Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Sistem Cardiovaskular
Pengaruh Aktivitas Fisik Pada Sistem Cardiovaskular
1. Pendahuluan
Pergeseran pola hidup dari banyak bekerja secara dinamis menjadi jarang bekerja
ditengarahi sebagai penyebab menurunnya tingkat kebugaran. Hal tersebut merupakan
dampak negatif dari semakin lajunya perkembangan teknologi. Orang berlomba-lomba
menciptakan berbagai peralatan serba otomatis untuk mengganti hampir semua kerja
manusia. Orang yang mulanya harus bekerja secara fisik, misalnya berjalan dari rumah ke
tempat bekerja, diganti oleh peran motor atau mobil sehingga orang cenderung statis
kurang kerja fisik dan bermalas-malasan (sedentary). Keadaan kurang gerak (Hipokinetik)
dapat menyebabkan berbagai problematika kesehatan yang ditandai dengan semakin
banyaknya orang terkena penyakit degeneratif atau non infeksi seperti jantung koroner,
hipertensi, aterosklerosis, diabetes mellitus, osteoporosis, sakit pinggang, gampang
kelelahan, dan sebagainya, (Djoko Pekik Irianto, 2004: 5).
2. Aktivitas Fisik
Olahraga atau latihan fısik tidak hanya melibatkan sistem muskuloskeletal tetapi juga
sistem kardiovaskuler, respırasi, ekskresi, dan saraf. Latihan harus mempunyaı takaran
yang tepat baik intensitas, lama maupun frekuensınya untuk mencapai hasil maksimal
dalam meningkatkan daya tahan, kecepatan reaksi, kemampuan pengambilan oksigen,
kekuatan otot termasuk otot jantung dalam mengontrol tekanan darah dan denyut nadi.
Latihan dibagi menjadi latihan aerobik dan anaerobic. Olahraga kini sudah menjadi
kebutuhan masyarakat secara luas. Terbukti dari bertumbuhnya pusat-pusat olahraga serta
dipenuhinya ruang-ruang publik pada hari libur oleh masyarakat yang berolahraga. Hal ini
menunjukkan bahwa olahraga bukan hanya sekedar kebutuhan, namun sudah menjadi
gaya hidup. Pada umumnya mereka melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran tubuh
serta menjaga kesehatan, akan tetapi tidak sedikit juga mereka yang melakukannya karena
hobi atau mengejar prestasi.
Aktivitas fisik berupa olahraga, kegiatan harian bahkan menari yang dilakukan secara
rutin bermanfaat untuk mencegah aterosklerosis (timbunan lemak dalam pembuluh darah).
Aktivitas fisik terutama aerobik atau gerak badan isotonik (berlari, jalan kaki, senam
aerobik low impact dll), akan meningkatkan aliran darah yang bersifat gelombang yang
mendorong peningkatan produksi nitrit oksida (NO) serta merangsang pembentukan dan
pelepasan endothelial derive (Kaplan & Stamler, 1983). Berkurangnya relaxing factor
(EDRF), yang merelaksasi dan melebarkan pembuluh darah. Aliran darah koroner dalam
keadaan istirahat sekitar 200 ml per menit (empat persen dari total curah jantung).
Penelitian di laboratorium menunjukkan, peningkatan aliran darah 4 ml per menit sudah
mampu menghasilkan NO untuk merangsang perbaikan fungsi endotel (lapisan dinding)
pembuluh darah. Oleh karena itu, aktivitas fisik sedang berupa senam atau jalan kaki yang
meningkatkan aliran darah menjadi 350 ml per menit (naik 150 ml per menit) sudah lebih
dari cukup untuk menghindarkan endotel pembuluh darah dari proses aterosklerosis
(Ekawati, 2018)
Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan
berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani.
1. Latihan fisik didefinisikan sebagai seluruh gerakan tubuh yang diproduksi oleh
sistem lokomotor untuk kontraksi dan relaksasi otot yang melibatkan
pemakaian energi. Pergerakan ini secara umum meningkatkan penggunaan
oksigen dan nutrisi oleh otot. Adaptasi otot untuk latihan berdasarkan
pelatihan dan keduanya diukur oleh adaptasi dan perkembangan serat otot dan
perubahan metabolismenya terutama di mitokondria.
2. Efek adaptasi otot tidak hanya penting untuk otot, tetapi juga dihubungkan
dengan penundaan penuaan melalui stabilisasi telomerase mitokondria.
3. Latihan dimulai pada otot yang berkontraksi. Otot akan beradaptasi dengan
aktivitas daya tahan. Sebagian besar otot manusia terdiri dari campuran jenis
serat. Serat yang berbeda dihadapkan dengan tugas yang kontras, mulai dari
amplitudo rendah dan upaya berulang seperti ambulasi dan pemeliharaan
postur hingga ledakan pekerjaan tiba-tiba dengan amplitudo tinggi seperti
angkat berat. Tiga tipe utama otot rangka manusia adalah tipe I (lambat)
oksidatif, tipe IIa (cepat) oksidatif, dan tipe IIx (cepat) glikolitik. Jumlah
relatif dari serat ini berbeda antara individu dan di berbagai keadaan penyakit.
Misalnya gagal jantung kongestif dan diabetes mellitus tipe II berhubungan
dengan proporsi serat tipe satu yang lebih rendah.
4. Latihan fisik dapat mempertahankan status kesehatan yang memadai,melawan
konsekuensi negatif dari penyakit tertentu seperti diabetes, hipertensi, penyakit
kardiovaskular, dan penyakit pernafasan.
5. Selain itu latihan fisik juga dapat mengurangi risiko kelemahan, sarcopenia
dan demensia pada proses penuaan.
6. Gejala psikologis seperti gejala stress pascatrauma, kebingungan, dan
kemarahan juga dapat distabilkan dengan latihan fisik.
Latihan fisik atau aktivitas fisik berpengararuh langsung terhadap sistem
kardiovaskular, baik efek akut maupun efek kronis. Efek akut dari latihan fisik adalah
meningkatkan denyut nadi dan frekuensi pernapasan. Selanjutnya hasil penelitian
terdahulu didapatkan, latihan secara aerobik yang dilangsungkan selama 2×30 menit
dapat meningkatkan frekuensi denyut nadi, asam laktat darah, suhu tubuh, dan
tekanan darah latihan Efek kronis latihan adalah meningkatkan ukururan jantung
terutama ventrikel kiri, meningkatkan persediaan darah, menurunkan frekuensi denyut
nadi istirahat, menormalkan tekanan darah, dan memperbaiki pendistribusian darah.
Hal yang serupa juga disampaikan bahwa latihan fisik secara teratur memiliki
beberapa keuntungan terhadap sistem kardiovaskular, di antaranya; menormalkan
tekanan darah, memperkuat otot jantung, menurunkan frekuensi denyut nadi istirahat,
dan meningkatkan kemampuan sistem kardiovaskular dalam mengangkut oksigen.
Saat latihan fisik seperti halnya bersepeda, jantung akan berdetak lebih cepat
dan lebih kuat. Semakin meningkat kecepatan kayuhan pedal sepeda, dan juga
semakin menanjak lintasan yang dilalui maka denyut jantung semakin meningkat,
sebaliknya bila kecepatan kayuhan pedal sepeda diturunkan, begitu juga apalagi
lintasan menurun, maka frekuensi denyut nadi latihan akan menurun dengan perlahan.
Setelah periode istirahat, frekuensi denyut nadi akan kembali seperti kondisi semula.
Perubahan frekuensi denyut nadi saat latihan dan sesaat setelah latihan, disebut
dengan efek akut latihan. Apabila latihan dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan dengan takaran yang tepat, maka akan terjadi perbaikan fungsi
tubuh berupa penurunan frekuensi denyut nadi istirahat. Penurunan frekuensi denyut
nadi istirahat dibandingkan dengan sebelum program latihan, disebut dengan efek
kronis latihan. Efek akut latihan terhadap perubahan frekuensi denyut nadi adalah,
frekuensi denyut nadi meningkat sejalan dengan meningkatnya intensitas latihan.
Peningkatan frekuensi denyut nadi istirahat ini disebabkan karena pada saat latihan,
kebutuhan darah untuk mengangkut O2 ke jaringan tubuh yang aktif akan meningkat.
Di samping efek akut, latihan juga menimbulkan efek kronis yaitu berupa penurunan
frekuensi denyut nadi istirahat denyut jantung atau denyut nadi dikontrol oleh sistem
saraf.
Dalam sistem pengaturan ini, respon yang berupa peningkatan impuls saraf
dari batang otak ke saraf simpatis akan menyebabkan penurunan terhadap diameter
pembuluh darah dan peningkatan terhadap frekuensi denyut jantung. Perubahan
denyut jantung, baik peningkatan maupun penurunannya diatur oleh aktivitas simpatis
dan parasimpatis. Di samping saraf simpatis dan saraf parasimpatis, frekuensi denyut
jantung juga diatur oleh epinephrine dan norepinephrine.
Kaitan olahraga dengan Jantung dan pembuluh darah dapat dipahami karena
dengan jantung merupakan organ vital yang memasok kebutuhan darah di seluruh
tubuh. Dengan meningkatnya aktivitas fisik seseorang maka kebutuhan darah yang
mengandung oksigen akan semakin besar. Kebutuhan ini akan dipenuhi oleh jantung
dengan meningkatkan aliran darahnya. Hal ini juga direspon pembuluh darah dengan
melebarkan diameter pembuluh darah ( vasodilatasi ) sehingga akan berdampak pada
tekanan darah individu tersebut.
a) Latihan
Definisi latihan olahraga yang dimodifikasi Dietrich Herre (1971) menyatakan
bahwa latihan adalah suatu proses penyempurnaan olahraga yang diatur dengan
prinsip-prinsip yang bersifat ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pedagogis. Proses
ini direncanakan dan sistematis, yang meningkatkan kesiapan untuk melakukan
dan kapasitas penampilan atlet. Menurut Dietrich Martin yang dikutip M.
Furqon, 1995: 3 latihan olahraga adalah suatu proses yang direncanakan yang
mengembangkan penampilan olahraga yang komplek dengan memakai isi latihan,
tindakan-tindakan organisasi yang sesuai dengan maksud dan tujuan. Latihan
adalah suatu proses berlatih secara sistematis yang dilakukan secara berulang-
ulang dengan beban latihan yang kian bertambah (Harsono, 1996: 17).
b) Pengaruh Latihan
Efek langsung/Respon :
- Denyut nadi meningkat, karena tuntutan terhadap oksigen yang tinggi.
- Tekanan darah meningkat, sebagai akibat aliran darah yang meningkat.
- Peningkatan suplai, pengiriman dan penggunaan okesigen oleh otot.
- Peningkatan pada hormon-hormon tertentu, khususnya epinephrine yang
dapat merangsang peningkatan fungsi tubuh.
- Peningkatan metabolisme.
Efek jangka panjang :
- Fungsi jantung dan kemampuan untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
akan diperbaiki dengan latihan daya tahan.
- Kapasitas sel untuk menyerap dan menggunakan oksigen diperbaiki.
- Peningkatan ukuran jantung : dindingnya makin tebal dan kuat, dengan
demikian akan meningkatkan kadar efisiensi yang lebih besar.
- Meningkatkan volume darah, (jumlah plasma) oleh sebab itu akan lebih
banyak darah yang didorong kedalam sirkulasi untuk setiap kontraksinya.
- Cardiac output (SV x HR) meningkat : jumlah darah yang dipompa dalam
semenit.
- Menurunkan denyut nadi istirahat : apabila SV meningkat, maka tubuh yang
membutuhkan darah dapat dipenuhi hanya dengan denyut permenit yang lebih
rendah.
- Menurunkan denyut nadi latihan, jantung bekerja lebih efisien, yaitu dengan
istirahat yang lebih lama.
- Pemulihan denyut nadi istirahat lebih cepat setelah latihan.
- Menurunkan tekanan darah istirahat dengan berlatih daya tahan.
- Meningkatkan aliran darah ke kulit dan keringat sebagai upaya menurunkan
kadar panas.
- Menurunkan jumlah lemak dalam tubuh.
- Meningkatkan ukuran serabut otot.
- Meningkatkan kekuatan otot daya tahan.
- Memperbaiki respon respiratori – setiap bernafas dapat dilakukan dengan
lebih dalam, otot-otot yang mendukung proses bernafas juga tekoreksi positif
dan efisiensi sistem yang lebih baik.
- Menurunkan stress.
c) Dosis Latihan
1. Frekuensi Latihan
Frekuensi latihan menggambarkan jumlah sesi latihan dalam suatu
periode tertentu (hari, mmggu, bulan, dan seterusnya). Frekuensi latihan
minimal 2 kali per minggu, dan untuk meningkatkan intensitas latihan dapat
ditingkatkan 3-4 kali perminggu (Powers, 2007: 53). Frekuensi latihan dalam
kegiatan olahraga tergantung pada jenis olahraga. Sebagai pedoman umum,
untuk latihan aerobik adalah 3-5 hari dalam seminggu, dan lamanya 16
minggu atau lebih. Untuk lari cepat frekuensi latihan 5 hari dalam seminggu
(Soekarman, 1987: 60).
2. Durasi Latihan
Durasi latihan menggambarkan waktu berlangsungnya suatu latihan.
Pada umumnya orang berpedoman bahwa latihan lebih sering dan lebih lama
maka akan menghasilkan hasil yang lebih besar. Tetapi harus diingat bahwa
latihan tidak boleh berlebihan dan harus memperhatikan waktu untuk pulih
asal (Furqon, 1995: 15).
3. Intesitas Latihan
Intensitas latihan dicirikan dengan kualitas penampilan. Hal ini
menunjukkan derajat kerja per-unit waktu. Intensitas latihan ditunjukkan
dengan : (1) Angka persen prestasi terbaik, (2) Berat beban yang di angkat
dalam satu usaha, (3) Frekuensi dan kecepatan latihan, (4) Langkah dari
latihan ( pelan-pelan, cepat, lancar, eksplosif, optimal ) (Furqon, 1995:15).
Intensitas latihan dapat ditentukan di laboratorium dengan nilai
ambang anaerobik. Namun dilapangan lebih mudah dengan menggunakan
denyut jantung. Metode denyut jantung lebih menekankan pada kemampuan
sistem jantung paru (V02 maks) dan metode nilai ambang anaerobik
menekankan pada kemampuan otot (Soekarman, 1987 :64). Semakin tinggi
intensitas latihan semakin tinggi V02 maksnya (Fox, 1993 : 345). Nilai
ambang intensitas pada latihan adalah rendah bila kurang dari 50% VO2 maks,
dan intensitas tinggi bila VO2 maksnya lebih dari 80% (Powers. 2007:54)
Sebenarnya yang paling baik adalah dengan menekankan pada
kemampuan jantung paru dan juga kemampuan otot. Apabila menekankan
pada keduanya maka didapatkan bahwa latihan harus mencapai 85% dari
denyut nadi maksimal (MHR) atau 80% dari cadangan denyut jantung (HRR).
3. Sistem Cardiovaskular
a. Pengertian
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab
untuk mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme,
hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian
tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam
darah. Dengan tersampainya hormone ke seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme
juga akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang
berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik karena kecelakaan atau operasi, dengan
bertujuan mencegah infeksi di daerah tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa
sistem kardiovaskuler memiliki fungsi utama untuk mentransportasikan darah dan zat-
zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh.
Gambar : Jantung pusat kardiovaskuler Gambar : Sistem kardiovaskuler
Ruang jantung ini terbentuk karena adanya sekat interventrikuler dan sekat
atrioventrikuler. Pada sekat atrioventrikuler terdapat dua buah katup jantung, yaitu
katup trikuspidalis dan katup bicuspidalis. Disebut trikuspidalis karena terdiri dari tiga
lempengan katup, dan disebut bicuspidalis karena terdiri dari dua buah lempengan
katup. Atrium kanan dan kiri memiliki ukuran yang sama, demikian juga ventrikel
kanan dan kiri. Atrium dibatasi oleh otot jantung dan sekat yang tipis, sedangkan
bagian ventrikel dibatasi oleh otot jantung dan sekat interventrikuler yang tebal.
Gambar : Empat ruang jantung dan proses aliran darah
Empat ruang jantung ini dilapisi oleh lapisan endotel, endocardium, myocardium,
dan dua lapisan pericardium (bagian dalam = bagian visceral dan bagian luar = bagian
parietal). Katup jantung sesungguhnya merupakan perluasan cincin fibrosa
atrioventrikuler, yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang dilapisi endotel pada kedua
sisi. Darah mengalir di dalam jantung ke satu arah, dari sisi kanan ke sisi kiri. Hal ini
dimungkinkan karena adanya katup-katup jantung yang akan mencegah aliran darah
balik. Katup-katup ini hanya mengijinkan darah mengalir dari atrium kanan ke
ventrikel kanan; dan dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Darah di dalam jantung mengalir
dalam satu arah. Dari atrium kanan darah akan mengalir ke ventrikel kanan, darah ini
mengandung oksigen yang rendah, dan banyak mengandung CO2. Kemudian darah
dialirkan ke paru melalui arteri pulmonalis, untuk mendapatkan oksigen (oksigenasi).
Dari paru-paru darah kembali ke atrium kiri jantung melalui vena pulmonalis, darah ini
kaya akan oksigen karena telah mengalami oksigenasi di paru. Dari atrium kiri
dialirkan ke ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta.
Refleks Jantung
Terdapat dua buah refleks yang melibatkan jantung, yaitu refleks eksitasi dan
refleks inhibisi jantung. Refleks ini terdiri dari lima komponen yaitu : reseptor, serabut
aferen (yang membawa impuls ke pusat refleks), pusat refleks di medulla oblongata,
serabut eferen (yang membawa impuls dari pusat refleks ke jantung), dan organ efektor
yaitu jantung.
Berbeda dengan jantung, dimana faktor yang penting adalah sistem parasimpatis,
faktor penting dalam pengaturan pembuluh darah adalah sistem simpatis. Sistem
simpatis akan mengakibatkan vasokonstriksi pada arteriole organ-organ dalam dan
kulit, vasodilatasi pada arteriole ini terjadi secara pasif akibat tekanan darah. Sedangkan
pada arteriole otot rangka simpatis mengakibatkan vasodilatasi. Serabut parasimpatis
hanya mengatur arteriole pada kelenjar ludah dan genital. Stimulasi parasimpatis pada
kedua organ ini akan mengakibatkan vasodilatasi. Terhadap sistem vena terjadi
aktivitas kontrol yang sama.
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran energi.
Aktivitas fisik dalam bentuk latihan fisik dapat meningkatkan indeks kebugaran sistem
kardiovaskular. Latihan fisik dapat memengaruhi sistem kardiovaskular secara langsung.
Efek yang ditimbulkan dapat berupa akut maupun kronis. Olahraga merupakan salah satu
aktivitas yang paling efektif untuk memperkuat otot jantung, mengontrol berat badan, serta
mencegah kerusakan arteri akibat kolesterol tinggi, hiperglikemia, dan tekanan darah
tinggi yang dapat menyebabkan serangan jantung ataupun stroke. Seringkali disebut
sebagai olahraga yang terbaik untuk meningkatkan kesehatan jantung, faktanya hal ini
benar dan banyak penelitian mendukung manfaat latihan kardio, yaitu melindungi jantung.
Misalnya, membantu menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol, mengurangi
penumpukan plak, meningkatkan aliran darah, dan menjaga berat badan yang sehat.
Latihan fisik adalah kegiatan multifokal dengan manfaat yang baik bagi jaringan
tubuh dan merupakan upaya penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular. Latihan
fisik memiliki fungsi protektif terhadap jantung dan meningkatkan kapasitas aerobic.
Latihan fisik memiliki efek jangka panjang pada kontrol terhadap faktor risiko dan
penyakit kardiovaskular. Latihan fisik sangat mengurangi risiko kematian akibat penyakit
kardiovaskular dan risiko pengembangan penyakit kardiovaskular, Pengurangan signifikan
dalam risiko penyakit kardiovaskular terjadi pada tingkat aktivitas yang setara dengan 150
menit seminggu aktivitas fisik intensitas sedang. Latihan fisik yang teratur dapat sangat
mempengaruhi tekanan darah, dan efeknya langsung terlihat. Orang yang memiliki
tekanan darah normal diuntungkan karena risiko terkena hipertensi berkurang. Orang yang
menderita hipertensi juga diuntungkan karena tekanan darah sistolik dan diastoliknya
turun.
Pola hidup yang sangat buruk sekarang dimulai dari makanan hingga teknologi yang
membuat segalanya menjadi instan kerap kali membuat masyarakat lupa akan pentingnya
menjaga kesehatan jantung. Namun pengetahuan masyarakat dalam hal kesehatan jantung
masih sangat minim. Hal ini lah yang membuat tingkat kematian akibat penyakit jantung
koroner masih tinggi. Memang ada faktor yang tidak dapat diubah yang biasanya bersifat
genetik. Namun faktor-faktor yang dapat diubah dimulai dari hidup sehat dengan
mengurangi makanan berkolesterol dan meningkatkan aktifitas fisik seperti olahraga.
Olahraga yang baik bukanlah olahraga yang dipaksakan namun sesuai dengan kebutuhan
dan fisik dari masing-masing pribadi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, A. (2012). Olahraga Kebugaran Jasmani: Sebagai Suatu Pengantar.
Febriani Fajar, E. (2018). Upaya Mencegah Penyakit Jantung dengan Olahraga Oleh:
Febriani Fajar Ekawati 1. 257–266.
Tanzila, R. A., & Hafiz, E. R. (2019, August). Latihan Fisik Dan Manfaatnya Terhadap
Kebugaran Kardiorespirasi. In Conferences of Medical Sciences Dies Natalis (Vol.
1, No. 1, pp. 316-322).