• Secara bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabi’at (kelakuan atau watak dasar), kebiasaan atau kelaziman, dan peradaban yang baik. Secara istilah menurut Imam Al-Gozali, akhlak berarti “Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran”. Suatu perbuatan dikatagorikan akhlak bila memenuhi kriterianya sebagai berikut:
1. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat
dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan suatu perbuatan yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila 3. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4. perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. B. Pengertian Etika, Moral dan Akhlak
Dilihat dari fungsi dan perannya, dapat dikatakan bahwa
akhlak, etika dan moral sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan seseorang untuk ditentukan baik dan buruknya. Semua istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya masyarakat yang baik, teratur, aman, damai dan tentram, sejahtera lahir dan batin. Perbedaan antara etika, moral dan akhlak adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan buruk. Jika dalam etika penilaian baik dan buruk berdasarkan kepada pendapat akal pikiran, dan pada moral lebih banyak berdasarkan kepada kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, sedangkan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan baik dan buruk adalah Alquran dan Hadits.
Perbedaan lain antara etika, moral dan akhlak terlihat pada
sifat dan kawasan pembahasannya. Jika etika lebih banyak bersifat teoritis, maka pada moral lebih banyak bersifat praktis. Etika memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral bersifat lokal dan individual. Etika menjelaskan ukuran baik dan buruk, sedangkan moral menyatakan ukuran tersebut dalam bentuk perbuatan. ➢ Namun demikian etika, moral dan akhlak tetap saling berhubungan dan saling membutuhkan. ➢ Etika dan moral berasal dari produk akal dan budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai hal yang bermanfaat dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. ➢ Sementara akhlak berasal dari wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Alquran dan Hadits. Wahyu bersifat mutlak, absolut dan tak dapat diubah. Dengan demikian akhlak sifatnya juga mutlak, absolut dan tak dapat diubah. Sementara etika dan moral sifatnya temporel atau terbatas dan dapat diubah. ➢ Norma-norma akhlak yang terdapat dalam Alquran dan hadits sifatnya “belum siap pakai”. ➢ Jika Alquran misalnya menyuruh kita berbuat baik kepada orang tua dan menghormati sesama manusia, maka suruhan tersebut belum disertai dengan cara-cara, sarana dan lain sebaginya.
➢ Cara-cara untuk melakukan ketentuan akhlak yang ada
dalam Alquran atau hadits memerlukan penalaran/ijtihad para ulama dari waktu ke waktu. Dengan demikian, ketentuan baik dan buruk yang terdapat dalam etika dan moral yang merupakan produk akal pikiran dan budaya masyarakat dapat digunakan sebagai alat untuk menjabarkan ketentuan akhlak yang terdapat dalam Alquran atau Hadits. C. Akhlaq Baik (Karimah) dan Akhlak Buruk (Madzmumah)
1. Akhlak Baik (Akhlak Karimah/Mahmudah)
a. Ikhlas, artinya membersihkan niat dan tujuan dari berbagai niat dan tujuan lain, selain mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan kata lain ikhlas mengabaikan pandangan (perhatian manusia dengan senantiasa berkonsentrasi hanya kepada Allah semata-mata. b. Syukur. Syukur adalah perasaan yang terus menerus akan budi yang baik dan penghargaan terhadap kebajikan, yang mendorong hati untuk selalu mencintai Allah, dan lisan untuk selalu memuji-Nya. Atau pengertian yang lebih praktis, syukur adalah menggunakan seluruh potensi yang diberikan oleh kepada umat manusia, baik potensi lahir ataupun potensi bathin c. Sabar, adalah menerima segala ketentuan atau taqdir Allah yang datang pada dirinya, baik ketentuan itu bersifat baik ataupun bersifat buruk. Sabar, ini merupakan kekuatan jiwa seorang mukmin dan yakin dengan rahmat Allah kepada janji serta keadialan-Nya. d. Mahabbah. Secara singkat maknanya cinta kepada Allah. Artinya secara umum adalah satu gejala emosi yang tumbuh dan bergelora dalam jiwa dan hati manusia, diikuti oleh rasa keinginanan dan hasrat yang keras dan meluap terhadap Allah Swt. e. Khauf, adalah rasa takut hamba kepada Allah. Menurut bahasa, khauf artinya takut, sedangkan menurut istilah, khauf ialah takut kepada Allah Swt. dengan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. F. Taubat. Taubat artinya kembali, yaitu kembali kepada kesucian setelah berbuat dosa. I mam Al-Ghazali mengemukakan bahwa hakekat taubat adalah meninggalkan dosa dengan niat tidak akan kembali lagi memperbuat dosa seperti yang di kerjakan itu. g. Tawakkal. Tawakkal adalah besarnya hati atau pasrah dan tetap berpegang teguh kepada Allah Swt dalam mencari kebaikan atau kemaslahatan. Atau dalam arti lain adalah menyerahkan segala urusan secara total hanya kepada Allah setelah kita merencanakannya dan mengupayakannya sesuai dengan yang direncanakan. h. Zuhud, ialah berpalingnya kehendak atau keingginan dari sesuatu ke sesuatu yang lebih baik dari padanya. Atau dalam pengertian umum, zuhud adalah berpalingnya keinginan untuk mencintai dunia dan terfikus kepada urusan akhirat (spiritual). i. Ridha, yaitu menerima akan ketetapan Allah. Artinya menerima segala kejadian yang menimpa diri dengan rasa senang, tidak merengut, tidak kesal, tidak sebal, tidak merasa kecewa dengan tabah dan lapang dada 2. Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah) a. Marah, marah merupakan sikaf alami sese-orang, hal ini berlawanan dengan kemurahan hati, simpati, lapang dada, dan kebaikan, atau tidak bisa mengendalikan emosi. b. Sombong. Sombong adalah perasaan meng-anggap diri lebih (lebih baik, lebih istimewa, lebih cerdas, lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, dan sebagainya) atas orang lain, dan memandang orang lain lebih rendah dan lebih hina. c. Buruk sangka (su-u al-zhan). Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan d. Dendam adalah suatu perilaku yang ingin membalas keburukan orang lain. Perilaku tersebut terjadi karena sakit hati dan rasa benci pada orang tersebut. Atau secara bahasa, dendam adalah perasaan jengkel yang menimbulkan keinginan keras untuk membalas perbuatan dengan suatu kejahatan ➢ Berikut ini di antara Hadits-hadits tentang Akhlak tercela 1. Berhati-hatilah terhadap buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling bodoh. (HR. Bukhari). 2. Makar, tipu muslihat dan pengkhianatan rnenyeret pelakunya ke neraka. (HR. Abu Dawud) 3. Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari) 4. Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan membenci orang yg meminta-minta dengan memaksa. (HR. Al-Thahawi) 5. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang banyak bicara, menghambur-hamburkan harta dan terlalu banyak bertanya. (HR. Bukhari) 6. Barangsiapa mengintai-ngintai keburukan saudaranya semuslim maka Allah akan mengintai-intai keburukannya. Barangsiapa diintai keburukannya oleh Allah maka Allah akan mengungkitnya (membongkarnya) walaupun dia melakukan itu di dalam rumahnya (HR. Ahmad) 7. Di antara tanda-tanda kesengsaraan adalah mata yang beku, hati yang kejam, dan terlalu memburu kesenangan dunia serta orang yang terus-menerus melakukan perbuatan dosa. (HR. Al Hakim) 8. Sesungguhnya Allah membenci orang yang selalu berwajah muram di hadapan kawan- kawannya. (HR. Ad-Dailami) 9. Sesungguhnya orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah ialah yang dijauhi manusia karena ditakuti kejahatannya. (Mutafaq'alaih) 10.Dua sifat tidak akan bertemu dalam diri seorang mukmin yaitu kikir (bakhil) dan akhlak yang buruk. (HR. Ahmad) 11.Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. (HR. Ad-Dailami) 12.Sesungguhnya Allah membenci orang yang berhati kasar, sombong, angkuh, bersuara keras di pasar-pasar (tempat umum) pada malam hari serupa bangkai dan pada siang hari serupa keledai, mengetahui urusan-urusan dunia tetapi jahil (bodoh dan tidak mengetahui) urusan akhirat. (HR.Ahmad) 13.Kelak akan menimpa umatku penyakit umat-umat terdahulu yaitu penyakit sombong, kufur nikmat dan lupa daratan dalam memperoleh kenikmatan. Mereka berlomba mengumpulkan harta dan bermegah-megahan dengan harta. Mereka terjerumus dalam jurang kesenangan dunia, saling bermusuhan dan saling iri, dengki, dan dendam sehingga mereka melakukan kezaliman (melampaui batas). (HR. Al Hakim)