LAPORAN
Disusun oleh :
Kelompok 6A
SEKOLAH VOKASI
YOGYAKARTA
2012
i
LEMBAR PENGES HAN
LAPORAN
DIPERIKSA OLEH :
Asisten
Teknisi I Teknsi II
DISETUJUI OLEH:
Ir. Fathi Basewed, MT. Edi Kurniadi, ST. MT. Agus Kurniawan, ST.MT.Ph.D
NIP. 195910021987 31001 NIP. 19711161998031005 NIP. 197008131998031003
ii
LEMBAR ASISTENSI
PRAKTIKUM BAHAN BANGUNAN
Kelompok : 6A
Anggota : 1. M. Zuhdi Fadhli (14610)
2. Lutfi Afipah Oktorin (14649)
3. Shofwan Lathif (14738)
4. Afiq Anggit Saputro (14773)
Asisten : Erlangga B. P.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Bahan Bangunan
ini.
Tujuan penulisan laporan ini agar mahasiswa dapat memahami dan menerapkan semua
ilmu dan teori tentang bahan bangunan dalam praktek kerja di lapangan dan juga dalam
kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini penyusun menyadari tanpa adanya bimbingan, pengarahan dan bantuan
dari semua pihak tentunya laporan ini tidak akan terselesaikan. Penyusun menyampaikan banyak
1. Bapak Ir. Heru Budi Utomo, MT. Selaku Ketua Jurusan Program Diploma Teknik Sipil
2. Bapak Ir. Fathi Basewed, MT. Selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Bahan Bangunan
3. Bapak Edi Kurniadi, ST., MT. Selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Bahan Bangunan
4. Bapak Agus Kurniawan, ST., MT., Ph.D. Selaku Dosen Mata Kuliah Praktikum Bahan
5. Bapak Apriwidatno dan Bapak Prihadi Sihana selaku teknisi dalam Praktikum Bahan
6. Sdr. Asri dan Sdr. Erlangga B. P. selaku Asisten Mata Kuliah Praktikum Bahan
7. Sdr. Taufiq F, Damar H.P, Hendro, dan Joko P, A.md selaku Asisten Mata Kuliah
8. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Diploma Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. Atas
iii
Laporan ini disusun sebagai syarat kelulusan pada mata kuliah Praktikum Bahan
Bangunan. Laporan ini berisi tentang berbagai macam percobaan dan pengujian yang
Semoga laporan ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan bagi kita semua.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanya milik-Nya, maka apabila ada
kesalahan dalam penulisan laporan ini, penyusun memohon maaf sebesar-besarnya kepada
semua pembaca. Untuk itu penyusun memohon saran dan kritik yang membangun guna
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 6
A 2011
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR ASISTENSI iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
BAB I PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU 1
BAB II PEMERIKSAAN KAND. LUMPUR DALAM PASIR (CARA 6
VOLUME ENDAPAN EKIVALEN)
BAB III PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR 8
BAB IV PEMERIKSAAN MODULUS HALUS PASIR 10
BAB V PEMERIKSAAN MODULUS HALUS KERIKIL 14
BAB VI PEMERIKSAAN KAND. LUMPUR DALAM PASIR 20
(AYAKAN NO 200)
BABVII PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT 23
BABVIII PEMERIKSAAN SSD PASIR 27
BABIX PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN 29
BAB X PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR 33
BAB XI PEMERIKSAAN KADAR GARAM BATA MERAH 36
BAB XII PEMERIKSAAN UJI TEKAN BATA DAN MORTAR 39
BAB XIII PENGUJIAN PENYEBARAN MORTAR DENGAN MEJA SEBAR 43
BAB XIV PENGUJIAN CARA PENGADUKAN BETON 45
BAB XV PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR 48
BAB XVI PERCOBAAN PEMBUATAN SILINDER BETON 51
BAB XVII PENGUJIAN BLEEDING 55
BAB XVIII PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU 57
BAB XIX PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU 60
BAB XX PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON 63
BAB XXI PENGUJIAN KEAUSAN KERIKIL DENGAN MESIN LOS 68
ANGELES
BAB XXII PENGUJIAN TARIK BAJA 71
BAB XXIII PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN 75
BAB XXIV PENGUJIAN DAYA IKAT SEMEN DENGAN ALAT UJI VIKAT 78
v
BAB I
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
A. Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang penting untuk mengetahui
kuat kelas kayu dan kondisi kayu apakah sudah kering udara atau belum.
B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan kadar air
kayu.
D. Alat
1. Gergaji.
2. Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku pengering (oven).
5. Desikator.
E. Pelaksanaan
1. Menyiapkan benda uji yang akan digunakan.
2. Mengukur dan menimbang benda uji.
3. Memasukkan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105 C, selama 2
o
5. Setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian menimbang berat benda uji kering tungku
tersebut (benda uji dinyatakan kering tungku jika dalam 24 jam pengeringan berikutnya
tidak berubah beratnya).
Pengukuran A B Rata-rata
3 3
= 78.036, 4125 mm = 68.684,896 mm
3 3
= 78,036 cm = 68,685 cm
(VA + VB )
2
Rata – rata volume kayu semula =
= (78,036
+ 68,685)
2
3
= 73,3605 cm
B 2 a
5. Berat jenis Kayu A =
V 1a
27,6
=
78,036
= 0,353
B 2 b
Berat jenis Kayu B =
V 1b
27,8
=
68,685
(0,354
+ 0, 405)
Rata-rata berat jenis kayu = = 0 ,38
2
B 1 a
6. Bobot isi Kayu ( A ) =
V 1 a
32
=
78,036
3
= 0,41 gram / cm
B 1 b
Bobot isi Kayu ( B ) =
V 1 b
31,9
=
68,685
3
= 0,46 gram / cm
(0,41
+ 0, 46 ) 3
Rata-Rata Bobot Isi = = 0,435 gram/cm
2
( B1a − B 2 a )
7. Kadar air kayu semula ( A ) = × 100%
B 2a
(32 − 27,6)
= × 100%
27,6
= 15,942 %
( B1b − B 2b )
8. Kadar air kayu semula ( B ) = × 100 %
B 2b
(31,9 − 27,8)
= × 100%
27,8
= 14,748 %
(15,942
+ 14,748)
Rata-rata kadar air Kayu = = 15,345 %
2
Syarat – syarat :
1. Ringan ( berat jenis dibawah 1,0 adapun beton 2,4 baja 7,8)
2. Mudah dikerjakan
3. Murah
4. Kekuatan cukup tinggi
5. Awet
6. Syarat kadar air :
a. kayu basah = kadar air di atas 20 %
b. kayu kering = kadar air max. 20 %
Tabel penggolongan kelas kuat kayu berdasarkan berat jenisnya dalam PUBI table 37-3 :
I. Kesimpulan
1. Volume rata-rata kayu semula = 73,3605 cm 3
2. Berat jenis rata-rata kayu
3
= 0,38 gram/cm
3. Bobot isi rata-rata = 0,435 gram/cm 3
4. Kadar air kayu rata – rata = 15,355 %
5. Berdasarkan PUBI -1982 tabel 37-3 kayu Meranti termasuk kelas kuat IV karena berat
A. Pendahuluan
Pasir adalah endapan butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4.8 mm dan tertinggal
di atas ayakan 0.075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral
yang lain seperti tanah dan silt . Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan di dalam PUBI. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara ekivalen
endapan lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara tepat.
B. Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
D. Alat
Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan tutup ukuran 1000 cc.
E. Pelaksanaan
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan sampai 450 cc kemudian ditambah
dengan air sampai 900 cc.
2. Menutup gelas ukur sampai rapat kemudian dikocok-kocok.
3. Mendiamkan selama kurang lebih 1 jam.
4. Mencatat tebal endapan lumpur yang berada di atas pasir (cc)
H. Pembahasan
Berdasarkan PUBI 1982 Pasal 11: Pasir Beton bahwa “Kandungan bagian yang lewat
ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5 % berat (Kadar Lumpur)” sehingga pasir Merapi (Sungai
Gendol) memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan bangunan karena endapan
lumpurnya tidak lebih dari 5%
I. Kesimpulan
Dari pengujian kandungan lumpur dalam pasir ini didapatkan hasil yang sesuai dengan
peraturan, yakni memenui syarat yaitu kandungan lumpur 2 %.
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Gambar Alat
3. Skema Kerja
4. Flow Chart
A. Pendahuluan
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis yang melekat
pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton yang dibuat. Warna gelap
yang terjadi pada hasil pemeriksaan ini tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur apakah pasir
tersebut dapat digunakan dalam adukan, karena warna gelap tersebut bisa berasal dari arang
atau mangan yang terkandung dalam pasir tersebut.
B. Tujuan
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan apakah perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk pemeriksaan keawetan dan kekuatan
beton yang dibuat dengan menggunakan pasir ini.
D. Alat
1. Botol gelas tidak berwarna yang mempunyai tutup dari karet atau yang lain, yang tidak
larut dalam larutan NaOH 3%, dengan volume 500 ml.
2. Warna standar ( tintometer ).
3. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat NaOH dalam 97
bagian berat air suling.
E. Pelaksanaan
1. Memasukkan benda uji (pasir) ke dalam botol.
2. Menambahkan NaOH 3% ke dalam botol
3. Mengocok NaOH 3% dengan pasir, isinya harus mencapai 200 ml.
4. Mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu membandingkan warna cairan di atas endapan
pasir dengan warna standar (tintometer).
H. Pembahasan
Berdasarkan persyaratan PUBI-1982 Pasal 11, pasir Merapi (Sungai Gendol) dapat
langsung dipakai / memenuhi syarat untuk dipakai .
Sesuai dengan syarat bahwa :
a. Warna lebih muda dari no 8 berarti bagus dan dapat digunakan.
b. Warna lebih tua dari no.8 tetapi lebih muda dari no.11 berarti pasir dapat digunakan
tetapi harus dicuci terlebih dahulu.
c. Warna lebih tua dari no.11 berarti pasir tidak dapat dipakai.
I. Kesimpulan
Pasir tersebut dapat digunakan sebagai bahan bangunan karena kandungan organis dalam
pasir sedikit ( kurang dari warna standar ).
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Gambar Alat
3. Skema Kerja
4. Flow Chart
5. PUBI 1982 Pasal 11: Pasir Beton
A. Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran suatu
agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi kelecakan dari mortar beton,
apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan
tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.
B. Tujuan
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran pasir.
D. Alat
1. Satu set ayakan 4.75 mm, 2.36 mm, 1.18 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, 0.15 mm dan sisa.
2. Alat getar ayakan.
3. Timbangan.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan.
E. Pelaksanaan
1. Mengambil pasir seberat 1000 gr.
2. Memasukkan pasir ke dalam set ayakan.
3. Memasang set ayakan ke dalam alat getar.
4. Menggetarkan ayakan selama 30 detik.
5. Mengambil ayakan dari atas alat getar, kemudian menimbang pasir yang tertahan di atas
masing-masing ayakan.
= 4,05 %
Berat kumulatif (%) = 0 % + 4,05 %
= 4,05 %
Berat kumulatif lewat ayakan( %) = 100 – 4,05 %
= 95,95%
= 9,99 %
Berat kumulatif (%) = 4,05 % + 9,99 %
= 14,03 %
Berat kumulatif lewat ayakan ( % ) = 100 % - 14,03 %
= 85,97%
= 25,26 %
Berat kumulatif (%) = 14,03 % + 25,26 %
= 39,29 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 39,29 %
= 60,71 %
d. Lubang ayakan : 0.60 mm
Berat tertinggal = 229,4 gr
229,4
Berat tertinggal (%) = × 100%
996,1
= 23,03 %
Berat kumulatif ( % ) = 39,29 % + 23,03 %
= 62,32%
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 62,32 %
= 37,68 %
= 17,44 %
Berat kumulatif( % ) = 62,32 % + 17,44 %
= 79,76%
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 79,76%
= 20,24 %
= 12,68 %
Berat kumulatif (%) = 79,76 % + 12,68%
= 92,44 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 92,44 %
= 7,56 %
g. Sisa
Berat tertinggal = 75,3 gr
75,3
Berat tertinggal (%) = × 100%
996,1
= 7,56 %
H. Pembahasan
Berdasarkan PUBI 1982 Pasal 11 Pasir Beton “Angka kehalusan fineness modulus
terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji memakai rangkaian ayakan dengan mata ayakan berturut –
turut 0,16 – 0,315, 0,63 – 1,25, 25 –2, 5-5–10 mm dengan fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm
minimal 15 % berat”, maka pasir merapi ini memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
bahan bangunan.
I. Kesimpulan
1. Modulus halus butiran pasir = 2,919.
2. Berdasarkan grafik terlampir maka gradasi pasir termasuk daerah II ( agak kasar ).
3. Termasuk modulus halus butiran pasir yang tidak dapat digunakan sebagai bahan
bangunan karena butir – butir pasirnya agak kasar.
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Grafik MHB Pasir
3. Gambar Alat
4. Skema Kerja
5. Flow Chart
6. Bahan Konstruksi Teknik IV-4
7. PUBI 1982 Pasal 11: Pasir Beton
A. Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran suatu
agregat. Kehalusan atau kekasaran agregat dapat mempengaruhi kelecakan dari mortar beton,
apabila agregat halus yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan
tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.
B. Tujuan
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran kerikil.
C. Benda Uji
Benda uji yang digunakan adalah kerikil dengan berat minimum 22300 gr.
D. Alat
1. Satu set ayakan 80.0 mm 38.1 mm, 25 mm, 19 mm, 12.50 mm, 9.5 mm, 6.3 mm, 4.75
mm, 2.36 mm dan sisa.
2. Alat getar ayakan.
3. Timbangan.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan.
E. Pelaksanaan
1. Mengambil kerikil seberat 22300 gr.
2. Memaukkan kerikil ke dalam set ayakan.
3. Memasang set ayakan ke dalam alat getar ayakan, kemudian menggetarkan selama 5
menit.
4. Mengambil ayakan dari atas alat getar, kemudian menimbang kerikil yang tertinggal dari
masing-masing tingkat ayakan.
F Data Praktikum
.
=0%
Berat kumulatif( % ) =0%
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 0 %
= 100 %
= 1,80 %
Berat kumulatif( % ) = 1,80 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 1,80 %
= 98,2 %
= 12,58 %
Berat kumulatif( % ) = 1,80 % + 12,58 %
= 14,38%
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 14,38 %
= 85,62 %
= 48,52%
Berat kumulatif( % ) = 114,38 % + 48,52 %
= 62,90 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 62,9 %
= 37,10 %
= 27,41%
Berat kumulatif( % ) = 62,90 % + 27,41 %
= 90,31 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 90,31 %
= 9,69 %
= 4,49 %
Berat kumulatif( % ) = 90,31 % + 4,49 %
= 94,80 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 94,80 %
= 5,20 %
= 3,59 %
Berat kumulatif( % ) = 94,80 % + 3,59 %
= 98,39 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 98,39 %
= 1,61 %
= 0,09 %
Berat kumulatif( % ) = 98,39 % + 0,09 %
= 98,48 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 98,48 %
= 1,52 %
= 0,55 %
Berat kumulatif( % ) = 98,48 % + 0,55 %
= 99,03 %
Berat kumulatif lewat ayakan( % ) = 100 % - 99,03 %
= 0,97 %
= 0,97 %
H. Pembahasan
k. Persyaratan :
Adapun modulus halus kerikil biasanya antara : 5,0 – 8,0
I. Kesimpulan
1. Modulus halus butiran kerikil = 5,6009.
2. Berdasarkan grafik terlampir maka gradasi kerikil masuk daerah I ( kasar).
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Grafik MHB Kerikil
3. Gambar Alat
4. Skema Kerja
5. Flow Chart
6. Bahan konstruksi teknik
A. Pendahuluan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4.8 mm dan tertinggal diatas
ayakan 0.075 mm. Didalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang
lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan dalam (PUBI). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan jika kandungan lumpur didalamnya tidak lebih dari 5 %. Dengan cara endapan
ekivalen kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara cepat.
B. Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui besarnya
kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.
D. Alat
1. Ayakan nomor 200.
2. Ayakan 4,8mm.
3. Nampan pencuci.
4. Tungku pengering (oven).
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat pasir.
6. Desikator
E. Pelaksanaan
1. Mengambil pasir yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gr (B 1).
2. Memasukkan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan tambahkan air secukupnya
sampai semuanya terendam.
3. Mengaduk pasir dalam nampan, selanjutnya mengeluarkan air cucian kedalam ayakan
nomor 200 (butir-butir yang besar dijaga jangan sampai masuk ke dalam ayakan agar
tidak merusak ayakan).
4. Mengulangi langkah ketiga (c) sampai cucian pasir tampak bersih.
5. Memasukan kembali butir-butir pasir yang tersisa diayakan nomor 200 kedalam nampan,
kemudian memasukan pasir kedalam tungku untuk mengeringkan pasir tersebut..
B 1 − B 2
c. Kandungan lumpur dalam pasir sekitar = × 100%
B1
500
− 476,5
= × 100%
500
= 4,70%
2. Pengujian 2 (Kelompok 5)
a. Berat pasir semula = 500 gr (B1)
b. Berat pasir setelah dicuci (kering tungku) = 480 gr (B2)
B 1 − B 2
c. Kandungan lumpur dalam pasir sekitar = × 100%
B1
500
− 480
= × 100%
500
=4%
4,70
+ 4,00
Hasil pengujian rata-rata kandungan lumpur dalam pasir =
2
= 4,35%
H. Pembahasan
Berdasarkan pasal 11 PUBI 1982 kandungan pasir yang lewat ayakan 0.063 mm (kadar
lumpur) tidak lebih dari 5 % berat seluruh. Pasir yang diuji dalam uji coba kali sebanyak 2
sampel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kandungan lumpur yang
terdapat dalam pasir tersebut.
Jadi, berdasarkan pengujian diatas maka pasir tersebut baik untuk digunakan karena
kandungan lumpur pada pasir sebesar %.
I. Kesimpulan
a. Kandungan lumpur dalam pasir sebesar = 4,70 %
b. Menurut pasal 11 PUBI 1982 semua pasir tersebut memenuhi syarat untuk bahan
bangunan karena kandungan lumpur dalam pasir kurang dari 5%.
J. Lampiran
1. Laporan sementara.
2. Gambar alat.
3. Gambar langkah kerja
4. Flow Chart
5. Pasal 11 PUBI 1982.
A. Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-pori antara butirannya disebut
berat volume atau berat satuan.
B. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui cara mencari berat satuan pasir, kerikil, atau
campuran.
D. Alat
1. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0.1 % berat benda uji.
2. Nampan besar.
3. Tongkat pemadat dari baja tahan karat dengan panjang 60 cm, diameter 15 mm, dan
ujungnya bulat.
4. Mistar perata.
5. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder dengan ukuran seperti tabel 7.1 berikut ini.
Tabel VII.1 Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang diuji
Jenis
Ukuran bejana minimum
Pasir Kerikil / Campuran
E. Pelaksanaan
1. Menimbang berat bejana (B 1) dan mengukur diameter serta tinggi bejana.
2. Memasukan pasir (kerikil) ke dalam bejana, dengan hati-hati agar tidak ada butiran yang
tercecer.
3. Meratakan permukaan pasir (kerikil) dengan menggunakan mistar perata.
4. Menimbanglah berat bejana dengan pasir (kerikil) tersebut (B 2).
5. Mencatat semua data pengujian, dan memasukan kedalam tabel pengujian.
F. Data Praktikum
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 23
I. Pasir.
a. Pasir asal : Pasir Krasak
b. Diameter maksimum : 4,75 mm = 0,475 cm
c. Keadaan pasir : Jenuh Kering Muka
II. Kerikil
a. Pasir asal : Clereng
b. Diameter maksimum : 38,10 mm = 0,381 cm
c. Keadaan pasir : Jenuh Kering Muka
Hitungan :
I. Berat Pasir B 1 = 19,30 – 5,6
= 13,70 kg
1 2
Volume Bejana V1 = × π × d × t
4
1 2
= × 3,14 × 21,85 × 24,60
4
= 9219,51 cm 3
13,70
Berat Satuan Pasir BS1 =
9219,51
= 0,00149 kg/cm 3
Hitungan :
I. Berat Kerikil B1 = 29,1 – 6,8
= 22,3 kg
1 2
Volume Bejana V1 = × π × d × t
4
1 2
= × 3,14 × 25,52 × 28,48
4
= 14560,32 cm 3
22,30
Berat Satuan kerikil B S 1 =
14560,32
= 0,00153 kg/cm 3
H. Pembahasan
Dari pengujian yang dilakukan,dengan benda uji berupa pasir dan kerikil maka
diketahui :
a. Berat satuan pasir ditumbuk = 0,00153 kg/ cm
3
I. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian yang telah dilakukan dan melihat pembahasan pada
poin H,maka dapat disimpulkan bahwa :
Berat satuan pasir sama dengan berat satuan kerikil.
J. Lampiran
1. Laporan sementara.
2. Gambar alat.
3. Gambar langkah kerja
4. Flow chart
5. Bahan konstruksi teknik ;IV-3
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan VIII
/ Kelompok 6 / A2011 26
PEMERIKSAAN SSD PASIR
( SATURATED SURFACE DRY )
A. Pendahuluan
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan uji SSD. Dengan
pemeriksaan SSD ini akan diperoleh hasil yang sesuai sebagai bahan campuran bahan
adukan beton, yang berhubungan dengan banyak atau sedikitnya air yang dikandung oleh
pasir tersebut.
B. Tujuan
Mengetahui hasil uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.
D. Alat
a. Kaliper.
b. Corong conus.
c. Tongkat pemadat.
E. Pelaksanaan
a. Meletakkan corong cetakan di tempat yang rata, dan kering.
b. Mengisi corong cetakan dengan pasir dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3
volume corong.
c. Memasukkan pasir lapis pertama ke dalam corong kemudian menusuk-nusuk pasir
dalam corong tersebut dengan menggunakkan batang baja diameter 16mm, panjang
60cm, ujungnya bulat sebanyak 25 kali. (Penusukkan harus merata selebar permukaan
dan tidak boleh sampai masuk ke dalam lapisan pasir sebelumnya)
d. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya, kemudian meratakkan
permukaan pasir hingga rata dengan sisi atas cetakan (corong).
e. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetakan ke atas dengan pelan-
pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
f. Kriteria benda uji :
1) 2)
3) 4)
Keterangan:
1) Corong SSD Pasir.
2) Pasir Basah.
3) Pasir Kering.
4) Pasir SSD (kondisi ideal).
H. Pembahasan
Pasir mempunyai tingkat kondisi yang berbeda-beda yaitu kondisi kering, basah, dan ideal.
Pada pengujian kali ini pasir diuji untuk mengetahui SSD pasir. Setelah dilakukan
pengujian beberapa kali didapatkan jenis pasir yang masuk kategori SSD
.
I. Kesimpulan
Kondisi pasir uji adalah ideal, dan siap untuk digunakan dalam bahan bangunan.
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Gambar Alat.
3. Gambar langkah kerja
4. Flow chart
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan IX
/ Kelompok 6 / A2011 28
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
A. Pendahuluan
Kegiatan ini dilakukan untuk dapat menghitung ukuran diameter tulangan yang kita
tentukan.
B. Tujuan
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemui ukuran di pasaran
yang ukurannya tidak homogen.
D. Alat
1. Timbangan.
2. Kaliper.
3. Gergaji potong baja.
E. Pelaksanaan
1. Mengukur dimensi baja tulangan yang telah dipotong.
2. Menimbang potongan baja tersebut.
Laporan Praktikum B
3.Berat Bahan
benda ujiBangunan / Kelompok=6m/ =
per meter panjang A2011
29
l
1,29
= = 1,23 kg/m
1,05
= 0,0123 kg/cm
(
= Dn = 12,74
× 0,0123 )
= 1,412 cm
b. Baja tulangan polos 2 (Kelompok 5)
1. Berat baja tulangan (B) = 1,4035 kg
2. Panjang baja tulangan (L) = 1,005 m
B
3. Berat benda uji per meter panjang =m=
l
1,4035
= = 1,39 kg/m
1,005
= 0,0139 kg/cm
(
= Dn = 12,74
× 00,0139 )
= 1,5 cm
II. Pengujian II
a. Baja tulangan deform 1 (Kelompok 6)
1.Berat baja tulangan (B) = 0,958 kg
2.Panjang baja tulangan (L) = 0,99 m
B
3.Berat benda uji per meter panjang =m=
l
0,958
= = 0,97 kg/m
0,99
= 0,0097 kg/cm
(
= Dn = 12,74
× 0,0097 )
= 1,25 cm
b. Baja tulangan deform 2 (kelompok 5)
1. Berat baja tulangan (B) = 1,51 kg
2. Panjang baja tulangan (L) = 1,005 m
B
3. Berat benda uji per meter panjang =m=
l
1,51
= = 1,50 kg/m
1,005
(
= Dn = 12,74
× 0.0150 )
= 1,56 cm
H. Pembahasan
Sering kita jumpai dipasaran batang-batang baja yang diameternya tidak sesuai. Ini bukan
tidak mungkin akan berpengaruh dalam konstruksi sebuah bangunan. Dalam praktikum kali
ini ada dua macam benda uji yaitu baja tulangan polos dan baja tulangan deform yang
masing-masing diambil dalam dua sampel. Berdasarkan hasil dari percobaan maka untuk
baja tulangan polos adalah sebagai berikut :
1. Baja tulangan polos
Baja Tulangan Polos Benda uji 1 Benda uji 2
Berat baja tulangan (kg) 1,29 kg 1,4035 kg
Panjang baja tulangan (m) 1,05 m 1,05 m
Berat baja tulangan per satuan meter 1,23 kg/m 1,39 kg/m
(kg/meter)
Diameter pengenalan tulangan (mm) 14,12 mm 15 mm
I. Kesimpulan
Pengujian
a. Baja tulangan polos
Diameter pengenalan tulangan (mm) : 14,12 & 15
b. Baja tulangan Deform
Diameter pengenalan tulangan (mm) : 12,5 & 15,6
J. Lampiran
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 31
1. Laporan sementara.
2. Gambar alat.
3. Gambar langkah kerja
4. Flow chart
5. Pasal 74 PUBI 1982
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan X
/ Kelompok 6 / A2011 32
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
A. Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan SSD merupakan hal yang penting untuk mengetahui pasir
tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan beton.
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis maupun SSD pasir.
D. Alat
1. Volumetric Flush 1.000ml.
2. Tungku pengering (Oven).
3. Loyang.
4. Desikator.
E. Pelaksanaan
1. Mengisi tabung ukur dengan air sampai batas akhir.
2. Menimbang tabung ukur yang diisi air tersebut, kemudian mengeluarkan air tersebut
dari dalam tabung ukur.
3. Memasukkan pasir SSD seberat 500gr kedalam tabung ukur jangan sampai ada yang
tumpah.
4. Setelah itu mengisi kembali tabung ukur dengan air sampai batas akhir.
5. Menggoyang-goyangkan tabung ukur sampai semua udara keluar dari dalam pasir
tersebut.
6. Setelah itu mengisi kembali tabung ukur dengan air sampai batas akhir.
7. Mengeluarkan pasir dari tabung ukur dan mengeringkan selama 24 jam.
8. Keluarkan pasir dari oven,lalu simpan dalam desikator,kemudian menimbang kembali.
= 2,565
G. Pembahasan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 34
a. Berdasarkan pasal 11 PUBI 1982 pasir yang akan digunakan harus memenuhi
persyaratan.
b. Sesuai dengan percobaan diatas berat jenis pasir kering tungku yang diperoleh sebesar
2,505 sedangkan berat jenis pasir SSD adalah 2,565. Ini sesuai dengan syarat berat
jenis pasir yaitu 2.40-2.90.
H. Kesimpulan
a. Berat jenis pasir tungku = 2,505
b. Berat jenis pasir SSD = 2,565
c. Berdasarkan hasil pengujian tersebut maka pasir sungai progo memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Sesuai dengan ketentuan pasal 11 PUBI
1982.” Syarat berat jenis pasir yang normal adalah 2,4-2,9 “.
I. Lampiran
1. Laporan sementara.
2. Gambar alat.
3. Gambar langkah kerja
4. Flow chart
5. Bahan konstruksi teknik IV-3.
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XI
/ Kelompok 6 / A2011 35
KADAR GARAM BATA MERAH
A. Pendahuluan
Bata merah terbuat dari tanah dengan atau tanpa bahan campuran lainnya yang dibakar pada
suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur lagi bila direndam dalam air. Pemeriksaan ini
juga ditujukan untuk mengetahui apakah bata memenuhi syarat atau tidak sebagai bahan
bangunan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui kandungan garam dalam bata merah.
D. Alat
Bak plastik dan air secukupnya.
E. Pelaksanaan
a. Memasukan air kedalam bak plastik.
b. Memasukan bata merah kedalam bak plastik tersebut hingga kurang dari separuhnya
nampak diatas air.
0
= x 100%
23,95
= 0%
0
= x 100%
23,95
= 0%
Jumlah rata-rata ukuran bata merah :
P1 + P 2 + P 3
Panjang (P) =
3
24 + 23
,9 + 23,95
=
3
= 23,95 cm
l1 + l 2
+ l3
Lebar =
3
11 + 10
,9 + 10,8
=
3
= 10,9 cm
t 1 + t 2
+ t 3
Tinggi =
3
4,5 + 4,6 + 4,5
=
3
= 4,533 cm
m
Kandungan garam = x 100%
p
0
= x 100%
22,437
= 0%
G. Pembahasan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 37
Ukuran rata-rata bata merah yang diuji adalah : 23,95 cm x 10,9 cm x 4,533 cm. Dari hasil
praktikum, kandungan garam pada bata merah tersebut sebesar 0%. Sesuai dengan
persyaratan bata merah tidak boleh mengandung garam lebih dari 50% tinggi bata.
Modul Ukuran standar Bata :
a. Modul M-5a = 190 x 90 x 65 mm
b. Modul M-5b = 190 x 140 x 65 mm
c. Modul M-6 = 230 x 110 x 55 mm
Tabel 27-1 PUBI 1982
Ukuran, mm.
Modul
Tebal Lebar Panjang
M - 5a 65 90 190
M - 5b 65 140 190
M-6 55 110 230
H. Kesimpulan
a. Ukuran bata rata-rata : Panjang = 23,95 cm
Lebar = 10.9 cm
Tinggi = 4,533 cm
b. Berdasarkan pasal 27 PUBI 1982 bata merah ini tidak ada kandungan garam
c. Sesuai ukuran standar yang tertera dalam 27-1 PUBI 1982 bata merah ini mendekati
modul M-6.
I. Lampiran
a. Laporan sementara
b. Gambar alat
c. Gambar langkah kerja
d. Flow chart
e. Bahan konstruksi teknik hal.VII-3,4
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XII
/ Kelompok 6 / A2011 38
PEMERIKSAAN UJI KUAT TEKAN BATA + MORTAR
A. Pendahuluan
Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan lain, yang dibakar pada
suhu yang cukup tinggi sehingga tidak hancur bila direndam dalam air.
B. Tujuan
Untuk mengetahui kelas kuat dan koofisien variasi bata merah.
D. Alat
a. Cetok
b. Cangkul
c. Ember
d. Gergaji
E. Pelaksanaan
a. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.
b. Ambil semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 4
c. Selanjutnya campur semen dan pasir kemudian diaduk sampai rata.
d. Setelah rata kemudian diberi air sedikit demi sedikit sehingga kelecakan yang
diinginkan tercapai.
e. kemudian bata merah dipotong menjadi dua bagian.
f. Letakan mortar diatas potongan bata yang satu kemudian potongan bata yang lainnya
diletakan diatasnya.
p
Laporan Praktikum
4. Kekuatan Bahan
tekan Bangunan
bata yang diuji ( σ) =/ Kelompok bata:
6 / A2011
untuk setiap 40
A
61300 N
σ -I =
12880mm2
= 4,75 MPa
49300 N
σ -II =
11880mm2
= 4,14 Mpa
70700 N
σ -III =
13875mm2
= 5,09 Mpa
4,75 + 4,14 + 5,09
Kuat tekan rata-rata ( σrata-rata) =
3
2
= 4,66 N/mm
H. Pembahasan
1. Berdasarkan tabel 27-3 PUBI 1982 bahwa kekuatan tekan rata-rata bata yang diuji
harus sesuai dengan ketentuan untuk mengetahui kelas kuat dan koefisien variasi
bata tersebut.
2. Pada praktikum kali ini digunakan 3 sampel bata merah yang sebelumnya dipotong
p
dan diberi mortar. Kekuatan tekan bata yang diuji ( σ) = untuk setiap bata:
A
σ -I = 4,75 MPa
σ -II = 4,14 Mpa
Berdasarkan
Laporan tabel 27-3
Praktikum BahanPUBI 1982 maka /bata
Bangunan yang diuji
Kelompok 6 /diatas
A2011 masuk
pada kelas 25. 41
Tabel 27-3 PUBI 1982
Kekuatan tekan rata-rata Koefisien variasi yang
minimum dari 30 buah bata diizinkan dari rata-rata
Kelas
yang diuji kuat tekan bata yang
diuji, %
25 25 2,5 25
50 50 5 22
100 100 10 22
150 150 15 15
200 200 20 15
250 250 25 15
I. Kesimpulan
a.
2
Kekuatan tekan rata-rata bata yang diuji : 4,66 N/mm
b. Koefisien variasi rata-rata bata yang diuji didapat bila jumlah sampel lebih dari atau
sama dengan 30 buah bata.
c. Berdasarkan tabel 27-3 PUBI 1982, bata ini masuk pada kelas 50
J. Lampiran
a. Laporan sementara .
b. Gambar alat.
c. Gambar langkah kerja
d. Flow chart.
e. Tabel 27-3 PUBI 1982
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XIII
/ Kelompok 6 / A2011 42
A. Pendahuluan
Untuk memudahkan pengerjaan pemasangan bata merah sebagai bahan bangunan maka
perlu campuran yang ideal (tidak terlalu encer maupun terlalu kering). Hal tersebut
dimaksudkan supaya dalam pengerjaan nantinya tidak sulit dengan kekuatan tekan yang
optimal dengan faktor air semen tertentu.
B. Tujuan
Untuk mengetahui berapa % penyebaran mortar yang akan digunakan supaya tercapai
kondisi yang ideal.
C. Benda uji
Mortar yang digunakan untuk pengujian kuat tekan bata.
D. Alat
1. Meja sebar
2. Kaliper
3. Alat perata (spatel)
4. Nampan
E. Pelaksanaan
1. Siapkan mortar dengan perbandingan yang ditetapkan 1:3, 1:4, 1:5.
2. Ukur diameter atas dan bawah serta tinggi cincin sebar yang akan digunakan.
3. Masukkan mortar tersebut ke dalam cincin meja sebar sampai penuh dan ratakan
permukaannya dengan pisau perata.
4. Usahakan jangan sampai ada rongga di dalam cincin meja sebar.
5. Sebelum meja sebar dijalankan, angkat cincin dari mortar sehingga yang terdapat di
atas meja sebar tinggal mortarnya.
6. Jalankan mesin sampai 25 ketukan kurang lebih 15 detik.
7. Setelah selesai ukur kembali diameter yang terjadi pada mortar setelah mesin
dijalankan.
8. Catat berapa penyebaran yang terjadi.
F. Data praktikum
Ukuran cincin :
Uraian Diameter bawah (cm) Diameter atas (cm) Tinggi cincin (cm)
8,6 6 5,5
8,5 6,1 5,5
8,6 6,1 5,5
Rata-rata 8,56 6,07 5,5
: 9%
G. Pembahasan
Dari pengujian meja sebar (flow table test) didapatkan:
1. Diameter rata-rata mortar setelah diuji : 19,9 cm
2. Nilai sebar mortar : 93%
H. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil pengujian yang telah dilakukan dan melihat pembahasan pada poin
G, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah kadar air yang digunakan dalam pencampuran
sangat mempengaruhi kualitas dari mortar. Untuk campuran yang ideal sebaiknya tidak
terlalu encer dan tidak terlalu kental sehingga sangat diperhitungkan keseimbangan antara
jumlah air dan bahan-bahan yang digunakan dalam pencampuran.
I. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Gambar alat
3. Urutan pelaksanaan pekerjaan
4. Flow chart
A. Pendahuluan
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar pembuatan
campuran beton.
B. Tujuan
Untuk mengetahui langkah – langkah yang benar dalam pengadukan beton.
D. Alat
1. Cangkul.
2. Bejana.
3. Sekop.
4. Ember.
5. Timbangan.
6. Tongkat penusuk adukan.
7. Mesin molen.
E. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah mengikuti langkah –
langkah seperti di bawah ini :
1. Pengukuran
Semen Portland dan batuan ( pasir dan kering kerikil ) diukur secara teliti dengan berat
atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan dapat diukur dengan
menggunakan berat atau dengan volumenya ( gelas ukur ).
2. Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat jumlah bahan yang akan dicampur harus
ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari pasir yang halus
(apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi beberapa kelompok) kemudian
ditambah dengan batuan yang berdiameter lebih besar (penimbangan dilakukan secara
komulatif). Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda
banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan kerikil ditimbang
sendiri-sendiri.
3. Cara
Laporan Penimbangan
Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 45
a. Sebelum ditimbang, batuan ( pasir dan kerikil )harus dalam keadaan jenuh kering
muka. Timbang batuan ( pasir dan kerikil ) dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 0.1kg. Batuan diisikan ke dalam sebuah bejana atau tempat lain
yang volumenya cukup untuk setengah atau semua batuan (pasir dan kerikil). Bejana
itu kemudian ditimbang.
b. Berat kumulatif batuan ( pasir dan kerikil ) yang dikontrol sebelum bejana diisi
dengan kelompok batuan ( pasir dan kerikil ) yang berbutir lebih besar.
c. Menimbang semen portland dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai
0,001Kg.
4. Cara Pengadukan
a. Sambil mesin aduk diputar (masukkan air sebanyak sekitar 0.80 kali yang
direncanakan ) .
b. Memasukkan batuan ( pasir dan kerikil ) kedalam mesin aduk, dan masukkan pula
semen di atas batuan ( pasir dan kerikil ) itu.
c. Untuk selanjutnya memasukkan air sedikit demi sedikit sampai adukan tampak
mempunyai kelecakan (konsistensi) yang cukup.
d. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
e. Adukan beton segar kemudian dikeluarkan dan ditampung dalam bejana yang cukup
besar. Bejana itu harus sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan pemisahan
kerikil bila dituang dalam cetakan.
Catatan :
Bila diinginkan nilai faktor air semen yang pasti, maka semen dan air dicampur diluar
mesin aduk dengan nilai faktor air semen tersebut, kemudian dimasukkan kedalam
mesin aduk sedikit demi sedikit sampai kelecakan tampak cukup.
G. Pembahasan
Dalam proses pengadukan beton hendaknya dilakukan sesuai prosedur yang ada agar
didapatkan campuran beton yang baik.
H. Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengadukan beton didapat nilai Fas sebesar 0.53 Dan nilai Slam
sebesar = 12,33 cm. Pada pengerjaan beton untuk plat. Balok, kolom dan dinding nilai slam
tanpa alat getar umumnya berkisar antara 7.5-15 cm. Beton ini memenuhi syarat untuk
pengerjaan beton, karena beton yang akan dihasilkan memliki kekuatan yang tinggi.
I. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Gambar alat
3. Gambar urutan langkah kerja
4. Flow chart
5. SK SNI
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XV
/ Kelompok 6 / A2011 47
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
A. Pendahuluan
Untuk mengetahui kelecakan ( consistency) beton segar biasanya dengan melakukan
pemeriksaan uji slam ( slump). Dengan pemeriksaan slam, maka kita dapat memperoleh nilai
slam yang dipakai sebagai tolok ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan
tingkat kemudahan pengerjaan beton.
B. Tujuan
Untuk mengetahui langkah dan besarnya nilai uji slam.
D. Alat
a. Cetakan
Berupa kerucut abram dengan diameter dasar 20cm, diameter atas 10cm, dan tinggi
30cm.
b. Cetok.
c. Mistar pengukur (penggaris dari baja).
d. Alat pemadat.
e. Tatakan untuk dasar cetakan.
E. Pelaksanaan
a. Membasahi corong dengan air dan kemudian taruhlah ditempat yang rata, basah, tidak
menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk secara kuat dan berdiri
pada kedua kaki selama melakukan pengisian corong.
b. Mengisi corong cetakan dengan 3 kali (lapis) pengisian, masing-masing sekitar 1/3
volume corong. Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6
cm, 15 cm, 30 cm. Setiap kali mengisi beton segar ke dalam cetakan, harus
menggerakkan cetok atau sendok hingga mengelilingi bagian ujung atas-dalam corong
agar mendapatkan penyebaran beton segar yang merata dalam corong. Tusuk setiap lapis
beton segar dengan alat penusuk sebanyak 25 kali. Usahakan dalam melakukan
penusukan secara merata selebar permukaan lapisan dan tidak boleh masuk sampai lapis
beton sebelumnya.
c. Setelah
Laporan selesai menusuk
Praktikum lapisan beton/ Kelompok
Bahan Bangunan segar yang6terakhir,
/ A2011kemudian
masukkan lagi
48
beton segar ke bagian atas, dan ratakan hingga rata dengan sisi cetakan. Kemudian
bersihkan alas di sekitar corong dari beton segar yang tercecer.
d. Setelah menunggu sekitar 30 detik, kemudian tarik corong ke atas dengan pelan-pelan
dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
Cetakan slam
H. Pembahasan
a. Nilai slam dalam pengadukan beton sangat berpengaruh. Karena didalam nilai slam
tersebut terdapat sifat workability yaitu kemudahan dalam pengerjaan adukan beton,
makin besar nilai slam berarti adukan beton semakin encer dan ini berarti akan
semakin mudah dalam pengerjaannya.
b. Praktikum
Laporan BerdasaraknBahan
percobaan uji slam diatas
Bangunan hasil yang
/ Kelompok 6 / diperoleh
A2011 yaitu faktor air semen
49
0.53 dan nilai slam rata-rata sebesara 12,3 cm sesuai dengan syarat yaitu nilai slam
berkisar antara 5-12.5 cm.
I. Kesimpulan
a. Rata-rata nilai slam adalah : 12,3cm
b. Faktor air semen adalah : 0,53
J. Lampiran
a. Laporan sementara.
b. Gambar Alat
c. Gambar langkah kerja
d. Flow chart.
e. Bahan Kontruksi Teknik, Halaman : V-10 .
A. Pendahuluan
Pembuatan silinder beton adalah sebagai replikasi dari beton yang digunakan untuk bahan
bangunan. Silinder beton ini terbuat dari adukan beton yang akan digunakan, yang
merupakan sampel yang akan diujikan di laboratorium. Jumlah pembuatan silinder beton
harus mempresentasikan dari adukan beton bahan bangunan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan silinder beton.
D. Alat
a. Cetakan silinder berukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm, terbuat dari besi atau
baja.
b. Alat penumbuk.
c. Kaliper.
d. Cetok.
e. Tongkat perata.
E. Pelaksanaan
Pemadatan dengan tangan
a. Lakukan pengisian adukan beton dalam 3 lapis, tiap lapis kira-kira bervolume
sama.
b. Lakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar memperoleh beton
yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan timbunan beton dari tepi ke
tengah).
c. Tusuk tiap lapisan dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali. Penusukan
harus merata ke semua permukaan lapisan dengan kedalamn sampai sedikit
masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk lapisan pertama, penusukan jangan
sampai mengenai dasar cetakan.
d. Pindahkan cetakan ke ruangan yang lembab.
F. Data Praktikum
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 52
Adukan beton:
Tabel 16.1. Ukuran bahan dalam pembuatan beton.
Berat satuan
Bahan Merk / asal 3
Berat (gr)
(kg/cm )
-
Air PDAM 1.10 8215
Semen Gresik 3,15.10 15500
-3
Pasir Merapi 1,653.10 46050
-
Kerikil Clereng 1,285.10 50240
Jumlah 120005
. Hasil pengujian
a. Faktor air semen = 0,53
b. Nilai slam = 1. 14 cm
2. 14 cm
3. 9 cm
14 + 9 + 14
c. Nilai slam rata-rata = = 12,3 cm
3
1
a. Volume silinder (V) = × π × d 2 × t
4
1
V.Sld I = × π × (150 )2 × 301 = 5316412,5 mm3
4
= 0,0053164125 m 3
3
= 0,00532 m
1 3
V.Sld II = × π × (151)2 × 305 = 5459129,425 mm
4
= 0,005459129425 m 3
3
= 0,00546 m
3 Berat beton (kg )
c. Berat beton segar per m (W) =
Volume beton (m ) 3
13 3
W.Sld I = = 2443,61 kg/m
0,00532
13,6 3
W.Sld II = = 2490,84 kg/m
0,00546
12 3
W.Sld III = = 2234,64 kg/m
0,00537
3
Berat rata – rata dari 6 benda uji = … kg/ m
2443,61 + 2490
,84 + 2234,64 3
= 2323,03 kg/m
3
H. Pembahasan
Pengadukan beton merupakan replikasi dari pencampuran adukan dasar beton yaitu pasir,
semen, kerikil, dan air. Dalam perencanaan pembuatan beton direncanakan sebanyak 9
silinder. Tapi, dalam praktikumnya dibuat sebanyak 3 silinder. Pada uji coba kali ini
pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan mesin pengaduk yaitu mesin molen .
Untuk menghindari keausan pada silinder beton sebaiknya beton disimpan pada tempat
yang lembab atau direndam dalam air selama 7 hari. Jadi, berdasarkan hasil uji coba diatas
3 3
berat rata-rata 3 silinder per m adalah 2323,03 kg/m .
I. Kesimpulan
a. Berat rata-rata silinder = 2323,03 kg/m 3
b. Sebelum melakukan pengujian kuat tekan beton, terlebih dahulu beton disimpan
pada tempat yang lembab atau direndam dalam air selama 7 hari.
c. Pengadukan dilakukan dengan mesin molen.
J. Lampiran
a. Laporan sementara.
b. Gambar alat.
c. Gambar langkah kerja
d. Flow chart.
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XVII
/ Kelompok 6 / A2011 54
PENGUJIAN BLEEDING
A. Pendahuluan
Keenceran suatu campuran (adukan) beton sangat mempengaruhi mudah dan sulitnya
pengerjaan di lapangan. Apabila campuran tersebut terlalu encer pengarjaannya semakin
mudah namun kekuatan beton yang dihasilkan rendah, begitu sebaliknya.
B. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui tingkat keenceran suatu campuran beton.
C. Benda Uji
Benda uji berupa campuran beton segar yang dipakai dalam pembuatan silinder beton dan
pengujian slam.
D. Alat
1. Pipet tetes
2. tabung ukur 10 ml
E. Pelaksanaan
1. Siapkan alat berupa tabung ukur 10 ml dan pipet tetes.
2. Ambil air yang berada di atas campuran beton tersebut semaksimal mungkin.
3. Amati berapa ml air yang ada, semakin banyak air maka campuran tersebut semakin
encer.
F. Data Praktikum
Berat satuan
Bahan Merk / asal 3
Berat (gr)
(kg/cm )
-
Air PDAM 1.10 8215
Semen Gresik 3,15.10 15500
-3
Pasir Merapi 1,653.10 46050
-
Kerikil Clereng 1,285.10 50240
Jumlah 120005
. Hasil pengujian
a. Faktor air semen = 0.53
b. Nilai slam = 1. 14 cm
2. 14 cm
3. 9 cm
G. Kesimpulan
Nilai Bleeding = 7,5 ml
Dari hasil praktikum campuran yang didapatkan adalah ideal. Sehingga campuran ini
memenuhi syarat untuk pembuatan beton. Karena kualitas beton yang akan dihasilkan
cukup baik.
H. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Gambar alat
3. Gambar urutan langkah kerja
4. Flow chart
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XVIII
/ Kelompok 6 / A2011 56
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU
A. Pendahuluan
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat kayu. Kelas kuat
kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk menentukan dimensi kayu
dan harus disarkan pada pembebanan yang bekerja.
B. Tujuan
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat.
D. Alat
1. Stop watch.
2. Mesin uji tekan.
3. Kaliper
E. Pelaksanaan
1. Meletakkan benda uji kayu pada mesin uji tekan.
2. Pembebanan diberikan dengan kecepatan sekitar 0.6 mm/menit.
3. Mencatat besar beban maksimum dan lama pembebanan.
4. Bentuk satu benda uji diperiksa setelah patah.
Kayu
Laporan 1
Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 57
Beban maksimum : 63,2 kN = 63200 N
Lama pembebanan : 7,65 detik = 7,65 / 60 menit =0,1275 menit
p
P
1. Kuat tekan (τ ) = , dimana A = t x l
A
A = luas alas
= 59,83 x 40,92
2 2
= 2474,02 mm = 24,7402 cm
63200 N
Kuat tekan (τ ) = b h
2474,02 mm 2
= 25,55 MPa
Beban maksimum
2. Kecepatan pembebanan (V) =
Lama pembebanan
63,2
Kecepatan pembebanan (V) =
0.1275
= 495,69 kN/menit
3. Sketsa benda uji setelah pembebanan
Kayu 2 ( kelompok 5 )
p
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 58
P
1. Kuat tekan (τ ) = , dimana A = t x l
A
A = luas alas
= 61,0 x 42,0
2 2
= 2562 mm = 25,62 cm
63500 N
Kuat tekan (τ ) = b h
2562 mm 2
= 24,785 MPa
Beban maksimum
2. Kecepatan pembebanan (V) =
Lama pembebanan
63,5
Kecepatan pembebanan (V) =
0,13
= 488,462 kN/menit
3. Sketsa benda uji setelah pembebanan
25,55 + 24,785
Kuat tekan kayu rata-rata = = 25,1675 MPa
2
495,68 + 488,46
Kecepatan pembebanan rata-rata = = 492,07 kN/menit
2
H. Kesimpulan
1. Kuat tekan kayu rata-rata = 25,1675 MPa
2. Kecepatan pembebanan rata-rata = 492,07 kN/menit
3. PUBI 1982 tabel 37-3 “ Berat jenis ( kering udara ) kurang atau sama dengan 0.3.
2
Kekuatan Tekan mutlak kurang dari 650 kg/cm . Kekuatan tekan mutlak lebih dari 425
2
kg/cm .” Jadi kayu kamper termasuk kayu kelas kuat IV.
I. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Gambar alat
3. Gambar urutan langkah kerja
4. Flowchart
5. Referensi (PUBI)
A. Pendahuluan
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui kekuatan terhadap
momen lentur maka perlu dibuat pengujian lentur.
B. Tujuan
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok dan
menghitung tegangan lentur maksimumnya.
D. Alat
1. Mesin uji lentur balok.
2. Kaliper.
E. Pelaksanaan
1. Penampang balok diukur dengan teliti.
2. Balok diasang pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar 450 mm
(tergantung ukuran kayu) dan beban satu titik di tengah atau dua titik dengan jarak
masing-masing 1/3 batang dari perletakan.
3. Beban maksimum yang mematahkan balok dicatat.
G Hasil
Laporan PengujianBahan
Praktikum dan Hitungan
Bangunan / Kelompok 6 / A2011 60
Kayu 1
1. Beban maksimum = 7,81 kN = 7810 N
2. Sketsa beban pengujian
Beban titik
Benda uji
150mm
150mm 150mm
50mm 50mm
Σ MB = 0
+( RAV x 450) - (3905 x 150) - (3905 x 300) = 0
1757250 Nmm
RAV =
450mm
RAV = 3905N
6. Tahanan
Laporan MomenBahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011
Praktikum 61
2
W = 1/6 x b x h
= 1/6 x 57,50 x (41,2167) 2
3
= 16280,323 mm
= 16,28 cm 3
M
7. Kuat lentur =
W
585750 Nmm
Kuat lentur =
16280,323mm 3
2
= 35,979 N/mm
H. Kesimpulan
1. Kuat lentur rata-rata kayu meranti = 580 kg/cm
2
2. PUBI 1982 tabel 37-3. Pengujian kuat lentur kayu kamper yg kami uji = 580 kg/cm
2
I. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Gambar alat
3. Gambar urutan langkah kerja
4. Flowchart
5. Referensi (PUBI)
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XX
/ Kelompok 6 / A2011 62
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
A. Pendahuluan
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara menguji kuat tekan
beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder beton dengan ukuran
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus dengan sisi 150 mm) setelah umur 28 hari.
Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian kuat tekan benda uji tersebut.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji.
C. Benda Uji
Sebagai benda uji adalah silinder beton berdiameter 150 mm, tinggi 300 mm, atau kubus
beton bersisi 150 mm.
D. Alat
1. Timbangan.
2. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Alat perata lapis alas silinder (capping). Bila dipakai benda uji kubus tidak diperlukan
perataan permukaan ini.
E. Pelaksanaan
1. Data tentang benda uji beton yang akan diuji dicari, antara lain:
a. Faktor semen.
b. Nilai slam.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji (berdasarkan data tersebut, perkirakanlah
kuat tekannya).
2. Bila benda uji berupa silinder, diukur diameter rata-rata silinder di tengah-tengah
tingginya, dan tinggi rata-ratanya dengan ketelitian sampai 0.1 mm (dengan kaliper).
3. Benda uji ditimbang dengan ketelitian sampai 0.005 kg.
4. Permukaan beton diratakan dengan memberi lapisan perata pada permukaan dengan
bahan yang tersedia, bahan perata diratakan dengan kaca atau plat. ditunggu sampai
lapisan ini keras dan cukup kuat.
F. Data Praktikum
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 63
Benda Uji: Bahan adukan beton
Berat satuan
Bahan Merk / asal 3
Berat (gr)
(kg/cm )
Air PDAM 1.10- 8250
-
Semen Gresik 3,15.10 15500
-
Pasir Merapi (S.Gendol) 1,653. 10 46050
-
Kerikil Clereng 1,285. 10 50240
Jumlah 120005
Diameter
150,5 150 150,5
Rata – rata (mm)
2 2 2
AI = 0,25.3,14.(150,5) = 17780,45 mm = 177,8045 cm
2 2 2
AII = 0,25.3,14.(150) = 17662,50 mm = 176,6250 cm
2 2 2
AIII = 0,25.3,14.(150,5) = 17194,64 mm = 177,8045 cm
2. Volume
Laporan (V) =
Praktikum A xBangunan
Bahan t / Kelompok 6 / A2011 64
3
I : 176,6250 x 30,1 = 5316,4125 cm
II : 176,6250 x 30,5 = 5387,0625 cm 3
3
III : 171,9464 x 30,0 = 5158,3920 cm
berat beton
Berat jenis (Bj) =
V
12,495 -3 3
BjI = = 2,35 x 10 kg/cm
5316,4125
12,750 -3 3
BjII = = 2,37 x 10 kg/cm
5387,0625
12,445 -3 3
BjIII = = 2,41 x 10 kg/cm
5158,3920
P 100
4. Kuat tekan ( σ ) = σ 28 hari = x σ 7 hari
A 65
36000
a. σ-I =
176,6250
2
= 203,822 kg/cm ( 7 hari) = 65%
2
x1 = 313,572 kg/cm ( 28 hari) = 100% OK
28500
b. σ-II =
176,6250
2
= 161,36 kg/cm ( 7 hari) = 65%
2
x2 = 248,246 kg/cm ( 28 hari) = 100%
Beban maksimum
7. Kecepatan pembebanan (V) =
Lama pembebanan
360
V-I = = 1951,219 kN/menit
0,1845
285
V-II = = 1165,644 kN/menit
0,2445
255
V-III = = 1511,559 kN/menit
0,1687
1951,219 + 1165
,644 + 1511,559
Rata-rata Kecepatan Pembebanan =
3
= 1542,81 kN/menit
H. Kesimpulan
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 66
Dari hasil praktikum dan hitungan dari 3 buah pengujian beton diperoleh data:
1. Berat jenis rata-rata
-3 3
= 2,377 x10 kg/cm
2. Kuat tekan rata-rata 7 hari = 17,116 MPa
3. Kuat tekan rata-rata 28 hari = 26,3655 MPa
4. Kecepatan pembebanan rata-rata = 1542,81 kN/menit
I. Lampiran
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XXI
/ Kelompok 6 / A2011 67
PENGUJIAN KEAUSAN KERIKIL DENGAN
MESIN LOS ANGELES
A. Pendahuluan
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus kerikil/batu pecah
dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian ketahanan aus kerikil dengan cara
ini memberikan gambaran yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta
kemungkinan terjadinya pecah butir-butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun
selama pengangkutan. Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang
dibuat. Nilai yang diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara
berat bagian yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula
sebelum pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausannya. Pada umumnya
kerikil disyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih dari 10% setelah diputar 10 kali, dan
tidak boleh lebih dari 40% setelah diputar 100 kali.
B. Tujuan
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus kerikil/batu pecah
yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
E. Pelaksanaan
1. Menimbang benda uji sesuai tabel 17.1.
2. Memasukkan kerikil/batu pecah ke dalam mesin Los Angeles
3. Memasukkan bola baja ke dalam mesin Los Angeles dengan jumlah sesuai tabel 17.2.
4. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 100 kali.
5. Mengeluarkan bola baja dari mesin Los Angeles.
6. Mengeluarkan benda uji dari mesin Los Angeles, kemudian mengayak memakai ayakan
no. 12.
7. Menimbang kerikil yang tertinggal di atas ayakan no 12.
8. Memasukkan kembali bola baja dan kerikil yang tertinggal di atas ayakan no 12 ke dalam
mesin Los Angeles.
9. Memutar kembali mesin Los Angeles sebanyak 400 kali (jadi dengan putaran pertama
berjumlah 500 kali).
10. Kembali ke langkah e, f, dan g.
5 − 4,62
Keausan I = x 100 %
5
= 7,6 %
( A − C )
5. Keausan II = x 100 %
A
5 − 3,12
Keausan II = x 100 %
5
= 37,6 %
Keausan total = Keausan I + Keausan II
= 7,6% + 37,6%
= 45,2 %
H. Kesimpulan
1. Keausan total = 45,2 %
2. PUBI 1982 Pasal 12 “Syarat fisik kerikil bagian yang hancur bila diuji memakai mesin
los Angeles tidak lebih dari 50% berat” jadi kerikil progo memenuhi syarat sebagai
bahan bangunan.
I. Lampiran
BAB
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XXII
/ Kelompok 6 / A2011 71
PENGUJIAN KUAT TARIK BAJA TULANGAN
A. Pendahuluan
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan bentuk
tergantung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi beban, bentuk benda uji, suhu,
kecepatan pembebanan, dan sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan antara beban
dan perubahan bentuk pada benda uji ( deformasi) merupakan bagian utama dari studi
tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu. Akan tetapi, biasanya pengujian itu agak
berbeda bila bentuk geometrinya berbeda, walaupun bahannya sama. Oleh karena itu
bentuk benda uji dibuatkan suatu standard yang sedemikian rupa sehingga kurva
tegangan-tegangan diperoleh juga merupakan standar pula.
B. Tujuan
D. Alat
1. Mesin uji tarik baja dengan ketelitian 0,01kN dan kapasitas 200kN.
2. Kaliper.
3. Penggaris.
E. Pelaksanaan
1. Mengukur dimensi benda uji beserta jarak dua titik ukur awal.
2. Memberi tanda antara dua titik ukur awal tiap 1cm.
3. Memasang penolok ukur regangan pada benda uji.
4. Mengukur dan mencatat ukuran diameter pada tempat putusnya benda uji, setelah
selesai pengujian (benda uji telah putus).
F. Data
Laporan PraktikumBahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011
Praktikum 71
Benda Uji :
a. Bahan = Baja Tulangan Polos
b. Diameter pengenal = 7,07mm
c. Diameter terukur =
Pengukuran 1 7,07mm
Pengukuran 2 7,07mm
Pengukuran 3 7,07mm
Jumlah 21,21mm
Rata-rata 7,07mm
l0 = panjang baja mula-mula (Gambar bentuk benda uji sesudah diuji)
39,24 − 12,56
= × 100%
39,24
=67,99%
27 ,3
= x 100 %
100
= 27,3%
Beban leleh
i. Tegangan leleh ( batas ukur ) =
Luas awal
17350
=
21,2264
2
= 817,378N/mm
= 817,378MPa
Beban maksimum
j. Tegangan maksimum ( kuat tarik ) =
Luas awal
23790
=
39,24
2
= 606,269N/mm
= 606,269MPa
H. Pembahasan
Pada dasarnya logam yang diberi beban akan mengalami perubahan bentuk yang
umumnya dengan kasat mata tidak terlihat, namun apabila beban yang diberikan terlalu
besar, maka perubahan tersebut dapat dilihat dengan jelas. Pada pengujian kuat tarik baja
ini, kita dapat mengetahui seberapa besar beban yang mampu ditahan oleh batang baja
dengan menggunakan alat uji kuat tarik baja, kita hanya mengamati dan menganalisa data
yang terbaca pada layar monitor yang ada pada alat uji tersebut.
I. Kesimpulan
Baja Tulangan Polos
a. Tegangan leleh (batas ukur) = 817,378MPa
b. Tegangan maksimum (kuat tarik) = 606,269MPa
c. Perpanjangan akhir (regangan) =27,3 %
d. Pengurangan luas ditempat putus =67,99 %
e. Menurut PUBI 1982 tabel 74-6 baja ini termasuk BjTP 24, yaitu tegangan leleh
minimum MPa
J. Lampiran
1. Laporan Sementara.
2. Tabel dan Grafik
3. Gambar Alat.
4. Gambar Langkah Kerja.
5. Flow Chart Pelaksanaan.
6. PUBI 1982 pasal 2.4.
TABEL PENGUKURAN
Laporan Praktikum KUAT /TARIK
Bahan Bangunan BAJA
Kelompok 6 /TULANGAN
A2011 POLOS 74
Luas
Panjang Tegangan Regangan
Beban Beban Perpanjangan Penampang
NO Awal σ= P/ A ε = ∆l/lo
P (kN) P (N) ∆L (mm) Awal
l0 (mm) (Mpa) (%)
A (mm)
1 0,036 36 100 1 39,24 0,92 0,05
2 0,560 560 100 2 39,24 14,27 0,1
3 3,260 3260 100 3 39,24 83,08 0,15
4 11,060 11060 100 4 39,24 281,86 0,19
5 17,350 17350 100 5 39,24 442,15 0,24
6 17,430 17430 100 6 39,24 444,19 0,29
7 17,290 17290 100 7 39,24 440,62 0,34
8 17,720 17720 100 8 39,24 451,58 0,39
9 17,940 17940 100 9 39,24 457,19 0,44
10 18,500 18500 100 10 39,24 471,46 0,48
11 19,530 19530 100 11 39,24 497,71 0,53
12 20,210 20210 100 12 39,24 515,04 0,58
13 20,220 20220 100 13 39,24 515,29 0,63
14 21,360 21360 100 14 39,24 544,34 0,68
15 21,760 21760 100 15 39,24 554,54 0,73
16 22,630 22630 100 16 39,24 576,71 0,77
17 22,340 22340 100 17 39,24 569,32 0,82
18 22,670 22670 100 18 39,24 577,73 0,87
19 22,870 22870 100 19 39,24 582,82 0,92
20 22,850 22850 100 20 39,24 582,31 0,97
21 23,200 23200 100 21 39,24 591,23 1,02
22 23,340 23340 100 22 39,24 594,80 1,06
23 23,420 23420 100 23 39,24 596,84 1,11
24 23,560 23560 100 24 39,24 600,41 1,16
25 23,640 23640 100 25 39,24 602,45 1,21
26 23,690 23690 100 26 39,24 603,72 1,26
27 23,740 23740 100 27 39,24 604,99 1,31
28 23,760 23760 100 28 39,24 605,50 1,35
29 23,790 23790 100 29 39,24 606,27 1,40
30 23,740 23740 100 30 39,24 604,99 1,45
31 23,640 23640 100 31 39,24 602,45 1,50
32 22,640 22640 100 32 39,24 576,96 1,55
33 20,540 20540 100 33 39,24 523,45 1,66
34 18,690 18690 100 34 39,24 476,30 1,64
GRAFIK
Laporan Praktikum Bahan BAJA TULANGAN
Bangunan / Kelompok 6POLOS
/ A2011 75
)
a
P
M
(
n
a
g
n
a
g
e
T
BAB/ Kelompok
Laporan Praktikum Bahan Bangunan XXIII 6 / A2011 76
PENGUJIAN KONSISTENSI NORMAL SEMEN
A. Pendahuluan
Daya ikat semen sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah adukan baik mortar maupun
beton, karena adukan atau campuran yang dibuat tersebut harus sesegera mungkin dipakai
supaya tidak lekas kering. Oleh karena itu penting sekali kita mengetahui berapa lama waktu
pengikatan semen yang akan terjadi nantinya.
B. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk menentukan konsistensi normal dari semen untuk penentuan
berapa lama pengikatan semen yang akan terjadi.
C. Benda Uji
1. Semen seberat 500 gram
2. Air bersih 125 ml-150 ml (dengan temperature ruangan)
D. Alat
1. Mesin aduk (mixer) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkok
yang dapat dilepas
2. Alat vicat
3. Timbangan dengan ketelitian 1 gr
4. Spatel (pisau Perata)
5. Gelas ukur dengan kapasitas 500 ml
6. Sarungtangan plastic
E. Pelaksanaan
1. Persiapan pasta
a. Memasang daun pengaduk dan mangkuk yang kering pada mesin pengaduk (mixer).
b. Memasukan bahan-bahn kedalam mangkuk dengan prosedur sebagai berikut:
1) Menuangkan air 125 ml-155 ml
2) Memasukan 500 gram semen kedalam air dan biarkan selama 30 detik agar
terjadi peresapan/campuran
c. Menjalankan mesin pengaduk dengan kecepatan rendah (140±5) ppm selama 30
detik.
d. Menghentikan mesin pengaduk selama 15 detik. Selama waktu itu kumpulkan pasta
yang menempel pada dinding mangkuk.
e. Praktikum
Laporan MenjalankanBahan
mesin pengaduk
Bangunan dengan kecepatan
/ Kelompok 6 /sedang
A2011(285±10)
ppm selama 75
1
menit.
2. Pencetakan Benda Uji
a. Segera bentuk pasta menjadi bola dengan kedua tangan (gunakan sarung tangan).
Lemparkan dari tangan yang satu ketangan yang lain dengan jarak kira-kira 15 cm
sebanyak 6 kali.
b. Tekankan bola pasta kedalam cincin konis (g) pada alat vicat dengan satu tangan.
c. Kelebihan pasta pada lubang besar diratakan dengan jalan meletakan cincin lubang
yang besar pada pelat kaca, lalu potong kelebihan pada lubang cincin kecil dengan
sekali gerakan, kemudian licinkan kelebihan pasta yang terdapat pada cincin. Selama
mengerjakan pemotongan dan penghalusan hindarkan tekanan pada pasta.
3. Penentuan Konsistensi
a. Pusatkan cincin berisi pasta tepat dibawah batang penekan. Tempelkan ujung jarum
pada permukaan pasta dan kunci.
b. Tempatkan indikator pada angka nol
c. Lepaskan batang penekan dan jarum tersebut kedalam pasta
d. Konsistensi normal terjadi apabila batang penekan dan jarum menembus batas (10±1
mm) dibawah permukaan dalam waktu 30 detik setelah dilepaskan
H. Lampiran
1. Laporan sementara
2. Grafik
3. Gambar alat
4. Gambar urutan langkah kerja
5. Flow chart
A. Pendahuluan
Daya ikat semen sangat menentukan keberhasilan dalam sebuah adukan baik mortar
ataupun beton, karena adukan atau campuran yang dibuat tersebut harus sesegera mungkin
dipakai supaya tidak lekas kering. Oleh karena itu penting sekali kita mengetahui berapa lama
waktu pengikatan semen yang akan terjadi nantinya.
B. Tujuan
Tujuan pengujian ini untuk menentukan konsistensi normal dari semen untuk
penentuan berapa lama waktu pengikatan semen yang akan terjadi.
D. Alat
1. Mesin aduk (mixer ) dengan daun-daun pengaduk dari baja tahan karat serta mangkok
yang dapat dilepas.
2. Alat Vikat.
3. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr.
4. Spatel (pisau perata).
5. Gelas ukur dengan kapasitas 500 ml.
6. Sarung tangan plastik.
7. Jarum vikat diameter 1 mm
8. Stopwatch
9. Mangkok atau cawan
10. Sendok Semen
11. Cincin dari ebonit
E. Pelaksanaan
1. Persiapan pasta
a. Memasang daun pengaduk dan mangkok yang kering pada mesin pengaduk
(mixer )
Data Praktikum
Laporan
F. Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 79
Waktu Penurunan Keterangan Penurunan Keterangan
No.Test Penurunan (mm) Air watku (mm) Air watku
Air (menit) 25.5 % pencatatan 26 % pencatatan
1 15 38.5 09.00 39 09.10
2 30 38 09.15 39 09.25
3 45 37 09.30 38 09.40
4 60 37 09.45 37 09.55
5 75 37 10.00 37 10.10
6 90 24 10.15 37 10.25
7 105 14 10.30 37 10.40
8 120 9 10.45 11 10.55
H. Pembahasan
Vikat merupakan campuran antara bahan semen dan air yang biasanya digunakan. Untuk
mengetahui seberapa besar daya ikat semen tersebut diuji dengan alat uji vikat. Pada
pengujian ini menggunakan bahan berupa semen dan air. Maksud dari pengujian ini adalah
unrtuk mengetahui daya ikat semen terhadap air. Berdasarkan pengujian lama pengujian
sampai kekerasanya antara 25 mm selama 105 menitt (pengujian pertama) dan 135 menit
(pengujian kedua) menit.
I. Kesimpulan
Dari hasil pengujian yang diakukan didapat daya ikat semen yang terjadi pada kadar air
25,5% yaitu pada waktu 115 menit
Dari hasil pengujian yang diakukan didapat daya ikat semen yang terjadi pada kadar air
26% yaitu pada waktu 90 menit
J. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Grafik hasil pengujian
3. Gambar Alat
4. Skema langkah kerja
5. Flow Chart
LAMPIRAN
Laporan Praktikum Bahan Bangunan / Kelompok 6 / A2011 81