Anda di halaman 1dari 16

Bagian Keenam

Ruang Lingkup Ajaran


Islam:
AKHLAK
A. Definisi Akhlak

• Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang


berarti perangai, tabi’at (kelakuan atau watak dasar),
kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban yang baik.
Secara istilah menurut Imam Al-Gozali, akhlak berarti
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah
tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran”.
Suatu perbuatan dikatagorikan akhlak bila
memenuhi kriterianya sebagai berikut:

1. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat


dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya.
2. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mudah tanpa pemikiran.Ini tidak berarti bahwa pada saat
melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam
keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila
3. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari
dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada
paksaan atau tekanan dari luar.
4. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena
bersandiwara.
B. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak

Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa


akhlak, etika dan moral sama, yaitu menentukan hukum atau
nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk
ditentukan baik dan buruknya.
Semua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya
masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram,
sejahtera lahir dan batin.
Perbedaan antara etika, moral dan akhlak adalah terletak
pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik dan buruk
berdasarkan kepada pendapat akal pikiran, dan pada moral
lebih banyak berdasarkan kepada kebiasaan yang berlaku
umum di masyarakat, sedangkan pada akhlak ukuran yang
digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah
Alquran dan Hadits.

Perbedaan lain antara etika, moral dan akhlak terlihat pada


sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak
bersifat teoritis, maka pada moral lebih banyak bersifat
praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara
umum, sedangkan moral bersifat lokal dan individual.
Etika menjelaskan ukuran baik dan buruk, sedangkan
moral menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk
perbuatan.
➢ Namun demikian etika, moral dan akhlak tetap saling
berhubungan dan saling membutuhkan.
➢ Etika dan moral berasal dari produk akal dan budaya
masyarakat yang secara selektif diakui sebagai hal yang
bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia.
➢ Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan
yang berdasarkan petunjuk Alquran dan Hadits. Wahyu
bersifat mutlak, absolut dan tak dapat diubah. Dengan
demikian akhlak sifatnya juga mutlak, absolut dan tak
dapat diubah. Sementara etika dan moral sifatnya
temporel atau terbatas dan dapat diubah.
➢ Norma-norma akhlak yang terdapat dalam Alquran dan
hadits sifatnya “belum siap pakai”.
➢ Jika Alquran misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada
orang tua dan menghormati sesama manusia, maka suruhan
tersebut belum disertai dengan cara-cara, sarana dan lain
sebaginya.

➢ Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada


dalam Alquran atau hadits memerlukan penalaran/ijtihad
para ulama dari waktu ke waktu. Dengan demikian,
ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika dan
moral yang merupakan produk akal pikiran dan budaya
masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk
menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam
Alquran atau Hadits.
C. Akhlaq Baik (Karimah) dan Akhlak Buruk
(Madzmumah)

1. Akhlak Baik (Akhlak Karimah/Mahmudah)


a. Ikhlas, artinya membersihkan niat dan tujuan dari
berbagai niat dan tujuan lain, selain mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Dengan kata lain ikhlas mengabaikan
pandangan (perhatian manusia dengan senantiasa
berkonsentrasi hanya kepada Allah semata-mata.
b. Syukur. Syukur adalah perasaan yang terus menerus akan
budi yang baik dan penghargaan terhadap kebajikan, yang
mendorong hati untuk selalu mencintai Allah, dan lisan untuk
selalu memuji-Nya.
Atau pengertian yang lebih praktis, syukur adalah
menggunakan seluruh potensi yang diberikan oleh kepada
umat manusia, baik potensi lahir ataupun potensi bathin
c. Sabar, adalah menerima segala ketentuan atau taqdir Allah
yang datang pada dirinya, baik ketentuan itu bersifat
baik ataupun bersifat buruk. Sabar, ini merupakan
kekuatan jiwa seorang mukmin dan yakin dengan rahmat
Allah kepada janji serta keadialan-Nya.
d. Mahabbah. Secara singkat maknanya cinta kepada Allah.
Artinya secara umum adalah satu gejala emosi yang
tumbuh dan bergelora dalam jiwa dan hati
manusia, diikuti oleh rasa keinginanan dan hasrat yang
keras dan meluap terhadap Allah Swt.
e. Khauf, adalah rasa takut hamba kepada Allah. Menurut
bahasa, khauf artinya takut, sedangkan menurut istilah,
khauf ialah takut kepada Allah Swt. dengan senantiasa
mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan
meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
F. Taubat. Taubat artinya kembali, yaitu kembali kepada
kesucian setelah berbuat dosa. I mam Al-Ghazali
mengemukakan bahwa hakekat taubat adalah
meninggalkan dosa dengan niat tidak akan kembali
lagi memperbuat dosa seperti yang di kerjakan itu.
g. Tawakkal. Tawakkal adalah besarnya hati atau pasrah dan
tetap berpegang teguh kepada Allah Swt dalam mencari
kebaikan atau kemaslahatan. Atau dalam arti lain adalah
menyerahkan segala urusan secara total hanya kepada
Allah setelah kita merencanakannya dan
mengupayakannya sesuai dengan yang direncanakan.
h. Zuhud, ialah berpalingnya kehendak atau keingginan dari
sesuatu ke sesuatu yang lebih baik dari padanya. Atau
dalam pengertian umum, zuhud adalah berpalingnya
keinginan untuk mencintai dunia dan terfikus kepada urusan
akhirat (spiritual).
i. Ridha, yaitu menerima akan ketetapan Allah. Artinya
menerima segala kejadian yang menimpa diri dengan rasa
senang, tidak merengut, tidak kesal, tidak sebal, tidak
merasa kecewa dengan tabah dan lapang dada
2. Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah)
a. Marah, marah merupakan sikaf alami sese-orang, hal ini
berlawanan dengan kemurahan hati, simpati, lapang dada,
dan kebaikan, atau tidak bisa mengendalikan emosi.
b. Sombong. Sombong adalah perasaan meng-anggap diri lebih
(lebih baik, lebih istimewa, lebih cerdas, lebih kaya, lebih
tampan, lebih cantik, dan sebagainya) atas orang lain, dan
memandang orang lain lebih rendah dan lebih hina.
c. Buruk sangka (su-u al-zhan). Buruk sangka kepada orang
lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan
d. Dendam adalah suatu perilaku yang ingin membalas
keburukan orang lain. Perilaku tersebut terjadi karena sakit
hati dan rasa benci pada orang tersebut. Atau secara bahasa,
dendam adalah perasaan jengkel yang menimbulkan
keinginan keras untuk membalas perbuatan dengan suatu
kejahatan
➢ Berikut ini di antara Hadits-hadits tentang
Akhlak tercela
1. Berhati-hatilah terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk
sangka adalah ucapan yang paling bodoh. (HR. Bukhari).
2. Makar, tipu muslihat dan pengkhianatan rnenyeret pelakunya ke
neraka. (HR. Abu Dawud)
3. Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan
dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
4. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata
kotor dan membenci orang yg meminta-minta dengan memaksa.
(HR. Al-Thahawi)
5. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang banyak bicara,
menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya.
(HR. Bukhari)
6. Barangsiapa mengintai-ngintai keburukan saudaranya
semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya.
Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah maka Allah
akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia
melakukan itu di dalam rumahnya (HR. Ahmad)
7. Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku,
hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia
serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa.
(HR. Al Hakim)
8. Sesungguhnya Allah membenci orang yang selalu berwajah
muram di hadapan kawan- kawannya. (HR. Ad-Dailami)
9. Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di
sisi Allah ialah yang dijauhi manusia karena ditakuti
kejahatannya. (Mutafaq'alaih)
10.Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu
kikir (bakhil) dan akhlak yang buruk. (HR. Ahmad)
11.Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri
mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib
orang lain. (HR. Ad-Dailami)
12.Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar,
sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum)
pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa
keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan
tidak mengetahui) urusan akhirat. (HR.Ahmad)
13.Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu
penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam
memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan
harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus
dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri,
dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman
(melampaui batas). (HR. Al Hakim)

Anda mungkin juga menyukai