengalir?
• Dalam sebuah bahan misalnya tembaga, pada 300 K memiliki
jumlah elektron bebas n = 1029 buah setiap meter kubiknya.
• Elektron bebas bergerak sangat acak dan bertumbukan satu sama
lain dengan kecepatan rata-rata v = 106 m/s (satu juta meter tiap
detiknya).
• Waktu antar tumbukan satu dengan yang lainnya yang dialami
sebuah elektron  berkisar atara 3x10-14 detik. Sebuah waktu yang
sangat pendek.
• Jika kita memberikan medan listrik pada kawat tembaga misalnya,
maka elektron-elektron sesuai dengan hukum elektrostatik yang
pernah kita bahas, akan mengalami gaya Coulomb sebesar :

F = qe E
Cont.
• Akibatnya elektron akan mengalami percepatan mengikuti
hukum Newton :
F
a=
me

• Jika waktu antar tumbukan adalah , maka kecepatan tumbukan


(atau kecepatan drfit) adalah :

vd = a 
• Jika kita substitusikan a dari persamaan (4) dan F dari persamaan
(5), maka dihasilkan :
qe E
vd = 
me
Cont.
Cont.
qe E
vd = 
me

• Vd merupakan kecepatan arus listrik (drift velocity).


• Kita akan menghitung seberapa besar kecepatan elektron
pada arus listrik ini. Misalkan kita memiliki kawat tembaga
sepanjang l = 10 meter, dan pada ujung-ujungnya kita
berikan beda potensial V sebesar 10 Volt. Dengan demikian
medan listriknya dapat kita hitung melalui :

V
E = = 1 Volt / m
l
Cont.
• Karena massa elektron sekitar 10-30 kg dan muatannya 1,6 x10-19
C, maka jika hitung vd pada kawat tembaga :

( 1 , 6 x 10 -19 ) ( 1 ) -14
vd = -30
 ( 3 x 10 )
10
= 5x 10 -3 m / s

• Kecepatan yang sangat rendah dan tidak diduga sebelumnya


bukan ? mengingat kecepatan elektron sendiri adalah 106 m/s.
Sehingga untuk menelusuri kawat 10 meter, elektron memerlukan
waktu 10/(5x10-3) = 2000 detik atau sekitar setegah jam !! jauh
lebih lambat dari seekor kura-kura
Mengukur Kuat Arus
Mengukur Tegangan Listrik
Hambatan Pada Penghantar Kawat

ρ A

L
Hambatan pada penghantar kawat

ρ.L
R = --------
A

Keterangan :
R = hambatan penghantar (Ω)
ρ = hambatan jenis (Ω.m)
L = panjang penghantar (m)
A = luas penampang penghantar (m²)
Hubungan hambatan dengan kenaikan suhu

ρt = ρo (1 + α.Δ T)

Keterangan :
ρt = hambat jenis zat pada suhu T dalam ohm.m
ρo = hambat jenis zat mula-mula dalam ohm.m
α = koefisien suhu dalam /ºC
ΔT = perubahan suhu dalam ºC
Hubungan hambatan dengan perubahan suhu

Rt = Ro(1 + α.ΔT)

Keterangan :
Rt = hambatan penghantar pada suhu T dalam ohm
Ro = hambatn penghantar semula dalam ohm
α = koefisien suhu dalam /ºC
ΔT = kenaikan suhu dalam ºC
Dalam waktu t elektron menempuh jarak

x =  d t
Terdapat n partikel per satuan volume yang
vd
membawa muatan q

• Jumlah muatan yang melewati luas A dalam waktu t adalah Q = q(nA d t )

Q
• Arus I didefenisikan sebagai: I = nqd A
t

I
• Rapat arus J didefenisikan sebagai: J = = nq d Arus per satuan luas
A Satuan: A/m2

 
J = nq d Vektor rapat arus
Resistivitas beberapa jenis bahan

Bahan  (.m)
Perak 1,47 x 10-8
Tembaga 1,72 x 10-8
Emas 2,44 x 10-8
Baja 20 x 10-8
Grafit 3,5 x 10-5
Silikon 2300
Kaca 1010 - 1014
Teflon > 1013
❑ Resistansi / Hambatan Suatu konduktor seragam
Panjang :l
luas penampang : A
Beda potensial : V = Vb – Va

EV 1
J= =
 l 
VP - VQ = V = El
V
i = JA = A
V l
E=
l
l
V= I
A
l R disebut hambatan
R (Resistance) dari konduktor
A
lV V Hukum Ohm
R = R=
A I I (dalam bentuk lain)

Dari hasil ini dapat dillihat bahwa hambatan mempunyai


satuan volt per ampere. Satu volt per ampere didefenisikan
sebagai 1 ohm ():

1  1 Volt / Ampere = 1 V/A


Hambatan / Resistor (R)
atom

elektron lintasan
Hambatan adalah ukuran tingkat di mana konduktor menghalangi
aliran arus.
Satuan hambatan adalah Ohm atau ditulis juga 
Dalam rangkaian digambar seperti
Hambatan (R)
• Ketika “mengalir” dalam suatu kawat konduktor, elektron
berhadapan/mengalami rintangan dari molekul-molekul dan ion-
ion dalam konduktor tersebut, sehingga mengalami aliran arus
listrik mengalami semacam hambatan.
• Seberapa besar hambatan ini dinyatakan dengan resistansi
(hambatan) yang disimbolkan dengan R. Satuan dari hambatan
dalam SI adalah ohm. Besarnya resistansi suatu bahan atau
konduktor dengan luas penampang A dan panjang l serta hambat-
jenis (resistivitas)  adalah : l

l
R=ρ A
A
Resistor (Penghambat Aliran Arus)

Warna pada resistor menunjukkan suatu kode untuk menentukan hambatannya. Dua
warna pertama menunjukkan dua angka pertama dari nilai hambatan. Warna ketiga
menyatakan pengali pangkat sepuluh dari nilai hambatan. Warna terakhir adalah
toleransi dari nilai hambatan. Sebagai contoh, empat warna pada resistor adalah
merah ( = 2 ), hitam ( = 0 ), orange ( = 103 ), dan emas ( = 5% ), sehingga nilai
hambatan adalah 20 x 103  = 20 k dengan toleransi 5% = 1 k.
Energi dan Daya Listrik
Laju dimana muatan Q kehilangan energi potensial saat melewati
resistor adalah
U Q
= V = IV
t t
Sebaliknya, muatan mendapat energi ketika melewati baterai. Karena
laju muatan kehilangan energi sama dengan daya (P) yang dikirim ke
resistor (yang muncul sebagai energi internal), diperoleh

V2
P = IV atau P=I R=2

satuan SI untuk data adalah watt (w)


Karena daya adalah energi per satuan waktu maka,
Energi Listrik = Pt

W = Pt

Satuan energi listrik adalah:


watt.sekon
watt.jam
kilowatt.jam ---> kilowatt.hour ---> kWh
Contoh Soal
Tentukan biaya untuk memasak selama 4 jam (= 4 h) dengan oven
listrik yang bekerja pada arus 20 A dan tegangan 240 V.
Daya yang digunakan oven adalah
P = IV = (20 A)(240V) = 4800 W = 4,8 kW
Karena energi yang dikonsumsi sama dengan daya x waktu, maka
jumlah energi yang harus dibayar adalah
Energi = Pt = (4,8 kW)(4 h) = 19,2 kWh
Jika energi listrik dijual dengan harga Rp. 500/kWh, biayanya adalah
Biaya = (19,2 kWh)(Rp. 500/kWh) = Rp. 9.600
HUKUM OHM
“Besar kuat arus yang mengalir dalam suatu penghantar
sebanding dengan beda potensial antar ujung-ujung penghantar,
asalkan suhu penghantar tetap”
 Diagram Hukum Ohm
 Keterangan gambar :
V = tegangan dengan satuan Volt
I = arus dengan satuan Ampere
R = resistansi dengan satuan Ohm
P = daya dengan satuan Watt
HUKUM OHM

• Kita telah mengenal tiga besaran dalam listrik


dinamik, yakni kuat arus listrik (I), tegangan
(V), dan hambatan (R).
• Bagaimanakah hubungan ketiga besaran
tersebut?
• Georg Simon Ohm (1789-1854) merumuskan
hubungan antara kuat arus listrik (I),
hambatan (R) dan beda potensial (V) yang
kemudian dikenal dengan hukum Ohm yang
penurunannya sebagai berikut :
• pandanglah sebuah kawat konduktor dengan panjang l dan luas
penampang A l

dV A

dl
• Karena berbentuk silinder volume dari dV adalah :

dV = A  dl
• Karena dl adalah jarak yang ditempuh elektron dengan kecepatan
Vd dengan waktu 1 detik maka :
dl = v d  1 = v d
Cont.
• Dengan demikian volume perdetik:
dV = A  vd
• Sehingga banyaknya muatan yang mengalir pada dV setiap detik
adalah
I = A  vd  n  qe
• Jika kita substitusikan persamaan persamaan untuk vd, maka
diperoleh
 qe2  n 
I =   AE

 me 
• Yang berada dalam kurung pada persamaan di atas merupakan
sifat bahan dan sering disebut konduktivitas (), sehingga :
Cont.
I = AE
• karena E=V/l, maka
AV
I=
l
• karena konduktivitas  merupakan kebalikan dari resistivitas 
(=1/), maka persamaan di atas menjadi
V
I=
  l 
 
 A 

• bagian di dalam kurung dari persamaan di atas kita ketahui


sebagai R (resistansi), sehingga :
V
I=
R
Cont.
dirumuskan sebagai berikut:
V Non-ohmic

V=IR
ohmic

Keterangan :
V = beda potensial antara ujung-ujung R= tan
penghantar (V)
I = arus listrik yang mengalir (A)

R = hambatan penghantar (Ω) I

Bahan-bahan yang memenuhi hukum Ohm → ohmic


Bahan yang tidak memenuhi hukum ohm → nonohmic
CONTOH SOAL:
Contoh cara menghitung kuat arus listrik dengan hukum ohm:

 Sebuah aki yang mempunyai tegangan 12 volt dipakai untuk menyalakan lampu
yang mempunyai hambatan 60Ω, berapa kuat arus yang mengalir pada lampu ?

 Penyelesaian:

Diketahui: V = 12 volt
R = 60Ω
 Ditanyakan: I = ........ ?
 Dijawab:
I = V / R = 12 / 60

Jadi besar kuat arus listrik yang mengalir pada lampu 0,2 ampere.
Contoh Soal

1. Jika bola senter 3 volt mempunyai hambatan 9 ohms,


berapa arus yang mengalir?
2. Bola senter yang membawa arus 2 A bila dihubungkan
dengan rangkaian 120 volt, berapa hambatan bola senter
tersebut?
3. Diketahui kuat arus sebesar 0,5 ampere mengalir pada
suatu penghantar yang memiliki beda potensial 6 volt.
Tentukan hambatan listrik penghantar tersebut!
Contoh Soal

Diketahui sebuah kawat


penghantar memiliki panjang 100
m, luas penampang 2,5 mm2, dan
hambatan jenis sebesar 17 × 10- 7
ohm m. Tentukan besarnya
hambatan kawat tersebut!
Terimakasih 😊

Anda mungkin juga menyukai