Jurnal Sosiologi Olahraga Ranti Rahayu
Jurnal Sosiologi Olahraga Ranti Rahayu
Abstract
The purpose of this research is to reveal various controversial facts about the existence of women
in the world of sports. This is because sports are always associated with masculine cultural
traditions. Locking women into a taboo culture disqualifies them from participating in an
entirely different sport. Visualization in this case is used as a variable that is represented by
different displays including; 1) women's self-reflection in sports activities, 2) public image and 3)
different views of experts and public observers from different literatures. The method used in this
research is descriptive qualitative method. Another qualitative research instrument in this
research is to collect information through observation and by searching the literature on the
subject. Reality shows that women are trapped in ambiguity when they try to describe themselves
in the context of sports. Women are supposed to be equal in sport, but in reality the results show
a different minority behavior that cannot be silenced. On the other hand, society often views
women as strangers to sports. This is also supported by several peer studies which boldly show
that there are still too many unequal opinions about women's participation in sports.
Keywords: Participation, Women, Sports
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap berbagai fakta kontroversial tentang
keberadaan wanita dalam dunia olahraga. Hal ini karena olahraga selalu dikaitkan dengan
tradisi budaya maskulin. Mengunci wanita ke dalam budaya tabu mendiskualifikasi mereka dari
berpartisipasi dalam olahraga yang sama sekali berbeda. Visualisasi dalam hal ini digunakan
sebagai variabel yang diwakili oleh tampilan yang berbeda diantaranya; 1) refleksi diri
perempuan dalam kegiatan olahraga, 2) citra masyarakat dan 3) perbedaan pandangan para ahli
dan pemerhati masyarakat dari literatur yang berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian kualitatif lainnya dalam penelitian
ini adalah mengumpulkan informasi melalui observasi dan dengan mencari literatur tentang
subjek tersebut. Realitas menunjukkan bahwa wanita terjebak dalam ambiguitas ketika mereka
mencoba menggambarkan diri mereka dalam konteks olahraga. Wanita seharusnya setara dalam
olahraga, namun pada kenyataannya hasil menunjukkan perilaku minoritas yang berbeda yang
tidak dapat dibungkam. Di sisi lain, masyarakat seringkali memandang perempuan asing dengan
olahraga. Hal ini juga didukung oleh beberapa peer study yang dengan berani menunjukkan
bahwa masih terlalu banyak pendapat yang timpang tentang partisipasi wanita dalam dunia
olahraga.
Kata Kunci: Partisipasi, Wanita, Olahraga
PENDAHULUAN
Perempuan dalam berbagai hal selalu menjadi perbincangan yang menarik untuk
disimak. Perebutan wacana yang menentang keberadaan perempuan dalam struktur tatanan
sosial tampaknya tidak pernah surut intensitasnya. Ketegangan semakin meningkat karena
begitu banyak orang berpihak pada salah satu pihak yang disebut-sebut dirugikan. Sebut saja
perempuan dalam banyak diskusi dalam struktur budaya yang berkembang. Seperti halnya di
institusi sosial, di mana perjuangan wacana kesetaraan gender selalu hangat dibicarakan, begitu
pula yang mengemuka di dunia olahraga. Perjuangan konsep kesetaraan gender semakin terasa
di dunia olahraga karena selama ini olahraga selalu dimaknai erat dengan tradisi maskulin.
Ketika mencoba melihat lebih jauh, ternyata masalah olahraga dan perempuan masih berlanjut.
Berbagai faktor seperti mitos, etika, struktur budaya hingga interpretasi agama telah
memojokkan perempuan pada posisi yang tidak biasa untuk terjun penuh di dunia olahraga.
Konsep penting yang perlu dipahami dalam rangka membahas perempuan dalam ruang
sosial adalah memahami perbedaan konsep gender. Konsep gender adalah konsep yang
memisahkan laki-laki dan perempuan atas dasar atribut yang dikonstruksikan secara sosial, tidak
melekat secara permanen dan dapat dipertukarkan. Contohnya adalah sifat feminin (lembut,
emosional, sensitif, cantik, dll) yang secara sosial cenderung dicap sebagai perempuan. Begitu
pula sebaliknya (Mansour Fakih, 7997:7-B). Pada tahap selanjutnya, konsep genderlah yang
dalam perbincangan sosial sering memicu ketimpangan dan ketidakadilan, salah satunya dalam
dunia olahraga. Perubahan paling dramatis dalam dunia olahraga adalah meningkatnya
partisipasi perempuan. Hal ini terjadi di hampir semua negara industri besar. Perubahan juga
terjadi di negara-negara miskin, meski dalam skala yang tidak terlalu besar.
Pada pertengahan 1970-an orang menyadari manfaat olahraga. Kesadaran ini membuat
perempuan mencari kesempatan untuk berlatih dan berolahraga. Banyak publikasi tentang
gerakan perempuan dipengaruhi oleh gagasan tradisional tentang feminisme, yaitu menjadi
langsing dan menarik bagi laki-laki, ada juga yang menekankan pada pengembangan kekuatan
fisik dan kompetensi (Coakley, 2004: 244). Sejak akhir 1970-an, partisipasi olahraga wanita
meningkat secara dramatis. Ini adalah hasil dari peningkatan kesempatan karena hukum
persamaan hak, gerakan wanita, gerakan kesehatan fisik, dan publisitas yang meningkat untuk
atlet wanita. Kesetaraan gender dalam olahraga secara integral terkait dengan isu-isu ideologis
dan budaya. Kesetaraan gender tidak akan pernah tercapai tanpa mengubah cara berpikir
masyarakat tentang maskulinitas-feminitas dan bagaimana olahraga diatur dan dimainkan.
Dengan penerapan ideologi gender dan fakta bahwa olahraga telah dibentuk oleh nilai dan
pengalaman laki-laki, kesetaraan gender yang sebenarnya bergantung pada perubahan definisi
maskulinitas dan feminitas serta cara kita berolahraga (Coakley, 2004:27).
Jika berbicara tentang hubungan antara gender dan olahraga, maka isu yang diangkat
akan terkait dengan kesetaraan dan keadilan serta ideologi dan budaya. Sejarah penggunaan
istilah kesetaraan gender dalam olahraga mulai menguat pada tahun 1999 ketika publikasi
olahraga melalui media memuat daftar teratas atlet abad ke-20. Gender merupakan prinsip
sentral dalam kehidupan sosial sehingga ideologi gender mempengaruhi cara kita berpikir dan
orang lain, bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana kehidupan sosial
diatur di semua tingkatan dari keluarga hingga masyarakat. Kecenderungan untuk mengabaikan
ideologi adalah masalah serius dalam hal keadilan dan kesetaraan dalam olahraga. Ini karena
kesetaraan dan keadilan tidak dapat dicapai kecuali kita mengubah ideologi gender yang
digunakan di masa lalu. Perlu dicatat bahwa munculnya ideologi gender dalam masyarakat
mempengaruhi kehidupan kita dalam kaitannya dengan olahraga dan beberapa strategi untuk
mengubahnya (Coakley, 2004: 263).
Sisi budaya yang hampir tidak pernah dibahas dalam kerangka ketidakadilan dalam
relasi gender adalah olahraga. Padahal, sebagai aktivitas budaya, olahraga memiliki persoalan
akut berupa ketidaksetaraan gender. Berbagai praktik ketidakadilan terwujud dalam dunia
olahraga, namun seringkali diabaikan begitu saja. Untuk itu dalam penelitian ini tujuan yang
ingin dicapai adalah untuk memperoleh gambaran tentang citra seorang wanita dalam dunia
olahraga, baik dari hasil refleksi wanita itu sendiri, masyarakat, maupun pandangan para ahli
yang tertuang dalam berbagai literatur. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi perspektif
baru sebagai dasar pengembangan dunia olahraga dalam perspektif sosial.
METODELOGI PENELITIAN
Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Seperti halnya penelitian
kualitatif lainnya, dalam penelitian ini instrumen yang digunakan dalam proses penelitian adalah
mengumpulkan data observasi partisipasi perempuan dalam kegiatan olahraga, baik dalam
bentuk pertandingan maupun dalam latihan rutin. Selanjutnya dilakukan pencarian pendapat
dan analisis oleh para ahli yang tertuang dalam dokumen berupa buku, jurnal, dan surat kabar.
Analisis data dilakukan berturut-turut sebagai berikut: 1) reduksi data, yaitu langkah
pembersihan data dari hal-hal yang tidak sesuai atau hanya akan mengganggu kerangka
penelitian; 2) Klasifikasi Data, yaitu pengelompokan data berdasarkan kecenderungannya untuk
memudahkan pembacaan data; 3) Interpretasi Data, yaitu langkah menafsirkan sejumlah data
yang disajikan sehingga kemudian dapat ditemukan hipotesis kerja yang akan menjadi pedoman
pembahasan; dan 4) Penyajian hasil.
KESIMPULAN
Banyaknya kebijakan yang mendukung perempuan untuk berpartisipasi dalam
berolahraga adalah langkah maju dalam pencarian kesetaraan gender global dan pencapaian
berbagai Tujuan Pembangunan Milenium. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Brighton, dan
segudang organisasi nasional dan internasional lainnya mengembangkan program yang
dirancang untuk memberdayakan perempuan dan mempromosikan kesehatan, pendidikan dan
kesetaraan gender.
Hegemoni budaya yang menafsirkan kata emansipasi dalam pemahaman persamaan
seringkali memicu sebuah permasalahan dalam disukursus gender. Apalagi dalam dunia
olahraga dimana lebih dilekatkan dengan kebudayaan maskulin. Jeias-jelas penafsiran yang
selama ini berjalan cenderung berat sebelah berparadigmakan nurture. Nampak dengan jelas
dalam penelitian kali ini kacamata timpang gender ternyata masih sangat kuat dalam konstruksi
sosial kita. Perempuan yang senantiasa diidentikan dengan sosok feminism menjadi persoalan
yang senantiasa menarik untuk dicermati. Untuk itu, satu hal yang memungkinkan untuk bisa
diambil langkah sebagai sebuah sintesa dari dialektika yang tidak pernah berakhir itu adalah
mereposisi makna "adil" dalam pemahaman gender yang berkembang saat ini. Dengan
memahami kata adil sebagai sebuah bentuk kebebasan memilih dan meyakini sebuah ideology
tertentu, niscaya keberadaan perdebatan mengenai perempuan dalam konteks sosial khususnya
dalam dunia olahraga akan mereda.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. H., & Saryono, M. (2007). Kontroversi Citra Perempuan Dalam
Olahraga. Kontroversi Citra Perempuan Dalam Olahraga, 67(6), 14-21.
Astuti, S., & Parulian, T. (2018). Gender Dan Feminisme Dalam Olahraga.
Bimbingan Ferry Hidayat, S. T., & Fil, S. Filsafat-Filsafat yang Merespon Diskriminasi Gender.
Coakley, J. J., & Pike, E. (2009). Sports in society: Issues and controversies.
Dermawan, D. F., Dlis, F., & Mahardhika, D. B. (2019). Analisis Perkembangan Wanita dalam
Olahraga. Jurnal Speed (Sport, Physical Education, Empowerment), 2(1), 24-29.
Hancock, M., Lyras, A. L. E. X. I. S., & Ha, J. P. (2013). Sport for development programs for
girls and women: A global assessment. Journal of Sport for Development, 1(1), 15-24.
Mansour, F. (1996). Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 7-8.
Triono, S. D., & Laksono, A. (2017). Ketersediaan Infrastruktur Olahraga dan Dukungan
Pimpinan terhadap Frekuensi Partisipasi Olahraga. Jurnal Olahraga, 3(2), 51-60.