Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa kandungan BK, BO, PK dan BETN
yang terjadi dalam proses fermentasi. Selain itu, juga terjadi peningkatan kadar
disebabkan peningkatan biomassa kapang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjitjah
(1995) yang menyatakan bahwa peningkatan kadar protein kasar juga disebabkan
peningkatan biomassa dari kapang yang kaya akan protein. Mikrobia penghasil
protein dan dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif untuk pakan
(Triwiyono, 1996).
18
4.2 Nilai parameter a (fraksi yang larut dalam air)
nyata (P>0,05) terhadap nilai kelarutan BK dan BO. Namun nilai kelarutan akibat
Aspergillus niger telah mendegrasi serbuk ampas batang aren menjadi lebih
sederhana. Aspergillus niger dapat menghasilkan enzim amilase. Selain itu tinggi
pencucian dimana sebagian besar bahan pakan tersebut mudah larut dalam air
19
4.3 Nilai parameter b (fraksi yang tidak larut dalam air tetapi potensial
terdegradasi)
Rata-rata nilai fraksi b pada komponen BK dan BO tersaji pada Tabel 4.
terbaik namun tidak berbeda dengan P2 dan P3. Kadar BK ampas pati aren
fermentasi pada P1, P2 dan P3 terjadi penurunan serat kasar dibanding P0 (ampas
pati aren tanpa fermentasi). Hal ini membuktikan bahwa Aspergillus niger
mampu mencerna serat kasar menjadi komponen yang lebih sederhana oleh enzim
20
4.4 Nilai parameter a+b (total fraksi yang potensial terdegradasi)
Rata-rata nilai fraksi a+b pada komponen BK dan BO tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata parameter a+b degradasi BK dan BO secara in sacco pada
masing-masing bahan pakan
Perlakuan BK (%) BO (%)
P0 49,39a 51,56a
b
P1 56,06 58,19b
b
P2 56,35 58,30a
P3 53,42a 55,14a
b
P4 53,67 55,61b
a-b
Keterangan : superskrip yang sama pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0,05)
(P<0,05) terhadap a+b untuk BK dan BO. Hal ini dikarenakan fraksi a+b
dipengaruhi oleh nilai fraksi a, karena tingkat kelarutan bahan pakan merupakan
suatu gambaran ketersediaan awal zat nutrisi bagi pertumbuhan mikroba rumen.
dan memberikan nutrisi untuk mikroba yang relatif cepat dibandingkan fraksi
nyata (P<0,05) terhadap nilai laju dedrasasi BK. Rendahnya laju degradasi serbuk
21
ampas batang aren terfermentasi Aspergillus niger pada penelitian ini disebabkan
sehingga menyebabkan laju degradasi oleh mikroba rumen rendah (Bukle et al,
1985). Sedangkan pada nilai BO, perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05)
terhadap parameter c, hal ini disebabkan karena fermentasi serbuk ampas batang
yang dihasilkan oleh Aspergillus niger kurang optimal dalam memecah molekul-
perlakuan ampas pati aren terfermentasi dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3
dibawah ini:
Degradasi BK
60
50
BK yang hilang (%)
40
P0
P1
30 P2
P3
20 P4
10
0
0 4 8 16 24 48 72 96
Waktu inkubasi (jam)
22
Degradasi BO
70
60
50
BO yang Hilang (%0
P0
40 P1
P2
30 P3
P4
20
10
0
0 4 8 16 24 48 72 96
Waktu Inkubasi (jam)
BO tertinggi pada inkubasi ke 96 jam . Hal ini terjadi karena inkubasi pada 96 jam
mendegradasi lignin dengan optimal. Hal ini sesuai dengan Moentamaria (2000)
mikroorganisme dibutuhkan media yang cukup seperti air, nitrogen dan sumber
Semakin lama masa inkubasi maka semakin tinggi partikel substrat (BK
dab BO) yang terfermentasi. Selain itu kecepatan fermentasi (c) meningkat seiring
23