Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Perkembangan infrastruktur dan bangunan beberapa dekade terakhir


sangatlah cepat, hal ini berbanding lurus dengan meningkatkan kebutuhan
akan cat sebagai pelapis. Cat pada dasarnya digunakan sebagai pelapis
bangunan dengan tujuan untuk melindungi bangunan dari suatu objek dan
sebagai dekoratif interior ataupun eksterior. Cat dapat memberikan nilai
estetika tinggi pada bangunan sehingga menjadikannya bangunan layak huni
[1]–[3]. Cat sebagai pelapis dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori
utama yaitu pelapis arsitektur atau bangunan, pelapis produk atau peralatan
dan pelapis dengan tujuan khusus seperti mencegah korosi. Dari ketiga
kategori utama tersebut, cat emulsi termasuk dalam kategori pertama [2].
Cat emulsi adalah cat berbasis air yang digunakan untuk pelapis permukaan
internal dan eksternal pada sebuah bangunan. Kualitas dan kinerja cat
emulsi sangat bergantung pada komponen penyusunnya seperti, binder,
pigment solvent and additive [2], [4], [5]. Binder pada cat berperan penting
dalam menempelkan pigmen pada permukaan benda yang di cat dan menjadi
film kontinu. Jenis dan jumlah binder yang digunakan dalam cat
memengaruhi faktor kinerja, seperti daya tahan, ketahanan noda, daya rekat,
dan ketahanan terhadap retak. Secara umum, semakin tinggi rasio binder
terhadap pigmen, semakin tinggi kualitas catnya [4], [6], [7]. Binder yang
umum digunakan pada cat emulsi adalah binder yang dapat terdispersi
dalam air seperti yang umum digunakan adalah polivinil asetat (PVAc) dan
styrene acrylic atau dikenal dalam industri cat sebagai lateks sintetis [2], [8].
Binder berbasis PVAc paling umum digunakan dalam produksi cat emulsi, hal
ini dikarenakan PVAc merupakan perekat yang dapat dengan mudah
terdispersi dalam air, menghasilkan lapisan film yang tipis dan tidak
berwarna, tahan terhadap cuaca, kelekatan awal yang baik, tahan terhadap
biodegradasi, dan biaya yang rendah [9], [10]. Namun, penggunaan PVAc
dalam beberapa kasus menimbulkan reaksi alergi karena kandungan
formaldehyde yang terdapat dalam produk tersebut [8], [11], [12]. Hal ini
menarik beberapa penelitian untuk mengembangkan binder untuk cat emulsi
berbasis bahan yang ramah lingkungan, tidak beracun, sifat adhesive yang
tinggi dan biaya yang murah. Salah satu bahan potensial yang dapat
menggantikan PVAc yaitu binder berbasis polimer alam. Binder berbasis
polimer alam diyakini dapat menjadi solusi menggantikan lateks sintetis
seperti PVAc sebagai binder cat emulsi.
Binder berbasis polimer alam memiliki sifat fisik adhesive yang cukup
bersaing dengan PVAc. Namun, terdapat perbedaan yang cukup signifikan
dari polimer alam dan PVAc yaitu lapisan film yang terbentuk oleh polimer
alam lebih elastis. Polimer alam telah banyak diaplikasikan pada berbagai
jenis cat diantaranya gum arabic, turpentine, starch, protein, drying oil,
beeswax dan lateks alam [2], [13], [14]. Salah satu penggunaan polimer alam
sebagai bahan baku binder cat emulsi adalah gum arabic yang dihasilkan oleh
Acacia Senegal. Gum arabic umumnya digunakan sebagai binder pada cat air
karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Namun, penggunaan gum arabic
sebagai binder cat memiliki kelemahan sifat hidrokoloid yang kuat dan
menjadikan waktu kering cat semakin lama. Maka dari itu, penggunaan gum
arabic sebagai binder cat lebih efektif saat dicampur dengan PVAc. Hal ini
ditujukan untuk meningkatkan kinerja gum arabic dan mengurangi
penggunaan PVAc sebagai binder cat dengan biaya murah [2], [15], [16].
Selain gum arabic, karet alam jenis lateks atau lebih dikenal dengan lateks
alam yang dihasilkan tanaman Hevea brasiliensis berpotensi dijadikan
sebagai binder ataupun pelapis. Hal ini mengacu pada kemampuan lateks
alam dalam membentuk lapisan film yang fleksibel, dapat melapisi suatu
permukaan dengan adhesive yang cukup baik sehingga diharapkan dapat
mengurangi retak pada cat emulsi [17]. Namun, penggunaan lateks alam
memiliki tantangan tersendiri dalam aplikasinya. Lateks alam pada dasarnya
memiliki sifat hidrokoloid yang kuat sehingga membutuhkan waktu kering
lebih lama [8], [18]. Waktu kering sangat penting dalam industri cat, karena
berkaitan dengan ketahanan cat terhadap air, kemampuan daya rekat cat
terhadap media dan kemampuat cat dalam mengikat substrat [8], [14].
Penggunaan lateks alam sebagai binder dalam cat berpotensi dapat dengan
cepat terdegradasi apabila digunakan untuk eksterior [19], [20]. Selain itu,
kandungan sejumlah protein dalam lateks dapat menimbulkan reaksi alergi
pada sebagian orang [21].
Tantangan peneliti kedepannya dalam mengaplikasikan lateks alam sebagai
binder tidaklah mudah dikarenakan kinerja lateks alam masih kalah jauh
dibandingkan binder komersil. Modifikasi diperlukan untuk menghasilkan
lateks alam berkinerja tinggi meliputi sifat adhesive, ketahanan terhadap air,
ketahanan terhadap degradasi, dapat diaplikasikan pada berbagai media dan
memenuhi spesifikasi sebagai binder cat emulsi. Modifikasi lateks alam dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya, pravulkanisasi lateks alam,
pencangkokan monomer dalam rantai polimer lateks (grafting), siklisasi,
depolimerisasi, deproteinisasi, hidrogenisasi, klorinasi, epoksidasi,
polimerisasi, ataupun kombinasi lateks alam dengan polimer lainnya untuk
memperbaiki karakteristik lateks alam dan kombinasi dari metode yang telah
disebutkan sebelumnya [22].
Lateks alam secara langsung ataupun tidak langsung dapat diaplikasikan
sebagai binder cat emulsi. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan
lateks alam secara langsung tidak direkomendasikan. Hal ini didasari fakta
bahwa lateks alam segar hanya mengandung Dry Rubber Content (DRC)
berkisar 20 – 40% [23]. Penggunaan lateks alam segar sebagai binder cat
emulsi memiliki banyak kekurangan dari segi ketahanan terhadap air,
ketahanan terhadap termal, degradasi oleh ultraviolet (UV), jamur bakteri,
lapisan film yang tebentuk tipis dan daya rekat binder terhadap media dan
substrat yang lemah [8], [19], [20], [24]. Selain itu, kandungan protein yang
terdapat dalam lateks alam segar dapat menimbulkan alergi dan menjadi isu
kesehatan lainnya [21].
Pemekatan lateks dan deproteinisasi lateks alam menjadi prosedur dasar
sebelum memulai modifikasi lateks alam lebih lanjut. Pemekatan dan
deproteinisasi lateks alam paling umum dilakukan dengan
mengkombinasikan metode creaming dan sentrfugasi. Gabungan kombinasi
proses ini menghasilkan lateks alam dengan DRC mencapai 60% dan dapat
mengurangi protein hingga 90% [25]–[27]. Penggunaan lateks karet alam
yang telah dipekatkan (NRL) dan lateks alam depolimerisasi atau lebih
dikenal dengan sebutan Liquid Natural Rubber (LNR) memiliki kinerja relatif
buruk saat diaplikasi sebagai binder cat emulsi. Kinerja LNR sebagai binder
cat emulsi masih kalah saing dengan penggunaan binder PVAc dari segi
Ketahanan terhadap air dan waktu kering cat. Sifat film yang terbentuk dari
penggunaan binder LNR cenderung fleksibel dengan sifat adhesive yang
masih lemah. Hal tersebut membuat LNR tidak cukup baik melekat pada
media dan mengikat substrat [8], [24], [28].
Modifikasi lateks alam dengan mencangkokkan atau mensubtitusi monomer
dalam rantai polimer membuka peluang baru untuk mengaplikasikan lateks
sebagai binder cat emulsi. Grafting bertujuan untuk meningkatkan sifat
adhesive lateks alam serta ketahanannya terhadap air. Styrene dan metil
metakrilat (MMA) yang dicangkokkan dalam LNR membuat kinerja LNR
sedikit meningkat. Namun, secara keseluruhan peforma LNR grafting Styrene
dan MMA masih belum memenuhi atau mampu menyaingi binder PVAc [8].
Berdasarkan tinjauan dan evaluasi dari beberapa penelitian, lateks alam
grafting styrene dan/atau MMA berhasil meningkatkan sifat mekanik
diantaranya sifat adhesive dan cohesive dari lapisan film yang terbentuk [8],
[29], [30]. Namun, masalah utama dalam aplikasinya sebagai binder cat
emulsi adalah ketahanan terhadap air masih sangatlah buruk. Hal tersebut
membuat lapisan film lateks grafting styrene dan/atau MMA rentan
mengembang apabila terkena air dan binder kehilangan sifat adhesivenya.
Pencampuran lateks alam grafting styrene dan/atau MMA dan polivinil asetat
dan/atau akrilik menunjukkan kecocokan dan efektif untuk meningkatkan
sifat mekanik dari material lateks alam. Penambahan sedikit PVAc dapat
meningkatkan daya rekat, ketahanan terhadap air, lapisan film yang kuat
dan menunda lapisan film lateks alam grafting mengembang [28], [30], [31].
Namun, penambahan PVAc dalam binder berbasis lateks grafting Styrene
dan/atau MMA bukanlah tujuan utama dalam penelitian ini. Dalam
penelitian ini berfokus mengembangkan lapisan film berbasis lateks alam
grafting styrene dan/atau MMA untuk mengoptimalkan kinerja lateks
sebagai binder cat emulsi. Penelitian ini diharapkan menjadikan lateks alam
sebagai binder berbasis green material dan memenuhi standar yang berlaku.
MATERIAL DAN METODE

2.1. Material
Material utama yang digunakan adalah Hight Ammonia Natural
Rubber Lateks (HANR lateks) 15% (v/v) yang diperoleh dari provinsi Riau,
Indonesia. HANR yang digunakan memiliki nilai Dry Rubber Content (DRC)
45%. Ammonia 45% spesifikasi teknis, sodium alginate spesifikasi teknis dan
monomer methyl methacrylate dan styrene dipesan dari PT. Bratacho
spesifikasi spesifikasi pro analys. Sedangkan bahan penyusun dan additive
cat emulsi didatangkan dari PT. Putra Marwah Chemical.

2.2. Method
Lateks mentah yang didapatkan tidak bisa langsung digunakan
sebagai binder cat emulsi. Sehingga lateks mentah harus melalui beberapa
proses pengolahan hingga menjadi binder cat emulsi yaitu, pretreatment,
pemekatan dengan metode creaming, grafting dan blending.

2.2.1 Preparation of Hight Ammonia Natural Rubber (HANR Latex)


Lateks alam segar diolah terlebih dahulu sebelum dimodifikasi.
Pretreatment lateks segar bertujuan untuk menjaga kestabilan lateks dalam
bentuk cair. Proses ini dilakukan dengan menambahkan larutan ammonia
45% dalam lateks mentah dengan kosentrasi 15% (v/v) sebagai anti
koagulan. Lateks segar kemudian di ukur DRC dengan menggunakan
prosedur sesuai SNI 06-2047-2002. Dalam penelitian ini direkomendasikan
lateks alam segar yang digunakan memiliki DRC diatas 35%. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses grating pada
proses selanjutnya.

2.2.2 Modifikasi HANR lateks dengan Grafting Kopolimerisasi


Peningkatan karakteristik HANR lateks dilakukan dengan modifikasi
grafting kopolimerisasi monomer. Monomer yang digunakan yaitu styrene
(St) dan Metil Metakrilat (MMA) dengan tujuan untuk meningkatkan daya
rekat dan ketahanan air pada HANR lateks. HANR lateks dimasukkan ke
dalam reaktor batch ukuran 2 liter yang dilengkapi dengan pengaduk dan
selang gas nitrogen. Sodium Dodecyl Sulfonate (SDS) ditambahkan ke dalam
reactor batch berisikan HANR lateks sejumlah 1%. Gas nitrogen dialirkan
selama 30 menit sebelum grafting dengan tujuan menghilangkan kandungan
oksigen terlarut dalam lateks. Monomer St dan MMA ditambahkan ke dalam
campuran lateks dengan formula dapat dilihat pada Tabel 1. Inisiator yang
digunakan yaitu potassium persulfat sebanyak 1.5 wt%. Proses grafting
berlangsung selama 6 jam dan kemudian oksigen yang terlarut didalam
HANR lateks dihilangkan kembali dengan mengalirkan gas nitrogen ke dalam
reaktor batch. Setelah proses grafting selesai, lateks alam selanjutnya
dipekatkan menggunakan metode creaming dikombinasikan dengan metode
sentrifugasi. Hasil modifikasi grafting lateks disebut NRL-g-MMA, NRL-g-St
dan NRL-g-St/NRL-g-MMA

Tabel 1. Komposisi Bahan Sintesis NRL-g-ST dan NRL-g-MMA


Monomer Monomer Inisiator
Sampel NRL (%)
Styrene (%) MMA (%) (%)
90 10 -
85 15 -
NRL-g-St 80 20 - 1,5
75 25 -
70 30 -
90 - 10
85 - 15
NRL-g-MMA 80 - 20 1,5
75 - 25
70 - 30

2.2.3 Proses Pemekatan Lateks dengan Metode Creaming


Lateks termodifikasi grafting (NRL-g-(MMA-co-St)) dipekatkan
dengan metode creaming. Proses creaming berfungsi untuk mengikat
komponen seperti air, serum dan komponen lainnya dari fasa karet dalam
lateks. Pemekatan lateks dilakukan dengan menambahkan larutan sodium
alginate 3% dengan kadar 4 ml larutan alginate untuk 25 ml NRL-g-St dan
NRL-g-MMA Pemekatan dengan metode creaming memerlukan waktu yang
lama, sehingga proses ini biasanya dikombinasikan dengan metode
sentrifugasi untuk mempercepat pemisahan fasa antara karet dan serum.
Proses sentrifugasi berlangsung selama satu jam dengan keecepatan 10.000
rpm. Lateks dipisahkan dengan cairan serum untuk mendapatkan konsentrat
lateks dengan kadar DRC berkisar 55-60%.

2.2.4 Pembuatan Cat Emulsi


Bahan penyusun cat (Tabel 2) terdiri dari 4 jenis, bahan perekat
(binder), bahan penutup, bahan pigment warna dan bahan pengawet.
Ultramarine blue dan caustic soda termasuk bahan pigmen warna cat emulsi.
TiO2, CaO, CACO3 merupakan bahan penutup cat emulsi. Polyinyl Acetate
(PVAc) dan Lateks alam merupakan bahan perekat (binder) cat emulsi.
Rochima merupakan bahan pengawet cat yang menjaga ketercampuran
bahan penyusun cat. Proses pembuatan cat berlangsung selama 1 jam yang
dicampur secara berurutan, dimana binder dicampur pada tahap terakhir
pembuatan cat. Kosentrasi binder yang dicampurkan dapat dilihat pada
Tabel 3. Produk cat yang dihasilkan dianalisa karakteristik dan kelayakan
produk terhadap pengembangan lebih lanjut.
Tabel 2. Paint components, function and grade
Components Utility Manufacturer/Grade
Water Dispersion medium N/A
Hydroxyethyl cellulose Thickening agent Industrial
Caustic soda Ph control Industrial
Ultramarine blue Blue pigment Industrial
Alkhylpenol ethoxylate Surfactan Industrial
TiO2 Opacity agent / Industrial
CaO White agent Industrial
CaCO3 Hiding power agent Industrial
Polipropilen glycol Extender Industrial
Eastment Anti-settling agent Industrial
Dodecylbenzene Additive agent Industrial
sulfonat Wetting agent
NRL-g-MMA, Binder-1
NRL-g-St, Binder-2
NRL-g-(MMA-co-St) Binder-3 Industrial
PVAc Binder-4
Key: N/A = Not available

Table 3. Sampel dan Kode Sampel Berdasarkan Variasi Kadar Binder


N Binder
Sample Sample Code
o (%)
1 PVAc PVAc-4 4
2 PVAc PVAc-6 6
3 PVAc PVAc-8 8
4 PVAc PVAc-10 10
5 Concentrated NRL CNRL-4 4
6 Concentrated NRL CNRL-6 6
7 Concentrated NRL CNRL-8 8
8 Concentrated NRL CNRL-10 10
9 NRL-g-10%St NgSt10-4 4
10 NRL-g-15%St NgSt15-4 4
11 NRL-g-20%St NgSt20-4 4
12 NRL-g-25%St NgSt25-4 4
13 NRL-g-30%St NgSt30-4 4
14 NRL-g-10%MMA NgMMA10-4 4
15 NRL-g-15%MMA NgMMA15-4 4
16 NRL-g-20%MMA NgMMA20-4 4
17 NRL-g-25%MMA NgMMA25-4 4
18 NRL-g-30%MMA NgMMA30-4 4
19 NRL-g-20%St NgSt20-4 4
20 NRL-g-20%St NgSt20-6 6
21 NRL-g-20%St NgSt20-8 8
22 NRL-g-20%St NgSt20-10 10
N Binder
Sample Sample Code
o (%)
23 NRL-g-30%MMA NgMMA30-4 4
24 NRL-g-30%MMA NgMMA30-6 6
25 NRL-g-30%MMA NgMMA30-8 8
26 NRL-g-30%MMA NgMMA30-10 10
27 NRL-g-20%St/ NRL-g-30%MMA NgSt/NgMMA-4 4
28 NRL-g-20%St/ NRL-g-30%MMA NgSt/NgMMA-6 6
29 NRL-g-20%St/ NRL-g-30%MMA NgSt/NgMMA-8 8
30 NRL-g-20%St/ NRL-g-30%MMA NgSt/NgMMA-10 10
31 NRL-g-20%St/PVAc (70/30) NgSt20/PVAc-4 4
32 NRL-g-20%St/PVAc (70/30) NgSt20/PVAc -6 6
33 NRL-g-20%St/PVAc (70/30) NgSt20/PVAc -8 8
34 NRL-g-20%St/PVAc (70/30) NgSt20/PVAc -10 10
35 NRL-g-30%MMA/PVAc (70/30) NgMMA30/PVAc -4 4
36 NRL-g-30%MMA/PVAc (70/30) NgMMA30/PVAc -6 6
37 NRL-g-30%MMA/PVAc (70/30) NgMMA30/PVAc -8 8
38 NRL-g-30%MMA/PVAc (70/30) NgMMA30/PVAc -10 10

2.3. Karakteristik Produk Cat Emulsi


Karakteristik produk cat emulsi yang dianalisis dari pengaruh binder
cat pada umumnya viscositas, densitas, TSCs, scrubb water resistance, hiding
power, opacity dan set touch drying time. Analisis yang dilakukan terbagi dua
yaitu analisis binder dan analisis cat emulsi. Binder dianalisis %grafting dan
densitas, sedangkan cat emulsi dianalisis viskositas, densitas, scrubb water
resistance, opacity dan set touch drying time. Data % grafting didapatkan
dengan mengekstrak monomer dan lateks yang tidak ikut bereaksi. Metode
ekstraksi yang digunakan yaitu sokhletasi dengan pelarut acetone dan
petroleum ether dan diselesaikan dengan persamaan’

Weight of Copolymer after Ekstraction


%GE= x 100 %
Weight of Coagulan before Extraction

Data densitas binder dianalisis dengan alat labioratory picnometer 10 ml


begitu juga dengan densitas cat emulsi. Adapun data viskositas cat emulsi
dianalisis dengan alat viskometer ostwald pada temperature 25 °C. Set-to-
touch drying (ASTM 1973) merupakan metode untuk menentukan laju
pengeringan lapisan sampel cat yang sudah dicat dipermukaan media. Scrub
water resistance dianalisa menggunakan alat BGD 526 Wet Abrasion Scrub
Tester. Opacity cat emulsi ditentungan dengan UV-Visible Spectrophotometer
(CAMSPEC M106) dengan panjang gelombang 430nm.
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Washability (Wet Scrub Resistence)


Washability atau wet scrub resistence adalah kemampuan ketahanan film cat
terhadap scrub ataupun abrasif basah tanpa kehilangan sejumlah komponen
cat dari permukaan susbtrat. washability diukur dengan menghitung jumlah
siklus scrub dan abrasif basah hingga lapisan film cat keseluruhan habis atau
penurunan berat pelapis setelah 1000 siklus [32], [33]. Tinggi ataupun
rendahnya jumlah siklus scrub ataupun abrasive basah menunjukkan
kemampuan film cat dalam melindungi substrat dari kotoran ataupun abrasi
oleh air. Kemampuan film cat dalam melindungi substrat dari scrub ataupun
abrasive basah dipengaruhi oleh kinerja binder dan aditif sebagai lapisan
penutup [32]–[34]. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan dalam penelitian
ini, jenis dan kosentrasi binder memegang peranan penting pembentukan
film seperti adhesi, berbagai sifat optik dan mekanik serta ketahanan
terhadap paparan sesuatu pelarut ataupun kimia [14], [35].

Pada Gambar 1 disajikan washability cat dari berbagai jenis binder meliputi
binder komersil polivinil asetat (PVAc), binder berbasis lateks karet alam
(NRL) termodifikasi dan tanpa modifikasi. Cat berbasis binder komersil
seperti PVAc (sample PVAc-4) memiliki nilai washability (wet scrub
resistence) terbaik pada 9 siklus untuk kosentrasi binder 4%. Namun, cat
berbasis binder concentrated NRL (sample CNRL-4) nilai washability terbaik
diperoleh hanya 5 siklus pada kosentrasi binder yang sama. CNRL-4
menunjukkan ketahanan scrub dan abrasi basah yang buruk. Hal ini
disebabkan NRL merupakan koloid yang tidak sepenuhnya larut dalam air
meskipun secara inheren bersifat hidrofilik yang meningkatkan sensitivitas
NRL terhadap air [8], [36]. Sensitivitas air yang tinggi pada sampel CNRL-4
berkaitan dengan sifat mekanik NRL yang memiliki porositas yang buruk
karena sifat adsorbsinya yang dipengaruhi oleh struktur molekul berbentuk
amorf [37]. NRL memiliki ikatan tak jenuh dimana ikatan tak jenuh
menentukan polaritas yang sangat penting dalam menentukan sifat adhesi
suatu material karet alam dan turunannya [17], [38], [39]. Kombinasi dari
sifat concentrated NRL tersebut menghasilkan binder dengan performa
belum optimal, lapisan film terbentuk sangat fleksibel, lunak dengan daya
rekat serta ketahanan scrub dan abrasi basah yang masih rendah [38], [40].
Gambar 1. Washability Berbagai Jenis Binder Cat Emulsi dengan Variasi
Kosentrasi Monomer

Permasalahan dari penggunaan NRL sebagai binder dapat diatasi dengan


pencangkokan dengan bahan polar, epoksidasi, depolimerisasi untuk
menurunkan berat molekul NRL, penambahan filler dan kombinasi NRL
dengan polimer sintetis [8], [38]. Dalam penelitian ini, dilakukan
pencangkokkan monomer styrene (St) dan metil metakrilat (MMA) dalam
NRL. Tujuan pencangkokkan monomer tersebut untuk meningkatkan sifat
adhesive dari NRL melalui pembentukkan situs polaritas. Selain itu,
pencangkokkan monomer tertentu juga dapat meningkatkan ketahanan
terhadap air [8], [38], [41]. Dapat dilihat pada Gambar 1, NRL dicangkokkan
monomer styrene (NRL-g-St) mengalami peningkatan ketahanan cat
terhadap scrub dan abrasi basah. Kinerja NRL dicangkokkan styrene
mencapai titik optimalnya pada rasio 20% monomer styrene (NRL-g-20%St)
dengan nilai washability 11 siklus pada kosentrasi binder yang sama (sample
NgSt20-4). Namun, pencangkokkan monomer styrene lebih dari 20% justru
menurunkan kinerja NRL sebagai binder.

Pencangkokkan monomer styrene lebih 20% menurunkan efisiensi grafting


dan membuat tidak seluruh monomer tercangkokkan pada rantai polimer
NRL. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah monomer yang dicangkokkan
turut meningkatkan energi untuk membentuk polimerisasi NRL dan styrene.
Banyak kemungkinan yang akan terjadi jika kosentrasi styrene meningkat,
selain dibutuhkan energi lebih untuk membentuk polimerisasi, peningkatan
kosentrasi monomer styrene memperbesar peluang terbentuknya
homopolimerisasi styrene. Selain itu, kelebihan jumlah monomer dalam
styrene membatasi sisi aktif NRL untuk mengikat komponen cat dan
menghubungkannya dengan substrat [42], [43].
Berbeda dengan NRL yang dicangkokkan monomer styrene, NRL dengan
pencangkokkan monomer metil metakrilat (MMA) (NRL-g-MMA)
menunjukkan kinerja yang meningkat sering peningkatan rasio MMA dalam
NRL. Peningkatan kinerja binder NRL dicangkokkan MMA mulai terlihat pada
rasio 20% MMA dan mencapai optimumnya pada rasio 30% MMA. Sampel
NRL dicangkokkan 30% MMA (NRL-g-30%MMA) menunjukkan washability
terbaik mencapai 12 siklus pada kosentrasi binder yang sama (sample
NgMMA30-4). NRL dicangkokkan MMA sama baiknya dengan styrene, namun
MMA menjanjikan kinerja jauh lebih baik pada daya tahan scrub dan abrasi
basah. NRL dicangkokkan MMA menjanjikan ketahanan basah lebih baik,
pencangkokkan MMA dalam polimer NRL menunjukkan kompatibilitas lebih
baik dengan ditandai perubahan hidrofilisitas, peningkatan adhesi dan
kekerasan film . NRL dicangkokkan monomer MMA meningkatkan polaritas
dan hidrofilisitas yang mengarah pada ketahanan keterbasahan yang tinggi.
Selain itu, lapisan film yang dihasilkan memiliki ahesivitas yang tinggi dan
daya tahan scrub lebih tinggi [41], [44], [45].

Upaya lain dilakukan untuk meningkatkan kinerja NRL dari segi adhesivitas
dan ketahanan terhadap air melalui perubahan hidrofilitas dan polaritas
dengan kombinasi NRL-g-20%St dan NRL-g-30%MMA pada rasio 1 : 1
(sample NgSt/NgMMA). Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1 terjadi
peningkatan washability yang mengindikasikan bahwa adhesivitas dan
ketahanan terhadap air meningkat. Namun secara keseluruhan kinerja
kombinasi NRL-g-St dan NRL-g-MMA pada rasio 1 : 1 masih dibawah NRL-g-
30%MMA dan NRL-g-20%St pada kosentrasi optimum masing-masing.
Kombinasi NRL-g-30%MMA dan NRL-g-20%St tidak dapat mencapai kinerja
optimum, terjadi persaingan pengikatan antara radikal yang terbentuk oleh
styrene dan MMA. Radikal yang terbentuk pada NRL dicangkokan MMA
sangat aktif mengikat radikal lainnya dibandingkan NRL dicangkokkan
styrene. Sehingga terjadi kompetisi pengikatan radikal pada rantai NRL dan
hal tersebut mempengaruhi jumlah sisi radikal secara keseluruhan yang
membatasi polaritas dan membuat kinerja binder dalam mengikat komponen
cat menjadi tidak optimal [42], [46].

Kinerja binder dipengaruhi oleh kosentrasi binder dalam campuran cat,


peningkatan kosentrasi binder berbanding lurus dengan peningkatan
kemampuan cat dalam mengatasi scrub dan abrasi basah. Dapat dilihat pada
Gambar 2 washability cat emulsi meningkat seiring dengan meningkatnya
kosentrasi binder yang diamati terjadi pada semua sampel. Diantara semua
sampel yang disajikan, binder berbasis concentrated NRL (sample CNRL)
memiliki kinerja paling rendah dibandingkan cat berbasis binder PVAc pada
berbagai kosentrasi binder. Sample CNRL memiliki kinerja dalam mengatasi
scrub dan abrasi basah hanya separuh dari PVAc, menandakan bahwa kinerja
binder berbasis concentrated NRL (sample CNRL) secara keseluruhan tidak
dapat bersaing dengan binder komersil seperti PVAc.

Namun, hal yang berbeda diamati pada sampel NRL dicangkokan 20%
styrene (sample NgSt20), NRL dicangkokkan 30% MMA (sample NgMMA30)
dan kombinasi NRL dicangkokkan styrene dan MMA (sample
NgSt20/NgMMA30). Hasilnya keseluruhan sampel tersebut mencapai kinerja
optimalnya pada kosentrasi binder 10%, NgSt20-10 dengan 22 siklus,
NgMMA30-10 dengan 23 siklus dan NgSt20/NgMMA30-10 dengan 21 siklus.
Peningkatan kosentrasi binder dalam campuran cat tidak hanya
meningkatkan ketahanan cat terhadap scrub dan abrasi basah. Namun,
peningkatan kosentrasi binder turut meningkatkan adhesi, glossy, ketahanan
terhadap kelembaban, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap
minyak dan pelarut [47], [48]. Meskipun penggunaan binder berbasis NRL
dicangkokan styrene ataupun MMA menunjukkan peforma cat sangat
memuaskan. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan binder berbasis
NRL memiliki biaya produksi yang lebih tinggi. Oleh sebab itu, kombinasi
NRL dicangkokan styrene ataupun MMA dengan polimer sintentis perlu
dipertimbangkan untuk menekan biaya produksi.

Gambar 2. Washability Berbagai Jenis Binder NRL pada Berbagai


Konsentrasi

Kinerja binder yang dikombinasikan dan polimer sintetis seperti polivinil


asetat (PVAc) menunjukkan performa binder dalam pembentukan film cat
sangat memuaskan. Hal ini dikarenakan pencangkokkan monomer dapat
meningkatkan adhesivitas dan polaritas dari NRL dan PVAc menunjukkan
kecocokan dan efektifitas yang tinggi untuk meningkatkan sifat mekanik dari
material berbasis polimer alam terutama dari segi ketahanan terhadap scrub
dan abrasi basah [18], [38], [49]. Dapat dilihat pada Gambar 3, kombinasi
NRL dicangkokkan 20% styrene dengan PVAc pada rasio 70:30 (NRL-g-
20%St/PVAc) menunjukkan kinerja binder menurun cukup siginifikan pada
kosentrasi binder 10% (Sample NgSt20/PVAc-10). Penurunan kinerja pada
sampel NgSt20/PVAc-10 memungkinan adanya reaksi kompetisi pengikatan
radikal [30], [42]. Sisi radikal monomer styrene sangat aktif berikatan
dengan sisi radikal PVAc yang membuat situs radikal berkurang dan
adhesivitas dalam mengikat substrat menurun. Diperlukan studi lebih lanjut
untuk menginvestigasi pengaruh pencampuran NRL dicangkokkan styrene
dan PVAc terhadap sifat polaritas dan hidrofilisitasnya.

Gambar 3. Washability Kombinasi NRL grafting Styrene ataupun MMA dan


PVAc

NRL dicangkokan 30% MMA dikombinasikan dengan PVAc (NRL-g-


30%MMA/PVAc) berhasil meningkatkan ketahanan binder cat terhadap
scrub dan abasi basah jauh lebih baik dibandingkan kombinasi NRL-g-
20%St/PVAc. Dapat dilihat pada Gambar 3, kinerja binder cat meningkat
seiring meningkatnya kadar PVAc hingga mencapai kinerja optimalnya
kosentrasi binder 10% yaitu, sampel NgMMA30/PVAc-10 (23 siklus).
Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa PVAc berperan penting dalam
meningkatkan ketahanan terhadap scrub dan abrasi basah, sedangkan
pencangkokkan monomer MMA dalam rantai polimer NRL meningkatkan
sifat adhesive, membentuk lapisan film yang lebih keras, elastis, dan daya
tahan terhadap pelarut semakin tinggi [8], [10], [49], [50].
Namun, jika membandingkan kinerja binder kombinasi NRL dicangkokkan
monomer styrene atau MMA dan PVAc, kombinasi NRL cangkok monomer
MMA dan PVAc memiliki kinerja jauh lebih baik. Monomer MMA dapat
terpolimerasi dengan NRL lebih cepat dibandingkan styrene, lebih stabil dan
bersifat non pelarut. NRL terpolimersiasi MMA memiliki ketahanan yang
sangat baik terhadap penggosokan dan abrasi basah [51]. Kombinasi
modifikasi NRL dengan pencangkokkan monomer dan pencampuran polimer
sintetis terbukti berhasil menutupi kelemahan bahkan mampu meningkatkan
kinerja binder berbasis NRL sebagai bahan perekat ataupun pengikat.
Namun, keberhasilan modifikasi NRL sebagai binder cat, perlu diperhatikan
kembali biaya produksi cat jika menggunakan binder berbasis NRL
modifikasi tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk keberlanjutan
penggunaan NRL sebagai binder cat.

3.2 Opacity

Opasitas adalah kemampuan cat untuk menghilangkan atau menyamarkan


warna substrat, opasitas adalah fungsi dari indeks bias pigmen, yang
merupakan pengukuran numerik dari kemampuan pigmen untuk
membelokkan sinar cahaya yang mengenai permukaannya [51]. Dalam
penelitian ini, kategori pass dan failed digunakan untuk mengukukur kinerja
opasitas dari cat dalam menyamarkan warna substrat. Kategori pass
diberikan kepada cat yang dapat menyamarkan warna substrat hanya
dengan sekali kuas, dan kategori failed diberikan kepada cat yang tidak
mampu menyamarkan warna substrat. Komposisi cat yang digunakan dalam
penelitian ini, TiO2 memiliki peran utama sebagai pembentuk opasitas,
sedangkan CaO dan CaCO3 berperan sebagai hiding power agent dan
extender. Kombinasi dari TiO2, CaO dan CaCO3 menghasilkan base cat
berwarna putih dengan indikasi menguning. Sedangkan sampel menggunaan
NRL sebagai binder memiliki kecenderungan menguning lebih jelas yang
dapat dilihat secara visual. Oleh sebab itu, penambahan pigmen ultramarine
blue diaplikasikan pada cat untuk menyamarkan indikasi menguning pada
cat dan meningkatkan opasitas dari cat.
Berdasarkan Tabel 3, opasitas cat dengan kategori failed ditemukan pada
sampel CNRL-4, NgSt10-4, NgSt15-4, NgMMA10-4, dan NgMMA15-4. Kelima
sampel tersebut memiliki kadar binder yang sama yaitu 4%, kosentrasi
binder dan tingkat adhesivitas binder, memegang peranan penting dalam
mengikat komponen cat lainnya untuk berkontribusi membentuk opasitas
cat seperti pigment, opacity agent, hiding power agent dan extender. Tanpa
binder ataupun rendahnya kosentrasi binder dalam cat, sebagian komponen
cat yang berkontribusi membentuk opasitas akan larut dalam pelarut dan
tidak optimal berikatan dengan substrat. Hal yang sama dapat terjadi jika
adhesivitas binder menurun, dimana polaritas binder sangat rendah sehingga
cat tidak mampu mengikat komponen lainnya dan mendistribusikannya
dengan baik. Secara keseluruhan sampel CNRL-4, NgSt10-4, NgSt15-4,
NgMMA10-4, dan NgMMA15-4, sama-sama berbasis NRL dengan sifat
adhesive dan kohesif yang rendah dibandingkan binder komersil seperti
PVAc ataupun kombinasi NRL grafting monomer dan PVAc. NRL secara
inheren bersifat hidrofilik dengan polaritas yang rendah pada kondisi
kandungan air cukup tinggi, sehingga NRL dicangkokkan monomer
diharapkan dapat meningkatkan sifat hidrofilitas dan polaritas dari NRL [8],
[36], [41], [44], [45].
Namun, NRL grafting diatas 20% styrene dan 20% MMA menunjukkan
opasitas cukup baik pada kadar binder 4%. Hal ini menunjukkan opasitas
dipengaruhi adhesivitas dari NRL sebagai binder, peningkatan polaritas
membentuk sisi aktif yang mengikat komponen cat pembentuk opasitas dan
menghubungkannya membentuk lapisan film yang cukup untuk
menyamarkan warna substrat. Opasitas cat dapat dikatakan sangat baik
apabila agen opasitas cat (TiO2, CaO dan CaCO3) terdispersi sangat baik,
bebas agregasi dan viskositas tidak terlalu tinggi. TiO 2, CaO dan CaCO3 pada
sebagian kasus ditemukan terjadi aglomerisasi dan agregasi dalam larutan
berair yang menurunkan efisiensi dispersi komponen tersebut dalam
membentuk opasitas [52], [53]. Binder cat berperan penting dalam mengatur
dispersi dari komponen tersebut dengan membentuk polimer komposit.
Polimer komposit dapat terbentuk jika hanya binder teradsorbsi pada
permukaan agen opasitas. Tantangannya adalah untuk mengontrol secara
tepat reaktivitas antara partikel binder dan partikel agen opasitas. Jika
reaktivitas terlalu lambat, binder tidak akan teradsorpsi ke permukaan
komponen pembentuk opasitas, sebaliknya jika reaktivitas terlalu tinggi
membentuk agregasi [53].
Table 4. Opacity dan Drying Time Cat Emulsi Berbasis NRL, NRL grafting
Monomer dan Kombinasi dengan PVAc
Binder Opacity Drying
No Sample Code
(%) (Failed/Pass) Time
1 PVAc-4 4 Passed 45.28
2 PVAc-6 6 Passed 58.33
3 PVAc-8 8 Passed 56.33
4 PVAc-10 10 Passed 60.45
5 CNRL-4 4 Failed 44.48
6 CNRL-6 6 Passed 48.24
7 CNRL-8 8 Passed 61.25
8 CNRL-10 10 Passed 75.15
Binder Opacity Drying
No Sample Code
(%) (Failed/Pass) Time
9 NgSt10-4 4 Failed 49.15
10 NgSt15-4 4 Failed 52.34
11 NgSt20-4 4 Passed 55.30
12 NgSt25-4 4 Passed 56.32
13 NgSt30-4 4 Passed 58.34
14 NgMMA10-4 4 Failed 43.15
15 NgMMA15-4 4 Failed 47.10
16 NgMMA20-4 4 Passed 44.15
17 NgMMA25-4 4 Passed 48.23
18 NgMMA30-4 4 Passed 50.20
19 NgSt20-4 4 Passed 55.30
20 NgSt20-6 6 Passed 67.38
21 NgSt20-8 8 Passed 79.38
22 NgSt20-10 10 Passed 85.33
23 NgMMA30-4 4 Passed 44.15
24 NgMMA30-6 6 Passed 63.15
25 NgMMA30-8 8 Passed 72.33
26 NgMMA30-10 10 Passed 81.05
27 NgSt/NgMMA-4 4 Passed 48.38
28 NgSt/NgMMA-6 6 Passed 60.22
29 NgSt/NgMMA-8 8 Passed 71.34
30 NgSt/NgMMA-10 10 Passed 80.39
31 NgSt20/PVAc-4 4 Passed 50.44
32 NgSt20/PVAc-6 6 Passed 60.45
33 NgSt20/PVAc-8 8 Passed 75.30
34 NgSt20/PVAc-10 10 Passed 85.40
35 NgMMA30/PVAc-4 4 Passed 48.33
36 NgMMA30/PVAc-6 6 Passed 55.49
37 NgMMA30/PVAc-8 8 Passed 68.37
38 NgMMA30/PVAc-10 10 Passed 80.10

Hasil opasitas cat yang ditunjukkan pada Tabel 4 berbanding lurus dengan
hasil washability yang ditunjukkan pada Gambar 1-3, dimana sampel CNRL-4,
NgSt10-4, NgSt15-4, NgMMA10-4, dan NgMMA15-4 memiliki kemampuan
washability yang paling rendah daripada sampel lainnya. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ketiga sampel tersebut memiliki sifat adhesi dan
kohesi buruk dalam mengikat komponen cat dan substrat. Sehingga kelima
sampel tersebut menunjukkan ketahanan scrub, abrasi basah dan opasitas
sangat rendah. Namun, pada seluruh sampel menggunakan binder kombinasi
NRL dan PVAc dicangkokkan monomer menunjukkan opasitas yang baik
meskipun dalam kadar binder yang rendah (binder 4%). Binder berbasis
PVAc dan kombinasinya dengan NRL dicangkok monomer menunjukkan
adhesi dan kohesi yang mumpuni untuk mengikat komponen cat dan
substrat. Hal ini memungkinkan binder untuk membentuk polimer komposit
dengan agen opasitas jauh lebih baik.

3.3 Drying Time

Drying time adalah waktu yang dibutuhkan cat untuk mencapai tingkat
kekeringan tertentu saat disentuh atau lebih dikenal dengan istilah set-to-
touch time. Dalam aplikasi cat berbasis air, waktu pengeringan menjadi
sangat penting yang berhubungan langsung dengan proses pembentukan
film. Semakin cepat waktu pengeringan, semakin rendah kontaminasi lapisan
cat terhadap komponen lain yang dapat merusak lapisan cat [8], [54]. Pada
Tabel 4 dapat dilihat, pada kadar binder 4%, cat berbasis binder PVAc
memiliki waktu pengeringan berkisar 43-58 menit dan meningkat seiring
dengan meningkatnya kadar binder dalam cat dan kadar monomer. Sampel
NRL grafting styrene membutuhkan waktu pengeringan lebih lama
dibandingkan NRL grafting MMA seiring dengan meningkatnya kosentrasi
monomer dalam NRL. Hal tersebut dikaitkan dengan kemampuan pelarut
monomer untuk menguap, dimana pelarut monomer styrene membutuhkan
waktu lebih lama untuk menguap dan membentuk lapisan film dibandingkan
pelarut monomer MMA. Begitupun juga dengan kombinasi NRL grafting
monomer dan PVAc, dimana PVAc adalah emulsi bukan larut sepenuhnya
dalam air, peningkatakan kosentrasi binder dalam cat akan membutuhkan
waktu ekstra untuk menguapkan sepenuhnya kandungan air dan
membentuk film cat.
Namun hal yang berbeda tampak pada sampel cat berbasis concentrated NRL
dan NRL dicangkokkan monomer dan kombinasi dengan PVAc, waktu
pengeringan jauh lebih cepat dibandingkan cat menggunakan binder
berbasis NRL grafting monomer dan kombinasinya dengan PVAc. Waktu
pengeringan yang singkat menandakan bahwa proses pembentukan film cat
berlangsung sangat singkat, hal ini dimungkinkan dapat terjadi pada cat
menggunakan binder berbasis NRL. NRL sendiri merupakan koloid yang
tidak sepenuhnya larut dalam air meskipun secara inheren bersifat hidrofilik.
Struktur molekul NRL yang sederhana memungkinkan pengeringan berjalan
lebih cepat dalam membentuk film cat meskipun tidak sepenuhnya cat
berbasis NRL benar-benar kering. Sejumlah kecil kandungan air dalam
binder berbasis NRL dapat menurunkan ahesivitas dari cat yang membuat
film tidak menempel saat disentuh. Hal ini menjadikan kegagalan dalam
mengukur waktu pengeringan menggunakan metode set-to-touch time.

Waktu pengeringan cat erat kaitannya dengan hidrofobisitas, dimana NRL


grafting monomer styrene ataupun MMA menunjukkan perubahan
hidrofobisitas. Hidrofobisitas NRL dapat ditingkatkan dengan
mengkombinasikan NRL dengan polimer dengan hidrofobisitas yang tinggi
seperti polivinil asetat (PVAc) [55]. Namun, dari pengamatan yang dilakukan
secara langsung, sampel cat menggunakan binder kombinasi NRL grafting
monomer dan 30% PVAc menunjukkan waktu pengeringan yang hamper
sama tanpa PVAc. Namun, diperlukan evaluasi lebih lanjut untuk
menentukan apakah binder berbasis NRL dicangkokkan monomer dan 30%
PVAc benar-benar menunjukkan kekeringan yang mumpuni untuk
membentuk film atau kegagalan ahesivitas dari NRL.
KESIMPULAN

Binder berbasis concentrated NRL belum dapat menyaingi binder berbasis


polimer sintetis seperti PVAc dari segi ketahanan terhadap scrub dan abrasi
basah. Kinerja sampel cat menggunakan binder concentrated NRL hanya
setengah dari PVAc dalam berbagai kadar binder. Namun, NRL grafting
monomer styrene ataupun MMA menunjukkan ketahanan terhadap scrub
dan abrasi basah jauh lebih baik dibandingkan PVAc pada kosentrasi
monomer 20% untuk styrene (sample NgSt20-4) dan 30% untuk MMA
(sample NgMMA30-4) dengan nilai washability masing-masing mencapai 11
dan 12 siklus pada kosentrasi binder 4%. Kemampuan binder NgSt20-4 dan
NgMMA30-4 dalam mengatasi scrub dan abrasi basah meningkat seiring
dengan meningkatnya kosentrasi binder cat mencapai 22 dan 23 siklus pada
kosentrasi binder 10%. Sedangkan kombinasi NRL dicangkokkan monomer
styrene (St) dan metil metakrilat (MMA) dengan 30% PVAc menunjukkan
kinerja yang memuaskan. Kombinasi NRL dicangkokkan monomer dan PVAc
menunjukkan kinerja washability terbaik diperoleh sampel kombinasi NRL
dicangkokkan monomer MMA dan 30% PVAc (sample NgMMA30/PVAc-10)
dengan nilai mencapai 23 siklus pada kadar binder 10% dengan drying time
80 menit. Secara keseluruhan kombinasi NRL dicangkokkan monomer MMA
dan 30% PVAc menunjukkan peforma lebih baik dan dapat bersaing dengan
binder komersil seperti PVAc. Penambahan monomer metil metakrilat
meningkatkan sifat adhesi dan kohesi dari binder serta meningkatkan
ketahahan binder terhadap scrub dan abrasi basah. Namun, kombinasi NRL
grafting MMA dan 30% PVAc menunjukkan efektifitas sama baiknya dengan
NRL grafting MMA tanpa PVAc dengan biaya produksi lebih ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Z. . Abba, S. . Gumel, A. . Idris, and M. . Ibrahim, “Formulation of Paint


using Natural Pigment from Lawsonia Inermis Leaves,” Int. J. Adv.
Chem., vol. 8, no. 1, p. 155, 2020, doi: 10.14419/ijac.v8i1.30712.
[2] S. Abdulsalam, “Production of Emulsion House Paint Using Polyvinyl
Acetate and Gum Arabic as Binder,” Int. J. Mater. Sci. Appl., vol. 4, no. 5,
p. 350, 2015, doi: 10.11648/j.ijmsa.20150405.20.
[3] O. Patrick, “Production of Textcoat and Emulsion Paints Stainless For
Youth Skill and Entrepreneurship Empowerment Program,” vol. 1, no.
September, pp. 96–102, 2014.
[4] F. McGonigle, “Industrial Minerals and Their Uses,” Ind. Miner. Their
Uses, pp. 99–159, 1996, [Online]. Available:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780815514084
500053
[5] C. C. Gaylarde, L. H. G. Morton, K. Loh, and M. A. Shirakawa,
“Biodeterioration of external architectural paint films - A review,” Int.
Biodeterior. Biodegrad., vol. 65, no. 8, pp. 1189–1198, 2011, doi:
10.1016/j.ibiod.2011.09.005.
[6] J. Koleske, R. Springate, and D. Brezinski, “Additives Handbook,” Paint
Coatings Ind., no. June, pp. 46–82, 2012.
[7] C. Q. Fang, M. R. Zhang, T. H. Li, S. S. Zhou, and S. J. Zhao, “Study on
polyurethane/polyurethane emulsion water-based ink,” Key Eng.
Mater., vol. 428–429, pp. 524–527, 2010, doi:
10.4028/www.scientific.net/KEM.428-429.524.
[8] B. Ibrahim, Z. Helwani, I. Fadhillah, A. Wiranata, and J. Miharyono,
“Properties of emulsion paint with modified natural rubber
latex/polyvinyl acetate blend binder,” Appl. Sci., vol. 12, no. 1, 2022,
doi: 10.3390/app12010296.
[9] A. Kaboorani and B. Riedl, Mechanical performance of polyvinyl acetate
(PVA)-based biocomposites, Fourteenth. Elsevier Ltd., 2015. doi:
10.1016/B978-1-78242-373-7.00009-3.
[10] R. V. I. Gadhave and P. V. Dhawale, “State of Research and Trends in the
Development of Polyvinyl Acetate-Based Wood Adhesive,” Open J.
Polym. Chem., vol. 12, no. 01, pp. 13–42, 2022, doi:
10.4236/ojpchem.2022.121002.
[11] D. Lithner, A. Larsson, and G. Dave, “Environmental and health hazard
ranking and assessment of plastic polymers based on chemical
composition,” Sci. Total Environ., vol. 409, no. 18, pp. 3309–3324, 2011,
doi: 10.1016/j.scitotenv.2011.04.038.
[12] S. M. John, J. D. Johansen, T. Rustemeyer, P. Elsner, and H. I. Maibach,
Kanerva ’ s Occupational Dermatology, Third. Springer International
Publishing, 2019.
[13] W. S. Taft and J. W. Mayer, The Science of Paintings. New York, NY:
Springer New York, 2000. doi: 10.1007/b97567.
[14] D. Stoye and W. Freitag, Paints , Coatings and Solvents. 2008.
[15] A. L. Yaumi, A. M. Murtala, H. D. Muhd, and F. M. Saleh, “Determination
of physiochemical properties of Gum Arabic as a suitable binder in
emulsion house paint,” Int. J. Environ., vol. 5, no. 1, pp. 67–78, 2016, doi:
10.3126/ije.v5i1.14565.
[16] A. O. Afolabi, M. Odunola, K. E. Ogundipe, A. M. Ajao, and B. F.
Ogunbayo, “Sustainable locally sourced materials for small-scale paint
production,” J. Phys. Conf. Ser., vol. 1299, no. 1, 2019, doi:
10.1088/1742-6596/1299/1/012124.
[17] I. Khan and B. T. Poh, “Natural Rubber-Based Pressure-Sensitive
Adhesives: A Review,” J. Polym. Environ., vol. 19, no. 3, pp. 793–811,
2011, doi: 10.1007/s10924-011-0299-z.
[18] E. Norströ m, D. Demircan, L. Fogelströ m, F. Khabbaz, and E.
Malmströ m, “Green Binders for Wood Adhesives,” Appl. Adhes. Bond.
Sci. Technol., 2018, doi: 10.5772/intechopen.72072.
[19] M. D. Stelescu, E. Manaila, G. Craciun, and C. Chirila, “Development and
characterization of polymer eco-composites based on natural rubber
reinforced with natural fibers,” Materials (Basel)., vol. 10, no. 7, pp. 1–
20, 2017, doi: 10.3390/ma10070787.
[20] A. Ali Shah, F. Hasan, Z. Shah, N. Kanwal, and S. Zeb, “Biodegradation of
natural and synthetic rubbers: A review,” Int. Biodeterior. Biodegrad.,
vol. 83, pp. 145–157, 2013, doi: 10.1016/j.ibiod.2013.05.004.
[21] S. M. Gawchik, “Latex Allergy,” Medicine (Baltimore)., vol. 78, no. 5, pp.
759–772, 2011, doi: 10.1002/msj.20281.
[22] A. S. Hashim and S. K. Ong, “Natural Rubber and its Derivatives,”
Elastomers, no. November, 2017, doi: 10.5772/intechopen.69661.
[23] P. Sunheem and P. Aiyarak, “A Microwave Transmission Instrument for
Rapid Dry Rubber Content Determination in Natural Rubber Latex,”
Mapan - J. Metrol. Soc. India, vol. 31, no. 2, pp. 129–136, 2016, doi:
10.1007/s12647-015-0165-x.
[24] Bahruddin et al., “Opacity and washability properties of emulsion paint
with natural rubber latex/Polyvinyl acetate blend binder,” J. Phys. Conf.
Ser., vol. 2049, no. 1, 2021, doi: 10.1088/1742-6596/2049/1/012092.
[25] P. Wongthong, C. Nakason, Q. Pan, G. L. Rempel, and S.
Kiatkamjornwong, “Modification of deproteinized natural rubber via
grafting polymerization with maleic anhydride,” Eur. Polym. J., vol. 49,
no. 12, pp. 4035–4046, 2013, doi: 10.1016/j.eurpolymj.2013.09.009.
[26] W. Pichayakorn, J. Suksaeree, P. Boonme, W. Taweepreda, and G. C.
Ritthidej, “Preparation of deproteinized natural rubber latex and
properties of films formed by itself and several adhesive polymer
blends,” Ind. Eng. Chem. Res., vol. 51, no. 41, pp. 13393–13404, 2012,
doi: 10.1021/ie301985y.
[27] H. Prastanto, A. F. Falaah, and D. R. Maspanger, “Pemekatan Lateks
Kebun Secara Cepat Dengan Proses Sentrifugasi Putaran Rendah,” J.
Penelit. Karet, vol. 32, no. 2, p. 181, 2014, doi: 10.22302/jpk.v32i2.163.
[28] S. S. Ochigbo, A. S. Luyt, and W. W. Focke, “Latex derived blends of
poly(vinyl acetate) and natural rubber: Thermal and mechanical
properties,” J. Mater. Sci., vol. 44, no. 12, pp. 3248–3254, 2009, doi:
10.1007/s10853-009-3435-6.
[29] S. B. Neoh, X. M. Lee, A. R. Azura, and A. S. Hashim, “Effect of in situ
polymerization of styrene onto natural rubber on adhesion properties
of styrene-natural rubber (SNR) adhesives,” J. Adhes., vol. 86, no. 8, pp.
859–873, 2010, doi: 10.1080/00218464.2010.498740.
[30] W. Arayapranee, P. Prasassarakich, and G. L. Rempel, “Blends of
Poly(Vinyl chloride) PVQ/natural rubber-g-(styrene-co-methyl
methacrylate) for improved impact resistance of PVC,” J. Appl. Polym.
Sci., vol. 93, no. 4, pp. 1666–1672, 2004, doi: 10.1002/app.20591.
[31] H. C. Ndibe, J. U. Iyasele, E. O. Imanah, G. E. Okpara, and I. Eriamiatoe,
“Utilization of Binary Blends of Liquid Natural Rubber and Polyvinyl
Acetate in Emulsion Paint,” J. Chem. Soc. Niger., vol. 46, no. 1, pp. 72–78,
2021, doi: 10.46602/jcsn.v46i1.578.
[32] J. Khanjani, A. Hanifpour, S. Pazokifard, and M. J. Zohuriaan-Mehr,
“Waterborne acrylic-styrene/PDMS coatings formulated by different
particle sizes of PDMS emulsions for outdoor applications,” Prog. Org.
Coatings, vol. 141, no. May, p. 105267, 2020, doi:
10.1016/j.porgcoat.2019.105267.
[33] F. V. Dumitru, C. Comanescu, O. Oprea, D. Ficai, and C. Guran, “Effects of
ZnO nanoparticles on the wet scrub resistance and photocatalytic
properties of acrylic coatings,” Rev. Chim., vol. 63, no. 7, pp. 722–726,
2012.
[34] S. A. Altinkaya, O. Topcuoglu, Y. Yurekli, and D. Balkose, “The influence
of binder content on the water transport properties of waterborne
acrylic paints,” Prog. Org. Coatings, vol. 69, no. 4, pp. 417–425, 2010,
doi: 10.1016/j.porgcoat.2010.08.005.
[35] J. Bieleman, Additives for Coatings. Wiley, 2000. doi:
10.1002/9783527613304.
[36] L. N. Butler, C. M. Fellows, and R. G. Gilbert, “Water sensitivity of latex-
based films,” Ind. Eng. Chem. Res., vol. 42, no. 3, pp. 456–464, 2003, doi:
10.1021/ie020611v.
[37] S. Hema, A. Krishnan, A. Akther, A. Suresh, S. Sambhudevan, and B.
Shankar, “Green nanocomposites based on natural rubber latex
containing xylan from sugarcane bagasse - Synthesis, characterization
and dye absorption studies,” Mater. Today Proc., vol. 46, no. xxxx, pp.
2950–2954, 2020, doi: 10.1016/j.matpr.2020.12.414.
[38] Z. Zainudin, N. Baharulrazi, S. Hajjar, and C. Man, “Natural rubber
derivatives for adhesives applications: A review,” Chem. Eng. Trans.,
vol. 83, pp. 493–498, 2021, doi: 10.3303/CET2183083.
[39] B. T. Poh and Y. Y. Teh, “Dependence of Adhesion Property of
Epoxidized Natural Rubber (ENR 25)/Ethylene-Propylene-Diene
Rubber Blend Adhesives Crosslinked by Benzoyl Peroxide,” J. Coatings,
vol. 2014, pp. 1–7, 2014, doi: 10.1155/2014/526369.
[40] M. Sriring et al., “Film formation process of natural rubber latex
particles: roles of the particle size and distribution of non-rubber
species on film microstructure,” Colloids Surfaces A Physicochem. Eng.
Asp., vol. 592, no. December 2019, p. 124571, 2020, doi:
10.1016/j.colsurfa.2020.124571.
[41] P. Saramolee, N. Lopattananon, and K. Sahakaro, “Preparation and
some properties of modified natural rubber bearing grafted
poly(methyl methacrylate) and epoxide groups,” Eur. Polym. J., vol. 56,
no. 1, pp. 1–10, 2014, doi: 10.1016/j.eurpolymj.2014.04.008.
[42] W. Arayapranee, P. Prasassarakich, and G. L. Rempel, “Process
variables and their effects on grafting reactions of styrene and methyl
methacrylate onto natural rubber,” J. Appl. Polym. Sci., vol. 89, no. 1, pp.
63–74, 2003, doi: 10.1002/app.11999.
[43] T. Khamplod, S. Loykulnant, C. Kongkaew, P. Sureeyatanapas, and P.
Prapainainar, “Electron beam radiation grafting of styrene on natural
rubber using Taguchi’s design,” Polymer (Guildf)., vol. 79, pp. 135–145,
2015, doi: 10.1016/j.polymer.2015.10.016.
[44] T. N. Nguyen et al., “Improvement of Thermal and Mechanical
Properties of Vietnam Deproteinized Natural Rubber via Graft
Copolymerization with Methyl Methacrylate,” Int. J. Polym. Sci., vol.
2020, pp. 6–8, 2020, doi: 10.1155/2020/9037827.
[45] B. Thongnuanchan, R. Ninjan, A. Kaesaman, and C. Nakason, “Synthesis
of modified Natural Rubber with grafted poly(acetoacetoxyethyl
methacrylate-co-methyl methacrylate) and performance of derived
adhesives with GTA crosslinker,” Polym. Eng. Sci., vol. 58, no. 9, pp.
1610–1618, 2018, doi: 10.1002/pen.24750.
[46] W. Wichaita, D. Promlok, N. Sudjaipraparat, S. Sripraphot, T.
Suteewong, and P. Tangboriboonrat, “A concise review on design and
control of structured natural rubber latex particles as engineering
nanocomposites,” Eur. Polym. J., vol. 159, no. September, p. 110740,
2021, doi: 10.1016/j.eurpolymj.2021.110740.
[47] J. M. Yelwa, J. M. Yelwa, I. I. Nkafamiya, S. Abdullahi, and J. M. Joel,
“Production Of Emulsion Paint Using Synthesized Hydroxylated
Sunflower Seed Oil/Poly Vinyl Acetate Copolymer As A... Cite this paper
Formulat ion of a Semi-Gloss Paint Using Luffa aegypt iaca Seed Oil-
modified Alkyd Resin as a Binder Production Of Emulsion,”
Academia.Edu, vol. 4, no. 7, 2017, [Online]. Available: www.ijiras.com
%7C
[48] E.-W. H Abd, A. M, H. WA, and N. AM, “Preparation, Characterization
and Evaluation of Some Acrylate Polymers Nanoparticles as Binder to
Improving the Physical Properties of Water Based Paints,” Int. J.
Nanoparticles Nanotechnol., vol. 5, no. 1, 2019, doi: 10.35840/2631-
5084/5522.
[49] N. Sukhawipat, W. Raksanak, E. Kalkornsurapranee, A. Saetung, and N.
Saetung, “A new hybrid waterborne polyurethane coating synthesized
from natural rubber and rubber seed oil with grafted acrylate,” Prog.
Org. Coatings, vol. 141, no. December 2019, p. 105554, 2020, doi:
10.1016/j.porgcoat.2020.105554.
[50] L. Thiraphattaraphun, S. Kiatkamjornwong, P. Prasassarakich, and S.
Damronglerd, “Natural rubber-g-methyl methacrylate/poly(methyl
methacrylate) blends,” J. Appl. Polym. Sci., vol. 81, no. 2, pp. 428–439,
2001, doi: 10.1002/app.1455.
[51] J. W. Gooch, Lead-Based Paint Handbook. Boston, MA: Springer US,
2002. doi: 10.1007/b113550.
[52] V. Alvarez and M. Paulis, “Effect of acrylic binder type and calcium
carbonate filler amount on the properties of paint-like blends,” Prog.
Org. Coatings, vol. 112, no. May, pp. 210–218, 2017, doi:
10.1016/j.porgcoat.2017.07.023.
[53] S. Jiang, A. Van Dyk, A. Maurice, J. Bohling, D. Fasano, and S. Brownell,
“Design colloidal particle morphology and self-assembly for coating
applications,” Chem. Soc. Rev., vol. 46, no. 12, pp. 3792–3807, 2017, doi:
10.1039/c6cs00807k.
[54] H. Soleimani, R. Bagheri, and A. Asadinezhad, “Effect of silica
nanoparticles on surface properties, particle size, and distribution of
poly (methyl methacrylate-co-butyl acrylate-co-acrylic acid)
synthesized by in situ emulsion polymerization,” Prog. Org. Coatings,
vol. 129, no. November 2018, pp. 278–284, 2019, doi:
10.1016/j.porgcoat.2019.01.019.
[55] V. T. Ambegoda, S. M. Egodage, F. D. Blum, and M. Maddumaarachchi,
“Enhancement of hydrophobicity of natural rubber latex films using
diatomaceous earth,” J. Appl. Polym. Sci., vol. 138, no. 12, pp. 1–8, 2021,
doi: 10.1002/app.50047.

Anda mungkin juga menyukai